TEORI SISTEMIK DALAM MENANGANI KONFLIK KELUARGA. Aileen P. Mamahit, Ph. D. KKKI Ke-13 Solo, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

Assalamualaikum.. Kelompok 4 Cahyati Tresna D Desi Wijayanti Feida Noor Laila Finsa M. Pratama Iklima Alhauda 07

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

S A N T I E. P U R N A M A S A R I U M B Y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

#### Selamat Mengerjakan ####

juga kelebihan yang dimiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah merupakan bagian dari keluarga yang secara sosial dan

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan

TERAPI KELUARGA STRUKTURAL

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psikolog. Fakultas Psikologi UMBY 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB VI PENUTUP. determinan perilaku sehat multidimensi remaja dan terbukti secara empiris

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan Kepuasan merupakan hal yang bersifat individu. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

Komunikasi Keluarga dalam Membangun Konsep Diri Mantan Pengguna Narkoba

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

Transkripsi:

TEORI SISTEMIK DALAM MENANGANI KONFLIK KELUARGA Aileen P. Mamahit, Ph. D. KKKI Ke-13 Solo, Indonesia

SISTEM KELUARGA Satu set yang terdiri dari bagian-bagian atau beberapa subsistem yang saling terkait. Setiap bagian berfungsi sebagai satu kesatuan; seluruh sistem mendukung setiap bagian. Berusaha mencapai keseimbangan. Menolak perubahan yang tiba-tiba. Memiliki gol dan tujuan. Harus dianggap /ditangani secara utuh.

TIGA TIPE SISTEM Tertutup: Kaku Melekat Menekankan loyalitas, tanggungjawab Terbuka: Fleksibel Demokratis Menekankan pentingnya berbagi perasaan Acak: Kacau Individualis Menghindari interaksi yang asli Sedikit atau tidak ada peraturan

STRUKTUR KELUARGA Organisasi atau struktur yang mengatur interaksi-interaksi di dalam keluarga. Teori Struktur Keluarga meliputi beberapa konsep antara lain: Subsistem-subsistem Keluarga Batas-batas keluarga

KONSEP: SUBSISTEM Komponen struktur keluarga berfungsi untuk melakukan berbagai tugas yang diperlukan supaya sistem keluarga secara keseluruhan dapat berfungsi dengan baik. diatur oleh batas-batas interpersonal ada aturan keanggotaan dapat bersifat sementara maupun menetap.

Subsistem Suami-Istri Menaungi berbagai subsistem di dalam keluarga dan mengakui kebutuhan orangorang dewasa terhadap kasih sayang, keintiman, kerjasama dalam mengambil keputusan. dianggap sebagai penengah antara rumah tangga dan dunia luar.

Subsistem Orangtua Memiliki otoritas untuk pengasuhan dan keselamatan anak-anak. Memenuhi kebutuhan sosialisasi di dalam keluarga. Jika ada orang lain yang mengasuh anakanak, pendekatan struktural menekankan pentingnya kerja sama dan kemampuan untuk menyelesaikan kepentingankepentingan yang saling bertentangan.

Subsistem Orangtua-Anak Konteks untuk ikatan kasih, identifikasi gender, dan modeling. di mana anak-anak belajar untuk mengembangkan otonomi dalam relasi dengan kekuasaan tidak seimbang.

Subsistem Anak-anak / Bersaudara Kelompok sosial yang penting di mana anak-anak belajar untuk bekerjasama, bersaing, menyelesaikan masalah, mengatasi kecemburuan, dan dipersiapkan untuk relasi dengan temanteman sebaya seiring dengan perkembangan usia.

Hal penting tentang Subsistem Kekuatan dan daya tahan subsistem suami-istri dan orangtua adalah kunci stabilitas dan kesehatan keluarga. Kelahiran anak-anak akan memaksa subsistem pasutri berubah menjadi subsistem orangtua dengan tanggungjawab baru. o komplementaritas peran keduanya penting untuk dipertahankan.

KONSEP: BATAS-BATAS Ada dua macam batas antar subsistem: batas yang kaku batas yang kabur.

Batas yang kaku Keluarga Terlepas Batas yang sulit ditembus dan adanya kesenjangan antara subsistem-subsistem Saling membatasi dan tidak ada relasi yang baik dan mendukung bahkan pada saat-saat mereka sangat membutuhkannya. Menciptakan anak yang mandiri tetapi tidak ada keterlibatan, kehangatan dan pertukaran kasih sayang. Anak-anak merasa kesepian, terasingkan, dan tidak ada dukungan pada saat-saat mereka membutuhkannya.

Batas yang kabur Keluarga Terjerat Batas-batas sangat tidak jelas dan biasanya mudah ditembus atau diganggu oleh subsistem-subsistem yang lain. Orangtua terlalu menyediakan diri dan pengasuhan bersifat protektif yang kelewat batas, juga melanggar privasi anak. Anak-anak bertumbuh terlalu melekat pada orangtua dan tidak mengembangkan pemikiran dan perilaku yang mandiri atau gagal belajar ketrampilan bersosialisasi di luar keluarga. Tidak ada hirarki yang jelas antara orangtua dan anak

Pola Transaksi Terlepas: Kontrol orangtua kaku Sendiri-sendiri Sedikit komunikasi Lambat berreaksi Terjerat: Kontrol orangtua lemah Privasi kurang Masalah milik semua Cepat berreaksi

Pola Transaksi Di dalam keluarga yang berfungsi dengan baik, batas yang jelas namun fleksibel memberikan kepada setiap anggotanya identitas Aku sebagaimana identitas Kami atau Kita. oini berarti, setiap anggota keluarga mempertahankan individualitasnya tetapi tetap menjadi bagian yang penting dalam keluarganya.

KONSEP: AFILIASI, KUASA, KOALISI Afiliasi (alignment) adalah bagaimana anggota-anggota keluarga bersekutu bersama atau menentang satu dengan lain dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga sehari-hari. Kekuasaan (Power) berhubungan dengan otoritas (siapa yang mengambil keputusan) dan tanggungjawab (siapa yang menjalankan keputusan). Koalisi (Coalition) adalah usaha setiap anggota keluarga untuk bersekutu melawan anggota lainnya.

KONSEP: AFILIASI, KUASA, KOALISI Kuasa yang berasal dari afiliasi suami-istri sangat baik bagi kesehatan psikis anak. Pengasuhan anak, khususnya dalam hal disiplin dan pemberian batas lebih mudah dilakukan. Koalisi antara salah satu orangtua dan anak melawan orangtua yang satunya sangat melumpuhkan keluarga dan fungsi-fungsinya.

KONSEP: AFILIASI, KUASA, KOALISI Keluarga yang relatif sehat harus berusaha untuk: Memiliki batas yang jelas namun fleksibel antar-generasi Mempertahankan kuasa eksekutif subsistem orangtua. Mengembangkan afiliasi antara kedua orangtua. Mengingat bahwa interferensi orang lain dari luar sistem akan menganggu sistem itu.

Disfungsi Keluarga Konflik dan masalah keluarga berasal dari: Kesulitan atau kegagalan menyesuaikan dengan tahap atau krisis baru dalam perkembangan kehidupan. Anggota keluarga menjadi terlalu terjerat atau terlepas satu dengan lain. Subsistem pasutri gagal berafiliasi. Subsistem orangtua gagal mempertahankan peran pemimpin. Adanya interferensi dari luar sistem.

KONTEKS

1. Struktur keluarga dan subsistem-subsistem di Indonesia. Seharusnya seperti ini: IDEAL dan ALKITABIAH IBU AYAH P1 P2 P3

Konflik dan masalah keluarga terjadi karena struktur keluarga yang tidak seperti yang seharusnya. BANYAK MENJADI SEPERTI INI ATAU MENJADI SEPERTI INI: AYAH IBU P1 P2 P3 P1 IBU AYAH P2 P3

Konflik dan masalah keluarga berasal dari struktur keluarga yang menyimpang ADA JUGA SEPERTI INI: BAHKAN MENJADI SEPERTI INI: IBU Putra 1 AYAH P2 P3 Putra 1 AYAH IBU P2

2. Status ekonomi mempengaruhi keterbukaan orang Indonesia untuk terapi keluarga. Keluarga dari kalangan ekonomi menengah lebih terbuka untuk datang ke terapi jika diminta dari pada menengah ke atas dan menengah ke bawah.

3. Terapi keluarga dianggap konfrontatif. Membicarakan masalah adalah masalah! Bertemu dengan anggota-anggota keluarga secara terpisah lebih memungkinkan. Pertemuan pribadi dapat mempersiapkan mereka untuk pertemuan seluruh keluarga.

4. Keluarga Indonesia memilih mediasi. Masalah dan konflik diselesaikan melalui mediasi dari pada konfrontasi langsung atau kehadiran semua pihak. Mediator menjadi pengantar berita atau pesan.

5. Hamba Tuhan dipilih untuk menyelesaikan konflik. Hamba Tuhan dianggap otoritas sehingga dapat didekati untuk menyelesaikan masalah-masalah keluarga. Perlu memperlengkapi diri untuk menangani konflik dan masalah keluarga dengan lebih efektif.

Menangani Konflik dan Masalah Keluarga secara Sistemik/Struktural

Langkah 1 Joining dan Accommodating Konselor berusaha untuk bergabung menjadi bagian keluarga dan mengakomodasi gaya keluarga. Berafliasi dengan keluarga, konselor dapat memberikan afirmasi atau pujian pada setiap anggota keluarga. Pada dasarnya, langkah pertama ini adalah usaha dari konselor untuk bisa masuk ke dalam sistem keluarga.

Langkah 2 Assessing Family Interaction Tujuan utama dalam evaluasi keluarga adalah organisasi hirarkis, kemampuan subsistem-subsistem untuk menjalankan fungsinya, kesejajaran dan koalisi yang hadir, kelenturan batas-batas, fleksibilitas keluarga dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggotanya. Konselor melakukan diagram sederhana yaitu peta struktur keluarga (mirip genogram tetapi lebih sederhana).

Family Mapping _ Batas yang jelas Afiliasi........... Batas yang kabur Terlibat berlebihan ------- ------- Konflik Batas yang kaku } Koalisi Detouring (Pembengkokan)

Contoh: Family Mapping Peta di atas adalah contoh yang menunjukan Ayah (F) dan Ibu (M) keduanya mengalami stres dalam pekerjaan pulang ke rumah dan saling mengkritik kemudian membengkokan konflik mereka dengan menyerang anak (C) mereka. Peta di bawah menunjukan suami mengkritik istrinya yang berkoalisi dengan anak mereka melawan Ayah. Perhatikan batas yang kaku antar Ibu dan Anak; koalisi mereka eksklusif melawan Ayah. Minuchin menyebutnya sebagai pola disfungsi antargenerasi.

Struktur keluarga yang disfungsional Ibu Ayah Putri Garis titik menunjukan batas yang kabur antara kedua orangtua dan antara orangtua dan anak. Empat garis antara Ibu dan Putri mereka menunjukkan keterlibatan yang berlebihan, overprotectiveness, dan batas yang kabur antara mereka berdua. Putri sangat mungkin terlalu memperhatikan ibunya, dan ibu terhadap putrinya. Ayah tidak dilibatkan.

Langkah 3 Monitoring family dysfunctional sets Memonitor pola-pola disfungsional keluarga adalah inti dari seluruh proses terapi struktural. Teknik terapi untuk menyelidiki dan mengubah pola-pola transaksi keluarga Enactments (memperagakan) Boundary making (menciptakan batas) Unbalancing (menciptakan ketidakseimbangan)

Langkah 4 - Restructuring Membangun struktur baru, yaitu organisasi baru dalam keluarga Perubahan dalam peraturan-peraturan dan afiliasi; pola transaksi; dan batas-batas antar subsistem keluarga. Penguatan subsistem orangtua.

Video Keluarga Rielly

PENUTUP

Terima kasih!