BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keberadaan berbagai media massa yang ada saat ini memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh berbagai jenis informasi yang diinginkan. Hal ini tidak terlepas dari adanya peran media massa dalam kehidupan masyarakat. Perkembangan media saat ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Hal ini secara tidak langsung telah digunakan namun pada dasarnya seluruh media memiliki peranan yang sama yaitu memberikan informasi, hiburan, edukasi, serta kontrol sosial. Media massa dapat menjadi media pembelajaran dalam kehidupan masyarakat karena media massa membawa nilai-nilai baru ataupun mengubah nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dan berdampak dalam kurun waktu tertentu. Hal ini seperti yang dikatakan (Nurudin 2009:255) media massa mampu mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi kehidupan di masa kini dan di masa mendatang. Dengan demikian seluruh isi media (media massa) tiada lain adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality) dalam bentuk wacana yang bermakna. Berbagai kasus yang mempunyai nilai perhatian tinggi dala masyarakat biasanya akan menjadi bahan dalam media. Tak terkecuali konflik politik dalam sebuah Negara (Ibnu Hamad,2004:10). Banyak aspek dari media massa yang membuat dirinya penting sebagai agen perubahan. Media massa, menurut (Harsono, 2004:36), media massa memiliki daya 1
jangkau (coverage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan informasi karena mampu melewati batas wilayah, kelompok umur, jenis kelamin, dan tanpa membedakan strata sosial pembaca. Media massa tentunya tidak terlepas dari peranannya sebagai alat untuk menyebarkan pesan dan menjadi hal yang tak terpisahkan dari komunikasi manusia. Media dalam proses komunikasi adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima (Cangara, 2004:23). Salah satunya adalah media massa. Media massa memiliki dampak yang luas, hal ini disebabkan karena mampu menyebarkan pesan secara massal kepada khalayak luas dan juga heterogen. Seperti yang dikatakan (Rakhmat 2004:65), komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar melalui massa seperti media cetak, surat kabar, majalah, elektronik, radio dan televisi, sehingga pesan dapat diterima secara serentak. Media massa dapat dikategorikan menjadi media cetak dan media elektronik. Tentu masing-masing dari kedua jenis media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Keefektifan dalam menyampaikan pesan melalui media-media tersebut tentunya dipengaruhi media apa yang menentukan sifat perempuan dan laki-laki salah satunya adalah kebudayaan. Konflik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD tentang dugaan dana siluman semakin menjadi perbincangan luas. Tidak hanya masyarakat Jakarta namun akhir-akhir ini meluas hingga keseluruh penjuru lapisan masyarakat Indonesia. Semakin banyak opini dan persepsi masyarakat yang kemudian lebih 2
menganggungkan kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan menyudutkan DPRD dalam kasus ini. Dari faktor pengalaman masa lalu, hampir semua sepakat bahwa penyelenggaraan pemerintahan selama ini penuh korupsi dan kebanyakan pelakunya adalah politisi. Sehingga ketika ada pertarungan DPRD dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang sedang berposisi netral tanpa partai, maka publik teringat pengalaman masa lalunya yang jelek terhadap politisi. Hebatnya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), tidak hanya membaca kebencian publik terhadap partai (dan dengan mudah meninggalkan partainya), tetapi juga berhasil menempatkan diri dia bukanlah politisi. Sementara disisi lain, DPRD khususnya DKI Jakarta yang tidak menyadari faktor ini melakukan blunder dengan sering menampilkan M.Taufik (yang pernah menjadi terpidana korupsi) sebagai perwakilan DPRD dalam melawan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Di titik ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendapatkan keunggulan telak. Persepsi publik sangat jelek terhadap DPRD dan sangat memberi nilai tinggi untuk Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). 1 Gambaran-gambaran konflik Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan DPRD Jakarta dikemas dalam berita pada berbagai media. Tidak terkecuali media online kompas.com dan viva.co.id, kedua media tersebut pada edisi akhir Februari hingga Awal Maret 2015 secara kontinyu memberitakan apapun yang berkenaan atau berhubungan dengan konflik Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan 1 Di akses melalui : http://politik.kompasiana.com/2015/03/01/mengapa-opini-publik-berpihak-ke-ahok-- 704350.html 3
DPRD tersebut. Meski setiap media memiliki ideologi secara tekhnis yang berbeda namun secara garis besar isu yang ditimbulkan hampir sama. Hal yang seperti ini disebut frame. Dengan kata lain media membuat frame frame tertentu terkait adanya konflik dari dua pimpinan tersebut. Konflik antara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan DPRD ini dibingkai dan dikemas sesuai dengan pandangan masingmasing wartawan maupun media. Untuk mengemas berita tersebut, mereka menggunakan cara menonjolkan fakta yang satu dan mengabaikan fakta yang lainnya dan menggunakan berbagai strategi pembingkaian untuk memperkuat fakta yang akan ditonjolkan tersebut dalam sebuah teks berita. Wartawan kedua media tersebut secara sadar melakukan proses pengabaian dan penonjolan dari konstruksi teks beritanya, proses tersebut mengarah dalam konsep yang disebut framing atau pembingkaian. Kompas.com dan viva.co.id memiliki beberapa pandangan tentang kasus perseteruan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan DPRD tersebut, kedua media online ini berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat tentang bagaimana proses dan imbas dari konflik yang terus bergulir hingga awal maret 2015. Selain itu Kompas.com dan viva.co.id juga sangat intens dalam penerbitan kasus yang membuat hubungan kedua belah pihak memanas ini. Pemilihan dua media ini juga bukan berarti akan adanya sebuah teknik perbandingan atau komparasi karena pada dasarnya analisis framing bukanlah teknis mengkomparasikan media, analisis framing murni tentang sebuah analisis teks dalam sebuah media. 4
Pemilihan kedua media online tersebut sebagai objek utama penelitan juga didasari atasa beberapa faktor, terlebih yakni tentang banyaknya pengunjung kedua media online tersebut. Viva.co.id misalnya seiring dengan perkembangan pengguna internet di Indonesia, terjadi pergeseran pola masyarakat dalam mengkonsumsi informasi dari media cetak ke media maya. Jika kita perhatikan, dalam beberapa tahun terakhir kemunculan situs-situs portal berita online semakin menjamur. Dari sekian banyak portal berita online yang ada di Indonesia, viva.co.id dapat dianggap sebagai salah satu media informasi maya yang dapat diandalkan. Apalagi setelah baru-baru ini viva.co.id mengubah tampilan interface websitenya, semakin banyak kemudahan bisa diperoleh oleh para pembaca setianya dalam mengakses informasiinformasi yang dibutuhkan. Dalam melakukan review terhadap sebuah website, ada 3 faktor yang harus diperhatikan, antara lain: Desain Tampilan, Fungsi Website, dan Nilai Pelanggan. Dari ketiga faktor ini, Nilai Pelanggan dianggap memiliki porsi penilaian lebih besar dari dua faktor lainnya dikarenakan disini menyangkut semua aspek manfaat yang langsung dapat dirasakan oleh para pengunjung yang mengakses website tersebut. Didalam faktor penilaian ini, terdapat beberapa item-item penilaian, meliputi: Content (30%), Product/Service Information (20%), Customer Service and Support (35%), Contact Information (10%), dan Investor Information (5%). Atas dasar inilah peneliti memfokuskan penilaian dari sisi konten sebagai salah satu poin penting analisis ini karena terkait dengan kepuasan para pengunjung yang datang ke viva.co.id. Sepertinya status yang disandang sebagai salah satu portal berita online 5
terbesar di Indonesia membuat viva.co.id harus benar-benar memperhatikan kualitas konten yang disajikan. Sedangkan untuk Kompas.com sendiri Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG) mengadakan telesurvei untuk kategori media terpopuler 2013. Detik.com, Harian Kompas dan Majalah Tempo masuk kategori sebagai media terpopuler tahun ini.survei dilakukan dengan metode wawancara via telepon. Nomor dipilih secara acak dari buku telepon Telkom. Populasi survei seluruh WNI yang tinggal di 10 kota besar yakni DKI Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar dan Balikpapan. Responden yang wawancarai sebanyak 2450 orang dengan waktu penelitian tanggal 3 Juni-22 Juni 2013. Tingkat keyakinan 99 persen dengan sampling error - /+2.61 %.Untuk kategori media online, Detik.com menduduki urutan pertama dengan angka 20.8%. Disusul di urutan kedua Kompas.com 17.7%, urutan ketiga diraih Tempo.co 5.1%. Mediaindonesia.com 3.6% masuk urutan ke empat dan menempati posisi buncit ada Okezone.com dengan 0.5 persen. Sisanya sebanyak 17.6% menjawab tidak tahu. 2 Proses konstruksi yang dilakukan oleh media mengenai sebuah realitas dapat dipahami bahwa berita bukanlah sebuah cerminan dari realitas. Berita merupakan hasil akhir dari sebuah proses konstruksi yang berisi informasi yang diyakini oleh media kebenarannya, baru setalah itu media menyusunnya dengan menonjolkan bagian yang dianggap penting tanpa menghilangkan fakta-fakta yang ada untuk 2 Di akses melalui : http://news.detik.com 6
disampaikan kepada khalayak. Sehingga pengaruh framing yang dilakukan oleh media berujung pada penerimaan pesan oleh khalayak. Apa yang ingin media tanamkan kepada khalayak bisa diterima melalui fakta-fakta yang telah disusun sedemikian rupa. Sehingga ketika khalayak membaca berita yang disajikan tadi, memiliki opini yang terbentuk sesuai bingkai yang telah dibuat oleh media tersebut (Prabawati, 2012). Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkap rahasia dibalik sebuah perbedaaan bahkan pertentangan media dalam mengungkapkan fakta. Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai, dan dikonstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen-elemen tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah realitas politik, bagaimana media membangun, menyuguhkan, mempertahankan, dan mereproduksi, suatu peristiwa kepada pembacanya. Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa menendalikan siapa, siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien, siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas, dst. Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin diperoleh karena analisis framing merupakan suatu seni-kreativitas yang memiliki kebebasan dalam menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu. Ada dua esensi utama dari analisis framing yaitu, Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. 7
Kedua, bagaimana fakta ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan(sobur 2006:124). Analisis framing sebagai suatu metode analisis isi media, terbilang baru. Ia berkembang terutama berkat pandangan kaum konstruksionisme. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Konsep mengenai konstruksionisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Beger bersama Thomas Luckman, yang banyak menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial dan realitas. Tesis utamadari Berger adalah manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis, dan plural secara terus-menerus. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah tidak juga sesuatu yang diturunkan Tuhan, tetapi ia dibentuk dan direkonstruksi. Dengan pemahaman seperti itu, realitas berwajah ganda / plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Selain plural, konstruksi sosial juga bersifat dinamis. Sebagai hasil dari konstruksi sosial maka realitas dapat merupakan realitas subyektif dan realitas objektif. Realitas subyektif, menyangkut makna, interpretasi, dan hasil relasi antar individu dengan objek. Sedangkan realitas objektif, merupakan sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada di luar atau dalam istilah Berger, tidak dapat kita tiadakan dengan anganangan (Tri nugroho:2011). Berita dalam pandangan konstruksi sosial, bukan merupakan peristiwa atau fakta dalam arti yang riil. Disini realitas bukan hanya dioper begitu saja sebagai berita. Ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Dalam proses 8
internalisasi wartawan dilanda oleh realitas. Realitas diamati oleh wartawan dan diserap dalam kesadaran wartawan. Dalam proses ekternalisasi, wartawan menceburkan dirinya untuk memaknai realitas. Konsepsi tentang fakta diekspresikan untuk melihat realitas. Hasil dari berita adalah produk dari proses interaksi dan dialektika tersebut (Eriyanto,2004:96). Melalui latar belakang itulah fenomena konflik antara Basuki Tjahaja Purnama dengan DPRD ini kemudian dijadikan dalam sebuah judul peneletian KONSTRUKSI PEMBERITAAN KONFLIK BASUKI TJAHAJA PURNAMA (GUBERNUR DKI JAKARTA) DAN DPRD DI MEDIA ONLINE (Analisis Framing Pada Kompas.com Dan Viva.co.id Edisi 28 Februari-5 Maret 2015) yang kemudian didasarkan pada analisis teks Framing. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana media online kompas.com dan viva.co.id mengkonstruksi pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur DKI Jakarta) dan DPRD edisi 28 Februari - 5 Maret 2015? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis bertujuan: Untuk mengetahui konstruksi media online Kompas.com dan viva.co.id pada pemberitaan Konflik Basuki Tjahaja Purnama (Gubernur DKI Jakarta) dan DPRD edisi 28 Februari - 5 Maret 2015. 9
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat akademis Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademis, sebagai bahan referansi penelitian-penelitian selanjutnya tentang analisis framing pada pemberitaan di media. 1.4.2 Manfaat Praktis Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wawasan tentang pentingnya keterbukaan media dalam memberikan informasi pada masyarakat. 10