BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. yang berusia antara 10 hingga 24 tahun (Wall, 1998).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga remaja (Depkes RI, 1999). dengan cepat dan berbeda pada setiap individunya (Nanik, 2012) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Periode pubertas akan terjadi perubahan dari masa anak-anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. asupan makanan yang semakin mengarah kepada peningkatan asupan makanan siap saji

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Siti Nur Fatimah, Ambrosius Purba, Kusnandi Roesmil, Gaga Irawan Nugraha. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

PENGGUNAAN GAYA CENTRIFUGASI TERHADAP PENGUJIAN KANDUNGAN LEMAK PADA SUSU PEMERAHAN SAPI DENGAN SUSU RENDAH LEMAK PASTEURISASI

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu usaha peternakan yang digalakkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

Identifikasi Status Gizi pada Remaja di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Univariat. 1. Karakteristik responden. Reponden pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar kelas

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terhambat dan menyebabkan rickets, sedangkan kekurangan. kalsium pada kelompok dewasa akan menyebabkan Osteoporosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia remaja merupakan masa yang penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan yang cepat baik fisik maupun mental, aktivitas yang makin meningkat serta sering disertai dengan perubahan pola konsumsi pangan. Menurut WHO (1989) remaja adalah mereka yang berusia antara 10 hingga 24 tahun (Wall, 1998). Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh. (Steinberg L, 2009). Untuk mencapai perubahan fisik yang optimal, remaja membutuhkan nutrisi yang esensial yaitu lebih banyak protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral (Supartini, 2004). Sementara itu, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tahun 2013 mengatakan bahwa remaja dihadapkan pada permasalahan gizi, khususnya defisiensi zat mikronutrien dan malnutrisi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mengenai masalah 1

2 gizi pada remaja awal adalah sebagai berikut: kejadian kurus pada remaja 13-15 tahun adalah (11.1%) terdiri dari (3,33%) sangat kurus dan (7,8%) kurus, sedangkan kejadian kegemukan pada remaja umur 13-15 tahun adalah sebesar (10,8 %) yang terdiri dari (8,3%) gemuk dan (2,5%) obesitas. Di Provinsi Jawa Timur, prevalensi kejadian kegemukan berada diatas angka nasional (Riskesdas, 2013). Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa masalah gizi kekurusan maupun kegemukan terjadi pada usia remaja awal. IDAI (2013) menyatakan bahwa masalah gizi pada remaja disebabkan karena perilaku makan yang tidak sehat. Sangperm (2006) dalam jurnalnya mengatakan perilaku makan yang sehat penting bagi remaja karena dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan gizi, sehingga menghasilkan kesehatan dan kualitas hidup lebih baik pada masa remaja serta dewasa nanti (Sangperm, 2006). Salah satu asupan makanan yang penting dikonsumsi pada usia remaja adalah susu, karena susu merupakan sumber kalsium terbaik (IDAI, 2013). Susu merupakan minuman bergizi tinggi yang dihasilkan ternak perah menyusui, seperti sapi perah, kambing perah, atau bahkan kerbau perah (Sumoprastowo, 2000). Sumber utama kalsium pada umumnya adalah susu yang mengandung kalsium sekitar 1150 mg per liter (Almatsier, 2010). Sumber utama kalsium masyarakat di negara-negara Barat adalah susu sapi dan produk olahan dari susu sapi, sedangkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, susu masih dianggap sebagai bahan pangan mahal, sehingga hanya mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Menurut Khomsan (2006), di negara-negara Barat, kebiasaan minum susu telah mendarah daging sejak anak masih kecil hingga dewasa, sedangkan di negara-

3 negara berkembang upaya penggalakan minum susu masih menghadapi kendala status ekonomi penduduk yang umumnya rendah (Khomsan, 2006). Kalsium adalah mineral pembentuk tulang yang esensial dan harus dikonsumsi dalam jumlah yang adekuat selama masa kanak-kanak dan remaja untuk pertumbuhan dan perkembangan tulang yang sehat (The National Academies Press, 2011). Asupan kalsium untuk pertumbuhan tulang pada remaja termasuk dalam kategori rendah pada beberapa populasi. Dampaknya, asupan kalsium yang sangat rendah pada masa kanak-kanak dan remaja dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan, rendahnya pertambahan mineral tulang, dan meningkatkan resiko osteoporosis pada masa remaja dan usia tua (Prentice et al., 2012). Beberapa penelitian juga telah menginvestigasi bahwa konsumsi susu tinggi kalsium dapat mencegah terjadinya kegemukan (Angeles et al., 2010). Untuk mendukung pernyataan tersebut, studi intervensi menunjukkan bahwa kalsium, terutama kalsium dari susu sapi dan produk olahan dari susu sapi, membantu proses penurunan berat badan dan lemak tubuh (Janne dan Arne, 2011). Selain itu, Tremblay dan Gilbert dalam jurnalnya mengatakan bahwa menurut data epidemiologi menunjukkan bahwa rendahnya konsumsi kalsium merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kegemukan dan obesitas (Tremblay dan Gilbert, 2011). Namun, paradigma di masyarakat masih saja menganggap bahwa mengkonsumsi susu sapi dapat menyebabkan bertambahnya berat badan (Surya, 2010). Meskipun demikian, beberapa studi yang menyatakan bahwa susu sapi maupun produk olahan susu sapi dapat mempengaruhi berat badan masih menjadi kontroversi (Mu Chen et al, 2012). Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan

4 oleh Mu Chen dkk (2012), konsumsi susu sapi tidak memiliki efek yang bermanfaat terhadap berat badan dan penurunan kadar lemak (Mu Chen et al, 2012). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penelitian ini perlu dilakukan khususnya untuk lebih jelas mengetahui hubungan konsumsi susu sapi terhadap gambaran indeks massa tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun. Dari penelitian ini diharapkan akan dapat diketahui lebih jauh tentang konsumsi susu sapi secara rutin dan hubungannya dalam mencegah terjadinya kegemukan dan obesitas. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ada hubungan konsumsi susu sapi terhadap Indeks Massa Tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang hubungan kebiasaan konsumsi susu sapi terhadap Indeks Massa Tubuh remaja perempuan usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.1.1 Untuk mengetahui jumlah remaja perempuan usia 12-15 tahun yang mengkonsumsi susu sapi di SMP Negeri 3 Malang. 1.3.1.2 Untuk mengetahui profil Indeks Massa Tubuh remaja usia 12-15 tahun di SMP Negeri 3 Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik Meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang gizi dan endokrinologi,

5 khususnya tentang hubungan antara konsumsi susu sapi dengan indeks massa tubuh remaja putri. 1.4.2 Manfaat Masyarakat Umum Masyarakat bisa lebih peduli untuk memenuhi kebutuhan kalsium seharihari guna memenuhi kebutuhan gizi, menunjang kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik. 1.4.3 Manfaat Pelayanan Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya upaya penggalakan minum susu sejak usia dini untuk menunjang kecukupan gizi dan tumbuh kembang remaja, 1.4.4 Manfaat Klinis Memberikan informasi mengenai manfaat dari susu sapi yang bukan hanya merupakan salah satu sumber kalsium terbaik tetapi memiliki manfaat lain untuk mencegah kegemukan dan obesitas.