BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia remaja merupakan masa yang penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik maupun mental, aktivitas yang makin meningkat serta sering disertai dengan perubahan pola konsumsi pangan. Menurut WHO (1989) remaja adalah mereka yang berusia antara 10 hingga 24 tahun (Wall, 1998). Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. (Steinberg L, 2009). Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Supartini, 2004). Sementara itu, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 mengatakan bahwa remaja dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien dan malnutrisi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai masalah 1
2 gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada remaja 13-15 tahun adalah (11.1%) terdiri dari (3,33%) sangat kurus dan (7,8%) kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun adalah sebesar (10,8 %) yang terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%) obesitas. Di Provinsi Jawa Timur, prevalensi kejadian kegemukan berada diatas angka nasional (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukan terjadi pada usia remaja awal. IDAI (2013) menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm (2006) dalam jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehat penting bagi remaja karena dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan gizi, sehingga menghasilkan kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti (Sangperm, 2006). Salah satu asupan makanan yang penting dikonsumsi pada usia remaja adalah susu, karena susu merupakan sumber kalsium terbaik (IDAI, 2013). Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah (Sumoprastowo, 2000). Sumber utama kalsium pada umumnya adalah susu yang mengandung kalsium sekitar 1150 mg per liter (Almatsier, 2010). Sumber utama kalsium masyarakat di negara-negara Barat adalah susu sapi dan produk olahan dari susu sapi, sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, susu masih dianggap sebagai bahan pangan mahal, sehingga hanya mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Menurut Khomsan (2006), di negara-negara Barat, kebiasaan minum susu telah mendarah daging sejak anak masih kecil hingga dewasa, sedangkan di negara-
3 negara berkembang upaya penggalakan minum susu masih menghadapi kendala status ekonomi penduduk yang umumnya rendah (Khomsan, 2006). Kalsium adalah mineral pembentuk tulang yang esensial dan harus dikonsumsi dalam jumlah yang adekuat selama masa kanak-kanak dan remaja untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang yang sehat (The National Academies Press, 2011). Asupan kalsium untuk pertumbuhan tulang pada remaja termasuk dalam kategori rendah pada beberapa populasi. Dampaknya, asupan kalsium yang sangat rendah pada masa kanak-kanak dan remaja dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, rendahnya pertambahan mineral tulang, dan meningkatkan resiko osteoporosis pada masa remaja dan usia tua (Prentice et al., 2012). Beberapa penelitian juga telah menginvestigasi bahwa konsumsi susu tinggi kalsium dapat mencegah terjadinya kegemukan (Angeles et al., 2010). Untuk mendukung pernyataan tersebut, studi intervensi menunjukkan bahwa kalsium, terutama kalsium dari susu sapi dan produk olahan dari susu sapi, membantu proses penurunan berat badan dan lemak tubuh (Janne dan Arne, 2011). Selain itu, Tremblay dan Gilbert dalam jurnalnya mengatakan bahwa menurut data epidemiologi menunjukkan bahwa rendahnya konsumsi kalsium merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kegemukan dan obesitas (Tremblay dan Gilbert, 2011). Namun, paradigma di masyarakat masih saja menganggap bahwa mengkonsumsi susu sapi dapat menyebabkan bertambahnya berat badan (Surya, 2010). Meskipun demikian, beberapa studi yang menyatakan bahwa susu sapi maupun produk olahan susu sapi dapat mempengaruhi berat badan masih menjadi kontroversi (Mu Chen et al, 2012). Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan
4 oleh Mu Chen dkk (2012), konsumsi susu sapi tidak memiliki efek yang bermanfaat terhadap berat badan dan penurunan kadar lemak (Mu Chen et al, 2012). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini perlu dilakukan khususnya untuk lebih jelas mengetahui hubungan konsumsi susu sapi terhadap gambaran indeks massa tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun. Dari penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui lebih jauh tentang konsumsi susu sapi secara rutin dan hubungannya dalam mencegah terjadinya kegemukan dan obesitas. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan konsumsi susu sapi terhadap Indeks Massa Tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang hubungan kebiasaan konsumsi susu sapi terhadap Indeks Massa Tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.1.1 Untuk mengetahui jumlah remaja perempuan usia 12-15 tahun yang mengkonsumsi susu sapi di SMP Negeri 3 Malang. 1.3.1.2 Untuk mengetahui profil Indeks Massa Tubuh remaja usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang gizi dan endokrinologi,
5 khususnya tentang hubungan antara konsumsi susu sapi dengan indeks massa tubuh remaja putri. 1.4.2 Manfaat Masyarakat Umum Masyarakat bisa lebih peduli untuk memenuhi kebutuhan kalsium seharihari guna memenuhi kebutuhan gizi, menunjang kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik. 1.4.3 Manfaat Pelayanan Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya upaya penggalakan minum susu sejak usia dini untuk menunjang kecukupan gizi dan tumbuh kembang remaja, 1.4.4 Manfaat Klinis Memberikan informasi mengenai manfaat dari susu sapi yang bukan hanya merupakan salah satu sumber kalsium terbaik tetapi memiliki manfaat lain untuk mencegah kegemukan dan obesitas.