PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA DALAM OPTIMALISASI DISTRIBUSI DAN PENGELOLAAN KEPEMIMPINAN DIRI DI DESA CURAHREJO CANGKRING JEMBER. Akhmad Dzukaul Fuad 1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu komponen dari pendidikan yang eksistensinya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan saat ini, sangat diharapkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, BUDAYA ORGANISASI DAN LEARNING ORGANIZATION TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA CV.

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

Biro Konsultasi Psikologi

PERAN SERTA PEMUDA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT. Abstract

PELATIHAN MANAJEMEN ORGANISASI PADA REMAJA DUSUN KENAIBAN DAN PENCIL, DESA KENAIBAN, JUWIRING, KLATEN, JAWA TENGAH

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB III METODE PENELITIAN. pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. yang tidak bisa dijelaskan dan dianalisa melalui data-data statistik sehingga

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

KESIMPULAN DAN SARAN

Supervisi Administrasi Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran. Sri Winarni

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB I PENDAHULUAN. proses peningkatan sumber daya manusia, agar diperoleh manusia yang. bangsa dan negara saat ini dan di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan pendidikan yang bermutu bagi warga negaranya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dinamika perubahan lingkungan. Kondisi tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

REKONTRUKSI PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM MEMBANGUN WATAK WIRAUSAHA MAHASISWA

Para Hadirin yang saya hormati, Pemimpin adalah orang yang diberi wewenang untuk mengelola organisasi dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB VII REFLEKSI MEMBANGUN KESADARAN PEMUDA DARI KESENJANGAN DAN HILANGNYA PERAN DALAM DESA. 1. Membangun Kesadaran Pemuda Menjadi Agen

Pengukuran Kinerja Manajemen Keperawatan Dengan Parameter Kompetensi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986:9) pada

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sumber daya tersebut. Sebagai institusi pendidikan, sekolah

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

Teori Pembangunan Sumber Daya Manusia

PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kinerja atau produktivitas karyawannya. perusahaan untuk pemenuhan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. strategi organisasi yaitu pada saat membuat perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG BENDA-BENDA LANGIT. Sri Utami Ningtiyanti

PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU MELALUI PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH DI Mts. AL-MAIJAH GEMULUNG LEBAK KABUPATEN CIREBON

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum yang digunakan suatu sekolah adalah instrumen pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan lingkungan sosial dewasa ini ditandai dengan penekanan yang

yang maksimal diperlukan suatu metode atau model pembelajaran yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

PELAKSANAAN MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada situasi dan kondisi persaingan yang semakin ketat. Dunia

ORGANISASI PEMBELAJARAN. Hendrawan Soetanto. Universitas Brawijaya Malang. Bagian Kedua. ;

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB III METODE PENELITIAN. proses kreatif proses kreatif program acara Young Creative di Balikpapan Televisi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan organisasi. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh terhadap kinerja suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lidia Susantii, 2015 Optimalisasi partisipasi orang tua dalam pengelolaaan program di PAUD EAGLE

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Gelar S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Dedication : Jurnal Pengabdian Masyarakat p-issn : 2548-8805 e-issn : 2548-8813 PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA DALAM OPTIMALISASI DISTRIBUSI DAN PENGELOLAAN KEPEMIMPINAN DIRI DI DESA CURAHREJO CANGKRING JEMBER Akhmad Dzukaul Fuad 1) 1) IKIP PGRI Jember dzukaul.fuad@gmail.com ABSTRAK: Artikel ini bertujuan untuk memberikan alternatif solusi dalam pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia di Desa Curahrejo Cangkring Jenggawah Jember. Berdasarkan analisis situasi didapatkan potensi generasi muda di desa Curahrejo tidak dimanfaatkan secara maksimal untuk pengembangan institusi kelembagaan masjid sebagai pusat aktifitas sosial budaya masyarakat. Alternatif solusi yang ditawarkan pada artikel ini berupa pelatihan kepemimpinan diri kepada generasi muda yang tergabung dalam remaja masjid (REMAS) al Ikhlas, pelatihan tersebut dikemas dalam bentuk tutorial kepemimpinan Islam, tata kelola organisasi, praktik pemecahan persoalan sosial kemasyarakatan. Tujuan akhir dari program tutorial dan pendampingan adalah menggugah naluri kepemimpinan dan tata kelola organisasi REMAS al Ikhlas untuk pemberdayaan potensi masjid sebagai pusat aktifitas sosial budaya masyarakat Desa Curahrejo Cangkring. Kata kunci : generasi muda, kepemimpinan ABSTRACT: This article aims to provide an alternative solution in empowering and developing human resources in Cangkor Jangkgawah Cangkor Jangkgawah Village. Based on situation analysis, the potential of young generation in Curahrejo village is not maximally utilized for institutional institutional development of mosque as center of socio-cultural activity of society. Alternative solutions offered in this article include self-leadership training for young people who are members of youth mosque (REMAS) al Ikhlas, the training is packaged in the form of Islamic leadership tutorials, organizational governance, social problem solving practices. The ultimate goal of the tutorial and advisory program is to inspire the instinct of leadership and governance of REMAS al Ikhlas organization for empowerment of mosque potency as center of social culture activity of Cangkor Village Curahrejo Village. Keywords: young generation, leadership PENDAHULUAN Dalam kehidupan sosial masyarakat, kita mengenal istilah generasi yang digunakan untuk menggolongkan kelompok-kelompok berdasarkan usia atau tingkatan yang ada dalam masyarakat. Sebagai konsekuensinya generasi awal (tua) akan tergantikan oleh generasi berikutnya (muda) dalam keberlanjutan kehidupan. Pergantian tersebut bukan hanya menyangkut siklus alamiah semata, melainkan yang lebih penting adalah pergantian tiap generasi dari segi sumbangsih dan kontribusi tiap generasi tersebut dalam memajukan peradaban manusia. Pemuda diidentikkan dengan generasi muda yang menjadi tumpuan dalam memajukan dan mengembangkan peradaban suatu masyarakat termasuk dalam menjaga keberlangsungan regenerasi kepemimpinan. Realitas tersebut menghendaki para [99]

Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 pemuda untuk senantiasa mempersiapkan dan membekali diri dengan melihat potensi dan kemampuan serta kelemahan yang dimiliki. Disamping mereka harus memahami dan tahu akan potensi yang ada dalam diri mereka, pemuda perlu dihadapkan dalam situasi, kondisi, dan realitas kehidupan yang heterogen supaya terbentuk kematangan emosional yang tercermin dan berpengaruh dalam naluri kepemimpinannya kelak. Seorang pemimpin dalam organisasi akan dihadapkan pada serangkaian pilihan komplek dalam memutuskan persolan dan menghendaki gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai untuk memecahkan persoalan tersebut. Perubahan gaya kepemimpinan juga bisa kita pahami sebagai strategi adaptasi seseorang dalam bersikap sesuai dengan tuntutan perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Pemaknaan terhadap perubahan gaya kepemimpinan juga merupakan fleksibilitas seseorang sebagai cerminan sikap reaktif (Salami: 2008) agar dapat mempengaruhi kepercayaan dan dalam merubah cara pandang seseorang agar sesuai dengan visi dan tujuan organisasi (Bass: 1994, Soliha: 2008, Priyono, 2007:46). Kurangnya optimalisasi potensi pemuda diindikasikan sebagai penyebab masalah di kalangan pemuda tak terkecuali pemuda di desa Curahrejo, setidaknya terdapat tiga masalah utama yaitu, pertama masih relatif rendahnya tingkat pendidikan yang didapat. Kedua, masih relatif tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda. Ketiga, adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa dengan tradisi merantau. Ketiga, kurang maksimalnya sikap asih dan asuh serta minimnya koordinasi antar generasi, ketiga permasalahan tersebut dengan tidak menafikan persoalan lain tentunya. Eksplorasi tentang kepemimpinan sejauh penelurusan penulis telah dilakukan oleh Fakih (2001) yang memfokuskan tulisan pada deskripsi kelahiran pemimpin, proses kelahiran pemimipin secara alamiah, kemunculan pemimpin tipe ini dihasilkan dari penempaan lahir dan batin dalam jangka waktu yang panjang yang oleh Subagja (2010) dan Patimah (2015) diidentikkan dengan tipe kepemimpinan profetik yang mampu memadukan antara unsur transendental dan unsur humanisprofan. Tipe kedua adalah pemimpin yang dilahirkan secara terencana, melalui skenario dan rencana yang sistematis untuk mempersiapkan pemimpin baik dengan kaderisasi dalam bentuk pelatihan organisasi tingkat pemula, menengah, dan lanjutan kepemudaan di Yogyakarta Hiryanto (2015). Wardani (2014) menggunakan istilah Diklat untuk meningkatkan optimalisasi kinerja yang diindikasikan dengan produktivitas, kualitas layanan, responsivitas responsibilitas, dan akuntabilitas dilanjutkan dengan pengembangan dan pemberdayaan kepemimpinan dengan partisipasi, inovasi, akses pada informasi, akuntabilitas budaya organisasi (Safaria: 2004). Peran masjid sebagai institusi kelembagaan selama ini masih didominasi oleh generasi tua dalam hal pengelolaannya, hal tersebut berimbas pada hampir seluruh aktifitas diarahkan pada pemenuhan kebutuhan kerohanian saja, tanpa memaksimalkan potensi masjid sebagai institusi sosial masyarakat. Masjid sebagai identitas keagamaan [100]

Pemberdayaan Generasi Muda (Fuad) dapat mempersatukan keberagaman entitas dalam satu visi pemberdayaan yang oleh Hiryanto (2015) didefinisikan dengan kesamaan agenda perjuangan secara umum. Jika pemuda-pemuda dapat disatukan dalam semangat idiologi keagaman maka pengembalian fungsi masjid sebagai lembaga sosial masyarakat akan terwujud. METODE PELAKSANAAN Kegiatan ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Deskripsi kondisi dan status objek dalam struktur sosial, sistem pemikiran maupun kelas peristiwa sehingga dapat dibuat deskripsi atau gambaran dan lukisan secara sistematis, faktual dan akurat guna memahami masyarakat secara personal dan mengungkap pandangan serta persepsi masyarakat terhadap dunianya. Lokasi pelatihan tutorial dalam artikel ini dilaksanakan di Masjid al Ikhlash Desa Curahrejo Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember adapaun subyek tutorial adalah generasi muda Desa Curahrejo yang tergabung dalam Persatuan Remaja Islam Masjid (PERISMA) al Ikhlas. Sumber data diperoleh dari data primer berupa analisis dokumen penugasan dalam tutorial dan data sekunder berupa pengamatan pola perubahan perilaku saat pelaksanaan program pelatihan tutorial kepemimpinan Islam. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Analisis data penelitian menggunakan analisis interaktif, dalam Miles dan Huberman (1994) terdapat empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Literasi tentang kepemimpinan tidak didapati definisi baku tentang kepemimpinan, kepemimpinan diartikan sesuai dengan sudut pandang dan kepakaran para ahli di bidangnya masing-masing dan berdasarkan fenomena kasuistik yang dijumpai. Benang merah yang penulis temukan dari berbagai definisi beberapa ahli tentang kepemimpinan adalah adanya prilaku dan sikap terencana yang digunakan untuk mempengaruhi atau mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan bersama demi berlangsungnya hubungan timbal balik (Vallejo, Vallejo & Parra, 2001). Keefektifan kepemimpinan dibatasi pada kecakapan teknis dan keterampilan managerial dalam pengaplikasian program kerja yang telah rumuskan bersama. Kecakapan teknis diperoleh dengan menyesuaikan penugasan dengan bidang keahlian seseorang, sedangkan kecakapan managerial menyangkut distribusi berbagai penugasan dan pengaturan tarjet yang hendak dicapai (Soliha, 2008: 91). Layaknya makhluk hidup sebuah organisasi akan menghadapi tantangan yang semakin besar dalam membangun kapasitasnya dalam melakukan perubahan dan mempertahankan eksistensinya, termasuk dalam merespon tekanan perkembangan teknologi atau dan kompetisi antar organisasi sejenis yang dapat menghambat program atau justru mematikan suatu organisasi. Pemimpin adalah orang yang bercita-cita [101]

Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 mewujudkan visi organisasinya, maka pada kepemimpinan disarankan untuk belajar dari sosok ideal dan sebagai idola dalam kepemimpinan yang berhasil mengelola organisasi sejenis atau dibutuhkan seorang mentor yang dapat memberikan prototype corak kepemimpinan yang ideal. Model-model peran (prototype) tersebut diasumsikan dapat berfungsi sebagai mentor dan menjadi pedoman bagi kaum muda dalam membangun sistem sosial keorganisasian. Beberapa corak dan model kepemimpinan yang diklasifikasikan para ahli yang sesuai dengan corak organisasi-dalam hal ini masjid-yang dimaknai sebagi institusi kelembagaan sosial lebih condong pada corak kepemimpinan karismatik bahwa secara personal, kepemimpinan kharismatik tidak bekerja untuk mengembangkan bawahan menjadi pemimpin, karena pemimpin kharismatik enggan memberi wewenang kepada bawahannya, kepemimpinan kharismatik lebih dari sekedar keyakinan terhadap kepercayaan, tetapi mereka memiliki kemampuan supernatural (Bass: 1994). Prototype yang disarankan diatas dapat kita jumpai dalam tulisan Subagja (2010) tentang implementasi nilai-nilai kepemimpinan profetik dalam lembaga pendidikan Islam. Setidaknya terdapat empat kriteria kepemimpinan profetik yang pertama cerdas, berani menjunjung keadilan dan kebenaran, lemah lembut dan kasih sayang dan membawa misi tauhid sebagaimana tercermin dalam sosok kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Aplikasi tindakan dalam tulisan ini diberikan dalam bentuk pelatihan kepemimpinan diri (Agustina: 2012, Anastasia: 2015). Pelatihan kepemimpinan diri merupakan serangkaian aktivitas sistemik yang dirancang untuk melatihkan strategi dan manejerial dalam kepemimpinan diri setiap peserta. Pelatihan ini menggunakan metode experiential learning (game, role play, diskusi), yaitu sebuah metode pelatihan yang memposisikan peserta pelatihan belajar melalui pengalamannya. Pelatihan kepemimpinan diri dilaksanakan dalam tujuh jam efektif dan diselenggarakan selama dua hari. Pelatihan ini didesain dalam lima sesi utama, yaitu: Sesi pertama dimulai dengan perkenalan, tujuannya adalah membangun hubungan suasana kekeluargaan dan keakraban antara tutor dan peserta pelatihan. Sesi perkenalan juga digunakan sebagai sarana membangkitkan minat peserta dan tujuan lain dari perkenalan adalah memberikan pengantar gambaran umum mengenai prinsip-prinsip dasar dalam kepemimpinan diri. Sesi ini menggunakan metode game dan presentasi. Sesi kedua mengajarkan kepada peserta tentang strategi perilaku yang terfokus pada kepemimpinan diri. Observasi diri bertujuan untuk membangkitkan kesadaran diri tentang kapan dan mengapa kita harus melakukan sebuah tindakan tertentu. Penetapan tujuan diri, mengasah kemampuan memanfaatkan penghargaan diri sebagai strategi pencapaian yang lebih baik. Penghargaan dan hukuman bagi diri sendiri, memberikan gambaran dan membambangkitkan kesadaran tentang konsekuensi serta akibat yang ditimbulkan ketika seseorang melukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan pada sesi ini adalah presentasi, pengisian lembar kerja, diskusi. [102]

Pemberdayaan Generasi Muda (Fuad) Gambar 1. Peserta sedang merumuskan program kerja Gambar 2. Peserta sedang merumuskan program kerja Sesi ketiga mengajarkan kepada peserta pelatihan tentang strategi penghargaan alamiah dalam kepemimpinan diri. Membangun lebih banyak hal-hal yang menyenangkan dan bisa dinikmati pada sebuah aktivitas/tugas yang diberikan sehingga tugas itu sendiri menjadi secara alamiah menjadi prestasi dan penghargaan bagi pelakunya. Metode yang digunakan pada sesi ini adalah menonton video, diskusi, presentasi, lembar kerja. Selain itu, peserta juga dilatih memfokuskan perhatian diri pada aspek yang menyenangkan dan membuang jauh-jauh pikiran dan stigma negatif tentang sesuatu. Menganggap sebuah perencanaan dan tugas sebagai penghargaan, aspek penghargaan yang melekat pada pelaksanaanya. Akhir sesi materi pelatihan kepemimpinan diri adalah review yang mengulas tentang strategi yang memungkinkan dipraktikkan dalam pola kepemimpinan diri guna memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Gambar 2. Peserta sedang menonton vidio Gambar 3. Peserta sedang presentasi Tahapan evaluasi pelaksanaan pelatihan ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelatihan benar-benar telah sesuai dengan tujuannya yaitu meningkatkan kompetensi kepemimpinan diri demi terwujudnya distribusi dan pengelolaan kepemimpinan sosial masyarakat dengan menjadikan masjid sebagai istitusi sosial [103]

Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 masyarakat. Masjid tidak hanya dijadikan sarana atau istitusi keagamaan semata tapi bagaimana masjid menjadi institusi sosial masyarakat Desa Curahrejo Cangkring. Untuk mengetahui apakah perubahan perilaku peserta berpengaruh secara positif terhadap kepemimpinan diri demi pemberdayaan masjid sebagi institusi sosial masyarakat terlihat dari dampak pelatihan kepemimpinan diri pada level pertama, kedua dan ketiga, yaitu efek pelatihan pada peningkatan kompetensi kepemimpinan diri peserta yang pada akhirnya dapat membantunya untuk meningkatkan strategi pengelolaan pemberdayaan ekonomi masjid dengan perencaan pembuatan unit usaha sablon yang dimilki masjid dan dikelola oleh PERISMA. Unit usaha tersebut secara otomatis membuka lapangan pekerjaan dan sebagai alternatif mengurangi permasalah penganguran di kalangan generasi muda desa Curahrejo. Program pemberantasan buta huruf yang terlihat pada kertas kerja dan presentasi kelompok salah satu kelompok mencerminkan adanya kepedulian berupa penghargaan kepada diri sendiri, mereka melakukan kegiatan sosial bukan sebagai beban tapi sebagai sebuah penghargaan. Timbulnya rasa tangung jawab dan nilai asih dan kasih sayang terhadap mereka yang masih membutuhkan pendampingan dalam mengenal baca tulis adalah wujud nilai kepemimpin diri merasuk dalam sanubari dan dapat mengilhami kelompok yang lainnya. Tahap terakhir adalah melakukan analisis atas keseluruhan data yang diperoleh. Pelatihan kepemimpinan diri pada generasi muda masjid yang tergabung dalam PERISMA al ikhlash dapat dikatakan efektif dengan tercapainya seluruh indikator pada tiap-tiap sesi pelatihan. KESIMPULAN Masjid seyogyanya tidak hanya kita lihat dan pahami sebagai institusi keagaman saja sehingga seluruh kegiatannya hanya diorientasikan pada kegiatan peribadatan yang bersifat sakral. Selain sebagai lembaga keagamaan masjid sejatinya adalah institusi sosial masyarakat yang dapat dijadikan wahana pempertemukan gagasan dan ide dalam optimalisasi sumber daya manusia dalam rangka pemberdayaan masyarakat sekitarnya. Pelatihan kepemimpinan diri dalam rangka pemberdayaan generasi muda yang bertujuan mengoptimalkan distribusi dan pengelolaan kepemimpinan sosial masyarakat dilaksanakan di masjid. Gagasan berupa pemberdayaan sosial ekonomi terumuskan oleh generasi muda peserta pelatihan muncul di dalam masjid adalah bukti bahwa fungsi masjid bukan hanya institusi keagamaan. Dirumuskannya bentuk amal usaha sablon yang dimiliki oleh masjid dengan melibatkan para pemuda sebagai pelaksananya secara tidak langsung merupakan wujud pemberdayaan ekonomi dengan mengurangi angka penganguran. Program pemberantasan buta huruf merupakan wujud pemberdayaan sosial masyarakat, program tersebut pengejuantahan rasa kepedulian sosial dan nilai penghargaan terhadap sebuah tindakan yang oleh peserta pelatihan adalah sebuah prestasi. Kedua gagasan tersebut dapat memberikan gambaran kepada kita bahwa [104]

Pemberdayaan Generasi Muda (Fuad) pelatihan kepemimpinan diri dapat memaksimalkan distribusi dan pengelolaan kepemimpinan sosial masyarakat berbasis masjid. DAFTAR PUSTAKA Agustina, Ike dan Moch. Bachroni. 2012. Pengaruh Pelatihan Kepemimpinan Diri Untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja Karyawan. Dalam Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 4, No. 2, Hal. 231-252. Amiartuti. 2012. Peranan Kepemimpinan Dalam Membentuk Perilaku Individu Dalam Berorganisasi Pada UMKM (Studi Kasus Manajemen Kepemimpinan UMKM Genteng Di Trenggalek). Dalam Jurnal Media mahardhika Vol. 11, No 1 Hal. 127-143. Anastasia, Ayu, Edriana Noerdinm Sekar Pireno KS, dan Sita Aripurnami. 2015. Panduan pelatihan kepemimpinan Perempuan. Jakarta: Women Research Institute BaaS;BM.dan B.J Avolio. 1994. Improving Organizational Effectiveness Through Transformational Leadership. Thousand Oaks:SAGE Publications,Inc Fakih, Aunur Rohim dan Iip Wijayanto. 2001. Kepemimpinan Islam. Yogyakarta: Uii Press. Hiryanto, Lutfi Wibawa, dan Al Setya Rohadi. 2015. Pengembangan Model Pelatihan Kepemimpinan Bagi Organisasi Kepemudaan Di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Vol. 8, No. 2, Hal 81-89. Miles, Matthew B dan A Michael Huberman. 1994. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Patimah, Siti. 2015. Manajemen Kepemimpinan Islam Aplikasinya Dalam Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Priyono. 2007. Pengantar Manajemen. Sidoarjo: Zifatama Publisher Safaria, Triantoro. 2004. Kepemimpinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Salami, S. O. 2008. Demographic And Psychological Factors Predicting Organizational Commitment Among Industrial Workers. Antropologist, 10(1), 31-38. Soliha, Euis dan Hersugondo. 2008. Kepemimpinan Yang Efektif Dan Perubahan Organisasi. Dalam Jurnal Fokus Ekonomi (fe) Vol.7, No.2, Hal. 83-93. Subagja, Soleh. 2010. Paradigma Nilai-nilai Kepemimpinan Profetik (Spirit Implementasi Model Kepemimpinan Di Lembaga Pendidikan Islam). Dalam Jurnal Progresiva, Vol. 3, No. 1, Hal. 23-42. [105]

Volume 2, Nomor 1, Maret 2018 Vallejo, R. D., Vallejo, J. A. D. & Parra, S. O. 2001. Job satisfaction in banking workers. Psicothema, 13 (4), 629-635. Wardani, Ariyan kusuma, agus suryono, dan siswidiyanto. 2014. Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi Kasus Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nganjuk). Dalam Jurnal Administrasi Publik (jap) Vol. 2, No. 1, Hal. 134-140. [106]