BAB I PENDAHULUAN. dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control,

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. merasa lelah dan sulit untuk berkonsentrasi pada sore harinya, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu


BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mual setelah sarapan pagi karena tidak terbiasa. Alasan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. semakin menghawatirkan. Tidak hanya di Indonesia, penelitian di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan kondisi kesegaran jasmani yang baik dan prima. Tingkat kesegaran

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto,2006). Oleh karena itu,untuk meningkatkan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik pada mahasiswa/i, saat sarapan pagi harus diperhatikan pemilihan menu serta kandungan gizi yang baik untuk pemenuhan zat-zat gizi pada pagi hari. Manusia yang kurang makan akan lemah dalam kegiatan, pekerjaan fisik, dan daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh (Kartasapoetra, 2008:16). Menurut berbagai kajian, frekuensi makan yang baik adalah 3 kali sehari, hal ini berarti sarapan pagi hendaknya jangan ditinggalkan dan bisa dilakukan antara pukul 06.00-08.00 (Khomsan A, 2004:103). Kebiasaan makan pagi termasuk dalam salah satu tiga belas pesan dasar gizi seimbang.bagi pelajar sarapan yang cukup, terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina sehingga meningkatkan prestasi belajar.bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan.membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi

dan beraktivitas pagi dan mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan atau makan siang (Depkes, 2014). Kebutuan gizi seseorang tidak mungkin terpenuhi hanya dari satu atau dua kali makan sehari, khususnya pada mahasiswa yang memiliki aktivitas yang fisik yang padat. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010,kebiasaan sarapan pagi juga termasuk dalam PUGS( Pesan Umum Gizi Seimbang) yang dibuat oleh departemen kesehatan pada tahun 2002, Yaitu pada pesan ke-8 menyebutkan biasakan sarapan pagi untuk memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja. Sarapan pagi menyumbang 15-30 % pemenuhan kalori dalam sehari.sangat disayangkan sebesar 26,1% anak indonesia hanya mengomsumsi minuman (air putih, teh, susu) dan sekitar 44,6% yang kurang bahkan tidak pernah sarapan pagi. Banyak masyarkat indonesia terutama anak-anak, remaja, dan dewasa yang beranggapan salah mengenai sarapan, mereka mengira hanya teh, susu, kopi,sepotong kue kecil untuk sarapan pagi. Selain itu makan pada jam 10 pagi atau jam istrahat sekolah atau kerja dianggapa sebagai sarapan pagi (Kemenkes,2011).Meninggalkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa dan halini menyebabkan tubuh lemah sehingga konsentrasi berkurang karena tidak adanya suplai energy di dalam tubuh. Apabila hal ini terjadi, maka tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tubuh, bahkan bisa mengalami penurunan kadar glukosa (hipoglikemi) (Kartasapoetra& Marsetyo, 2005). Berdasarkan rekomendasi WHO, sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi adalah sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (12-15%),

lemak (24-30%).Jumlah energi yang harus terpenuhi dalam sarapan yaitu sekitar 370-555 kkal dan protein sekitar 9,8-14,7 gram. Sarapan memberi modal energi pada kita untuk beraktivitas sepanjang hari. Sebenarnya selain memberi energi pada tubuh, sarapan juga memiliki manfaat lain yang tak kalah penting yaitu meningkatkan konsentrasi yang fokus dan fisik yang prima sebagai penunjang karir yang kita lakoni. Berbagai penelitian membuktikan bahwa makan pagi berpengaruh pada prestasi belajar anak. Anak yang tidak makan pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang memerlukan konsentrasi. Mereka umumnya mempunyai nilai hasil ujian yang lebih rendah, mempunyai daya ingat yang terbatas dan sering absen. Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat. Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi hari. Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental,dalam artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Bila terjadi keterlambatan masukan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu dan pusing juga mengantuk yang nantinya berujung penurunan prestasi anak. Sarapan terbukti dapat meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak (Gibson & Gunn, 2011).Selain sarapan pagi, faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa adalah aktivitas fisik. Prevalensi

penduduk Indonesia pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dengan kategori aktivitas fisik yang kurang pada umur 15 19 tahun dan 20 24 tahun berturut turut sebanyak 35,4% dan 26,1%. Selain itu, prevalensi aktivitas fisik yang kurang 24,8% ditemukan pada penduduk Indonesia tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA). Terdapat 22 provinsi di Indonesia yang aktivitas fisik penduduknya tergolong kurang aktif di atas rerata Nasional, salah satunya provinsi Sumatera Barat dengan perilaku sedentary 6 jam per hari sebanyak 30,3% (Kemenkes RI, 2013). Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka dan mengakibatkan pengeluaran energi (World Health Organization (WHO), 2013a). Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), aktivitas fisik sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik atau latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) dan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani (Wardani dan Roosita, 2008).

Selain bermanfaat dalam kesehatan, aktivitas fisik atau olahraga dapat memengaruhi keadaan psikologi termasuk depresi, kecemasan, dan stress (Paiman, 2009). Aktivitas fisik juga dapat memengaruhi fungsi kognitif yang berhubungan dengan perhatian dan proses mengingat, yaitu dengan cara meningkatkan suplai darah ke otak, massa otak, memori, dan juga penghantaran sinaps ke otak pada orang dewasa (Toit et al., 2011). Berdasarkan intensitasnya, aktivitas fisik dibagi menjadi 4 jenis, antara lain aktivitas fisik berat, sedang, ringan, dan inaktivasi (World Cancer Research Funds, 2007). Departemen Kesehatan RI (2007) menyarankan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur minimal 30 menit dalam sehari. Aktivitas fisik dapat berupa olahraga seperti push up, lari ringan, tenis, yoga, fitness, senam, bermain bola, bermain tenis, dan angkat beban. Selain olahraga, aktivitas fisik dapat berupa kegiatan sehari-hari seperti berjalan, berkebun, bermain, dan menari (WHO, 2012). Aktivitas fisik memberikan pengaruh yang baik terhadap kinerja otak. Penelitian oleh Coe et al. (2006) menyatakan bahwa peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan rangsangan dan menurunkan kebosanan, sehingga dapat meningkatkan perhatian terhadap pelajaran. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani. Menurut Grissom (2005), kesegaran jasmani berhubungan positif dengan prestasi belajar. Siswa dengan kesegaran jasmani yang baik cenderung mendapatkan prestasi belajar yang baik. Indikator keberhasilan pembelajaran seorang mahasiswa salah satunya dapat dilihat dari pencapaian prestasi belajarnya (Sadler, 2010).

Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan nilai hasil tes belajar (Nurmasyita, 2007). Bagi remaja, prestasi belajar merupakan hal yang penting. Remaja mulai melihat kesuksesan dan kegagalan sebagai gambaran keberhasilan di masa depan (Santrock, 2003). Remaja merasa bangga dengan prestasi yang diraih. Keinginan untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik akan memotivasi remaja untuk lebih berusaha (Gunarsa, 2004). Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di Perguruan Tinggi, yang usianya berkisar antara 18 hingga 22 tahun.dalam teori perkembangan, usia ini termasuk dalam masa remaja akhir (Siswoyo, 2007). Dalam proses belajar pada perguruan tinggi untuk melihat keberhasilan seorang mahasiswa dapat dilihat dari indeks prestasi (IP).Indeks prestasi adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan nilai akhir yang menggambarkan nilai proses belajar mengajar tiap semester atau juga besaran angka yang menyatakan prestasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar mahasiswa pada satu semester.mahasiswa yang memiliki IP tinggi dapat didedikasikan mampu mengikuti mata kuliah dengan baik begitu juga sebaliknya mahasiswa yang memiliki IP rendah dapat dikategorikan kurang mampu mengikuti pelajaran dengan baik.hal yang menjadi factor rendahnya prestasi belajar seorang mahasiswa dapat di pegaruhi oleh hal seperti sarapan pagi yang tidak teratur dan aktivitas fisik yang sangat padat, karena apabila seseorang tidak sarapan pagi dan juga memiliki aktivitas fisik yang padat maka dapat menimbukan penurunan konsentrasi belajar seseorang dalam ruangan saat belajar.

Hal itu terjadi karena adanya rasa lapar,ngantuk,lemas, kelelahan dan daya tangkap yang kurang.contohnya yang terjadi di sebuah salah satu Universitas Sumatera Utara,setelah peneliti melakukan survey pendahuluan pada 60 sample yang di ambil secara acak yaitu 25 laki-laki dan 35 perempuan di jumpai ada sekitar 33% yang jarang sarapan pagi, 17% rutin sarapan pagi dan 50% yang tidak pernah sarapan pagi.telat bangun merupakan alasan mereka tidak sempat sarapan pagi karena sudah dikejar waktu untuk ke kampus,alasan mereka telat bangun karena padatnya aktivitas fisik yang mereka lakukan hingga membuat mereka kelelahan hingga tertidur pulas. Mereka yang cenderung kurang tidur memiliki pola makan yang buruk,setelah di teliti,banyak di antara mereka yang tidak pernah sarapan pagi. Mereka yang jarang dan tidak pernah sarapan pagi sering menggabung waktu sarapan pagi dengan makan siang yaitu sekitar jam 11.00-13.00 setelah mata kuliah jeda. Sementara hasil penelitian menunjukan jam sarapan yang baik itu sekitar pukul 06.00-09.00. Hal itu dapat menyebabakan nilai akademis menurun karena kurangnya konsentrasi belajar didalam ruangan perkulihan karena sudah dalam keadaan letih,lesu,lemas dan lapar. Cemilan merupakan menu yang sering di jadikan menu pengganti sarapan oleh mahasiswa/i FKm USU2015 seperti mkanan gorengan, pecal,dan indomie. Sementara kadungan gizi yang terdapat di dalam cemilan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk melakukan aktifitas.hal ini sangat berpengaruhi terhadap konsentrasi belajar mahasiswa tersebut bahkan dapat mempengaruhi prestasi belajarnya.

Sementara itu peneliti juga menemukan bahwa mereka yang jarang sarapan pagi dan aktivitas padat memiliki nilai akademis yang kurang memuaskan dibawah 2,00. Melihat fenomena kejadian yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran pola sarapan pagi, aktivitas fisik, dan prestasi belajar mahasiswa/i FKM Universitas Sumatera Utara angkatan 2015. 1.2 Rumusan Masalah Belum diketahuinya jumlah asupan gizi yang terdapat dalam sarapan sesuai dengan kebutuhan gizi yang dibutuhkan, aktivitas fisik, dan prestasi belajar mahasiswa/i FKM USU angkatan 2015 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui gambaran pola sarapan pagi, aktivitas fisik dan prestasi belajar mahasiswa FKM USU angkatan 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran perilaku pola sarapan pagi meliputi frekuensi sarapan dan jumlah zat gizi sarapan mahasiswa/i FKM USU angkatan 2015 2. Diketahuinya gambaran aktivitas fisik pada mahasiswa FKM USU angkatan 2015 3. Diketahuinya gambaran prestasi belajar mahasiswa FKM USU angkatan 2015

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Mahasiswa Memberikan informasi kepada mahasiswa FKM USU angkatan 2015 tentang gambaran pentingnya sarapan pagi,aktivitas fisik,dan prestasi belajar. 1.4.2 Bagi Instusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagi bahan masukan atau bahan pustaka yang berguna untuk pembaca secara keseluruhan dan penelitian selanjutnya. Serta dapat dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan refrensi atau sumber data untuk penelitian sejenis berikutnya yang akan melakukan penelitian dengn menggunakan metode dan variable yang lebih kompleks.