BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan yang dihadapi di era globalisasi adalah perubahan secara cepat di berbagai sektor kehidupan termasuk informasi dan arus komunikasi. Untuk mengantisipasi keadaan ini perlu adanya pembinaan dan perhatian yang lebih besar bagi generasi muda khususnya remaja karena perkembangan tersebut bisa berdampak negative bagi remaja seperti seks bebas,pemerkosaan,kehamilan pra nikah serta aborsi. Masa remaja merupakan periode peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut World Health Organisation (WHO) mendefisinikan batas usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun (Fauzi, 2001). Sedangkan menurut Haditono (2006), yang secara global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagiannya di bagi menjadi tiga yaitu masa remaja awal 12 sampai 15 tahun, masa remaja dewasa 15 sampai 18 tahun dan masa remaja akhir 18 sampai 21 tahun (Haditono dkk, 2006).Masa remaja awal disebut masa pubertas karena pada periode ini remaja akan mengalami pematangan organ reproduksi dan mengalami perubahan fisik yang sangat cepat yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan yang meliputi mental dan emosional (Depkes RI, 2001). Kebijakan pemerintah tentang kesehatan reproduksi remaja tercantum dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan (Siswono, 2005, Page 3, 1
2 www.gizi.net, Diakses 15 Februari 2009). Dalam kebijakan tersebut pemerintah memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah baik negeri maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja mulai dari SD hingga SMU (Husni, 2005, Page 1, www.suara Merdeka.com, Diakses 15 Februari 2009). Pentingnya kegiatan tersebut terbukti dengan diperolehnya data oleh BKKBN tahun 2001, yang menunjukan tingginya angka aborsi dikalangan remaja yang mencapai 700-800 ribu kasus pertahun. Tingginya angka aborsi dikalangan remaja disebabkan karena saat ini 42% remaja putri telah melakukan seks pranikah, sehingga ketidaksiapan mereka akan kehamilan dini meningkatkan angka aborsi dikalangan remaja. Itu semua bersumber pada kurangnya pengetahuan mereka tentang tahapan reproduksi salah satunya menarche yang merupakan tanda permulaan pubertas bagi remaja putri dan merupakan tanda permulaan pemasakan seksual (Wilopo, 2001). Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 1999, jumlah penduduk usia 10-19 tahun besarnya 22,2% dari total penduduk Indonesia, terdiri dari 50.9% laki-laki dan 49.1% perempuan, penduduk usia 7-24 tahun 62% tinggal di pedesaan dan 38% sisanya tinggal di perkotaan. Orang tua masih bertanggung jawab penuh atas pendidikan dan pemeliharaan kesehatan anaknya dalam usia dini, oleh karena itu masalah yang dihadapi remaja menjadi masalah yang harus dihadapi orang tuanya sebagai penanggung jawab keluarga dan dihadapi oleh pemerintah sebagai penanggung jawab bangsa. Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa permasalahan utama kesehatan reproduksi remaja adalah
3 masalah perilaku, kurangnya akses pelayanan dan kurangnya informasi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan (Tarjonto, 2001). Remaja putri perlu mendapatkan perhatian terhadap kesehatan reproduksinya. Penelitian terhadap reaksi psikologis dari remaja putri terhadap menarche sudah banyak dilakukan di luar Negeri, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Stewater tahun 1998, bahwa gadis-gadis saat mengalami menstruasi pertamanya merasakan sebagai peristiwa yang mengganggu, menakutkan serta memalukan. Penelitian yang dilakukan terhadap remaja putri di Indonesia oleh Purnamasari tahun 2000, menunjukan harapan remaja putri saat memasuki menarche adalah perlunya penyuluhan pendidikan seks secara dini pada remaja dan konseling (Purnamasari, 2000, Page 2, www.bkkbn.go.id, Diakses 6 Februari 2009). Menarche bagi remaja putri adalah tanda remaja putri memasuki masa pubertas yang ditandai dengan banyak muncul perubahan secara fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan mental. Perubahan-perubahan tersebut dapat memicu timbulnya kecemasan, namun tingkat kecemasan yang timbul pada remaja putri yang mengalami menarche berbeda-beda setiap individu tergantung dari informasi yang diperoleh dan kemampuan adaptasinya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bagiada tahun 2007, di SLTP Negeri 4 Jember dengan sempel sebanyak 20 orang didapatkan hasil siswi yang mengalami menarche sebanyak 7 orang (35%) tidak mengalami kecemasan, 9 orang (45%) mengalami kecemasan ringan, 4 orang (20%) mengalami
4 kecemasan sedang dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat (Bagiada, 2003, Page 4, http://digilib.uneg.ac.id, Diakses februari 2009). Tidak semua orang mengalami cemas semua tergantung pada struktur kepribadiannya, orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable) untuk menderita gangguan cemas, atau dengan kata lain orang dengan kepribadian pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas (Hawari D, 2001). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 26 Semarang pada tanggal 27 Maret 2009, bahwa belum ada kurikulum yang secara khusus mengajarkan masalah tentang kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche dengan tingkat kecemasan saat menghadapi menarche di SMP Negeri 26 Semarang. B. Rumusan Masalah Pengetahuan yang dimiliki seorang remaja putri mengenai kesehatan reproduksi khususnya menarche, mungkin dapat mempengaruhi keadaan psikologis pada dirinya seperti munculnya kecemasan. Oleh karena itu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMP Negeri 26 Semarang khususnya mengenai menarche perlu dikaji dan di analisa apakah mempengaruhi tingkat kecemasan remaja putri dalam memasuki masa pubertasnya.
5 Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan remaja putri saat menghadapi menarche di SMP Negeri 26 Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan remaja putri saat menghadapi menarche di SMP Negeri 26 Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendiskripsikan tingkat pengetahuan tentang menarche. b. Untuk mendiskripsikan tingkat kecemasan remaja putri pada saat menghadapi menarche. c. Untuk mendiskripsikan hasil analisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan tingkat kecemasan remaja putri saat menghadapi menarche. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi SMP Negeri 26 Semarang Sebagai bahan masukan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan kesehatan reproduksi remaja putri terutama melalui pendidikan kesehatan reproduksi remaja putri.
6 2. Bagi Keperawatan Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi remaja putri terutama menarche tentang pengetahuan perubahan yang terjadi pada remaja putri berhubungan dengan kesiapan psikologis. 3. Bagi Masyarakat Sebagai informasi bagi remaja putri untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terutama menarche. 4. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri terutama menarche sehingga dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan pada remaja putri dilingkungan sekitar. E. Bidang ilmu Bidang keilmuan yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan khususnya ilmu keperawatan maternitas.