BAB I PENDAHULUAN. budaya dan selalu mengabaikan posisi serta kedudukan perempuan menjadi salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dari banyak sekali karya sastra yang muncul, baik berupa puisi,

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. sastra memiliki kekhasan dari pengarangnya masing-masing. Hal inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemunculan gerakan feminisme yang menampik posisi dan keadaan kultur budaya antropologi masyarakat yang selalu menentang keadaan praktik budaya dan selalu mengabaikan posisi serta kedudukan perempuan menjadi salah satu problematika pemikiran yang melahirkan pembaharuan berpikir dalam budaya tertentu (Molan, 2015:11). Studi kajian kebudayaan dalam memposisikan keberadaan perempuan baik dalam kultur budaya, sosial bahkan polemik karya sastra selalu mengikuti alur kajian. Perempuan selalu disampingkan dalam karyakarya fenomenal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Seperti halnya pada tahun 1947, munculnya gerakan perempuan kasta Brahmana yang menentang tentara Inggris akibat kesewenang-wenangannya terhadap hak perempuan yang selalu dijadikan sebagai landasan korban perang dalam studi kajian poskolonial (Spivak, 2008:99) Kedudukan karya sastra dalam suatu kegiatan akan memberikan pengaruh terhadap pembangunan cara berpikir pembaharuan dalam studi kajian kebudayaan sastra. Dalam kajian studi antropologi sastra, perempuan memiliki bentuk yang harus direkontruksi kembali dalam strata budaya sebab, perempuan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pola berpikir budaya dan sastra. Karya sastra merupakan suatu kegiatan kreatif karya seni. Selain itu, karya sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya fiksi (Wellek dan Warren, 1995:3-4). 1

2 Karya sastra pada umumnya merupakan karya seni yang merupakan gagasan ekspresi pengarang tentang hasil refleksinya terhadap kehidupan dengan bermediumkan bahasa (Al Ma ruf, 2010:17). Sebuah karya sastra tidak dapat dan tidak pernah dipergunakan sebagai sebuah referensi yang utuh tentang situasi tertentu, hal tersebut dikarenakan sebuah karya sastra merupakan satu tawaran imajinatif yang kaya pilihan kemungkinan terhadap struktur kompleks kehidupan. Secara sosiologis dapat diartikan bahwa karya sastra dapat dipandang sebagai social stock of knowledge, yakni tempat terhimpunnya suatu pengetahuan tentang masyarakat yang senantiasa dapat ditimba. Dalam totalitasnya karya sastra seringkali menunjukkan adanya relevansi sosial (Dhakidae dalam Sayuti, 2002:38). Sastra memiliki sifat seni sebagai citra kehidupan, sehingga ada yang tidak bisa berubah pada perannya. Dengan adanya sastra pembaca dapat menghayati kehidupan secara lebih jelas, dalam dan kaya. Artinya, melalui citra sastra sebagai pembanding, pembaca menjadi mampu melihat kehidupan dari berbagai sudut pandang, pendekatan dan acuan yang disajikan oleh pengarang. Aristoteles juga berpendapat bahwasanya kedudukan sastra lebih tinggi dan filosofis daripada sejarah (Nurgiyantoro, 2010:6). Karya sastra bukan merupakan gejala yang transparan, melainkan merupakan gejala yang kompleks dan dengan demikian untuk memahaminya harus melibatkan mediasi-mediasi, sebab transformasi karya adalah transformasi melalui mediasi (Ratna, 2003:214). Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sifat seni dari karya sastra adalah sebagai pembanding, kemudian sebagai pendapat yang

3 menguak nilai-nilai filosofis. Oleh karena itu, penelitian ini cenderung menekankan pada paradigma representatif dalam studi Subalternitas. Subalternitas yang terdapat dalam novel Tarian Bumi harus ditelusuri secara sistematis mengenai hal-hal yang terkait dengan mediasi subaltern perempuan Bali melalui pendekatan antropologi sastra. Sastra merupakan suatu luapan emosi yang spontan dan terbentuk dari adanya sebuah ciptaan, kreasi dan bukan semata-mata hanya sebuah imitasi. Dalam perkembangan, karya sastra dibagi menjadi tiga cabang, yaitu prosa (epic), lirik (puisi), dan drama yang meiliki ciri khasnya masing-masing (Waluyo, 2001:1). Karya sastra dapat didefinisikan juga sebagai gambaran kehidupan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk tulisan oleh penulis dengan imajinasinya, dan salah satu bentuk karya sastra itu adalah novel. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang dapat dengan bebas berbicara tentang kehidupan yang dialami oleh manusia. Berbagai peraturan dan norma-norma dalam hubungannya dengan lingkungan sehingga dalam karya sastra (novel) terdapat makna tertentu tentang kehidupan. Novel menjadi hal yang terpenting dalam menggambarkan kehidupan secara imajinatif. Novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa yang rumit yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Ciri khas novel yang lainnya terdapat pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta yang lengkap sekaligus rumit (Stanton, 2012:90). Kelengkapan yang terkandung dalam

4 novel tersebut yang selalu menjadikan seorang pembaca dan penulis mampu berimajinasi dengan dunia fiksinya. Alasan pemilihan judul Tarian Bumi menurut hasil wawancara via telepon dengan penulis bahwa judul dalam setiap karya-karya merupakan kesimpulan dari keseluruhan isi, termasuk novel Tarian Bumi. Tarian menurut Oka Rusmini diartikan sebagai sesuatu yang tidak hanya milik perempuan atau laki-laki, setiap orang yang membawakan tarian itu memiliki karakter masingmasing. Sedangkan Bumi itu identik dengan perempuan. Jadi, penulis ingin menyampaikan bahwa semua tokoh dalam novel ini memiliki cerita masingmasing, kaitannya dengan realita itu sendiri bahwa jika tarian identik dengan perempuan dan laki-laki, tetapi di Bali tarian itu seolah-olah hanya milik perempuan. Secara keseluruhan dalam novel Tarian Bumi Oka Rusmini ingin menunjukkan bahwa kelas kasta antara laki-laki dan perempuan itu sama. Tidak adanya cara pandang yang membedakan keduanya. Oka Rusmini mampu menceritakan kondisi perempuan yang seharusnya pada era ini sudah dianggap setara dengan laki-laki, tetapi pada kenyataanya masih banyak perempuanperempuan di Bali khususnya yang masih dianggap kelas rendah. Novel Tarian Bumi di dalamnya banyak mengangkat permasalahan di Bali, salah satunya yang mendapat sorotan tajam adalah permasalahan perempuan. Perempuan Bali kerap mendapat sorotan dari pemerintah karena memiliki peran andil yang sangat tinggi dalam pembangunan budaya dan tradisi. Peranan yang cukup tinggi bagi kaum perempuan di Bali, secara normatif pada ajaran Hindu

5 telah mendapatkan kedudukan yang tinggi dan diistimewakan, meski begitu, dalam kenyataannya masih sering ditemukan ketimpangan. Berdasarkan pemaparan di atas, pada kenyataannya kedudukan perempuan Bali tidak seperti idealnya. Faktanya, masih sering ditemukan ketimpangan yang dialami oleh perempuan Bali karena kedudukan dan keberadaannya diatur oleh kebudayaan yang melekat di Bali. Keadaan ini pada akhirnya akan membentuk pandangan tertentu yang berkaitan dengan fungsi, peran, dan kedudukan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan masyarakat Bali. Adanya sistem kekerabatan menjadi bentuk terjadinya penentuan garis keturunan berdasarkan garis keturunan ayah. Selain itu, dalam masyarakat Bali sistem kekerabatan mengakibatkan seorang perempuan yang menikah diperhitungkan sebagai anggota klan dan kasta suami, kecuali nyentana. Dengan demikian, dalam konteks inilah sistem kekerabatan patrilineal membuat perempuan Bali menjadi perempuan yang tidak dihargai dan serba dibatasi tindakannya oleh budaya yang sudah melekat di Bali. Novel Tarian Bumi ditinjau dari sudut pandang antropologi sastra scope nya hanya terbatas pada ruang kasta saja. Perkawinan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam kehidupan orang Bali. Oleh karena itu, setelah adanya perkawinan barulah dianggap sebagai warga penuh dari masyarakat, dan baru sesudah itulah memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban seorang warga komunitas dan warga kelompok kerabat. Menurut anggapan adat lama yang sangat dipengaruhi oleh adanya sistem klen-klen (dadia) dan sistem kasta (wangsa), perkawinan itu sedapat mungkin harus dilakukan di antara warga se-

6 klen, atau setidak-tidaknya antara orang-orang yang dianggap sederajat dalam kasta. Demikian, perkawinan adat di Bali itu bersifat endogamy klen, sedangkan perkawinan yang dicita-citakan oleh orang Bali yang masih kolot adalah perkawinan antara anak-anak dari dua orang saudara laki-laki (Koentjaraningrat, 1987:294). Orang-orang se-klen di Bali adalah orang-orang yang setingkat kedudukannya dalam adat, agama, dan demikian pula dalam kasta sehingga, dengan berusaha untuk kawin dalam batas klennya, terjagalah kemungkinankemungkinan adanya ketegangan-ketegangan dan noda-noda keluarga yang akan terjadi akibat dari perkawinan antar kasta yang berbeda derajatnya. Dalam hal ini terutama yang harus dijaga adalah anak perempuan. Adanya kepercayaan dalam masyarakat Bali anak perempuan dari kasta yang lebih tinggi jangan sampai kawin dengan laki-laki yang lebih rendah derajat kastanya. Hal tersebut dikarenakan jika perkawinan yang tak serupa itu terjadi maka, akan membawa malu kepada keluarga, serta menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak perempuan (Koentjaraningrat, 1987:294). Berdasarkan ulasan latar belakang di atas, ada tiga hal yang menjadi alasan dalam penelitian novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. 1. Novel Tarian Bumi mencoba menggambarkan keadaan masyarakat Bali dengan berbagai masalah sosial dan aturan adat yang harus dipatuhi. Novel ini mengupas kehidupan perempuan Bali yang jarang dijumpai dalam karya sastra yang telah ada.

7 2. Novel ini menceritakan pemberontakan terhadap adat yang dipandang sebagai ketidakadilan sistem oleh para tokoh perempuan di dalamnya. Para tokoh perempuan itu mencoba memperjuangkan nasib mereka dengan menentang adat. Penentangan itu muncul dari berbagai bentuk, salah satunya adalah pernikahan yang berbeda kasta. 3. Pengungkapan subalternitas dalam novel Tarian Bumi akan dikaji dengan pendekatan antropologi sastra sebagai studi karya sastra. Antropologi sastra dianggap sebagai salah satu kajian sastra yang menelaah hubungan antara sastra dan budaya terutama untuk mengamati bagaimana sastra digunakan dalam kehidupan sebagai alat dalam tindakan bermasyarakat. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini terdapat bentuk kebudayaan perkawinan yang masih ditentukan oleh sistem kasta. Hal demikian cenderung memiliki dampak sosial dalam berbudaya dan bermasyarakat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini dianalisis dengan menggunakan tinjauan antropologi sastra dengan tujuan untuk mengetahui adanya subalternitas perempuan Bali pada novel tersebut serta implementasinya sebagai bahan ajar sastra di SMA. B. Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang di atas, pembagian scope dalam ranah ruang lingkup menjadi dasar dan landasan dalam melakukan penelitian dengan tujuan untuk membatasi kajian dalam bentuk temporal dan spasial waktu. Ruang lingkup

8 penelitian ini hanya sebatas pada kajian kesenjangan budaya dalam praktikpraktik budaya yang menempatkan posisi perempuan selalu tidak mendapatkan kedudukan. Bentuk praktik budaya tersebut seperti perkawinan yang terjadi antarkasta yang dijelaskan dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. C. Fokus Kajian Berdasarkan pemaparan ruang lingkup di atas, permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah adanya bentuk kesenjangan dalam praktik budaya yang selalu menempatkan posisi perempuan sebagai kaum yang tersisihkan dari budaya kasta yang menjadi budaya perkawinannya orang Bali. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada bagaimana bentuk Subalternitas Perempuan Bali dalam Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini Kajian Antropologi Sastra adalah sebagai pendekatan, atau model tawaran yang akan dijadikan sebagai model pembelajaran sastra di SMA. Adapun fokus kajian tersebut dirinci menjadi empat unsur. 1. Latar sosiohistoris Oka Rusmini. 2. Struktur yang membangun novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. 3. Subalternitas perempuan Bali dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini kajian antropologi sastra. 4. Implementasi hasil penelitian subalternitas perempuan Bali dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini kajian antropologi sastra. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pemaparan tentang fokus kajian di atas, penelitian ini memuat empat tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu.

9 1. mendeskripsikan latar sosiohistoris Oka Rusmini. 2. mendeskripsikan struktur yang membangun novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. 3. mendeskripsikan subalternitas perempuan Bali dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini kajian antropologi sastra. 4. mendeskripsikan implementasi hasil penelitian subalternitas perempuan Bali dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini kajian antropologi sastra. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan berbagai manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dibidang kritik sastra dalam pengkajian sastra. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi acuan dalam penelitian berdasarkan tinjauan antropologi sastra terutama dalam mengkaji subalternitas perempuan Bali dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan agar pendidik maupun peserta didik lebih mengenal karya sastra, seperti novel atau karya sastra lainnya. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi dan kontribusi bagi para mahasiswa jurusan sastra, pengamat sastra dan masyarakat umum dalam mengekspresikan kesusastraan Indonesia modern.

10 c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi siswa/mahasiswa, dan para penikmat karya sastra untuk memahami dan menemukan gambaran tentang subalternitas dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini dalam kajian antropologi sastra. F. Penjelasan Istilah Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan untuk menyamakan persepsi supaya tidak menimbulkan kesalahan dalam penafsiran antara pembaca dengan penulis. Adapun istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Subalternitas Sebuah posisi yang tidak memiliki identitas apa pun, serta tidak ada pihak mana pun yang bisa menyebut diri mereka sebagai kaum subaltern (Spivak, 2008:156). 2. Subaltern Kelompok subordinat yang memiliki pencapaian kesadaran sosial dan politiknya terbatas dan kesatuan politik mereka rendah (Spivak, 2008:156). 3. Antropologi Sastra Analisis sastra antar budaya, kebudayaan yang berbeda-beda, semacam sastra banding (Poyatos dalam Ratna, 2011:33).