STUDI PENGARUH PROPORSI SEPEDA MOTOR TERHADAP VARIABEL ARUS LALU LINTAS

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

ANALISIS PENGARUH PENYEMPITAN JALUR JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN DR.DJUNJUNAN BANDUNG

MODEL HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS BERDASARKAN METODE GREENSHIELD PADA RUAS JALAN PROF. DR. JHON ARIO KATILI KOTA GORONTALO

ANALISA GELOMBANG KEJUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP ARUS LALU LINTAS DI JALAN SARAPUNG MANADO

HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, KERAPATAN LALU LINTAS DENGAN METODE GREENSHIELDS PADA RUAS JALAN DR. DJUNDJUNAN BANDUNG

Pengaruh Variasi Nilai emp Sepeda Motor Terhadap Kinerja Ruas Jalan Raya Cilember-Raya Cibabat, Cimahi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA JALAN GUNUNG BATU, BANDUNG

ANALISIS HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME, DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIR KOJA BANDUNG

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

STUDI KECEPATAN KENDARAAN PADA RUAS JALAN PERKOTAAN DI KOTA PADANG

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

EKIVALENSI MOBIL PENUMPANG PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO

STUDI WAKTU PERJALANAN DAN TUNDAAN PADA RUAS JALAN DR. SETIABUDI

PENGARUH DELMAN TERHADAP KELANCARAN LALU LINTAS DI JALAN GUNUNG BATU BANDUNG

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN DAN MOBILITAS KENDARAAN PADA JALAN PERKOTAAN (STUDI KASUS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN)

EVALUASI PENERAPAN ZONA SELAMAT SEKOLAH DI KOTA PADANG ABSTRAK

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

Model Hubungan Parameter Lalu Lintas Menggunakan Model Greenshields dan Greenberg

STUDI ANALISIS HUBUNGAN, KECEPATAN, VOLUME, DAN KEPADATAN DI JALAN MERDEKA KABUPATEN GARUT DENGAN METODE GREENSHIELDS

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN GUNUNG SARI (STA STA 2+820) KOTA SURABAYA DENGAN MODEL UNDERWOOD DAN MODEL GREENSHIELD

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

ANALISIS KINERJA LALU LINTAS JAM SIBUK PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

ANALISIS INDEKS TINGKAT PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERSAMAAN DAVIDSON (STUDI KASUS : JALAN KAIRAGI-AIRMADIDI)

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.7 Juli 2015 ( ) ISSN:

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS HUBUNGAN VOLUME, KECEPATAN DAN KERAPATAN LALU LINTAS PADA JALAN ASIA AFRIKA BANDUNG

ANALISIS PARKIR PADA BADAN JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA RUAS JALAN

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. harus tepat (dapat mengukur variabel yang diinginkan) dan dengan validitas

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan MKJI 1997 terhadap faktor hambatan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME, DAN KERAPATAN LALU LINTAS AKIBAT KONDISI PERMUKAAN JALAN

ABSTRAK. Kata kunci : volume lalu lintas, kecepatan, kerapatan, time headway, rumble strips, uji z, uji t dan uji chisquare.

BAB I PENDAHULUAN. terpencil yang merupakan sentral produksi pertanian. Usaha penataan ruang kota dan daerah ditujukan sebagai wadah dari fungsi

TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ruas jalan harus memiliki hambatan berupa penyempitan jalan.

PENGARUH PENYEMPITAN JALAN TERHADAP KARAKTERISTIK LALU LINTAS JALAN (STUDI KASUS: JL. P. KEMERDEKAAN DEKAT MTOS JEMBATAN TELLO)

STUDI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN SOEKARNO HATTA BANDUNG

EFEKTIFITAS MODEL KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN RAYA RUNGKUT MADYA KOTA MADYA SURABAYA ( PERBANDINGAN MODEL GREENSHIELD DAN GREENBERG)

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

JURNAL ANALISIS KINERJA RUAS JALAN STUDI KASUS : JALAN WATURENGGONG DI KOTA DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Lalu lintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai. melalui manajemen lalu lintas dan rekayasa lalu lintas.

STUDY EFFECT OF THE PROPORTION OF MOTORCYCLES ON THE ROAD WITH OUT A MEDIAN PERFORMANCE

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang sangat

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang harus

ANALISIS GAP KRITIS PADA PERSIMPANGAN TIGA JALAN ASIA AFRIKA DAN JALAN BRAGA BANDUNG

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundang undangan dibidang LLAJ. pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan

STUDY EFFECT OF THE PROPORTION OF MOTORCYCLES ON THE ROAD WITH A MEDIAN PERFORMANCE

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

STUDI TINGKAT KINERJA JALAN BRIGADIR JENDERAL KATAMSO BANDUNG

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

KAJIAN LAJUR KHUSUS SEPEDA MOTOR PADA JALAN JEND. AHMAD YANI PONTIANAK

Laporan Survey RLL Traffic Counting Jalan Kertajaya Indah

4/20/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

Gambar 2.1 Keterkaitan Antar Subsistem Transportasi (Tamin, 2000)


PENGARUH PUSAT HIBURAN HERMES PLACE POLONIA TERHADAP KINERJA RUAS JALAN W. MONGONSIDI

PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB VI KESIMPULAN SARAN. Jalan R. W. Monginsidi Kota Kupang sebegai berikut :

ANALISA KINERJA RUAS JALAN MANADO BYPASS TAHAP I DI KOTA MANADO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

KINERJA RUAS JALAN MANADO - BITUNG

STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN FLYOVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN REL KERETA API DI PETERONGAN JOMBANG DITINJAU DARI SEGI EKONOMI

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

STUDI PEMODELAN ARUS LALU LINTAS DENGAN METODE GREENSHIELD DAN GREENSBERG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA GELOMBANG KEJUT PADA PERSIMPANGAN BERSINYAL (STUDI KASUS: JL. 17 AGUSTUS JL. BABE PALAR)

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil. Disusun Oleh :

STUDI PERBANDINGAN ARUS LALU LINTAS SATU ARAH DAN DUA ARAH PADA RUAS JALAN PURNAWARMAN, BANDUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Doddy Cahyadi Saputra D y = 0,4371x + 496, PENDAHULUAN

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

KAJIAN TENTANG HUBUNGAN KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN MENGGUNAKAN METODE BELL (STUDI KASUS JALAN PAJAJARAN, SUKASARI-BARANANG SIANG)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 3 (tiga)

Bab III Metodologi Penelitian

Transkripsi:

STUDI PENGARUH PROPORSI SEPEDA MOTOR TERHADAP VARIABEL ARUS LALU LINTAS Rahmi Fajriati 1, Titi Kurniati 2 1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: rahmifajriati@gmail.com 2 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Email: titikurniati95@gmail.com ABSTRAK Sepeda motor adalah moda transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat saat ini. Keunggulan yang dimiliki kendaraan roda dua ini mengakibatkan jumlahnya meningkat drastis setiap tahun. Hasil penelitian menyatakan bahwa lebih dari 60% jenis kendaraan yang berlalu lalang di jalanan adalah sepeda motor (Kusnandar, 2010). Jika hal ini tidak ditangani peningkatan jumlah sepeda motor yang terus terjadi dapat menimbulkan kemacetan, yang lebih parah lagi, kecelakaan. Penulis akan membahas dan membandingkan pengaruh proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas. Jl. Raya Ampang dan Jl. Adinegoro, Lubuk Buaya, Padang, menjadi lokasi survei untuk penelitian ini. Dengan menggunakan metode survei Video Image Prosessor akan didapatkan data volume lalu lintas dan kecepatan kendaraan selama 12 jam. Selanjutnya data tersebut diolah dan hasilnya diplotkan ke dalam grafik dengan metode regresi linier. Dari hasil penelitian di Jl. Raya Ampang didapatkan jumlah proporsi sepeda motor tertinggi adalah 75,9%, di Jl. Adinegoro (Lubuk Buaya-Tabing) sebesar 71,1% dan di Jl. Adinegoro (Tabing-Lubuk Buaya) sebesar 60,6%. Dengan proporsi sepeda motor sebagai variabel (x) dan kecepatan rata-rata ruang sebagai variabel (y) didapatkan nilai koefisien determinasi R2=0,8582 di Jl. Raya Ampang, R2=0,8153 di Jl. Adinegoro (Lubuk Buaya- Tabing) dan R2=0,7882 Jl. Adinegoro (Tabing-Lubuk Buaya). Itu artinya proporsi sepeda motor mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas sebesar 85,82% di Jl. Raya Ampang, 81,53% di Jl. Adinegoro (Lubuk Buaya-Tabing) dan 78,82% di Jl. Adinegoro (Tabing- Lubuk Buaya). Kata Kunci : Proporsi Sepeda Motor, Volume, Kecepatan Ratarata Ruang, Kepadatan. 1. PENDAHULUAN Di Indonesia, khususnya Sumatera Barat, moda angkutan umum dianggap belum mampu secara maksimal memenuhi kebutuhan masyarakat. Sarana dan prasarana angkutan umum yang tidak terpelihara dengan baik dan buruknya sistem transportasi angkutan umum adalah penyebab masyarakat beralih memilih angkutan pribadi. Sebagai salah satu moda transportasi, sepeda motor dianggap mampu memenuhi kriteria angkutan yang dibutuhkan. Selain harga yang murah, sepeda motor irit bahan bakar, dan memiliki mobilisasi yang lebih mudah dan cepat. Namun, peningkatan proporsi sepeda motor di jalan raya tidak diimbangi dengan kapasitas jalan yang tersedia. Hal ini dapat Fajriati, R, Kurniati, T (2017) Studi Pengaruh Proporsi Sepeda Motor Terhadap Variabel Arus Lalu Lintas. In: Hidayat, B and Purnawan, P (Eds.) Prosiding 4 th Andalas Civil Engineering (ACE) Conference 2017, 9 November 2017, Universitas Andalas, Padang. Jurusan Teknik Sipil Unand, 409-418

menyebabkan kemacetan pada saat arus lalu lintas tinggi. Untuk mengetahui pengaruh proporsi sepeda motor terhadap kecepatan perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari pengaruh proporsi jumlah sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas, dan tingginya jumlah sepeda motor mempengaruhi kinerja arus lalu lintas terhadap kendaraan lain yaitu jenis kendaraan berat dan kendaraan ringan. Dengan memperlihatkan hubungan proporsi sepeda motor terhadap kecepatan maka dapat digunakan sebagai dasar kebijakan dalam menetapkan kecepatan arus lalu lintas operasional dan mempertahankan kinerja arus lalu lintas agar tetap stabil. 1.1 Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan pengaruh proporsi kendaraan sepeda motor dengan kecepatan arus lalu lintas di Jl. Raya Ampang dan Jl. Adinegoro. Menganalisa hubungan volume dan kepadatan terhadap kecepatan lalu lintas di Jl. Raya Ampang dan Jl. Adinegoro. Membandingkan kecepatan arus lalu lintas dengan proporsi sepeda motor yang sama pada jalan 4 lajur 2 jalur tak terbagi (Jl. Raya Ampang) dengan jalan 4 lajur 2 jalur terbagi (Jl. Adinegoro). Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengendalikan peningkatan jumlah sepeda motor yang lamakelamaan dapat menyebabkan kemacetan. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepadatan (density) Menurut Khisty dan Lall (2005), Kepadatan didefinisikan sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu panjang lajur atau jalan dirata ratakan terhadap waktu. Biasanya dinyatakan dengan kendaraan per mil (kend/mil). Kepadatan sulit diukur secara langsung di lapangan, melainkan dihitung dari nilai kecepatan dan arus. Sehingga: V= Ūs D (1) D = V/Ūs Keterangan : V = Flow/arus (kend/ jam) Ūs = Space mean speed (km/ jam) D = Kepadatan (kend/ km) 410

2.2 Space Mean Speed Dinyatakan sebagai kecepatan rata rata suatu kendaraan dalam satu bagian jalan pada suatu selang waktu tertentu. Untuk mendapatkan nilai space mean speed digunakan persamaan berikut (Sofyan, 1996) : Ūs = [(%MC x vmc)+( %LV x vlv)+( %HV x vhv)]/100 (2) 2.3 Hubungan Grafis Antara Volume, Kecepatan dan Kepadatan Menurut Tamin (2000), hubungan antara volume, kecepatan dan kepadatan dapat digambarkan dalam secara grafis dengan menggunakan persamaan matematis yang merupakan persamaan dasar dari pergerakan arus lalu lintas. Pada Gambar 1. memperlihatkan saling keterkaitan antara variabel kecepatan, volume dan kepadatan dari suatu pergerakan arus lalu lintas. Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kecepatan, Volume dan Kepadatan Sumber : Tamin (2000) 3. METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini data primer yang langsung diambil dari lapangan berupa kecepatan dan volume lalu lintas. Data diambil dengan menggunakan metode Video Image Processor. Metode ini menggunakan handycam sebagai alat perekam keadaan lalu lintas pada lokasi penelitian selama 12 jam. Kecepatan kendaraan dihitung berdasarkan jarak segmen dibagi waktu tempuh. Untuk memperoleh hasil waktu tempuh yang akurat, hasil rekaman di cacah melalui media pemutar rekaman. Media pemutar rekaman ini mampu menampilkan waktu dalam millisecond sehingga dengan volume lalu lintas yang tinggi dan jarak antar kendaraan yang dekat, waktu tempuh masingmasing kendaraan dapat dihitung secara akurat. Pemutar media yang digunakan adalah Avidemux. Aplikasi Avidemux ini dapat didownload secara gratis di internet. 411

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data asli yang didapat dari observasi lapangan kemudian diolah untuk mendapatkan nilai distribusi kendaraan dan space mean speed. Tabel 1. Hasil Pengolahan Data Volume dan Kecepatan Lalu Lintas di Jl. Raya Ampang Volume (Kend) Total Persentase (%) Kecepatan Rata-rata Volume MC LV HV (Kend) MC LV HV MC LV HV Space mean speed 06.00-07.00 2770 1047 20 3837 71.313 27.844 0.843 45.478 47.412 45.600 46.018 07.00-08.00 4621 1447 19 6087 75.933 23.749 0.318 40.953 42.821 43.579 41.405 08.00-09.00 3372 1117 24 4513 74.723 24.750 0.527 41.249 44.672 40.900 42.094 09.00-10.00 2653 1018 28 3699 71.688 27.549 0.763 43.424 43.210 43.794 43.368 10.00-11.00 2344 976 27 3347 70.059 29.135 0.806 46.335 42.988 39.144 45.302 11.00-12.00 2187 932 15 3134 69.844 29.679 0.477 45.993 44.706 43.224 45.598 12.00-13.00 2040 896 20 2956 68.999 30.322 0.679 48.842 41.997 38.177 46.694 13.00-14.00 1886 865 23 2774 67.991 31.183 0.827 49.023 45.538 38.387 47.848 14.00-15.00 2178 1031 23 3232 67.411 31.882 0.707 47.480 44.432 34.172 46.414 15.00-16.00 2024 956 14 2994 67.651 31.878 0.471 49.391 38.757 54.532 46.026 16.00-17.00 3123 1140 35 4298 72.606 26.588 0.806 43.502 41.668 36.001 42.954 17.00-18.00 3859 1383 34 5276 73.141 26.218 0.641 43.474 41.417 50.687 42.981 Persentasi (%) atau distribusi kendaraan dapat dihitung dengan persamaan : Persamaan yang sama digunakan untuk mendapatkan persentasi light vehicle (LV) dan heavy vehicle (HV). Tabel 2. Hasil Pengolahan Data Volume dan Kecepatan Lalu Lintas di Jl. Adinegoro (Lubuk Buaya - Tabing) Volume (Kend) Total Persentase (%) Kecepatan Rata-rata Volume MC LV HV (Kend) MC LV HV MC LV HV 06.00-07.00 1496 738 42 2276 64.972 33.071 1.957 60.279 57.722 55.013 59.330 07.00-08.00 2784 1101 46 3931 70.814 28.015 1.171 50.236 49.203 47.236 49.911 08.00-09.00 2571 998 49 3618 71.085 27.553 1.362 49.785 51.567 45.738 50.221 09.00-10.00 2283 902 51 3236 70.577 27.846 1.578 49.460 48.219 51.020 49.139 10.00-11.00 2071 841 47 2959 69.989 28.403 1.609 50.636 51.384 43.984 50.742 11.00-12.00 1870 738 49 2657 70.338 27.812 1.850 50.749 50.173 46.773 50.515 12.00-13.00 2054 832 47 2933 70.042 28.370 1.588 51.944 53.676 46.052 52.342 13.00-14.00 1914 792 39 2745 69.723 28.855 1.422 52.753 52.118 48.997 52.517 14.00-15.00 1862 761 56 2679 69.520 28.382 2.098 50.834 47.803 48.489 49.924 15.00-16.00 1501 725 41 2267 66.165 31.993 1.841 55.416 51.921 52.653 54.247 16.00-17.00 1668 721 46 2435 68.481 29.617 1.902 52.253 50.387 52.398 51.703 17.00-18.00 2133 859 48 3040 70.153 28.256 1.591 50.484 50.074 47.097 50.314 (3) Space mean speed Tabel 3. Hasil Pengolahan Data Volume dan Kecepatan Lalu Lintas di Jl. Adinegoro (Tabing - Lubuk Buaya) Volume (Kend) Total Persentase (%) Kecepatan Rata-rata Volume MC LV HV (Kend) MC LV HV MC LV HV Space mean speed 06.00-07.00 798 638 56 1492 53.163 42.783 4.054 60.698 63.345 62.529 61.904 07.00-08.00 1244 810 22 2076 59.863 39.074 1.064 49.448 48.894 50.346 49.241 08.00-09.00 1183 739 29 1951 60.623 37.891 1.486 48.416 49.313 48.954 48.764 09.00-10.00 1084 758 45 1887 57.507 40.111 2.381 53.217 52.091 47.380 52.626 10.00-11.00 999 680 27 1706 58.534 39.894 1.572 50.643 51.101 43.324 50.711 11.00-12.00 1000 701 26 1727 57.949 40.569 1.482 51.135 50.628 47.076 50.869 12.00-13.00 996 706 24 1726 57.709 40.901 1.390 51.048 53.419 46.183 51.950 13.00-14.00 1035 716 44 1795 57.650 39.904 2.446 52.253 50.751 51.343 51.631 14.00-15.00 941 691 43 1675 56.165 41.266 2.569 53.486 49.217 48.775 51.603 15.00-16.00 833 651 48 1532 54.392 42.483 3.125 56.270 51.557 54.698 54.219 16.00-17.00 991 739 49 1779 55.656 41.586 2.757 56.098 52.676 53.510 54.604 17.00-18.00 1148 730 53 1931 59.446 37.806 2.749 50.973 50.191 49.060 50.625 412

Dari data diatas selanjutnya akan dibahas mengenai hubungan antara volume, kepadatan dan proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas. 4.1 Hubungan Volume dengan Kecepatan Arus Lalu Lintas Grafik yang dihasilkan menyerupai grafik hubungan volume dengan kecepatan oleh Tamin (2000). Konstanta kecepatan dapat dinyatakan sebagai kecepatan bebas (free flow speed), dimana pengendara dapat memacu kendaraannya sesuai keinginannya. Gambar 2. Hubungan Volume dan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Raya Ampang Gambar 3. Hubungan Volume dan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Adinegoro Dari hasil regresi linier hubungan volume dengan kecepatan di Jl. Raya Ampang didapatkan persamaan y = -0.0018x + 51.543 dengan nilai indikator koefisien determinasi sebesar 0,7732 yang artinya volume mempengaruhi kecepatan sebesar 77,32%. Sedangkan di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya Tabing didapatkan persamaan y = -0.0034x + 61.71 dengan nilai indikator koefisien determinasi sebesar 0,3967 dan di JL. Adinegoro arah Tabing Lubuk Buaya didapatkan persamaan y = -0.0148x + 78.587 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,5266, yang artinya volume mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas masing-masingnya sebesar 39,67% dan 52,66%. 413

4.2 Hubungan Kepadatan dengan Kecepatan Arus Lalu Lintas Tabel 1. Data Total Volume, Sapce Mean Speed, dan Kepadatan di Jl. Raya Ampang Total Volume (Kend) Space mean speed Kepadatan (kend/km) 06.00-07.00 3837 46.0 83.4 07.00-08.00 6087 41.4 147.0 08.00-09.00 4513 42.1 107.2 09.00-10.00 3699 43.4 85.3 10.00-11.00 3347 45.3 73.9 11.00-12.00 3134 45.6 68.7 12.00-13.00 2956 46.7 63.3 13.00-14.00 2774 47.8 58.0 14.00-15.00 3232 46.4 69.6 15.00-16.00 2994 46.0 65.1 16.00-17.00 4298 43.0 100.1 17.00-18.00 5276 43.0 122.8 Gambar 4. Hubungan Kepadatan dengan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Raya Ampang Tabel 5. Data Total Volume, Sapce Mean Speed, dan Kepadatan di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya Tabing(Kiri) arah Tabing-Lubuk Buaya (Kanan) Total Volume Space mean speed Kepadatan (Kend) (kend/km) 06.00-07.00 2276 59.3 38.4 07.00-08.00 3931 49.9 78.8 08.00-09.00 3618 50.2 72.0 09.00-10.00 3236 49.1 65.9 10.00-11.00 2959 50.7 58.3 11.00-12.00 2657 50.5 52.6 12.00-13.00 2933 52.3 56.0 13.00-14.00 2745 52.5 52.3 14.00-15.00 2679 49.9 53.7 15.00-16.00 2267 54.2 41.8 16.00-17.00 2435 51.7 47.1 17.00-18.00 3040 50.3 60.4 Total Volume (Kend) Space mean speed Kepadatan (kend/km) 06.00-07.00 1492 61.9 24.1 07.00-08.00 2076 49.2 42.2 08.00-09.00 1951 48.8 40.0 09.00-10.00 1887 52.6 35.9 10.00-11.00 1706 50.7 33.6 11.00-12.00 1727 50.9 33.9 12.00-13.00 1726 51.9 33.2 13.00-14.00 1795 51.6 34.8 14.00-15.00 1675 51.6 32.5 15.00-16.00 1532 54.2 28.3 16.00-17.00 1779 54.6 32.6 17.00-18.00 1931 50.6 38.1 414

Gambar 5. Hubungan Kepadatan dengan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya-Tabing (Kiri) dan arah Tabing-Lubuk Buaya (Kanan) Dari ketiga grafik diatas menunjukan bahwa hubungan antara kepadatan dengan kecepatan arus lalu lintas adalah berbanding terbalik, yang mana semakin tinggi nilai kepadatan maka nilai kecepatan arus lalu lintas semakin kecil. Pada Gambar 4. didapatkan persamaan y = -0.0684x + 50.681 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,8155, artinya kepadatan yang terjadi di Jl. Raya Ampang mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas sebesar 81,55%. Pada Gambar 5. didapatkan persamaan y = 0.0094x 2-1.2714x + 92.349 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,8114, artinya kepadatan di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya Tabing mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas sebesar 81,14%, dan didapatkan persamaan y = -0.6177x + 73.458 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,754, artinya pengaruh kepadatan terhadap kecepatan arus lalu lintas arah Tabing Lubuk Buaya sebesar 75,40%. Dengan analisis regresi dapat dilihat bahwa hubungan kepadatan dengan kecepatan dinyatakan dalam kurva linier berbanding terbalik (Tamin, 2000). 4.3 Pengaruh Proporsi Sepeda Motor Terhadap Kecepatan Arus Lau Lintas Tabel 6. Proporsi Sepeda Motor dan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Raya Ampang Proporsi MC (%) Space Mean Speed 06.00-07.00 71.313 46.018 07.00-08.00 75.933 41.405 08.00-09.00 74.723 42.094 09.00-10.00 71.688 43.368 10.00-11.00 70.059 45.302 11.00-12.00 69.844 45.598 12.00-13.00 68.999 46.694 13.00-14.00 67.991 47.848 14.00-15.00 67.411 46.414 15.00-16.00 67.651 46.026 16.00-17.00 72.606 42.954 17.00-18.00 73.141 42.981 415

Gambar 6. Hubungan Proporsi Sepeda Motor Terhadap Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Raya Ampang Dari grafik hasil regresi linear proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas di Jl. Raya Ampang didapatkan persamaan y = -0.687x + 93.467 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,8582, hasil tersebut menunjukan bahwa banyaknya proporsi sepeda motor mempengaruhi besar kecepatan arus lalu lintas sebanyak 85,82%. Tabel 7. Proporsi Sepeda Motor dan Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya-Tabing (Kiri) dan arah Tabing-Lubuk Buaya (Kanan) Proporsi MC (%) Space Mean Speed 06.00-07.00 64.972 59.330 07.00-08.00 70.814 49.911 08.00-09.00 71.085 50.221 09.00-10.00 70.577 49.139 10.00-11.00 69.989 50.742 11.00-12.00 70.338 50.515 12.00-13.00 70.042 52.342 13.00-14.00 69.723 52.517 14.00-15.00 69.520 49.924 15.00-16.00 66.165 54.247 16.00-17.00 68.481 51.703 17.00-18.00 70.153 50.314 Proporsi MC (%) Space Mean Speed 06.00-07.00 53.163 61.904 07.00-08.00 59.863 49.241 08.00-09.00 60.623 48.764 09.00-10.00 57.507 52.626 10.00-11.00 58.534 50.711 11.00-12.00 57.949 50.869 12.00-13.00 57.709 51.950 13.00-14.00 57.650 51.631 14.00-15.00 56.165 51.603 15.00-16.00 54.392 54.219 16.00-17.00 55.656 54.604 17.00-18.00 59.446 50.625 Pada Gambar 7. dapat dilihat grafik hasil regresi linear proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya - Tabing didapatkan persamaan y = -1.3273x + 143.75 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,8153, artinya sebesar 81,53% proporsi sepeda motor memberi pengaruh pada kecepatan arus lalu lintas di ruas jalan Lubuk Buaya Tabing. 416

Gambar 7. Hubungan Proporsi Sepeda Motor Terhadap Kecepatan Arus Lalu Lintas di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya-Tabing (Kanan) dan arah Tabing-Lubuk Buaya (Kiri) Tidak berbeda dengan grafik pada ruas jalan Lubuk Buaya Tabing, dari grafik pada ruas jalan Tabing Lubuk Buaya didapatkan persamaan y = -1.3861x + 131.94 dengan nilai koefisien determinasi R 2 = 0,7882 yang menunjukan adanya pengaruh proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas, yaitu sebesar 78,82%. Dari ketiga grafik regresi linear yang ada, dapat dilihat bahwa adanya pengaruh dari jumlah proporsi sepeda motor terhadap kecepatan arus lalu lintas. Grafik yang membentuk hubungan berbanding terbalik ini menyatakan bahwa semakin besar proporsi sepeda motor pada suatu ruas jalan tertentu, maka kecepatan arus lalu lintas pada ruas jalan tersebut akan semakin kecil. Walaupun bentuk grafik yang didapatkan sama, namun masing-masing ruas jalan yang memiliki proporsi sepeda motor yang sama tidak menghasilkan kecepatan arus lalu lintas yang sama pula. Dapat dilihat pada Tabel 6., saat proporsi sepeda motor di Jl. Raya Ampang 70,059% kecepatan arus lalu lintas yang didapatkan adalah 45,302 km/jam, sedangkan pada Tabel 7. di ruas jalan Lubuk Buaya Tabing, saat proporsi sepeda motor sebesar 70,042% kecepatan arus lalu lintas yang didapatkan adalah 52,342 km/jam. Hal ini terjadi akibat perbedaan dari kedua tipe jalan yang diamati, yang mana tipe jalan terbagi (undisturbed) memiliki kecepatan rata-rata ruang yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan rata-rata ruang pada tipe jalan tak terbagi (disturb). Penelitian yang dilakukan terhadap proporsi sepeda motor mempengaruhi kecepatan rata-rata ruang ternyata memiliki hasil yang positif. Proporsi sepeda motor mempengaruhi kecepatan kemungkinan akibat proporsinya yang telah melebih 60% dan perilaku pengemudi sepeda motor yang tidak konstan seperti pengemudi mobil, sehingga mengakibatkan pengemudi lain menurunkan kecepatan untuk berhati-hati. Jika hal ini terus terjadi tentu dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Diperlukan adanya penanganan yang tepat dari pemerintah agar pertumbuhan jumlah sepeda motor di jalan dapat dikendalikan. 417

5. KESIMPULAN 1. Pada penelitian ini jumlah proporsi sepeda motor tertinggi adalah 75,9% yaitu di Jl. Raya Ampang pada pukul 07.00-08.00 WIB dan terendah 53,2% yaitu di Jl. Adinegoro arah Tabing-Lubuk Buaya pada pukul 06.00-07.00 WIB. 2. Volume mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas, yang mana semakin tinggi volume maka kecepatan arus lalu lintas semakin rendah. Dengan nilai koefisien determinasi di Jl. Raya Ampang 0,7732, di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya- Tabing 0,3967 dan arah Tabing-Lubuk Buaya 0,5266. 3. Kepadatan mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas, yang mana semakin tinggi kepadatan maka kecepatan arus lalu lintas semakin rendah. Dengan nilai koefisien determinasi di Jl. Raya Ampang sebesar 0,8155, di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya-Tabing 0,5389, dan arah Tabing-Lubuk Buaya 0,754. 4. Proporsi sepeda motor mempengaruhi kecepatan arus lalu lintas, yang mana semakin besar proporsi sepeda motor maka kecepatan arus lalu lintas semakin rendah. Dengan nilai koefisien determinasi di Jl. Raya Ampang sebesar 0,8582, di Jl. Adinegoro arah Lubuk Buaya-Tabing 0,8153, dan arah Tabing-Lubuk Buaya 0,7882. 5. Saat proporsi sepeda motor sama, kecepatan pada tipe jalan 4 lajur terbagi (Jl. Adinegoro) lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan pada tipe jalan 4 lajur terbagi (Jl. Raya Ampang) 6. DAFTAR PUSTAKA Khisty, C.J., Lall, B.Kent., 2005. Dasar dasar Rekayasa transportasi, edisi ketiga jilid satu. Erlangga. Jakarta. Kusnandar, E., (2010). Pengaruh Proporsi Sepeda Motor Terhadap Kecepatan Sofyan, Arnold, (1996). Pengaruh Delman Terhadap Kelancaran Lalu Lintas di Jalan Gunung Batu Bandung. Universitas Kristen Maranatha : Bandung. Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB. Bandung. 7. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian dari tugas akhir penulis 1 dibawah bimbingan penulis 2 pada program Sarjana Teknik Sipil Universitas Andalas. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. 418