BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dukuh Waluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas pada ketinggian tempat kurang lebih 80 meter diatas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Juli sampai dengan Oktober 2009. B. Alat dan Bahan 1. Alat yang digunakan : a. Alat-alat pengolahan tanah (cangkul, garpu/ garuk, sabit). b. Alat perawatan (hansprayer, gembor). c. Alat pengujian ( timbangan analitik, gelas ukur, penggaris). 2. Bahan yang digunakan : a. Benih bawang merah varietas bima yang diperoleh dari Brebes. b. Arang sekam yang diperoleh dari limbah pabrik pengolahan beras c. Pupuk organik (pupuk kandang) d. Pupuk anorganik: (Urea, SP36 dan KCl). e. Fungisida dan insektisida ( Dhitane M-45, Furadan 3G). C. Ranccangan Percobaan Penelitian ini merupakan percobaan faktorial yang disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor yang dicoba terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu dosis Arang sekam (A), dan faktor kedua yaitu dosis pupuk Kalium (K). Dosis arang sekam terdiri dari tiga taraf :
1. A 0 : 0 ton / ha (0 kg/ petak) 2. A 1 : 10 ton / ha (1 kg/ petak) 3. A 2 : 20 ton / ha (2 kg/ petak) Dosis pupuk K terdiri dari empat taraf : 1. K 0 : 0 kg KCl / ha setara dengan 0 kg Kalium /ha (0 kg / petak) 2. K 1 : 100 kg KCl / ha setara dengan 52 kg Kalium / ha (10 g KCl / petak) 3. K 2 : 200 kg KCl / ha setara dengan 104 kg Kalium /ha (20 g KCl /petak) 4. K 3 : 300 kg KCl / ha setara dengan 156 kg Kalium /ha (30 g KCl /petak) Kombinasi perlakuan yang diperoleh sebanyak 12 kombinasi dan diulang sebanyak 3 (tiga) kali, sehingga diperoleh 36 unit percobaan. Tiap unit percobaan berukuran 100 cm x 100 cm, jarak antar petak 50 cm dan jarak antar blok 100 cm. Tabel 2. Kombinasi perlakuan Arang sekam Kalium A0 A1 A2 D. Pelaksanaan Penelitian K0 A0K0 A1K0 A2K0 K1 A0K1 A1K1 A2K1 K2 A0K2 A1K2 A2K2 K3 A0K3 A1K3 A2K3 Penelitian ini dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Proses pratanam Tahapan persiapan dalam penelitian ini meliputi persiapan bibit, persiapan lahan budidaya, persiapan peralatan- peralatan pengolahan tanah dan peralatan untuk perawatan lainya, serta pesiapan bahan-bahan yang akan digunakan baik pupuk, pestisida maupun arang sekam. Untuk benih bawang digunakan varietas Bima yang diperoleh dari Brebes. Bibit bawang merah yang digunakan dipilih bibit
yang sehat, warna mengkilat, kompak/tidak keropos, kulit tidak luka dan telah disimpan + 2-3 bulan setelah panen. 2. Persiapan lahan Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20 cm, kemudian lahan dibagi kedalam tiga blok. Tiap blok terdiri dari 12 unit percobaan. Tiap unit percobaan memiliki luas 1 m 2 dengan tinggi bedengan 25 cm. Jarak antar unit percobaan adalah 50 cm dan jarak antara tiap blok adalah 100 cm. Di sekeliling lahan dibuat saluran drainase dengan kedalaman 40 cm dan lebar 50 cm. Tiap unit percobaan dicampur dengan arang sekam sesuai perlakuan, untuk perlakuan A0 (0 kg/ petak), perlakuan A1 (dicampur 1 kg arang sekam/ petak) dan perlakuan A2 (dicampur 2 kg arang sekam / petak). Teknik pencampuran yaitu dengan cara mencampur arang sekam dan tanah dengan menggunakan cangkul. Kedalaman pencampuran yaitu 15 cm dan dicampur secara merata. kemudian sebelum ditanamani bedengan didiamkan selama tiga hari. 3. Penanaman Penanaman menggunakan jarak tanam 20 cm x 15 cm. Sebelum ditanam, terlebih dahulu bibit dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian selanjutnya bibit tersebut direndam dalam larutan Dithane M-45 kurang lebih selam dua jam. Agar memudahkan cara penanaman yaitu dilakukan dengan cara menugal. Kemuudian bibit dimasukkan kedalam lubang penugalan serta membumbun 2/3 bagian umbi kedalam tanah. Dan sebelum di lakukan penanaman setiap bedeng ditebar furadang- 3G dengan dosis 2 gram/petakan perlakuan.
4. Perawatan tanaman a. Penyiraman Penyiraman dilakukan selama tidak terjadi hujan dilahan budidaya. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari selama proses pertumbuhan awal dan dalam waktu-waktu tertentu jika tanaman memerlukan penyiraman lebih intensif atau pada saat keadaan lahan terlalu kering. Selebihnya penyiraman hanya dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari. Penyiraman dihentikan setelah persentase pertumbuhan tanaman telah mencapai 90 % atau pada saat tamanan telah berumur 55 hari setelah tanam. b. Penyiangan dan pembubunan Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam yaitu bersamaan dengan pemupukan pertama. Penyiangan selanjutnya dilakukan setiap 10 hari sekali dan saat-saat tertentu karena pertumbuhan gulma terlalu cepat. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang berada pada lahan budidaya. Pembumbunan dan pendangiran dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, yaitu bersamaan dengan pemupukan pertama, dan setelah tanaman berumur 25 hari setelah tanam yaitu bersamaan dengan pemupukan ke dua. c. Pemberian pupuk Pemupukan dilakukan secara bertahap yaitu dua kali. Pupuk yang diberikan yaitu : Urea 100 kg /ha, ZA 200 kg /ha, SP-36 100 kg /ha, dan KCl sesuai dengan perlakuan. Untuk pupuk SP-36 diberikan pada tahap pertama pemupukan bersamaan dengan pupuk organik (pupuk dasar). Untuk pupuk ZA dan Urea diberikan dua kali, pemupukan pertama dilakukan 7 hari setelah tanam dengan dosis 50 kg urea + 100 kg ZA/ha, dan
pemupukan ke dua dilakukan 25 hari setelah tanam dengan dosis dan cara yang sama pada pemupukan susulan I. Sedangkan untuk pupuk KCl dosisnya disesuaikan dengan masingmasing perlakuan. Teknik dan waktu pemberian bersamaan dengan pemupukan susulan I dan susulan II yaitu 7 hari setelah tanam dan 25 hari setelah tanam, diberikan secara larikan dan dibenamkan. 5. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia yaitu menggunakan fungisida Dhitane M-45 untuk perendaman bibit, insektisida Furadan 3G yang di tabur dilahan budidaya untuk pencegahan serangga. Sedangkan pengendalian hama selama pertumbuhan tanaman yaitu menggunakan insektisida Byrusil 250 EC untuk hama ulat bawang (spodoptera exigua), dan insektisida Metindo 25 EC untuk hama ulat pemotong (Agrotis ipsilon) dengan konsentrasi larutan 2 ml/liter air. 6. Pemanenan Pemanenan dilaksanakan pada saat umur tanaman telah mencapai 62 hari setelah tanam, yaitu yaitu 2 hari melebihi umur panen komoditas bawang merah varietas Bima. Kriteria pemanenan daun telah menguning, leher batang diatas umbi telah lemas, dan lebih dari 60 % daun telah rebah. E. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikkut : a. Panjang daun (cm) Panjang daun diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun terpanjang dalam satu rumpun. Diukur mulai tanaman berumur 10 hari setelah tanam dan diukur setiap 10 hari.
b. Jumlah daun (helai) Jumlah daun dihitung tiap sampel dalam setiap perlakuan, penghitungan dilakukan setiap pengamatan 10 hari sekali. Daun yang telah mengalami kerusakan yang lebih dari 50 % tidak termasuk dalam penghitungan. c. Jumlah umbi perumpun Jumlah umbi perumpun dihitung pada saat panen d. Bobot basah umbi perumpun (g) Bobot basah umbi ditimbang pada saat pemanenan dengan menggunakan timbangaan analitik. Skala penimbangan menggunakan berat umbi basah tanpa daun setelah dipanen. e. Bobot kering umbi perumpun (g) Bobot kering umbi (tanpa daun) perumpun ditimbang setelah pemanenan dan setelah umbi dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 80 0 C selama 24 jam. Karena setelah 24 jam masih terjadi penurunan bobot, maka pengovenan dilanjutkan selama 2 x 24 jam. Pengukuran menggunakan timbangan analitik. f. Volume umbi per rumpun (cm 3 ) Volume umbi perumpun diukur dengan cara pengambilan sampel umbi setiap unit plot perlakuan. Pengukuran volume umbi menggunakan gelas ukur yang diisi dengan air, yaitu dengan menghitung jumlah selisih volume air setelah dimasukkan umbi dengan volume air sebelum umbi dimasukkan. g. Bobot basah brangkasan perumpun (g) Bobot basah brangkasan perumpun ditimbang pada saat pemanenan dengan menggunakan timbangan analitik. Skala pengukuran yaitu dengan menimbang umbi basah, akar beserta daun-daunnya.
h. Bobot kering brangkasan perumpun (g) Bobot kering brangkasan ditimbang setelah brangkasan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 80 0 C selama 24 jam. Karena setelah 24 jam masih terjadi penurunan bobot, maka pengovenan dilanjutkan selama 2 x 24 jam. Penimbangan menggunakan timbangan analitik. F. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji F (uji anova) untuk mengetahui keragamannya. Apabila perlakuan berpengaruh nyata atau sangat nyata, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kesalahan 5%.