BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alam semesta merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling



dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

Cladius Ptolemaus (abad 2) Geosentris

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 3. Mengenal Planet Bumilatihan soal 3.2

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

BAB I APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ALGORITMA EQUATION OF TIME JEAN MEEUS DAN SISTEM NEWCOMB

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

BAB IV ANALISIS METODE RASHDUL KIBLAT BULAN AHMAD GHOZALI DALAM KITAB JAMI U AL-ADILLAH

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB V PENUTUP. penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban dari beberapa pokok-pokok

GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian pada prinsipnya tidak terlepas dari bagaimana cara untuk

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

1. Fenomena Alam Akibat Perubahan Kedudukan Bumi, Bulan, terhadap Matahari. Gerhana Matahari

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL BULAN KAMARIAH QOTRUN NADA DALAM KITAB METHODA AL-QOTRU

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian penulis yang berjudul Perancangan Aplikasi. Mobile Phone, dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M. YAKUB MUBAROK NIM :

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

BAB IV ANALISIS METODE HISAB GERHANA BULAN DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURỈD. A. Analisis Metode Hisab Gerhana Bulan dalam Kitab Irsyâd al-murỉd

BAB IV ANALISIS KOMPARASI ISTIWAAINI KARYA SLAMET HAMBALI SEBAGAI PENENTU ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

GERAK BUMI DAN BULAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai waktu pelaksanaannya Allah hanya memberikan Isyarat saja, seperti

Laboratorium Falak: Laboratorium Alternatif yang Murah dan Terpadu

Seputar Perbedaan Ilmu Hisab dan Penentuan Hari Raya

BAB IV UJI COBA DAN EVALUASI APLIKASI ZEPHEMERIS. uji verifikasi hasil perhitungan aplikasi Zephemeris. kesalahan maupun kekurangan pada aplikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Tata surya terdiri atas berbagai macam benda langit, di antaranya

Mam MAKALAH ISLAM. Tuntunan Islam tentang Gerhana

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

APLIKASI DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN BERDASARKAN PERHITUNGAN JEAN MEEUS PADA SMARTPHONE ANDROID S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matahari merupakan pusat tata surya yang secara umum dapat

ZAARI BIN MOHAMAD HBSC4203_V2 - EARTH AND SPACE / BUMI DAN ANGKASA BUMI DAN ANGKASA A. PENDAHULUAN

IPA TERPADU KLAS VIII BAB 14 BUMI, BULAN, DAN MATAHARI

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS METODE AZIMUTH BULAN SEBAGAI ACUAN PENENTUAN ARAH KIBLAT. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimuth Bulan

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. Penentuan arah kiblat pada dasarnya mengkaji posisi atau markaz

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

Bumi berotasi. Getak Harian - dari timur ke barat. - periodanya 24 jam. - sejajar ekuator langit.

SAINS BUMI DAN ANTARIKSA

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan atau sains. Menurut H.W Fowler (dalam Trianto: 2010) Ilmu

SISTEM INFORMASI BERBASIS MULTIMEDIA TENTANG TATA CARA IBADAH SHOLAT MENURUT SUNNAH NABI MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH

Makalah Rotasi dan Revolusi bumi

Shalat Gerhana Bulan Penumbral Tidak Disunnatkan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjelaskan tentang pergantian siang dan malam yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan-nya dan sebagai bukti adanya Allah yang menciptakan alam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV UJI KOMPARASI DAN EVALUASI QIBLA LASER SEBAGAI ALAT PENENTU ARAH KIBLAT. A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Qibla Laser Setiap Saat Dengan

BAB II. MATAHARI, BUMI DAN BULAN DALAM TINJAUAN Al-QUR AN DAN SAINS, DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN SERTA DASAR. PEMROGRAMAN PHP DAN MySQL

Lampiran I. Algoritma Equation of Time Versi Jean Meeus

Seri Ilmu Falak. Pedoman Praktis Perhitungan Awal Waktu Salat, Arah Kiblat dan Awal Bulan Qamariyah

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

GERAK EDAR BUMI & BULAN

BAB II MATAHARI, BUMI DAN BULAN DALAM TINJAUAN AL-QUR AN DAN SAINS, DATA EPHEMERIS MATAHARI DAN BULAN SERTA DASAR

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

Sistem Hisab Awal Bulan Kamariah Dr. Ing. Khafid dalam Program Mawaiqt

Macam-macam Waktu. Universal Time dan Dynamical Time

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DENGAN MENGGUNAKAN AZIMUT PLANET. A. Algoritma Penentuan Arah Kiblat dengan Metode Azimut Planet

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya telah ditegaskan dalam al-qur an maupun hadis Nabi. SAW, bahwa Allah SWT mencintai keindahan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai a little mosque on the tundra oleh media Kanada, menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB IV ANALISIS. Setelah mengetahui legalitas şallallahu alaihi wasallam dan alaihi

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB III SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. Demak pada tahun 1987 setelah menerima beasiswa OFP (Offersis Felope

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alam semesta merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling berharga di jagad ini, hampir segala ilmu pengetahuan bermula dari alam semesta. melalui berbagai kajian dan penelitian maka muncul berbagai macam interpretasi yang kemudian menjadi teori-teori yang tentu sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Betapun banyak di antara mereka yang telah melakukan penelitian dan telah menghasilkan berbagai teori, tapi penelitian terhadap alam semesta ini tidak pernah tuntas, karena alam ini tidak hentihentinya memberikan ilmu pengetahuan pada manusia, sehingga bagi peneliti selalu mendapatkan tambahan ilmu baru dalam setiap melakukan penelitian, hal ini senada dengan apa yang telah dinyatakan dalam al-qur an dalam surat al-kahfi ayat 109 yang artinya adalah : Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). Fenomena alam semesta merupakan bagian di antara bahan penelitian bagi manusia, telah banyak teori-teori dari fenomena alam ini, karena fenomena alam telah memberikan informasi kapada manusia dalam setiap saat, bukan hanya setiap detik, bahkan lebih kecil dari detik pun alam ini telah 1

2 memberikan informasi kapada manusia, lebih-lebih tiap jam, hari, Bulan bahkan tiap tahunnya. Peredaran semu Matahari dan Bulan setiap hari merupakan bagian dari fenomena alam, dan dari perederannya maka terjadilah siang dan malam, fenomena ini setiap hari terjadi tanpa henti malam dan siang selalu bergantian. Panjang malam dan siang juga ternyata tidaklah sama, terkadang malam lebih panjang dari pada siang, terkadang sebaliknya. Matahari dan Bulan juga terus berputar mengelilingi Bumi, dan apabila kita diperhatikan, ternyata Matahari dan Bulan tidak selalu bersamaan dalam terbit dan tenggelamnya, Bulan terkadang terbit lebih dulu kemudian disusul Matahari, tetapi kadang Matahari lebih dulu kemudian di susul Bulan. Dari peredaran keduanya pada saatnya akan terjadi konjungsi yaitu saat Matahari, Bulan dan Bumi berada pada garis yang lurus, selain terjadi konjungsi dari peredaran keduanya akan terjadi pula oposisi yaitu saat Matahari, Bumi dan Bulan berada pada garis yang lurus, fenomena ini juga terjadi tidak hanya sekali, akan tetapi berulang-ulang, sehingga kajadian ini dapat diperhitungkan Sebagaimana fenomena alam yang lain, gerhana juga merupakan fenomena alam, ada gerhana Matahari dan juga gerhana Bulan. Gerhana Matahari terjadi ketika Matahari, Bulan dan Bumi berada pada suatu garis lurus, sehingga Bulan menutupi sebagian atau seluruh sinar Matahari. Sedangkan gerhana Bulan terjadi ketika Matahari, Bumi dan Bulan berada pada suatu garis lurus, sehingga Bulan sebagian atau seluruhnya masuk dalam bayang-bayang Bumi. Gerhana Matahari terjadi pada fase Bulan baru (new

3 moon) atau konjungsi, namun tidak setiap bulan baru akan terjadi gerhana Matahari. Sedangkan gerhana Bulan terjadi pada fase Bulan purnama (full moon) atau oposisi, namun tidak setiap bulan purnama akan terjadi gerhana Bulan. Hal ini disebabkan bidang orbit Bulan mengitari Bumi tidak pada bidang yang sama dengan bidang orbit Bumi mengitari Matahari (bidang ekliptika), namun miring membentuk sudut sebesar sekitar 5 derajat 1. Seandainya bidang orbit Bulan mengitari tersebut terletak tepat pada bidang ekliptika, maka setiap Bulan baru akan selalu terjadi gerhana Matahari, dan setiap Bulan purnama akan selalu terjadi gerhana Bulan. Jika diperhatikan, waktu terbit Matahari setiap hari selalu berubah meskipun kecil, demikian pula posisi Matahari saat terbenam. Bagi yang tinggal di dekat garis khatulistiwa, seperti di Indonesia, akan mengamati perubahan posisi terbitnya Matahari dengan jelas. Suatu saat terbit tepat di arah timur (azimuth 90 derajat), di lain hari sudah bergeser sedikit ke arah utara (azimuth kurang dari 90 derajat). Kemudian kembali lagi tepat di arah timur, lalu bergeser sedikit ke arah selatan (azimuth lebih dari 90 derajat) dan kemudian kembali lagi tepat di arah timur. Demikian pula dengan pergeseran tempat terbenamnya Matahari di ufuk barat 2. Berdasarkan landasan normatif di atas maka gerhana Bulan senantiasa didasarkan pada perjalanan semu harian matahari sebagai akibat dari adanya rotasi bumi dari Barat ke Timur. 1 A.E.Roy and Clarke, AstronomyPrinciple and Practice, IoP (Institute and Physics Publishing Bristol and Philadelphia, Forth Edition, hal 8 2 Dr. Rinto Anugraha, http://www.eramuslim.com/syariah/ilmu-hisab/gerhana-bulan-parsial-26- juni-2010.htm

4 Oleh karena itu gerhana Bulan sangat berkaitan dengan peristiwa peredaran semu matahari terhadap bumi. Sabagaimana Matahari, posisi terbit Bulan juga berubah-rubah setiap hari, demikian juga posisi terbenamnya, akan tetapi perubahan posisi Bulan lebih cepat dari pada perubahan posisi Matahari. Bila Matahari membutuhkan waktu satu tahun untuk kembali ketempat semula, maka Bulan cukup memerlukan waktu kurang lebih satu Bulan untuk kembali ke tempat semula. Sehingga apabila diperhitungkan maka akan diketahui kapan posisi Matahari, Bumi dan Bulan berapa pada satu garis yang sama dimana peristiwa ini akan menimbulkan terjadinya gerhana. Perngetahuan tentang gerhana ini sebenarnya sudah lama diketahui oleh manusia, namun pada zaman dahulu kejadian Gerhana dipergunakan untuk mendeskripsikan keadaan yang berkaitan dengan kemerosotan atau kehilangan (secara total atau sebagian) kepopuleran atau kesuksesan seseorang, kelompok atau negara. Gerhana juga dapat dikonotasikan sebagai kesuraman sesaat ( prediksi, berulang atau tidak ) dan masih bisa berakhir. Dari pengalaman masyarakat lampau yang sering dilakukan biasanya menghubung-hubungkan kejadian gerhana dengan peristiwa mistis. Di zaman Rasulullah, misalnya, pernah terjadi gerhana matahari yang bersamaan dengan kematian putra Rasul SAW yang bernama Ibrahim. Orangorang pada saat itu menganggap terjadinya gerhana karena kematian putra Nabi tersebut, Kemudian Nabi Muhammad SAW merubah pemahaman ini,

5 beliau menjelaskan bahwa peristiwa ini merupakan suatu tanda kekuasaan Allah, sebagaimana dalam firmannya : : - - Artinya : Sesungguhnya Matahari dan Bulan, keduanya terjadi gerhana bukan karena matinya seseorang, dan bukan pula karena hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya menjadi tanda (dalil) kekuasaan-nya. Maka apabila kamu melihat kedua gerhana, hendaknya kamu melakukan sholat Demikian perintah Nabi saw, jika terjadi gerhana dan melihatnya maka dianjurkan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah sholat khusuf (Gerhana Bulan) bila terjadi gerhana Bulan dan melaksanakan sholat kusuf (gerhana Matahari) bila terjadi gerhana Matahari, serta memperbanyak doa, memperbanyak takbir, dan memperbanyak shodaqoh, serta sebagian ulama berpendapat bahwa shalat gerhana adalah sunnah mu akkad. Atas dasar keingin tahuan manusia tentang benda-benda langit dan juga peredarannya, maka dilakukanlah perhitungan-perhitungan atas bendabenda langit tersebut untuk diketahui kapan dan dimana posisinya berada, lebih-lebih ketika datangnya agama Islam, posisi Matahari atau Bulan erat kaitannya dengan kepentingan ibadah. Maka pada saat itu muncullah para 3 Shohih Muslim, juz 3, BAB, hal 36, (diambil dari maktabah syamilah)

6 astronom muslim yang ahli dalam perhitungan posisi benda-benda langit, walaupun pada saat itu perhitungannya masih klasik dan manual. Berbagai macam metode dan berbagai teori perhitungan telah muncul sejak saat itu, bahkan diantara mereka telah memiliki karya yang sampai sekarang masih dijadikan rujukan dalam perhitungan mengenai falak. Namun sejalan dengan berjalannya waktu, metode-metode tersebut untuk saat sekarang sudah tidak mencapai akurasi yang memadai, karena metode itu cukup klasik dan manual, sehingga kerap kali terjadi perbadaan antara metode satu dengan metode yang lainnya, bahkan dalam satu metodepun bisa menghasilkan perhitungan yang berbeda jika dilakukan oleh orang yang berbeda. disamping akurasinya lemah cara perhitungannya cukup lama, Sejalan dengan perkembangan zaman, maka ilmu pengetahuan pun juga berkembang, termasuk juga perhitungan tentang peredaran benda-benda langit juga berkembang sangat cepat. Metode perhitungan yang berkembang pada saat ini tidak lagi manual, tetapi metode yang berbasis teknologi dengan sistem komputerisasi dan algoritmanya. misalnya metode yang dikembangkan oleh Jean Meeus, Brown dll. Dengan metode ini, perhitungan terhadap bendabenda langit memiliki akurasi yang cukup tinggi dan keakuratannya bisa dibuktikan melalui observasi langsung terhadap benda langit yang telah dilakukan perthitungan, tentunya perkembangan astronomi ini sangat membantu dalam perhitungan gerhana Bulan dengan ketelitian yang sangat tinggi dan cepat.

7 Diantara algoritma yang memiliki ketelitian tinggi adalah algoritma VSOP87 untuk menentukan posisi Matahari (bujur ekliptika, lintang ekliptika dan jarak Bumi-Matahari ) dan algoritma ELP2000 untuk menentukan posisi Bulan. VSOP ( Variations Seculaires Des Orbites Planetaires) ini ditulis oleh Pierre Bretagnon pada tahun 1982, yang kemudian disempurnakan bersama Gerrad Francou pada tahun 1987, atau sering disebut dengan VSOP87 yang dipublikasikan pada jurnal Astronomy and Astrophysies, 202,309-315 (1988). Sedangkan ELP(Ephemeride Lunaire Parisienne) ini ditulis oleh Michella Chapront-Touze dan Jean Chapront pada tahun 1980 yang disebut dengan ELP1900, dan kemudian disempurnakan pada tahun 1988 oleh Jean Chapront dan Michella Chapront-Touze menjadi ELP2000. Kedua algoritma ini pada saat sekarang masih dianggap memiliki ketetilian yang sangat tinggi, dengan bantuan teknologi komputer algoritma ini dapat menyajikan data-data dan hasil perhitungan astronomi modern yang sangat akurat, lebih-lebih untuk menentukan posisi Matahari dan Bulan, Sebagaimana telah diimplementasikan oleh software Mawaqit karya Dr.Ing H.Khafid. Sementara itu, Mayoritas buku-buku falak di Indonesia dalam perhitungan gerhan Bulan atau gerhana Matahari masih merujuk pada ephimeris hisab rukyat Kementerian Agama Indonesia yang telah diaplikasikan dalam bentuk software Winhisab Version 2.0 oleh Badan Hisab Rukyat Departemen Agama Republik Indonesia. Program ini berisi tentang data ephemeris bulan dan matahari, awal waktu salat, arah kiblat, dan ketinggian hilal. Data matahari yang diperoleh dari Ephimeris Hisab Rukyat

8 Kementerian Agama Indonesia memang sudah cukup signifikan tingkat akurasinya, namun untuk meminimalisir perbedaan dalam penentuan gerhana Bulan, maka akan sangat dibutuhkan data matahari maupun bulan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Kesalahan (Error) yang terjadi dalam perhitungan terhadap kenyataan di lapangan ketika rukyat dapat dikurangi sekecil mungkin. Perkembangan komputer yang pesat diharapkan dapat mendukung pelaksanaan hisab dan rukyat hilal, sedemikian rupa sehingga perbedaanperbedaan yang terjadi di masyarakat berkisar hasil hisab dan rukyat dapat diminimalkan. Dalam hal ini, komputer ataupun teknologi bukan satu-satunya faktor yang dapat memecahkan permasalahan perbedaan dalam hisab. Teknologi komputer hanya merupakan sarana bantu untuk memperkecil kesalahan-kesalahan manusiawi yang biasa terjadi. (Khafid, 2003 :2-3). Dari paparan di atas, maka dalam penulisan tesis ini penulis tertarik untuk mengangkat judul PERHITUNGAN GERHANA BULAN DENGAN ASTRONOMI MODERN perhitungan ini akan dilengkapi dengan dengan sebuah software dengan basis data yang menggunakan program Visual basic 0.6. dengan tujuan dapat melakukan praktek perhitungan secara cepat. B. Rumusan Masalah Dalam rangka untuk memfokuskan pembahasan dalam masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dikaji dalam pembahasan nanti, rumusan itu di antaranya :

9 a. Bagaimana perhitungan gerhana bulan dengan aplikasi program berbasis VSOP87 dan ELP-2000? b. Bagaimana akurasi aplikasi penentuan gerhana bulan dengan aplikasi program berbasis VSOP87 dan ELP-2000? C. Tujuan Pembahasan Tujuan Pembahasan dalam penulisan proposal ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisa dan mendiskripsikan Bagaimana astronomi dalam penentuan gerhana Bulan. 2. Menganalisa dan memberikan tingkat akurasi penentuan gerahana bulan dengan aplikasi program berbasin VSOP87 dan ELP-2000. D. Manfaat Pembahasan 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu kontribusi pemikiran untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan tentang ilmu falak yang berkaitan dengan penentuan gerhana Bulan. 2. Secara Praktis a. Penelitian ini dapat mampu memberikan pengertian pada masyarakat tentang gerhana Bulan pada khususnya dan ilmu falak pada umumnya. b. Penulisan diharapkan dapat dijadikan rujukan atau referensi oleh pemerhati falak atau lembaga-lembaga khususnya yang berkecimpung di dunia falak.

10 c. Program/software ini dapat digunakan oleh pihak IAIN walisongo, sebagai pembelajaran pada periode berikutnya. d. Bagi penulis sebagai bahan studi awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya. E. Kajian Pustaka Penelitian tentang gerhana Bulan pada dasarnya sudah pernah dilakukan. Hal ini dilakukan karena peristiwa gerhana Bulan erat kaitannya dengan ibadah, dimana umat islam dianjurkan untuk melakukan shalat ketika terjadi gerhana. Akan tetapi, berdasarkan penelusuran penulis, penelitian yang berbasis astronomi modern belum pernah dilakukan. Adapun penelitian tentang gerhana Bulan yang berkembang dan pernah dilakukan adalah sebagai berikut: Metode Penentuan Gerhana Bulan Dengan Sistem Ephemeris, Skripsi, yang ditulis oleh Ayu Nurul Faizah (2010), di Ma had Aly Al- Mahfudz Tebuireng Jombang. Penelitian ini dilakukan dengan metode modern, akan tetapi pengambilan datanya diambil dari data ephemeris, artinya data-data astronomisnya sudah ada dan tidak perlu menghitung. Dari data ephemeris itu diperhitungkan secara manual untuk dicari kapan terjadinya gerhana, sehingga metode ini memakan waktu cukup lama. Analisa Gerhana Bulan Dalam Perspektif Hisab Kitab Al Anwar Dan Hisab Ephemeris, merupakan skripsi yang ditulis oleh Rohmat Sholeh (2010), di Ma had Aly Al-Mahfudz Tebuireng Jombang. Penelitian ini juga

11 menggunakan data ephemeris dan tidak menghitung dari mana asal data itu di dapatkan. Data ephemeris yang diambil yaitu data yang dikeluarkan oleh Departemen Agama setiap tahun. Namun dalam penelitian ini dilakukan perbandingan-perbandingan dengan metode klasik dan menggunakan kitab al- Anwar. Studi Komparatif Hisab Gerhana Bulan dalam al-khulasah al- Wafiyah dan Ephemeris adalah skripsi yang ditulis oleh Wahyu Fitriyah (2011), di IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini telah banyak mejelaskan sisi astronomi berkaitan dengan proses terjadinya gerhana Bulan. Dalam penelitian ini juga menjelaskan bagaimana perbedaan hasil perhitungan dengan metode kitab klasik dan ephemeris. namun metode perhitungan yang digunkan adalah manual sistem, Penentuan Gerhana Bulan, Kajian Terhadap Kitab Fathu al-ra uful al-mannan adalah penelitian dilakukan oleh Ahmad Nashor, 2008. Penelitian ini berisi tentang bagaimana cara perhitungan gerhana Bulan dengan metode kitab Fathu al-ra uful al-mannan, yaitu menggunakan data-data yang sudah ada di dalam kitab tersebut, setelah itu diperhitungkan untuk diketahui kapan terjadinya gerhana Bulan. Namun penelitian ini sebenarnya berfokus pada pemikiran tokoh tentang gerhana Bulan, yaitu pemikiran Ahmad Abdul Jalil dalah kitab Fathu al-ra uful al-mannan. Metode perhitungan ini masih menggunakan metode klasik. Di samping itu data-data yang digunakan juga data lama, di mana secara astronomi modern nilai akurasinya masih rendah.

12 Gerhana dan Budaya masyarakat awam penelitian oleh Ahmad Miftah, 2008, dilakukan di Banyuwangi. Penelitian ini juga menyinggung tentang proses terjadinya gerhana, baik gerhana Bulan maupun gerhana Matahari. Pemaparan dalam penelitian ini bernuasa astronomis akan tetapi tidak banyak mejelaskan perhitungan. Penelitian ini lebih berfokus pada budaya masyarakat Banyuwangi ketika terjadi gerhana. Disamping itu masih ada beberapa penelitian lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Sumber-sumber kepustakaan yang penulis sebutkan di atas merupakan penelitian penting yang mewakili, di samping masih banyak karya-karya lainnya. Penulis menganggap karya-karya di atas cukup mewakili metode penentuan gerhana Bulan yang berkembang saat ini. Hasil telaah penulis terhadap beberapa penelitian di atas dapat penulis simpulkan bahwa perhitungannya masih menggunakan sistem manual dan klasik, belum dirancang dengan program yang lebih praktis, meskipun datadatanya sudah menggunakan data ephemeris. Penggunaan program aplikasi untuk mempermudah perhitungan merupakan alasan logis harus diaplikasikan. Bagi penulis ini menjadi penting untuk dapat meningkatkan ide kreatif analaisis dalam pembuatan software aplikasi yang berkaitan dengan gerhana Bulan. Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian terkait dengan gerhana Bulan yang berkembang sampai saat ini lebih menekankan pada tataran deskriptif. Dengan demikian, penulis menemukan titik relevansi dan orisinalitas dari penelitian dalam tesis ini. Namun, karya-karya tersebut di atas

13 telah dapat membantu dan memberikan landasan umum bagi penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. F. Metode Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka dibutuhkan pemaknaan terhadap phenomenon (gejala) alamiah yang terjadi di lapangan, maka penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan menggunakan algoritma berbasis VSOP87 dan ELP2000. Selain melakukan penafsiran terhadap penomena alam secara langsung, penelitian juga dilakukan dengan kajian kepustakaan (library research), yaitu penelitian terhadap buku-buku dan tulisan ilmiah yang dipergunakan dalam perhitungan gerhana Bulan. Metode penelitian kepustakaan ini bersifat deskriptif analitik, aritmatik, aplikatif, yang bertujuan untuk menganalisa data-data - baik yang bersumber dari buku-buku ataupun yang didapat dari observasi - kemudian dideskripsikan secara sistematis, lugas dan aktual mengenai gerhana bulan. Analitik deskriptif yang bersumber pada data kepustakaan akan dipakai sebagai tool dalam menelaah mengenai bagaimana algoritma VSOP87 dan ELP2000 dalam melakukan penentuan gerhana bulan. Metode deskriptif Analitik juga akan menelaah ketentuan syari i dalam penentuan gerhana bulan serta bagaimana implikasi dari gerhana bulan tersebut.

14 Deskriptik Analitik pada penelitian ini juga dilakukan dengan pendekatan aritmatik (ilmu hitung) yaitu melakukan perhitungan pada data dengan menggunakan teori Spherical Trigonometry kemudian diaplikasikan dengan teori algoritma VSOP87 dan ELP2000. Selanjutnya data-data tersebut diaplikasikan dalam bahasa pemrograman dengan menggunakan program aplikasi Visual Basic 6.0. hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat akurasi dan kecepatan algoritma VSOP87 dan ELP2000 dalam penentuan gerhana bulan. G. Sistematika Penulisan BAB pertama berisi pendahuluan. Pada bagian pendahuluan ini akan dikemukakan sketsa permasalahan yang melatar belakangi penelitian tentang penentuan gerhana Bulan dan tingkat akurasinya. Kemudian dipaparkan fokus penelitian sebagai titik tolak penelitian ini yang kemas dalam rumusan maslah, dilanjutkan dengan signifikansi penelitian sebagai arah dari penelitian, dan metode penelitian sebagai cara mendekati sasaran penelitian. BAB kedua membahas tentang gambaran umum gerhana Bulan dan cara perhitungannya dengan metode yang biasa berkembang di kalangan ahli falak Indonesia, serta penjelasan astronomi modern khususnya dalam penentuan gerhana Bulan. Di dalamnya terdapat sub bahasan seputar gerhana Bulan yang meliputi definisi dan dasar hukum berupa al-quran dan sunnah

15 serta konsep fiqih tentang penentuan gerhana, konsep astronomi dalam perhitungan gerhana Bulan. Bab ketiga berisi jawaban atas masalah yang diajukan dalam penelitian yang di dalamnya membahas tentang aplikasi perhitungan gerhana Bulan dengan basis data astronomi dengan menggunakan bahasa pemrograman komputer Visual Basic 6.0. Di dalamnya terdapat sub bahasan meliputi alat penelitian, rancangan proses perhitungan, serta unsur-unsur lain yang diperlukan dalam perhitungan terliti terkait dengan gerhana Bulan. Bab keempat akan menyajikan analisis sistem perhitungan dalam penentuan gerhana Bulan dengan berbasis astronomi modern. Kemudian juga membahas analisis tingkat akurasi perhitungan gerhana Bulan dengan basis astronomi modern. Bab kelima penutup, bagian ini berisi kesimpulan, dan juga saransaran guna memberi peluang bagi pembaca untuk mengoreksinya.