DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lain. Hubungan antar manusia dapat terjalin ketika

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

HUBUNGAN ANTARA TAHAP PERKEMBANGAN PENALARAN MORAL DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN KONSEP DIRI DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DI SMK WIKARYA KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang. variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua.

KECEMASAN WANITA MENGALAMI MASA MENOPAUSE DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA PADA SMAN 1 KUPANG

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

Bab 3 Desain Penelitian

SKRIPSI. Oleh: STEFANY DWI RAHARJO

SKRIPSI. Oleh : Angelia Lukitasari Saragih NPM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 2 MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS II PAKET B YAYASAN PURNAMA KASIH KUPANG TAHUN AJARAN 2009 / 2010 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA STT GMI BANDAR BARU SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP N 4 GAMPING TAHUN

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI

III. METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

JURNAL HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VII SMP PGRI 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR

3. Belum ada yang meneliti tentang kesadaran gender siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

BAB II LANDASAN TEORI

THORIQ DWI CAHYONO NIM. K

OLEH : JOHAN IMANULLOH NIM K

PENGARUH KESIBUKAN ORANGTUA TERHADAP MORAL ANAK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SRANDAKAN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU AGRESIF SISWA DENGAN INTERAKSI SOSIAL. (Studi Deskriptif Kuantitatif Terhadap Siswa Kelas XI IPA 1 SMA

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA TERHADAP PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN ATAS DI SMP NEGERI 1 SAMBIREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN HUBUNGAN SOSIAL SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK 1 PUNDONG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DITINJAU DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP FACEBOOK SKRIPSI. Devia Setiani

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI DALAM MENGEMUKAKAN DAN MEMPERTAHANKAN PENDAPAT PADA SISWA KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional.

PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SIJUNJUNG

PERILAKU AGRESIF PADA ANAK DITINJAU DARI KONFORMITAS TERHADAP TEMAN SEBAYA

KEKERASAN DALAM PACARAN DITINJAU DARI KONFLIK DALAM KELUARGA

If you can dream it, you can do it (Walt Disney)

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 3 GODEAN SKRIPSI

KECEMASAN PADA WANITA PASCA MENOPAUSE DITINJAU DARI DUKUNGAN SOSIAL SUAMI SKRIPSI. Oleh : DEVINA KUSUMAWARDANI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSELING KEPADA GURU BK TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BIMBINGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI. Tahun Pelajaran 2015/2016 ) SKRIPSI.

Esa Gunarti Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PENGARUH KETERSEDIAAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT BACA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 MAGELANG TAHUN AJARAN 2014/2015

Validitas Item Self-Esteem

EMA SAFITRI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

EFEKTIVITAS ALAT BANTU VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERAWAT DIRI ANAK GANGGUAN SPEKTRUM

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2008

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen. Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

AIFA RISMAWANTI K

Transkripsi:

DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Ol eh : Erawaty Wijaya Nim: 011114051 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Filipi 4 : 6) Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4 : 13) TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! (Mazmur 138 : 8) Dengan penuh syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus, kupersembahkan skripsi ini untuk : Tuhan Yesus Kristus Papa dan Mama Eva, Albert Sahabat-sahabatku

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 18 April 2007 Penulis Erawaty Wijaya

ABSTRAK DESKRIPSI TINGKAT ASERTIVITAS SISWA KELAS XI DI SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006 Erawaty Wijaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 2007 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan survei. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Jumlah anggota populasi adalah 110 orang. Penelitian ini menggunakan teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling kelompok acak sederhana (Cluster Random Sampilng). Instrumen penelitian adalah kuesioner asertivitas yang disusun peneliti dengan inspirasi kuesioner yang disusun oleh Riati Hia (2004) dengan memodifikasi beberapa pernyataan item dan mengubah jumlah alternatif jawaban. Alat yang dipakai untuk uji coba memiliki 52 butir pernyataan dan setelah uji coba ada 4 item pernyataan yang tidak valid sehingga jumlah item yang dipakai dalam penelitian sebanyak 48 butir pernyataan. Aspek-aspek asertivitas meliputi: (1) kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia, (2) kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri, (3) kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung, dan jujur tanpa merasa cemas atau merasa bersalah, (4) kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri, dan (5) kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi. Teknik analisis data yang digunakan adalah penggolongan tingkat asertivtias berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Kualifikasi tingkat asertivitas digolongkan menjadi lima yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: tidak ada (0 %) siswa yang memiliki asertivitas sangat tinggi, 6 siswa (5,4 %) memiliki asertivitas tinggi,

92 siswa (83,6 %) memiliki asertivitas cukup tinggi, 12 siswa (10,9 %) memiliki asertivitas rendah, dan tidak ada (0 %) siswa yang memiliki asertivitas yang sangat rendah. Secara keseluruhan perkembangan asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 belum ideal.

ABSTRACT DESCRIPTION OF THE XI GRADE STUDENTS ASSERTIVEBESS LEVEL AT GAMA SENIOR HIGH SCHOOL ACADEMIC YEAR OF 2005/2006 Erawaty Wijaya Sanata Dharma Yogyakarta University, 2007 The purpose of this research was to obtain better perspective on the XI grade students assertiveness level in GAMA Yogyakarta Senior High School, class of 2005/2006. This research was a descriptive survey. The population was the XI grade students of GAMA Yogyakarta Senior High School, class year of 2005/2006. Total number of population is 110 students. Sampling technique was also implemented in this research. The technique used was simple random group sampling technique (Cluster Random Sampling). The instrument used by the researcher for the resarch was assertiveness quetionnaire, inspired by similar quetionnaire composed by Riati Hia (2004) by modifying some of the item statements and changing the number of alternative answer. The instrument used for testing comprised of 52 statements, which then was reduced by 4 invalid statements resulting in 48 statements used in the research. Assertiveness aspects were: (1) the ability to show equality in human relationship, (2) the ability to act for his/her own interest, (3) the ability to acknowledge and express his/her own emotions, beliefs and thoughts clearly, directly, and honestly without anxiety or guilt, (4) the ability to uphold his/her own personal rights and self-defense, and (5) the ability to respect other individuals. Data analysis technique used was the assertiveness level classification based on type I Standarf Grading. Assertiveness level qualification was divided into: very high, high, quite high, low, and very low.

The results showed that no students (0%) had very high assertiveness level, 6 (5,4%) had high, 92 (83,6%) had quite high, 12 (10,9%) had low, and none (0%) had very low assertiveness. Overall, assertiveness development in GAMA Yogyakarta Senior High School XI grade student was not yet ideal.

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kekuatan dan berkat yang terbaik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat tersususn berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapa dan sahabat terbaikku, Tuhan Yesus Kristus. Terima kasih selalu ada bagiku. Engkau kekuatan dan sumber sukacitaku. I am nothing without YOU. Terima kasih atas kepercayaanmu dan menyelesaikan skripsi ini bagiku. YOU are my all in all JESUS. Love U LORD. 2. Drs. A. Samana, M.Pd sebagai pembimbing pertama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran selama proses penyusunan skirpsi. 3. Drs. Puji Purnomo, M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si sebagai Ketua Program Studi Bimbingan Konseling yang telah menyetujui topik skripsi ini. 5. Para Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai pengetahuan.

6. Dra. Sun Lestari sebagai Kepala sekolah SMA GAMA Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 7. Drs. Djasiman sebagai Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA GAMA Yogyakarta yang dengan penerimaan penuh dan memberi semangat kepada penulis. 8. Ibu Nathalia, S.Pd sebagai Guru Bimbingan dan Konseling SMA GAMA Yogyakarta yang telah membantu penulis dengan tulus selama penulis penelitian. 9. Para guru dan siswa-siswi kelas II SMA GAMA Yogyakarta yang telah berperan serta dalam proses penyelesaian skripsi ini. 10. Papa dan Mama yang selalu mendukungku, menyemangati dan mendoakanku. Terutama buat mama yang rajin telpon dan bertanya soal skripsi, memberi kata-kata penguatan, meyakinkanku PASTI BISA dan selalu mendorongku untuk lulus..^-^ xie2 ni a ma..i`m so proud of you mom, wo ai ni ma dan buat Papa yang selalu ada di hatiku, Era kangen..kangen..kangen Papa. Er udah lulus^-^ Love u always pap.. 11. My dear sister and bro..eva yang selalu sabar dan udah banyak ngalah buat aku..thanks yah Va. Albert yang lucu, cie kangen. 12. Keluargaku di Jogja..Tua i dan atio, ii yang sering ajak er jalan2 dan masakin waktu er sakit.. xie2 ie. Buat Se Ku (Joseph) thanks..udah banyak mendukung dan membantu sejak awal era di jogja. All of my cousins: Shia yang uda lulus dulu..salut banget ama lu. Luv u sis. Toung..paling seneng kalo udah ketemu ma lu, Andy..calon arsitek, tetap semangat buat studi dan usaha yah ko!

Tamiang..toke ikan euyy..katanya mo ke New Zealand..kpn neh?? Pin2 congratz yah udah jadi mahasiswa, Tina..si kecil yang uda gede cie kagum ma mandirinya lu, `n the little one.. LaLa. 13. Sahabat-sahabatku Tina dan Paul yang selalu menyemangatiku..salut lihat ketekunan kalian..tina yang udah lulus duluan, thanks buat peninggalan mu yah. 14. Eka yang udah banyak memberikan waktu buat aku, membantu dan menyemangatiku. Thanks yah Ka. Sugeng yang udah lulus dulu sukses selalu yah Eng. Nancy yang penuh semangat, senang banget setiap kali ketemu kamu 15. Hendra Sorong, Sigit, Via yang selalu ingat sama aku. Seneng banget bisa kenal kalian. Sorong yang selalu mendorongku untuk rajin dan sabar mendengarkan keluh kesahku, TQ friend. Sigit..ayo kumpul berempat lagi.vi akhirnya lulus juga yah..ffhh sukses buat S2 mu friend..jia you!!, 16. Temen-temen kost Barokah 6A, Sinta yang selalu bikin aku ketawa dan t4 curhatku, Adeline yang penuh semangat, Seevi yang rajin, thanks udah jagain waktu aku sakit ^-^, K`Teny, Aiti, Silvy yg uda lulus dulu, Kak Nova `imut`, Tresy yang selalu memberiku semangat dan ngajak aku doa bareng, Lenny `adik Jepun`, Nita `geulis`, Monik `India`, Tian `ex 6A`, Mawar, dan Mbak Waty aku akan merindukan kalian semua. 17. Keluarga rohaniku sejak awal: Kak Ana, If I can say.., K` Hendra, K` Ani, `Danger`, dan teman-teman lain aku senang bisa bisa melewati suka dan duka bersama kalian. Buat sister sekaligus mami rohaniku di GBI KA ci

Anne..thank u udah jadi contoh dan inspirasi buat aku. Luv u mi, ci Fenny, ci Lian, Shia lagi, Elvirah, Ruth, Ester, Tina lagi, Debra, ci Ika thank u buat doa kalian semua. 18. Teman-teman BK angkatan 2001, Rm Emil, Fr. Frans yang telah banyak membantu aku..makasih yah ter.., Tina lagi, Paul lagi, Sugeng lagi, Kak Fa, Sr. Vero, Sr. Tress, Fetri, Yuni, Ari, Veron, Agus, Okta, Desy, Kenit, Sipry, Mala, Dista, Endra, Okta, Dedy, Maya, Humam, Pehalina, Page, Anas, Yuyun, Mbak Didi, Anggiat, Paulina, Nur dan teman-teman lain yang tidak penulis sebutkan yang telah menjadi teman belajar selama kuliah. 19. Siapa saja yang telah banyak membantu dan berperan dalam penyelesaian skripsi ini. Thank you so much. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa hasil yang disajikan belum merupakan hasil yang sempurna. Masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini disebabkan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada apada penulis. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri dan semua pihak umumnya. Penulis Erawaty Wijaya

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... KATA PENGESAHAN... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR i ii iii iv v vi viii x DAFTAR ISI xiv DAFTAR TABEL xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB I: PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah.. 5 C. Tujuan Penelitian. 6 D. Manfaat Penelitian 6 E. Batasan Istilah... 7 BAB II: KAJIAN PUSTAKA 8 A. Asertivitas. 8 1. Pengertian Asertivitas. 8

2. Aspek-aspek Asertivitas.. 10 3. Manfaat Asertivitas dalam Bersosialisasi 12 4. Hambatan-hambatan Mewujudkan Asertivitas 14 5. Langkah-langkah Mewujudkan Asertivitas. 15 B. Remaja.. 16 1. Pengertian Remaja. 16 2. Tugas Perkembangan Remaja... 18 C. Bimbingan Klasikal. 22 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN 24 A. Jenis Penelitian. 24 B. Subjek Penelitian... 25 C. Instrumen Penelitian. 25 D. Prosedur Pengumpulan Data 33 1. Tahap persiapan 33 2. Tahap Pelaksanaan 33 E. Teknik Analisis Data. 34 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 37 A. Hasil Penelitian 37 B. Pembahasan. 38 BAB V: RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN 44 A. Ringkasan 44 B. Kesimpulan 46 C. Saran. 46

DAFTAR PUSTAKA 48 LAMPIRAN.. 51

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Asertivitas..26 Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Asertivitas Setelah Uji coba Setelah Uji coba..29 Tabel 3 : Rincian Responden Penelitian Siswa Kelas XI SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006..34 Tabel 4 : Penggolongan Asertivitas Berdasarkan PAP Tipe I 36 Tabel 5 : Penggolongan Asertivitas Siswa Kelas XI SMA GAMA Tahun Ajaran 2005/2006.37

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Kuesioner Uji Coba.51 Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian 56 Lampiran 3 : Tabulasi Skor-skor Uji Coba 60 Lampiran 4 : Tabulasi Skor-skor Penelitian...64 Lampiran 5 : Reliability...72 Lampiran 6 : Deskripsi Tingkat Asertivitas Siswa Kelas XI SMA GAMA Tahun Ajaran 2005/2006..73 Lampiran 7 : Hasil Analisis Uji Validitas 77 Lampiran 8 : Surat Ijin Uji Coba..82 Lampiran 9 : Surat Ijin Penelitian.83

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan apa yang menjadi latar belakang peneliti mengambil asertivitas sebagai topik penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan di dalam bidang apa pun tidak akan mungkin dicapai oleh seseorang jika ia tidak mengembangkan diri semaksimal mungkin. Saat ini kita hidup dalam abad yang ditandai dengan kemajuan dalam berbagai bidang, yakni: kemajuan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Berada di posisi apa pun seseorang atau tanggungjawab apa pun yang harus dijalani seseorang, baik sebagai pelajar, guru dan pekerjaan yang lain ia perlu mengembangkan diri semaksimal mungkin. Goleman (1997: 26) mengatakan, Kunci utama keberhasilan seseorang adalah kecerdasan emosional. Salah satu wujud kecerdasan emosional yang penting untuk perkembangan diri seseorang adalah kemampuan bersosialisasi yang baik. Cawood (1997) menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan sosial yang baik akan lebih mudah mengembangkan dan memelihara hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Goleman (1997) mengemukakan bahwa sebagian besar keberhasilan seseorang ditentukan

oleh kecerdasan emosionalnya, antara lain: mengenali perasaan diri sendiri, dan membina hubungan dengan orang lain. Salah satu kemampuan sosial yang perlu dimiliki oleh setiap orang adalah kemampuan untuk berperilaku asertif (Cawood, 1997; Lloyd, 1991; Adams, 1995). Berperilaku asertif adalah mengekspresikan secara langsung, jujur dan pada tempatnya, isi pikiran, perasaan, kebutuhan atau hak-haknya tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Orang yang asertif berani menyatakan pikiran, perasaan dan keyakinannya, sekaligus mampu mempertahankan hak-hak pribadinya dan tetap mampu menunjukkan penghargaan atau hormat kepada orang lain. Perilaku asertif penting karena seseorang yang memiliki perilaku asertif menunjukkan kepekaan akan kebutuhan orang lain. Pendidikan di sekolah mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas menunjukkan bahwa proses belajar lebih menekankan perolehan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain pendidikan di sekolah lebih mengembangkan, memperhatikan segi intelektual atau kognitif para siswa. Pengetahuan yang diperoleh para siswa di sekolah lebih banyak berupa teori-teori saja yang disusun dalam bentuk materi pelajaran. Pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) semakin jelas menunjukkan pemberian materi pelajaran yang semakin banyak bagi para siswanya. Semakin baik seorang siswa menguasai materi pelajaran semakin baik prestasinya. Sekolah mengukur keberhasilan seorang siswa hanya dari segi akademik (kognitif). Padahal siswa yang

berhasil secara akademik belum tentu berhasil juga dalam sosialisasi atau pergaulan dengan orang-orang di sekitarnya karena kecerdasan emosional yang tidak turut dilatih selama di sekolah. Seperti yang dikemukakan Goleman (1997) keberhasilan seseorang sebagian besar ditentukan oleh kecerdasan emosional juga. Jadi belajar siswa di sekolah hendaknya tidak hanya diukur dari segi intelektual saja. Kecerdasan emosional siswa bisa dilihat dari keberanian dia mengungkapkan pikiran dan perasaan secara terbuka dengan tetap menunjukkan penghargaan atau hormat kepada orang lain atau yang disebut bersikap asertif. Dengan sistem pendidikan di SMA yang penekanannya lebih pada teori dan hanya mengukur keberhasilan siswa dari segi kognitif saja kecerdasan emosional siswa kurang berkembang sehingga siswa kurang berani dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Pendidikan SMA yang berat sebelah ini membuat siswa kurang terlatih untuk berperilaku secara asertif. Tidak semua siswa dengan mudah menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain sekalipun kepada orang yang sudah akrab dengan mereka. Kesulitan bersikap asertif lebih terasa lagi jika siswa dihadapkan dengan orang yang lebih tua dari mereka. Mereka lebih memilih tidak mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka daripada harus mengalami konflik dalam hubungan mereka dengan orang lain. Orang-orang yang mampu bersikap asertif memiliki kemampuan yang baik dalam bersosialisasi karena selain

menghargai diri sendiri dia juga menghargai dan peka akan kebutuhan orang lain. Mengingat setiap orang memiliki pengalaman hidup yang berbeda maka kemampuan asertif setiap orang pun berbeda satu dengan yang lain. Ada orang yang mudah mengungkapkan perasaan secara terbuka, namun bagi sebagian orang mengungkapkan perasaan, khususnya mengungkapkan perasaan negatif secara terbuka merupakan hal yang sulit dilakukan. Orang beranggapan bahwa mengungkapkan perasaan negatif secara terbuka dan jujur akan menimbulkan perasaan tersinggung dan sakit hati. Oleh karena itu orang cenderung bersikap diam agar sebuah hubungan tampak tetap baik atau harmonis. Cawood (1997) mengatakan berperilaku asertif dalam komunikasi dengan sesama adalah mengungkapkan diri seperti pikiran, perasaan, kebutuhan, dan hak-haknya secara langsung dan jujur tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Orang yang terlalu menghargai diri sendiri cenderung membentuk perilaku nonasertif. Orang yang non-asertif tidak dapat menyatakan perasaan, ide, kebutuhan, keinginannya secara terbuka. Perilaku non-asertif seringkali menghambat seseorang dalam berkomunikasi yang artinya menghambat seseorang dalam bersosialisasi juga. Berdasarkan pengamatan peneliti selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan selama satu bulan di SMA GAMA Yogyakarta peneliti melihat masih banyak siswa SMA GAMA yang mengalami kesulitan untuk berperilaku asertif. Masih ada siswa yang merasa takut

untuk mengungkapkan yang sebenarnya dia rasakan atau pikirkan selama proses wawancara konseling dengan guru pembimbing. Bahkan juga ditemukan ada siswa yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan teman karena tidak berani mengungkapkan perasannya. Mereka memilih tetap diam walaupun sebenarnya tidak nyaman menjalani hubungan yang tidak baik. Para siswa di SMA GAMA menurut peneliti perlu dibantu untuk berperilaku asertif sehingga tidak menghambat mereka dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Peneliti berpendapat bahwa para remaja perlu dilatih untuk berperilaku asertif agar mereka berani mengungkapkan perasaan dan pikiran mereka secara terbuka dan jujur. Dalam bersosialisasi remaja tentu bergaul dengan teman-teman sebaya, para guru, orang tua dan saudara yang lain. Dalam situasi sosialisasi ini diharapkan remaja belajar berperilaku asertif. Remaja belajar menghargai diri sendiri dan orang lain. Siswa-siswi kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta sebagai remaja juga perlu dibimbing untuk berperilaku asertif. Berdasarkan fakta di lapangan yang ditemukan oleh peneliti selama menjalankan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA GAMA maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah Bagaimanakah tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. D. Manfaat penelitian 1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi bidang bimbingan dan konseling khususnya pengembangan perilaku asertif pada remaja. 2. Membantu siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 untuk mengetahui pentingnya sikap aserif. 3. Memberikan gambaran tentang tingkat asertivitas siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 secara umum bagi para guru, sehingga para guru dan staf BK dapat memberikan pelayanan yang tepat untuk mengembangkan asertivitas. 4. Bagi peneliti, penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran tentang asertivitas para siswa kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006.

E Batasan Istilah 1. Deskripsi Adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci (Depdikbud, 1989: 21). 2. Tingkat Adalah suatu susunan yang berlapis-lapis atau ukuran yang menunjukkan tinggi rendah (Depdikbud, 1989: 950). 3. Asertivitas Adalah kemampuan dan keberanian bertindak demi kepentingan sendiri, membela diri sendiri, mempertahankan hak-hak pribadi, dan mengkomunikasikan perasaan, pikiran, keyakinan dan nilai-nilai sendiri kepada orang lain secara jelas, jujur, tepat, tanpa merasa cemas atau bersalah sambil tetap menghormati orang lain sebagai pribadi berdasarkan pengakuan atau kesetaraan dalam hubungan antar pribadi. 4. Tingkat asertivitas. Adalah variasi taraf kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan, dan penolakan secara langsung, jujur, dan tegas serta untuk mendengarkan dan menerima kritik atau saran yang membangun. 5. Para siswa kelas XI SMA di GAMA Yogyakarta Adalah semua siswa yang telah terdaftar sebagai siswa di kelas XI di SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini disajikan kajian teoritik mengenai asertivitas yang meliputi : pengertian asertivitas, aspek-aspek asertivitas, manfaat asertivitas, hambatan dalam mewujudkan asertivitas, langkah-langkah meningkatkan asertivitas; konsep remaja yang meliputi : pengertian remaja dan tugas-tugas perkembangan remaja; dan bimbingan klasikal. A. Asertivitas 1. Pengertian Asertivitas Asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam berperilaku asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanfaatkan atau pun merugikan pihak lain. (Rini, www.google.com). Asertivitas adalah bersikap jelas, jujur, mengkomunikasikan yang benar tentang diri sendiri, sambil tetap mampu menghormati orang lain (Adams, 1995:5). Asertivitas menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan diri sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya,

untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkal hak-hak orang lain. (Alberti dan Emmons, 2002:41-42). Perilaku asertif merupakan pengungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan seseorang secara jujur dan wajar, sehingga memunculkan pernyataan diri yang positif dan menghargai orang lain dalam kehidupan. Memilih untuk berperilaku asertif melatih seseorang untuk menghargai diri sendiri dan juga orang lain. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa asertivitas adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhannya dengan jelas, jujur dan nyaman tanpa takut ditolak oleh penerima pesan. Asertivitas juga berarti mampu dan mau menghargai orang lain sebagai pribadi. Asertivitas membantu seseorang untuk membangun pikiran positif dan sikap positif sehingga selain menghargai diri sendiri juga menghargai orang lain. Selain asertivitas, ada dua hal yang juga penting dibahas dalam kaitannya dengan asertivitas, yaitu perilaku non-asertif dan perilaku agresif. Perilaku non-asertif dan perilkau agresif merupakan dua perilaku yang bertentangan dengan perilaku asertif. Perilaku yang agresif pada umumnya berakibat mengancam si penerima pesan. Seseorang yang agresif berperilaku cenderung memaksa orang lain di dalam proses membuat pilihan bagi mereka sendiri. Sementara itu orang dengan perilaku non-asertif atau pasif disebut sebagai orang sulit

karena tidak mampu bertindak atas kehendaknya sendiri sehingga hanya menuruti semua yang dikatakan orang lain (Alberti dan Emmons, 2002:44). Seseorang berperilaku non-asertif berarti tidak menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, keinginan, pendapatnya kepada orang lain, kurang bertindak demi diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan (Lenz, 1995:25). Jika asertivitas membuat seseorang mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan kebutuhannya kepada pihak lain tanpa merugikan pihak lain maka perilaku non-asertif membuat seseorang gagal mengekspresikan perasaan, pikiran dan kebutuhannya. Sikap non-asertif juga disebut sebagai sikap pasif. Sedangkan perilaku agresif mendorong seseorang cenderung untuk tidak melihat atau tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain. Apa pun yang menjadi keinginannya itulah yang harus dilaksanakan. Perilaku agresif akan merugikan pihak lain karena bentuknya mempersalahkan, mempermalukan, menyerang (secara verbal atau pun fisik), marah-marah, menuntut, mengancam, ataupun menyindir penerima pesan. (Rini, www.google.com). 2. Aspek-aspek Asertivitas Aspek-aspek asertivitas (Alberti dan Emmons, 2002:42) adalah sebagai berikut: a. Kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia. Orang yang asertif mampu menempatkan sesama secara setara. Orang asertif menempatkan diri setara dengan orang lain. Ia tidak menganggap

dirinya lebih tinggi atau lebih rendah daripada orang lain, dan mengusahakan setiap pihak diuntungkan dalam berbagai interaksi sosial (Hia, 2002:13). b. Kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri. Kemampuan ini menunjukkan adanya kesanggupan orang asertif untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan bertindak demi dirinya sendiri. Keputusan ini dapat berupa hubungan dengan orang lain, tentang studi, mengatur jadwal dan mengorganisir kegiatan, berinisiatif mengawali pembicaraan dengan orang lain, menetapkan tujuan atas hidupnya dan berusaha meraihnya, serta terlibat dalam pergaulan. c. Kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung, dan jujur tanpa merasa cemas atau merasa bersalah. Orang asertif mampu mengungkapkan perasaan, pikiran, kebutuhan dan nilai-nilai hidup yang dipegangnya tanpa merasa cemas dan merasa bersalah, sanggup mengungkapkan ketidaksetujuan, berani mengakui perasaan takut dan cemas, mengekspresikan kasih sayang, serta bersikap spontan. d. Kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri. Kemampuan ini berhubungan dengan kesanggupan pribadi sebagai warga negara, sebagai anggota dari sebuah organisasi, sekolah, atau kelompok kerja untuk mengungkapkan pendapat, dan untuk menanggapi pelanggaran dari hak seseorang atau hak orang lain.

e. Kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi. Orang asertif memperhitungkan hak-hak dan perasaan-perasaan orang lain. Ia mempertahankan hak-haknya dan mengungkapkan dirinya dengan tetap berlaku adil dan hormat kepada orang lain. Ia memenuhi kebutuhannya tanpa menyakiti orang lain, dan tanpa mengurangi kebebasan orang lain. 3. Manfaat Asertivitas dalam Bersosialisasi Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Asertivitas memberikan manfaat bagi individu dalam menjalani hidup bersama dengan orang lain. Di bawah ini adalah berbagai manfaat asertivitas, yaitu : a. Meningkatkan kepercayaan diri. Pilihan seseorang untuk mempertahankan hak, mengungkapkan pikiran dan perasaan, meningkatkan penghargaan atau kepercayaan terhadap diri sendiri, dengan demikian rasa tidak aman menjadi berkurang. Seseorang menjadi lebih kreatif dan lebih berani mengambil resiko (Cawood, 1997:26).

b. Membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Asertivitas memberikan sumbangan besar bagi seseorang dalam membangun hubungan dengan orang lain. Asertivitas membantu seseorang berani dan mampu untuk mengatasi berbagai kesulitan dalam kehidupan bersama orang lain., memperoleh banyak teman, membina hubungan yang lebih akrab dan lebih jujur dengan orang lain (Cawood, 1997:26). c. Mengarahkan pikiran ke masa depan. Asertivitas memampukan seseorang untuk mengarahkan pikirannya ke masa depan dan tidak hanya mengingat-ingat masa lalu (Hia, 2004:16). d. Mampu menghadapi situasi tidak menyenangkan. Menghadapi kritik atau penolakan merupakan saat yang tidak menyenangkan, namun orang yang asertif mampu mengendalikan dirinya dengan memberi kesempatan kepada pengkritik menyampaikan pendapatnya sehingga orang tersebut merasa tetap dihargai. e. Meningkatkan rasa tanggung jawab. Asertivitas membuat seseorang merasa bertanggung jawab dan konsekuen untuk melaksanakan keputusannya sendiri. Dalam hal ini, ia bebas untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, dan perasaan secara terbuka sambil tetap memperhatikan pendapat orang lain (Susanto, www.google.com).

4. Hambatan-hambatan Mewujudkan Asertivitas Hanbatan-hambatan yang mungkin dihadapi seseorang dalam mewujudkan asertivitas (Aaron Beck, dalam Alberti dan Emmons, 2002:96-98), yaitu : a. Kecenderungan untuk berpikir kurang baik, terhadap diri sendiri. Misalnya, seorang siswa diminta menjadi ketua panitia untuk sebuah acara seni di sekolahnya. Sebenarnya dia memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas itu, tetapi dia merasa tidak pantas karena menganggap ada orang lain yang lebih mampu. Akhirnya dia menolak tugas itu dan minta digantikan dengan orang lain. Orang yang cenderung berpikir dirinya buruk merasa tidak layak untuk diserahi tanggung jawab. b. Kecenderungan untuk membesar-besarkan masalah. Masalah yang dibesar-besarkan tidak membantu terwujudnya asertivitas karena dengan membesarkan masalah terdapat unsur ketidakjujuran dalam menyampaikan suatu hal. c. Sudut pandang egosentrik dalam menanggapi peristiwa-peristiwa dalam kehidupan. Memilki kecenderungan menganggap segala hal buruk yang terjadi dalam kehidupan adalah kesalahan diri sendiri. Keyakinan seperti ini menghambat seseorang untuk maju karena enggan berusaha semaksimal mungkin. Hal ini membuat orang hanya pasrah pada keadaan, menerima dengan pasif kata-kata atau perbuatan orang lain

yang menrendahkan dirinya dan tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kebutuhan dan perasaannya. d. Pandangan yang sempit. Keyakinan bahwa hidup ini hanya dibatasi hitam-putih, ya-tidak, baikburuk. Padahal pada faktanya masih ada sejumlah alternatif dalam berhubungan dengan orang lain dalam keidupan. e. Keinginan untuk menyenangkan orang lain. Keinginan ini disebabkan karena : 1) Membutuhkan persetujuan atau dukungan, 2) takut menyinggung perasaan orang lain, 3) takut mendapat penilaian yang tidak baik atau mendapat hukuman, 4) adanya perasaan bersalah, 5) ada perasaan diwajibkan atau diharuskan karena tugas, dan 6) keinginan mengorbankan diri demi kepentingn orang lain (Aaron Beck, dalam Alberti dan Emmons, 2002:96-98). 5. Langkah-langkah Meningkatkan Asertivitas Peningkatan asertivitas dalam diri seseorang perlu proses dan langkah berkesinambungan. Alberti dan Emmons (2002:123-129) menyebutkan langkah-langkah untuk meningkatkan asertivitas, yaitu : a. Merefleksikan perilaku sendiri. Langkah ini mengajak kita memeriksa diri apakah sudah merasa puas dalam hubungan antar pribadi dengan orang lain, dalam berhubungan dengan orang lain apakah sudah asertif atau belum.

b. Menetapkan tujuan yang realistik bagi diri sendiri. Maksud langkah ini adalah melakukan penilaian terhadap diri sendiri dengan cara menyeleksi target-target khusus bagi perkembangan asertivitas. Targettarget khusus yang dimaksud adalah situasi dan dengan siapa ingin berkomunikasi asertif. c. Memusatkan perhatian pada situasi tertentu. Maksudnya, memberi waktu pada diri sendiri untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah dialami. Setelah itu dengan berani mengungkapkan pendapat dan perasaan yang timbul saat kejadian itu terjadi kepada lawan bicara. d. Memfokuskan diri pada pikiran-pikiran positif. Maksudnya, mencoba menenangkan diri apabila mulai cemas dan mengganti pikiran-pikiran yang negatif dengan pikiran-pikiran yang positif. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang positif atau menampilkan reaksi yang positif pada setiap situasi (Hia, 2004:19). e. Meminta bantuan apabila membutuhkan. Maksudnya, apabila merasa kesulitan untuk bersikap asertif, tidak enggan untuk meminta bantuan kepada orang lain yang diyakini lebih mampu. B. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja, kata ini mengandung aneka kesan. Ada orang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak ada bedanya dengan kelompok manusia yang lain. Sementara pihak lain menganggap

bahwa remaja adalah kelompok orang yang sering menyusahkan orang tua (Mappiare, 1982:11). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi perkembangan semua aspek diri yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Gunarsa, 1983:17). Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan didorong serta dibimbing untuk bertindak sesuai umurnya. Kalau remaja berperilaku seperti orang dewasa, ia akan cenderung disalahkan atau dianggap sok pintar (Hurlock, 1997:58). Menurut Sarwono (1989: 14, 51) untuk masyarakat Indonesia, masa remaja berlangsuing pada usia 11-24 tahun. Remaja menjalani peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, bukan hanya dalam arti psikologik tetapi juga fisik. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam perkembangan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologik muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahan fisik itu. Menurut peneliti yang dimaksud dengan remaja adalah masa peralihan. Manusia meninggalkan masa anak-anak, mengalami perubahan dan menjalani hal baru dalam hidup. Remaja masuk pada tahap lebih maju dalam kehidupannya, baik dari segi umur, emosional, sosial, dan secara fisik. Remaja dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas baru dalam

kehidupan mereka. Tugas-tugas baru itulah yang disebut sebagai tugas perkembangan. 2.Tugas Perkembangan Masa Remaja Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan dalam sikap dan pola perilaku anak. Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada perubahan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja (Hurlock, 1997:209-210) adalah : a. Belajar menerima keadaan fisik. Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima perubahan keadaan fisik. yang baru Remaja seringkali merasa tidak nyaman dengan perubahan dialaminya. Diperlukan waktu untuk mempelajari, menerima dan menyenangi perubahan fisik yang terjadi. b. Belajar mencapai hubungan baru dan matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Remaja memasuki pergaulan yang lebih dalam lagi dengan teman sebayanya. Remaja mempelajari hubungan baru terutama dengan lawan jenis. c. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. Dalam hal ini remaja harus bisa bersikap tegas dengan pikiran, perasaan dan nilai-nilai hidup yang diyakininya. Sikap tegas itu tidak

mudah dibangun tetapi bisa dilatih, karena itu asertivitas sangat diperlukan supaya dalam bersosialisasi remaja menjadi pribadi yang disenangi karena ketegasannya bukan hanya ikut-ikutan. d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lain. Remaja sangat mendambakan kemandirian secara emosional. Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang harus diselesaikannya. e. Membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai orang dewasa. Remaja belajar banyak untuk membentuk nilai-nilai dari sekolah, orang tua, teman atau saudara yang lebih tua dari mereka. f. Mengembangkan keterampilan intelektual yang penting bagi kecakapan sosial. Remaja aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi, ekstra kurikuler, lebih terampil dalam bersosialisasi, sedangkan yang tidak mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah dan luar sekolah cenderung menjadi lebih pasif dalam sosialisasi. g. Mencapai kemandirian ekonomik. Kemandirian ekonomik ini tidak akan dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Secara usia remaja masih harus bergantung pada orang tua dalam hal ekonomi.

Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (Rifai,1984:2) adalah : a. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebaya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan lain jenis. Remaja dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dapat menahan dan mengendalikan perasaan-perasaan pribadi dan belajar memimpin orang lain dengan atau tanpa dominasi. b. Memiliki kemampuan dalam menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masing-masing, artinya mempelajari dan menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat. c. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya ialah, bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu dimiliki tentang hukum, pemerintah, ekonomi, politik, geografi. Kemampuan intelektual membantu remaja menghadapi berbagai masalah kehidupan. d. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan, artinya remaja ikut serta dalam kegiatankegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya. Semakin remaja bertambah dewasa, kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain semakin besar.

e. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Bagi wanita harus dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan nmengurus rumah tangga (home management) dan mendidik anak. Remaja putra adalah individu yang akan menjadi ayah dan remaja putri merupakan calon ibu; keduanya akan bertemu untuk membentuk komunitas kecil yaitu keluarga. f. Memperoleh sejumlah norma sebagai pedoman dalam tindakantindakan dan sebagai pandangan hidupnya. Norma-norma tersebut secara sadar dikembangkan dan direalisasikan dalam huibungannya dengan sang pencipta, alam semesta dan dalam hubungannya dengan manusia-manusia lain. Dari pendapat kedua ahli di atas, yaitu Hurlock dan Havighurst mengenai tugas-tugas perkembangan pada masa remaja peneliti melihat ada beberapa pendapat yang sama, yaitu : a. Menjalankan peranan sosial sebagai pria atau wanita. b. Mengembangkan kecakapan intelektual. c. Mencapai kematangan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. d. Mengembangkan perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Menjalankan peranan-peranan sosial berdasarkan nilai dan norma masyarakat. Dari pendapat kedua ahli di atas peneliti menyimpulkan sebagai remaja, harus mampu menjalankan peranan sosialnya baik sebagai pria

dan wanita dengan lebih matang secara emosional, intelektual dan belajar mencapai kemandirian secara ekonomik. C. Bimbingan Klasikal Bimbingan klasikal merupakan suatu bimbingan yang diberikan kepada sejumlah siswa yang tergabung dalam satuan kelas tertentu pada suatu jenjang pendidikan tertentu pada waktu yang ditetapkan (Winkel, 1997:520). Menurut Winkel (1997:519) tujuan bimbingan klasikal tidak berbeda dengan tujuan bimbingan pada umumnya yaitu untuk membantu orang yang dibimbing mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri dan tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri dan berani bertanggung jawab atas perbuatannya. Tujuan ini ingin dicapai melalui pelayanan secara kelompok, entah itu kelompok kecil, kelompok setengah besar, atau kelompok besar. Sasaran dari tujuan bimbingan kelompok adalah pencapaian perkembangan optimal dari masing-masing individu yang tergabung dalam suatu kelompok. Bimibngan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa. Adapun manfaat bimbingan klasikal bagi tenaga bimbingan (Winkel, 1997) adalah sebagai berikut: 1. Mempunyai kesempatan untuk berkontak langsung dengan banyak siswa. 2. Menghemat waktu dan tenaga dalam memberikan pelayanan dengan tatap muka

3. Memperluas ruang gerak, terutama jika jumlah tenaga bimbingan di sekolah yang bersangkutan terbatas. Manfaat bimbingan bagi para siswa: 1. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi, sehingga memutuskan untuk berkonsultasi dengan guru pembimbing. 2. Lebih rela menerima keadaan dirinya. 3. Lebih mudah mengemukakan pandangannya sendiri dalam kelompok. 4. Mendapat kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu dengan anggota kelompok. 5. Lebih bersedia menerima pendapat atau pandangan temannya. 6. Memperoleh bantuan untuk mengatasi masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan dengan tenaga pembimbing.

BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat penjelasan mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen yang digunakan dalam penelitian, prosedur atau cara pengumpulan data dan teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilaksanakan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982: 415). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang asertivitas para siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. SMA GAMA Yogyakarta memiliki enam kelas paralel untuk kelas XI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sistem sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

penelitian sampel (Arikunto, 1998:109). Pengambilan sampel untuk pnelitian ini dilakukan dengan teknik sampling yaitu simple random sampling (sampling acak sederhana) dengan cara undian. Teknik sampling ini diberi nama demikian karena di dalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel (Arikunto, 2002:109). Peneliti menggunakan dua kelas sebagai uji coba alat atau kuesioner yaitu kelas XI IPS 1 dan kelas XI IPS 4 yang dipilih secara acak. Sedangkan subjek penelitian sesungguhnya menggunakan empat kelas siswa yang tidak dijadikan subjek uji coba. Adapun jumlah siswa kelas XI yang diteliti sebanyak 110 siswa. Alasan peneliti memilih pada siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta sebagai subjek penelitian adalah : pertama, peneliti sudah mengenal para staf BK dan para siswa di SMA GAMA selama PPL sehingga sudah terbentuk kerjasama yang baik antara peneliti dan para siswa, dan kedua, peneliti memperoleh ijin dari kepala sekolah SMA GAMA Yogyakarta untuk mengadakan penelitian. C. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Asertivitas yang disusun peneliti dengan inspirasi kuesioner yang

disusun oleh Hia (2004) dengan memodifikasi beberapa pernyataan item dan mengubah jumlah alternatif jawaban. Item-item dalam kuesioner dikelompokkan atas lima aspek yaitu aspek kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia, kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri, kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung dan jujur tanpa merasa cemas/bersalah, kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri dan kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi (Alberti dan Emmons, 2002:42) dengan pembagian sebagai berikut: Tabel 1 Kisi-kisi Penyusunan Kuesioner Asertivitas N O ASPEK NO ITEM JUMLAH 1. Kemampuan menunjukkan 1,3,13,25,26,34,38,47 8 kesetaraan dalam hubungan manusia 2. Kemampuan bertindak demi 11,19,24,28,32,37,39,44,45,48,51 11 kepentingan sendiri 3. Kemampuan menyadari dan 12,15,17,18,21,22,23,29,31,33,35,36,40 17 mengungkapkan perasaan,,42,43,46,49 keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung dan jujur tanpa merasa cemas/bersalah 4. Kemampuan 8,16,50 3 mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri 5. Kemampuan menghormati 2,4,6,7,9,10,14,20,27,30,41,52 13 orang lain sebagai pribadi Jumlah Pernyataan 52

Pada tabel 1 tampak bahwa aspek ke 3 jumlah item lebih banyak dari aspek-aspek yang lain dan aspek ke 4 jumlah item jauh lebih kecil dibanding aspek-aspek yang lain. Hal ini terjadi karena menurut peneliti aspek ke 3 paling kuat dampaknya terhadap hubungan dengan individu lain sehingga paling kuat mewakili asertivitas seseorang. Sedangkan aspek ke 4 tidak terlalu kuat mewakili asertivitas seseorang, sekalipun aspek ke 4 ini juga memiliki dampak terhadap hubungan dengan individu lain tapi pengaruhnya paling sedikit diantara kelima aspek asertivitas yang diteliti. Kuesioner dijabarkan dalam dua bentuk pernyataan, yaitu perrnyataan-pernyataan yang positif dan pernyataan-pernyataan yang negatif. Sebaran pernyataan positif dan negatif adalah sebagai berikut: 1. Pernyataan positif : 2, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 18, 19, 20 22, 23, 25, 26, 27, 30,,32, 34, 36, 38, 39, 42, 44, 45, 46, 49, 50, 51. 2. Pernyataan negatif : 1, 3, 4, 8, 9, 13, 14, 15, 16, 17, 21, 24, 28, 29, 31, 33, 35, 37, 40, 41, 43, 47, 48, 52. Penentuan skor dilakukan sebagai berikut : 1. Untuk pernyataan positif : skor untuk jawaban sangat sering adalah empat, skor untuk jawaban sering adalah tiga, skor untuk jawaban kadang-kadang adalah dua, dan skor untuk jawaban tidak pernah adalah satu. 2. Untuk pernyataan negatif : skor untuk jawaban sangat sering adalah satu, skor untuk jawaban sering adalah dua, skor untuk jawaban kadang-kadang tiga, dan skor untuk jawaban tidak pernah adalah empat.

Kuesioner ini bersifat tertutup karena alternatif jawaban sudah ada, responden mengisi sesuai pemahamannya. Untuk menjaga kerahasiaan jawaban, responden tidak perlu menuliskan namanya. Dengan demikian siswa diharapkan lebih terbuka dan jujur dalam menjawab kuesioner. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi persyaratan. Instrumen yang digunakan sekurang-kurangnya telah teruji validitas dan reliabilitasnya, sehingga diperlukan uji coba sebelum digunakan dalam penelitian. 1. Uji Coba Alat Uji coba bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat penelitian, sehingga layak digunakan sebagai alat yang baik untuk mengungkap hal-hal yang mau diungkap atau diteliti (Arikunto, 1989:230). Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai persiapan untuk melaksanakan uji coba. Kegiatan yang dilakukan adalah: a. Menyusun kuesioner setelah usulan proposal skripsi disetujui oleh dosen pembimbing. b. Meminta ijin uji coba instrumen ke SMA GAMA Yogyakarta pada tanggal 9 Maret 2006. c. Mengadakan uji coba instrumen pada hari kamis tanggal 16 Maret 2006 di SMA GAMA Yogyakarta. d. Mengolah data hasil uji coba.

Responden uji coba alat ini adalah siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta Tahun Pelajaran 2005/2006 sebanyak 44 orang. Peneliti mengadakan uji coba di SMA GAMA Yogyakarta, karena peneliti pernah ber- PPL selama lima minggu di sana. Langkah-langkah kegiatan uji coba di kelas adalah sebagai berikut: a. Salam dan mengutarakan maksud kehadiran peneliti. b. Membagikan kuesioner, memberi penjelasan tentang pengisian kuesioner. c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengisi kuesioner. d. Tanya jawab singkat tentang kesan siswa setelah mengisi kuesioner. Proses uji coba berjalan dengan lancar, siswa tenang dan tertib ketika mengisi kuesioner. Siswa juga dapat memahami bahasa dan isi kuesioner, hal ini tampak ketika sesi tanya jawab siswa tidak mempunyai pertanyaan tentang isi kuesioner. 2.. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas Instrumen Validitas instrumen adalah taraf sampai di mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur ((Masidjo, 1995:242). Validitas yang digunakan adalah validitas isi, yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau alat pengukur tersebut (Pane, 2003:58). Teknik statistik yang dipergunakan untuk menguji validitas instrumen penelitian ini adalah teknik korelasi

Prodouct-Moment dari Pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor setiap item dengan skor total per aspek. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut: r xy Keterangan: [N X N XY ( X)( Y) 2 2 ( X) ][N Y 2 ( Y} 2 ] xy : koefisien korelasi antara X dan Y. X : skor item tertentu yang akan diuji validitasnya. Y : skor total per aspek yang memuat item yang diuji validitasnya. N : jumlah responden. Penentuan kesahihan item kuesioner menggunakan kriteria Azwar dan Friedenberg (Barus,1999) yang mengatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan patokan koefisien korelasi minimal 0,30. Dengan demikian item yang koefisien korelasinya < 0,30 dinyatakan gugur, sedangkan item yang koefisien korelasinya = 0,30 dianggap valid. Meninjau hasil uji coba penelitian, dari 52 item kuesioner diperoleh 48 item yang valid, sisanya empat item yang gugur. Jadi keseluruhan item yang digunakan sebagai alat penelitian berjumlah 48 item. Proses penghitungan taraf validitas dilakukan dengan cara memberikan skor pada setiap item dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya, proses penghitungan dilakukan dengan komputer melalui program SPSS (Statistical Programme for Social Science) versi 11,0 for Windows agar lebih efektif dan efisien. Data hasil uji coba dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 60.

b. Reliabilitas Instrumen Reliabilitas instrumen merupakan taraf sampai dimana instrumen mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya, yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Reliabilitas mencari apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu (Pane, 2004: 53). Metode yang digunakan untuk pengujian tingkat reliabilitas adalah metode belah-dua (Split-half method). Metode belah dua merupakan cara menentukan taraf reliabilitas dengan satu kali pengukuran saja. Dengan metode belah dua instrumen dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian pertama berupa item-item yang bernomor gasal, dan bagian kedua berupa item-item yang bernomor genap. Proses penghitungan reliabilitas alat ukur dilakukan dengan cara memberi skor pada tiap-tiap item dan mentabulasi data uji coba. Selanjutnya, skor-skor yang berasal dari item-item yang bernomor ganjil dimasukkan dalam belahan pertama (X) dan yang berpusat dari item-item bernomor genap dimasukkan dalam belahan kedua (Y). Skor-skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan dan akhirnya diperoleh skor total untuk belahan pertama dan skor total untuk belahan kedua. Koefisien reliabilitas ditentukan dengan rumus Spearman and Brown: rtt = 2xrgg 1 rgg Keterangan: rtt : koefisien reliabilitas

rgg : koefisien korelasi ganjil genap Hasil pengujian uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut: rtt = = = 2xrgg 1 rgg 2x0,7678 1 0,7678 1,5356 1,7678 rtt = 0, 8686 Untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuesioner tersebut digunakan kriteria Guilford (Barus, 1999) yang menetapkan koefisien 0,70 < 0,90 sebagai (reliabilitas) tinggi dan koefisien 0,90 1,00 sebagai (reliabilitas) sangat tinggi. Berdasarkan hasil penghitungan dan setelah dikoreksi dengan rumus Sperman Brown, maka diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,8686. Ini termasuk kualitas tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan adalah reliabel. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat dalam lampiran 5 halaman 72. D. Prosedur Pengumpulan Data Di bawah ini diberikan garis besar mengenai tahap-tahap yang akan dilalui dalam pengumpulan data penelitian yang sesungguhnya, yaitu: 1. Tahap persiapan Pada tahap ini peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai persiapan untuk melaksanakan penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah:

Meminta ijin penelitian di SMA GAMA Yogyakarta pada tanggal 16 Mei 2006. Pihak sekolah menyetujui ijin penelitian dan menyesuaikan waktu untuk mengadakan penelitian dengan jam Bimbingan dan Konseling setiap kelas. Jadi peneliti menggunakan jam Bimbingan dan Konseling perkelas untuk penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Peneliti mengumpulkan data pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2006 untuk kelas XI IPS 3 dan pada hari Senin tanggal 22 Mei 2006 untuk kelas XI IPA 1, XI IPA 2 dan XI IPS 2. Dalam setiap pengumpulan data di kelas peneliti dibantu oleh guru pembimbing SMA GAMA Yogyakarta. Data hasil penelitian dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 64. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada seluruh siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006, yang berjumlah 118 siswa, namun siswa yang ikut mengisi kuesioner berjumlah 110 siswa dengan perincian sebagai berikut: Tabel 2 Rincian Responden Penelitian: Siswa Kelas XI SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 KELAS JUMLAH SISWA JUMLAH SISWA YANG HADIR XI IPA 1 30 29 XI IPA 2 30 29 XI IPS 2 29 25 XI IPS 3 29 27 Total 118 110

E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Untuk pendekatan deskriptif dengan fokus pada memperoleh gambaran tingkat asertivitas para siswa kelas XI SMA GAMA tahun ajaran 2005/2006 digunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) sebagai acuan dasar dalam menggolongkan kualifikasi asertivitas para siswa. Penialain Acuan Patokan (PAP) adalah suatu penilaian yang membandingkan perolehan skor individu dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. PAP disebut juga penilaian patokan mutlak atau penilaian patokan absolut. Penilaian ini diorientasikan pada suatu standar yang absolut, tanpa menghubungkan dengan kelompok tertentu (Purwanto, 1984, dalam Hia, 2004). PAP menetapkan batas pencapaian minimum pada persentil 65%. PAP dipilih sebagai acuan (dasar) penggolongan asertivitas dalam penelitian ini karena penelitian ini mengharapkan sesuatu yang ideal. Di bawah ini peneliti menjelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah dan menganalisis data. 1. Menggolongkan asertivitas subjek penelitian berdasrkan PAP. a. Menentukan skor dari setiap item yang dijawab responden. Bagi setiap responden untuk pernyataan positif alternatif jawaban sangat sering diberi skor empat, jawaban sering diberi skor tiga, jawaban kadang-kadang diberi skor dua, dan untuk jawaban tidak pernah diberi skor satu. Sebaliknya, untuk pernyataan yang negatif alternatif jawaban sangat sering diberi skor satu, jawaban sering

diberi skor dua, jawaban kadang-kadang diberi skor tiga, dan jawaban tidak pernah diberi skor empat. b. Mentabulasi skor dan menghitung jumlah skor masing-masing responden. c. Menggolongkan kualifikasi asertivitas dari seluruh responden berdasarkan PAP dengan kriteria kategorisasi seperti di bawah ini: Tabel 3 Penggolongan Asertivitas Berdasarkan PAP Tipe I Tingkat Asertivitas kualifikasi 90% - 100% Sangat tinggi 80% - 89% Tinggi 65% - 79% Cukup Tinggi 55% - 64% Rendah Di bawah 55% Sangat Rendah Sumber: Sunaryo (1984). Evaluasi hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti d. Menggolongkan skor yang diperoleh masing-masing subjek ke dalam rentangan skor. e. Menghitung banyaknya subjek pada tiap rentangan kualifikasi skor f. Menghitung prosentase banyaknya subjek dalam setiap rentangan kualifikasi dengan cara membagi banyaknya subjek pada tiap rentangan kualifikasi dengan banyaknya subjek seluruhnya (N) dikalikan 100%.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya. Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah penelitian, yaitu bagaimanakah tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006?. A. Hasil Penelitian Tingkat asertivitas dihitung dengan menggunakan perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I. Penilaian Acuan Patokan tipe I menetapkan bahwa untuk mendapatkan kualifikasi cukup tinggi, responden minimal harus mendapat skor sebanyak 65% dari skor ideal atau total skor. Penggolongan tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 5 Penggolongan Asertivitas Siswa Kelas XI SMA GAMA Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 Rumus PAP Rentang Frekuensi Persentase Kualifikasi skor 90% - 100% 173-192 0 0 Sangat tinggi 80% - 89% 154-172 6 5,4 Tinggi 65% - 79% 125-153 92 83,6 Cukup Tinggi 55% - 64% 106-124 12 10,9 Rendah Di bawah - 55 % 0-105 0 0 Sangat Rendah

Dari tabel 4 tampak bahwa: a. Tidak ada siswa (0 %) yang mempunyai asertivitas dengan kualifikasi sangat tinggi. b. Hanya ada sedikit dari para siswa (6 siswa =5,4 %) mempunyai asertivitas dengan kualifikasi tinggi. c. Sebagian besar dari para siswa (92 siswa =83,6 %) mempunyai asertivitas dengan kualifikasi cukup tinggi. d. Sebagian kecil dari para siswa (12 siswa =10,9 %) mempunyai asertivitas dengan kualifikasi rendah. e. Tidak ada siswa (0 %) yang mempunyai asertivitas dengan kualifikasi sangat rendah. B. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 tidak ada (0 %) yang memiliki tingkat asertivitas sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan dari semua siswa yang dijadikan sampel pengujian, tidak seorang siswa pun yang memiliki keterbukaan cukup tinggi untuk dapat masuk ke dalam kategori asertivitas sangat tinggi. Penyebabnya adalah seperti yang diungkapkan oleh Alberti dan Emmons (2002:7) bahwa hambatan yang menyebabkan seseorang kurang bersikap asertif, yaitu: banyak orang yang tidak percaya bahwa mereka mempunyai hak untuk bersikap asertif.

Hasil penelitian menunjukkan siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 yang memiliki tingkat asertivitas tinggi hanya sedikit yakni 6 siswa (5,4 %). Keenam siswa tersebut siap dan mau memberikan informasi tentang dirinya sendiri kepada orang lain. Mereka lebih mudah membina hubungan yang sejati sebab hubungan yang sejati terbina jika seseorang mampu membuka dirinya ((Johnson (Supratiknya, 1995)). Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tingginya asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006, antara lain: pertama, lingkungan keluarga. Siswa yang dibesarkan dalam keluarga yang setiap anggotanya selalu diberi kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas tanpa rasa takut, kiranya lebih bisa menghargai pikiran dan perasaan orang lain. Menurut Alberti dan Emmons (2002: 81) orang akan menjalani kehidupan yang lebih baik, jika yang bersangkutan mengekspresikan apa yang dia inginkan dan membiarkan orang lain mengetahui bagaimana dia ingin diperlakukan. Menurut peneliti setiap orang memiliki keinginan untuk mengungkapkan apa yang menjadi pikiran dan perasaannya secara bebas. Selain itu setiap orang juga memiliki keinginan untuk selalu didengarkan karena dengan didengarkan orang merasa diperhatikan dan dihargai. Orang yang didengarkan dan dihargai akan memiliki sikap percaya kepada orang lain sehingga terbentuk hubungan yang lebih baik atau lebih dekat. Kedua, sikap terbuka. Bersikap terbuka berarti seseorang siap dan mau memberikan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Hubungan yang

sejati terbina jika orang mampu membuka dirinya. Beberapa manfaat dari bersikap terbuka menurut Johnson (Supratiknya, 1995) adalah: 1. Sikap terbuka membuat orang disukai oleh lawan komunikasinya, sehingga ia pun akan semakin bersikap terbuka. 2. Bersikap terbuka adalah dasar untuk membangun komunikasi yang lebih intim dengan orang lain. 3. Orang yang bersikap terbuka cenderung memiliki sifat-sifat: mampu dalam mengambil keputusan dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri pada situasi apapun. 4. Sikap terbuka akan melatih diri sendiri untuk bersikap sesuai apa adanya yaitu jujur dan tulus. Ketiga, sikap percaya diri. Siswa yang memiliki rasa percaya diri adalah siswa yang memiliki keberanian untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kebutuhannya kepada orang lain. Sikap percaya diri terbentuk jika siswa memiliki penghargaan terhadap dirinya, hal ini juga akan membantu terbentuknya hubungan yang lebih nyaman dalam situasi pergaulan. Manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa yang memiliki asertivitas yang tinggi, yaitu: pertama, siswa dapat bekerja sama dengan lebih baik dan berkembang untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Tingkat kepekaan cukup tinggi pada perilaku ini sehingga siswa lebih dapat membaca situasi yang terjadi di sekelilingnya. Kedua, siswa mampu bersikap tegas dalam berhubungan dengan banyak orang dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam artian, ia dapat mengambil keputusan atau melakukan tindakan tertentu

berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional, meledak-ledak, atau berperilaku buruk lainnya. Ketiga, siswa lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusannya sendiri. Dalam hal ini, ia bebas untuk mengemukakan berbagai keinginan, pendapat, gagasan, dan perasaan secara terbuka dengan tetap memperhatikan pendapat orang lain juga. Hasil penelitian menunjukkan siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 yang memiliki tingkat asertivitas cukup tinggi ada 92 siswa (83,6 %). Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi asertivitas siswa cukup tinggi, yaitu: lingkungan keluarga, siswa yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang tidak terlalu biasa mengkomunikasikan masalah secara terbuka dapat membentuk siswa menjadi bersikap cukup asertif. Hasil penelitian menunjukkan siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/20056 yang memiliki tingkat asertivitas rendah ada 12 siswa (10,9 %). Tingkat asertivitas rendah dianggap belum ideal karena mengakibatkan siswa cenderung kurang mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain. Siswa juga kurang mampu bekerjasama dengan orang lain, terutama orang yang baru pertama sekali ditemuinya. Selain itu siswa juga kurang memiliki rasa percaya diri dan sulit mempercayai orang lain serta kurang mampu bertindak demi kepentingannya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada (0 %) siswa kelas XI SMA GAMA tahun ajaran 2005/2006 yang memiliki tingkat asertivitas sangat

rendah. Hal ini disebabkan tidak ada seorang pun yang dapat bersikap tidak asertif secara sempurna Menurut peneliti ada berbagai usaha yang perlu dilakukan untuk meningkatkan asertivitas para siswa tersebut, antara lain: 1. Latihan menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik adalah orang yang mau berusaha untuk mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian dan ketulusan tanpa berpura-pura sehingga orang lain pun mau mendengarkannya. Menjadi pendengar yang baik dapat dilatih dengan membiasakan diri tidak memotong pembicaraan lawan bicara, terlibat dalam sebuah pembicaraan tanpa banyak memberikan nasehat atau tanggapan-tanggapan yang tidak diperlukan; lebih banyak mendengarkan dibanding berbicara. 2. Latihan tidak takut untuk menyatakan rasa tidak senang. Mengungkapkan rasa tidak senang dapat dilakukan dengan cara menggunakan bahasa yang sopan sehingga tidak membuat orang yang bersangkutan merasa terpojok. Latihan tidak takut untuk menyatakan rasa tidak senang dengan belajar terbuka dan jujur pada apa yang dipikirkan dan dirasakan kemudian menyatakannya. 3. Memupuk rasa percaya diri. Sikap percaya diri tidak muncul sendirinya. Rasa percaya diri dapat dikembangkan dengan banyak terlibat dalam pergaulan atau

bersosialisasi; terlibat dalam organisasi-organisasi yang mendorong seseorang untuk lebih aktif dan diberikan kesempatan untuk menyatakan pikiran dan perasaan tanpa harus takut dicela. Sikap percaya diri akan membantu siswa untuk bergaul lebih baik dengan orang lain. Untuk meningkatkan asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta, guru pembimbing perlu melakukan beberapa upaya, antara lain: pertama, memberikam kesempatan kepada setiap siswa untuk mengungkapkan diri secara jujur tanpa rasa takut bisa saat diskusi, sharing; kedua, mengadakan pelatihan yang melibatkan siswa, seperti pelatihan asertivitas, retret, dan lain-lain; ketiga, berkomunikasi secara empatik, agar siswa tidak merasa dipojokkan atau dipermalukan; keempat, tidak memberikan cap yang negatif pada siswa, menerima siswa apa adanya. kelima, guru pembimbing lebih bersikap terbuka kepada siswa sehingga siswa juga terdorong untuk bersikap terbuka tanpa rasa takut; keenam, guru pembimbing mengadakan atau memberikan pembimbingan klasikal yang mengambil tema asertivitas.

BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini, peneliti menyajikan ringkasan, kesimpulan dan saran. Ringkasan terkait dengan tujuan penelitian, jenis penelitian, populasi penelitian dan hasil penelitian. Bagian kesimpulan berisi kesimpulan penelitian berdasarkan hasil penelitian. Bagian saran berisi saran dari peneliti kepada berbagai pihak. A. Ringkasan Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakrta tahun ajaran 2005/2006. Topik ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa asertivitas merupakan salah satu kemampuan yang perlu dipertimbangkan dalam diri siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingginya tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripstif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 110 siswa, yang terdiri dari 29 siswa kelas XI IPA 1, 29 siswa kelas XI IPA 2, 25 siswa kelas XI IPS 2, dan 27 siswa kelas XI IPS 3. Pengumpulan data dilakukan pada hari Sabtu tanggal 20 Mei 2006 dan pada hari Senin tanggal 22 Mei 2006. Instrumen penelitian adalah kuesioner asertivitas yangdisusun peneliti dengan inspirasi kuesioner yang disusun oleh Hia (2004) dengan

memodifikasi beberapa pernyataan item dan mengubah jumlah alternatif jawaban. Alat tersebut memuat lima aspek asertivitas, yaitu (1) kemampuan menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia; (2) kemampuan bertindak demi kepentingan sendiri; (3) kemampuan menyadari dan mengungkapkan perasaan, keyakinan dan pikiran secara jelas, langsung dan jujur tanpa merasa cemas/bersalah; (4) kemampuan mempertahankan hak-hak pribadi dan membela diri sendiri; (5) kemampuan menghormati orang lain sebagai pribadi. Setelah dilakukan uji coba pada siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta, kuesioner final yang digunakan peneliti memuat 48 butir pernyataan. Teknik analisis data yang digunakan adalah perhitungan skor (frekuensi) dengan menggunakan rumus Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I untuk penggolongan tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, rendah, dan sangat rendah. Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut: tidak ada siswa (0 %) memiliki tingkat asertivitas sangat tinggi, 6 siswa (5,4 %) memiliki tingkat asertivitas tinggi, 92 siswa (83 %) memiliki tingkat asertivitas cukup tinggi, 12 siswa (10,9 %) memiliki tingkat asertivitas rendah dan tidak ada siswa (0 %) memiliki tingkat asertivitas sangat rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam hal tingkat asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 berkualifikasi cukup tinggi yang berarti belum ideal.

B. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya adalah asertivitas siswa kelas XI SMA GAMA Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 berkualifikasi cukup tinggi yang berarti belum ideal. C. Saran Di bawah ini dikemukakan saran bagi berbagai pihak: 1. Kepala Sekolah Kepala sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada konselor sekolah untuk lebih meningkatkan profesionalitasnya dengan mengikuti seminar dan diskusi-diskusi tentang bidang bimbingan dan konseling, khususnya tentang pengembangan asertivitas siswa. 2. Guru Pembimbing a. Guru pembimbing hendaknya mampu menunjukkan asertivitas sehingga dapat menjadi contoh bagi siswa dalam bersikap aserif. b. Guru pembimbing hendaknya menyelenggarakan kegiatan atau latihan untuk mengembangkan asertivitas siswa. 3. Peneliti Lain Peneliti lain dapat menjadikan laporan proses dan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis.

DAFTAR PUSTAKA Adams, Linda and Elinor Lenz. (1995). Be Your Best- Jadilah Diri Anda Sendiri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diterjemahkan oleh Kumara, A. & Danan, P. Alberti and Emmons. (2002). Your perfect Right: Panduan Praktis Hidup Lebih ekspresif dan Jujur pada Diri Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo. Diterjemahkan oleh Buditjahya, U. G. 2002. Barus, G. (1999). Tesis Kontribusi Pola-pola Pengasuhan orangtua dan Kemamdirian terhadap Pembentukkan Identitas Vokasional Remaja Akhir. Arikunto, Suharsimi, (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta. Cawood, Diana. (1997). Manajer yang Asertif- Terampil Mengelola Orang dan Efektif dalam komunikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diterjemahkan oleh Hidayat, Bern. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Furchan, Arief. (1982). Penelitian dalam Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelligence- Kecerdasan Emosional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Diterjemahkan oleh Hermaya,T.

Gunarsa, Singgih. (1983). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Hia, Riati. (2004). Deskripsi Asertivitas Para Suster Yunior dan Medior Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih dari Maria Bunda Berbelaskasih (SCMM) di Sumatera Utara Provinsi Indonesia Tahun 2004, (Skripsi). Yogyakarta. Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Lloyd, Sam. R. (1991). Mengembangkan Perilaku asertif yang Positif. Jakarta: Binarupa Aksara. Masidjo, Ign. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, Yogyakarta: Kanisius. Mappiare, Andi. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Pane, Romana. (2003). Deskripsi Keterampilan Asertif Para Suster Santo Yosef-Medan Tahun 2002-2003, (Skripsi). Yogyakarta. Rifai, Melly Sri Sulastri. (1984). Psikologi Perkembangan Remaja. Bandung: Bina Aksara.

Rini, Jacinta. www. Google. com. Sarwono, W.S. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers. Susanto, AB. www. Google. com. Supratiknya, A. (1995). Komunikasi Antar pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Winkel, W.S. (1997). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

L A M P I R A N

LAMPIRAN 1 KUESIONER UJI COBA

Kuesioner Asertivitas (Uji Coba) Kata Pengantar Para siswa yang terkasih, pada kesempatan ini saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan pengisian kuesioner ini adalah untuk mengetahui pengalaman Anda dalam berkomunikasi sehari-hari. Semua informasi dari Anda akan dirahasiakan. Demi amannya kerahasiaan jawaban, nama tidak perlu ditulis. Informasi dari Anda sangat berharga bagi saya, Maka isilah angket ini secara terbuka sesuai dengan pengalaman pribadi kalian (bukan yang seharusnya terjadi). Keterbukaan Anda sangat saya hargai dan terima kasih. Identitas : 1. Kelas : XI, Jurusan : IPA/IPS (coret yang tidak diperlukan) 2. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan (coret yang tidak diperlukan) Petunjuk : Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti, Kemudian tentukanlah seberapa sering kamu mengalami hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan tanda centang ( v ) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban sebagai berikut : SS = Sangat Sering S = Sering K = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah

NO Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 1. Apabila orang lain tidak begitu lancar mengungkapkan pikiran dan pendapatnya, saya cepat-cepat memotong untuk menyelesaikan kalimatnya. 2. Apabila berbicara, saya memandang lawan bicara saya 3. Apabila saya meminta orang lain melakukan suatu pekerjaan dan tidak selesai pada waktu yang saya inginkan, saya langsung mengambil alih pekerjaan itu. 4. Apabila orang yang lebih muda memberi masukan atau saran kepada saya, saya merasa direndahkan. 5. Apabila orang lain mengkritik saya, saya dapat menanggapinya dengan tenang. 6. Saya memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memenuhi kebutuhannya. 7. Saya ikut bergembira apabila orang lain berhasil. 8. Apabila orang lain menghadapi masalah, saya menyimpulkan bahwa dia sendirilah penyebab masalahnya. 9. Apabila orang lain mengkritik saya, saya mengungkapkan kejengkelan saya dengan mengungkit kembali kesalahannya di masa lampau. 10. Jka ada orang lain yang kelihatan murung, saya terdorong untuk mendekati dia agar dapat memahami apa yang dirasakannya. 11. Saya merencanakan kegiatan harian saya. 12. Saya melakukan apa saja yang saya anggap benar tanpa takut dicela orang. 13. Saya enggan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada orang lain. 14. Untuk hal-hal yang saya anggap benar, saya memaksa orang lain untuk mengikutinya dengan berbagai cara. 15. Apabila saya menolak permintaan orang lain, saya tidak berani terus terang mengatakan alasan penolakan saya. 16. Apabila terjadi konflik dengan orang lain, pendapat sayalah yang harus dibenarkan.

NO Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 17. Apabila orang lain lupa mengembalikan barang saya yang dipinjamnya, saya merasa segan untuk mengingatkannya. 18. Saya senang memberikan pendapat saat ada rapat atau diskusi di kelas. 19. Saya menghayati nilai-nilai hidup yang saya perjuangkan. 20. Saya menghargai nilai-nilai hidup orang lain. 21. Saya memilih tidak mengungkapkan perasaan dan pendapat saya daripada harus menghadapi konflik dengan orang lain. 22. Saya mudah meminta maaf kalau saya melakukan kesalahan. 23. Saya mengungkapkan perasaan saya kepada orang lain secara langsung dan jujur tanpa merasa bersalah atau malu. 24. Saya mengharapkan orang lain mengetahui kebutuhan saya meskipun saya tidak mengungkapkannya. 25. Saya ikut bergembira apabila orang lain berhasil. 26. Saya menawarkan bantuan kepada orang lain yang membutuhkannya. 27 Apabila orang lain menceritakan pengalamannya, saya memberi kesempatan kepadanya bercerita sampai selesai, baru saya menanggapinya. 28. Saya merasa bersalah apabila menolak permintaan orang lain. 29. Saya enggan bertanya kepada orang lain biarpun ada yang ingin saya tanyakan, karena saya takut salah. 30. Apabila orang lain mengungkapkan perasaannya, saya berusaha mendengarkannya dengan penuh perhatian. 31. Pada saat menerima pujian, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. 32. Saya akan bertanya kalau ada hal yang kurang jelas daripada saya berprasangka yang tidak benar. 33. Saya segan menolak ajakan orang lain meskipun saya tidak menyukainya. 34. Saya mengetahui penyebab gejolak perasaan saya.

No Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 35. Saya merasa canggung untuk memberikan pujian kepada orang lain. 36. Kalau saya menyampaikan sesuatu kepada orang lain, saya langsung ke pokok persoalan tanpa harus berputar-putar dahulu. 37. Saya mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran saya. 38. Dalam pergaulan sehari-hari saya berani mengawali pembicaraan dengan orang lain. 39. Saya menetapkan tujuan bagi setiap kegiatan yang saya lakukan. 40. Saya ragu-ragu menyampaikan kritik kepada orang lain. 41. Apabila orang lain marah kepada saya, saya mudah terpancing untuk ikut marah juga. 42. Apabila saya membutuhkan bantuan dari orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan, saya memintanya dengan terus terang dan bersahabat. 43. Saya enggan mengungkapkan pendapat saya dengan jujur dan terbuka kepada orang yang lebih tua dari saya. 44. Saya berusaha keras untuk mencapai tujuan yang telah saya tetapkan. 45. Saya tidak merasa malu untuk menanyakan halhal yang menurut saya tidak jelas. 46. Apabila saya merasa terganggu dengan perkataan atau tindakan orang lain, saya memberitahukan kepada orang yang bersangkutan secara terus terang tanpa menyinggung perasaannya. 47. Saya sulit memberi kepercayaan kepada orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 48 Saya mengalami kesulitan saat harus mengambil sebuah keputusan. 49. Kalau ada gagasan bagus terlintas dalam pikiran saya, saya lebih suka menceritakannya kepada orang lain. 50. Saya mengungkapkan ketidaksetujuan saya terhadap pendapat orang lain dengan memberikan penjelasan seperlunya tanpa merasa bersalah.

No Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 51. Saya melibatkan orang lain dalam mengambil keputusan bagi diri saya. 52. Apabila saya tidak sependapat dengan orang lain mengenai sebuah masalah, saya menjelekjelekkan orang tersebut.

LAMPIRAN 2 KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner Asertivitas (Penelitian) Kata Pengantar Para siswa yang terkasih, pada kesempatan ini saya memohon kesediaan Anda untuk mengisi kuesioner ini. Tujuan pengisian kuesioner ini adalah untuk mengetahui pengalaman Anda dalam berkomunikasi sehari-hari. Semua informasi dari Anda akan dirahasiakan. Demi amannya kerahasiaan jawaban, nama tidak perlu ditulis. Informasi dari Anda sangat berharga bagi saya, Maka isilah angket ini secara terbuka sesuai dengan pengalaman pribadi kalian (bukan yang seharusnya terjadi). Keterbukaan Anda sangat saya hargai dan terima kasih. Identitas : 3. Kelas : XI, Jurusan : IPA/IPS (coret yang tidak diperlukan) 4. Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan (coret yang tidak diperlukan) Petunjuk : Bacalah masing-masing pernyataan dengan teliti, Kemudian tentukanlah seberapa sering kamu mengalami hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan tanda centang ( v ) pada kolom yang telah disediakan. Alternatif jawaban sebagai berikut : SS = Sangat Sering S = Sering K = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah

No Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 1. Apabila orang lain tidak begitu lancar mengungkapkan pikiran dan pendapatnya, saya cepat-cepat memotong untuk menyelesaikan kalimatnya. 2. Apabila berbicara, saya memandang lawan bicara saya 3. Apabila orang yang lebih muda memberi masukan atau saran kepada saya, saya merasa direndahkan. 4. Apabila orang lain mengkritik saya, saya dapat menanggapinya dengan tenang. 5. Saya memberi kesempatan kepada setiap orang untuk memenuhi kebutuhannya. 6. Saya ikut bergembira apabila orang lain berhasil. 7. Apabila orang lain menghadapi masalah, saya menyimpulkan bahwa dia sendirilah penyebab masalahnya. 8. Apabila orang lain mengkritik saya, saya mengungkapkan kejengkelan saya dengan mengungkit kembali kesalahannya di masa lampau. 9. Jka ada orang lain yang kelihatan murung, saya terdorong untuk mendekati dia agar dapat memahami apa yang dirasakannya. 10. Saya merencanakan kegiatan harian saya. 11. Saya melakukan apa saja yang saya anggap benar tanpa takut dicela orang. 12. Saya enggan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada orang lain. 13. Untuk hal-hal yang saya anggap benar, saya memaksa orang lain untuk mengikutinya dengan berbagai cara. 14. Apabila saya menolak permintaan orang lain, saya tidak berani terus terang mengatakan alasan penolakan saya. 15. Apabila terjadi konflik dengan orang lain, pendapat sayalah yang harus dibenarkan. 16. Apabila orang lain lupa mengembalikan barang saya yang dipinjamnya, saya merasa segan untuk mengingatkannya. 17. Saya senang memberikan pendapat saat ada rapat atau diskusi di kelas. 18. Saya menghayati nilai-nilai hidup yang saya perjuangkan. 19. Saya menghargai nilai-nilai hidup orang lain. 20. Saya memilih tidak mengungkapkan perasaan dan pendapat saya daripada harus menghadapi konflik dengan orang lain. 21. Saya mudah meminta maaf kalau saya melakukan kesalahan.

No Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 22. Saya mengungkapkan perasaan saya kepada orang lain secara langsung dan jujur tanpa merasa bersalah atau malu. 23. Saya mengharapkan orang lain mengetahui kebutuhan saya meskipun saya tidak mengungkapkannya. 24. Saya senang memperhatikan kebutuhan orang lain. 25. Saya menawarkan bantuan kepada orang lain yang membutuhkannya. 26. Saya merasa bersalah apabila menolak permintaan orang lain. 27. Saya enggan bertanya kepada orang lain biarpun ada yang ingin saya tanyakan, karena saya takut salah. 28. Apabila orang lain mengungkapkan perasaannya, saya berusaha mendengarkannya dengan penuh perhatian. 29. Pada saat menerima pujian, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. 30. Saya akan bertanya kalau ada hal yang kurang jelas daripada saya berprasangka yang tidak benar. 31. Saya segan menolak ajakan orang lain meskipun saya tidak menyukainya. 32. Saya mengetahui penyebab gejolak perasaan saya. 33. Saya merasa canggung untuk memberikan pujian kepada orang lain. 34. Kalau saya menyampaikan sesuatu kepada orang lain, saya langsung ke pokok persoalan tanpa harus berputarputar dahulu. 35. Saya mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran saya. 36. Dalam pergaulan sehari-hari saya berani mengawali pembicaraan dengan orang lain. 37. Saya menetapkan tujuan bagi setiap kegiatan yang saya lakukan. 38. Saya ragu-ragu menyampaikan kritik kepada orang lain. 39. Apabila orang lain marah kepada saya, saya mudah terpancing untuk ikut marah juga. 40. Saya enggan mengungkapkan pendapat saya dengan jujur dan terbuka kepada orang yang lebih tua dari saya. 41. Saya berusaha keras untuk mencapai tujuan yang telah saya tetapkan. 42. Saya tidak merasa malu untuk menanyakan hal-hal yang menurut saya tidak jelas.

No. Pernyataan-pernyataan SS S KK TP 43. Apabila saya merasa terganggu dengan perkataan atau tindakan orang lain, saya memberitahukan kepada orang yang bersangkutan secara terus terang tanpa menyinggung perasaannya. 44. Saya sulit memberi kepercayaan kepada orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. 45. Saya mengalami kesulitan saat harus mengambil sebuah keputusan. 46. Saya mengungkapkan ketidaksetujuan saya terhadap pendapat orang lain dengan memberikan penjelasan seperlunya tanpa merasa bersalah. 47. Saya melibatkan orang lain dalam mengambil keputusan bagi diri saya. 48. Apabila saya tidak sependapat dengan orang lain mengenai sebuah masalah, saya menjelek-jelekkan orang tersebut.

LAMPIRAN 3 TABULASI SKOR-SKOR UJI COBA

LAMPIRAN 4 TABULASI SKOR-SKOR PENELITIAN