April 2018 Volume 01 No 02

dokumen-dokumen yang mirip
Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA PENGOLAHAN GULA AREN DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS PRODUKSI TEBU DAN GULA DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO)

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

IDENTIFIKASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH DI KPHL TARAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH USAHA KOPI BUBUK ROBUSTA DI KABUPATEN LEBONG (STUDI KASUS PADA USAHA KOPI BUBUK CAP PADI)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RISIKO USAHA PADA AGROINDUSTRI SERUNDENG UBI JALAR DI KECAMATAN SIULAK KABUPATEN KERINCI

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG NANGKA (Musa paradisiaca,l) (Studi Kasus di Perusahaan Kripik Pisang Krekes di Loji, Wilayah Bogor)

III. METODE PENELITIAN. langsung terhadap gejala dalam suatu masyarakat baik populasi besar atau kecil.

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KOPI ATENG YANG MENJUAL DALAM BENTUK GELONDONG MERAH (Cherry red) DENGAN KOPI BIJI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI STROBERI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja disektor pertanian (Husodo, dkk, 2004:23- meningkatnya peranan sektor-sektor industri.

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA PRODUK OLAHAN KERUPUK WORTEL DAN SIRUP WORTEL

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

PERAN AGROINDUSTRI PADI DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN SUMBANG

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

MIMPI MANIS SWASEMBADA GULA

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

NILAI TAMBAH OLAHAN HASIL PERTANIAN PADA USAHA GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) MESRA JAYA KELURAHAN SAWAH LEBAR LAMA KOTA BENGKULU PENDAHULUAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

Steffi S. C. Saragih, Salmiah, Diana Chalil Program StudiAgribisnisFakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEPUNG TAPIOKA DI DESA NEGARATENGAH KECAMATAN CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ECONOMI VALUE ADDED OF BLUE SWIMMING CRAB (Portunus pelagicus) PROCESSING AT CV. LAUT DELI BELAWAN NORTH SUMATERA

DINAMIKA DAN RISIKO KINERJA TEBU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI GULA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Faktor Produktivitas Gula Nasional dan Pengaruhnya Terhadap Harga Gula Domestik dan Permintaan Gula Impor. Lilis Ernawati

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI TEBU DI LAHAN TEGALAN KASUS DI KABUPATEN BONDOWOSO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

ANALISA KOMPARATIF PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DAN VARIETAS IR

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI PINANG KECAMATAN SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA. Mawardati*

ANALISIS NILAI TAMBAH. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI MENDONG

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokkan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

Transkripsi:

April 2018 Volume 01 No 02 ANALISIS NILAI TAMBAH TEBU DI PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA KWALA MADU PTPN II Muhammad Thamrin 1 Desi Novita 2 dan Dita Ananda Sari 1 1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMSU-Medan 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UISU-Medan email : mhdthamrin@umsu.ac.id ABSTRACT This research was conducted at Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II in Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. The purpose of this research is to know the development of production and productivity of cane and sugar, to know the added value from cane processing to sugar. The research method used is survey method, with the sample of this research is staff processing section and staff section of production, sample determination is done by purposive sampling. The first used analysis method is trend analysis to know the development of cane and sugar production, the second using hayami method for value-added analysis. The results of this study show that the development of caneand sugar production and productivity at Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II from 2007-2017 always fluctuated. The increase and decrease of production is not fixed every year. The result of value added analysis of sugarcane by using hayami method showed that the added value of cane to sugar obtained is positive because the value added ratio> 0% is equal to 75%. Keywords: Cane, Sugar, Added Value, Production, Productivity ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II di Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui perkembangan produksi serta produktivitas tebu dan gula, untuk mengetahui nilai tambah dari hasil pengolahan tebu menjadi gula. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan sampel penelitian ini adalah staff dibagian pengolahan dan staff dibagian produksi, penentuan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Metode analisis yang digunakan yang pertama adalah analisis trend untuk mengetahui perkembangan produksi tebu dan gula, yang kedua menggunakan metode hayami untuk analisis nilai tambah. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perkembangan produksi serta produktivitas tebu dan gula di Pabrik Gula Kwala Madu dari tahun 2007-2017 selalu mengalami fluktuasi. Peninggkatan dan penurunan produksi tidak tetap setiap tahunnya. Hasil penelitian analisis nilai tambah tebu dengan menggunakan metode hayami menunjukkan nilai tambah tebu menjadi gula yang didapat adalah positif karena rasio nilai tambah >0% yaitu sebesar 75%. Kata Kunci: Tebu, Gula, Nilai Tambah, Produksi, Produktivitas A. PENDAHULUAN Pembangunan perekonomian Indonesia berkaitan erat dengan pembangunan pertanian, mengingat Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Pembangunan pertanian dengan pendekatan agroindustri merupakan alternatif pilihan yang dapat dikembangkan, sejalan dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan diera globalisasi yang menuntut adanya efisiensi dan efektivitas usaha. Produk pertanian dan agroindustri semakin diharapkan dalam pembangunan nasional. Tebu merupakan tanaman perkebunan musiman yang mengandung zat gula pada batang nya yang digunakan sebagai bahan baku produksi gula dalam negeri. Tebu hasil panen dapat dijual ke pabrik gula untuk memenuhi permintaan pasar akan gula. Produksi tebu nasional tahun ke tahun menunjukan adanya fluktuasi. Badan Ketahanan Pangan Nasional mengatakan sistem produksi, produktivitas dan efisiensi pada pangan strategis seperti gula masih cukup lemah. Sistem produksi gula sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari karakter sistem usahatani tebu skala kecil dan berafiliasi dengan PT. Perkebunan Nusantara dengan persoalan efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Kinerja industri gula nasional pada dekade terakhir mengalami penurunan baik dari sisi areal, produksi maupun tingkat efisiensi. Produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu penggunaan sarana produksi dan teknik budidayanya. Pelaksanaan pemupukan yang efisien yaitu waktu pemberian dan cara pemberian. Kombinasi jenis dan jumlah pupuk yang digunakan berkaitan erat 90

Muhammad Thamrin, Desi Novita, Dita Ananda Sari dengan tingkat produktivitas dan rendemen tebu 1. Rendemen tebu merupakan kandungan gula yang terdapat pada tebu. Untuk mendapatkan rendemen yang tinggi, tanaman harus bermutu baik dan ditebang pada saat yang tepat. Berbagai kasus yang mencuat dan bahkan menyebabkan konflik antara petani dan pabrik gula adalah karena ketidakjelasan penentuan rendemen 2. Produksi adalah segala kegiatan dalam menciptakan dan menambah kegunaan (utility) sesuatu barang dan jasa, untuk kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi dalam ilmu ekonomi berupa tanah, tenaga kerja, dan skill (organization, managerial, dan skills) 3. Produktivitas menyatakan rasio antara output dan input. Dalam pekerjaan pengukuran produktivitas, terlebih dahulu harus disusun defenisi kerja dan kemudian cara mengukur baik output maupun input. Secara garis besar setiap variabel dapat dinyatakan dalam satuan fisik atau satuan nilai rupiah. Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor, antara lain: varietas, tingkat kesesuaian lahan (termasuk luas dan kualitasnya), jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas pupuk dan input lainnya, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung (seperti irigasi) dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani 4. Di Sumatera Utara program ini dilaksanakan sejak tahun 2006. Penurunan produktivitas antara lain disebabkan faktor baku teknik budidaya yang tidak pernah dicapai. Menurunnya produktivitas lebih banyak disebabkan oleh aktivitas budidaya tebu telah menyimpang dari baku teknik budidaya mulai dari jarangnya menggunakan bibit dari sumber bibit sehat dan berkualitas, pengolahan tanah yang kurang sempurna, pemeliharaan tanaman seadanya, serta kurang baiknya penanganan tebang, muat dan angkut 5. Pada proses distribusi komoditas pertanian terjadi arus yang mengalir dari hulu kehilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan, dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah. Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu dengan cara menghitung nilai tambah selama proses pengolahan dan menghitung nilai tambah selama proses pemasaran 6. Peningkatan nilai tambah dari suatu produk agribisnis pada dasarnya tidak terlepas dari aplikasi teknologi yang tepat dan sistem manajemen yang professional. Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu perusahaan dengan teknologi yang lebih baik akan meningkatkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperolehnya 7. Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Jadi konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input fungsional seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian 8. Selanjutnya perlakuan-perlakuan serta jasa-jasa yang dapat menambah kegunaan komoditi tersebut disebut dengan input fungsional. Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk (from utility), menyimpan (time utility), maupun melalui proses pemindahan tempat dan kepemilikan. Gambar 1. Grafik perkembangan volume impor gula dan tetes tebu Indonesia, 2013-2015* Gambar 1 Menunjukan grafik perkembangan volume impor gula di Indonesia mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 409,98 ton dari tahun 2013 dan kembali naik pada tahun 2015 sebesar 436,12 ton. Sedangkan tetes tebu juga 91

ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA mengalami fluktuasi volume impor pada tahun 2014 menurun sebesar 21.19 ton dan mengalami penaikan pada tahun 2015 sebesar 23,48 ton. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Tebu Perkebunan Besar Negara Tahun 2013-2015 Provinsi Sumatera Utara Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi (Ton) (Ha) (Ton/Ha) 2013 7.198 29.485 4.096 2014 6.975 26.571 3.809 2015 6.298 24.071 3.822 Sumber :Direktorat Jendral Perkebunan Tabel 1 merupakan hasil produksi tebu perkebunan negara di Sumatera Utara dari tahun 2013-2015 produksi tebu setiap tahun mengalami penurunan. Maka produksi gula juga menurun. Hal ini dikarenakan pabrik gula yang ada di Indonesia cenderung menurun karena produksi bahan baku tebu yang tiap tahun mengalami penurunan produksi. Luas panen juga setiap tahun mengalami penurunan karena terjadinya konversi lahan mulai dari penggarapan lahan perkebunan oleh masyarakat sekitar dan pengalihan tanaman dari tebu menjadi tanaman perkebunan lain. Di Sumatera Utara memiliki dua pabrik gula yaitu Pabrik Gula Kwala Madu dan Pabrik Gula Sei Semayang. Namun yang masih beroperasi adalah Pabrik Gula Kwala Madu sedangkan Pabrik Gula Sei Semayang mulai dari tahun 2014 sudah tidak beroperasi karena Pabrik Gula Sei Semayang kekurangan bahan baku tebu untuk diproses menjadi gula. Pabrik Gula Kwala Madu merupakan salah satu pabrik gula yang masih mengolah tebu menjadi gula. Dengan demikian, peneliti ingin melakukan penelitian di Pabrik Gula Kwala Madu guna untuk melihat bagaimana perkembangan produksi tebu dan gula dan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan yang dilakukan di daerah penelitian. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan produksi dan produktivitas tebu dan gula di PTPN II Kwala Madu? 2. Berapa nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tebu sehingga menjadi gula? B. METODE PENELITIAN Metode survei adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) 8. Penelitian dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II di Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive Sampling dimana teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dimaksud seperti orang yang ahli dibidangnya 9. Dengan metode tersebut, maka ditetapkan yang menjadi sampel penelitian ini adalah staff ahli bidang pengolahan dan staff ahli dibagian produksi di Pabrik Gula Kwala Madu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Periode pengumpulan data dimulai dari tahun 2007-2017. Metode analisis data untuk mengidentifikasi rumusan masalah pertama menggunakan Analisis trend. Analisis trend digunakan untuk mengetahui perubahan nilai variabel dari waktu ke waktu juga dimaksudkan untuk melihat kecenderungan tingkat pertumbuhan produksi serta produktivitas gula dan tebu di PTPN II Kwala Madu. Maka digunakan rumus sebagai berikut : % pertumbuhan produksi= 00% Keterangan: Yt = Hasil produksi Yt ₁ = Hasil produksi sebelum Yt Untuk mengidentifikasi rumusan masalah kedua mengenai nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan tebu sehingga menjadi gula, maka dianalisis dengan menggunakan metode hayami. Analisis nilai tambah dengan menggunakan metode hayami adalah sebagai berikut: Tabel 2. Perhitungan Nilai Tambah Dengan Menggunakan Metode Hayami No Output, Input, Harga Formula 1 Hasil produksi (kg /tahun) A 2 Bahan baku (kg/tahun) B 92

Muhammad Thamrin, Desi Novita, Dita Ananda Sari 3 Tenaga kerja (HOK) C 4 Faktor konversi (1 / 2) A / B = M 5 Koefisien tenaga kerja (3 / 2) C / B = N 6 Harga produk (Rp / kg) D 7 Upah rerata (Rp / HOK) E Pendapatan 8 Harga Bahan Baku (Rp / kg) F 9 Bahan Tambahan (Rp / kg) G 10 Nilai produk (4x6) (Rp / kg) K = M X D 11 a. Nilai tambah (10-8-9) (Rp / kg) L = K - F - G b. Rasio nilai tambah (11a / 10) (%) H = (L / K) % 12 a. Imbalan TK langsung (5x7) (Rp / kg) P = N X E b. Bagian TK langsung (12a / 11a) (%) Q = (P / L) % 13 a. Keuntungan (11a - 12a) R = L - P b. Tingkat keuntungan (13a / 11a) (%) I = (R / L) % Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14 Margin (Rp / kg) S = K - F a. Pendapatan TK langsung 12a/14 (%) T = P / S (%) b. Bahan Tambahan 9/14 (%) U = G / S (%) c. Keuntungan Perusahaan 13a/14 (%) V = R / S (%) Sumber: Hayami et al (1987) Kriteria Nilai Tambah yaitu : Jika Rasio nilai tambah >0% maka nilai tambah tebu menjadi gula positif Jika Rasio nilai tambah <0% maka nilai tambah tebu menjadi gula negatif. C. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Produksi dan Produktivitas Tebu Analisis trend digunakan untuk menyelesaikan rumusan masalah pertama untuk mengetahui pengaruh waktu sebagai variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 3. Pertumbuhan Produksi Tebu (%0 Variabel dependen yang di gunakan dalam analisis trend masing-masing adalah produksi tebu, produktivitas tebu dan produksi gula. Analisis trend digunakan untuk mengetahui perubahan nilai variabel dari waktu ke waktu juga dimaksudkan untuk melihat kecenderungan tingkat pertumbuhan produksi serta produktivitas tebu dan gula di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II. Hasil dari penelitian yang dilakukan di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II perkembangan produksi serta produktivitas tebu dan gula selalu berfluktuasi setiap tahunnya. No. Tahun Produksi (Ton) % Pertumbuhan Produksi 1 2007 273.872,73 2 2008 399.170,79 31 3 2009 251.956,35-58 4 2010 515.389,62 51 5 2011 437.025,50-18 6 2012 421,879,72-4 7 2013 375.885.54-12 8 2014 258.40018-45 9 2015 500.870,18 48 10 2016 298.283,82-68 11 2017 190.838,16-56 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018. Rata-Rata % Pertumbuhan -13 93

Ton Tebu ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA Pada Tabel 3 persen pertumbuhan produksi tebu di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II mengalami fluktuasi jumlah produksi tebu setiap tahunnya. Rata-rata persen pertumbuhan tahun selama 10 tahun 600.000,00 500.000,00 400.000,00 300.000,00 200.000,00 100.000,00 399.170,79 273.872,73 251.956,35 PRODUKSI TEBU 515.389,62 437.025,50 adalah sebesar -13%. Persen pertumbuhan produksi tebu tertinggi berada pada tahun 2010 yaitu sebesar 51%. Sedangkan persen pertumbuhan produksi tebu terendah berada ditahun 2016 dengan nilai sebesar -68%. 421.879,72 375.885,54 298.283,82 258.400,18 500.870,18 190.838,16-2007 2008 2009 2010 2011 2013 2014 2015 2016 2017 Gambar 2. Grafik Perkembangan Produksi Tebu Tahun 2007-2017 Dari tabel persen produksi dan grafik produksi tebu dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 11 tahun produksi tebu selalu terjadi penurunan dan peningkatan produksi tebu yang tidak tetap pada tiap tahun yang berbeda. Ratarata persen pertumbuhan produksi tebu adalah - 13%. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan produksi tebu hingga 51% dengan angka produksi 515.389,62 ton tebu. Dan pada tahun 2016 merupakan jumlah persen produksi tebu dari tabel yang paling rendah sebesar -68%, sedangkan dari grafik pada tahun 2017 penurunan produksi tebu terendah dengan jumlah produksi tebu sebesar 190.838,16 ton tebu. Naik turunnya produksi setiap tahun banyak faktor yang mempengaruhi seperti pengalihan fungsi lahan perkebunan tebu yang dialihkan ketanaman perkebunan lainnya, penggarapan lahan perkebunan tebu oleh masyarakat dan kurang maksimalnya perawatan pada saat proses penanaman. Tabel 4. Pertumbuhan Produktivitas Tebu (%) No. Tahun Produktivitas (Ton/Ha) % 1 2007 50.39 2 2008 53.78 6 3 2009 45.64-18 4 2010 61.64 26 5 2011 79.48 22 6 2012 61.13-30 7 2013 58.82-4 8 2014 54.52-8 9 2015 64.56 16 10 2016 48.22-34 11 2017 42.33-14 94

Ton/Ha Muhammad Thamrin, Desi Novita, Dita Ananda Sari Rata-Rata % Pertumbuhan -4 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018. Dari Tabel 4 persen pertumbuhan produktvitas tebu rata-rata selama 10 tahun terakhir adalah -4%. Dimana pada tahun 2010 90 80 70 60 50 40 30 20 10 50,39 53,78 Produktivitas Tebu 45,64 61,64 79,48 menjadi persen produktivitas tebu tertinggi yaitu sebesar 26%, dan persen produktivitas terendah pada tahun 2016 dengan angka -34%. 61,13 58,82 54,52 64,56 48,22 42,33 0 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Gambar 3. Grafik Perkembangan Produktivitas Tebu Tahun 2007-2017 Dilihat dari Tabel dan Grafik produktivitas tebu pada tahun 2007-2017 rata-rata persen pertumbuhan produtivitas sebesar 4%, dan pada tahun 2010 persen pertumbuhan produktivitas menjadi yang paling tinggi selama 10 tahun terakhir sebesar 26% dengan jumlah produktivitas 61,64 ton/ha. Dan produktivitas tertinggi ditahun 2011 sebesar 79,48 ton/ha. Pada tahun 2016 adalah tahun pada saat persen produktivitas tebu terendah sebesar -38%. Dan produktivitas terendah pada tahun 2017 sebesar 42,33 ton/ha. Naik dan turunnya produktivitas tebu juga dipengaruhi oleh luas lahan tebu yang setiap tahun terjadi pengurangan dan penambahan yang berbeda. Faktornya masih dari penggarapan lahan oleh masyarakat atau alih fungsi lahan perkebunan tebu di alih fungsikan untuk tanaman lain yang dirasa lebih menguntungkan. Luas lahan sangat berpengaruh terhadap jumlah produksi tebu yang akan dihasilkan, karena apabila lahan sedikit maka jumlah produksi tebu pun menjadi berkurang, begitu pun sebaliknya apabila luas lahan semakin banyak maka jumlah produksi tebu pun akan meningkat namun jika di imbangi juga dengan perawatan tanaman tebu secara maksimal, maka produksi tebu akan meningkat dan tebu yang dihasilkan berkualitas. Perkembangan Produksi Gula Produksi gula dari PT. Perkebunan Nusantara II Kwala Madu hasil setiap tahunnya berfluktuasi sama seperti produksi dan produktivitas tebu. Karena jumlah tebu yang diproduksi juga berpengaruh terhadap besarnya hasil gula yang diproduksi di Pabrik Gula Kwala Madu PTPN II. Tabel 5. Pertumbuhan Produksi Gula (%) No. Tahun Produksi (Ton) % Pertumbuhan Produksi Gula 1 2007 17.077,00 2 2008 22.619,00 25 3 2009 14.347,49-58 4 2010 30.785,00 53 5 2011 24.806,50-24 95

Ton ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA 6 2012 24.997,00 1 7 2013 24.836,50-1 8 2014 18.259,75-36 9 2015 29.657,00 38 10 2016 17.877,50-66 11 2017 9.504,00-88 Rata-Rata % Pertumbuhan -16 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2018. Dari Tabel 5 persen pertumbuhan produksi gula juga mengalami fluktuasi tiap tahunnya, sama seperti persen pertumbuhan produksi tebu. Dilihat dari Tabel 5 nilai rata-rata persen pertumbuhan produksi gula adalah -16%. Persen 35.000,00 30.000,00 25.000,00 20.000,00 15.000,00 17.077,00 22.619,00 Produksi Gula 30.785,00 14.347,49 24.806,50 pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun berada pada tahun 2010 yaitu 53%. Sedangkan persen pertumbuhan produksi terendah yaitu pada tahun 2017 sebesar -88 %. 24.997,00 24.836,50 18.259,75 29.657,00 17.877,50 10.000,00 5.000,00-9.504,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Gambar 4. Grafik Perkembangan Produksi Gula Tahun 2007-2017 Dari Gambar 4 merupakan grafik perkembangan produksi gula yang diolah di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan Nusantara II dari tahun 2007-2017. Jumlah produksi gula sama dengan produksi tebu berfluktuasi setiap tahunnya. Rata-rata persen pertumbuhan produksi gula sebesar -16%. Jumlah produksi tertinggi pada tahun 2010 sebesar 30.785,00 ton. Sedangkan persen pertumbuhan produksi gula tertinggi adalah 53% pada tahun 2010. Jumlah produksi gula paling menurun pada tahun 2017 sebesar 9.540,00 ton gula, persen pertumbuhan produksi gula paling rendah juga pada tahun 2017 yaitu sebesar -88%. Naik turunnya produksi gula tidak hanya karena banyaknya jumlah produksi tebu yang dihasilkan, tetapi kadar rendemen gula yang terdapat dalam tebu juga sangat mempengaruhi berapa besar jumlah gula yang dihasilkan dari proses pengolahan. Apabila produksi tebu tinggi namun rendemen gula dalam tebu rendah maka hasil produksi gula akan menurun, namun apabila produksi tebu tidak tinggi tetapi kadar rendemen gula dalam tebu tinggi maka hasil produksi gula bisa meningkat. Rendemen gula sangat berperan penting dalam jumlah produksi gula, rendemen yang tinggi biasa dipengaruhi dari umur tanaman tebu dan faktor cuaca. Rendemen yang baik pada saat tebu berumur 11-12 bulan untuk tanaman pertama, dan untuk tanaman kedua, ketiga dan keempat biasanya 11 bulan siap panen dan rendemen yang cukup tinggi. Selain umur panen tebu, rendemen bisa menurun apabila perawatan tebu tidak maksimal. Dan faktor cuaca juga mempengaruhi tingkat rendemen yang terdapat dalam tebu, apabila sebelum masa panen tebu musim hujan, maka rendemen tebu akan menurun dan jumlah produksi gula pun akan menurun. Itulah penyebab naik turunnya produksi gula. 96

Ton Muhammad Thamrin, Desi Novita, Dita Ananda Sari 600.000,00 500.000,00 400.000,00 Produksi Tebu dan Gula 515.389,62 500.870,18 421.879,72 399.170,79 437.025,50 375.885,54 Tebu 300.000,00 251.956,35 298.283,82 Gula 273.872,73 258.400,18 200.000,00 190.838,16 100.000,00 22.619,00 30.785,00 24.997,00 18.259,75 17.877,50 17.077,00-9.504,00 14.347,49 24.806,50 24.836,50 29.657,00 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Gambar 5. Grafik Produksi Tebu dan Gula Tahun 2007-2017 Dari gambar 5 grafik produksi tebu dan gula penurunan dan peningkatan produksi tiap tahunnya tidak tetap. Produksi tebu tertinggi ditahun 2010 dengan jumlah produksi gula yang tertinggi juga ditahun yang sama. Jumlah tebu sebesar 515.389,62 ton dan jumlah gula yang dihasilkan sebesar 30.785,00 ton. Sedangkan jumlah produksi tebu terendah dan jumlah produksi gula terendah berada ditahun 2017. Jumlah produksi tebu sebesar 190.838,16 ton dan jumlah produksi gula yang dihasilkan sebesar 9.504,00 ton. Dapat disimpulkan bahwa jumlah produksi tebu berpengaruh terhadap jumlah produksi gula yang dihasilkan dari proses pengolahaan dipabrik. Namun selain jumlah produksi tebu, kadar rendemen gula yang terdapat didalam tebu juga sangat mempengaruhi jumlah produksi gula yang dihasilkan. Nilai Tambah Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran 10. Melihat besarnya nilai tambah digunakan metode Hayami. Menurut Hayami, nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai yang di gunakan selama proses berlangsung. Kegiatan pengolahan tebu menjadi gula akan mengakibatkan bertambahnya nilai komoditas tersebut 11. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tebu sehingga menjadi gula adalah Metode Hayami. Perhitungan nilai tambah yang dilakukan pada proses pengolahan tebu di pabrik gula dengan tujuan untuk mengukur besarnya nilai tambah yang terjadi akibat adanya proses pengolahan tebu menjadi gula yang siap dipasarkan. Analisis nilai tambah berguna untuk menguraikan masing-masing faktor-faktor produksi menurut sumbangan masing-masing faktor-faktor produksi, serta berguna untuk mengetahui distribusi nilai tambah terhadap tenaga kerja. Berikut ini merupakan tabel perhitungan nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah sebagai berikut : 97

ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA Tabel 6. Hasil Perhitungan Nilai Tambah dengan Menggunakan Metode Hayami No Output, Input, Harga Gula 1 Hasil Produksi (Kg /Tahun) 9.504.000 2 Bahan Baku (Kg/Tahun) 190.838.160 3 Tenaga Kerja (HOK) 132.600 4 Faktor Konversi (1 / 2) 0,05 5 Koefisien Tenaga Kerja (3 / 2) 0,0007 6 Harga Produk (Rp / Kg) 9.090 7 Upah Rerata (Rp / HOK) 101.858 Pendapatan 8 Harga Bahan Baku (Rp / Kg) 0 9 Bahan Tambahan (Rp / Kg) 114,32 10 Nilai Produk (4x6) (Rp / Kg) 452,69 11 A. Nilai Tambah (10-8-9) 338,37 B. Rasio Nilai Tambah (11a / 10) (%) 75 12 A. Imbalan TK Langsung (5x7) (Rp/Kg) 70,77 B. Bagian TK Langsung (12a / 11a) (%) 21 13 A. Keuntungan (11a - 12a) 267,60 B. Tingkat Keuntungan (13a / 11a) (%) 79 Balas Jasa Untuk Faktor Produksi 14 Margin (Rp / Kg) 452,69 A. Pendapatan TK Langsung 12a/14 (%) 16 B. Bahan Tambahan 9/14 (%) 25 C. Keuntungan Perusahaan 13a/14 (%) 59 Sumber:Data Sekunder Diolah, 2018. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka produk yang dihasilkan dari Pabrik Gula Kwala Madu adalah berupa gula. Gula merupakan salah satu bahan sembako yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penjelasan mengenai perhitungan yang terdapat pada Tabel 6, dapat dilihat sebagai berikut : Dari Tabel 6, dilihat bahwa hasil produksi berupa gula yang dihasilkan adalah sebesar 9.504,000 kg/tahun. Hasil produksi ini diperoleh selama 98 hari VII periode giling pada tahun 2017 dimana pada periode I selama 15 hari, periode II selama13 hari, periode III selama 15 hari, periode IV selama 16 hari, periode V selama 15 hari, periode ke VI selama 15 hari dan periode ke VII selama 9 hari. Sedangkan bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan ini adalah tebu. Tebu yang akan digiling merupakan tebu yang telah masak panen dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Bahan baku awal harus ada setiap kali akan melakukan kegiatan produksi karena bahan baku merupakan kunci utama dalam proses pengolahan yang akan berlangsung. Dari Tabel 6, tebu yang diperoleh sebanyak 190,838,160 kg/tahun. Tebu-tebu tersebut diperoleh dari Unit Kebun Kwala Madu, Kebun Sei Semayang, dan Tebu dari petani TRI. Karena tebu yang dihasilkan oleh kebun Kwala Madu tidak mencukupi kapasitas giling dan Pabrik Gula Sei Semayang juga sudah tidak beroperasi lagi, maka Pabrik Gula Kwala Madu juga memperoleh tebu yang berasal dari Kebun Sei Semayang dan petani TRI. Namun walaupun begitu jumlah bahan baku masih tidak bisa menghasilkan jumlah gula yang banyak karena, jumlah produksi gula tidak hanya dipengaruhi oleh banyak nya jumlah produksi tebu tetapi dipengaruhi oleh tingkat rendemen gula yang terdapat pada tebu. Dari Tabel 6, faktor konversi yang diperoleh adalah sebesar 0,05. Faktor konversi ini diperoleh dari pembandingan antara hasil produksi dengan bahan baku. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg tebu akan menghasilkan 0,05 kg gula. Sedangkan koefisien tenaga kerja merupakan pembandingan antara tenaga kerja dengan bahan baku, maka nilai yang diperoleh dari koefisien tenaga kerja adalah sebesar 0,0007. Dalam melaksanakan kegiatan produksinya Pabrik Gula Kwala Madu membutuhkan tenaga kerja. Adapun tenaga kerja langsung yang berpengaruh terhadap proses pengolahan di Pabrik Gula Kwala Madu sebanyak 442 orang. 98

Muhammad Thamrin, Desi Novita, Dita Ananda Sari Bekerja 8 jam 1 hari dan selama 300 hari dalam setahun, maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebesar 132,600 HOK. Pendapatan dari Tabel 6, dapat dilihat bahwa Pabrik Gula Kwala Madu tidak membeli bahan bahan baku. Hal ini dikarenakan adanya bagi hasil antara pihak kebun Kwala madu dengan Kebun Sei Semayang dan Petani TRI. Sehingga pada metode hayami, harga bahan baku bernilai nol (0) rupiah. Sistem pembagian hasilnya untuk gula yang dihasilkan 35% untuk pabrik Kwala Madu dan 65% untuk Kebun Sei Semayang atau Petani TRI. Dalam proses pengolahan tebu menjadi gula dibutuhkan bahan tambahan pengolahan yang dimasukkan dalam memproduksi gula sehingga menghasilkan gula yang sesuai dengan kriteria/standart yang telah ditentukan. Bahan tambahan yang dimaksud merupakan bahan tambahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam proses pengolahan sebagai komposisi produk yang bertujuan untuk menyempurnakan produk akhir yang dihasilkan. Biaya bahan tambahan dengan metode hayami sebesar Rp. 114,32/ Kg, nilai ini diperoleh dari perbandingan total biaya bahan tambahan yang diperlukan untuk proses pengolahan gula dengan jumlah gula yang dihasilkan. Lampiran 4 menujukkan rincian biaya bahan tambahan pengolahan tebu menjadi gula. Nilai produk gula yang dihasilkan sebesar Rp. 452,69 /kg, nilai produk ini diperoleh dari perkalian antara faktor konversi dan harga produk. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan tebu menjadi gula adalah sebesar Rp. 338,37/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku dan nilai input lain. Rasio nilai tambah gula yang diperoleh sebesar 75%, hal ini berarti rasio nilai tambah tebu menjadi gula >0% berarti memberikan nilai tambah positif. Rasio nilai tambah diperoleh dari perbandingan hasil nilai tambah dengan nilai produk dikali dengan 100%. Imbalan tenaga kerja langsung diperoleh dari perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah rerata tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 70,77/Kg, sedangkan persentasi imbalan tenaga kerja langsung terhadap nilai tambah gula adalah 21%. Imbalan terhadap modal dan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi dengan besarnya imbalan tenaga kerja. Keuntungan dari pengolahan tebu menjadi gula adalah Rp. 267,60/Kg. Dan tingkat keuntungan gula didapat dari perbandingan keuntungan dengan nilai tambah yaitu sebesar 79%. Tingkat keuntungan untuk menunjukkan berapa besar persentase keuntungan terhadap nilai tambah tebu menjadi gula. Balas Jasa Untuk Faktor Produksi Hasil analisis nilai tambah dengan Metode Hayami ini juga dapat menunjukkan marjin dari bahan baku tebu menjadi gula yang didistribusikan kepada imbalan tenaga kerja, sumbangan input lain, dan keuntungan perusahaan. Margin ini merupakan selisih antara nilai produk dengan harga bahan baku. Nilai Margin gula yang diperoleh adalah sebesar Rp. 452,69/kg. Bagian pendapatan tenaga kerja dari pengolahan diperoleh dari perbandingan antara imbalan tenaga kerja dengan margin dikali dengan 100%. Hasil dari bagian pendapatan tenaga kerja langsung untuk gula adalah sebesar 15,63%. Balas jasa untuk sumbangan input lain diperoleh dari perbandingan sumbangan input lain dengan margin dikali dengan 100%. Hasil dari balas jasa untuk input lain gula adalah sebesar 25,25%. Keuntungan perusahaan yang diperoleh dari nilai tambah tebu menjadi gula sebesar 59%, nilai ini diperoleh dari perbandingan keuntungan dengan margin dikali dengan 100%. D. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan tersebut: 1. Persen pertumbuhan produksi serta produktvitas tebu dan gula dari tahun 2007-2017 selalu berfluktuasi. Naik turunnya produksi tebu dan gula setiap tahun banyak faktor yang mempengaruhi seperti jumlah produksi, konversi lahan, dan kadar rendemen gula dalam tebu. 2. Analisis nilai tambah tebu dengan menggunakan metode hayami mendapatkan hasil bahwa rasio nilai tambah menjadi gula adalah positif karena rasio nilai tambah gula >0% yaitu sebesar 75%. DAFTAR PUSTAKA 1. Sutardjo. 1996. Budidaya Tanaman Tebu. Bumi Aksara. Jakarta. 2. Purwono, 2003. Penentuan rendemen gula tebu secara cepat. Paper Individu m.k. Pengantar Falsafah Sain, Institut Pertanian Bogor. 3. Sofyan Assauri,. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit FE-UI. Jakarta 4. Sirait, Lilis. 2009. Beberapa Faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja, Produktivitas, Dan Pendapatan Petani Sayur Mayur Di Kabupaten Karo. 5. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara. 2008. Teknologi Peningkatan Produktivitas Tebu Rakyat dan Pengenalan Varietas Unggul disumatera Utara. Medan. 99

ANALYSIS OF ADDITIONAL VALUE AT PABRIK GULA 6. Baroh, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Distribusi Keripik Nangka Studi Kasus pada Agroindustri Keripik Nangka di Lumajang. LP UMM. Malang. 7. Suryana, A. 1990. Diversifikasi Pertanian dalam Proses Mempercepat Laju Pembangunan Nasional. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 8. Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor 9. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 10. Suprapto, 2006. Proses Pengolahan dan Nilai Tambah.Penebar Swadaya, Jakarta. 11. Hayami, et all. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java : A Prospectif from a Sunda Village, Bogor. 100