Ringkasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

No. 15/2/DPNP Jakarta, 4 Februari 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

-2- Dengan mempertimbangkan hal di atas dan sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN SAHAM BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/24/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 14/ 24 /PBI/2012 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016

RANCANGAN POJK PERUSAHAAN INDUK KONGLOMERASI KEUANGAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/4/DPNP Jakarta, 6 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Kepemilikan Saham Bank Umum

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/17/PBI/2006 TENTANG INSENTIF DALAM RANGKA KONSOLIDASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas.

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

No Syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan yang sehat dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tercipta perbankan syariah yang kuat d

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) PERATURAN BANK INDONESIA NO

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2015 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I. KETENTUAN UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

-2- dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun Penyelesaian Bank selain Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya bertujuan untuk memin

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 3 /PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Frequently Asked Question (FAQ) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian

2 menyerap potensi risiko yang dihadapinya. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan rasio-rasio permodalan yang meliputi rasio KPMM dan rasio modal in

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

Syarat Pendirian Bank dengan Besarnya Modal Dasar dan Modal Disetor

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- b. modal disetor atau modal koperasi serta lingkup wilayah operasional; c. pemegang saham pengendali; d. persyaratan dan tata cara perizinan usaha

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Tahun Penanganan Bank Sistemik oleh Lembaga Penjamin Simpanan pada dasarnya juga bertujuan untuk memelihara stabilitas sistem perbankan. II.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 15 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH

Dana pihak ke-1 dan kepemilikan saham pada bank syariah bukopin tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berperan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/13/PBI/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/3/PBI/2009 TENTANG BANK UMUM SYARIAH

GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

No. URAIAN Dasar Hukum a. Bukti Pemenuhan persyaratan modal di setor (dalam Anggaran Dasar)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS RANCANGAN POJK KPMM BPRS

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan:

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA


PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS

TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG DIBERIKAN STATUS SEBAGAI BANK PERKREDITAN RAKYAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20 /SEOJK.03/2016

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 101)

No. 6 / 15 /DPNP J a k a r t a, 3 1 M a r e t S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM INDONESIA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /SEOJK.03/2017

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Laporan Keuangan Konsolidasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Kelembagaan. Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Bank

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

PT. Tunas Ridean Tbk Kamis, 19 April s/d Selesai

No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

LAMPIRAN VIII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Pembiayaan Syariah OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

Ringkasan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Ketentuan : Berlaku : 19 Juli 2017 Ringkasan : Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 44/SEOJK.03/2017 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia 1. Terdapat 3 (tiga) opsi dalam melakukan pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia, yaitu: a. Penggabungan atau peleburan atas Bank-Bank yang dikendalikannya. b. Membentuk Perusahaan Induk di Bidang Perbankan (Bank Holding Company/BHC). c. Membentuk Fungsi Holding. 2. Otoritas Jasa Keuangan memberikan insentif dalam rangka penggabungan atau peleburan untuk memenuhi kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia yang mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai insentif dalam rangka konsolidasi perbankan. Selain itu, juga diatur mengenai tata cara dan batas waktu pelaksanaan penggabungan atau peleburan, serta kewenangan Otoritas Jasa Keuangan melakukan uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon Pemegang Saham Pengendali (PSP) dan/atau calon pengurus Bank hasil penggabungan atau peleburan. 3. Pengaturan mengenai BHC, antara lain: a. Tata cara dan batas waktu pelaksanaan pembentukan BHC dan pengalihan saham dari PSP kepada BHC. b. Tugas BHC. c. Permodalan BHC. d. Perusahaan Induk di Bidang Keuangan (Financial Holding Company) yang bertindak sebagai BHC. e. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan untuk menyetujui atau menolak permohonan pembentukan BHC dan calon PSP dan/atau pengurus BHC. 4. Pengaturan mengenai Fungsi Holding, antara lain: a. Jenis PSP yang dapat membentuk Fungsi Holding, yaitu hanya PSP berupa Bank yang berbadan hukum Indonesia dan instansi Pemerintah Republik Indonesia. b. Tata cara dan batas waktu pembentukan Fungsi Holding.

c. Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atas pembentukan Fungsi Holding. 5. Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap Perusahaan Induk di Bidang Perbankan dan terhadap Fungsi Holding sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tugas pengaturan dan pengawasan Bank, termasuk melakukan pemeriksaan, baik secara berkala maupun sewaktu-waktu apabila diperlukan. 6. BHC dan Fungsi Holding menyampaikan laporan-laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan seperti: a. program kerja strategis BHC atau Fungsi Holding. b. Laporan pengawasan BHC atau Fungsi Holding terhadap Bank. c. Laporan prudential lainnya.

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44/SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA 1. Apa latar belakang dari POJK ini? Surat Edaran ini diterbitkan sebagai ketentuan pelaksanaan penerapan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia sebagaimana diatur pada POJK No.39/POJK/03/2017 tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia. 2. Apa saja pokok-pokok pengaturan dalam POJK ini? a. Secara umum, SE ini mengatur mengenai pelaksanaan pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia dengan cara penggabungan atau peleburan, membentuk Perusahaan Induk di bidang Perbankan, dan membentuk Fungsi Holding. b. Dalam hal Pemegang Saham Pengendali (PSP) memilih melakukan penggabungan atau peleburan, Otoritas Jasa Keuangan memberikan insentif yang mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai insentif dalam rangka konsolidasi perbankan. Selain itu, diatur pula mengenai PSP yang dapat melakukan penggabungan atau peleburan, tata cara dan batas waktu pelaksanaan penggabungan atau peleburan, serta kewenangan Otoritas Jasa Keuangan melakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon PSP dan/atau calon pengurus Bank hasil penggabungan atau peleburan. c. Dalam hal PSP memilih melakukan pembentukan Perusahaan Induk di Bidang Perbankan, SE ini mengatur mengenai PSP yang dapat melakukan pembentukan perusahaan induk di bidang perbankan atau Bank Holding Company (BHC), tata cara dan batas waktu pelaksanaan pembentukan BHC dan pengalihan saham dari PSP kepada BHC, tugas BHC, permodalan BHC, Perusahaan Induk di Bidang Keuangan atau Financial Holding Company (FHC) yang bertindak sebagai BHC, serta kewenangan Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan pembentukan BHC dan melakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon PSP dan/atau calon pengurus BHC. d. Dalam hal PSP merupakan Bank berbadan hukum Indonesia atau instansi Pemerintah RI dan memilih membentuk Fungsi Holding untuk memenuhi kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia, SE ini mengatur mengenai PSP yang dapat membentuk Fungsi Holding, tata cara dan batas waktu pembentukan Fungsi Holding, dan kewenangan Otoritas Jasa Keuangan memberikan persetujuan atas pembentukan Fungsi Holding. e. Otoritas Jasa Keuangan melakukan pengawasan kepada BHC dan Fungsi Holding, termasuk melakukan pemeriksaan, baik secara berkala maupun

sewaktu-waktu diperlukan. Dalam rangka pengawasan tersebut, BHC dan Fungsi Holding wajib menyampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan: 1) program kerja strategis BHC atau Fungsi Holding, 2) laporan pengawasan BHC dan Fungsi Holding terhadap bank, dan 3) laporan lainnya. Selain itu, PSP melalui Bank wajib menyampaikan rencana pemenuhan kepemilikan tunggal kepada Otoritas Jasa Keuangan. 3. Apakah perubahan terkait penggabungan atau peleburan, pembentukan BHC, dan Fungsi Holding pada Surat Edaran ini? a. Pemberian insentif dalam hal PSP memilih melakukan penggabungan atau peleburan untuk memenuhi kebijakan kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai insentif dalam rangka konsolidasi perbankan. b. Pembentukan BHC maupun Fungsi Holding dapat dilakukan oleh PSP yang akan melakukan pengambilalihan Bank sehingga menjadi pengendali pada lebih dari 1 (satu) bank setelah POJK Kepemilikan Tunggal berlaku. c. Otoritas Jasa Keuangan melakukan uji kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon PSP dan/atau calon pengurus Bank hasil penggabungan atau peleburan dengan mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai uji kemampuan dan kepatutan. d. BHC dapat berdiri sendiri sebagai 1 (satu) badan hukum atau berupa FHC yang bertindak sebagai BHC. FHC tersebut wajib membentuk unit kegiatan BHC sebagai pelaksana kegiatan holding bagi bank-bank yang menjadi anak perusahaannya. 4. Berapa lama waktu yang diberikan untuk pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal ini? a. Penggabungan atau peleburan POJK Kepemilikan Tunggal berlaku, diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak POJK Kepemilikan Tunggal berlaku. berlaku, diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan b. Pembentukan BHC POJK Kepemilikan Tunggal berlaku, diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak POJK Kepemilikan Tunggal berlaku. berlaku, diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun setelah pelaksanaan

c. Pembentukan Unit Kegiatan BHC pada FHC POJK Kepemilikan Tunggal berlaku, diberikan waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak POJK Kepemilikan Tunggal berlaku. berlaku, diberikan waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah pelaksanaan d. Pembentukan Fungsi Holding POJK Kepemilikan Tunggal berlaku, diberikan waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak POJK Kepemilikan Tunggal berlaku. berlaku, diberikan waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah pelaksanaan 5. Apakah tugas-tugas BHC dan Fungsi Holding? Dalam rangka memberikan arah strategis dan mengkonsolidasikan laporan keuangan dari BankBank yang menjadi anak perusahaannya, BHC dan Fungsi Holding melakukan tugas-tugas sebagai berikut: a. Menetapkan program kerja strategis BHC dan FHC untuk jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun ke depan; b. Memberikan arah strategis untuk jangka waktu paling singkat 3 (tiga) tahun ke depan, dan mengkonsolidasikan program kerja Bank-Bank yang menjadi anak perusahaannya; c. Menyetujui dan mengawasi pelaksanaan program kerja strategis Bank-Bank yang menjadi anak perusahaannya; d. Mengkonsolidasikan laporan keuangan anak perusahaan dengan laporan keuangan BHC serta membuat laporan konsolidasi lainnya yang diperlukan. 6. Bagaimana pengaturan permodalan BHC? Permodalan BHC diatur sebagai berikut: a. Jumlah modal disetor BHC paling kurang sebesar jumlah seluruh nilai nominal saham yang ditanamkan PSP pada Bank; b. Dalam hal pada saat pembentukan BHC jumlah modal disetornya lebih kecil daripada jumlah seluruh nilai nominal saham yang ditanamkan PSP pada Bank yang diwajibkan untuk dilakukan pemenuhan kewajiban kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia, maka penambahan modal disetor oleh PSP dapat dilakukan melalui pengalihan saham PSP di BankBank dimaksud kepada BHC. c. Kepemilikan saham Bank oleh BHC paling tinggi sebesar modal sendiri bersih BHC.

d. Yang dimaksud dengan modal sendiri bersih adalah penjumlahan dari modal disetor, cadangan dan laba, dikurangi penyertaan dan kerugian.