1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 ANALISIS GERAKAN MASSA BERDASARKAN SIFAT FISIK MEKANIK TANAH DAERAH KALIJAMBE, KECAMATAN BENER, KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH ABSTRAK. Bencana tanah longsor hampir setiap musim hujan selalu menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Wilayah Indonesia yang rawan akan bencana tanah longsor antara lainkabupaten Purworejo, Jawa Tengah, khususnya Kecamatan Bener. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi di daerah tersebut,terdiri dari litologi berupa material gunung api,derajat pelapukan tinggi, dan memiliki bentuk lahan dengan kemiringan lereng yang curam.pada lereng curam tersebut sering kali terdapat bidang lemah yang terbentuk di antara batuan segar yang kedap air dengan tanah pelapukan yang lebih poros, sehingga berpotensi menjadi bidang gelincir. Kondisi lereng yang tidak memenuhi kriteria keamanan dan tidak terpantau akan menjadi ancaman bagi kehidupan disekitarnya,bahkan dapat menimbulkan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis gerakan tanah, mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng, dan menyusunmodelpenanggulangan sertapengurangan dampak gerakan massa yang terjadi. Kata Kunci : Gerakan Massa, Sifat Fisik Tanah, Faktor-faktor Berpengaruh. ABSTRACT.Landslide disaster almost every rainy season has always been a threat to the people of Indonesia. Areas of Indonesia prone to landslide disaster include Purworejo Regency, Central Java, especially Bener District. This is influenced by geological conditions in the area, consisting of lithology in the form of volcanic materials, high degree of weathering, and has a landform with steep slopes. On such a steep slope there is often a weak plane formed between fresh, impermeable rocks with porous weathered soil, potentially becoming a sliding plane. Slope conditions that do not meet the criteria of safety and unmonitored will be a threat to life around it, even can cause casualties. This study aims to determine the type of ground motions, identify the factors that influence the stability of the slopes, and develop a model of mitigation and reduction of the impact of mass movement that occurs. Key words: Mass Movement, Phisycal Soil Properties, Influencing Factors
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1. PENDAHULUAN Deformasi pada permukaan bumi menyebabkan perubahan yang bersifat konstruksional maupun destruksional. Kondisi yang menunjukkan jejak pelapukan, erosi, dan sedimentasi merupakan bukti dari perkembangan suatu bentuklahan. Menurut Turangan (01), pada tempat dimana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketinggiannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehingga tanah yang lebih tinggi kedudukannya cenderung bergerak kearah bawah sehingga terjadilah gerakan massa. Kondisi lereng yang tidak memenuhi kriteria keamanan dan tidak terpantau akan menjadi ancaman bagi kehidupan disekitar serta dapat menimbulkan korban jiwa. Daerah Kalijambe, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo memiliki kriteria lingkungan sebagaimana tersebut di atas. Oleh karena itu, analisis gerakan massa (tanah/batuan)perlu dilakukan pada lereng lereng alami yang berada di lokasi penelitian yaitu daerah Kecamatan Bener dan sekitarnya (Gambar 1). Analisis tersebut antara lain untuk mengetahui sifat fisik tanah dan menentukan tingkat kestabilan dari lereng lereng yang berada di daerah penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis gerakan tanah, mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi kestabilan lereng, dan menyusunmodelpenanggulangan sertapengurangan dampak gerakan massa yang terjadi. Gambar1. Peta lokasi daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA.1. Geologi Regional Menurut Pringgoprawiro dan Riyanto (1), stratigrafi daerah penelitiandari tua ke muda meliputi:formasi Kaligesing, Intrusi Andesit, dan Formasi Sentolo.Formasi Kaligesingterdiri
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 dari breksi vulkanik dan lava andesit dengan struktur berupa sheeting joint, autobreksia, vesikuler, dan masif, memiliki umur berkisar antara, + sampai, + 1,1 juta tahun yang lalu (Oligosen akhir Miosen Awal). menurut Soeria Atmadja, dkk., 1 dalam Harjanto 00 berdasarkan penentuan umur absolut batuan dengan menggunakan metode K Ar. Berdasarkan adanya struktur sheeting joint, autobreksia, vesikuler, dan masif dapat disimpulkan bahwa formasi ini diendapkan pada lingkungan darat, dengan fasies proksimal (Bronto (00). Breksi-andesit Formasi Kaligesingacapkali dijumpai dengan sisipan batupasir. Struktur primer yang dijumpai yaitu masif dan beberapa menunjukkan pelapukan spheroidal weathering. Menurut Pringgoprawiro dan Riyanto (1) Formasi Kaligesing memiliki umur Oligosen akhir Miosen awal. Formasi Kaligesing diterobos oleh korok andesit dengan struktur columnar joint. Berdasarkan penentuan umur absolut batuan dengan menggunakan metode K Ar (Soeria Atmadja, dkk. ) batuan vulkanik di daerah Kulon Progo berkisar antara, + sampai, + 1,1 juta tahun yang lalu (Oligosen akhir Miosen Awal). Di atas Formasi Kaligesing dijumpai Formasi Sentolo, disusun oleh batugamping pada umumnya memiliki ukuran butir arenit (0,0 mm), namun terkadang dijumpai singkapan dengan ukuran butir lutit(< mm). Struktur sedimen yang ditemukan yaitu laminasi sejajar. Selain itu, hasil analisis fosil pada sampel penampang stratigrafi terukur juga menunjukkan kehadiran fosil foraminifera bentonik dan dapat disimpulkan Satuan ini diendapkan pada zonabatimetri Neritik Tengah hingga Bathial Atas dan diendapkan secara tidak selaras di atas Satuan breksi-andesit Kaligesing...Gerakan Massa Batuan Gerakan massa didefinisikan sebagai tanah, batuan, ataupun keduanya yang bergerak turun pada suatu bidang gelincir di bawah pengaruh bidang gravitasi. Faktor pengontrolnya yaitu nilai slope yang relatif besar, curah hujan tinggi, peningkatan muka air tanah, serta pelapukan yang intensif. Peristiwa ini biasanya terjadi didaerah perbukitan dengan kondisi lereng tidak stabil. Hal ini terjadi karena adanya gangguan terhadap kesetimbangan gaya penahan (shear strength) dan gaya peluncur (shear stress) yang bekerja pada suatu lereng. Secara mekanika, pelapukan akan mengurangi terjadinya kekuatan geser batuan dan akan memacu proses gerakan masa. (Boris, 01; Hardiyanto, 01; Kusumayudha & Ciptahening 01; Citrabhuwana dkk, 01). Pada suatu lereng terdapat sistem gaya yang bekerjasecara alami. Apabila
1 1 1 1 keseimbangan sistem gaya tersebut terganggu, akan menyebabkan terjadinya gerakan massa (Citrabhuwana, dkk, 01).Lereng yang terdiri dari tanah atau batuan lapuk mempunyai kerentanan terhadap gerakan massa yang berbeda dengan lereng yang disusunoleh batuan keras (Citrabhuwana, dkk, 01). Kestabilan lereng yang ditempati oleh tanah sangat dipengaruhi kekutatan gesek tanah tersebut, sementara lereng yang terdiri dari batuan pada umumnya selain dipengaruhi oleh kekuatan gesek batuan, juga dikendalikan oleh kehadiran struktur geologi di lokasi tersebut. (Kusumayudha & Ciptahening, 01). Model sistem gaya yang bekerja pada lereng adalah sebagaimana pada Gambar. Menurut Hardiyanto (01), faktor penyebab longsor lahan terdiri darifaktor pasif dan faktor aktif. Faktor pasif meliputi topografi, keadaan geologi atau litologi, keadaan hidrologis, kondisi tanah, keterdapatan longsor sebelumnya, dan kondisi vegetasi. Faktor aktif yang mempengaruhi longsor lahan diantaranya aktivitas manusia dalam penggunaan lahan dan iklim, terutama terkait dengan curah hujan. 1 1 1 1 0 1 G = weight force α = slope inclination Φ = friction angle of rock mass and the sliding plane c = cohesion force Gambar. Distribusi Gaya pada Suatu Lereng (Hoek & Bray, vide Citrabhuwana, dkk, 01) Wilayah Kabupaten Purworejo secara fisiografi termasuk di dalam Pegunungan Menoreh. Gerakan massa yang terjadi di daerah ini pada umumnya dapat diklasifikasikan debagai longsoran tanah/soil (soil slide/landslide). Bidang lemah yang sering menjadi bidang gelincir biasanya merupakan batas antara batuan segar dan soil atau
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 batuan lapuk (Kusumayudha & Ciptahening, 01). Bentuk bidang gelincir acap kali tidak berupa sirkular ataupun planar, melainkan kombinasi dari keduanya (Kusumayudha &Ciptahening, 01). Kejadian longsor selalu dipicu oleh hujan yang meresap ke dalam tanah hingga mencapai batas antara batuan lapuk dan batuan segar, selanjutnya meningkatkan tekanan pori, mengurangi kekuatan gesek batuan. Kejadian longsor di daerah ini pada umumnya memiliki kecepatan tinggi, berkombinasi dengan aliran sebagaimana yang terjadi di desa Kemanukan, Panusupan, dan Ngelo, Purwodadi. Gambar berikut ini menunjukkan model longsor di desa Ngelo dan Purwodadi (Gambar ). Gambar.Tipologi Gerakan Tanah di Ngelo dan Purwodadi (Karnawati 00 vide Kusumayudha & Ciptahening, 01). METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, metode yang diterapkan adalah kajian data sekunder, pengamatan/pemetaan langsung di lapangan, dan analisis laboratorium. Pengambilan data geologi dan data geologi teknik dilakukan di lapangan antara lain meliputi bentuklahan dan singkapan, hasil pengukuran (kedudukan batuan), serta pengambilan sampel tanah untuk uji laboratorium.sedangkan data pendukung diambil dari instasi lain atau data dari peneliti terdahulu.pengamatan, pencatatan, dan pengukuran data-data geometri bidang longsor juga dilakukan, antara lain: slope longsor, tinggi bidang longsor, lebar bidang longsor, dan panjang bidang longsor. Pengambilan contoh tanah (sample) diambil dari sejumlah kecil tanah untuk pengujian sifat fisik dan pengujian sifat mekanik, biasanya dikategorikan sebagai pengambilan tanah tidak terganggu (undisturbed). Penelitian dilanjutkan dengan
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 analisis studio berupa analisis petrografi, paleontologi, stratigrafi, struktur geologi, dan geologi teknik. Penyusunan peta berupa peta lintasan, peta geologi, peta pola pengaliran, peta geomorfologi, peta kelerengan, peta tata guna lahan, dan peta zonasi rawan bencana. Dalam melakukan analisis gerakan tanah,didukung dengan penggunaan software slide v..parameter yang disertakan adalah sifat fisik dan sifat mekanik sampel tanah yang diambil dari beberapa lereng di daerah penelitian. Penentuan kondisi faktor keamanan lereng didasarkan atas klasifikasi Bowles (), untuk menentukan daerah yang berpotensi mengalami gerakan tanah dengan kelas rendah, sedang, atau tinggi. Pembagian zona kerentanan gerakan tanah mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/00 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dengan metode tumpang susun (overlay) dengan parameter litologi, struktur geologi, kelerengan, morfologi, dan curah hujan. Hasil akhir dari penelitian ini berupa zonasi kerentanan gerakan tanah daerah penelitian dalam bentuk kelas dan upaya untuk penanggulangannya.. HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Geologi Didasarkan atas klasifikasi Van Zuidam (1), daerah penelitian dapat dibagi menjadi satuan bentuklahan, yaitu Satuan Tubuh Sungai (F1), Satuan Lembah Homoklin (S1), Satuan Struktural (S), dan Satuan Lava (S1). Satuan Tubuh Sungai (F1)dicirikan oleh morfologi berupa sungai dengan kemiringan curam sampai miring (% - 1%) dan memiliki elevasi kurang lebih 1meter, bentuk lembah sungai U hingga V, serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat. Satuan Lembah Homoklin (S1) dicirikan oleh morfologi berupa lembah dengan kemiringan lereng miring (% - 1%), memiliki elevasi antara 1meter dengan bentuk lembah sungai U sampai V, serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat. Satuan Struktural (S)dicirikan oleh morfologi berupa perbukitan dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam (1% - %), memiliki elevasi antara meter dengan bentuk lembah U sampai V, serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat. Satuan Lava (V1)dicirikan oleh morfologi berupa perbukitan dengan kemiringan lereng agak curam sampai curam (1% - %), memiliki elevasi antara 1 meter dengan bentuk lembah U sampai V serta tingkat pelapukan dan pengerosian sedang sampai kuat. Pola pengaliran yang berkembang di daerah penelitian secara umum adalahfault trellis.
1 1 1 1 Stratigrafi di daerah Kalijambe terdiri dari breksi andesit, lava andesit Kaligesing, dan intrusi andesit. Di atas satuan breksi dan lava andesit Kaligesing didapatkan batugamping Sentolo. Dari hasil analisis fosil pada sampel penampang stratigrafi terukur bagian atas, tengah, dan bawah,ditemukan kehadiran mikrofosil panktonik, sehingga dapat ditarik umur relatif yaitu Miosen Tengah Pliosen Awal (N1 N1). Struktur geologi dijumpai berupa kekar dan sesar. Kekar berkembang secara sistematis berupa kekar gerus berpasangan. Hasil analisis data kekar menunjukkan arah tegasan umum relatif Baratlaut Tenggara. Sesardi daerah penelitian memiliki pola tertentu. Berdasarkan analisis pola kelurusan lembah dari interpretasi citra SRTM terindikasi adanya arah-arah umum yang dapat dikelompokkan menjadi arah Timurlaut - Baratdaya dan Baratlaut - Tenggara.Sesar berarahtimurlaut- Baratdaya antara lain Sesar Kamijoro (Normal Left Slip Fault) dan Sesar Medono (Normal Left Slip Fault), Sesar berarah Tenggara - Baratlaut antara lain Sesar Ketosari (Lag Right Slip Fault) dan Sesar Bleber (Right Slip Fault). Peta geologi Daerah Kalijambe dan sekitarnya tertuang pada Gambar. 1 Gambar. Peta Geologi Kalijambe dan Sekitarnya
.. Analisis dan Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Secara umum daerah penelitian menunjukkan geomorfologi bergelombang dan perbukitan dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Di beberapa lereng teramati adanya gelaja-gejala dan potensi longsor seperti terlihat pada Gambar. 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 Gambar. Beberapa Titik longsor di Desa Kalijambe; Desa Ketosari; Desa Bener; Desa Sukowuwuh Variasi kemiringan lereng di Daerah Kalijambe tercermin dalam Peta Kelerengan sebagaimana Gambar. Setelah dilakukan analisis terhadap beberapa lereng dan kejadian-kejadian gerakan massa yang terdapat di daerah penelitian, maka hasil secara keseluruhan dituangkan dalam Tabel 1. Berdasarkan sifat fisik dan mekanik tanah (kadar air, kohesi, sudut geser dalam, dan faktor keamanan lereng), litologi, struktur geologi, kemiringan lereng dan tata gunaan lahan, maka zona kerentanan gerakan tanah di daerah penelitian dapat dibagi menjadi tipe zona yaitu zona berpotensi tipe B dan zona berpotensi tipe C dengan tingkat kerawanan tinggi, sedang, dan rendah, secara detail dapat dilihat pada Tabel. Gambar menunjukkan peta zonasi kerentanan gerakan tanah di Daerah Kalijambe dan sekitarnya, sedangkan penjelasannya terdapat pada Tabel. Perencanaan dan pengembangan wilayah pada daerah Kecamatan Bener dan sekitarnya menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/00 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor, bahwa di daerah Kecamatan Bener dan sekitarnya dapat difungsikan untuk dibangun pusat hunian, jaringan transportasi lokal, dan jaringan prasarana pendukung lainnya melalui pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang ketat. 1 1 1 1 1 1 Gambar.Peta Kelerengan Daerah Kalijambe dan Sekitarnya.. Faktor Penyebab Gerakan Tanah dan Penanggulangannya Analisis terhadap faktor-faktor penyebab gerakan tanah di Kecamatan Bener dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Berdasarkan kelerengan dan geomorfologi, gerakan tanah terjadi pada morfologi perbukitan struktural dengan kemiringan lereng agak curam hingga curam. ) Iklim merupakan faktor penting penyebab terjadinya pelapukan dan perubahan bentuklahan. Daerah Kecamatan Bener mempunyai curah hujan relatif tinggi, intensitas curah hujan >000 mm/tahun, menyebabkan kadar air cukup tinggi pada tanah,dengan
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 kisaran 1,0% -,0%.Kandungan air berlebihan dapat mengurangi ikatan antar partikel tanah, meningkatkan tekanan pori, sehingga kekuatan geser tanah menurun. ) Hasil uji sampel tanah menunjukkan nilai sudut gesekrelatif kecil, berkisar antara O O. Hal ini mengakibatkan faktor keamanan pada beberapa lereng menunjukkan nilai yang kecil pula, yaitu berkisar 0, 1,. Faktor keamanan dengan nilai < 1,0 mengindikasikan bahwa lereng dalam kondisi kritis, bahkan longsor. ) Meskipun beberapa tempat memiliki litologi resisten seperti breksi dan batuan beku,namun jika di tempat tersebut terdapat struktur geologi baik kekar maupun sesar, maka litologi tersebut menjadi lebih mudah lapuk. Adanya rekahan dan sesar dapat menimbulkan bidang-bidang lemah yang berfungsi sebagai bidang gelincir longsoran. ) Tata guna lahan di daerah penelitian terdiri dari pemukiman, ladang, perkebunan, sawah, dan sungai. Keberadaan pemukiman dapat menambah beban pada mahkota lereng. Selain itu sistem drainase yang tidak baik di pemukiman akan membuat tanah menjadi jenuh air dan labil. Lahan persawahan basah membuat tanah menjadi lembek dan jenuh air. Sedangkan di daerah perladangan akar pepohonan yang adapada umumnya tidak dapat menembus bidang lemah yang dalam, dan pada umumnya terjadi di lokasi longsoran lama. Dengan demikian kondisi tersebut mempermudah terjadinya longsor. Berdasarkan hasil analisis gerakan massa diuraikan di atas, maka upaya penanggulangan yang dapat dilakukan pada lereng-lereng yang berpotensi longsor diantaranya: - Membuat kemiringan lereng lebih landai - Pembuatan trap/bangku (benching - Mengendalikan air permukaan - Metode Sosialisasi kepada warga - Mengurangi beban pada bagian atas lereng - Penanaman pohon di lajur rawan longsor - Pembuatan dinding penahan (retaining wall) KESIMPULAN 1. Daerah Kalijambe dan sekitarnya, Kecamatan Bener dapat dibagi menjadi (empat) satuan bentuklahan, yaitu Satuan Tubuh Sungai (F1), Satuan Lembah Homoklin (S1), Satuan Struktural (S), dan Satuan Lava (V1). Pada umumnya pola pengaliran yang berkembang adalah fault trellis. Secara stratigrafi litologi penyusun daerah Kalijambe terdiri atas Satuan Lava-andesit Kaligesing berumur Oligosen Akhir Miosen Awal, Satuan breksi-andesit Kaligesing berumur Oligosen Akhir-Miosen
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 Awal, Intrusi Andesitberumur Oligosen Akhir-Miosen Awal, dan Satuan batugamping Sentolo berumur Miosen Tengah-Pliosen.. Daerah penelitian memiliki potensi longsor dengan jenis debris slide,faktor kemanan lereng berdasarkan analisis dengan software slide v berkisar 0, 1,dan dengan Metode Fellenius berkisar 0, 1,1.Hal ini menandakan lereng tersebut kritis hingga labil.. Zonasi kerentanan gerakan massa dapat dibagi menjadi zonasi berpotensi longsor tipe B dan tipe C, dengan potensi longsor tinggi, sedang, dan rendah. Adapun upaya untuk penanggulangan longsor antara lain membuat kemiringan lereng lebih landai,pembuatan trap/bangku (benching), mengendalikan air permukaan, metode sosialisasi, mengurangi beban pada bagian atas lereng, penanaman pohon di lajur rawan longsor, dan pembuatan dinding penahan (retaining wall). DAFTAR PUSTAKA Bishop, A. W., (1) : The Use of Slip Surface in The Stability of Analysis Slopes, Geotechnique, Vol. London Blow, W.H. 1. Late Middle Eocene to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigraphy- Cont, Planktonic Mikrofosil. Geneva 1: Pro. Leide, E.j.Bull, v.1. Borris, W. D. 0. Studi Gerakan Tanah Desa Gonggang dan Sekitarnya Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmiah : Magister Teknik Geologi Volume : IV, Nomor, Juli 0. Bowles J.E. (). Sifat Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Bronto, S. (00), Fasies Gunungapi dan Aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No., Hal -1 Citrabhuwana, B.N.K., Kusumayudha, S.B., Purwanto (01) Geology and Slope Stability Analysis using Markland Method on Road Segment of Piyungan Patuk, Sleman and Gunungkidul Regencies, Yogyakarta Special Region, Indonesia, International Journal of Economic and Environmental Geology, Vol, No 1, University of Karachi, Pakistan, www.econ-environ-geol.org Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 00. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No /PRT/M/00. Hardiyatmo, H. C.. 00. Mekanika Tanah II. Edisi Ketiga. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Hardiyatmo, H. C, 01, Tanah Longsor dan Erosi, Yogyakarta, UGM Press. Kusumayudha, S.B., Ciptahening, A.N. (01) Correlation between Tectonic Environment and Chracteristics of Mass Movement (Landslides): A Case Study from Java, Indonesia, Journal of Geological resource and Engineering, David Publisher, Vol, No, Hal 1 - Pringgoprawiro, H., dan Riyanto, B., 1. Formasi Andesit Tua Suatu Revisi. Bandung: Institut Teknologi Bandung Departemen Geologi.
Rahardjo, W., Sukandarrimidi dan Rosidi, H. M., 1. Peta Geologi Lembar Yogyakarta, Jawa, Skala 1:0.000. Bandung: Direktorat Geologi. Soeria Atmadja, R., Suparka, E., Yuwono, S. () Turangan, A.E., (01) :Analisa Kestabilan Lereng dengan Metode Fellenius (Studi Kasus : Kawasan Citraland). Tabel 1. Analisis Gerakan Tanah dan Kestabilan Lereng di daerah Kalijambe dan Sekitarnya, Kecamatan Bener No 1 Lokasi Dusun Kalijambe, Desa Kalijambe, X : Y : Z : m Dusun Ketosari, Desa Ketosari, Dusun Bener, Desa Bener, Dusun Sukowuwuh, Desa Sukowuwuh, Litologi Penyusun Soil breksiandesit Soil breksiandesit Soil breksiandesit Soil breksiandesit Kondisi Topografi lereng agak curam curam (1 %), lereng agak curam (1 0%), lereng agak curam curam (1 %), lereng agak curam (1 0%), Morfologi Struktural Struktural Struktural Struktural Geometri Lereng, Sifat Fisik Tanah T :,m L : 0m, S: 1,m slope : o c :, : :,0 T: 1,1m, L: 0m, S:,m, slope : o c :, : 1 :, T: m, L: 0m, S :,m, slope : o c :, : 1 :,1 T: 1m, L : 1,m, S: 1,m, slope : 1 o c :,1 : :, Tipe Longsor Faktor Keamanan 0, (labil) 0,1 (labil), Bowles () 1, (kritis),) 0, (labil), Keterangan Bagian atas lereng terdapat beberapa rumah dan kebun warga. Oleh warga sekitar, lereng dibuat berundak dan dimanfaatkan untuk jalan setapak. Lokasi berada di dekat jalan besar Purworejo- Magelang, pada bagian atas lereng terdapat vegetasi berbatang keras Pada bagian atas lereng terdapat vegetasi berbatang keras Lokasi berada dekat jalan penghubung antar desa, sempat terjadi longsor tetapi telah ditanggulangi oleh warga dengan membuat sistem drainase Dusun Wadas, Desa Wadas, Purworejo Soil lavaandesit lereng curam (1 %), lava T:,m, L: 1,m, S :,m, slope : o c :, : 1 : 0, 0, (labil), lokasi lereng berada dekat dengan rumah warga
Dusun Kamijoro, Desa Kamijoro, Soil breksiandesit lereng curam (1 %), Struktural T:,m, L: 1,m, S :,m, slope : o c :, : : 1, 0, (labil), lereng berada dekat dengan rumah warga Dusun Jati, Desa Jati, Soil breksiandesit lereng agak curam (1 0%), Struktural T:,m, L: 1,m, S:,m, slope : o c :, : 1 : 1,00 0, (labil), lokasi lereng berada dekat dengan rumah warga Dusun Mayung Sari, Desa Mayung Sari, Soil breksiandesit lereng agak curam (1 0%), Struktural T:,m, L:,1m, S : m, slope : o c :, : : 1, 0, (labil), terdapat vegetasi berbatang keras pada bagian atas lereng 1 Keterangan: T = tinggi lereng; L = lebar lereng; S = panjang sisi lereng Tabel. Zonasi Gerakan Massa Tanah Tipologi Kawasan Zonasi Kera - wanan Kondisi Geologis Tata Guna Lahan Wilayah Rekomendasi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Zona Berpotensi Longsor Tipe B Tinggi Litologi: breksi andesit, lava andesit, Struktur: kekar dan sesar Lereng agak curam sampai curam (1 - %). nilai faktor keamanan 0, - 1, (labil - kritis). Tata guna lahan didominasi oleh pemukiman dan perkebunan Zona ini berada di Kecamatan Bener menepati luasan 1% dari daerah penelitian. Hutan Lindung Kawasan Wisata Jaringan Air Bersih Jaringan Drainase ZonaBerpo tensi Longsor Tipe B Sedang Litologi: breksi andesit Struktur: Lereng: agak curam (1% - 0%), Tata guna lahan didominasi oleh perkebunan, ladang, sawah, dan sedikit pemukiman Zona ini berada di Kecamatan Bener menempati luasan % dari daerah penelitian Jaringan Air Bersih Jaringan Srainase Jaringan Sewerage Sistem Pembuangan Sampah
Zona Berpotensi Longsor Tipe C Simbol Rendah Litologi penyusun adalah batugamping pasiran Struktur: tidak ada Lereng miring % - 1% Tata guna lahan didominasi oleh pemukiman, perkebunan, ladang, sawah, dan fasilitas publik Zona ini berada di Kecamatan Bener dan menmpati luas 1% dari daerah penelitian. Tabel. Zonasi Gerakan Tanah Daerah Kalijambe dan Sekitarnya Tipologi Kawasan Zona Berpotensi Longsor Tipe B Zona Berpotensi Longsor Tipe B Zonasi Kerawanan Tinggi Sedang Keterangan Pusat Hunian Jaringan Air Bersih Jaringan Drainase Jaringan Sewerage Sistem Pembuangan Sampah Prasarana Transportasi Lokal Jaringan Telekomunikasi Jaringan Listrik dan Jaringan Energi lainnya Zona ini menempati luasan 1% dari daerah penelitian, litologi penyusun breksi andesit dan lava andesit, terdapat kekar dan sesar pada beberapa tempat, kelerengan agak curam sampai curam (1 - %), nilai faktor keamanan lereng 0, - 1, (labil - kritis). Zona ini menempati luasan % dari daerah penelitian, litologi breksi andesit dengan kemiringan lereng agak curam (1% - 0%). Zona Berpotensi Longsor Tipe C Rendah Zona ini menmpati luasan 1% dari daerah penelitian, litologi batugamping, kelerengan miring % - 1%.
Gambar. Peta Zonasi Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Kalijambe dan Sekitarnya, Kecamatan Bener