EVALUASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK (Studi Kasus Gardu Induk 150 KV Bantul Yogyakarta) NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

Pengaturan Ulang Rele Arus Lebih Sebagai Pengaman Utama Compressor Pada Feeder 2F PT. Ajinomoto Mojokerto

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Lampung dan PT. PLN (Persero) Cabang Tanjung Karang pada. bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Analisis Koordinasi Rele Arus Lebih Pda Incoming dan Penyulang 20 kv Gardu Induk Sengkaling Menggunakan Pola Non Kaskade

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

ANALISIS KOORDINASI PROTEKSI PADA PT.PLN (PERSERO) GARDU INDUK WONOSOBO MENGGUNAKAN SOFTWARE APLIKASI ETAP TUGAS AKHIR

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

STUDI ANALISIS SISTEM KOORDINASI PROTEKSI OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR) PADA GARDU INDUK GODEAN

STUDI ANALISIS SETTING BACKUP PROTEKSI PADA SUTT 150 KV GI KAPAL GI PEMECUTAN KELOD AKIBAT UPRATING DAN PENAMBAHAN SALURAN

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

STUDI PENGARUH SETTING RELE PENGAMAN UNTUK MEMINIMALKAN GANGGUAN SYMPATHETIC TRIP PADA PENYULANG BUNISARI - SUWUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

BAB III. 1) Perhitungan aliran daya yang masuk dan keluar dari satu bus penyulang (feeder bus) untuk mengetahui arus beban maksimum

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

TUGAS AKHIR. SETTING KOORDINASI OVER CURRENT RELAY PADA TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi kelistrikan yang menyentuh kehidupan sehari-hari maupun

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

EVALUASI SETTING RELAY PROTEKSI DAN DROP VOLTAGE PADA GARDU INDUK SRONDOL SEMARANG MENGGUNAKAN ETAP 7.5

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

Analisis Kinerja Sistem Proteksi Berdasarkan Frekuensi Gangguan Di Gardu Induk 150 KV Garuda Sakti

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI TIPE MCGG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah dapat merusak peralatan-peralatan produksi yang terhubung dalam

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

Bambang Prio Hartono, Eko Nurcahyo, Lauhil Mahfudz Hayusman 1

KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DI GARDU INDUK BUKIT SIGUNTANG DENGAN SIMULASI (ETAP 6.00)

Analisis Sympathetic Trip pada Penyulang Ungasan dan Bali Resort, Bali

MENENTUKAN KARAKTERSITIK RELAY ARUS LEBIH DI GARDU INDUK TALANG KELAPA PT. PLN (PERSERO) LAPORAN AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci : Gangguan, Sistem Proteksi, Relai.

Analisis Koordinasi Sistem Pengaman Incoming dan Penyulang Transformator 3 di GI Sukolilo Surabaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. 3.2 Tahap Pelaksanaan Penyusunan Laporan Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 77 Vol. 4, No. 2 : 77-84, Agustus 2017

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Analisa Koordinasi Relay Proteksi Dengan Recloser Pada Penyulang Purbalingga 05 Di PT. PLN (Persero) Rayon Purbalingga

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

KOORDINASI SETTING RELAI ARUS LEBIH PADA INCOMING 2 KUDUS TERHADAP OUTGOING KUDUS 5 DAN 6 YANG MENGGUNAKAN JARINGAN DOUBLE CIRCUIT DI GI 150 KV KUDUS

EVALUASI SETTING RELAY ARUS LEBIH DAN SETTING RELAY GANGGUAN TANAH PADA GARDU INDUK 150KV BAWEN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRACT...

STUDI KEANDALAN DISTANCE RELAY JARINGAN 150 kv GI TELLO - GI PARE-PARE

BAB II LANDASAN TEORI

Studi dan Evaluasi Setting Relai Arus Lebih pada Transformator Daya di Gardu Induk Garuda Sakti Pekanbaru

KAJIAN PROTEKSI MOTOR 200 KW,6000 V, 50 HZ DENGAN SEPAM SERI M41

KOORDINASI RELAY ARUS LEBIH DAN RECLOSER PADA TRAFO 60 MVA GARDU INDUK PANDEAN LAMPER SEMARANG DENGAN SIMULASI ETAP

Analisis Rele Pengaman Peralatan dan Line Transmisi Switchyard GITET Baru 500kV PT PLN (PERSERO) di Kediri

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

ANALISIS KOORDINASI RELE PENGAMAN FEEDER WBO04 SISTEM KELISTRIKAN PT. PLN (PERSERO) RAYON WONOSOBO

Transkripsi:

EVALUASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR EKA PRASTYA ARIS MUNANDAR 5140711016 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN ELEKTRO UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA YOGYAKARTA 2018

HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR MAHASISWA Judul Tugas Akhir: EVALUASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Judul Naskah Publikasi: EVALUASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Disusun oleh EKA PRASTYA ARIS MUNANDAR 5140711016 Mengetahui: Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Ikrima Alfi, S.T., M.Eng Pembimbing...... Naskah Publikasi Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Elektro Yogyakarta,... Ketua Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Informasi dan Elektro, Universitas Teknologi Yogyakarta Satyo Nuryadi, S.T., M. Eng. NIK. 10020023

PERNYATAAN PUBLIKASI Saya yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : Eka Prastya Aris Munandar NIM : 5140711016 Program Studi : Teknik Elektro Fakultas : Teknologi Informasi dan Elektro Evaluasi Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Menyatakan bahwa Naskah Publikasi ini hanya akan dipublikasikan di JURNAL TeknoSAINS FST UTY, dan tidak dipublikasikan di jurnal yang lain. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Yogyakarta, 4 Juli 2018 Penulis, Eka Prastya Aris Munandar 5140711016

Evaluasi Sistem Proteksi Pada Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Eka Prastya Aris Munandar Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Informasi dan Elektro Universitas Teknologi Yogykarta Jl. Ringroad Utara Jombor Sleman Yogyakarta E-mail : ekaprastya22@gmail.com ABSTRAK Sistem proteksi pada jaringan distribusi tenaga listrik merupakan hal yang sangat penting, karena sistem proteksi ini dapat mencegah terjadinya gangguan, baik gangguan kecil maupun gangguan besar. Sehingga kebutuhan listrik dapat dipenuhi dengan baik serta mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Kinerja rele proteksi menentukan keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik, salah satu proteksi yang harus dijaga adalah rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Rele tersebut perlu dievaluasi kembali, karena setiap tahun kebutuhan listrik atau beban listrik selalu meningkat. Dalam menentukan nilai TMS (time multiplier setting) pada rele arus lebih dan rele gangguan tanah dilakukan dengan menghitung arus hubung singkat pada masing-masing penyulang menggunakan simulasi software ETAP 12.6.0. Hasil hubung singkat yang akan dihitung yaitu hubung singkat 3 fasa untuk rele arus lebih dengan arus gangguan 4427 A, 4385 A, 4246 A dan 2 fasa ketanah dengan arus gangguan 6174 A, 6115 A, 5757 A untuk rele gangguan tanah. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai setting rele gangguan tanah (GFR) yang terpasang dilapangan masih dapat dikategorikan dalam kondisi baik. Tetapi pada rele arus lebih (OCR), terdapat selisih nilai setting 0,17, 0,15 dan 0,10. Kata kunci : Proteksi, OCR, GFR 1. PENDAHULUAN Gardu induk Bantul adalah salah satu gardu induk di Yogyakarta yang mengatur kebutuhan beban tenaga listrik dan sebagai pusat penormalan wilayah Bantul Yogyakarta. Pada sistem tenaga listrik tidak menutup kemungkinan terjadinya gangguan dari luar maupun dalam. Gangguan tersebut diantaranya kerusakan pada sistem pembangkit, kawat penghantar putus, gangguan hubung singkat, beban lebih, maupun koordinasi rele yang tidak baik. Dalam menanggulangi kerusakan yang disebabkan oleh gangguan-gangguan diatas, diperlukan pengaman atau proteksi tenaga listrik. Sistem proteksi berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik terhadap kemungkinan kerusakan akibat terjadinya gangguan, melokalisir daerah-daerah sistem yang terganggu sekecil mungkin, dan berusaha untuk secepat mungkin mengatasi daerah yang terganggu tersebut. Sehingga kebutuhan listrik dapat dipenuhi dengan baik serta mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Untuk meminimalisir gangguan terhadap sistem distribusi diperlukan proteksi yang baik dan handal. Kinerja rele proteksi menentukan keandalan suatu jaringan distribusi tenaga listrik, salah satu proteksi yang harus dijaga adalah rele arus lebih dan rele gangguan tanah. Rele tersebut perlu dievaluasi kembali, karena setiap tahun kebutuhan listrik atau beban listrik selalu meningkat. Pada kesempatan kali ini penyebab yang diangkat sebagai permasalahan adalah menganalisa kembali arus hubung singkat pada masing-masing feeder untuk evaluasi setting rele arus lebih dan rele gangguan tanah. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Menurut penelitian dari Dasman dan Huria, sistem Distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari Pusat Pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6 kv dan 20 kv, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel tanah [1]. Sistem distribusi ini dapat dikelompokkan kedalam dua tingkat, yaitu : 1. Sistem jaringan distribusi primer dan bisa disebut juga Jaringan Tegangan Menengah (JTM).

2. Sistem jaringan distribusi sekunder dan biasa disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR). 2.2. Gangguan Sistem Tenaga Listrik Sebagian gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem tenaga adalah gangguan-gangguan tidak simetris. Yang mana terdiri dari hubung singkat tidak simetris, gangguan simetris melalui impedansi atau terbukanya konduktor. Gangguan tidak simetris terjadi karena gangguan satu fasa ketanah, gangguan antar fasa, atau gangguan dua fasa ketanah [2]. Penyebab gangguan yang berasal dari dalam sistem meliputi: 1. Pemasangan peralatan yang kurang baik. 2. Kesalahan mekanis karena melebihi batas operasi. 3. Kerusakan material karena sudah melebihi batas operasi atau pun 4. karena kualitas dari komponen peralatan yang kurang baik. Sedangkan penyebab gangguan yang berasal dari luar sistem meliputi: 1. Gangguan-gangguan mekanis karena keasalahan koordinasi dengan pekerjaan lain seperti pengerjaan galian saluran, pembuatan trotoar, pengecoran jalan dll. Gangguan ini terjadi untuk sistem kelistrikan bawah tanah. 2. Pengaruh cuaca seperti hujan, angin, serta surja petir. Pada gangguan surja petir dapat mengakibatkan gangguan tegangan lebih dan dapat menyebabkan gangguan hubung singkat karena tembus isolasi peralatan (breakdown). 3. Pengaruh lingkungan seperti pohon, binatang dan benda-benda asing serta akibat kecerobohan manusia. 2.3. Jenis Gangguan Sistem Tenaga Listrik Menurut penelitian Purnomo, A. P. Gangguan pada sistem tenaga adalah sebagai berikut [3]: 1. Gangguan Beban Lebih (Overload) Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri arus tersebut. Pada saat gangguan ini terjadi arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang. 2. Gangguan Hubung Singkat Gangguan hubung singkat dapat terjadi dua fasa, tiga fasa, satu fasa ke tanah, dua fasa ke tanah, atau 3 fasa ke tanah. Gangguan hubung singkat ini sendiri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan yang termasuk dalam hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang lainnya merupakan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu. 2.4. Persyaratan Sistem Proteksi Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik yaitu [4]: 1. Sensitifitas Suatu rele disebut sensitif bila parameter operasi utamanya rendah. Artinya, semakin rendah besaran parameter penggerak maka perangkat tersebut dikatakan semakin sensitif. Sensitifitas pada rele elektromekanikal terdahulu biasanya dikaitkan dengan kepekaan dari perangkat bergeraknya terhadap daya yang diserap dalam bentuk Volt-Ampere dimana rele bekerja. Semakin kecil VA yang dibutuhkan maka rele elektromekanikal tersebut semakin sensitif. Pada relerele numerik sensitifitas tidak dikaitkan lagi pada perangkat kerasnya tetapi lebih pada aplikasi dan parameter trafo arus (CT) atau trafo tegangan (PT) yang digunakan. 2. Kecepatan Fungsi sistem proteksi adalah untuk mengisolasi gangguan secepat dan sesegera mungkin. Tujuan utamanya adalah mengamankan kontinuitas pasokan daya dengan menghilangkan setiap gangguan sebelum gangguan tersebut berkembang ke arah yang membahayakan stabilitas dan hilangnya sinkronasi sistem pada akhirnya dapat meruntuhkan sistem tenaga tersebut. Semakin singkat waktu yang dibolehkan pada gangguan maka kontinuitas pelayanan sistem akan semakin baik. Dengan demikian proteksi harus bekerja secepat mungkin. 3. Selektifitas Selektifitas suatu sistem proteksi jaringan tenaga adalah kemampuan rele proteksi untuk melakukan tripping secara tepat sesuai rencana yang telah ditentukan pada waktu mendesain sistem proteksi tersebut. Dalam pengertian lain, suatu sistem proteksi sistem tenaga harus bisa kerja secara selektif sesuai klasifikasi dan jenis gangguan yang harus diamankan. Selektifitas sistem proteksi terkait juga dengan kemampuan diskriminasi. 4. Keandalan Suatu sistem proteksi dikatakan andal apabila selalu berfungsi sepeti yang diharapkan. Sistem proteksi dikatakan tidak andal jika gagal bekerja saat dibutuhkan dan bekerja pada saat proteksi itu tidak

seharusnya bekerja. Rele dikatakan baik apabila memiliki nilai keandalan 90-99%. 5. Ekonomis Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu rele proteksi yang digunakan hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan keandalannya. 2.5. Hubung Singkat Gangguan hubung singkat akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu dan juga akan dapat mengakibatkan kenaikan tegangan pada fasa yang tidak terganggu. Hal ini sangat berbahaya mengingat arus yang disebabkan oleh gangguan hubung singkat sangat besar. Gangguan hubung singkat dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu gangguan hubung singkat simetri dan gangguan hubung singkat tak simetri (asimetri). Gangguan yang termasuk dalam hubung singkat simetri yaitu gangguan hubung singkat tiga fasa, sedangkan gangguan yang lainnya merupakan gangguan hubung singkat tak simetri. 2.6. Perhitungan Arus Hubung Singkat Kita dapat menghitung besar arus hubung singkat dalam sistem distribusi dengan cara sebagai berikut [5]: 1. Hubung singkat tiga fasa Hubung singkat ini melibatkan ketiga fasa. Arus hubung singkat tiga fasa (Isc 3 ) diberikan oleh persamaan berikut: Isc 3 = VLN... (2.1) X1 Di mana VLN adalah tegangan nominal line to netral, dan X1 adalah reaktansi urutan positif. 2. Hubung singkat antar fasa Hubung singkat ini terjadi antara dua fasa tanpa terhubung ke tanah. Arus hubung singkat antar fasa (Isc 2 ) diberikan oleh persamaan berikut: Isc 2 = VLL = 3 Isc X1+X2 2 3= 0,86 Isc 3... (2.2) 3. Hubung singkat satu fasa ke tanah Hubung singkat ini melibatkan impedansi urutan nol (Z 0 ), dan besarnya arus hubung singkat ini tergantung sistem pentanahan yang digunakan. Arus hubung singkat antar fasa (Isc 3 ) diberikan oleh persamaan berikut: 2.7. Proteksi Rele OCR dan Rele GFR Definisi relai proteksi menurut The Institute Of Electrical And Electronic Engineering (IEEE) adalah suatu peralatan elektrik yang didesain untuk mengartikan kondisi masukan pada keadaan tertentu, setelah kondisi tersebut dispesifikasikan, yang ditujukan untuk memberi respon yang dapat menyebabkan pengoperasian kontak didalam suatu kesatuan rangkaian listrik. Kondisi masukan biasanya berupa sinyal listrik, mekanik, atau besaran lainnya [6]. Kurva standar inverse: 0,14 T(s) = ( Isc x TMS... (2.4) )^0,02 1 Kurva vary inverse: 13,5 T(s) = x TMS... (2.5) ( Isc ) 1 Kurva extremely inverse: T(s) = 80 ( Isc )^0,2 1 Kurva long inverse: 54 T(s) = x TMS... (2.6) ( Isc x TMS... (2.7) ) 1 Penyetelan Relai Arus Lebih OCR Dan Relai Gangguan Tanah GFR Pada Penyulang 20 kv, Incoming Trafo 20 kv Dan Trafo 150 kv Menentukan arus di sisi primer relai OCR pada penyulang 20 kv adalah sebagai berikut: 20kv = 1,2 x CT primer l... (2.8) Selanjutnya perhitungan arus di sisi sekunder pada relai OCR pada penyulang 20 kv, adalah sebagai berikut: 20kv = 20kv primer CT rasio... (2.9) perhitungan arus nominal pada trafo daya adalah sebagai berikut: s Ip =... (2.10) Is = Vp. 3 s Vs. 3... (2.11) Keterangan: Ip : arus nominal primer trafo Is : arus nominal sekunder trafo S : daya pada trafo (KVA) Vs : teganggan pada sekunder trafo Vp : teganggan pada sisi primer traf0 Isc 3 = 3VLN X1+X2+X0... (2.3)

3. METODOLOGI PENELITIAN 1. Pengumpulan bahan referensi Tahap ini mempelajari berbagai macam informasi baik dari jurnal maupun dari buku yang sesuai dengan tema sistem proteksi tenaga listrik sebagai acuan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 2. Pengumpulan data Data ini diambil dari gardu induk Bantul dan PLN APJ Yogyakarta yang kemudian diolah untuk mendapatkan nilai hubung singkat dan aliran daya, sehingga dapat menentukan setting rele arus lebih dan rele gangguan tanah. 3. Simulasi software ETAP 12.6.0 Penggunaan software ETAP 12.6.0 ini dilakukan untuk menghitung arus hubung singkat serta aliran daya pada proteksi distribusi tenaga listrik di gardu induk Bantul sesuai dengan data yang didapatkan. 4. Pembuatan laporan Melaporkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Rele Arus Lebih (OCR) Setelan rele yang terpasang pada penyulang dihitung berdasarkan arus hubung singkat tertinggi. Untuk rele standar invers pada outgoing penyulang di setting sebesar 1,2 x InCT dan pada sisi incoming disetting sebesar 1,2 x InTRF(20 kv) sesuai dengan pedoman pengelolaan sistem proteksi trafo penyulang 20 kv sistem Jateng dan DIY. Selanjutnya untuk penyetelan waktu maksimum dari rele arus lebih pada outgoing penyulang tidak lebih dari 0,6 detik dan pada incoming penyulang 1,5 detik. Kemudian arus gangguan yang dipilih untuk menentukan besarnya setting TMS rele OCR pada penyulang 20 kv yaitu arus gangguan hubung singkat 3 fasa yang dilainya lebih besar, sehingga apabila terjadi gangguan hubung singkat 2 fasa dan tiga fasa, rele ini dapat bekerja. TMS dihitung untuk mendapatkan nilai setting waktu pada rele saat beroperasi. Setelan arus pada outgoing penyulang 20 kv menggunakan Rumus 2.8: I se 1,2 x In CT t se 0,6 s (SI) = t set Contoh perhitungan setting OCR pada outgoing penyulang BNL01 menggunakan rumus 2.4 standar invers: Setelan arus : I se 1,2 x In CT = 1,2 x 800 A = 960 A Setelan TMS (Time Multiplier Setting) pada gangguan 3 fasa: 0,6 = ( 4427 960 )0,02 1 0,6 = 4,02 x TMS TMS = 0,6 4,02 TMS = 0,15 s Setelan arus pada incoming penyulang 20 kv: I se 1,2 x InTRF(20kv) t se 1,5 = t set Gambar 1: Flow Chart Metode Penelitian Contoh perhitungan setting OCR pada incoming penyulang Trafo 1: Setelan arus : I set = 1,2 x InTRF

= 1,2 x s Vs x 3 60000 kv = 1,2 x 21 kv x 3 = 1,2 x 1650 A = 1980 A Setelan TMS (Time Multiplier Setting) pada gangguan 3 fasa: 1,5 = ( 4427 1980 )0,02 1 1,5 = 8,63 x TMS TMS = 1,5 8,63 TMS = 0,17 s 4.2. Setting Rele Gangguan Tanah (GFR) Setelan arus pada gangguan tanah (GFR) di outgoing penyulang 20 kv di setting 0,4 x InCT dan 0,4 x InTRF pada sisi incoming penyulang 20 kv sesuai dengan pedoman pengelolaan sistem proteksi penyulang 20 kv sistem Jateng dan DIY. Arus gangguan yang dipilih untuk mendapatkan nilai TMS (Time Multiplier Setting) adalah hubung singkat 2 fasa ketanah karena nilainya lebih besar dari yang 1 fasa ketanah, sehingga apabila terjadi gangguan 2 fasa ketanah ataupun 1 fasa ketanah, rele ini dapat berkerja. untuk penyetelan maksimum kerja rele di outgoing adalah tidak lebih dari 0,6 s dan untuk sisi incoming yaitu 1,5 s. Setelan arus GFR pada outgoing penyulang 20 kv: I se 0,4 x In CT t se 0,6 s (SI) ault )0,02 1 Contoh perhitungan setting GFR pada outgoing penyulang BNL01: Setelan arus : I set = 0,4 x In CT = 0,4 x 800 A = 320 A Setelan TMS (time multiplier setting) pada gangguan 2 fasa ke tanah: 0,6 = ault )0,02 1 ( 6174 320 )0,02 1 0,6 = 2,29 x TMS TMS = 0,6 2,29 TMS = 0,26 s Setelan arus GFR pada outgoing penyulang 20 kv: I se 0,4 x InTRF(20kv) t se 1,5 ault )0,02 1 Contoh perhitungan setting GFR pada incoming penyulang Trafo 1: Setelan arus : I se 0,4 x InTRF s = 0,4 x Vs x 3 60000 kv = 0,4 x 21 kv x 3 = 0,4 x 1650 A = 660 A Setelan TMS (Time Multiplier Setting) pada gangguan 2 fasa ke tanah: 1,5 = ( 6174 660 )0,02 1 1,5 = 3,06 x TMS TMS = 1,5 3,06 TMS = 0,49 s 4.3. Perbandingan Dengan Data Di Lapangan Perhitungan dan data yang ada dilapangan masih dapat dikategorikan dalam kondisi yang baik. Terlihat dengan perbedaan nilai setting GFR yang tidak terlalu jauh, sehingga bisa dikatakan proteksi yang terpasang dalam kondisi yang bagus. Namun pada setting rele arus lebih, nilai setting yang terpasang dilapangan sebesar 0,30 s. Sedangkan hasil perhitungan nilai TMS tersebut adalah sebesar 0,15 s, 0,13 s dan 0,20 s. Sehingga apabila terjadi gangguan dikhawatirkan waktu kerja rele akan lama dan menimbulkan gangguan pada jaringan yang lainya. Tabel 4.1 Perbandingan TMS hasil perhitungan dengan data di lapangan ID Hasil Hasil Rele Rele Penyulan Hitung Hitung OCR GFR g OCR GFR Traf o 1 2 3 BNL01 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL02 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL03 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL05 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL14 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL17 0,30 0,15 0,30 0,26 BNL04 0,30 0,13 0,30 0,26 BNL11 0,30 0,13 0,30 0,26 BNL12 0,30 0,13 0,30 0,26 BNL16 0,30 0,13 0,30 0,26 BNL18 0,30 0,13 0,30 0,26 BNL06 0,30 0,20 0,30 0,32 BNL07 0,30 0,20 0,30 0,32 BNL08 0,30 0,20 0,30 0,32 BNL09 0,30 0,20 0,30 0,32

BNL10 0,30 0,20 0,30 0,32 BNL13 0,30 0,20 0,30 0,32 Pada tabel perbandingan diatas adalah untuk mengetahui berapa nilai setting rele proteksi yang ada dilapangan dan hasil perhitungan menggunakan data yang terbaru. ID penyulang adalah nama dari masingmasing penyulang yaitu BNL01 pada trafo 1 sampai BNL13 pada trafo 3. Kemudian rele arus lebih (OCR) dan rele gangguan tanah (GFR) disini adalah nilai setting TMS yang ada dilapangan atau digardu induk. Hasil perhitungan rele, nilai setting dilakukan dengan simulasi hubung singkat menggunakan software ETAP 12.6.0 dengan data yang digunakan pada bulan desember 2017 dan menghitungnya menggunakan rumus standar invers. 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Dari hasil simulasi hubung singkat menggunakan software ETAP 12.6.0, arus gangguan hubung singkat dengan nilai tertinggi yaitu pada hubung singkat 3 fasa yang akan dihitung untuk mencari nilai TMS (time multiplier setting) pada rele arus lebih dengan besar arus gangguan 4427 A, 4385 A, dan 4246 A. Sedangkan untuk rele gangguan tanah diambil dari hubung singkat 2 fasa ketanah karena nilainya lebih besar dari hubung singkat 1 fasa ketanah, dengan besar arus gangguan 6174 A, 6115 A, dan 5757 A. 2. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, nilai setting rele gangguan tanah (GFR) yang terpasang dilapangan masih dapat dikategorikan dalam kondisi baik dengan hanya sedikit selisih nilai setting yang didapatkan. Tetapi pada rele arus lebih (OCR), terdapat selisih nilai setting 0,17, 0,15 dan 0,10 sehingga dikhawatirkan apabila terjadi gangguan kinerja rele akan lama dan menimbulkan gangguan pada jaringan lain. 5.2. Saran Diharapkan untuk penelitian selanjutnya tidak hanya melakukan setting rele pada sisi incoming dan outgoing penyulang 20 kv saja. Tetapi dilakukan juga setting rele pada sisi primer trafo daya, sehingga dapat disimulasi koordinasi antar rele bagian primer, sekunder (incoming penyulang 20 kv), dan outgoing penyulang 20 kv. DAFTAR PUSTAKA [1] Dasman dan H. Huria. (2015), Evaluasi Keandalan Sistem Distribusi 20 kv Menggunakan Metode Saifi dan Saidi Di PT PLN (Persero) Rayon Lubuk Alung Tahun 2015. Padang. [2] William D. Stevenson, J. (1994), Power System Analysis. carolina. [3] Purnomo, A.P. (2017), Analisis Dan Perencanaan Sistem Koodinasi Proteksi Sistem Distribusi Kelistrikan Pada Pelabuhan Teluk Lamong Surabaya. Surabaya. [4] Ardianto, Firdaus, dkk. (2017), Analisis Kinerja Sistem Proteksi Berdasarkan Frekuensi Gangguan Di Gardu Induk 150 KV Garuda Sakti. Pekanbaru. [5] Pinastika, S.H. (2017), Analisis Dan Evaluasi Sistem Koordinasi Proteksi Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Paiton Unit 1 Dan 2. Surabaya. [6] Badarudding, B.W. (2014), Setting Koordinasi Over Current Relay pada Trafo 60 MVA 150 / 20 Kv dan Penyulang 20 KV. Jakarta.