BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bank 2.1.1. Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam Wardiah (2013:15) bank adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dana menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2011:1) menjelaskan bahwa: Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya. Menurut Ismail (2013:13) bank merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan, maupun transaksi lainnya. 2.1.2. Jenis-Jenis Bank Menurut Kasmir (2014:32) dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika dilihat dari segi fungsinya bank dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: 6
7 1. Bank Sentral Bank sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu negara. Di setiap negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabangcabangnya. Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Indonesia disamping sebagai bank sentral adalah sebagai bank sirkulasi, bank to bank dan lender of the last resort. Fungsi sebagai bank sirkulasi adalah mengatur peredaran keuangan suatu negara. Sedangkan fungsi sebgai bank to bank adalah mengatur perbankan di suatu negara. Kemudian fungsi sebagai lender of the last resort adalah sebagai tempat peminjaman yang terakhir. Tujuan utama Bank Indonesia sebagai Bank Sentral adalah untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, untuk mencapai tujuan tersebut bank sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem devisa serta mengatur dan mengawasi bank. 1. Bank Umum Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional san atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Perkeditan Rakyat (BPR) Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
8 dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. 2.1.3. Sumber-Sumber Dana Bank Menurut Hasibuan (2011:61) Dana Bank adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam kegiatan operasionalnya. Dana bank terdiri dari dana (modal) sendiri dan dana asing. Menurut Ismail (2013:39) Sumber dana bank merupakan dana yang dimiliki oleh bank, baik yang berasal dari dana masyarakat, pinjaman dana pihak ketiga. Menurut Kasmir (2015:50) Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dari masyarakat. 2.2. Kredit 2.2.1. Pengertian Kredit Menurut Hermanto dan Agung (2012:219) asal kata Kredit dari bahasa Latin: Credere yang artinya kepercayaan, atau Credo yang berarti Saya Percaya. Suatu pemberian kredit terjadi, di dalamnya terkandung adanya kepercayaan orang atau badan yang memberikannya pada orang lain atas badan yang diberinya, dengan ikatan perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang di perjanjikan untuk dipenuhi pada waktunya (yang akan datang).
9 Menurut Rivai (2013:197) bahwa istilah kredit berasal dari bahasa latin, Credo, yang berarti I believe, I trust, saya percaya atau saya menaruh kepercayaan. 2.2.2. Unsur-Unsur Kredit Menurut Kasmir (2012:84) Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit dapat diberikan. Oleh karena itu sebelum kredit diberikan harus dilakukan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik nasabah terhadap bank. 2. Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini
10 kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit diberikan. 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut dapat berbentuk jangka pendek (dibawah 1 tahun), jangka menengah (1-3 tahun) atau jangka panjang (diatas 3 tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan. 4. Resiko Suatu tingkat resiko yang akan dihadapai sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang diberikan. Semakin panjang waktu kredit, maka semaki besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja oleh nasabah maupun resiko yang tidak disengaja. Misalnya, karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang di perolehnya. 5. Balas jasa Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank konvesional balas jasa di kenal dengan istilah lain yaitu bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank.
11 2.2.3. Jenis-Jenis Kredit Menurut Taswan (2012:218) secara umum terdapat beberapa jenis pemberian kredit yang diberikan oleh bank kepada para debiturnya, yaitu jenis kredit menurut bentuknya, jenis kredit menurut jangka waktu dan jenis kredit menurut keguanaanya. Adapun jenis-jenis kredit tersebut: 1. Jenis Kredit Menurut Bentuknya a. Kredit Rekening Koran Dalam hal ini debitur diberi hak untuk menarik dana dalam rekening korannya sampai dengan sebesar plafon yang ditetapkan bank. Pelunasan pokok kredit dilaksanakan pada saat jatuh tempo, dengan bunga kredit umumnya dihitung secara harian berdasarkan baki kredit (outstanding credit) atau dengan nilai rata-rata baki kredit setiap bulannya. b. Installment Loan Kredit ini adalah kredit yang angsuran pokok dan bunganya dilakukan secara teratur menurut jadwal waktu yang telah disepakati antara bank dengan debitur, dengan nilai konstan selama berlangsungnya masa kredit tersebut. Pada kredit installment angsuran pokok meningkat dan angsuran bunga menurun, sehingga total angsuran menjadi konstan sepanjang masa kredit. 2. Jenis Kredit Menurut Jangka Waktu a. Kredit Jangka Pendek
12 Kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun, namun termasuk kredit tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari 1 tahun. b. Kredit Jangka Menengah Kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai dengan 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman. c. Kredit Jangka Panjang Kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun. Misalnya kredit produktif, kredit perumahan dan kredit kendaraan. 3. Jenis Kredit Menurut Kegunaannya a. Kredit Modal Kerja Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usah, misalnya untuk pembelian barang dagangan. b. Kredit Investasi Kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha, misalnya kredit untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin dan persiapan infrastruktur lainnya. c. Kredit Konsumsi Kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut juga personal loan. Contoh: Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit untuk pembelian kendaraan, kredit untuk pendidikan dan sebagainya.
13 4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan Yaitu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan di lindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajaukan calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain. 5. Dilihat dari segi sektor usaha a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang. b. Kredit industri, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai industry, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar. c. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan untuk jangka panjang yaitu ternak kambing atau sapi.
14 d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah. e. Kredit profesi, yaitu merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapa pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada paras professional seperti dosen, dokter atau pengacara. g. Kredit perumahan adalah kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan berjangka waktu panjang. 2.2.4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Menurut Abdullah dan Tantri (2013:172) penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar. Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaiannya tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis 5C dan 7P.
15 Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5C kredit adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah bauk yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadan keluarga, hoby dan social standing-nya. Ini semua merupakan kemauan membayar. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. 4. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi
16 suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidnang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil. Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut: 1. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannyaatau tingkahlakunya seharihari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party Yaitu mengklarifikasikan nasbah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.
17 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaiman kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection Tujuannya adalah bagaiman menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang dan jaminan asuransi.
18 2.2.5. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah Kredit Pemilikan Rumah yang selanjutnya disingkat KPR adalah kredit yang diberikan oleh bank kepada pemohon kredit untuk pembiayaan kepemilikan rumah, baik rumah baru maupun rumah bekas pakai. Menurut Supriyono (2011:124) Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan kredit yang dipergunakan untuk pembiayaan: 1. Pembelian Rumah baru (dari developer atau perorangan) 2. Pembelian Rumah bekas (second) 3. Pembelian Ruko dan rukan 4. Pembelian Apartemen baru atau bekas 5. Renovasi Rumah 6. Konstruksi (pembangunan rumah, ruko, rukan) 7. Renovasi (rumah, ruko, rukan, apartemen) 8. Dan lain-lain