BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil Perancangan Museum Budaya di Kabupaten Tulungagung ini diambil dari dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep diambil dari tema Re-

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep pada Hasil Rancangan. sebelumnya didasarkan pada sebuah tema historicism sejarah Singosari masa

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Kembali Terminal Bus. Tamanan Kota Kediri mencangkup tiga aspek yaitu:

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep Combined Metaphore Reyog dan wawasan keislaman akan menghasilkan

BAB VI HASIL RANCANGAN

Bab 6. Hasil Perancangan. bertemakan historicism ini mengambil dari nilai kandungan dalam surat Yunus

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. pemikiran mengenai sirkulasi angin kawasan serta pemaksimalan lahan sebagai

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB VI HASIL RANCANGAN

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP INFILL DEVELOPMENT STASIUN BOJONEGORO. Konsep dasar yang digunakan dalam Infill Development Stasiun

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Galeri Budaya Pendalungan yang mengintregasikan antara

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Seni Tradisi Sunda di Ciamis Jawa Barat menggunakan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Jenis musik biasanya didasarkan pada karakter dominan pada sebuah karya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Shopping Center ini terletak di Buring kecamatan

Structure As Aesthetics of sport

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

Perancangan Kepanjen Education Park

S K E M A T I K D E S A I N

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan agrowisata ini menggunakan empat prinsip yakni building as nature,

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

Bab V Konsep Perancangan

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Kembali Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

Transkripsi:

6.1. Dasar Rancangan BAB VI HASIL RANCANGAN Hasil Perancangan Museum Budaya di Kabupaten ini diambil dari dasar penggambaran analisa dan konsep yang terdapat pada Bab IV dan V. Pada Perancangan Museum Budaya di Kabupaten ini mengambil unsur kebudayaan khususnya pada kesenian, dimana unsur kesenian ini menjasdi identitas pada masyarakat tulungagung. Konsep yang diambil dari Perancangan Museum Budaya ini adalah Transliterasi fungsi visual reog kendang dengan menerapkan prinsip prinsip tema historicism. 6.2. Hasil Rancangan Tapak 6.2.1. Pola Tatanan Massa Pola tatanan massa yang digunakan pada perancangan museum budaya ini adalah linier melengkung dengan pola sirkulasi linier dan radial, pola ini diambil dari proses perjalanan perkembangan dari tradisi kesenian reog kendang tulungagung. Penggunaan tatanan massa seperti ini memudahkan pengguna dalam mencapai sirkulasi dari awalnya masuk kawasan, kemudian memasuki bangunan sampai runtutan mengelilingi wilayah antar bangunan. Sehingga pengguna dapat mengerti jalur perkembangan seni reog kendang di dalam tapak bangunan. Pola tatanan massa ini terbagi berdasar aktivitas pengguna yaitu zona privat, semi privat, publik. Zona privat terdapat pada awal massa yaitu pada gedung kantor dimana kantor ini merupakan landasan awal dari proses cerita perkembangan seni reog kendang. Sehingga tidak dapat diakses oleh sembarang pengunjung kecuali para petugas dan pengelola gedung museum. Massa bangunan menjadi poin tertentu sehingga para pengguna yakni pengunjung dan pengelola dapat mengikuti proses perkembangan cerita seni reog dengan mengikuti alur perletakan massa. 143 Perancangan Museum Budaya di

Gambar 6.1 Pola tatanan massa 6.2.2. Zoning massa Pada Museum budaya ini secara khusus memiliki fungsi sebagai konservasi, edukasi, dan rekreasi. Fungsi edukasi dalam bangunan museum ini salah satunya berada pada gedung pertunjukan digunakan untuk berinteraksi para pengguna. Gedung ini menjadi aksen berkumpulnya para pengunjung yaitu pusat pembelajaran bagi setiap pengunjung dalam melihat dan mengamati karakter cerita perkembangan reog kendang. 144 Perancangan Museum Budaya di

Zona semi publik Zona publik Zona privat Gambar 6.2 Zoning Sumber : Hasil Rancagan 2015 6.2.2. Aksesibilitas dan Sirkulasi Aksesibilitas pada tapak dibagi menjadi 3 akses, yaitu akses untuk kendaraan pengunjung, kendaraan karyawan/servis, dan akses pejalan kaki. Aksesibilitas kendaraan berada di depan kawasan museum sehingga pengunjung diarahkan memasuki area museum dengan langsung menempatkan kendaraan terlebih dahulu sebelum memasuki gedung museum. Sedangkan aksesibilitas untuk pejalan kaki yaitu dengan diarahkan melewati selasar terlebih dahulu sebelum memasuki gedung museum, di dalam perjalanan melewati selasar pejalan kaki dapat merasakan suasana cerita reog sebagai perjalanan awal cerita reog kendang. Pengunjung diharuskan melewati satu arah perjalanan cerita sehingga para pengunjung dapat mengerti proses cerita perkembangan reog kendang dari masuk perawitan, memasuki masa transisi sampai memasuki masa perkembangan. 145 Perancangan Museum Budaya di

Sirkulasi Pengunjung Sirkulasi Karyawan Sirkulasi Loading dock Aksesibilitas pada tapak dibagi menjadi 3 akses, yaitu akses untuk kendaraan pengunjung, kendaraan karyawan/service dan akses pejalan kaki dari Museum Budaya ini Aksesbilias untuk kendaraan di batasi pada zona publik saja, sehingga pengunjung diarahkan untuk berjalan kaki dengan menggunakna slasar. Jalur BIS Jalur Mobil Jalur Motor Jalur Loading dock Jalur Pejalan Kaki Gambar 6.3 Aksesibilitas dan Sirkulasi tapak 6.2.3 Pemanfaatan Potensi Tapak 6.2.3.1 Vegetasi Konsep vegetasi yang digunakan untuk area museum ini diletakkan berdasarkan karakter pengunjung. Beberapa jenis vegetasi yang digunakan pada tapak adalah sebagaiberikut: 1. Vegetasi peneduh yang diletakkan diarea yang banyak digunakan tempat berkumpul semua orang dan disepanjang sirkulasi area selasar yang digunakan oleh pejalan kaki. Jenis vegetasi yang digunakan adalah pohon cempaka dan cemara. Vegetasi ini diletakkan di area parkir, taman area mushola. 146 Perancangan Museum Budaya di

2. Vegetasi penghias merupakan vegetasi utama dalam obyek ini, vegetasi ini diletakkan di area gedung amphiteater dan sekitar area mushola, sehingga pengguna dapat beristirahat sekaligus beribadah dengan menikmati udara dan pandangan alami. 3. Vegetasi pengarah diletakkan pada sirkulasi kendaraan sehingga memudahkan pengguna dalam mengakses dengan kendaraan. Vegetasi yang digunakan adalah pohon kelapa dan palm. 4. Vegetasi pengokoh diletakkan diantara area tapak dengan jalan sehingga dapat menetralisir bahaya yang datang dari luar. Kiara Payung sebagai pohon peneduh Pohon Mimba sebagai pohon peneduh Pohon Kelapa sebagai pohon pengarah Gambar 6.4 Vegetasi tapak 147 Perancangan Museum Budaya di

6.2.3.2. Angin Sirkulasi angin yang paling besar berada di area barat karena berbatasan langsung dengan jalan utama tapak. Bentukan atap yang digunakan mengarahkan sirkulasi angin memasuki area tapak serta terdapat vegetasi pengarah pada area sekitar tapak. Gambar 6.5 Arah jalan angin pada bangunan perpustakaan Gambar 6.6 Arah angin pada tapak 148 Perancangan Museum Budaya di

Pola atap dapat mendistribusikan angin ke seluruh tapak, dibantu pula dengan vegetasi yang berada di setiap sisi tapak, sehingga angin dapat dengan mudah di distribusikan ke seluruh tapak. 6.2.3.3. View View vegetasi pada area depan tapak dan pegunungan dapat dijadikan potensi diluar tapak sebagai pemandangan yang bagus. Selain view keluar, potensi kedalam tapak yaitu pada bangunan perpustakaan sebagai penggambaran pusat seni reog kendang dengan model atap menjulang dan ciri kolom yang membuat kesan bentuk motif kendang. Hasil rancangan ini berdasarkan prinsip; historicism yaitu view pada tapak di arahkan ke area pegunungan sehingga pengunjung dapat merasakan kesejukan dan kedamaian. 6.2.4 Pencahayaan dan Penghawaan 6.2.4.1 Pencahayaan Gambar 6.7 view tapak Pencahayaan pada Museum Budaya ini terbagi menjadi dua yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pencahayan alami didapat melalui jendela yang terbuka lebar pada lantai dua dengan 149 Perancangan Museum Budaya di

material kaca. Namun untuk menghindari panas matahari yang berlebihan, maka pada bangunan ini memiliki bentukan atap lebar sebagai shading. Hasil rancangan ini menggunakan tahapan perkembangan yang memberikan potensi view, angin, matahari dan penghawaan, penggunaan struktur bentang lebar. Gambar 6.8 Pencahayaan alami pada Pasar Konsep ini berdasarkan pemanfaatan potensi tapak, seperti kolam yang dapat merefleksikan cahaya Gambar 6.9 Pencahayaan alami pada Main Bulding 150 Perancangan Museum Budaya di

Hasil rancangan ini menggunakan prinsip Keterbukaan dengan struktur bentang lebar Gambar 6.10 pencahayaan alami pada gedung teater Hasil rancangan ini menggunakan prinsip perkembangan, dengan memanfaatkan material kaca sebagai pembatas transparan yang mampu memasuknan cahaya matahari alami Gambar 6.11 pencahayaan alami pada gedung perpustakaan 151 Perancangan Museum Budaya di

Pencahayaan yang kedua adalah pencahayan buatan, pencahayaan ini digunakan saat cahaya alami sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, yaitu pada waktu malamhari dan cuaca mendung. 6.2.4.2 Penghawaan Penghawaan dalam bangunan ini menggunakan penghawaan alami dengan menggunakan jendela, dan ventilasi. Keadaan ini ditambah dengan pemakaian kolam air yang mampu menyejukan ruangan. Pola tatanan masa, dapat mendistribusikan angin ke seluruh tapak, dibantu pula dengan vegetasi yang berada di setiap sisi tapak Gambar 6.12 penghawaan alami pada Tapak 152 Perancangan Museum Budaya di

Angin sebagai penghawaan dapat dengan mudah memasuki bangunan, karena sistem keterbukaan pada dinding dan atap Konsep ini menggunakan prinsip historicism yaitu pada bangunan menggunakan sistem panggung yang memberikan potensi view, angin, matahari dan penghawaan, penggunaan struktur bentang lebar dengan meminimalisir dinding masif Gambar 6.13 penghawaan alami pada pasar seni Angin sebagai penghawaan dapat dengan mudah memasuki bangunan, karena sistem keterbukaan pada dinding dan atap Potensi bangunan yang menggunakan sistem terbuka yang Gambar 6.14 penghawaan alami pada gedung amphiteater 153 Perancangan Museum Budaya di

Angin sebagai penghawaan dapat dengan mudah memasuki bangunan, karena sistem keterbukaan pada dinding Gambar 6.15 penghawaan alami pada amphiteater 6.3.Hasil Rancangan Ruang Ruang yang tercipta pada bangunan utama memberikan kesan terbuka, sehingga pengunjung dapat merasakan cerita perjalanan reog kendang. Kemudian melakukan perjalanan memasuki area tahapan transisi yaitu pada area gedung amphiteater. Gedung ini memberikan kesan ruang yang luas, dimana terdapat kesan ruang yang menggambarkan pada masa transisi yaitu perkembangan reog kendang yang hanya terlihat maasif tidak ada perkembangan dan pelestarian kesenian reog kendang. 154 Perancangan Museum Budaya di

amphiteater bebas kolom, dengan suasana yang lebih mencolok pada area panggung, Sedangkan untuk plafon diberi pola susunana lengkung dengan mengadopsi karakter visual reog kendang dan identitas kendang Gambar 6.16 Interior amphiteater Gambar 6.17 Denah Amphiteater 155 Perancangan Museum Budaya di

Gambar 6.18 Interior ruang pameran Interior gedung pamer exhibition ditampilkan suasana plafon lengkung sebagai karakter visual seni reog kendang dengan permainan lampu dengan bentuk lingkaran sebagai aksen kendang Gambar 6.19 Interior ruang pasar seni Pasar seni ini dirancang dengan membentuk suasana perjalanan reog kendang dengan menikmati perbelanjaan disetiap stan kemudian dapat menikmati pemandangan karakter reog kendang dengan melihat ke arah dinding dengan bentuk zik-zak. 156 Perancangan Museum Budaya di

6.4. Hasil Rancangan Bentuk Konsep desain yang dipakai pada perancangan ini yakni transliterasi fungsi visual reog kendang. Maka bentukan bangunan di desain dinamis dengan alur sesuai dengan cerita perkembangan reog kendang. Proses perkembangan reog kendang ini dimulai dari masa perawitan/awal fungsi reog pada masyarakat, kemudian memasuki masa transisi dimana fungsi reog tidak diperhatikan lagi oleh masyarakat sekitar, selanjutnya memasuki masa perkembangan yaitu masa kejayaan yang menggambarkan fungsi reog kendang menjadi aksen utama pada Budaya. 157 Perancangan Museum Budaya di

Gambar 6.20.Konsep perjalanan cerita reog kendang Gambar 6.21 Perspektif mata burung 6.5. Hasil Rancangan Struktur Sistem yang digunakan pada perancangan museum ini yaitu sistem struktur fabrikasi berupa baja. Pada sistem sambungan baja menerima gaya getaran yang cukup besar. Selain itu, komponen bahan baja yang ringan dan fleksibel. Komponen baja yang diterapkan pada bangunan yaitu baja komposit wf dan baja wf ekspos sebagai kolom dan balok bangunan, rangka space frame dan truss sebagai penutup 158 Perancangan Museum Budaya di

atap yang mempunyai bentangan lebar, rangka batang sebagai ring balok dan rangka atap yang tidak mempunyai bentangan lebar. Gambar 6.22 detail rencana struktur 6.6. Hasil Rancangan Utilitas 6.6.1. Utilitas listrik Sumber listrik utama untuk kebutuhan penerangan lampu dan kebutuhan listrik lainnya berasal dari PLN. Untuk lebih menghemat energi, sumber listrik pada museum ini selain dari PLN juga bersumber dari solar panel. Jadi sumber listrik pada kebutuhan museum dari PLN dan solar panel. Selain itu adanya alat genset digunakan sebagai cadangan listrik saat adanya pemadaman listrik dari PLN. 159 Perancangan Museum Budaya di

Gambar 6.23 Utilitas Listrik Kawasan museum 6.6.2. Utilitas Plumbing Pada perencanaan rencana plumbing/pemipaan pada area kawasan museum dan bangunan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu plumbing air bersih, air kotor air hujan, sprinkler dan hydrant, dan pembuangan sampah. Sumber air bersih pada bangunan didapat dari PDAM dan sumur bor. Penggunaan dua sumber ini untuk mengantisipasi adanya gangguan dari salah satu sumber air.akan tetapi untuk sumber utama yang digunakan yaitu dari PDAM, sedangkan sumur bor merupakan sumber cadangan. Pembuangan air kotor dibagi menjadi dua bagian yaitu gray water dan black water.gray water yaitu limbah cair yang didapat dari air sisa aktivitas yang masih memungkinkan untuk dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan limbah cair ini dengan cara mengalirkannya ke sumur resapan yang telah disediakan. Selain itu pemanfaatan air hujan 160 Perancangan Museum Budaya di

melalui sistem rainwater harvesting dilakukan dengan cara yang sama yaitu mengalirkannya ke sumur resapan untuk kebutuhan lain, demi menghemat penggunaan air yang ada. Sedangkan untuk black water/limbah padat langsung dibuang ke septictank. Distribusi sampah pada kawasan museum dengan meletakkan tempat sampah hampir disetiap sisi/sudut bangunan dan ruangan, sehingga mudah dijangkau oleh setiap orang yang ada. Sampah ini pembuangannya dibedakan antara sampah organik dan anorganik, sehingga mudah dalam pembuangannya. Setelah pembuangan ke tempat sampah yang ada disetiap sudut ruangan, distribusi terakhir yaitu ke TPS. Sprikler dan Hydrant merupakan alat untuk mengantisipasi bahaya kebakaran.sumber air utama didapat dari sumur bor dan sumur resapan.sprinkler dipasang dibagian dalam bangunan, untuk standar jarak pemasangan sprinklerpada bangunan didapat dari rumus luas bangunan/luas sprinkler. Gambar 6.24 Utilitas plumbing kawasan museum 161 Perancangan Museum Budaya di

Gambar 6.25 Utilitas plumbing bangunan museum 162 Perancangan Museum Budaya di

6.8. Integrasi Islam dan Arsitektur Gambar 6.26 Utilitas Listrik bangunan museum Menjaga dan mengembangkan hasil budaya manusia Pada tema historicism dan museum ini fokusnya tentang pengolahan teknologi dan peradaban budaya. Sehingga dapat mendukung perancangan museum budaya di ini. Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Ayat Al-Qur an yang berkenaan dengan pendidikan sebagai berikut. 163 Perancangan Museum Budaya di

Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.(qs.yunus 12: 91) Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudahmudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang." (Qs.Yunus 12: 92) Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya (Qs.At-thin 95: 04) Penjelasan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa Allah melaknat setiap manusia yang melakukan kerusakan terhadap ciptaanya, sehingga peninggalan-peninggalan yang sudah ada seperti budaya yang ada di Kota harus dijaga dan dilestarikan. Wujud nyata dari budaya menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya hal ini dapat melestarikan kembali peninggalan zaman dahulu antara lain: adat, candi, tarian seni, dan lain-lain hal ini perlu dibudidayakan dengan menampung ke dalam museum budaya. 164 Perancangan Museum Budaya di