BAB I PENDAHULUAN. memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupannya, serta. sistem pendidikan nasional (Hasbullah 2011:123).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fatima Dwi Ratna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE DRILL UNTUK MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IVa SDN 015 SUNGAI SALAK KECAMATAN TEMPULING TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

2013 PENERAPAN METODE KERJA KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA ANAK DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Masrini, 2013

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa hilang selama kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang hidup pasti membutuhkan pendidikan, agar tujuan hidupnya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu Negara berdasarkan sosio kultural, psikologis, ekonomis, dan politis. Pendidikan tersebut ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang bersangkutan, yang sering juga disebut dengan kepribadian nasional. Proses pendidikan yang diselenggarakan dan dilaksanakan suatu bangsa dalam upaya menumbuhkan dan mengembangkan watak atau kepribadian bangsa, memajukan kehidupan bangsa dalam berbagai bidang kehidupannya, serta mencapai tujuan nasional bangsa yang bersangkutan, itulah yang disebut sistem pendidikan nasional (Hasbullah 2011:123). Tujuan sistem pendidikan nasional berfungsi memberikan arah pada semua kegiatan pendidikan dalam satuan-satuan pendidikan yang ada. Tujuan pendidikan nasional tersebut merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh semua satuan pendidikannya. Meskipun setiap satuan pendidikan tersebut mempunyai tujuan sendiri, namun tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional (Hasbullah 2011:125). Dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di katakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

2 mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengembangkan potensi peserta didik diperlukan proses belajar mengajar. Belajar itu sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam lingkungan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Sedangkan mengajar adalah mengajar pada dasarnya merupakan kegiatan akademik yang berupa interaksi komunikasi antara pendidik dan peserta didik, aktivitas mengajar merupakan kegiatan guru dalam mengaktifkan proses belajar peserta didik dengan menggunakan berbagai metode (Suhardan 2010:67). Pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Dalam UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen di katakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Semakin berkembangnya teknologi informasi saat ini menyebabkan berbagai perubahan terjadi diberbagai lini kehidupan. Perkembangan juga merambah dalam dunia pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka proses

3 pendidikan haruslah dapat dijalankan sesuai dengan ketentuan yang bersifat mendasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (KTSP SD/MI, 2006:30). Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa menghadapi perubahan keadaan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Hal ini jelas merupakan tuntutan sangat tinggi yang tidak mungkin bias dicapai melalui hapalan, latihan pengerjaan soal yang bersifat rutin, serta proses pembelajarannya biasa menjadi tuntutan tujuan yang demikian tinggi, maka perlu dikembangkan materi serta proses pembelajarannya yang sesuai. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:417), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

4 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Selama ini pelajaran matematika identik dengan duduk siap, mendengarkan dan memperhatikan pemaparan guru tanpa melihat siswa terlibat didalamnya. Hal ini membuat siswa menjadi tidak kreatif dan memiliki pandangan tertutup mengenai pelajaran matematika. Mereka akan lebih sulit menerima matematika sebagai pelajaran yang mudah. Sikap ini tentu saja menyebabkan hasil belajar matematika mereka menjadi rendah. Akibat lebih lanjut lagi mereka menjadi semakin tidak suka belajar matematika, maka hasil belajar mereka semakin merosot. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari

5 para guru serta calon guru SD-MI untuk melakukan suatu upaya agar dapat meningkatkan hasil belajar anak didiknya. SDN Gunungleutik 03, pelajaran yang paling tidak disukai siswa adalah matematika. Mereka menganggap bahwa matematika selalu berhubungan dengan sesuatu yang sulit dan abstrak, meskipun tidak semua anggapan itu benar. Apabila pembelajaran matematika menjadi pelajaran yang menakutkan bagi para siswa. Berhubungan dengan hal di atas, pendidikan yang baik akan ditunjang dengan proses pembelajaran yang baik pula. Di SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung dalam kondisi umum pembelajaran khususnya di kelas IV, kondisi pembelajarannya sangat kurang menarik, materi yang diterima kurang lengkap, terlalu banyak peserta didik. Sehingga suasana pembelajaran tidak kondusif. Selain belum adanya informasi-informasi yang baru tentang pendidikan yang saat ini sudah semakin maju, para guru pun belum semuanya dapat mengajarkan kepada peserta didik tentang masalah Matematika dan guru kurang terampil dalam menyajikan materi pembelajaran. Masih menggunakan metode klasik yang kurang memadai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khusunya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Menurut pengertian lama, pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Pendapat seperti ini

6 sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran bukanlah satu-satunya faktor yang menetukan prestasi belajar, karena prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya sangat kompleks dan sangat relevan. Sebagai gambaran dari hasil observasi yang dilakukan di SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung di kelas IV pada bulan februari dan April 2016 pada pembelajaran Matematika banyak sekali ditemukan kendala-kendala yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun, diantaranya adalah 1. Tidak menciptakan suasana belajar yang menantang dan memacu untuk bekerja keras dan berpikir sistematis. 2. Masih rendahnya prestasi hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika. 3. Kurangnya media pembelajaran sehingga kemajuan belajar, perhatian dan hasil belajar siswa perlu ditingkatkan. Berdasarkan data hasil observasi menunjukkan bahwa sebanyak 26 siswa atau sebanyak 60 % dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 masih belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 70 untuk mata pelajaran Matematika. Sedangkan siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 14 orang atau sebesar 35 %. Oleh karena itu perlu adanya tindakan yang nyata untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Model pembelajaran example non example adalah salah satu model yang dipandang dapat memberikan pengalaman belajar yang berkenaan

7 dengan objek yang dipelajari. Dengan perkataan lain, salah satu cara untuk meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi operasi hitung bilangan adalah dengan pemanfaatan menggunakan model example non example. Hal ini diyakini dapat membantu proses belajar mengajar di SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Alasan lain pengguanaan model example non example yang tepat dapat mencermati belajar dalam proses dan hasil pengajaran peserta didik karena taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir sederhana ke kelompok begitu besar manfaat model examples non examples sehingga sangat disayangkan apabila suatu lembaga pendidikan yang telah memiliki media pengajaran namun guru belum memanfaatkannya, apalagi mata pelajaran Matematika banyak memerlukan metode agar mampu memberi kemudahan peseta didik mencapai tujuan. Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ditemukan di atas, maka penulis perlu mengadakan penelitian mengenai upaya meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian yang akan dilakukan berjudul: Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example untuk Meningkatkan Sikap Teliti dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD dalam Pelajaran Matematika pada Materi Operasi Hitung Bilangan (Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di Kelas IV SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung)

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka identifikiasi masalahnya sebagai berikut: 1. Penggunaan media pembelajaran yang tidak ada yang mengakibatkan minat peserta didik menjadi rendah. 2. Kurangnya media pembelajaran sehingga kemajuan belajar, perhatian dan hasil belajar peserta didik perlu ditingkatkan. 3. Pembelajaran Matematika di kelas kurang menarik, karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan hanya merujuk pada buku. 4. Kurangnya pemahaman pendidik mengenai model-model pembelajaran. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 1. Rumusan Masalah Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example dapat Meningkatkan Sikap Teliti dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD dalam Pelajaran Matematika pada Materi Operasi Hitung? 2. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran (RPP) Matematika dengan menggunakan model example non example pada peserta didik kelas IV SD dalam pelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan?

9 2. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan model example non example pada peserta didik kelas IV SD dalam pelajaran matematika pada materi operasi hitung bilangan? 3. Bagaimanakah hasil belajar peserta didik kelas IV SD dalam pembelajaran Matematika pada materi operasi hitung bilangan dengan menggunakan model example non example? D. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah yang terpapar di atas diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan maka penulis memandang perlu memberikan batasan masalah secara jelas dan terfokus. Maka pembatasan masalahnya sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilaksanakan di SDN Gunungleutik 03. 2. Penelitian ini hanya dilakukan dikelas IV semester I. 3. Penelitian ini terfokus pada mata pelajaran Matematika 4. Penelitian ini terfokus pada materi Operasi Hitung Bilangan. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuannya adalah sebagai berikut:

10 a. Tujuan Umum untuk mengetahui efektifitas penggunaan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. b. Tujuan Khusus Berdasarkan permasalahan di atas maka PTK yang dicapai yaitu untuk: 1) Untuk mengetahui dan meningkatkan perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru tentang Operasi Hitung Bilangan pada pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Example non Example pada siswa kelas IV SDN Gunungleutik 03. 2) Untuk mengetahui dan meningkatkan Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun oleh guru tentang Operasi Hitung Bilangan pada pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Example non Example pada siswa kelas IV SDN Gunungleutik 03. 3) Untuk mengetahui dan meningkatkan hasil belajar siswa tentang Operasi Hitung Bilangan pada pembelajaran Matematika melalui model pembelajaran Example non Example pada siswa kelas IV SDN Gunungleutik 03. F. Manfaat Penelitian Secara teoritis pelaksanaan PTK (Penelitian tindakan Kelas) banyak manfaat yang dapat di petik. Penelitian tindakan kelas sebenarnya merupakan

11 ajang bagi guru untuk berpikir kreatif guna memecahkan masalah di kelas serta dapat menjadi hasil inovasi baru bagi pembelajaran di sekolah. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya yang dapat meningkatkan sikap profesional guru. Sebagai tenaga profesional guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. Mengingat pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran, maka melalui PTK akan meningkatkan kinerja belajar dan kompetensi peserta didik yang pada akhirnya akan memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas dalam penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar serta meningkatkan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar peserta didik yang dapat memperbaiki pribadi peserta didik di sekolah. Manfaat lain dari pelaksanaan PTK secara visual sebagai pengembangan kurikulum. Secara praktis penelitian tindakan kelas (PTK) dapat memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan/institusi: 1. Bagi Siswa a) Dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa. b) Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan siswa pada pembelajaran Matematika sehingga hasil belajar meningkat

12 2. Bagi Guru Diharapkan menjadi alternatif model pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik dalam pembelajaran Matematika serta meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran secara variatif dengan metode dan media pembelajaran yang lebih tepat dan sesuai dengan situasi bahan pembelajaran. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini akan memberikan perbaikan serta peningkatan mutu hasil pendidikan terutama pada mata pelajaran Matematika di SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. 4. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah pembelajaran yang terdapat di lapangan yang dilakukan peneliti yang dapat meningkatkan kolaborasi antara peniliti dan tenaga pendidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran dikelas. G. Kerangka Pemikiran Menurut Sekeran (2015:91), kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisakan sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir menjelaskan tentang bagaimana hubungan masalah dengan solusi secara

13 umum, dan bagaimana proses yang dilakukan peneliti dalam mencapai keberhasilan penggunaan solusi pada permasalahan yang ditemuinya. Kerangka berpikir adalah alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, peserta didik kelas IV dalam mempelajari operasi hitung bilangan masih tergolong rendah. Hal ini terbukti dari 36 siswa di kelas IV sekitar 65% siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran Matematika yaitu nilai KKM 70 dan siswa yang mencapai KKM sebanyak 14 orang atau 35 %. Artinya masih ada siswa yang kemampuan dan hasil belajarnya rendah dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam memberikan pembelajaran Matematika, dalam proses pembelajarannya guru jarang menggunakan media pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, pembelajaran hanya berdasarkan buku paket dan kurang terdapat referensi sumber belajar lain, selain itu metode yang digunakan tidak bervariatif yaitu dengan menggunakan metode ceramah mengakibatkan keadaan di kelas menjadi kurang kondusif karena perhatian siswa tidak fokus di kelas. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas maka peneliti berusaha mencari strategi pembelajaran yang cocok yaitu dengan strategi pembelajaran cooperative learning model examples non examples yaitu pemanfaatan media gambar yang digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil

14 belajar siswa pada materi menjelaskan operasi hitung bilangan di kelas IV SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Agar penelitian penulis ini dapat dipahami, maka penulis akan menjelaskan dalam sebuah diagram sebagai berikut. Kondisi Tindakan Tujuan/Hasil 1. Pembelajaran Matematika materi operasi hitung menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif dan kurang memahami materi serta perhatian kurang fokus. 2. Kurang menggunakan media atau alat pembelajaran Guru: menggunakan model Pembelajaran Example Non Example Siklus I: Pembelajaran dengan Model Example Non Example dengan materi Operasi Hitung Siklus II: Pembelajaran dengan Model Example Non Example dengan materi Operasi Hitung Bilangan dengan menggunakan media secara langsung 1. Guru menggunakan model examples non examples 2. Pembelajaran menyenangkan 3. Aktifitas belajar siswa menjadi aktif Evaluasi Akhir Evaluasi Awal Evaluasi Efek Gambar Kerangka Berpikir pada Penelitian Tindakan Kelas Sumber Iskandar (2012 : 49)

15 a. Asumsi Model pembelajaran Example non Example juga merupakan model yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example and non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya dari pada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Guru menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (2009:1), telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan model Example Non example, sebagai berikut: a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep baru. Menyajikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama

16 siswa memikirkan tentang tiap examples dan non-examples tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda. b. Menyiapkan examples non examples tambahan, mengenai konsep yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru. c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan konsep examples dan non-examples mereka. Setelah itu meminta tiap pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik. d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah di dapat dari examples dan non-examples. Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan model pembelajaran example non example pada prinsipnya adalah upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang sedang dipelajari. b. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara pada sebuah penelitian, penulis mencoba merumuskan sebuah hipotesis yang akan di uji kebenarannya. Menurut Arikunto (2006:62), Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat

17 sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan asumsi di atas maka penulis menarik hipotesis sebagai berikut: 1). Hipotesis Umum Penggunaan medel Pembelajaran example Non example untuk peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika di SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung 2). Hipotesis Khusus Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian teoritis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi, 2000:7), a. Jika guru menggunakan model pembelajaran Example Non Example pada mata pelajaran Matematika hasil belajar siswa di kelas IV SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung akan meningkat. b. Jika guru menggunakan model pembelajaran Example Non Example pada mata pelajaran Matematika hasil belajar siswa di kelas IV SDN Gunungleutik 03 Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung akan meningkat.

18 H. Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah penilaian hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam ranah kognitif, afektif dan Psikomotor yang diperoleh setelah mengikuti proses belajar. 2. Matematika Matematika berasal dari bahasa yunani, Mathein atau Matheneinn yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubunganya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian keutuhan atau intelegensia. Matematika merupakan ilmu mempelajari penelaahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak. 3. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Trianto (2011:51), model pembalajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Mills (2011:45), Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.

19 4. Model Pembelajaran Example Non Example Menurut Komalasari (2010:61), model pembelajaran Example non Example adalah model pembelajaran yang membelajarkan murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Murid diarahkan untuk memngidentifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut. Menurut Hamzah (2005:113), Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non Example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang di bahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non example, diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Example non Example adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar yang berupa contoh-contoh untuk mendorong siswa belajar berpikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan terkait contoh-contoh gambar yang disajikan. Model pembelajaran Example non Example juga merupakan model yang mengajarkan pada siswa untuk belajar mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non example adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Model pembelajaran Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara

20 primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap Example non Example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada 5. Sikap teliti Teliti berarti cermat dan saksama dalam menjalankan sesuatu. Orang yang teliti ditunjukkan dengan cermat, penuh minat, dan berhatihati dalam menjalankan sesuatu agar tidak terjadi kesalahan. Lawan sikap teliti adalah ceroboh atau teledor. Orang yang bersifat teliti selalu sabar dan tidak asal cepat dalam mengerjakan sesuatu. Termasuk dalam bicara, kita tidak boleh ceroboh, tetapi harus cermat.