BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik daratan, lautan maupun udara. Sumber daya alam merupakan salah satu sumber kehidupan bagi manusia sehingga manusia tidak bisa lepas dari alam dan harus memanfaatkannya secara baik agar tercapai kelestariannya. Sumber daya alam berdasarkan komponennya dibagi menjadi empat, yaitu sumber daya lahan, air, hutan, dan mineral (Marfai, 2005). Sumber daya alam di Indonesia tak lepas hubungannya dengan manusia, terutama masyarakat Indonesia. Sumber daya alam yang merupakan sumber kehidupan bagi manusia ini dimanfaatkan oleh berbagai kalangan, mulai dari masyarakat kecil sampai dengan pemerintah. Pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat diatur oleh kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, namun dalam praktiknya pemanfaatan yang dilakukan tidak sesuai dengan peraturan/kebijakan tersebut, sehingga terjadi over eksploitasi yang mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati di Indonesia. Penurunan Sumber daya alam khususnya Sumber daya hutan mengalami degradasi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan hidup sehingga banyak terjadi konversi lahan hutan untuk keperluan pertanan, permukiman dan lain-lain. Hutan yang merupakan paru-paru dunia ini luasnya 1
2 berkurang sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi berbagai pihak, baik masyarkat Indonesia sendiri maupun pemerintah. Hal ini menjadi kekhawatiran karena hutan memegang peranan penting dalam menjaga ekosistem dunia seiring meningkatnya isu global warming. Akibat dari degradasi hutan ini yaitu punahnya satwa atau flora sehingga mengakibatkan adanya ledakan populasi suatu jenis satwa atau flora dan berkurangnya keanekaragaman hayati, terjadinya bencana banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. Kekhawatiran masyarakat Indonesia memaksa pemerintah untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, salah satunya dengan menetapkan suatu kawasan hutan menjadi kawasan konservasi. Kawasan konservasi dibagi menjadi dua, yaitu Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kedua kawasan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu perlindungan dan pengawetan jenis keanekaragaman hayati. Kebijakan pemerintah menetapkan kawasan konservasi ini salah satunya berada di Hutan Bunder, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hutan Bunder yang dulunya merupakan Hutan Produksi Tetap diubah statusnya menjadi Taman Hutan Raya yang merupakan bagian dari Kawasan Pelestarian Alam. Taman Hutan Raya Bunder ini ditetapkan pada tanggal 11 Februari 2014 oleh Menteri Kehutanan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan yang bernomor SK. 144/Menhut-II/2014 tentang penetapan kawasan Tahura Bunder seluas 634,10 ha yang terletak di Kecamatan Playen dan Kecamatan Patuk Gunungkidul DIY.
3 Perubahan fungsi hutan di Taman Hutan Raya Bunder ini tentu mengalami perubahan pengelolaan apabila dibandingkan saat masih berstatus Hutan Produksi Tetap. Perubahan fungsi kawasan dari yang sebelumnya merupakan Hutan Produksi Tetap menjadi Hutan Konservasi tentunya akan mempengaruhi kegiatan pengelolaan yang ada di dalamnya. Perubahan fungsi kawasan yang memengaruhi pengelolaan diduga akan berdampak pada perubahan interaksi masyarakat di dalam kawasan Taman Hutan Raya. Interaksi masyarakat saat kawasan hutan masih difungsikan sebagai Hutan Produksi Tetap diduga akan berbeda dengan interaksi masyarakat saat fungsi kawasan menjadi Hutan Konservasi. Hutan konservasi memiliki peraturan yang lebih membatasi aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan, akan tetapi pada Taman Hutan Raya ini juga terbuka bagi masyarakat luas untuk berinteraksi di dalamnya dalam bentuk wisata karena salah satu pemanfaatan Taman Hutan Raya adalah untuk kegiatan wisata. Oleh karena itu, perlu diketahui pengelolaan dan interaksi masyarakat terhadap kawasan hutan di Taman Hutan Raya Bunder sebelum dan setelah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya agar dapat diketahui dampak dari perubahan fungsi kawasan hutan di Taman Hutan Raya Bunder.
4 1.2. Rumusan Masalah Penurunan luas hutan di Indonesia memunculkan gagasan untuk melakukan konservasi terhadap hutan, salah satunya dengan menunjuk suatu kawasan hutan menjadi Taman Hutan Raya. Hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati di dalamnya merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar manusia, baik dari produk kayunya maupun dari jasa lingkungan. Dalam kawasan konservasi, hutan difungsikan untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya sehingga jasa lingkungan lebih diprioritaskan daripada hasil kayunya. Jasa lingkungan tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat baik secara sosial maupun ekonomi. Perubahan fungsi kawasan dari Hutan Produksi Tetap menjadi Hutan Konservasi menimbulkan perubahan aktivitas pemanfaatan di dalamnya. Aktivitas pemanfaatan kawasan Taman Hutan Raya Bunder yang semula berupa pemanfaatan kayu dan non kayunya, saat ini sudah berubah fungsi sehingga sudah tidak ada lagi pemanfaatan kayu, dan pemanfaatan non kayu terbatas pada blok tradisional. Perubahan fungsi kawasan tersebut juga diikuti dengan perubahan peraturan yang mengatur pengelolaan kawasan hutan sehingga mengakibatkan adanya perubahan pengelolaan. Perubahan pengelolaan diduga akan memengaruhi interaksi dan pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan Taman Hutan Raya Bunder. Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat juga akan menentukan dalam pengelolaan kawasan hutan selanjutnya. Perubahan pengelolaan dan interaksi masyarakat perlu diketahui untuk dapat mengetahui dampak dari alih fungsi kawasan hutan di Taman Hutan Raya
5 Bunder, oleh karena itu perlu diketahui apa saja pengelolaan yang dilakukan sebelum dan sesudah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya dan apa saja interaksi masyarakat dengan kawasan Taman Hutan Raya Bunder sebelum dan sesudah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya? Interaksi tentunya memberikan dampak bagi kedua pihak yang melakukan interaksi, oleh karena itu perlu diketahui dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari interaksi tersebut agar pengelola dapat meminimalkan dampak negatif yang terjadi. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perubahan pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder dari sebelum ditetapkan sampai dengan setelah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya 2. Mengetahui perubahan interaksi masyarakat terhadap Taman Hutan Raya Bunder dari sebelum ditetapkan sampai dengan setelah ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya 3. Mengetahui dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari interaksi masyarakat terhadap Taman Hutan Raya Bunder
6 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi mengenai perubahan interaksi yang dilakukan oleh masyarakat guna merencanakan pengelolaan dan pengembangan Taman Hutan Raya selanjutnya. 2. Memberikan informasi mengenai dampak interaksi kepada Pengelola Taman Hutan Raya guna memperkecil kemungkinan terjadinya dampak negatif yang timbul akibat interaksi masyarakat dengan Kawasan Taman Hutan Raya.