BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun. penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara

BAB III PERLAKUAN PENETAPAN SUATU KEGIATAN SEBAGAI BUT AGEN YANG TIDAK BEBAS BERDASARKAN KETENTUAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II LANDASAN TEORI. Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

22/06/2013. Materi Kuliah SUBJEK PAJAK. Definisi Subjek Pajak. Subjek Pajak (Ps 2 UU No 36 Th 2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh negara di dunia memperoleh sumber pendanaan utamanya adalah dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini semakin memudarkan batas geografis antar negara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Analisa yuridis..., Yayan Hernayanto, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa negara merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

PERTEMUAN 1 DASAR DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

Vol.7 No Keywords: Company With Permanent Establishment, Investment, Rule of Law.

Kegiatan Belajar 3. Teori Justifikasi, Syarat dan Asas-Asas Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penanaman modal juga harus sejalan dengan perubahan perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila

Pengaruh Kondisi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Terhadap Pembayaran Pajak Penghasilan

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia saat ini sedang mengalami globalisasi dan dapat dilihat dari semakin maraknya penanaman modal asing pada suatu perusahaan. Penanaman modal asing yang pesat meniadakan batasan hubungan ekonomi internasional. Efek yang terjadi dari globalisasi ekonomi salah satunya adalah arus informasi yang begitu cepat kemasyarakat semakin terlihat dengan berkembangnya perekonomian suatu negara. Perkembangan teknologi, komunikasi dan informasi di berbagai belahan dunia mendorong banyak perusahaan-perusahaan di negara pengekspor modal melakukan efisiensi perekonomiannya agar stabilitas dan peningkatan produktifitasnya dapat terjamin. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat dalam perdagangan dunia 1. Dikaitkan dengan ini, perusahaan sebagai pelaku utama ekonomi akan berusaha untuk terus meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnisnya dan berusaha mengembangkan usahanya sampai melewati batas yurisdiksi suatu negara, yang mana untuk mengatur jalannya bisnis tersebut, sudah barang tentu memerlukan seperangkat aturan yakni hukum penanaman modal sebagai payung hukumnya. 1 Hendrik Budi Untung, 2010, Hukum Investasi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,h, 32. 1

2 Aspek hukum penanaman modal menjadi bagian yang sangat penting dari sistem penanaman modal karena bersifat sangat kompleks sehingga tidak setiap jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, dan perbuatan lain sekedar menghasilkan keuntungan termasuk kedalam konsep penanaman modal. Dengan kehadiran penanam modal asing ke dalam suatu negara yang berdaulat menimbulkan pendapat dengan argumentasi masing-masing antara lain seperti kehadiran penanam modal asing dapat mengancam industri dalam negeri sendiri dan mengancam kedaulatan negara, sehingga perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian sesuai dengan peraturan hukum penanaman modal 2. Secara garis besar, penanaman modal asing terhadap pembangunan bagi negara berkembang dapat diperinci menjadi lima. Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai dasar untuk mempercepat penanaman modal dan pertumbuhan ekonomi. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perpindahan struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting dalam memobilisasi dana maupun transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan struktural benar-benar terjadi meskipun modal asing di masa selanjutnya lebih produktif. Kelima, bagi negaranegara sedang berkembang yang tidak mampu memulai membangun industri-industri berat dan industri strategis, adanya modal asing akan sangat 2 Putu Sudarma Sumadi, 2008, Pengantar Hukum Investasi, Pustaka Sutra, Bandung, h.9.

3 membantu untuk dapat mendirikan pabrik-pabrik baja, alat-alat mesin, pabrik elektronik, industri kimia dasar dan sebagainya 3. Selama ini penanam modal domestik di negara berkembang enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti eksploitasi sumber daya alam yang belum dimanfaatkan membuka lahan baru, maka hadirnya penanam modal asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang-bidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja, inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran penanam modal asing. Transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat menjadi terampil, sehingga meningkatkan marginal produktifitasnya, akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional 4. Kehadiran penanam modal asing bagi negara berkembang sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, pembangunan modal dan menciptakan kesempatan kerja, serta keterampilan teknik. Melalui modal asing terbuka daerah-daerah dan tergarap sumber-sumber baru. Resiko dan kerugian pada tahap perintisan juga tertanggung, selanjutnya modal asing mendorong 3 Jonker Sihombing, 2009, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, PT. Alumni, Bandung, h. 43. 4 Ana Rokhimatussa dyah dan Suratman, 2009, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Sinar Grafika,Jakarta, h. 78.

4 pengusaha setempat untuk bekerjasama untuk pengelolaan terhadap sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada. Untuk menjalankan pengelolaan tersebut, umumnya penanam modal asing menggunakan perusahaan multi nasional dimana perusahaanperusahaan bisnis yang besar menyesuaikan struktur organisasinya untuk membagi risiko dan memperoleh keuntungan dari keputusan ekonomi. Struktur organisasi perusahaan internasional yang sederhana adalah Perusahaan Non Multinasional (Non Multinational Enterprise), yaitu suatuorganisasi perusahaan di suatu negara yang melakukan kontrak dengan perusahaan asing yang independen untuk melakukan penjualan atau pembelian di luar negeri. Perusahaan domestik yang berfungsi dalam pasar internasional melalui sebuah agen asing. Selanjutnya yang lebih kompleks adalah Perusahaan Multinasional Nasional (National-Multinational Enterprise) yaitu suatu perusahaan induk yang berada disuatu negara yang mendirikan beberapa cabang dan anak perusahaan di negara-negara lain. Cabang merupakan suatu unit atau bagian dari induk (seperti kantor pembelian di luar negeri, pabrik perakitan, pabrik manufaktur atau kantor penjualan), sementara anak perusahaan (subsidiaries) merupakan suatu perusahaan yang diorganisasikan sebagai entitas hukum yang terpisah yang dimiliki oleh induk 5. 5 Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, PT. Buku Kita, Jakarta, h. 64-65.

5 Organisasi perusahaan yang paling kompleks adalah Perusahaan Internasional Multinasional (International-Multinational Enterprise) yaitu organisasi perusahaan yang terdiri dari dua atau lebih induk perusahaan (parent company) di negara-negara yang berbeda yang menjalankan kegiatan usaha di dua atau lebih negara. Organisasi perusahaan ini mirip dengan organisasi perusahaan multinasional nasional, bedanya ada pada kepemilikan dua atau lebih perusahaan induk yang berlokasi negara yangberbeda. Kebanyakan perusahaan internasional multinasional berasal dari penggabungan (merger) perusahaan-perusahaan induk yang beroperasi di negara-negara berbeda di Eropa Barat. 6 Perdagangan internasional yang dijalankan oleh perusahaanperusahaan internasional tersebut di atas dapat memberikan manfaat ekonomi timbal balik keduanegara, misalnya permintaan akan suatu produk atau komoditas dari luar negeri dapat meningkatkan atau mengoptimalkan produktivitas, kesempatan kerja dan penghasilan bruto kedua negara. Hubungan ekonomis tersebut dapat dimantapkan dengan penanaman modal yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta. Penanaman modal asing selain dapat mengoptimalkan kapasitas produksi nasional, memperkenalkan produk dan metode penyelenggaraan usaha, perdagangan atau produksi baru. Selain itu penanaman modal yang dilakukan perusahaan multinasional dengan strategi aliansinya dapat memperluas dan memperbesar akses negara terhadap pasar internasional. h. 21-22. 6 Aminuddin Umar, 2007, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada Media, Jakarta,

6 Akses tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor dan perolehan devisa negara 7. Suatu induk perusahaan yang hendak menjalankan aktivitas usahanya di negara lain seperti Indonesia dapat dilakukan dengan mendirikan suatu perusahaan yang berbadan hukum Indonesia (Perseroan Terbatas) atau dapat juga tidak melalui suatu perseroan terbatas. Pendirian cabang perusahaan atau kantor perwakilan di negara lain dengan suatu Perseroan Terbatas, maka status perpajakannya disamakan dengan wajib pajak badan biasa seperti perusahaan lainnya di Indonesia. Sedangkan apabila pendirian kantor perwakilan asing itu tidak berbadan hukum Indonesia maka akan menimbulkan perusahaan dengan Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia, yang kewajiban perpajakannya diatur di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pada prinsipnya, setiap penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia membayar pajak sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan 8. Untuk dapat mengoptimalkan penerimaan pajak dari setiap kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu negara maka tersedia suatu administrasi perpajakan yang baik di negara tersebut. Administrasi pajak yang baik akan dapat memantau kepatuhan pelaksanaan ketentuan perpajakan dari seluruh Wajib Pajak (tax payers). 7 Dwi Anggraini, 2011, Perusahaan Multi Nasional, http://dwianggraini2416.blogspot.com/2011/11, diunduh 23 Agustus 2013. 8 Salim HS dan Budi Sutrisno, 2008, Hukum Investasi Di Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h. 28

7 Dalam kenyataannya penyebab tidak optimalnya pencapaian penerimaan pajak tidak selamanya disebabkan kelemahan administrasi otoritas pajak di suatu negara dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap seluruh Wajib Pajak, tetapi juga bisa disebabkan oleh ketidakjelasan peraturan atau ketentuan perpajakan yang ada, keterbatasan pengetahuan perpajakan Wajib Pajak dan persoalan mentalitas aparatur negara yang kurang profesional. Persoalan kepatuhan terhadap pajak terkait erat dengan persoalan kepatuhan terhadap hukum, karena pada hakekatnya pelaksanaan pajak itu merupakan wujud dari pelaksanaan berbagai peraturan mengenai perpajakan itu sendiri. Dalam praktek, sering terjadi permasalahan antara otoritas perpajakan dengan penanam modal asing menyangkut masalah perusahaan dengan bentuk usaha tetap, yang mengakibatkan potensi penerimaan pajak dari bentuk usaha tetap kurang optimal. Permasalahan perpajakan yang timbul bukan hanya disebabkan tidak jelasnya atau kurang dipahaminya persoalan tentang kriteria atau kedudukan perusahaan dengan bentuk usaha tetap diantara subyek pajak lainnya menurut undang-undang nasional tetapi juga kurang dipahaminya perlakuan perpajakan perusahaan dengan bentuk usaha tetap sesuai tax treaty atau Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). Dalam kaitan ini pemahaman terhadap asas-asas pemungutan pajak maupun teori-teori perpajakan yang ada akan sangat membantu semua pihak dalam memahami ketentuan UU Pajak domestik maupun perjanjian perpajakan.

8 Untuk itulah disamping dilakukannya aspek pengawasan oleh otoritas pajak, juga mutlak diperlukan pemahaman yang baik akan butir-butir ketentuan tax treaty baik oleh pelaku dunia usaha maupun oleh aparatur Direktorat Jenderal Pajak. Tax treaty itu merupakan aturan main yang penting bagaimana perlakuan pajak penghasilan atas kegiatan usaha yang dilakukan penanam modal negara asing di Indonesia. Penerimaan pajak penghasilan dari suatu bentuk usaha tetap yang dijalankan oleh orang atau badan luar negeri tersebut dapat dioptimalisasikan oleh pemerintah melalui pengawasan administratif berdasarkan undang-undang perpajakan Indonesia maupun kerjasama perpajakan dengan negara domisili orang atau badan luar negeri melalui perjanjian perpajakan (tax treaty). Perusahaan dengan bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha, dan tempat usaha tersebut haruslah bersifat permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan atau berkedudukan di Indonesia 9. Berdasarkan pengertian diatas, perusahaan dengan bentuk usaha tetap memiliki sifat yang sangat ketergantungan, karena haruslah menjalankan usaha atau kegiatan suatu perusahaan luar negeri di Indonesia. Perusahaan dengan bentuk usaha tetap yang merupakan suatu bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi maupun badan usaha yang 9 Jaja Zakaria, 2005, Perlakuan Perpajakan terhadap Bentuk Usaha tetap (BUT), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 7 (selanjutnya disebut Jaja ZakariaI)

9 tidak didirikan di Indonesia untuk menjalankan usahanya di Indonesia ini memiliki perbedaan dengan konsep bentuk usaha yang diperkenankan menurut Undang-undang Penanaman Modal, sesuai ketentuan Pasal 5 ayat (2) UU Penanaman Modal. Untuk badan usaha yang berstatus penanaman modal dalam negeri bentuk usahanya tidak harus dalam bentuk badan hukum, lain halnya dengan penanaman modal asing, pembentuk undangundang mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT), dalam hal kaitannya dengan eksistensi PT sebagai subyek hukum yang mandiri 10. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai Kedudukan Hukum Perusahaan Bentuk Usaha Tetap (Permanent Establishment) Dalam Dimensi Hukum Penanaman Modal Di Indonesia 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal? 2. Bagaimana akibat hukum dari perusahaanbentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak? 10 Sentosa Sembiring, 2007, Hukum Investasi, CV. Nuansa Aulia, Bandung, h. 201.

10 1.3 Ruang Lingkup Masalah Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan agar suatu masalah tidak menyimpang dari pokok permasalahan, dan untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan diuraikan dalam tesis ini, perlu kiranya dibuat ruang lingkup permasalahannya sehingga dapat diketahui dengan jelas materi-materi yang terkait erat dengan permasalahan diatas. Adapun pembahasan terhadap materi yang akan diangkat dalam tesis ini pertama, mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Kedua, akan dibahas tentang akibat hukum dari perusahaan bentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang diajukan dalam tesis ini, dapat dikemukakan tujuan penelitian ini, antara lain : 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah selain sebagai upaya penelitian untuk mengembangkan ilmu hukum dalam kaitannya dengan paradigmascience as a process (ilmu sebagai proses)maka paradigma ini dinyatakan bahwa ilmu tidak akan pernah mandeg (final) ataupun berhenti

11 dalam penggaliannya atas kebenaran di bidangnya masing-masing 11. Tetapi lebih mengikuti perkembangan zaman di dalam praktek perlindungan hukum di Indonesia.Melalui penelitian ini akan ditelusuri mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap (permanent establishment) dalam dimensi hukum penanaman modal di Indonesia. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan secara khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta mengerti dengan lebih mendalam tentang : a. Untuk mengetahui dan memahami mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap dalam perspektif Undang-Undang No 25 tahun 2007 tentang penanaman modal b. Untuk mengetahui dan memahami mengenai akibat hukum dari perusahaan bentuk usaha tetap dalam dimensi hukum penanaman modal berkaitan dengan penerimaan pajak. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pembaca baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis : 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan wawasan keilmuan peneliti, masukan bagi pengembangan ilmu hukum dan 11 Anonim, 2013, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian Tesis Dan Tesis Program Studi Magister (S2)Ilmu Hukum, Program Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, h.27.

12 pengembangan bacaan bagi pendidikan hukum di masa yang akan datang yang khususnya berkaitan dengan perkembangan di bidang hukum penanaman modal yang sangat dibutuhkan untuk menopang aktifitas dunia bisnis saat ini. 1.5.2 Manfaat Praktis. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dan dapat dijadikan acuan mengenai kedudukan hukum perusahaan dengan bentuk usaha tetap khususnya dalam dimensi hukum penanaman modal di Indonesia. 1.6 Orisinalitas Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan media elektronik,terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai perusahaandengan bentuk usaha tetap, dan dalam penelitian ini bukanlah plagiat serta memenuhi unsur kebaruan. Yang mana penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya Berdasarkan penelusuran pustaka didapat beberapa judul penelitian, yaitu : 1) Kajian Hukum Pengaturan Bentuk Usaha Tetap Dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Studi Kasus Tax Treaty Indonesia- Jepang), oleh :Ferdy Alfonsus Sitohang, Tesis, Universitas Gadjah Mada, tahun 2008. Penelitian Kajian Hukum Pengaturan Bentuk Usaha Tetap Dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (Studi Kasus Tax Treaty

13 Indonesia-Jepang) membahas masalah tentang bagaimana pengaturan Bentuk Usaha Tetap menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan di Indonesia.Serta bagaimana pengaturan Bentuk Usaha Tetap dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dengan Jepang.Dan Apakah pengaturan Bentuk Usaha Tetap dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda antara Indonesia dan Jepang telah memberikan hak pemajakan yang menguntungkan bagi Indonesia.Dalam tesis ini, lebih menitik beratkan pada pemajakan terhadap Bentuk Usaha Tetap yang tidak hanya tergantung dari UU Pajak domestik yang mengatur tentang Bentuk Usaha Tetap dengan menganalisa pengaturan Bentuk Usaha Tetap menurut perjanjian penghindaran pajak berganda antara Indonesia dan Jepang 2) Analisis Formulasi Kebijakan Identifikasi Bentuk Usaha Tetap Keagenan, oleh: I Gede Putu Dharma Gunadi, Tesis, Universitas Indonesia, tahun 2012. Penelitian ini membahas tentang kebijakan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia yang mana membahas mengenai dasar pemikiran yang melatarbelakangi kebijakan agen yang dijadikan Bentuk Usaha Tetap serta menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak Republik Indonesia dalam upaya mengoptimalkan identifikasi keberadaan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah dasar pemikiran yang melatarbelakangi kebijakan agen perlu

14 dijadikan Bentuk Usaha Tetap dalam ketentuan perpajakan domestic Indonesia dan apakah hambatan yang dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak dalam upaya mengoptimalkan identifikasi keberadaan Bentuk Usaha Tetap keagenan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif, dengan hasil penelitian yang menyarankan diperlukannya pembuatan peraturan pelaksanaan tentang formulasi kebijakan identifikasi Bentuk Usaha Tetap keagenan sebagai pedoman fiskus dan wajib pajak untuk memberikan panduan dalam menentukan apakah suatu transaksi keagenan merupakan agen yang independen atau dependen terhadap prinsipalnya diluar negeri. 3) Konsep Bentuk Usaha Tetap di Era Transaksi Elektronik, oleh : Triyono Martanto, Tesis, Universitas Gadjah Mada, tahun 2008. Penelitian tesis yang berjudul Konsep Bentuk Usaha Tetap di Era Transaksi Elektronik ini membahas apakah ketentuan Bentuk Usaha Tetap menurut Pasal 2 ayat 5 UU Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan dapat diterapkan atas transaksi elektronik atau tidak. Serta bagaimana Bentuk Usaha Tetap dapat timbul atas transaksi usaha yang dilakukan melalui media elektronik (virtual). Ketiga penelitian diatas menggunakan penelitan yang menitik beratkan langsung pada pengaturan perusahaan dengan bentuk usaha tetap baik dalam hal penghindaran pajak berganda maupun pada jenis-jenis usaha dari perusahaan dengan bentuk usaha tetap tersebut. Ketiga penelitian tersebut, belum ada satupun yang membahas mengenai Kedudukan Hukum

15 Perusahaan Bentuk Usaha Tetap (Permanent Esthablishment) Dalam Dimensi Hukum Penanaman Modal Di Indonesia. Penelitian-penelitian terdahulu yang telah penulis sebutkan diatas sekali lagi adalah tidak sama dengan penelitian yang dilakukan penulis, serta dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis memuat unsur kebaruan yakni ditinjau dari ranah hukum yang berbeda yakni meninjau perusahaan dengan bentuk usaha tetap dengan mengkaji dari Undang-undang Pajak Penghasilan dengan Undang-undang Penanaman Modal. 1.7 Landasan Teoritis Perusahaan dengan Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah salah satu Wajib Pajak yang menempati kedudukan khusus dalam sistem perpajakan di Indonesia. Perusahaan dengan bentuk usaha tetap adalah termasuk Wajib Pajak Luar Negeri. Oleh karenanya pengertian perusahaan dengan bentuk usaha tetapakan bersinggungan dengan sistem perpajakan dari Negara lain sehingga perusahaan dengan bentuk usaha tetap juga merupakan salah satu hal yang menjadi bahasan dalam perjanjian perpajakan dengan negara lain. Perusahaan denganbentuk Usaha Tetap (BUT) (permanent establishment) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

16 Suatu perusahaan dengan bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin dan peralatan.tempat usaha tersebut bersifat Permanen dan digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dari Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Pengertian perusahaan denganbentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker atau Perantara yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaannya sendiri 12. Menurut Undang- Undang Perpajakan Indonesia, bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak Luar Negeri untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, dapat dikatakan sebagai bentuk usaha tetap yang dapat berupa: 1. tempat kedudukan manajemen; 2. cabang perusahaan; September 2013. 12 Anonim, 2011, Bentuk Usaha Tetap, http://id.wikipedia.org/wiki/, diunduh 12

17 3. kantor perwakilan; 4. gedung kantor; 5. pabrik; 6. bengkel; 7. pertambangan dan penggalian sumber alam; wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan; 8. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan; 9. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; 10. pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain, sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan; 11. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas; 12. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia. Perbedaan mendasar dibandingkan dengan wajib pajak dalam negeri adalah perusahaan denganbentuk usaha tetap tidak dapat menikmati tax treaty antara Indonesia dengan negara treaty partner lainnya karena bukan penduduk Indonesia dan atas laba bersih setelah pajak yang diterima atau diperoleh bentuk usaha tetapdikenakan branch profit tax. Efek globalisasi yang diwarnai dengan tumbuhnya kawasan bebas perdagangan, jasa dan modal maka transaksi internasional di dalam negeri pun bertumbuh dengan pesatnya. Tak dapat dipungkiri dan dibendung dengan masuknya banyak

18 penanaman modal asing baik dalam bentuk portfolio investment dan foreign direct investment yang berimplikasi luas bagi suatu negara termasuk Indonesia. Dalam melakukan penanaman modal, penanam modal asing dapat melakukannya dalam bentuk joint venture (penanaman modal dalam bentuk pembiayaan) yang pada umumnya perusahaan berbentuk penanaman modal asing dan berbadan hukum Indonesia sehingga merupakan wajib pajak dalam negeri (resident taxpayer) 13. Kerancuan praktek hukum di Indonesia tidak hanya terletak pada aparat penegak hukum, tetapi juga karena dipengaruhi oleh opini publik dalam mengartikan pengertian 3 substansi hukum yakni keadilan, kemanfaatan, serta kepastian hukum. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru di masyarakat, akan tetapi sudah menjadi konsumsi publik dimana di dalamnya terdapat perbedaan persepsi atau pandangan mengenai eksistensi penerapan hukum di Indonesia. Berdasarkan tiga (3) nilai-nilai dasar yang dikemukakan di atas oleh Gustav Radbuch, orientasinya adalah menciptakan harmonisasi pelaksanaan hukum di Indonesia.Tujuan hukum untuk mengayomi manusia baik secara aktif maupun secara pasif, secara aktif dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan suatu kondisi kemasyarakatan yang manusia dalam proses yang berlangsung secara wajar. Sedangkan yang dimaksud secara pasif adalah mengupayakan pencegahan atas upaya yang sewenang-wenang dan penyalahgunaan hak secara tidak 13 Taripar Doly, 2013, Sekilas tentang Bentuk Usaha Tetap, http://www.nusahati.com/2013/02, diunduh 5 September 2013.

19 adil 14. Usaha mewujudkan pengayoman ini termasuk di dalamnya diantaranya adalah mewujudkan ketertiban dan keteraturan, mewujudkan kedamaian sejati, mewujudkan keadilan bagi seluruh masyarakat, mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat. Nilai dasar yang pertama adalah keadilan hukum, merupakan salah satu tujuan dari hukum selain dari kepastian hukum itu sendiri dan juga kemanfaatan hukum. Sedangkan makna keadilan itu sendiri masih menjadi perdebatan. Namun keadilan itu terkait dengan pendistribusian yang merata antara hak dan kewajiban. Demikian sentral dan dominan kedudukan dan peranan dari nilai keadilan bagi hukum, sehingga GustavRadbruch 15 menyatakan rechct ist wille zur gerechtigkeit (hukum adalah kehendak demi untuk keadilan). Sedangkan Soejono K.S mendefinisikan keadilan adalah keseimbangan batiniah dan lahiriah yang memberikan kemungkinan dan perlindungan atas kehadiran dan perkembangan kebenaran yang beriklim toleransi dan kebebasan 16. Terkait dengan penanaman modal di Indonesia sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU Penanaman Modal terdapat beberapa asas antara lain sebagai berikut: 1. asas kepastian hukum : setiap adanya kebijaksanaan atau keputusan kemudian ditetapkan yang dalam penanaman modal itu dilandasi pada 14 H. Zainal Azikin, 2012, Mazhab Positifisme, www.hukumhtm.com, diunduh 11 September 2013. 15 Lask, Radbruch, and Dabin, 1950, 20 th Century Legal Philosophy Series : Vol. IV : The Legal Philosophies Of Lask, Radbruch, And Dabin, translated by Kurt Wilk, Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts, h. 50. 16 La Patuju, 2013, Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum Dalam Hubungannya Dengan Ketiganya,www.lapatuju.htm, diunduh 12 September 2013.

20 aturan atau norma hukum yang ada diperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal. 2. asas keterbukaan : keterbukaan pemerintah didalam memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modal dengan benar dan jujur. 3. asas akuntabilitas : setiap kegiatan ataupun hasil dari penanaman modal baik dalam proses harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat mempunyai kedudukan rakyat. 4. asas perlakuan yang sama : tidak ada perbedaaan dari penanaman modal atau pelaku harus mendapatkan perlakuan yang sama. 5. asas kebersamaan : mendorong semua penanam modal dalam atau luar secara bersama sama mengadakan kegiatan usaha yang bertujuan memberikan kesejahteraan rakyat. 6. asas efisiensi berkeadilan : setiap pelaksanaan penanaman modal harus mengedepankan efisiensi ini untuk mencapai iklim usaha yang adil dan kondusif dan iklim berdaya saing. 7. asas berkelanjutan : bahwa penanaman modal itu dari awal sudah terencana investasi itu diupayakan berjalan proses pembangunan melalui penanaman modal didalam melakukan kesejahteraan rakyat dan aspek kemajuan rakyat. 8. asas berwawasan lingkungan : bahwa dalam penanaman modal harus memperhatikan lingkungan supaya tidak melakukan pengerusakan lingkungan.

21 9. asas kemandirian : harus mngedepankan kemandirian pemerintah didalam penanaman modal,berusaha dalam menanam modal dalam bidang usaha. 10. asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah keseimbangan yang dimana bisa menikmati oleh semua masyarakat yang ada. Serta apa yang dihasilkan dalam usaha kesatuan nasional tidak juga dinikmati oleh para penanam modal tetapi juga mementingkan semua masyarakat. Sedangkan beberapa asas yang terdapat dalam UUPM yang lainnya yakni sebagai berikut: a. asas ekonomi perusahaan : penanam modal harus diusahakan secara optimal untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien dalam rangka mendapatkan keuntungan. (Pasal 26 UUPMA) b. asas hukum internasional: merupakan asas di dalam penyelesaian sengketa antara pemerintah dengan penanaman modal, apabila pemerintah melakukan tindakan nasionalisasi atau pencabutan hak milik secara menyeluruh dan penyelesaiannya harus didasarkan pada hukum internasional. (Pasal 21 UUPMA) c. asas demokrasi ekonomi : dilandasi adanya kebebasan yang meluas di era globalisasi. (Penjelasan Pasal 4 UU No. 6 Tahun 1968 tentang PMDN) d. asas kemanfaatan : semua pihak yang terkait didalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

22 Asas kepastian hukum yang dianut oleh Undang-undang Penanaman Modal, sesuai dengan teori dari Hans Kelsen dengan menyatakan ada dua hal yang penting bagi seseorang yang mempelajari Teori Hukum : pertama untuk memahami unsur-unsur penting dari teori hukum (teori hukum murni), kedua untuk merumuskan teori tersebut agar dapat mencakup masalah-masalah dan institusi-institusi hukum terutama berkaitan dengan tradisi dan suasana hukum sipil, anglo saxon. Teori hukum umum berguna untuk menerangkan hukum positif sebagai bagian dari suatu masyarakat tertentu. Jadi teori ini berusaha untuk menerangkan secara ilmiah tentang tata hukum tertentu yang menggambarkan komunitas hukum terkait. Filosofi hukum yang ada pada waktu itu telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain, dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. Oleh karenanya, Kelsen mengusulkan sebuah bentuk kemurnian teori hukum yang berupaya untuk menjauhkan bentuk-bentuk reduksi atas hukum.yurisprudensi ini dikarakterisasikan sebagai kajian kepada hukum, sebagai satu objek yang berdiri sendiri, sehingga kemurnian menjadi prinsip-prinsip metodolgikal dasar dari filsafatnya. Perlu dicatat bahwa paham anti-reduksionisme ini bukan hanya merupakan metodoligi melainkan juga substansi. Kelsen meyakini bahwa jika hukum dipertimbangkan sebagai sebuah praktek normatif, maka metodologi yang reduksionis semestinya harus dihilangkan. Akan tetapi, pendekatan ini tidak hanya sebatas permasalahan metodologi saja.