I PENDAHULUAN. Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun Diakses tanggal 5 Februari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata) DI DESA GUNUNG MALANG KECAMATAN TENJOLAYA KABUPATEN BOGOR

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Tahun Bawang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

IV METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas tanam, produksi, dan produktivitas tanaman padi dan jagung per Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan, Tahun 2008.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah sehingga membuat negara Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki potensi sangat besar dalam sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan nasional. Dalam Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Republik Indonesia tahun 2010-2014 dijelaskan bahwa peran strategis sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan kapital; penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi; penyerap tenaga kerja; sumber devisa negara; sumber pendapatan; serta pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan. Melalui peran strategis sektor pertanian tersebut, sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang dapat meningkatkan pembangunan perekonomian Indonesia yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakaat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup 1. Peran sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian nasional. Salah satu indikator yang digunakan dalam menggambarkan kinerja dan peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional ini yaitu dengan mengetahui kontribusi sektor pertanian dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB) negara Indonesia. Pada tahun 2011 sektor pertanian termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan menempati urutan kedua penyumbang PDB nasional terbesar setelah sektor industri pengolahan. Nilai PDB sektor pertanian berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 mencapai Rp 1.093,5 triliun atau 14,72 persen dari total PDB nasional yang mencapai Rp 7.427,1 triliun. Selain itu, sektor pertanian masih menjadi salah satu lapangan usaha masyarakat Indonesia. Pada tahun 2011, sebanyak 39,3 juta masyarakat Indonesia bekerja di sektor petanian atau sekitar 33,48 persen dari total angkatan kerja (BPS 2011). 1 www.deptan.go.id. Rancangan Rencana Strategis Kementrian Pertanian tahun 2010-2014. Diakses tanggal 5 Februari 2012 1

Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan peternakan. Di antara keempat subsektor tersebut subsektor tanaman pangan merupakan salah satu subsektor yang memiliki peran penting dalam penyediaan bahan pangan utama bagi masyarakat untuk menunjang kelangsungan hidup. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan disebutkan bahwa dengan tersedianya pangan dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pangan sebagai komoditas dagang turut berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu tanaman pangan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan suatu negara. Pertanian tanaman pangan terdiri dari dua kelompok besar yaitu pertanian padi dan pertanian palawija. Tanaman padi maupun palawija memiliki peran yang penting dalam penyediaan bahan pangan. Menurut Rusastra et al. (2007), tanaman palawija memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena kecenderungan umum menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga di daerah berbasis non-padi lebih tinggi, stabil, dan berkelanjutan dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga pada daerah tradisional berbasis usahatani padi. Selain itu tanaman palawija dapat digunakan sebagai tanaman pangan pengganti beras sebagai salah satu kegiatan diversifikasi pangan. Pengembangan tanaman palawija juga diarahkan untuk pemantapan katahanan pangan dan pengetasan kemiskinan. Salah satu tanaman palawija yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia adalah tanaman jagung. Jagung merupakan bahan pangan penting kedua setelah padi dan sebagai sumber karbohidrat selain beras. Jagung merupakan salah satu tanaman pangan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk selain beras, ubi kayu, ubi jalar, tales, dan sagu (Ariani 2006). Konsumsi rata-rata per kapita penduduk Indonesia terhadap jagung dan berbagai bahan pangan lainnya dalam satu minggu dapat dilihat pada Tabel 1. 2

Tabel 1. Konsumsi Rata-rata Seminggu per Kapita Bebarapa Macam Bahan Makanan Penting di Indonesia Tahun 2009-2011 (Kg) Jenis Makanan Tahun Perkembangan 2009 2010 2011*) 2010-2011(%) Beras lokal dan ketan 1,755 1,733 1,721-0,69 Jagung 0,047 0,048 0,035-27,08 Ketela pohon 0,106 0,097 0,111 14,43 Ubi jalar 0,043 0,044 0,055 25,00 Sumber: BPS (2011) Ket: *) Data tahun 2011 berdasarkan hasil Susenas 2011 triwulan 1 Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang masih dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, konsumsi jagung masih lebih rendah daripada konsumsi beras dan ketela pohon. Pada tahun 2010 konsumsi jagung meningkat 2,13 persen dari tahun 2009 dan kemudian turun pada triwulan satu tahun 2011 sebesar 27,08 persen. Kecilnya tingkat konsumsi jagung dibandingkan dengan konsumsi komoditas lainnya disebabkan oleh penggunaan jagung sebagai bahan konsumsi langsung masih terbatas dan masih kalah dengan beras sebagai bahan pangan paling utama. Pemanfaatan jagung paling banyak digunakan sebagai pakan ternak daripada untuk pangan. Penggunaan jagung untuk pakan telah mencapai 50 persen dari total kebutuhan. Pada tahun 1980-1990 penggunaan jagung masih didominasi untuk konsumsi langsung, tercatat pada tahun 1980 sebesar 94 persen jagung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung masyarakat dan hanya 6 persen untuk industri pakan. Pada tahun 1990, jagung mulai digunakan untuk industri pangan. Setelah tahun 2002 telah terjadi pergeseran penggunaan jagung, penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Akan tetapi, penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat. Selama tahun 2000-2004, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar 2,0 persen per tahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masingmasing 5,76 persen dan 3,0 persen per tahun (Deptan 2005). Pemanfaatan jagung untuk bahan makanan dapat ditingkatkan melalui peningkatan konsumsi per 3

kapita dengan program diversifikasi pangan dengan mengembangkan jagung sebagai bahan pangan alternatif susbtitusi beras 2. Selama lima tahun ke depan (2010-2014), dalam membangun pertanian di Indonesia, Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) target utama, yang salah satunya yaitu pencapaian swasembada jagung pada tahun 2014 dengan target produksi 29 juta ton. Jumlah ini merupakan jumlah yang sangat besar mengingat pada tahun 2011 berdasarkan angka ramalan ke-3, produksi jagung di Indonesia baru mencapai 17.230.172 ton (Tabel 2). Jumlah produksi ini menurun sebesar 5,99 persen dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya. Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2009-2011 Tahun Perkembangan Uraian 2010-2011 2009 2010 2011*) (%) Luas Panen (Ha) 4.160.659 4.131.676 3.869.855-6,34 Produktivitas (Ton/Ha) 4,237 4,436 4,452 0,36 Produksi (Ton) 17.629.748 18.327.636 17.230.172-5,99 Sumber: BPS (2012) Ket: *) Data tahun 2011 berdasarkan Angka Ramalan III Produksi jagung nasional pada tahun 2011 mengalami penurunan dibandingkan dengan produksi tahun 2010. Salah satu penyebab penurunan produksi ini adalah menurunnya luas panen. Luas panen jagung tahun 2011 turun sebesar 6,34 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Penurunan luas panen ini mungkin disebabkan oleh penurunan minat petani dalam mengusahakan tanaman dikarenakan pengaruh-pengaruh seperti kondisi cuaca, serangan hama dan penyakit atau pengaruh harga input maupun output. Namun dilihat dari produktivitasnya, produktivitas jagung dari tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sebesar 0,36 persen. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan kembali dengan melakukan pengembangan teknologi untuk meningkatkan 2 http://binaukm.com. Pemanfaatan jagung dalam budidaya jagung. Diakses tanggal 18 Maret 2012 4

produktivitas jagung sehingga target produksi jagung dalam rangka swasembada jagung pada tahun 2014 dapat tercapai. Jagung merupakan merupakan tanaman multiguna. Pemanfaatan jagung tidak hanya diambil biji keringnya saja sebagai bahan baku pangan dan industri. Jagung dapat dipanen pada waktu muda untuk diambil tongkol jagung muda yang dimanfaatkan sebagai sayuran. Jagung muda ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan sayuran dan untuk konsumsi langsung seperti jagung rebus atau jagung bakar. Salah satu jenis jagung yang sering dipanen pada waktu muda adalah jagung manis. Tanaman jagung manis merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Jagung manis menjadi semakin dikenal dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan jagung biasa. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jagung biasa 3. Pemanfaatan jagung manis ini lebih banyak digunakan untuk kebutuhan pangan seperti untuk dijadikan bahan campuran sayur, jagung rebus dan jagung bakar, atau untuk bahan baku makanan. Tanaman jagung manis semakin banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena keunggulan yang dimilikinya. Keunggulan dari jagung manis yaitu waktu panen yang singkat antara 60-70 hari (Anonim 1992). Waktu panen yang singkat ini menyebabkan perputaran modal petani juga semakin cepat. Tanaman jagung manis dijual dalam kondisi segar tanpa melalui proses pascapanen yang rumit. Setelah dipanen, jagung manis dapat langsung dijual tanpa melalui proses pengeringan seperti jagung pipilan. Harga jual jagung manis juga lebih tinggi daripada harga jagung pipilan. Harga jual jagung manis mencapai Rp 3.500 hingga Rp 4.000 per kilogram sedangkan jagung pipilan hanya Rp 2.600 per kilogram 4. Selain itu, tanaman jagung manis dapat dibudidayakan pada musim kemarau, sehingga dapat dijadikan alternatif komoditas tanaman yang dapat dibudidayakan pada musim kering. 3 4 Subekti et al. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 18 Maret 2012 http://beritadaerah.com/berita/sumatra. Petani Lampung budidayakan jagung manis. Diakses tanggal 02 April 2012 5

Permintaan jagung manis segar semakin meningkat karena kebutuhan akan jagung manis selalu ada setiap saat dari permintaan pasar tradisional, pasar modern, restoran, hotel, dan pedagang jagung di tempat-tempat wisata. Produksi jagung manis di Indonesia masih belum bisa memenuhi permintaan pasar segar 5. Hal ini ditunjukkan dengan masih besarnya impor jagung manis segar di Indonesia. Rata-rata peningkatan jumlah impor jagung manis segar setiap tahunnya mencapai 56 persen dari tahun 2008 sampai 2012. Volume impor terbesar terjadi pada tahun 2011 mencapai 2.251 ton jagung manis segar 6. Oleh karena itu, peluang pengembangan budidaya jagung manis di Indonesia masih sangat besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor. Daerah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan tanaman jagung manis. Tanaman jagung manis sudah terlebih dahulu banyak dikenal di Jawa Barat. Selain itu pasar jagung manis di Jawa Barat juga lebih besar daripada daerah lainnya yang ditunjukkan dengan permintaan benih jagung manis yang mencapai 50 ton pada tahun 2006 sedangkan provinsi Jawa Timur hanya 20 ton 7. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kabupaten Bogor. Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2011 mencapai 4.857.612 jiwa meningkat 1,79 persen dibandingkan dengan tahun 2010 (BPS Provinsi Jawa Barat 2012). Peningkatan jumlah penduduk ini akan meningkatkan jumlah kebutuhan pokok terutama kebutuhan akan pangan. Hal ini menyebabkan Kabupaten Bogor menjadi salah satu daerah potensial untuk pengembangan berbagai macam komoditas pertanian termasuk jagung manis sebagai bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Kecamatan Tenjolaya merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan budidaya jagung manis di Kabupaten Bogor. Pada tahun 2011, Kecamatan Tenjolaya menjadi daerah penghasil jagung terbesar kedua setelah Kecamatan Cariu dengan produksi sebesar 356 ton per tahun (Dinas Pertanian 5 6 7 http://foragri.blogsome.com/jagung-manis-open-pollineted/. Jagung manis open pollineted. Diakses tanggal 18 Maret 2012 http://www.bps.go.id. Ekspor-Impor. Diakses tanggal 21 Januari 2013 http://www.agrina-online.com/show_article.php?rid=10&aid=709. Laris manis bisnis sweet corn. Diakses tanggal 18 Maret 2012 6

Kab. Bogor 2011). Hal ini menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Tenjolaya berpotensi untuk kegiatan budidaya jagung termasuk juga jagung manis. Pada tahun 2010, realisasi luas panen jagung termasuk jagung manis di Kecamatan Tenjolaya merupakan yang terbesar di Kabupaten Bogor yaitu sebesar 705 hektar (Dinas Pertanian Kab. Bogor 2010). Akan tetapi pada tahun 2011, realisasi luas panen jagung turun sebesar 30 persen menjadi 490 hektar (Dinas Pertanian Kab. Bogor 2011). Penurunan yang sangat besar ini menunjukkan bahwa preferensi petani untuk membudidayakan tanaman jagung termasuk jagung manis juga menurun. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor dan beberapa diantaranya diduga disebabkan oleh faktor risiko produksi dan kecilnya tingkat keuntungan yang diterima petani pada kegiatan budidaya tanaman jagung manis. Adanya risiko produksi dalam kegiatan budidaya menyebabkan penurunan jumlah produksi bahkan menyebabkan gagal panen yang berdampak terhadap pendapatan petani. Tanaman jagung secara umum termasuk jagung manis memiliki risiko yang besar terutama yang disebabkan oleh penyakit bulai. Penyakit bulai sangat sulit ditangani dan dapat menular ke seluruh tanaman sehingga dapat menyebabkan gagal panen. Tingginya risiko tersebut menyebabkan minat petani untuk menanam jagung menurun dan lebih memilih untuk menanam komoditas lain yang memiliki risiko lebih rendah seperti ubi jalar atau singkong. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi risiko produksi pada budidaya tanaman jagung manis dan analisis pendapatan usahatani jagung manis. 1.2 Perumusan Masalah Desa Gunung Malang merupakan salah satu daerah di Kecamatan Tenjolaya yang berpotensi untuk memproduksi tanaman jagung. Tanaman jagung yang banyak dibudidayakan oleh petani di desa Gunung Malang adalah jenis jagung manis (sweet corn). Pada tahun 2011, Desa Gunung Malang merupakan salah satu daerah yang memproduksi jagung manis terbesar di Kecamatan Tenjolaya. Produksi jagung manis di Desa Gunung Malang mencapai 1.575 kwintal dengan luas lahan sebesar 105 hektar (BPS Kab. Bogor 2011). Tanaman jagung manis menjadi sangat populer di Desa Gunung Malang pada tahun 1990-an. Pada tahun tersebut banyak petani yang mulai tertarik untuk 7

melakukan budidaya tanaman jagung manis. Petani melakukan budidaya jagung manis karena beberapa alasan yaitu permintaannya yang masih sangat besar, nilai jual yang lebih tinggi dan lebih laku dibandingkan dengan jagung pipil serta pemasaran untuk jagung manis juga relatif lebih mudah. Selain itu, perawatannya juga lebih mudah tidak serumit tanaman sayuran lainnya. Masa panen jagung manis juga lebih singkat daripada jagung pipil yaitu 75-80 hari sehingga perputaran modal petani juga lebih cepat. Petani melakukan budidaya jagung manis dengan pola tanaman monokultur maupun polikultur. Pola tanam polikultur banyak dijumpai pada budidaya jagung manis secara tumpangsari dengan ubi jalar. Petani di Desa Gunung Malang menghadapi adanya risiko produksi pada kegiatan budidaya jagung manis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya fluktuasi produktivitas jagung manis yang dibudidayakan oleh petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Produktivitas terendah petani mencapai 2,88 ton/ha sedangkan produktivitas tertingginya mencapai 15 ton/ha. Sedangkan, ratarata produktivitas jagung manis yang dapat diperoleh petani yaitu sebesar 8,17 ton/ha. Selain berfluktuasi, rata-rata produktivitas jagung manis yang dicapai petani tersebut ternyata masih dibawah rata-rata produktivitas potensial. Menurut Szymanek et al. (2006), rata-rata hasil panen jagung manis hibrida bisa mencapai 40.000-60.000 tongkol segar atau sekitar 12-14 ton per hektar. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan produksi jagung manis yang dilakukan oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat mengakibatkan produktivitas yang dihasilkan masih rendah dibawah produktivitas potensial dan juga produktivitasnya berfluktuasi. Fluktuasi produktivitas ini menunjukkan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh petani jagung manis di Desa Gunung Malang. Fluktuasi produktivitas jagung manis Petani Responden di Desa Gunung Malang pada musim tanam tahun 2011-2012 dapat dilihat pada Gambar 1. 8

16,00 14,00 Produktivitas (ton/ha) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Responden Gambar 1. Fluktuasi Produktivitas Jagung Manis Petani Responden di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011-2012 Produksi petani jagung manis sangat ditentukan oleh penggunaan input produksi dan pengaruh kondisi lingkungan. Penggunaan input produksi seperti benih, pupuk, pestisida dan luas lahan akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Perbedaan penggunaan input antar petani akan mengakibatkan perbedaan hasil yang diperoleh. Selain itu penggunaan input yang tidak sesuai dengan standar yang dianjurkan juga dapat mempengaaruhi hasil yang diperoleh. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor input yang tidak tepat dapat menyebabkan adanya risiko dalam kegiatan produksi jagung manis. Dalam melakukan budidaya, petani tidak memiliki acuan yang tepat penggunaan input produksi. Petani lebih mengandalkan dari pengetahuan turun temurun dari orang tua mereka dan berdasarkan pengalaman petani. Alokasi penggunaan input produksi juga dibatasi oleh ketersediaan modal yang dimiliki oleh petani. Hasil produksi jagung manis juga ditentukan oleh jenis varietas yang digunakan. Varietas akan menentukan produktivitas yang dapat dihasilkan, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap penyakit (Agung 2009; Sari 2012). Di Desa Gunung Malang petani lebih banyak menggunakan benih jagung manis varietas Hawai. Selain varietas Hawai terdapat beberapa varietas baru yang memiliki potensi hasil lebih tinggi diantaranya varietas Sweet Boy, Talenta, 9

Golden dan Jambore. Akan tetapi, varietas Hawai masih banyak digunakan oleh petani. Hal ini dikarenakan menurut petani benih ini memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan Desa Gunung Malang yang lebih baik dan memiliki daya tumbuh yang lebih besar daripada benih varietas lainnya seperti varietas Sweet Boy, Talenta, Golden dan Jambore. Petani jarang yang beralih menggunakan benih selain varietas Hawai karena adanya rasa takut terhadap kegagalan produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa benih varietas Hawai memiliki risiko kegagalan produksi yang lebih rendah dibanding dengan varietas lainnya sehingga mampu menghasilkan produksi yang lebih baik. Faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap fluktuasi produktivitas jagung manis. Menurut Sarono et al. (2001) ketidakstabilan produksi dan luas panen dapat juga disebabkan oleh pengaruh stres lingkungan seperti kekeringan, kualitas tanah yang buruk, rendahnya kandungan organik, dan pengaruh ancaman biotik lainnya. Menurut petani di Desa Gunung Malang, faktor cuaca dan penyakit menjadi penyebab utama terjadinya fluktuasi produksi ini. Ketika curah hujan tinggi pada saat penanaman jagung maka akan menyebabkan produksi turun karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan air. Sedangkan pada musim kemarau, tanaman jagung rentan terkena kekeringan sehingga produksi juga berpeluang untuk berkurang. Penyakit yang sering menyerang tanaman jagung adalah bulai. Penyakit ini memiliki dampak yang besar terhadap produksi. Kehilangan hasil akibat penyakit bulai dapat mencapai 90% lebih (Fitriani 2009). Penyakit ini menyerang tanaman pada usia 30-50 hari. Jika sampai penyakit ini menyerang maka seluruh tanaman bisa terancam terkena penyakit jika tidak segera ditangani. Sedangkan hama yang sering menyerang tanaman ini adalah belalang. Belalang akan memakan daun maupun tongkol jagung yang masih muda sehingga pertumbuhan jagung menjadi kurang optimal. Adanya risiko produksi dalam kegiatan usahatani jagung manis dapat merugikan petani. Risiko produksi berpengaruh terhadap hasil panen jagung manis yang dihasilkan oleh petani. Hasil panen yang berfluktuasi akan mengakibatkan pendapatan usahatani jagung manis petani juga mengalami fluktuasi. Terjadinya risiko dapat menurunkan pendapatan usahatani jagung manis yang dilakukan oleh petani. 10

Berdasarkan uraian hasil studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa petani jagung menghadapi risiko produksi yang ditandai dengan adanya variasi pada produktivitas tanaman jagung manis. Risiko produksi diduga disebabkan oleh faktor internal yaitu penggunaan input produksi dan faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan. Adanya risiko produksi akan berdampak pada pendapatan usahatani petani jagung manis. Hasil studi pendahuluan tersebut belum menggambarkan secara rinci faktor-faktor risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh petani dalam melakukan budidaya jagung manis. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi risiko produksi dalam melakukan budidaya tanaman jagung manis. Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor lingkungan terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani jagung manis di Desa Gunung Malang? 2. Bagaimana pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor produksi dan faktor lingkungan terhadap risiko produksi yang dihadapi oleh petani jagung manis di Desa Gunung Malang. 2. Menganalisis pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan usahatani jagung manis di Desa Gunung Malang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 11

1. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengidentifikasi pengaruh faktor produksi dan faktor lingkungan terhadap risiko produksi pada kegiatan budidaya jagung manis sehingga dapat membantu petani dalam mengambil keputusan terkait dengan alokasi penggunaan faktor produksi dan pengelolaan budidaya jagung manis supaya terhindar dari risiko produksi. 2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak yang membutuhkan serta sebagai literatur bagi penelitian selanjutnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sebuah bentuk praktik langsung dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diterima selama menjalankan kuliah sehingga mampu melatih kemampuan penulis dalam menganalisis masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Beberapa ruang lingkup dalam penelitian mengenai analisis risiko produksi jagung manis ini adalah sebagai berikut: 1. Komoditas tanaman yang dibudidayakan petani diantaranya tanaman pangan dan hortikultura. Tanaman pangan yang dibudidayakan diantaranya tanaman padi, singkong dan ubi jalar. Tanaman hortikultura yang sering dibudidayakan petani diantaranya jagung manis, kacang panjang, mentimun dan pare. Tanaman jagung manis dibudidayakan secara monokultur maupun secara polikultur. Penanaman secara polikultur biasanya dilakukan dengan melakukan tumpang sari jagung manis dan ubi. Dalam penelitian ini, produk yang dikaji dan diteliti pada penelitian ini hanya jagung manis. 2. Penetapan variabel input produksi disesuaikan dengan penggunaan input di lapangan dan berdasarkan studi literatur. 3. Penggunaan input dan hasil produksi pada pola tanam polikultur dikonversi secara monokultur dengan membagi penggunaan input dan hasil output terhadap proporsi lahan yang digunakan untuk tanaman jagung manis. 12

Berdasarkan hasil penelitian, proporsi lahan untuk jagung manis dengan tanaman tumpang sari adalah 50:50. 4. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap risiko yang dimasukkan dalam analisis risiko produksi adalah musim. Musim tanam dibagi menjadi tiga yaitu musim hujan, musim kemarau 1 dan musim kemarau 2. Akan tetapi, dalam melakukan analisis risiko produksi hanya digunakan pendekatan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (kemarau 1 dan kemarau 2). 5. Desa Gunung Malang telah terbagi menjadi 2 wilayah administratif yaitu Desa Gunung Mulia dan Desa Gunung Malang pada Tahun 2012 ini. Dalam penelitian ini mengambil studi kasus pada petani responden di kedua desa akan tetapi dengan menggunakan satu nama desa yaitu Desa Gunung Malang. 13