Delineasi Area Prospek Emas Berdasarkan Anomali Medan Magnetik Total Reduksi Ke Kutub

dokumen-dokumen yang mirip
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

Kata kunci : Metode geomagnet, Mineral Sulfida, Foward Modeling, Disseminated.

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas Dengan Menggunakan Metode Magnetik Di Papandayan Garut Jawa Barat

STUDI ZONA MINERALISASI EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA SILIWANGA KECAMATAN LORE PEORE KABUPATEN POSO

PENENTUAN BATAS KONTAK BATUAN GUNUNG PENDUL DAN GUNUNG SEMANGU, BAYAT, KLATEN MENGGUNAKAN METODA MAGNETIK

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran.. 66 DAFTAR PUSTAKA Lampiran-lampiran... 69

Seminar Nasional Fakultas Teknik Geologi, Bandung 24 Mei 2014

Kata kunci: Metode geomagnetik, bendungan Karangkates (Lahor-Sutami), jenis batuan

Kata kunci: anomali magnet, filter, sesar, intrusi

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

Pengolahan awal metode magnetik

Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK PADA DAERAH MATA AIR PANAS JATIKURUNG KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH WAKTU LOOPING TERHADAP NILAI KOREKSI HARIAN DAN ANOMALI MAGNETIK TOTAL PADA PENGOLAHAN DATA GEOMAGNET STUDI KASUS : DAERAH KARANG SAMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDUGAAN POSISI DAPUR MAGMA GUNUNGAPI INELIKA, FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR BERDASARKAN SURVEI MAGNETIK

Teori Dasar GAYA MAGNETIK. Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1. dan m 2

Pendugaan Zona Rembesan di Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan Analisis Litologi dengan Menggunakan Data Magnetik

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

3. HASIL PENYELIDIKAN

3. HASIL PENYELIDIKAN

V. HASIL DAN INTERPRETASI. panas bumi daerah penelitian, kemudian data yang diperoleh diolah dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data dipusatkan di kawasan Gunung Peben Pulau Belitung. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELURUSAN ANOMALI MAGNET BENDA X DI DAERAH Y DARI HASIL REDUKSI KE KUTUB

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

Interpretasi Struktur Bawah Tanah pada Sistem Sungai Bribin dengan Metode Geomagnet

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin SARI BACAAN

Pendugaan Model Sumber Anomali Magnetik Bawah Permukaan di Area Pertambangan Emas Rakyat Desa Paningkaban, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB III METODE PENELITIAN

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH MANIFESTASI EMAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK DI DAERAH GARUT JAWA BARAT

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

Identifikasi Sesar di Perairan Misool, Papua Barat dengan Menggunakan Metode Magnetik Nur Novita Sari a, Okto Ivansyah b, Joko Sampurno a*

Deliniasi Prospek Bijih Besi Dengan Mengunakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

APLIKASI METODE MAGNETIK UNTUK MELOKALISASI TARGET ZONA MINERALISASI EMAS DI DAERAH X

APLIKASI METODE GEOMAGNETIK UNTUK MEMETAKAN SITUS ARKEOLOGI CANDI BADUT MALANG JAWA TIMUR

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Metode Induced Polarization Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah B Gunawan Setiono dan Dr.Supriyanto. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

INTERPRETASI MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DI AREA PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT DESA CIHONJE, KECAMATAN GUMELAR, KABUPATEN BANYUMAS

STUDI ANOMALI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SEKITAR MANIFESTASI AIR PANAS, DESA WAGIR LOR, KEC. NGEBEL, KAB. PONOROGO DENGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

IDENTIFIKASI SESAR DI DAERAH PONGKOR BOGOR JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT. Abstrak.

Teori Dasar GAYA MAGNETIK : (F) Jika dua buah benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m 1.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DI MUARA SUNGAI PROGO MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS DIWAK-DEREKAN BERDASARKAN DATA MAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

ALHAZEN Journal of Physics ISSN Volume 2, Nomor 1, Issue 1, Juli 2015

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

POLA ANOMALI MAGNET DAN NILAI SUSCEPTIBILITAS DARI BATUAN DASAR PADA PEMETAAN GEOLOGI DAN GEOFISIKA DI PERAIRAN TELUK BONE SULAWESI SELATAN

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

Unnes Physics Journal

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

PEMODELAN 2D RESERVOAR GEOTERMAL MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DESA KASIMBAR BARAT ABSTRAK ABSTRACT

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Identifikasi Keberadaan Heat Source Menggunakan Metode Geomagnetik Pada Daerah Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah

Physics Communication

IDENTIFIKASI POLA SEBARAN INTRUSI BATUAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI SUNGAI JENELATA KABUPATEN GOWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

POSITRON, Vol. IV, No. 1 (2014), Hal ISSN :

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Interpretasi Lokasi Source Rock Rembesan Minyak di Desa Cipari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap Berdasarkan Survei Magnetik

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Karakterisasi Panasbumi di Sumber Air Panas dengan Menggunakan Metode Geomagnet (Studi Kasus: Sumber Air Panas Panggo Kabupaten Sinjai)

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

Identifikasi Benda-Benda Megalit Dengan Menggunakan Metode Geomagnet di Situs Pokekea Kecamatan Lore Tengah Kabupaten Poso

PENDUGAAN MODEL ANOMALI MAGNETIK BAWAH PERMUKAAN DESA DARMAKRADENAN, KECAMATAN AJIBARANG, KABUPATEN BANYUMAS

Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

MENGIDENTIFIKASI POTENSI HIDROKARBON DI KEPULAUAN ARU SELATAN, PAPUA BARAT MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET. Tri Nurhidayah, Muhammad Hamzah, Maria

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Aplikasi Metoda Magnetik Untuk Eksplorasi Bijih Besi Studi Kasus : Bukit Munung Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat Joko Sampurno *)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

IDENTIFIKASI SEBARAN BIJI BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOMAGNET DI DAERAH GUNUNG MELATI KABUPATEN TANAH LAUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghasilkan variasi medan magnet bumi yang berhubungan dengan

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

STUDI ANOMALI MAGNETIK TOTAL UNTUK PENCARIAN DAERAH PROSPEK HIDROKARBON DAERAH PULAU BURU PROVINSI MALUKU

Kelompok 3 : Ahmad Imam Darmanata Pamungkas Firmansyah Saleh Ryan Isra Yuriski Tomy Dwi Hartanto

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Transkripsi:

Delineasi Area Prospek Emas Berdasarkan Anomali Medan Magnetik Total Reduksi Ke Kutub Delineation of Gold Prospecting Area Based on Total Magnetic Field Anomalies Reduction to The Pole Alvin Caesar Lesmana Ikramsyah 1, Nazli Ismail *1,2, Ibnu Rusydy 1, Agus Pajrin Jaman 3 1 Jurusan Teknik Kebumian, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala 2 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Syiah Kuala 3 PT Antam tbk. Received July, 2018, Accepted September, 2018 Telah dilakukan reduksi ke kutub data anomali medan magnetik total untuk mendelineasikan area prospek emas. Intensitas medan magnetik total dikoreksi dengan nilai diurnal dan IGRF untuk mendapatkan anomali medan magnetik total. Reduksi ke kutub anomali medan magnetik total dilakukan untuk menyederhanakan pola kontur anomali di ekuator. Anomali medan magnetik total reduksi ke kutub telah difilter untuk mendapatkan anomali residual yang merefleksikan target benda anomali pada kedalaman yang dangkal. Hasil yang didapat menunjukkan kontur anomali medan magnetik total reduksi ke kutub terlihat lebih sederhana dan mudah untuk diinterpretasi. Aplikasi kedua metode tersebut pada daerah C di Jawa Barat telah berhasil diterapkan. Pada low pass filter anomali yang muncul menunjukkan pola smooth yang merupakan efek dari benda anomali regional. Pada anomali residual menunjukkan pola efek dari benda anomali yang dangkal. Nilai anomali medan magnetik total residual yang rendah pada lokasi penelitian diprediksi sebagai tempat terdepositnya emas yang berasosiasi dengan patahan dan zona alterasi yang berada di bagian selatan dan barat lokasi penelitian. Delineation of gold prospecting area based on the total magnetic field anomalies reduction to the pole have been done. The total magnetic field intensity data were corrected by diurnal and IGRF to obtain the total magnetic field anomalies. The total magnetic field values were reduced to the pole to simplify contour shceme in equator and filtered to obtain the residual anomalies which are reflected as shallow depth anomalies. The results showed that the reduction to the pole contour were more simple and easily to be interpreted. Application of both methods in area "C" at West Java Province has been successfully delineating gold deposit in the area. In low pass filter the anomalies showed smooth pattern which are representated as regional effects. The residual anomalies appear as near surface effects. The low magnetic values in the residual data be expected as gold deposit which associated with fault and alteration zones where located in south and west section of the research field. Keywords: magnetic method, the total magnetic field anomalies, reduce to the pole, low pass filter, gold potential Pendahuluan Metode magnetik banyak digunakan pada eksplorasi mineral, survei awal panas bumi, survei awal hidrokrabon, pemetaan geologi regional, survei arkeologi, identifikasi patahan dan untuk melihat struktur batuan bawah permukaan. Metode ini merupakan metode yang sering digunakan di bidang pertambangan. Selain karena cocok digunakan untuk bidang pertambangan, metode ini juga ekonomis dan ramah lingkungan. Emas merupakan salah satu hasil tambang yang dapat dieksplorasi menggunakan metode magnetik. Pada kasus eksplorasi emas, target yang dicari pada umumnya yaitu batuan-batuan tempat deposit emas dan mineral-mineral pembawanya, zona alterasi dan zona mineralisasi emas. Namun data anomali medan magnetik total 122 122

yang terukur di daerah geomagnetic berlintang rendah masih dipengaruhi oleh efek dipol, nilai minimum yang didapat bukan berasal dari target pencarian pada penelitian ini. Kami telah mengaplikasikan metode reduksi ke kutub pada data anomali medan magnetik total di daerah C dengan lintang 10. Data tersebut kami gunakan untuk mendelineasikan zona mineralisasi emas. Metode magnetik adalah metode pasif yang memanfaatkan sifat kemagnetan batuan. Disebut pasif karena pada tahap akuisisi data tidak menggunakan sumber untuk mendapatkan parameter yang dicari. Metode ini didasarkan pada pengukuran dari gangguan atau anomali di medan magnet bumi yang disebabkan oleh magnetisasi benda bawah permukaan. Metode magnetik mengasumsikan bahwa setiap batuan yang berada di bawah permukaan bumi memiliki sifat kemagnetan yang berbeda, ketika medan magnet bumi menginduksi batuan yang ada di bawah permukaan bumi maka akan timbul medan magnet sekunder akibat induksi tadi. Nilai intensitas medan magnet sekunder ini akan berbeda-beda pada setiap batuan dan sangat bergantung pada sifat kemagnetan batuannya. Gaya magnetik didasarkan pada hukum Coulomb, yaitu dua buah kutub magnetik (P1) dan (P2) yang terpisah dengan jarak (r) akan menghasilkan gaya magnetik (F) yang bekerja antara kedua kutub tersebut (Telford dkk., 1990). Gaya magnetik yang bekerja antara dua kutub tersebut dinyatakan pada Pers (1). F = ( P 1 P 2 ) (1) μr2 Emas memiliki sifat kemagnetan diamagnetik, respon emas yang berasosiasi dengan zona alterasi dan patahan memiliki nilai magnetik yang rendah. Emas juga dapat ditemukan pada tubuh batuan intrusi, biasanya emas jenis ini dicirikan dengan nilai magnetik tinggi yang disebabkan oleh mineral pembawanya. Reduksi ke kutub merupakan filter yang bertujuan untuk menghilangkan efek dipol akibat pengaruh dari sudut inklinasi dan deklinasi yang membuat pengukuran seolah-olah dilakukan di kutub magnetik yang memiliki sudut inklinasi 90 sehingga membuat data terlihat dari satu sisi yaitu secara vertikal sehingga dapat menghilangkan efek dipol menjadi monopol yang dapat memudahkan pada saat interpretasi. Pada transformasi ke kutub, benda anomali berada tepat di bawah kurva yang memiliki nilai anomali magnetik tertinggi (Blakely, 1996). Metodologi Data yang terukur di lapangan yaitu intensitas medan magnetik total yang masih bercampur dengan medan magnet utama bumi, medan magnet harian dan medan magnet anomali. Kemudian dilakukan koreksi IGRF dan diurnal terhadap data tersebut, setelah itu diplot menggunakan software Oasis Montaj yang menghasilkan kontur anomali medan magnetik total. Untuk menghilangkan efek dipol akibat perbedaan sudut inklinasi dan deklinasi, maka dilakukan reduksi ke kutub dengan memasukkan nilai sudut inklinasi daerah pengukuran yang memiliki nilai -31 dan sudut deklinasi yang bernilai 0,46 yang kemudian menghasilkan kontur anomali medan magnetik total reduksi ke kutub. Setelah itu dilakukan pemisahan antara anomali regional dan residual. Pemisahan anomali regional dilakukan dengan low pass filter pemotongan panjang gelombang 700 m pada data yang telah direduksi ke kutub yang menghasilkan kontur anomali medan magnetik total regional. Kemudian data anomali regional tersebut dikurangkan dengan data anomali medan magnetik total reduksi ke kutub kemudian menghasilkan kontur anomali medan magnetik total residual. Dari peta kontur anomali residual tersebut dilakukan interpretasi secara kualitatif untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Peta kontur anomali medan magnetik total (Gambar 1.a) memiliki pola searah sumbu x, yang diduga disebakan karena pengaruh titik pengukuran pada saat proses pengambilan data di lapangan sehingga pola kontur yang muncul mengalami pensejajaran searah dengan lintasan pengukuran. Peta kontur anomali medan magnetik total masih dipengaruhi oleh efek dipol karena diukur di ekuator dengan lintang 10. Untuk menghilangkan pengaruh dipol, maka perlu dilakukan transformasi reduksi ke kutub. Setelah direduksi ke kutub, kontur terlihat lebih sederhana dari sebelumnya (Gambar 1.b). Klosur-klosur akibat efek dipol yang sebelumnya muncul, sudah tidak terlihat lagi setelah di reduksi ke kutub. Peta kontur yang didapat dari hasil low pass filter (Gambar 1.c) menunjukkan pola kontur smooth yang mencirikan respon dari anomali regional. Pada peta kontur anomali residual (Gambar 1.d) semakin jelas terlihat anomali yang memiliki nilai magnetik tinggi dan rendah yang didapat dari respon bendabenda dangkal. Interpretasi dilakukan pada peta anomali residual. Daerah yang ditunjukkan oleh huruf A dan B (Gambar 2) adalah daerah yang diduga 123 123

terdapat mineralisasi emas. Area yang ditunjukkan oleh A merupakan area yang terdapat patahan, pada area tersebut nilai magnetik menunjukkan nilai yang rendah dan dikelilingi oleh nilai magnetik yang tinggi sehingga berada pada kontras nilai magnetik yang berbeda akibat perbedaan lapisan. (a) (b) 124 124

(c) (d) Gambar 1. (a) peta kontur anomali medan magnetik total (b) peta kontur anomali medan magnetik total reduksi ke kutub (c). peta kontur anomali medan magnetik total regional dan (d) peta kontur anomali medan magnetik total residual. 125 125

Gambar 2. peta kontur anomali residual. Daerah A dan B adalah daerah yang terdapat mineral emas Patahan bisa saja menjadi tempat naiknya cairan hidrothermal, cairan hidrotermal diasumsikan sebagai cairan magmatik yang berasosiasi dengan sumber intrusi dengan kandungan mineral logam yang menerobos naik ke permukaan melalui celahcelah dari struktur-struktur berupa patahan sehingga akan membentuk akumulasi mineral atau perubahan mineral akibat pertemuan antara cairan hidrothermal dengan dinding batuan yang akan mengubah mineral yang terkandung di dalamnya yang disebut alterasi. Pada kasus seperti ini emas biasanya dijumpai dalam bentuk vein. Berdasarkan data magnetik, keduanya memiliki nilai magnetik yang rendah setelah direduksi ke kutub dan nilai rendah tersebut semakin kuat pada peta anomali residual, pola persebaran alterasi dapat diamati dengan nilai magnetik yang rendah pada area yang luas sebagai efek dari hancurnya nilai kemagnetan batuan (Hoschke, 2011), hal ini memperkuat bahwa daerah B merupakan zona alterasi. Pada area daerah A dan B sudah dilakukan eksploitasi dan hasil eksploitasi di lapangan menunjukkan terdapat emas yang berbentuk vein (Tim Antam, 2011). Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan prsopek emas area C Jawa Barat dengan menggunakan metode magnetik, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Peta kontur anomali medan magnetik total lokasi penelitian menunjukkan klosur-klosur efek dipol yang muncul. Setelah direduksi ke kutub klosur-klosur efek dipol akibat pengaruh sudut inklinasi hilang dan berubah menjadi monopol. Interpretasi dilakukan pada peta kontur anomali residual. Daerah A dan B adalah area yang terdapat mineral emas yang berasosiasi dengan patahan dan zona alterasi. Hal ini diperkuat dengan hasil eksploitasi yang telah dilakukan bahwa daerah tersebut memiliki cadangan emas dalam bentuk vein. Referensi Blakely, Richard J. 1996. Potential Theory In Gravity and Magnetic Applications. Cambridge University Press, Cambridge. Hoschke, T. 2011. Geophysical Signatures of Coper Gold Porphyry and Epithermal Gold Deposits and Implications for Exploration. ARC Centre of Excellence in Ore Deposits. Tasmania. PT. Antam (persero) tbk. unit geomin. 2011. Assestment project generation southern java, deliniate porphyry and high sulfidation system. tidak dipublikasikan. Telford, W.M., Geldart, L.P., and Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics. Second Edition. Cambrige University Press. USA. 126 126