HUBUNGAN HEALTH BELIEF MODEL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WONOREJO SAMARINDA TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN PRAKTIK SENAM LANSIA DI DESA SOBOKERTO, NGEMPLAK, BOYOLALI

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

Alhidayati. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, STIKes Hang Tuah Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

TESIS. Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

*Eka Yorita Naberta, *Eka Frelestanty, *Siti Nur Lathifah, *Yunida Haryanti. *Program Studi Kebidanan, STIKes Kapuas Raya Sintang

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Persepsi, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN PERILAKU LANSIA DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUSSALAM TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI KELURAHAN BULUSAN, KECAMATAN TEMBALANG, KOTA SEMARANG

KEAKTIFAN KADER DAN DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP LANSIA. Asnah 1) Lamri 2)

PENGARUH KARAKTERISTIK PASIEN, JENIS PEMBIAYAAN, STATUS AKREDITASI PUSKESMAS TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RAWAT JALAN PUSKESMAS DI KOTA SURAKARTA TESIS

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Motivasi Memeriksakan Diri Di Posyandu Lansia Desa Sukodono Sidoarjo

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Gerontik

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

T E S I S. Oleh INDRA FAISAL / IKM

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

Tajudin Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

TESIS. Oleh ZULKARNAIN NASUTION /IKM

DESKRIPSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

TESIS. Oleh : CUT YUNIWATI /IKM

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG POSYANDU LANSIA TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DI POSYANDU LANSIA

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN LANSIA BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA DESA MAYUNGAN KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

TINGKAT KEPUASAN LANSIA TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PANTI ABDI DHARMA ASIH BINJAI TAHUN 2010 OLEH: MOHD ZAWAWI BIN MD HAMZAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN LANJUT USIA KE POSYANDU LANJUT USIA DESA TEGALGIRI NOGOSARI BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

CUT ZULIATI MULI /IKM

ANALISIS FAKTOR KEHADIRAN LANSIA DALAM MENGIKUTI POSYANDU DI DESA PAGERSARI KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG ABSTRAK

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN KONSTRUK HEALTH

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

1

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI,

TESIS. Oleh NURRAHMATON /IKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KARAKTERISTIK ORANGTUA DAN LINGKUNGAN RUMAH TERHADAP PERKEMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE ARIEK ASRI ARYANTI

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2006 ). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN ULANG PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MARIA WALANDA MARAMIS Sherly Nayoan*

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG KE POSYANDU LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ORANG TUA DENGAN OBESITAS PADA BALITA DI PUSKESMAS PENUMPING SURAKARTA

HUBUNGAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA DI PANTI WREDHA KOTA SEMARANG SKRIPSI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

PENGARUH MUTU PELAYANAN KIA TERHADAP KEPUASAN IBU BERSALIN SECARA NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2016 TESIS.

GASTER, Vol. 9, No. 1 Februari 2012

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU LANJUT USIA DI PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Pelayanan Gigi Di Puskesmas Way Laga Kota Bandar Lampung

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KEAKTIFAN POSYANDU LANSIA

Jurnal Kesehatan Masyarakat

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

TESIS. Oleh LISBET HERAWATY SIHOMBING /IKM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI DI POSYANDU LANSIA DESA TRIYAGAN MOJOLABAN SUKOHARJO

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia The Associated Factors With Utilization Of Elderly Integrated Health Post

Novianti Damanik 1, Erna Mutiara 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

Transkripsi:

HUBUNGAN HEALTH BELIEF MODEL DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN KESEHATAN PADA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGAR JATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN Oleh: IRMA NURIANTI NIDN.0122088202

HUBUNGAN HEALTH BELIEF MODEL DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN KESEHATAN PADA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAHEAN KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2017 TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) Dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)DELI HUSADA Deli Tua Oleh RIRIS DOLOKSARIBU NPM.15.15.088 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) DELI HUSADA DELI TUA TAHUN 2017

HUBUNGAN HEALTH BELIEF MODEL DENGAN TINGKAT KUNJUNGAN KESEHATAN PADA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGAR JATI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN Irma Nurianti *, Staf Pengajar Akademi Kebidanan Medistra Lubuk Pakam According to profile data of Health Department Deli Serdang coverage of elderly health services amounted to 1783 elderly. Of the total, those who received health services amounted to 472 people or about 26.47%. Based on Pagar Jati Health Center data in, the number of elderly in the work area of Pagar Jati Health Center 2304 elderly, the number of elderly visit who visited in posyandu in every month amounted to 88 people or 3.81%. While the number of elderly who visited directly to the Health Center Pagar Jati as many as 112 people (4.86%). It shows that visit to posyandu elderly still very low. In fact, the elderly posyandu activities held by Pagar Jati Health Center are less popular when compared to posyandu for toddlers. This can be seen from the low of elderly visit at Puskesmas which have been appointed as implementer of posyandu elderly. Cross sectional research design with explanatory research approach. This research was conducted at Work Area of Pagar Jati Health Center Deli Serdang District. For 4 months starting from January to April. The sample of this study was 88 respondents. The results of this study indicate factors that have significant relationship with elderly kunjngan is Perceived Susceptibility factor with P value = 0.023, Perceived Severity P = 0.039, Perceived Barriers P = 0.017, Self-Efficacy P = 0.044. The results of multiple logistic regression analysis of the most dominant factors associated with elderly visits were Perceived Severity with Exp (B) value = 1.802 with 95% CI = 0.723-4,495 that the Perceived Severity relationship had the most dominant relationship 3.7 times greater. Suggestions for Families to increase the active role in supporting Elderly life by spending time on their needs and providing help if needed, since the elderly is not merely a burden to his family Keywords: Elderly, Perceived Susceptibility, Perceived Severity, Perceived Barriers, Self-Efficacy Pendahuluan Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2015, jumlah lansia yang dibina sebesar 24.659 atau 3,0% dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya mencapai 820.990 jiwa. Begitu juga dengan kegiatan pelayanan kesehatan lansia di puskesmas yang mencakup pengobatan, pemeriksaan kesehatan, 1

penyuluhan, konseling, arisan atau pengajian dan kunjungan rumah atau home care hanya sebesar 19,5% (80 dari 409 puskesmas) dan 400 posyandu lansia yang sudah terbentuk atau sekitar 23,2% sementara target yang harus dicapai sebesar 2120 posyandu lansia. Seirama dengan peningkatan jumlah dan angka kesakitan lansia diperlukan peningkatan jenis dan kualitas pelayanan kesehatan dan perawatan, baik yang dilaksanakan oleh lansia itu sendiri maupun keluarga atau lembaga lain seperti PUSAKA (Pusat Santunan dalam Keluarga), Posyandu Lansia, Panti Sosial Tresna Wredha, Sasana Tresna Wredha maupun yang dilaksanakan di sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut (tersier) (Notoatmodjo, 2010). Wujud dari usaha pemerintah ini adalah dicanangkannya pelayanan bagi lansia melalui beberapa jenjang yaitu pelayanan kesehatan ditingkat masyarakat adalah Posyandu Lansia. Pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Dengan demikian, posyandu lansia sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai dengan kebutuhannya dan pada lingkungan yang tepat, sehingga para lansia tidak merasa lagi terabaikan didalam masyarakat (Subijanto, dkk2011). Pada umumnya lansia tersebut kurang memperdulikan dan banyak diantara lansia merasa lebih baik tinggal dirumah daripada ke posyandu. Berdasarkan jumlah kunjungan lansia ke posyandu, jumlah lansia yang dibina masih kurang dari target pencapaian cakupan pelayanan kesehatan lansia pada tahun berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu sebesar 70%, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan Health Belief Model dengan Kunjungan kesehatan pada posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang Tahun. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan Health Belief Model dengan Kunjungan kesehatan pada posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang tahun. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dengan rancangan penelitian cross sectional dengan pendekatan explanatory research yaitu untuk menjelaskan hubungan faktor-faktor atau variabelvariabel melalui pengujian hipotesa. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jati Kabupaten Deli Serdang. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan April 2

Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah lansia yang berkunjung di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pagar Jati periode Maret tahun yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang sebesar 113 orang. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian yaitu seluruh jumlah lansia yang berkunjung di posyandu wilayah kerja Puskesmas Pagar Jati dengan besar sampel yang diambil menggunakan teknik probability sampling. Jumlah sampel 88 orang. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi adalah responden dengan variabel Perceived susceptibility mayoritas Perceived susceptibility baik sebesar 72,7%. Bahwa dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel Perceived severity adalah responden dengan Perceived severity kategori berat sebesar 63,6%. Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel Perceived benefits adalah responden dengan Perceived benefits dalam kategori bermanfaat sebesar 54,5%. Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel Cues to Action adalah responden dengan Cues to Action dalam kategori dilakukan sebesar 62,5%. Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel Perceived Barriers adalah responden dengan Perceived Barriers dalam kategori siap sebesar 77,3%. Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel Self-Efficacy adalah responden dengan Self-Efficacy dalam kategori tidak mampu sebesar 67,0%. Distribusi Kunjungan Lansia Dari 88 responden yang ada, yang memiliki persentase tertinggi pada variabel kunjungan lansia adalah kunjungan lansia dengan kategori tidak rutin sebesar 59,1%. Bivariat Hubungan Faktor Perceived Susceptibility Dengan Kunjungan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Pagar Jati Kabupaten Deli Serdang Tahun Variabel Perceived Susceptibility baik, responden mayoritas tidak rutin melakukan kunjungan sebesar 82,7%, pada variabel Perceived Susceptibility tidak baik, responden mayoritas rutin melakukan kunjungan sebesar 41,7%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Perceived Susceptibility = 0,023 (p <0,05), artinya faktor Perceived Susceptibility dengan Kunjungan lansia memiliki hubungan yang signifikan. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Perceived Susceptibility dengan Kunjungan lansia adalah 2,765 dengan CI 95% = 1,044 7,320, artinya Faktor Perceived Susceptibility berhubungan 6,3 kali lebih besar dengan Kunjungan lansia. 3

Hubungan Faktor Perceived Severity Dengan Kunjungan Lansia di Faktor Perceived Severity responden dengan Kunjungan lansia pada katagori Perceived Severity berat mayoritas Kunjungan lansia rutin sebesar 77,8% dan pada responden Perceived Severity tidak berat mayoritas Kunjungan lansia tidak rutin sebesar 46,2%. Berdasarkan statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Perceived Severity p = 0,039 (p <0,05), artinya Perceived Severity dengan Kunjungan lansia memiliki hubungan yang signifikan. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Perceived Severity dengan Kunjungan lansia adalah 0,011 dengan CI 95% = 1,419 4,881, artinya Perceived Severity berhubungan 3,4 kali lebih besar dengan Kunjungan lansia. Hubungan Faktor Perceived Benefits Dengan Kunjungan Lansia di Faktor Perceived Benefits responden dengan Kunjungan lansia pada perceived benefits bermanfaat dengan Kunjungan lansia mayoritas tidak rutin sebesar 50,0% dan pada responden perceived benefits tidak bermanfaat dengan kunjungan lansia mayoritas tidak rutin 50,0%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Perceived Benefits p = 0,417 (p >0,05), artinya Perceived Benefits dengan Kunjungan lansia tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Perceived Benefits dengan kunjungan lansia adalah 1,508 dengan CI 95% = 0,643 3,536, artinya Perceived Benefits memiliki hubungan 2,8 kali dengan Kunjungan lansia pada responden. Hubungan Faktor Cues to Action Dengan Kunjungan Lansia di Faktor Cues to Action responden dengan Kunjungan lansia pada Cues to Action dilakukan dengan Kunjungan lansia mayoritas tidak rutin sebesar 69,2% dan pada Faktor Cues to Action tidak dilakukan dengan kunjungan lansia mayoritas rutin 47,2%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Cues to Action p = 0,179 (p >0,05), artinya Cues to Action dengan Kunjungan lansia tidak memiliki hubungan yang signifikan. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Cues to Action dengan Kunjungan lansia adalah 1,560 dengan CI 95% = 0,977 6,095, artinya Cues to Action memiliki hubungan 5,1 kali dengan Kunjungan lansia 4

Hubungan Faktor Perceived Barriers Dengan Kunjungan Lansia di Faktor Perceived Barriers responden dengan Kunjungan lansia pada Perceived Barriers siap dengan Kunjungan lansia mayoritas tidak rutin sebesar 71,2% dan pada Perceived Barriers tidak siap dengan kunjungan lansia mayoritas tidak rutin 16,1%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Perceived Barriers p = 0,017 (p <0,05), artinya Perceived Barriers dengan Kunjungan lansia memiliki hubungan yang signifikan dengan Kunjungan Lansia. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Perceived Barriers dengan Kunjungan lansia adalah 2,514 dengan CI 95% = 0,821 7,696, artinya Perceived Barriers berhubungan 6,8 kali dengan Kunjungan lansia. Hubungan Faktor Self-Efficacy Dengan Kunjungan Lansia Di Jati Kota Pematang Siantar Faktor Self-Efficacy responden dengan Kunjungan lansia pada Self- Efficacy mampu dengan Kunjungan lansia mayoritas tidak rutin sebesar 42,3% dan pada responden Self- Efficacy tidak mampu dengan kunjungan lansia mayoritas tidak rutin 57,7%. Berdasarkan analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square nilai P Value untuk variabel Self- Efficacy p = 0,044 (p <0,05), artinya Self-Efficacy dengan Kunjungan lansia memiliki hubungan yang signifikan. Hasil Odds Ratio (OR) dari variabel Self-Efficacy dengan Kunjungan lansia adalah 0,201 dengan CI 95% = 0,689 5,859, Self- Efficacy berhubungan 5,2 kali dengan Kunjungan lansia. Pembahasan Hubungan Perceived Susceptibility Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia Di Peneliti dapat menyimpulkan bahwa lansia yang memiliki kerentanan yang tinggi terhadap penyakit atau gangguan kesehatan maka lansia terbesut akan melakukan usaha untuk mencegah terjadinya penyakit dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan 5

pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit (Maryam, 2008). Hubungan Perceived Severity Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia di Teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) menyatakan bahwa Perceived Severity atau keparahan suatu penyakit menyebabkan seseorang mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan, kemudian dalam Maria (2008) memprediksikan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi seseorang tersebut dalam masalah yang serius. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan adanya Perceived Severity atau anggapan tentang keseriusan suatu penyakit, membuat individu bersedia untuk melalukan pemeriksaan sedini mungkin. Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin terkena penyakit serius sehingga akan melakukan usaha untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut dengan rajin berkunjung mengikuti program posyandu lansia. Hubungan Perceived Benefits Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia di semakin merasakan manfaat dari suatu tindakan untuk menghindari penyakit, maka akan lebih memilih melakukan tindakan tersebut. Hal ini didukung oleh teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) bahwa efektivitas tingkat kepercayaan terhadap strategi yang dirancang untuk mengurangi ancaman suatu penyakit semakin tinggi maka dengan sendirinya akan melakukan tindakan pencegahan tersebut dalam hal ini melakukan kunjungan ke posyandu untuk pemeriksaan kesehatan. Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari metode yang disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Perceived benefits secara ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau tidak merokok, dia tidak akan terkena kanker (Rosenstock, 1994). Hasil penelitian ini didukung oleh Thursdayani, (2006) yang menyatakan bahwa semakin diketahui manfaat dari pemeriksaan kesehatan rutin maka semakin banyakmanfaat yang bisa dirasakan responden. Hal ini sesuai dengan pendapat dari WHO (2012) bahwa manfaat dari melakukan pemeriksaan kesehatan di posyandu adalah untuk mengetahui atau mendeteksi adanya kelainan pada tubuh segera setelah dilakukan pemeriksaan sehingga dapat dilakukan suatu tindakan pengobatan dengan segera. 6

Hubungan Cues To Action Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia di Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari ligkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat. Saran dokter atau rekomendasi telah ditemukan utnuk menjadi cues to action untuk bertindak dalam konteks berhenti merokok (Rosenstock, 1994). Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan caracara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons (Maryam, 2008). Hal ini sesuai dengan penelitian Fuad (2008) yang menyatakan bahwa tindakan menjadi motivasi bagi lansia dalam memanfaatkan posyandu lansia. Demikian pula pernyataan Gallo dalam Hardywinoto (2007), yaitu jaringanjaringan informal, dalam pembinaan lansia meliputi jaringan pendukung yaitu keluarga dan kawan-kawan. Dukungan yang diterima lansia oleh petugas kesehatan berupa pembinaan lansia yang meliputi fisik, psikis, dan sosial guna peningkatan kesehatan lansia. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Camacho (2009) tentang perbedaan status sosial ekonomi dan karakteristik institusional dalam pelayanan umum tindakan preventif bagi lansia. Kebijakan kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan lansia melalui upaya perawatan kesehatan primer secara professional Hubungan Perceived Barriers Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia di Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara Perceived Barriers yang dirasakan dengan melakukan kunjungan ke posyandu dan secara statistik signifikan, hal ini berarti semakin merasakan besarnya suatu rintangan dalam melakukan perilaku maka keberhasilan untuk berperilaku tersebut semakin kecil. Rintangan yang dirasakan merupakan suatu konsekuensi negatif potensial yang mungkin timbul ketika mengambil tindakan tertentu, termasuk tuntutan fisik, psikologis, dan keuangan teori HBM yang dikembangkan oleh Rosenstock (1994) Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku yang dilakukan. Perceived barriers secara singkat berarti persepsi 7

hambatan aatau persepsi menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Hubungan perceived barriers dengan perilaku sehat adalah negatif. Hasil penelitian ini didukung oleh Thursdayani, (2006) dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa yang menjadi rintangan yang paling umum bahwa lansia tidak melakukan pemeriksaan kesehatan dikarenakan tidak adanya biaya serta takut tentang hasil dari pemeriksaan kesehatan diungkapkan oleh 22,4% responden. Kemudian Stanley (2005) juga menyatakan bahwa masih adanya anggapan lansia mempunyai akses yang lemah, tergantung, serta tidak mandiri misalnya terhadap keuangan keluarga sehingga mengurangi kemampuannya untuk melindungi dirinya dari faktor risiko penyakit, serta dalam keadaan sakitpun harus mendapatkan ijin keluarga untuk berkunjung ke sarana pelayanan kesehatan. Hubungan Self-Efficacy Lansia Dengan Tingkat Kunjungan Kesehatan Pada Posyandu Lansia di Kendala yang dialami oleh lansia dalam mengakses posyandu lansia disebabkan lansia memiliki peran tambahan dalam keluarga untuk membantu menjaga cucu, maupun peran dalam mengantar jemput cucu yg masih TK. Selain itu situasi saat kumpul bersama keluarga (anak) jarang karena jarak yang jauh, dan kondisi cuaca ketika hujan juga menjadi kendala lansia dalam mengakses pelayanan posyandu lansia. Kondisi yang dialami lansia tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian Fuad, (2008), tentang pengembangan dan pemulihan kesulitan aktifitas sehari-hari berdasarkan analisis data nasional yang menyatakan bahwa kondisi kesehatan kronik pada lansia merupakan penyebab penurunan aktifitas sehari-hari. Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama lansia (Maryam, 2008). Hal yang berguna dalam memproteksi kesehatan adalah self efficacy. Hal ini senada dengan pendapat Rotter (1966) dan Wallston mengenai teori self-efficacy oleh Bandura yang penting sebagai kontrol dari faktor-faktor perilaku sehat. Self efficacy dalam istilah umum adalah kepercayaan diri seseorang dalam menjalankan tugas tertentu. Self Efficacy adalah kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi keadaan atau merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan. Self efficcay dibagi menjadi dua yaitu outcome expectancy seperti menerima respon yang baik dan outcome value seperti menerima nilai sosial (Rosenstock, 1994). 8

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas Pagar Jati dengan sampel yang berjumlah 88 orang lansia, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. Hasil penelitian ini menunjukkan faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan kunjngan lansia adalah faktor Perceived Susceptibility dengan nilai (P= 0,023), Perceived Severity (P= 0,039), Perceived Barriers (P = 0,017), Self-Efficacy (P = 0,044). Faktor yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan kunjungan lansia adalah faktor Perceived Benefits (P= 0,417), Faktor Cues to action (P= 0,179). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda diketahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan Kunjungan lansia adalah Perceived Severity dengan nilai Exp (B) = 1,802 dengan CI 95% = 0,723 4,495 sehingga dapat disimpulkan bahwa Perceived Severity memiliki hubungan paling dominan 3,7 kali lebih besar dengan kunjungan lansia. Saran Bagi Puskesmas a. Pihat puskesmas dapat meningkatkan kerja sama dengan kader atau tokoh masyarakat untuk mengajak para lansia aktif dalam setiap kegiatan posyandu lansia. b. Membuat peraturan untuk petugas kesehatan dan kader untuk melakukan home visit jemput bola pada lansia yang tidak melakukan kunjungan ke posyandu. c. Melakukan upaya promotif, preventive, kuratif dan rehabilitatif melalui deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, Latihan fisik yang dilakukan secara teratur, pemeriksan kesehatan dan pelayanan kesehatan dasar, pembinaan mental. Bagi Keluarga Perlu mendapatkan pelatihan pendampingan pelayanan sosial agar keluarga bisa lebih memperhatikan kondisi lansia sehingga lansia dapat menikmati masa tuanya dengan sehat dan sejahtera baik itu kondisi kesehatan, psikis, dan rohaninya. Pada saat berlangsungnya home visit agar keluarga sekitar ikut mendampingi lansia. Keluarga diharapkan juga memberikan dukungan konkrit seperti mengantar jemput lansia, sehingga dapat mempermudah akses lansia dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu lansia. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. BKKBN, 2011. Kebijakan dan Strategi Operasional Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, htttp://www.bkkbn.go.id/ Webs/upload/infoprogram/PAP ARAN. pptx. Camacho, G.B and Bixby, L.R, (2009). Differentials by 9

Socioeconomic Status and Institutional Characteristics in Preventive Service Utilization by Older Persons, Journal Aging Health 21 Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2015. Laporan Evaluasi Kinerja Puskesmas Tahun 2015.Deli Serdang. Departemen Kesehatan RI. 2006 dalam Henniwati. 2008. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU e-repository @2009. Erfandi, 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. www.puskesmasoke.blogspot.com, 19 Februari. Fricilla, 2009. Gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lansia Dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kecamatan Polonia Kota Medan. Skripsi FKM USU. Medan Federman, A.D, Pendrod, J.D, Livot, E, Hebert P, S, Doucette, J, and Siu, A.L, 2010. Development of and Recovery From Difficulty Wityh Activities of Daily Living : An Analysis of National Data. Journal Aging Health 22 ; 1081 Fuad, H., (2008). Study Fenomenologi Motivasi Lansia Dalam Memanfaatkan Posyandu Lansia Di Kelurahan Sidomulyo Kec. Motesih Kab. Karang Anyar, Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Hardywinoto, S. B. T, (2007). Panduan Genekologi Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Henniwati, (2008), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur, Universitas Sumatera Utara. USU Repository Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara. USU e-repository @2009. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Menuju Tua: Sehat, Mandiri Dan Produktif. Kesehatan yang baik memperpanjang usia dan kehidupan Panduan Peringatan Hari Kesehatan Sedunia, 02 Februari. 10

Kementrian Kesehatan RI, (2014) Pusat Data dan Informasi, Jakarta Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. Khadijah Siti, 2010. Pelayanan Kesehatan Lansia Melalui Posyandu Lansia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, dalam http://pika12543.files.wordpress. com/2011/06/makalah-kesmascopy.docx. diakses tanggal 6 Februari. Khotimah, Siti Khusnul. 2011. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Walikukun Kabupaten Ngawi. Undergraduate thesis, Diponegoro University, dalam http://www.fkm.undip.ac.id diakses tanggal 9 Februari. Latifah, Nurul. (2010). Urgensi Posyandu Lansia. http://bataviase.co.id Maryam, R siti.mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. 2008. Jakatra: Salemba medika. Maria M. N. P., (2008). Aplikasi Teori Snehandu b. Karr (perilaku) Terhadap Keaktipan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia Study Di Lima Posyandu Puskesmas Jagir, Surabaya Mismar Masbiran, 2010. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Lanjut Usia (Lansia) Ke Posyandu Lansia Di Rw 03 Kurao Pagang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kec. Nanggalo Padang Tahun 2010. Penelitian, Fakultas Keperawatan Universitas Diponegoro dalam http://repository.unand.ac.id/id/e print/17928. Munadhiroh, Ira 2011 Hubungan Beberapa Faktor Lansia dan Sumber Daya Posyandu dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Kota Semarang Tahun 2010. Undergraduate thesis, Faculty of Public http://eprints.undip.ac.id/38217/. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Rohani Lasma, 2007. Perilaku Lansia Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Bagian PKIP. Medan Rosenstock, I, M. (1994). Historical origins of the health belief 11

model. Health education monographs Subijanto, dkk. (2011). Pembinaan Posyandu Lansia Guna Pelayanan Kesehatan Lansia. Surakarta : Fakulas Kedokeran Universitas Sebelas Maret.http://posyandulansia.pdf. co.id). Sumiati, 2012, Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Samarinda, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Stanley. M. Blair. K.A, and Beare. B.G. (2005). Gerontological Nursing : Promoting Successful Aging With Older Adults. Dafis Company. Philadelphia. Thursdayani, (2006). Pengaruh Karakteristik Dan Persepsi Lansia Terhadap Posyandu Lansia Terhadap Pemanfaatan di Kel. Sei Agul Posyandu Sei Agul Kec. Medan Barat, Medan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara WHO Regional Office For South-East ASIA, 2012. Regional Conference of Parliamentarians on the Report of the Commission on Macroeconomics and Health :Health and Development Regional Initiatives, Bangkok, Thailand 15 17 December 2002. 12