BAB I PENDAHULUAN. merupakan cita-cita setiap daerah. Dalam mencapai good governance dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

ABSTRAK. Kata kunci: Anggaran, Budgetary Goal Characteristics, Self-Efficacy, Kinerja Manajerial. iii

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

PENGARUH KARAKTERISTIK ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Survey Pemerintah Daerah Se Eks Karisidenan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi di berbagai bidang yang berlangsung di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas merupakan suatu institusi pendidikan tinggi yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah sebagai salah satu organisasi sektor publik setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik juga dituntut untuk mampu bersaing dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan

(Survei Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget) yang

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu. Salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget)

BAB I PENDAHULUAN. bisnis secara komprehensif sehingga manajer masing-masing fungsi. demikian juga kinerja organisasi secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan kompetitor. Terlebih lagi pada era global saat ini, persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada. bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah. Adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. anggaran, evaluasi anggaran - general, evaluasi anggaran punitive, umpan balik

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Reformasi di Indonesia dari Zaman orde baru telah mendorong terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi. Istilah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat signifikan. Pada tahun 2014 tercatat jumlah perguruan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

PENGARUH BUDAYA PATERNALISTIK DAN KOMITMEN ORGANISASI PADA HUBUNGAN BUDGETARY GOAL CHARACTERISTICS DENGAN KINERJA MANAJERIAL

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis yang semakin kompetitif mendorong perusahaan-perusahaan

BAB1 PENDAHULUAN. Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban yang berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya dunia bisnis, semakin kompleks pula masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi diantara para pelaku bisnis juga semakin ketat. Menurut Hansen &

(Survey Pada Rumah Sakit Di Wilayah Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat (Mardiasmo,

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi termasuk institusi pendidikan dalam melaksanakan

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Henny Zurika Lubis (Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara) ABSTRAK

SUKMA BAYU AJI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu. mempertahankan kelangsungan hidup serta mampu untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu menentukan tindakan-tindakan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. mungkin. Untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi operasional maka

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih atau good governance merupakan cita-cita setiap daerah. Dalam mencapai good governance dapat dilakukan dengan pembangunan daerah yang saling bersinergi antara pemerintah, swasta dan masyarakat pada bidang ekonomi, hukum, sosial, maupun lingkungan. Bentuk nyata yang perlu dilakukan oleh pemerintah terlebih dahulu untuk mencapai good governance yaitu meningkatkan kinerja dengan sebaik baiknya di dalam instansi pemerintahan tersebut. Dengan adanya UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan diperkuat dengan PP No 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah menjelaskan bahwa dalam melaporkan keuangan daerah harus disertakan informasi tentang kinerja instansi pemerintah dalam mencapai anggaran apakah sudah terealisasi dengan baik dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan dalam pemerintah daerah. Keberhasilan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahannya dapat dilihat dari kinerja yang dicapai. Untuk mencapai kinerja yang baik pemerintah perlu meningkatkan kualitas maupun kemampuan manajerialnya. Pemerintah daerah yang memiliki kinerja manajerial yang baik akan memiliki dampak positif bagi jalannya roda pemerintahan. Dalam pemerintahan daerah kinerja manajerial dapat diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh kepala 1

2 dinas sampai dengan kepala sub bidang serta dibutuhkan dukungan kinerja dari staff. Kinerja manajerial tersebut dapat mencapai keberhasilan apabila perencanaan yang disusun terealisasi sesuai dengan apa yang diharapkan. Kinerja manajerial yang baik dan efektif apabila kepala dinas mampu menjalankan fungsi manajemen yaitu melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di dalam sebuah organisasi (Handoko, 2003). Proses perencanaan di dalam fungsi manajemen sangat dibutuhkan dalam pemerintahan daerah. Bentuk perencanaan dalam pemerintahan daerah dapat diwujudkan dengan anggaran. Dengan adanya anggaran maka kepala dinas bisa merencanakan program kerjanya. Semakin baik proses perencanaan anggaran maka semakin baik pula kepala dinas merencanakan program kerja yang diharapkan pada akhirnya kinerja manajerial akan berjalan efektif dan efisien. Anggaran menurut Kenis (1979) dapat berfungsi untuk mengevaluasi, memotivasi, mengkomunikasikan, dan mengkoordinasikan kinerja. Empat fungsi anggaran tersebut dapat terlaksana ketika manajer tingkat atas dan manajer tingkat bawah bersinergi untuk mencapai anggaran yang sesuai tujuan instansi. Selain empat fungsi anggaran tersebut, Haryanti (2016) menyatakan bahwa fungsi anggaran dapat menilai kinerja para manajer. Penilaian kinerja berhubungan dengan anggaran dikarenakan anggaran mempunyai pengaruh terhadap perilaku manajer baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Perilaku positf timbul ketika tujuan manajer sejalan dengan tujuan organisasi

3 dan manajer menjadi penggerak dalam mencapai tujuan organisasi. Perilaku negatif akan timbul ketika perilaku manajer bertentangan dengan tujuan organisasi. Dengan tercapainya kesesuaian antara tujuan manajer dan tujuan organisasi yang mengakibatkan manajer dapat menjadi penggerak untuk mencapai tujuan organisasi tersebut maka anggaran dapat berjalan secara ideal. Selain diperlukan kesesuaian antara tujuan manajer dan organisasi, agar pelaksanaan anggaran dapat berjalan secara ideal, Kenis (1979) menentukan penyusunan dan penerapan anggaran harus memperhatikan budgetary goal characteristics (karakteristik tujuan anggaran) yang merupakan instrumen dalam mencapai tujuan anggaran serta terdiri atas beberapa indikator yaitu partisipasi anggaran (budgetary participation), kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), umpan balik anggaran (budgetary feedback), evaluasi anggaran (budgetary evaluation), dan kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty). Kelima indikator karakteristik tujuan anggaran tersebut akan memudahkan pimpinan untuk menyusun target suatu anggaran. Adanya target anggaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi maka dapat memberikan tingkat kepuasan dalam menjalankan dan mempengaruhi kinerja manajerial. Indikator dalam budgetary goal characteristics mempunyai pengaruh masing-masing terhadap kinerja manajerial. Wardhani dan Sudaryati (2015) menyatakan partisipasi anggaran (budgetary participation) dapat meningkatkan kinerja manajerial yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektifitas organisasi. Apabila manajer mengerti tentang anggaran yang dibuat

4 dan manajer terlibat dalam penyusunan anggaran maka kinerja manajer akan baik. Pada indikator kedua yaitu kejelasan sasaran anggaran (budget goal clarity), suatu organisasi yang memiliki sasaran anggaran yang jelas akan lebih produktif dibanding dengan organisasi yang tidak memiliki kejelasan sasaran anggaran serta mampu memotivasi manajer untuk melaksanakan kinerja yang terbaik. Kejelasan sasaran anggaran dapat membantu manajer untuk mencapai tujuan organisasi sebagaimana tercantum dalam perencanaan anggaran sehingga secara logis kinerja dapat tercapai dengan baik (Apriani dkk, 2016). Pada indikator ketiga yaitu umpan balik anggaran (budgetary feedback). Umpan balik anggaran terjadi ketika sasaran anggaran tercapai dan dilaksanakannya proses evaluasi terhadap kegiatan yang telah direncanakan sehingga mampu memotivasi manajer untuk meningkatkan kinerja serta mengurangi adanya penyimpangan terhadap anggaran (Murthi dan Sujana, 2009). Pada indikator keempat yaitu evaluasi anggaran (budgetary evaluation), dengan adanya evaluasi anggaran manajer akan memiliki dorongan untuk melakukan usaha yang lebih giat demi menghasilkan tercapainya anggaran yang lebih baik serta efektif dan tidak melakukan kesalahan yang sama pada periode sebelumnya dimana manajer dengan kesadaran evaluasi anggaran akan memiliki komitmen tujuan tinggi yang akan meningkatkan kinerja (Sari, 2017). Sedangkan untuk indikator terakhir yaitu kesulitan sasaran anggaran (budget goal difficulty), kesulitan sasaran anggaran akan memberikan tekanan pada manajer dan memotivasi manajer sehingga diharapkan akan meningkatkan kinerja pejabat pemerintahan (Wardhani dan Sudaryati, 2015).

5 Penelitian mengenai hubungan budgetary goal characteristics dengan kinerja manajerial sudah banyak dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budgetary goal characteriscs berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial yaitu penelitian yang dilakukan oleh Wiratmi dkk (2014), Wirawati dkk (2014), Panjaitan (2017), Mutmainah dan Riharjo (2015), Aziz dkk (2015), Haryanti (2016), dan Lubis (2009). Penelitian tersebut menunjukkan semakin tinggi karakteristik tujuan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajerial. Hubungan antara budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial dapat menjadi lebih kuat atau sebaliknya menjadi lebih lemah dengan adanya faktor lain yang terlibat dalam anggaran dan organisasi. Faktor lain yang dapat memperkuat atau memperlemah ini dapat disebut sebagai variabel moderating. Variabel moderating pada penelitian ini adalah kecukupan anggaran dan komitmen tujuan anggaran. Variabel moderating pertama yaitu kecukupan anggaran merupakan salah satu faktor situasional yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial. Manajer dan karyawan dengan dukungan anggaran yang mencukupi akan dapat mencapai kinerja yang lebih tinggi dari pada manajer dan karyawan tanpa dukungan anggaran yang mencukupi akan mencapai kinerja yang lebih rendah (Supriyono, 2004). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Haryanti (2016) memberikan hasil bahwa kecukupan anggaran memoderasi hubungan antara budgetary goal charactristics terhadap kinerja manajerial. Selain itu pada penelitian Putra dkk (2014), kecukupan anggaran juga dapat memoderasi hubungan antara

6 partisipasi anggaran yang merupakan komponen dalam budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putra (2014) dan Haryanti (2016) menunjukkan bahwa anggaran mencukupi akan dapat mempengaruhi hubungan budgetary goal characteristics ataupun partispasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Variabel moderating kedua yaitu komitmen tujuan anggaran sangat penting untuk menentukan kinerja manajer. Seseorang akan mempunyai kinerja lebih baik ketika mereka mau berkomitmen untuk mencapai tujuan anggaran (Locke, 1981). Penelitian tentang komitmen tujuan anggaran sebagai variabel moderating sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut menggunakan kinerja manajerial sebagai variabel dependen dan partisipasi anggaran sebagai variabel independen. Diantara hasil yang menyatakan bahwa komitmen tujuan anggaran dapat menjadi variabel moderating pada hubungan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra (2014), Indarto dan Ayu (2011), Giri (2014). Pada penelitian ini pemilihan budgetary goal characteristics sebagai variabel independen menjadi pembeda dan belum pernah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Dengan pertimbangan bahwa variabel independen pada penelitian sebelumnya yaitu partisipasi anggaran merupakan bagian dari budgetary goal characteristics selain kejelasan sasaran anggaran, evaluasi anggaran, umpan balik anggaran, dan kesulitan sasaran anggaran. Penelitian ini menggunakan lima indikator budgetary goal characteristics yang menjadi satu kesatuan yang akan mempengaruhi variabel

7 dependen yaitu kinerja manajerial dan bukan per indikator yang akan mempengaruhi kinerja manajerial karena penelitian ini menggunakan variabel moderating dimana tidak ada penelitian terdahulu untuk setiap indikator budgetary goal characteristics dalam penelitian yang mempengaruhi kinerja manajerial dengan adanya variabel moderating. Penelitian ini dilakukan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo dengan pertimbangan kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo terjadi fenomena terkait anggaran yang belum mempunyai komitmen yang kuat untuk mencapai tujuan anggaran. Sebanyak lima pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo selaku pejabat pembuat komitmen dimutasi dikarenakan tidak bisa menyerap anggaran DAK (Dana Alokasi Khusus) tahun 2016 yang telah dialokasikan untuk sekolah-sekolah di Kabupaten Ponorogo. Hal ini sangat menyulitkan kinerja pemerintah karena ketika anggaran tersebut tidak terserap akan menjadi silpa (sisa lebih perhitungan anggaran) dan akan merugikan masyarakat serta membuat roda pemerintahan tidak bisa berjalan secara efektif (http://m.beritajatim.com). Sedangkan Pejabat Humas Kabupaten Ponorogo melakukan penyalahgunaan anggaran Hubungan Masyarakat dan Protokol Pemerintah Kabupaten Ponorogo dengan cara melakukan mark up sebagian anggaran tahun 2013 senilai Rp 1,4 miliar dan 2014 sebanyak Rp 1,5 miliar dan membuat laporan keuangan fiktif (https://nasional.tempo.co). Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas yang ditunjang oleh hasil penelitian-penelitian terdahulu, memotivasi peneliti untuk mengkaji lebih

8 dalam adakah pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial di SKPD Kabupaten Ponorogo dengan memasukkan kecukupan anggaran dan komitmen tujuan anggaran sebagai variabel moderating. Maka peneliti termotivasi untuk menguji Pengaruh Budgetary Goal Characteristics terhadap Kinerja Manajerial dengan Kecukupan Anggaran dan Komitmen Tujuan Anggaran sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo). 1.2. Perumusan Masalah Dengan bersandar bukti dan teori yang terdapat dalam penelitian terdahulu serta berdasarkan penjelasan pada latar belakang terdapat tiga pertanyaan yang dapat dirumuskan pada permasalahan penelitian ini : 1. Bagaimana pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimana kecukupan anggaran memperkuat atau memperlemah hubungan budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo? 3. Bagaimana komitmen tujuan anggaran memperkuat atau memperlemah hubungan budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo?

9 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui : 1. Pengaruh budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo. 2. Kecukupan anggaran memperkuat atau memperlemah hubungan budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo. 3. Komitmen tujuan anggaran memperkuat atau memperlemah hubungan budgetary goal characteristics terhadap kinerja manajerial pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ponorogo. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Universitas Menjadi tambahan literatur dan memberikan pengembangan konseptual bagi penelitian sejenis maupun bagi akademika yang lainnya khususnya di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo. 2. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan infomasi yang bermanfaat untuk pemerintah daerah dalam menyusun anggaran

10 dan dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat strategi manajemen untuk meningkatkan kinerja. 3. Bagi Peneliti Memperluas pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial dan dapat menambah kemampuan berpikir dalam menyelesaikan permasalahan sehingga dapat bermanfaat di masa yang akan datang. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan literatur dan referensi sebagai pertimbangan maupun pemikiran untuk menemukan masalah baru di dalam penelitian yang akan datang. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memotivasi peneliti yang akan datang untuk melakukan penelitian dalam bidang akuntansi khususnya penganggaran pada sektor publik.