PERBANDINGAN EFISIENSI HARGA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

STUDI KORELASI DAYA DUKUNG TANAH DENGAN INDEK TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

TINJAUAN ULANG PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR RUAS JALAN PARINGIN- MUARA PITAP KABUPATEN BALANGAN. Yasruddin¹)

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

ANALISA PENGUJIAN DYNAMIC CONE PENETROMETER

ANALISA PERHITUNGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR ( FLEXIBEL PAVEMENT) PADA PAKET PENINGKATAN STRUKTUR JALAN SIPIROK - PAL XI (KM KM. 115.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DITERBITKAN OLEH YAYASAN BADAN PENERBIT PU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

LAPORAN TUGAS AKHIR. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh:

7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT)

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan)

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III NIM NIM

Re-Desain Lapisan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan Lingkar Timur Baru STA STA 4+040,667 di Kabupaten Sidoarjo. A.

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

PERENCANAAN PERBAIKAN TANAH DAN PERKERASAN JALAN CAUSEWAY PENGHUBUNG DERMAGA TELUK LAMONG

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasional Sp. Tanjung Karang-Batas Kota Sukamaju-Kalianda dan Sekitarnya,

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

STUDI STUDI PERENCANAAN TEBAL LAPISAN PERKERASAN TAMBAHAN (OVERLAY) PADA RUAS JALAN MOTAHARE-RAILACO (STA STA ) TIMOR LESTE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1. mahasiswa dapat melakukan identifikasi (identify) metoda-metoda yang digunakan

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PERBANDINGAN EFISIENSI HARGA PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA FATKHUSANI Teknik Sipil,Institut Sains dan Teknologi AL-Kamal, Kota Jakarta, Alamat instansi terkait, Kode pos mysansan91@gmail.com Abstrak Perkerasan jalan raya merupakan suatu konstruksi yang disusun menjadi satu kesatuan yang kuat, perkerasan jalan sebagai sarana maupun prasarana yang menjadi lintasan yang bermanfaat sebagai sarana lalu lintas (traffic) dari suatu tempat ke tempat lain. Perencanaan perkerasan jalan berada di Ruas Jalan Balamoa Pangkah, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah. Perencanaan ini meliputi Survei Lalu Lintas dan mengetahui California Bearing Ratio (CBR) tanah dasar. Tujuan dari perencanaan ini adalah mempelajari,memahami dan membandingkan esfisiensi harga antara Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) dan Pekerasan Lentur (Flexible Pavement) dengan mengacu pada Metode Analisa Komponen Bina Marga, Serta menyelesaikan masalah kerusakan jalan yang sering terjadi pada lokasi tersebut. Dari hasil perencanaan didapat, untuk perkerasan kaku (Rigid Pavement) Ketebalan Struktur Slab Beton Perkerasan Kaku (Concrete Slab Rigid Pavement) digunakan 22 cm dengan beton K-350 dan Ketebalan Struktur Lapis Pondasi Bawah Campuran Beton Kurus (Lean Mix Concrete) digunakan 15 cm dengan beton K-350, dengan CBR desain terendah 4.22 %. Besi yang digunakan masing masing sebagai berikut : Ruji (Dowel bars), diameter 1 ( 25 mm), panjang 450 mm, jarak 300 mm dan hasil perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk perkerasan kaku adalah Rp13.181.308.000,-.sedangkan untuk perkerasan lentur (Flexible Pavement) lapis pondasi bawah (Sub Base) di gunakan 12.9 cm,lapisan pondasi (Base) di gunakan 20 cm, lapis permukaan 7.5cm dan hasil perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) untuk perkerasan lentur adalah Rp 12,019,391,000 Kata kunci: Efisiensi Perbandingan Perkerasan Lentur dan Kaku PENDAHULUAN Tidak dapat disangkal bahwa Jalan Raya memiliki fungsi penting dalam kehidupan manusia. Untuk dibangunnya sebuah jalan, salah satunya ialah akibat dari perkembangan industri maupun perkembang sosial ekonomi. Untuk itu sarana transportasi yang di butuhkan adalah sarana transportasi yang lancar, aman dan nyaman. Yaitu sarana jalan yang memenuhi persyaratan baik dari segi perencanaan, pembangunan, perawatan serta pengelolaannya. Diharapkannya dengan adanya transportasi jalan ini akan dapat memperlancar arus komunikasi, informasi, serta transportasi antar daerah sehingga tidak ada lagi kesenjangan antar daerah. Jalan Balamoa -Pangkah telah diperbaiki pada tahun 2015 namun setahun kemudian jalan tersebut telah mengalami kerusakan. Hal ini bias saja terjadi karena data perhitungan perkerasan jalan pada masa perencanaan sampai pada pelaksanaannya tidak sesuai dengan spesifikasi parameter yang sudah diberikan dan ditetapkan oleh peraturan dan pedoman perencanaan jalan yang dalam hal ini dikeluarkan oleh peraturan dan pedoman perencanaan jalan oleh Bina Marga.Jalan Balamoa - Pangkah yang merupakan jalan Alternatif sekaligus jalan penghubung( Poros ) yang terletak pada area pemukiman di Kecamatan Pangkah Kab.Tegal. PERUMUSAN MASALAH Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 1

1. Parameter apa saja yang dibutuhkan untuk merencanakan suatu jalan yang meliputi tebal lapis perkerasan jalan baru dengan Metode Analisa Komponen dan AASTHO. 2. Bagaimana prosedur perencanaan metode tersebut. 3. Berapa tebal masing-masing lapis perkerasan Kaku dan Lentur. 4. Berapa Biaya yang harus disiapkan atau yang dikeluarkan untuk masing-masing perkerasan jalan tersebut. BATASAN MASALAH 1. Perhitungan perkerasan Lentur dilakukan dengan metoda Analisa Komponen SNI No. 1732-1989-F dan untuk perkerasaan kaku memakai metode AASTHO. 2. Pembahasan difokuskan pada perhitungan untuk menentukan tebal lapisan jalan baru untuk umur rencana 20 tahun. 3. Perbandingan perhitungan biaya yang di keluarkan untuk pembangunan perkerasan jalan tersebut sepanjang 5. km. LITERATUR PUSTAKA Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang di peruntukan untuk lalu lintas baik menggunakan kendaraan maupun jalan kaki yang menghubungkan dari suatu daerah ke daerah lain.sebagai prasana transportasi, jalan harus memenuhi syarat sesuai dengan fungsinya yaitu memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ketempat yang lain dengan cara aman, nyaman, lancar dan ekonomis. Klasifikasi Berdasarkan Fungsional Secara umum, klasifikasi fungsional atau peran jalan dibagi ke dalam tiga kelas peran jalan, yaitu, jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Ketiga kelas fungsional tersebut, berturut-turut tersusun secara hirarkhi baik sistem jaringan jalan primer, maupun untuk sistem jaringan jalan sekunder. Jalan arteri merupakan jalan yang melayani lalu lintas utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi dan secara fisik jumlah akses atau jalan masuknya dibatasi. Untuk sistem jaringan jalan sekunder di daerah perkotaan, jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer ( seperti pemerintah, perdagangan dan industri ), menghubungkan kawasan sekunder-i dengan kawasan sekunder - I atau menghubungkan kawasan sekunder - II(kawasan - kawasan perbelanjaan, atau bisnis lainnya) dengan kawasan sekunder - II.Dalam sistem jaringan jalan primer, jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang-i (pusat kegiatan nasional) dengan kota jenjang-i lainnya, ataumenghubungkan kota jenjang-i dengan kota jenjang-ii (pusat kegiatan wilayah), atau menghubungkan kota jenjang-ii dengan jenjang-ii. jalan kolektor berfungsi sebagai pengumpul dan sebagai pendistribusi arus lalu lintas dari dan ke jalan arteri atau dari dan kejalan lokal. Jalan kolektor mempunyai ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah akses dibatasi secara efisien. Dalam suatu sistem jaringan jalan sekunder didaerah perkotaan, Jalan kolektor sekunder, menghubungkan kawasan sekunder-ii dengan kawasan sekunder-ii dengan kawasan sekunder-iii (kawasan perbelanjaan atau kawasan bisnis lainnya yang lebih kecil).pada sistem jaringan jalan primer, jalan kolektor primer mempunyai fungsi menghubungkan antara kota jenjang-ii dengan kota jenjang-iii, yang merupakan pusat kegiatan lokal, seperti daerah kecamatan. Jalan lokal didalam suatu sistem jaringan jalan, mempunyai urutan klasifikasi fungsional yang ketiga. Jalan lokal mempunyai peran melayani arus lalu lintas lokal, dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah dan akses ke jalan lokal tersebut tidak dibatasi. Di dalam sistem jaringan jalan sekunder didaerah perkotaan, jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan-kawasan sekunder-i, sekunder-ii, sekunder-iii serta perumahan. Sedangkan dalam sistem jaringan jalan primer, jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang-i, II, III, dan kota dibawah jenjang III dengan persil. PERKERASAN JALAN Tanah asli di alam jarang sekali dalam kondisi mampu mendukung beban berulang dari lalu lintas kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar. Karena itu dibutuhkan suatu struktur yang dapat melindungi tanah dari beban roda kendaraan. Struktur ini disebut perkerasan (pavement). Perkerasan berfungsi Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 2

untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak mengalami tegangan dan regangan yang berlebihan oleh akibat beban lalu lintas. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Perkerasan merupakan struktur yang terdiri dari banyak lapisan yang dibuat untuk menambah daya dukung tanah agar dapat memikul repetisi beban lalu lintas sehingga tanah tidak mengalami deformasi yang berarti. PERKERASAN LENTUR Perkerasan lentur (flexible pavement) merupakan perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Yang terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakan di atas tanah dasar yang dipadatkan. Gambar Lapisan Perkerasan Lentur Lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan dibawahnya. Gambar 2.2Penyebaran beban roda melalui lapisan perkerasan jalan Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan material yang berkualitas tinggi. Jadi, kekuatan perkerasan lentur adalah lebih dihasilkan dari kerja sama lapisan yang tebal dalam menyebarkan beban ke tanah dasar, dari pada dihasilkan oleh aksi perlawanan pelat terhadap beban.komponen-komponen struktur perkerasan terdiri dari lapisan pondasi bawah, (sub base course), lapisan pondasi atas (base course), lapisan permukaan (surface course) yang dihamparkan pada tanah dasar (subgrade). Tanah Dasar (Sub Grade) Perkerasan jalan diletakkan di atas tanah dasar, dengan demikian secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tak lepas dari sifat tanah dasar.tanah dasar merupakan tanah dengan ketebalan tertentu yang dipadatkan. Tanah dasar sebagai alas/pondasi jalan, terdiri dari material dalam galian atau urugan dipadatkan dengan kedalaman tertentu dibawah dasar struktur perkerasan. Perkerasan jalan sebagai lapisan pelindung tanah dasar, mendistribusikan beban roda kendaraan ketanah dasar tersebut. Tanpa dukungan yang cukup dari tanah dasar, perkerasan jalan akan mudah mengalami kerusakan. Faktor yang berpengaruh pada tanah dasar adalah pengeruh beban roda, pengaruh daya dukung tanah, pengaruh lingkungan dan selain itu reaksi tanah dasar bergantung pada lima karaktristik, yaitu - Kohesi - Sudut geser dalam - Kompresibilitas (kemudahmampatan) - Plastisitas - Kapilaritas Karaktristik tersebut mengendalikan kinerja tanah dasar, seperti kembang susut, penurunan, longsoran dalam galian, dan gerakan lateral. Lapisan Pondasi Bawah (subbase Course) Lapis pondasi bawah adalah lapisan yang dihamparkan diantara tanah-dasar dan lapis pondasi. Secara tipikal, bahan lapis pondasi bawah terdiri dari material granuler dipadatkan (baik dirawat maupun tidak) atau lapisan tanah yang distabilisasi dengan bahan tambah tertentu. Material lapis pondasi bawah (subbase) biasanya dirancangan lebih rendah kualitasnya dibandingkan dengan material lapis pondasi (base). Dalam beberapa hal, lapis pondasi bawah dirawat atau dicampur dengan semen, aspal, kapur, abu terbang(flyash) untuk menambah kekuatan.maksud penggunaan lapis pondasi bawah adalah untuk membentuk lapisan perkerasan yang relative cukup tebal (bermaksud untuk penyebaran beban). Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 3

Lapisan Pondasi Atas (BaseCourse) Lapis pondasi atas (base) adalah lapisan yang langsung mendukung lapisan penutup atau lapis permukaan di atasnya, sehingga pengaruh muatan lalu-lintas masih sangat besar. Lapis pondasi digunakan dalam perkerasan lentur untuk menambah kekuatan perkerasan melalui. 1. Penambahan kekuatan dan ketahan terhadap kelelahan (fatigue) 2. Pembentukan lapisan yang relative lebih tebal, sehingga beban perkerasan menyebar. Lapisan Permukaan (surface) Lapis permukaan berfungsi untuk memberikan keamanan dan permukaan yang halus atau rata. Lapis permukaan jalan harus memenuhi syarat-syarat : 1. Mempunyai kekesatan atau ketahanan terhadap penggelinciran. 2. Mampu menahan beban kendaraan dan deformasi. 3. Dapat mencegah masuknya air kedalam struktur perkerasan. Rencana Anggaran Biaya Kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi untuk menjawab, Berapa besar dana yang harus disediakan dan berapa lama waktu menyelesaikan untuk sebuah bangunan. Pada umumnya, biaya yang dibutuhkan dalam sebuah proyek konstruksi berjumlah besar. Ketidak tepatan yang terjadi dalam penyediannya akan berakibat kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Untuk menentukan besarnya biaya yang diperlukan terlebih dahulu harus diketahui volume dari pekerjaan yang direncanakan. Pada umumnya pembuatan jalan tidak lepas dari masalah galian maupun timbunan. Besarnya galian dan timbunan yang akan dibuat dapat dilihat pada gambar Cross Section. Selain mencari volume galian dan timbunan juga diperlukan untuk mencari volume dari pekerjaan lainnya yaitu : 1. Volume Pekerjaan a. Pekerjaan persiapan - Peninjauan lokasi - Pengukuran dan pemasangan patok - Mobilisasi dan Demobilisasi - Pembersihan lokasi dan persiapan alat dan bahan untuk pekerjaan b. Pekerjaan tanah - Galian - Timbunan tanah c. Pekerjaan perkerasan - Lapis permukaan (Surface Course) - Lapis pondasi atas (Base Course) - Lapis pondasi bawah (Subbase) - Lapis tanah dasar (Sub Grade) - Bahu Jalan 2. Analisa Harga Satuan Analisa harga satuan diambil dari Harga Satuan Dasar Upah Dan Bahan Serta Biaya Operasi Peralatan Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Tegal 2018. METODELOGI Data dan Ketentuan Desain Perencanaan Tebal Perkerasan 1.Peranan Jalan = Jalan Arteri 2.Type Jalan = Arteri 3.Usia Rencana = 20 Tahun 4.Rencana Jenis Perkerasan = Flexible pavement dan rigid pavement 5.Kondisi Iklim Setempat Curah Hujan Rata Rata 900 mm/tahun 6.Kelandaian Rata Rata = 6 % 7.Angka Pertumbuhan Lalu Lintas = 5% DayaDukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR Yang dimaksud dengan CBR adalah perbandingan antara beban percobaan (load test) dengan beban standar (%) dan harga CBR disini adalah diperoleh ditentukan nilai CBR rencana yang merupakan nilai CBR rata-rata untuk jalur tertentu 1.Rumus CBR = CBR mewakili = CBR rata rata ( CBR max CBR min R )...(3.1) 2. Daya dukung tanah dasar dapat ditentukan berdasarkan grafik korelasi CBR dan DDT atau dapat ditentukan dengan rumus : DDT = 4,3 logcbr + 1,7...(3.2) UmurRencana Pada Tugas Akhir Umur Rencana yang dilakukan adalah 20 Tahun dari saat jalan dibuka untuk lalulintas. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 4

Lalulintas Harian Rata-Rata (LHR) dan Rumus-Rumus Lintas Ekivalen 1. Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHRP) LHR P = LHR S (1 + i 1 ) n 1...(1) 2. Lalu lintas harian rata-rata akhir ir (LHR A ) LHR A =LHR P (1 + i 1 ) n 2...(2) 3.Lintas EkivalenPermulaan (LEP) n LEP = j=mp LHR Pj C E...(3) 4. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) n LEP = j=mp LHR Aj c E...(4) 5. Lintas Ekivalen Tengah (LET) 6. Lintas EkivalenRencana (LER) LER = LET Fp...(5) Fp= n 2 10...(6) Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Tabel Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Kg C Lb AngkaEkivalen Sumbu Tunggal Sumbu Ganda 1000 2205 0.0002-2000 4409 0.0036 0.0003 3000 6614 0.0183 0.0016 4000 8818 0.0577 0.0050 5000 11023 0.1410 0.0121 6000 13228 0.2923 0.0251 7000 15432 0.5415 0.0466 8000 17637 0.9238 0.0794 8160 18000 1.0000 0.0860 9000 19841 1.4798 0.1273 10000 22046 2.2555 0.1940 11000 24251 3.3022 0.2840 12000 26455 4.6770 0.4022 13000 28660 6.4419 0.5540 14000 30864 8.6647 0.7452 15000 33069 11.4184 0.9820 16000 32276 14.7815 1.2712 Faktor Regional (FR) Faktor regional bisa juga disebut factor korksi sehubungan dengan perbedaan kondisitertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain keadaan lapangan dan iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya dukung tanah dan perkerasan. IndeksPermukaan (IP) Indek permukaan ini menyatakan nilai dari pada kerataan kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu-lintas yang lewat. Tabel Indeks Permukaan PadaAkhir Umur Rencana (IPt) LER = Lintas Ekivalen Rencana *) KlasifikasiJalan Local Kolektor Arteri Tol < 10 1,0 1,5 1,5 1,5 2,0-10 100 1,5 1,5 2,0 2,0-100 1000 1,5 2,0 2,0 2,0 2,5 - > 1000-2,0 2,5 2,5 2,5 Dalam menentukan indeks permukaan pada Awal Umur rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan / kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana menurut daftar pada Tabel 3.6 dibawah ini. Tabel3.7 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) Jenis Lapis Perkerasan LASTON LASBUTAG HRA IPo Rougness *) mm/km 4 1000 3,9 3,5 > 1000 3,9 3,5 2000 3,4 3,0 > 2000 3,9 3,5 2000 3,4 3,0 > 2000 BURDA 3,9 3,5 > 2000 BURTU 3,4 3,0 > 2000 LAPEN LATASBUM 2,9 2,5 BURAS 2,9 2,5 3,4 3,0 3000 2,9 2,5 > 3000 Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 5

LATASIR 2,9 2,5 JALAN TANAH JALAN KERIRIL 2,4 2,4 Koefisienkekuatan relative (a) Koefisien kekuatan relative (a) masingmasing bahan dan kegunaan sebagai lapis permukaan pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang di stabilisasikan dengan semen atau kapur) atau CBR Koefisien Kekuatan Relatif Koefisien KekuatanRelatif a1 a2 a3 Ms (kg) Kekuatan Bahan Kt kg/cm 2 CBR % JenisBahan 0,4 - - 744 - - 0,35 - - 590 - - 0,32 - - 454 - - LASTON 0,30 - - 340 - - 0,35 - - 744 - - 0,31 - - 590 - - 0,28 - - 454 - - LASBUTAG 0,26 - - 340 - - 0,30 - - 340 - - HRA 0,26 - - 340 - - Aspal Macadam 0,25 - - - - - LAPEN (mekanis) 0,20 - - - - - LAPEN (manual) - 0,28-590 - - 0,26-454 - - 0,24-340 - LASTON ATAS - 0,23 - - - - LAPEN (mekanis) - 0,19 - - - - LAPEN (manual) - 0,15 - - 22 - Stab. Tanah - 0,13 - - 18 - dengan semen - 0,15 - - 22 - Stab. Tanah - 0,13 - - 18 - dengankapur - 0,14 - - - 100 Pondasi Macadam (basah) - 0,12 - - - 60 Pondasi Macadam - 0,14 - - - 100 Batupecah (A) - 0,13 - - - 80 Batupecah (B) - 0,12 - - - 60 Batupecah (C) - - 0,13 - - 70 Sirtu / pitrun (A) - - 0,12 - - 50 Sirtu / pitrun (B) - - 0,11 - - 30 Sirtu / pitrun (C) - - 0,10 - - 20 Tanah / lempungkepasiran Menghitung Tebal masing-masing perkerasan Perhitungan ini didistribusikan pada kekuatan relat masing-masing lapisan perkerasan jalan tertentu (umur rencana) dimana penentuan tebal perkerasan dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP). Tabel 3.9. Tebal minimum lapis permukaan ITP Tebal Minimu m (cm) < 3,00 5 3,00 6,70 5 6,71 7,49 7,5 Bahan Lapis pelindung : (Buras / Burtu / Burda) Lapen / Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, laston Lapen / Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston 7,50 9,99 7,75 Lasbutag, Laston 10,00 10 Laston Tabel 3.10. Tebal minimum lapis pondasi ITP Tebal Minimu m (cm) < 3,00 15 3,00 7,49 7,50 9,99 20* Bahan Batupecah, stabilisasitanahdengan semen, stabilisasitanahdengankapur Batupecah, stabilisasitanahdengan semen, stabilisasitanahdengankapur 10 LastonAtas 20 Batupecah, stabilisasitanahdengan semen, stabilisasitanahdengankapur, pondasi macadam Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 6

TEKNIS PELAKSANAANPEKERJAAN Mulai Mulai Data : LHR Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Kelandaian rata-rata Iklim Umur Rencana CBR TRAFFIC /ESAL 1.Umur Rencana 2.Faktor Distribusi Arah 3.Faktor Distribusi Lajur 4.LHR pada tahun di buka CBR Daya Dukung Tanah Kuat tekan beton Penentuan nilai DDT berdasarkan CBR dan DDT Menentukan nilai LER berdasarkan LHR Penentuan Faktor Regional (FR) berdasarka n Tabel REABILITY 1.Standard Deviasi Normal SERVICEABILIITY 1.Terminal Serviceabillity Diperoleh nilai ITP dari pembacaan nomogram Diperoleh nilai ITP dari pembacaan nomogram Penentuan Tebal Perkerasan Di peroleh tebal perkerasan jalan dari pembacaan Nomogram Selesai Seles ai Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Lentur Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Kaku Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 7

Susunan Perkerasan Jalan Flexible pavement LASTON : 7.5 cm Batu Pecah kelas A : 20 cm Sirtu/Pitrun kelas A : 12.9 cm Lapis Tanah Dasar Gambar Susunan Lapisan Pekerasan Lentur (Flexible Pavement) Berdasarkan Hasil Perencanaan yang di angkat oleh penulis yaitu mengenai tentang perkerasan lentur (Flexible Pavement) dapat di tarik suatu kesimpulan sebagai berikut : a. Hasil perhitungan dari perencanaan perkerasan Lentur di dapat. -Tebal perkerasan jalan a.laston = 7.5 cm b.batu pecah kelas A = 20 cm c.sirtu/pitrun Kelas A = 12.9 cm - Nilai Rencana Anggaran Biaya dengan panjang ruas jalan balamoa pangkah 5Km - total biaya = Rp 12.019.391.000,- - Kalkulasi harga per km = Rp 2.403.878.200,- Susunan Perkerasan Jalan Rigid pavement Plate Beton 22 cm Pondasi bawah 10 cm Lapis Tanah Dasar Gambar Susunan Lapisan Pekerasan Kaku (Rigid Pavement) Berdasarkan Hasil Perencanaan yang di angkat oleh penulis yaitu mengenai tentang perkerasan Kaku (Rigid Pavement) dapat di tarik suatu kesimpulan sebagai berikut : b. Hasil perhitungan dari perencanaan perkerasan Kaku di dapat. -Tebal perkerasan jalan a.slab Beton = 22 cm b.lap.pondasi bawah = 10 cm - Nilai Rencana Anggaran Biaya dengan panjang ruas jalan balamoa pangkah 5Km - total biaya = Rp 13.181.308.000,- - Kalkulasi harga per km = Rp 2.636.261.000,- KESIMPULAN Di simpulkan bahwa dari hasil perbandingan rakapitulasi total anggaran biaya antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur maka dinas Pekerjaan Umum Kabupaten tegal dalam hal ini sebagai pengguna anggaran memilih Perkerasaan Lentur (Flexible Pavement) Untuk kontruksi pada ruas jalan Balamo Pangkah karena estimasi harga yang murah di banding dengan perkerasan kaku (Rigid Pavement). SARAN Untuk perkerasan kaku (Rigid pavement) di area tegal masih belum di kembangkan secara maksimal karena ketersediaan bacing plan yang memproduksi concrete / beton masih jarang.jadi jika paksakan memakai perkerasana kaku akan terkendala di ketersedianya beton tersebut. DAFTAR PUSTAKA Suryawan, A., 2009, Perkerasan Beton Semen Portland (Rigid Pavement)- Perencanaan Metode AASHTO 1993, Spesifikasi, Parameter Desain, Beta Offset, Yogyakarta. Sukirman, Silvia, 2010, Perencanaan Tebal Struktur Perkerasan Lentur, Penerbit Nova, Bandung. Dirjen Jenderal Bina Marga, 2006, Peraturan Pemerintah No.34 Tahun 2006, Tentang Jalan, Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Jakarta. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018 8