Namaku Ahza Aisy Syandana, bungsu dari tiga bersaudara, laki-laki satu-satunya. Kakakku yang pertama namanya Rania, sekarang dia telah bekerja di

dokumen-dokumen yang mirip
membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

Arif Rahman

SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

It s a long story Part I

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

Pagi itu, Roni beranjak dari tempat tidur.

Bab 1. Awal Perjuangan

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

hmm. Kakak adalah anak laki-laki satu-satunya. Sementara saya adalah anak perempuan satu-satunya. Kami hanya dua bersaudara tapi tidak satu pun kedama

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

Ramadan di Negeri Jiran

Alergi Gelembung. Girl and the Magic Tree 1

Sang Pangeran. Kinanti 1

Aku memeluk Ayah dan Ibu bergantian. Aroma keringat menusuk hidungku. Keringat yang selama ini menghiasi perjuangan mereka membesarkanku. Tanpa sadar

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

dengan penuh hormat. rumah. mata.

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Hy sobat, sebelumnya aku belum memperkenalkan diri, aku kekey lebih. tepatnya Keyla Syakira. Sebenarnya aku bisa dibilang siswi yang lumayan aktif

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

BATANG BERMANFAAT. Farhan Abdul Aziz M. Kau berjalan diatas kertas Kau menari-nari diatas kertas Kau berjasa bagi kita Kau adalah pahlawanku

04 Mei 2015 Kliningggg.. klininggg. Hiasan yang digantung di atas pintu masuk itu berbunyi demikian bilamana ada tamu yang masuk. Marvin sang pemilik

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Ah sial aku selingkuh!

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Sample Upload. Perjalanan 60 hari

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

LAMPIRAN I. Verbatim (Bahasa Indonesia) Subjek JP. S : Iya, tidak apa-apa kak, saya juga punya waktu luang dan tidak ada kesibukan

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Bolehkah kuhapus air matamu ibu

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Ruang Rinduku. Part 1: 1

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

Kring...kring...kring...pukul menunjukkan waktu 05:45 WIB.

Suatu hari. Fara, kamu ibu ikutkan ke olimpiade Ipa ya! Seru Bu Guru yang membuat Fara kaget sekaligus senang.

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali.

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

Hai Cindy selamat ya sudah jadi anak SMU Suara yang sudah tak asing lagi baginya.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku. Dalam sehari, dia membuatku menangis. Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Oleh: Windra Yuniarsih

Pendidikan 97. Bab 9. Pendidikan

Satu Hari Bersama Ayah

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Pemilik jiwa yang sepi

"BOLA DAN CINTA" TRI ISTANTO S1TI-07

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

Kegiatan yang Menyenangkan

Bab 1. Kehilangan mimpi

Heart 119. Dan aku harap, kita tidak akan pernah bertemu. lagi.

V.O. OCA Selamat siang! Yak. Ini buku album foto CACA (20). Hobinya adalah fotografi. Meskipun amatir, ia sangat suka foto-foto

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Belajar Memahami Drama

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

Bab 1 Sindrom Mahasiswa

SILUET. Penulis : Gabrielle Tatia

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

Standar Kompetensi 1. Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.

Loyalitas Tak Terbatas

Pernah Jatuh Cinta?! Pasti Jawabannya Pernah dong?! Tapi kalau jatuh CINTA-nya sama IDOLA, gimana ya?!.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Kegiatan Sehari-hari

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Loyalitas Tanpa Batas

kegiatan sehari hari pelajaran 2

Aku sedang sibuk. Les-les untuk persiapan Ujian Akhir Nasional-ku sangat menyita perhatian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

Nyai Ontosoroh. Heny Marwati. Anak-Anak Bumi Manusia 3

TUGAS UJIAN PERANCANGAN FILM KARTUN NASKAH FILM. Disusun Oleh :

Merdeka di Negeri Impian

IBU DAN CINTA INT.DI DAPUR TEMPAT IBU MULYADI MEMASAK(PAGI)

Cara membuat wanita terkesan dengan anda

.satu. yang selalu mengirim surat

ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah?

LESTARI KARYA TITIS ALYCIA MILDA

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

- ephy - Catatan dan Novela. dalamceritasaja.blogspot.com

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Adalah mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

Chapter 1. Baik, selagi kalian mencatat, saya absen.

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

vioooooo, udah jam 6 lewat, kamu mau sekolah apa gak sih jerit mama dari dapur ketika mendapati sarapan yang disiapkannya masih rapi di meja makan.

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PROLOG. Terbangun di tempat yang aku tidak mengenalnya bukanlah impianku.

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Transkripsi:

Ahza

1. Namaku Ahza Aisy Syandana, bungsu dari tiga bersaudara, laki-laki satu-satunya. Kakakku yang pertama namanya Rania, sekarang dia telah bekerja di salah satu perusahaan, sedangkan kakakku yang kedua namanya Riza, saat ini dia masih menjadi seorang mahasiswi di salah satu universitas dengan mengambil jurusan teknik sipil semester akhir. Umurku dan Kak Riza tidaklah jauh berbeda. Sebagai anak bungsu yang satu-satunya laki-laki, diriku sangatlah dimanja, terlebih lagi oleh ibuku yang selalu menemaniku di mana pun diriku berada. Hal itu kadang yang membuat diriku merasa malu saat bermain, tetapi itu semua aku lawan karena aku tahu bahwa Ibu tidaklah mau jika anaknya sampai terluka. Namun, aku tidak mau hanya memanfaatkan kasih sayang dari Ibu saja. Aku selalu berusaha agar menjadi sosok anak yang mandiri dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Lain lagi dengan ayahku yang selalu saja marah kalau aku berbuat kesenangan yang dikiranya adalah perbuatan yang tidak baik. Ayah sering sekali memarahiku, tetapi kadang hati Ayah luluh oleh Ibu yang selalu hadir sebagai malaikat pelindungku dari cengkeraman Ayah. 2

Aku memiliki hobi, yakni menulis. Menurutku, dengan menulis diriku mengungkapkan perasaan melalui tulisan. Aku juga punya satu hobi lagi yang sangat jarang dimiliki oleh anak remaja pada umumnya, yakni berkaligrafi. Menurutku dengan aku berkaligrafi, diriku bisa mengagungkan kebesaran Allah lewat seni tulis indah. Dunia kaligrafi memang baru saja aku pelajari. Awalnya diriku tidaklah mengetahui tentang kaligrafi. Sampai pada suatu hari aku melihat di media sosial temanku yang telah terlebih dahulu mempelajari kaligrafi, saat itulah kaligrafi menjadi kegemaranku. Walau kadang aku sering sekali mendapat pertentangan dari Ayah ku ketika beliau tahu diriku membuat sebuah karya. Pikirku mungkin Ayah tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau kaligrafi. Itulah yang menyebabkan diriku lebih sering membuat sebuah karya secara sembunyi-bunyi agar tidak ketauan oleh Ayah. Hasil karya pun aku harus menyembunyikannya di dalam lemari atau di bawah tempat tidur. Aku pernah berpikir, kapan aku akan mendapatkan suatu kesempatan agar diriku bisa membuktikan bahwa dunia kaligrafi adalah yang terbaik untukku. Jam dinding kamar berbentuk jam tangan besar telah menunjukkan pukul 08:00, ini sudah waktunya keluar kamar untuk sarapan pagi bersama anggota keluarga. Dengan kaus bewarna abu-abu lengan panjang dan celana jeans, serta dengan membawa laptop kesayanganku dan sebuah buku novel hasil karyaku yang telah aku terbitkan minggu lalu, aku pun mulai menuruni anak tangga dengan perasaan yangg campur aduk. Itu karena tadi malam diriku ketahuan oleh ayahku saat membuat karya kaligrafi, dan hasilnya Ayah memarahi saat itu juga hingga satu jam 3

lamanya. Oleh karena itulah diriku masih sedikit takut bertemu Ayah karena biasanya Ayah akan menyambung amarahnya tadi malam saat sarapan. Dengan wajah yang masih ketakutan, aku terlebih dahulu meletakkan laptop dan bukuku di atas meja pajangan di dekat dapur. Kakiku pun mulai melangkah ke ruang makan yang berada tidak jauh dari tangga. Di meja makan semua anggota keluarga telah berkumpul. Namun, di sini terdapat perbedaan dari hari biasanya, yakni Kak Riza yang tidak ikut sarapan pagi. Sedangkan Kak Rania seperti biasanya sudah berangkat lebih awal ke kantornya yang berada cukup jauh dari rumah. Selamat pagi Ayah, Ibu, ucapku. Pagi sayang... ini sarapan dulu. Kamu kelaparan, semalam kan nggak makan, sapa Ibu. Aku pun mengambil sarapan hari ini yang bermenu nasi goreng dengan telur setengah matang kesukaanku. Semalam diriku memang tidak makan, itu karena aku tidak kuat untuk keluar makan karena sudah ketahuan Ayah membuat karya. Sebenarnya aku memang sangat kelaparan tadi malam, tetapi mau nggak mau harus nggak makan daripada dimarahi oleh Ayah di depan ibu. Oh ya, mana Kak Riza, Bu? tanyaku sambil mengambil sepiring nasi goreng dari Ibu. Tadi Kak Riza langsung berangkat ke kampus, katanya ada praktik lapangan pagi ini, jawab Ibu. Saat itu diriku melihat Ayah hanya diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata sedikit pun. Ayah hanya mau berbicara ketika ada perlu saja dan itu hanya kepada Ibu saja. Mungkin Ayah masih marah dan tidak ingin memarahi diriku di depan Ibu atas kejadian tadi malam dan tidak ingin 4

Ibu mengetahui peristiwa yang sempat terjadi tadi malam. Jadi kamu mau masuk sekolah mana, Ahza? tanya Ibu lagi. Masih belum tahu, Bu, ini saja masih nyari-nyari sekolah yang bagus, jawabku. Ibu sarankan agar kamu cepat-cepat mencari sekolah lanjutan, takutnya kamu terlambat mendaftar. Iya Bu, aku usahakan, jawabku kembali melanjutkan sarapanku. Sungguh sarapan pagi yang tidaklah menyenangkan, biasanya ada canda tawa yang mengiringi sarapan. Namun, sarapan hari ini bagaikan sedang berada di tengah pemakaman bukan di dapur. Ayah yang dengan wajah sedikit menahan marah, terus mengawasi diriku dari balik koran yang dibacanya setelah sarapan terlebih dahulu sebelum diriku, sedangkan Ibu memang ikut sarapan, tetapi matanya Ibu itu loh ke handphone terus, nggak tahu lagi ngurus apa. Diriku hanya bisa menikmati makan sarapan hari ini dengan perasaan bahagia walaupun sebenarnya tidak, aku harus menantikan amarah Ayah yang berkelanjutan di lain hari dan satu lagi yang harus aku pikirkan adalah masalah sekolah nantinya yang belum juga aku temukan sekolah yang tepat untukku. Siang hari setelah melewati sarapan pagi yang tidaklah menyenangkan, hanya diriku yang berada di rumah. Kak Rania pastinya masih di kantor, Kak Riza masih praktik lapangan di kampus, sedangkan Ayah dan Ibu pergi kenduri ke rumah saudara jauhku di luar kota. Di dalam kamarku yang sangatlah hening dan tenang, sesekali didatangi oleh suara bising anak tetangga yang bermain di 5

sekitar rumah. Dengan laptop seperti biasanya berada di pangkuanku, aku mulai menulis judul sebuah novel yang ingin aku buat kembali. Namun, belum sampai setengah judul kubuat, aku teringat akan Andalas Cendekia Islamic School yang aku lihat di media sosialku beberapa hari yang lalu. Di brosur tersebut tertulis bahwa pondok ini dibuka untuk semua orang yang ingin mempelajari kaligrafi. Namun, memang ada beberapa syarat yang harus terpenuhi. Setelah mengingat kejadian tersebut, aku mulai membuka website pondok tersebut. Beberapa menit berlalu, akhirnya website yang kucari berhasil kutemukan, ya walaupun sedikit lemot karena jaringan internet rumah yang lemah. Di sana tertulis bahwa syarat perdaftaran ada tiga, yakni menguasai khat kaligrafi, menguasai bahasa Arab, dan bersedia menginap di asrama. Beberapa persyaratan sebenarnya bisa aku lakukan, alhamdulillah aku sedikit menguasai bahasa Arab karena saat sekolah menengah aku pernah belajar bahasa Arab sebagai ekstrakurikuler. Dalam kaligrafi aku juga telah mempelajari semua khatnya. Namun, satu masalahnya, apakah Ayah akan mengizinkan aku untuk asrama pondok ini. Kalau Ibu sudah pasti mau mengizinkan aku untuk menginap di asrama. Namun, saat ini aku lebih memilih untuk menyiapkan segala keperluan untuk pendaftaran dan mungkin masalah Ayah yang tidak akan mengizinkan akan aku urus nantinya. Setelah beberapa saat mengotak-atik website tersebut, aku akhirnya menemukan formulir pendaftaran yang harus diisi. Aku pun mulai men-download formulir tersebut dan langsung aku cetak dengan menggunakan mesin cetak milik pribadi yang terletak di pojok kamarku. 6

Di tengah pesiapan pengisian formulir pendaftaran yang telah aku download di website pondok, Kak Riza tibatiba masuk ke kamarku tanpa izin sedikit pun. Sepertinya Kak Riza sudah pulang dari tadi tanpa sepengetahuanku karena terlalu sibuk dengan mengisi formulir. Dengan pakaian yang telah diganti, Kak Riza menghampiri diriku di meja belajar yang membelakangi pintu masuk. Hai hai... lagi ngapain sih Dek sibuk amat dari tadi Kakak lihat, sapa Kak Riza. Loh. Sudah pulang kak, kok Ahza nggak tau. Dari tadi, kamu sih orang pulang bukannya disambut malahan sibuk dengan duniaya sendiri. Ngapain sih? Memangnya Kakak queen in this home sampai harus disambut. Ini lagi nyiapin formulir untuk masuk pondok. Jadi, kamu sudah nemuin sekolah yang cocok? Sudah. Jadinya aku mau masuk Andalas Cendekia Islamic School saja. Kakak setuju, kan? Kalau Kakak sih setuju saja, lagian itu kan sudah menjadi bakat kamu dari sananya. Namun, kalau Ayah, Kakak nggak tahu deh. Kak bantu dong bilangin ke Ayah supaya mau nyetujuain ya. Please! Apalah arti permohonan Kakak ini Dek. Palingan juga ditolak lagi. Ya sudah deh. Makasih. Sekarang lebih baik Kakak keluar dulu ya, Ahza mau siap-siap dulu. 7

Iya. Jangan lama-lama, bentar lagi Ayah pulang loh! jawab kakakku sambil menuju pintu dan keluar dari ruangan kamar. Iya iya, jawabku. Kak Riza pun keluar dari kamarku. Sekarang hanya tinggallah diriku seorang yang sibuk dengan formulir yang harus aku isi. Sempat terlintas di benakku, apa nanti Ayah akan setuju? Apa aku akan dizinkan? Ayah kan paling anti dengan yang namanya kaligrafi, sedangkan ini adalah mimpiku yang tak akan bisa aku dapatkan di lain waktu lagi. Diriku tak pernah tahu mengapa Ayah sampai benci akan semua hal yang berbau kaligrafi. Ibu pun tak pernah mengatakan kepadaku hal apa yang mengakibatkan Ayah hingga seperti ini. Beberapa bulan yang lalu pernah aku tanya kepada Ayah mengapa beliau benci akan kaligrafi. Saat itu memang aku dalam keadaan marah karena karya yang telah aku buat selama satu minggu dirusak oleh Ayah. Sontak saat itu keluarlah kata-kata pertanyaan itu dari mulutku. Ayah tidak menjawabnya, tetapi Ayah hanya langsung terdiam menatapku dan langsung keluar meninggalkan kamarku. Itulah sebabnya aku sudah tidak berani lagi menanyakan hal ini kepada Ayah. Karena kutahu jika sampai aku tanyakan maka aku akan mendapatkan suatu ceramah yang panjang oleh Ayah. Semua formulir pendaftaran telah selesai. Kini aku hanya perlu meminta izin Ayah dan Ibu. Aku pun meletakkan kertas tersebut di dalam sebuah map bewarna kuning di atas laptopku. Ayah dan Ibu telah pulang dari kenduri beberapa saat yang lalu. Dengan wajah yang sedikit cemas dan sebuah brosur pondok yang aku dapatkan di website, aku masih mondar-mandir di depan pintu kamar 8

sambil menggigit jariku. Aduh bagaimana ini, keluar nggak ya. Kalau Ibu pasti sudah dikasih izin, tapi..., ah nggak Ahza kamu harus berani kasih tahu Ayah kalau ini adalah bakat kamu dan kamu akan membanggakan dirinya lewat prestasi di bidang kaligrafi. Aku pun menarik napas sambil masih mondar-mandir di depan pintu kamar. Akhirnya aku putuskan untuk keluar dan langsung menuruni anak tangga. Aku mencari-cari keberadaan Ayah dan Ibu. Aku melihat Ibu telah berganti pakaian dan berada di dapur, sepertinya Ibu ingin memasak lauk untuk makan malam hari ini. Dengan perasaan yang masih sedikit cemas dan takut, aku menghampiri Ibu. Hai Bu. Ayah mana Bu? tanyaku setelah menuruni tangga. Hai Ayah ada di mobil tadi katanya ada yang nggak beres sama mobilnya. Memangnya ada apa? Hmmm... ada yang mau Ahza omongin, Bu. Bisa nggak? ucapku dengan wajah sedikit aku tundukkan. Ada apa, nggak ganggu, kok. Kan Ibu belum masak. Gini. Aku kan sudah nemuin sekolah yang tepat untuk aku. Namun, aku masih butuh izin dari Ayah dan Ibu untuk masuk ke sekolah ini. Oh ya. Memangnya di mana kamu akan melanjutkan sekolahmu? Insya Allah kalau Ayah dan Ibu mengizinkan, aku mau masuk Andalas Cendekia Islamic School. Ini brosurnya, seruku sambil memberikan brosur yang telah aku bawa dari kamar. 9

Ibu pun mengambil brosur itu dari tanganku dan langsung membacanya. Terlihat Ibu hanya menganggukanggukkan kepalanya tanda beliau paham dan mungkin juga akan setuju untuk memberikan izin. Rasa berharap timbul dari hatiku, semoga saja Ibu mengizinkan. Bagaimana, Bu? Boleh, kan? tanyaku. Hmm... bagus. Sekolahnya pondok ya. Apa kamu mau masuk pondok, dan kamu akan jarang bertemu dengan kami nantinya? tanya Ibu sedikit ragu. Iya, Bu. Kalau aku mau saja, tapi kan harus sesuai izin orang tua terlebih dahulu, jelasku. Oke... nggak apa-apa. Silakan kalau itu memang mau kamu, lagi pula kaligrafi kan juga bakat kamu. Apa salahnya kalau kalau kamu semakin belajar. Alhamdulillah. Terima kasih Bu atas izinnya, ucapku dengan perasaan yang sangat bahagia. Eittss ini kan izin Ibu. Kamu belum minta izinnya Ayah, kan kamu tahu izinnya Ayah izinnya Ibu juga. Jadi, jangan terlalu bahagia dulu. Iya, Bu. Tapi, nanti tolonglah Ibu bantu aku supaya Ayah nyetujuin agar aku bisa masuk pondok ini. Iya, iya, nanti Ibu coba bantuin. Sudah, lebih baik kamu mandi gih, sudah sore nih, perintah Ibu. Baik, Bu, ucapku dengan bahagia. Aku pun meninggalkan Ibu yang sudah mulai memasak. Aku menaiki satu per satu anak tangga dengan perasaan yang penuh kebahagiaan. Akhirnya aku mendapatkan izin Ibu, semoga saja Ayah mau memberikan izin kepadaku untuk masuk pondok ini. Lagi pula ini sudah 10