ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO"

Transkripsi

1 ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Yusi Agustina PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013

2 ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh Yusi Agustina NIM Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan Didepan Panitia Penguji Skripsi Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Rochimansyah, M.Pd. Aris Aryanto, M.Hum. NIDN NIDN Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Yuli Widiyono, M.Pd. NIDN

3 ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh Yusi Agustina NIM Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo Pada tanggal : 18 September 2013 TIM PENGUJI Eko Santosa, S.Pd, M.Hum. NIDN ( Penguji Utama ) Rochimansyah, M.Pd. NIDN ( Penguji/Pembimbing I Aris Aryanto, M.Hum.... NIDN ( Penguji/Pembimbing II ) Purworejo, 18 September 2013 Mengetahui, Dekan Fakultas Keguruan Ilmu dan Pendidikan Drs. H. Hartono, MM. NIP

4 PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Yusi Agustina NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Judul Skripsi : Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan. Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, saya bersedia bertanggungjawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, 18 September 2013 Yang membuat pernyataan Yusi Agustina

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim, dari buaian sampai liang lahat. ( Hasan Al Bashri) 2. Harta akan habis apabila dibagikan, namun ilmu takkan habis apabila dibagikan. ( Mario Teguh ) 3. Seni adalah ungkapan cinta manusia terhadap karya Allah, bukan terhadap karya manusia. ( John Ruskin ) PERSEMBAHAN: Karya sederhana ini saya persembahkan kepada : 1. Bapak Bangkit dan Ibu Harwati yang merawat, mendidik serta memotivasi penulis. 2. Terkasih Triyono yang selalu memberi semangat untuk pantang menyerah. 3. Adikku tersayang Adina Subekti yang selalu menemani dan menghiburku dalam keseriusan penulisan skripsi. 4. Teman-teman seperjungan yang selalu menemani dalam keadaan suka maupun duka di bangku perkuliahan. 5. Seluruh anggota kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo yang telah banyak memberikan informasi dalam penelitian ini.

6 PRAKATA Puji Syukur bagi Allah Swt yang telah memberikan petunjuk, kemudahan, dan pertolongan pada penulis sehingga skripsi dengan judul Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada : 1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Drs. H. Hartono, M.M. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 3. Rochimansyah, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan ijin dalam penelitian serta membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan petunjuk dengan ketulusan hati selama penyusunan skripsi. 4. Aris Aryanto, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberi petunjuk selama penyusunan skripsi.

7 5. Seluruh dosen Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah Swt meninggikan hal-hal yang bai dalam penyusunan skripsi ini dan mencatatnya sebagaimana lsholeh di sisi-nya sertamengampuni hal-hal yang tidak baik dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah Swt melimpahkan manfaat dan barokah dari semua hal yang telah dibaca dalam skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan nasihat-nasihat yang membangun. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, menambah ilmu pengetahuan pembaca dan berguna bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Purworejo, 18 September 2013 Penulis, Yusi Agustina

8 ABSTRAK Yusi Agustina. Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini mendiskripsikan permasalahan (1) Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo (2) Nilai Estetis Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo (3) Makna Simbolis Sesaji/Ubarampe Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penelitian Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dari informan setempat. Subjek penelitian yaitu perangkat desa, sesepuh desa, anggota paguyuban kesenian jaran kepang. Objek penelitian yaitu Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, Nilai Estetis Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, Makna Simbolis Sesaji Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Tempat penelitian berada di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Selanjutnya teknik keabsahan data mengunakan triangulasi. Hasil dari penelitian Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, (1) Pra pertunjukan, meliputi: (a) membersihkan lingkungan desa dan pembuatan panggung, (b) pembuatan ubarampe/sesaji, (c) nyekar ke pepundhen, (d) obong menyan, (2) Pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya, meliputi: tari pambuka, tari persembahan, tari sekar taji, tari rampak muda, tari suka-suka, ndadi/kesurupan, dan (3) Pasca pertunjukan ditutup dengan gendhingan yang dilakukan oleh seluruh anggota kesenian. Nilai Estetis Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya terdapat pada; (a) tarian, (b) tata busana, (c) tata rias, (d) alat musik, (e) lagu. Makna Simbolis Sesaji/Ubarampe Pertunjukan Jaran Kepang terdapat pada; (a) nasi tumpeng, (b) ayam panggang, (c) pisang raja, (d) gemblong, (e) wajik, (f) kupat lepet, (g) bonang-baneng, (h) arang-arang kambang, (i) beras lan telur ayam kampung, (j) kinang, (k) wedang kopi, wedang teh, wedang asem (l) jenang abang putih, (m) pupur, sisir, lan kaca (n) peyek, (o) kembang dan kemenyan, (p) badeg, (q) sekar setaman, (r) degan. Kata kunci: Bentuk, Nilai, Jaran Kepang

9 ABSTRAK Yusi Agustina. Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Panaliten menika medhar babagan (1) Prosesi Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo (2) Nilai Estetis Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo (3) Surasa simbolis ubarampe ingkang dipunginakaken wonten Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Panaliten menika ngginakaken jinising panalitenan alisis deskriptif kualitatif. Sumber data wonten panaliten menika awujud ukara ingkang dipunpendhet wonten ing cariyos saking tiyang asli Desa Somongari. Subjek paneliten inggih menika perangkat desa, sesepuh desa, anggota paguyuban kesenian jaran kepang. Objek panaliten inggih menika (1) Prosesi Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, (2) Nilai Estetis Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya, (3) Surasa simbolis ubarampe ingkang dipunginakaken wonten Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Papan panggenan panaliten wonten ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Teknik pengumpulan data inggih menika ngginakaken teknik observasi, wawancara, dokumentasi, lan analisis data. Teknik analisis data ingkang dipunginakaken inggih menika analisis data kualitatif. Salajengipun teknik keabsahan data ngginakaken triangulasi. Asilipun panaliten Pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya ing Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo inggih menika (1) sakderengipun pagelaran yaiku; (a) resik-resik lan ndamel panggung, (b) ndamel ubarampe utawi sesajen, (c) nyekar wonten pepundhen, (d) obong menyan. (2) pagelaran jaran kepang dipunwiwiti, wonten: tari pambuka, tari persembahan, tari sekar taji, tari rampak muda, tari suka-suka, ndadi/kesurupan, dan(3) pungkasan pagelaran jaran kepang yaiku gendhingan. Nilai kaendahan pagelaran Jaran Kepang Turangga Satria Budaya wonten ing; (a) tarian, (b) tata busana, (c) tata rias, (d) gamelan, (e) lagu. Ubarampe ingkang nggadahi makna simbolis wonten pagelaran Jaran Kepang inggih menika (a) tumpeng, (b) ayam panggang, (c) gedhang raja, (d) gemblong, (e) wajik, (f) kupat lepet, (g) bonangbaneng, (h) arang-arang kambang, (i) beras lan telur, (j) kinang lan rokok, (k) wedang kopi, wedang teh, wedang asem (l) jenang abang putih, (m) pupur, sisir, lan kaca, (n) peyek, (o) kembang lan menyan, (p) badeg, (q) sekar setaman, (r) degan. Kata Kunci : Bentuk, Nilai, Jaran Kepang

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii x xiii xiv xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI 1 Tinjauan Pustaka Kajian Teori a. Kebudayaan b. Folklor a) Ciri-ciri Folklor... 19

11 b) Bentuk-bentuk Foklor c. Bentuk Penyajian d. Nilai Estetis e. Kesenian Tradisional a) Ciri-ciri Kesenian Tradisional b) Fungsi Kesenian Tradisional f. Jaran Kepang g. Makna Simbolis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Waktu dan Tempat Penelitian C. Objek dan Subjek Penelitian D. Sumber Data dan Data E. Teknik Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data H. Teknik Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Deskripsi Data Deskripsi Umum Desa Somongari Deskripsi Umum Kesenian Jaran Kepang Turangga Satria Budaya B. Pembahasan Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo a. Pra Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya... 70

12 BAB V PENUTUP b. Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya c. Pasca Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Nilai Estetis Pada Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Makna Simbolis Sesaji Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Data Kependudukan Tabel 2. Data Kelompok Umur Penduduk Desa Somongari Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Tabel 4. Lembaga Pendidikan Tabel 5. Data Tempat Peribadatan

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kegiatan Kerja Bakti dan Pembuatan Panggung di Sekitar Area Balai Desa Somongari Gambar 2. Prosesi Pembuatan Sesaji Gambar 3. Pepundhen Eyang Kedana-kedini Gambar 4. Prosesi Obong Menyan Pada Jaran Pepundhen dan Cemethi Pepundhen Gambar 5. Prosesi Obong Menyan Pada Barisan Jaran Gambar 6. Tarian Pambuka Gambar 7. Tarian Persembahan Gambar 8. Tarian Sekar Taji Gambar 9. Tarian Rampak Muda Gambar 10. Tarian Suka-suka Gambar 11. Penari yang kesurupan/ndadi Gambar 12. Penthul-Bejer Gambar 13. Singa Barong Gambar 14. Angklung Gambar 15. Gong Gambar 16. Kendhang Gambar 17. Drum Gambar 18. Jaran Pepundhen dan Cemethi Pepundhen Gambar 19. Penari Putra dan Putri Gambar 20. Sesaji Tenongan Gambar 21. Nasi Tumpeng dengan Hiasan Sayur, Lauk-Pauk, dan Nasi Golong

15 Gambar 22. Panggang (Ayam Panggang) Gambar 23. Pisang Raja Gambar 24. Jenang Abang-Putih Gambar 25. Arang-arang Kambang Gambar 26. Bonang-baneng Gambar 27. Wedang Teh, Wedang Kopi, Wedang Asem Gambar 28. Gemblong Gambar 29. Kinang dan Rokok Gambar 30. Beras dan Telur Ayam Kampung Gambar 31. Kupat-Lepet Gambar 32. Sekar Setaman Gambar 33. Degan

16 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Daftar Nama Informan Lampiran 3. Daftar Wawancara Lampiran 4. Daftar Tabel Lampiran 5. Daftar Gambar Lampiran 6. Glosarium Lampiran 7. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 8. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 9. Surat Keputusan Penetapan Dosen Penguji Skripsi Lampiran 10. Surat Ijin Desa + Balasan Lampiran 11. Surat Ijin KPPT + Balasan Lampiran 12. Peta Provinsi Jawa Tengah Lampiran 13. Peta Kabupaten Purworejo Lampiran 14. Peta Kecamatan Kaligesing Lampiran 15. Peta Desa Somongari

17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu lingkungan atau daerah. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat tidak mungkin tidak bersentuhan dengan kebudayaan, demikian pula sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai pendukungnya. Masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan karena masyarakat sebagai wadah dan pendukung dari kebudayaan yang ada. Berbagai macam bentuk pola tingkah manusia dalam menjalankan kebudayaan, seperti halnya masyarakat Jawa yang mengenal berbagai macam kebudayaan. Jenis-jenis kesenian tradisional yang berkembang di dalam kehidupan bermasyarakat, merupakan kesenian yang sejak nenek moyang sudah dilaksanakan secara turun temurun. Orang akan puas jika telah menumpahkan kandungan jiwanya dalam bentuk kegiatan berolah seni. Adapun olah seni yang dilakukan dengan aktivitas jiwa dapat menikmati seni. Golongan pertama disebut seniman dan golongan kedua disebut penikmat seni. Kesenian merupakan salah satu kreativitas dari kebudayaan yang dasar penciptaannya memiliki ciri-ciri khusus yang menjadi identitas daerah tersebut. Ciri khusus tersebut diangkat dari nilai-nilai yang dianut dan gagasan yang melatarbelakanginya. Hal tersebut menandakan bahwa kesenian 1

18 2 tradisional merupakan suatu bentuk seni yang sudah mengakar dan dapat dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat pendukungnya. Kesenian sebagai hasil ekspresi keindahan terwujud dalam bermaca-macam bentuk seperti seni lukis, seni rias, seni patung, seni sastra, seni tari, seni vokal, seni drama dan seni instrumental. Kesenian merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesenian merupakan hasrat manusia akan keindahan untuk dinikmati, maka ada dua lapangan seni, yaitu: 1) seni gerak / rupa, yaitu kesenian yang dapat dinikmati manusia dengan mata; 2) seni suara, yaitu kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinganya. Kesenian sebagai bagian dari kehidupan warga masyarakat merupakan alat untuk menumbuhkembangkan tingkah laku manusia yang bermoral dan berbudaya. Kebudayaan adalah sistem-sistem simbol yang menjadi komponen utama dalam kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan sistem simbol, maka kesenian adalah suatu jenis simbol khusus yang berisikan makna atau nilai-nilai kebudayaan. Dengan pengertian demikian, kesenian bukan saja produk estetik yang bersifat otonom atau berdiri sendiri dan terlepas dari unsur-unsur lain, namun kehadiran kesenian selalu membutuhkan pendukung-pendukung lain. Unsur pendukung lain tersebut, dapat berupa keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat maupun adat istiadat atau budaya yang melingkupinya, seperti halnya tari jaran kepang Turangga Satria Budaya sebagai bagian dari kesenian tradisional dalam peristiwa keadatan.

19 3 Dengan demikian, jelas sekali bahwa kesenian merupakan unsur kebudayaan. Kesenian sebagai unsur kebudayaan merupakan simbol estetis yang kehadirannya tidak terlepas dan senantiasa berkaitan dengan unsurunsur lain yang memiliki makna dan maksud tertentu. Sebagai salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat, tari merupakan bahasa gerak. Hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sedyawati (1981: 52) mengungkapkan : Pertunjukan kesenian tradisional berawal dari suatu keadaan yang tumbuh dalam lingkungan-lingkungan ethnik yang berbeda satu sama lain dan didalamnya mencakup adat atau kesepakatan bersama yang dilakukan secaraturun-temurun. Peristiwa keadatan merupakan landasan eksistensi yang utama dalam pagelaran seni pertunjukan, terutama yang berupa tari-tarian dengan menggunakan iringan bunyi-bunyian sebagai pengemban dari kekuatan-kekuatan magis yang diharapkan hadir pada peristiwa-peristiwa tertentu. Pada hakikatnya kesenian adalah buah budi manusia dalam menyatakan nilai-nilai keindahan dan keluhuran lewat berbagai media. Seperti halnya di Desa Somongari adalah suatu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, 2 Km ke arah selatan dari Ibu Kota Kecamatan Kaligesing dan merupakan deretan pegunungan Menoreh yang terkenal dengan penghasilan buah durian, manggis dan kokosan / langsep. Desa tersebut juga mengukir sejarah bangsa yakni seorang pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Wage Rudolf Soepratman yang lahir di Dukuh Trembeleng Desa Somongari. Di desa tersebut memiliki beberapa macam kesenian, salah satunya kesenian jaran kepang. Kesenian jaran kepang sebagai tari tradisional yang diwariskan secara turun-temurun dan merupakan hasil pelestarian dan pengembangan seniman di Sanggar Prigel. Kesenian jaran kepang di Desa Somongari sudah

20 4 ada sejak dahulu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, akhirnya kesenian ini mulai tergeser keberadaannya. Kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya dalam wujud sekarang ini merupakan bentuk akhir dari suatu proses peremajaan kesenian jaran kepang sebelumnya. Tepatnya pada tanggal 10 Februari 2013 dimulailah proses peremajaan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, berasal dari seorang warga yang bernama Eka Megiyadi. Dia mempunyai ide untuk menghidupkan kembali sebuah kesenian tradisional jaran kepang yang keberadaannya mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Melihat hal itu Mas Eka Megiyadi mengajak beberapa anak muda yang masih sekolah maupun yang sudah bekerja untuk turut bergabung dalam kesenian jaran kepang. Semakin lama kesenian jaran kepang ini makin berkembang dan semakin banyak pula yang mengundang pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya untuk acara-acara tertentu, bahkan sampai di luar kota Purworejo. Secara garis besar yang melatarbelakangi berdirinya kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo antara lain: 1. Ingin melestarikan kesenian tradisional, khususnya kesenian jaran kepang (nguri-uri kabudayan Jawa). 2. Menghimpun anak-anak muda ke dalam suatu kegiatan yang positif. 3. Menghindarkan anak-anak muda dari kegiatan yang hanya bersifat hura-hura tanpa arti.

21 5 4. Mengisi dan menggiatkan kegiatan di bidang kesenian. Dengan mengikuti perkembangan zaman, group kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya setapak demi setapak membenahi administrasinya agar lebih terorganisir dengan menyusun kepengurusan sebagaimana manajemen organisasi modern yang ada sekarang ini. Selain itu, kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya berupaya mempertahankan kualitas dengan menetapkan jadwal kegiatan diantaranya sebagai berikut : 1. Latihan dapat dilaksanakan setiap hari selasa (malam rabu) dan sabtu (malam minggu), bertempat di rumah Bapak Kasiman sebagai ketua anggota yang berada di dusun Sijanur. Latihan tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas group, baik dari segi pentas maupun untuk kepentingan persiapan undangan pentas yang akan dihadiri, dan yang utama adalah untuk lebih mengakrabkan anggota. 2. Setiap anggota mempunyai tugas atau kewajiban untuk mengadakan latihan dan tidak ada peraturan yang ketat apabila ada anggota yang tidak hadir pada saat latihan. 3. Setiap malam jum at kliwon diadakan acara yasinan atau tahlil di makam Eyang Loka Jaya (Eyang Somongari) dan prosesi obongobong gamelan. Kesenian jaran kepang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional yang bila ditelusuri latar belakang sejarahnya termasuk tarian yang paling tua di Jawa dan telah diwariskan secara turun temurun. Jaran kepang sebagai salah satu seni tari yang diperagakan secara massal dengan menaiki

22 6 kuda tiruan dari anyaman bambu dengan diiringi alat musik gamelan. Tari yang selalu dilengkapi dengan properti dengan kuda tiruan ini lazimnya dipertunjukkan sampai klimaksnya, yaitu keadaan tidak sadar diri pada salah seorang penarinya. Kesenian jaran kepang pada umumnya sudah melekat dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Biasanya dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu resmi, di acara hajatan, atau biasanya diadakan pada waktu upacara tradisi dan kenegaraan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Alasan yang lain, yaitu karena selain belum pernah diteliti, tradisi ini mempunyai keunikan. Keunikan tersebut yaitu (a) diadakannya prosesi nyekar (tabur bunga) di makam Eyang Loka Jaya (Simbah Somongari) dan Eyang Kedana-Kedini yang bertujuan untuk meminta izin supaya diberikan kelancaran sebelum acara pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya dimulai, (b) tradisi ini berhubungan dengan ritual yang menyangkut tempat, waktu serta unsur-unsur ritual seperti doadoa atau mantra-mantra, sesaji dan kepercayaan terhadap roh leluhur pendiri desadan ada nilai-nilai estetis dari setiap prosesi, (c) pemahaman masyarakat tentang kesenian ini lebih didasarkan karena kesenian ini merupakan warisan leluhur yang diturunkan secara turun-temurun, serta sebagai upaya pelestarian kebudayaan daerah, (d) adanya keterbukaan dari pihak paguyuban kesenian

23 7 jaran kepang Turangga Satria Budaya sehingga memperlancar dalam memperoleh informasi atau data yang berkaitan dengan penelitian. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah anatara lain: 1. Dalam kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo terdapat bentuk pertunjukannya yang diantaranya meliputi bentuk tarian, alat musik tradisional, tata rias dan tata busana. 2. Nilai-nilai yang terkandung dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 3. Dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo terdapat berbagai macam sesaji. 4. Kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo terdapat macam-macam fungsi. 5. Makna simbolis dari sesaji / ubarampe yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 6. Dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo terdapat

24 8 faktor-faktor yang berpengaruh dalam rangka pengembangan dan pelestarian. 7. Dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo juga mengalami perkembangan. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada tersebut, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Penulis membuat batasan-batasan masalah agar tidak menyimpang jauh dari yang dikehendaki dan dapat memberikan gambaran yang jelas. Batasan masalah tersebut adalah bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, dan nilai estetis dalam pertunjukan jaran kepang. Serta sesaji yang digunakan sebagai sarana pendukung pertunjukan jaran kepang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo?

25 9 2. Bagaimanakah nilai estetis yang terkandung dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 3. Bagaimana makna simbolis yang terkandung dalam sesaji / ubarampe dalam pertunjukan jaran kepang di Desa Somogari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang : 1. Bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya yang meliputi pra pertunjukan, proses pertunjukan, dan pasca pertunjukan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 2. Nilai estetis yang terkandung dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 3. Makna simbolis yang terkandung dalam sesaji / ubarampe dalam pertunjukan jaran kepang di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo.

26 10 F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil melalui penelitian ini : 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wahana untuk menerapkan berbagai teori yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan di bangku kuliah terhadap kondisi realistik dari perkembangan kebudayaan setempat. b. Menambah pengetahuan tentang arti dan pentingnya sebuah kebudayaan bagi para generasi penerus bangsa. c. Penelitian ini akan dapat memberikan tambahan referensi maupun sebagai bahan pustaka untuk jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. d. Penelitian ini dapat digunakan oleh instansi atau lembaga yang berkecimpung dalam kegiatan kebudayaan dan hasil penelitian ini diharap dapat digunakan untuk penelitian-penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wacana tentang kesenian jaran kepang yang mempunyai nilaidan fungsi bagi masyarakat umum dan khususnya bagi masyarakat Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. b. Hasil penelitian pertunjukan jaran kepang di Desa Somongari memuat nilai-nilai luhur yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung

27 11 usaha-usaha pembinaan sosial budaya masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk dan dapat dimanfaatkan bagi pengembangan kebudayaan nasional yang unsur-unsurnya terdiri atas kebudayaan daerah. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan data untuk menambah referensi tentang kesenian yang ada di Kabupaten Purworejo. d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian jaran kepang serta memperhatikan nilai yang terkandung dalam pertunjukan jaran kepang. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi ini ditunjukkan untuk memberikan gambaran tentang skripsi yang disusun. Secara garis besar skripsi dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal disajikan antara lain judul skripsi, pengesahan, pernyataan keaslian skripsi, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab, yaitu: bab I Pendahuluan, bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoritis, bab III Metode Penelitian, bab IV Penyajian dan Pembahasan Data, dan bab V Penutup.

28 12 Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kajian Teoritis. Tinjauan pustaka yang berisi tentang kajian penelitian atau kajian terdahulu yang relevan dengan topik yang akan diteliti. Kajian teoritis berisi tentang penjabaran kerangka teoritis yang memuat beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan acuan dalam membahas masalah yang diteliti. Bab III Metode Penelitian terdiri dari jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, teknik analisis data. Bab IV Penyajian dan Pembahasan Data, berisi tentang penyajian data dan pembahasan sesuai dengan teori-teori yang telah dikaji. Bab V Penutup, berisi tentang simpulan dari pembahasan data saran baik bagi pembaca maupun penulis. Daftar Pustaka.

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan analisis bentuk dan nilai pertunjukan jaran kepang belum banyak yang meneliti sehingga menarik perhatian untuk diadakan penelitian yang lebih lanjut. Dalam hal ini penulis mengambil beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu Noviana Aji (2013) dalam penulisan skripsi dengan judul Pertunjukan Jaran Kepang Turonggo Mudha Budhaya Dalam Tradisi Suran di Desa Kemanukan Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo secara khusus membicarakan tentang (1) Pertunjukan jaran kepang Turonggo Mudha Budhaya dalam tradisi suran di Desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, (2) Makna simbolis yang terkandung dalam sesaji/ubarampe pertunjukan jaran kepang dalam tradisi suran di Desa Kemanukan Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Penelitian yang dilakukan oleh Noviana Aji menyimpulkan bahwa pertunjukan Jaran Kepang Turonggo Mudha Budhaya Dalam Tradisi Suran di Desa Kemanukan, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo adalah (1) pra pertunjukan, (2) pertunjukan, (3) pasca pertunjukan. 13

30 14 Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah Noviana Aji menekankan penelitiannya pada prosesi dan makna-makna simbolik yang terkandung dalam ubarampe yang dipergunakan untuk proses pelaksanaan pertunjukan, sedangkan pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo lebih cenderung pada bentuk penyajian pertunjukannya dan nilai yang terkandung dalam pertunjukan jaran kepang. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Purwanto (2002) dalam penulisan skripsi dengan judul Kesenian Jaranan Turonggo Seto Di Tenggumung Baru Selatan Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya secara khusus membicarakan tentang (1) latar belakang timbulnya kesenian jaranan Turonggo Seto di Tenggumung Baru Selatan, (2) bentuk penyajian kesenian jaranan Turonggo Seto di Temunggung Baru Selatan, (3) tentang fungsi kesenian jaranan Turonggo Seto di Tenggumung Selatan Kota Surabaya. Penelitian yang dilakukan oleh Eko Purwanto menyimpulkan bahwa prosesi pertunjukan kesenian jaranan Turonggo Seto di Temunggung Baru Selatan Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya adalah (1) pawang melakukan obong-obong, (2) pertunjukan, (3) penutup pertunjukan.

31 15 Persamaan dengan analisis bentuk dan nilai pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Perbedaannya adalah Eko Purwanto menekankan penelitiannya pada jenis-jenis tarian yang ditampilkan, sedangkan pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari lebih cenderung pada makna simbolis yang terkandung dalam sesaji / ubarampe dalam pertunjukan jaran kepang. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlas Alkaf, Mahasiswa Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Surakarta dengan judul Spiritual Mistis Di balik Ekspresi Kesenian Rakyat Jaranan. Permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian tersebut yaitu mengenai (1) Apa dan bagaimana kesenian jaranan itu?, (2) Konteks sosial dan budaya yang melatar belakangi penyertaan tari jaranan dalam upacara adat, (3) Tradisi religius masyarakat setempat yang mendorong praktek mistis, (4) Makna pertunjukan jaranan bagi masyarakat pendukung seni pertunjukan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlas Alkaf menyimpulkan bahwa keberadaan kesenian jaranan memiliki ketertarikan erat dengan aspek religius dari masyarakat pendukung kesenian tersebut. Adegan kesurupan, berbagai jenis sesaji, mantra, merupakan indikasi bahwa sebuah pementasan kesenian jaranan pada saat-saat khusus seperti ritual adat, tidak hanya sebuah ekspresi semata, tetapi memiliki kaitan erat dengan cita-cita religius masyarakat pendukung kesenian tersebut. Keberadaan kesenian jaranan melibatkan spirit

32 16 mistis menjadi relevan dalam keberlangsungan di tengah masyarakat Desa Lencoh, karena praktek mistik masih banyak dianut oleh masyarakat setempat. Persamaan dengan analisis bentuk dan nilai pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo adalah sama-sama mengkaji bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang. Perbedaannya adalah Mukhlas Alkaf menekankan penelitiannya pada nilai spiritualitas mistis di balik ekspresi kesenian jaranan, sedangkan pertunjukanjaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari lebih cenderung pada makna simbolis yang terkandung dalam sesaji/ ubarampe dalam pertunjukan jaran kepang. Sesuai dengan judul penelitian ini, penulis memberikan perhatian pada hubungan timbal balik sebagai suatu bentuk tradisi dengan kesenian dalam lingkup sebuah kebudayaan. Persamaan terpenting dalam penelitian yang dilakukan adalah sama-sama meneliti pertunjukan kesenian jaran kepang. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. B. Kajian Teori 1. Kebudayaan Menurut Djojodigoeno dalam Notowidagdo (2002: 26) Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk dasar dari kata buddhi (budi atau akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang selalu berkaitan dengan budi dan akal

33 17 manusia yang berupa cipta, rasa, dan karsa. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture yang berasal dari kata Latin colore, yaitu mengolah atau mengerjakan sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai sebuah kultur dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil cipta, karsa, dan rasa manusia untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Yang berarti bahwa tidak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan, demikian pula sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai pendukungnya. Karena kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang sulit dipisahkan. 2. Folklor Kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti kolektif atau kebersamaan. Kata lore berarti tradisi yang diwariskan secara turun temurun yang disebarkan dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat, sehingga tetap berkesinambungan dari generasi ke generasi. Menurut Taylor dalam Endraswara (2010: 3) folklor adalah Bahan-bahan yang diwariskan oleh tradisi, baik melalui kata-kata dari mulut ke mulut maupun dari praktik adat istiadat.

34 18 Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang bersifat tradisional dan tidak resmi (unofficial), yang disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut, seperti dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Definisi folklor juga dikemukakan oleh Winnick dalam Purwadi (2009: 1) sebagai berikut: Folklore: the common orally transmitted traditions, myths, festival, songs, superstition and of all peoples, folklore has come to mean all kind of oral artistic expression. It may be found in societies. Originally folklore was the study of the curiousities. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan folklor dimaknai sebagai ungkapan artistik yang ditemui bukti-bukti tertulisnya dalam masyarakat, bahkan mungkin sengaja tidak ditulis dalam kesastraan masyarakat. Folklor adalah tradisi suatu masyarakat yang disebarkan secara lisan dari mulut ke mulut, seperti dongeng, cerita, hikayat, kepahlawanan, adat-istiadat, lagu, tata cara, kesusastraan, kesenian dan busana daerah. Folklor tetap bertahan secara terus menerus karena memiliki fungsi. Biasanya folklor mengandung nilainilai atau nasihat yang penting untuk mempertahankan hidup. a) Ciri-Ciri Folklor Endraswara (2010: 6-7) menjelaskan ciri-ciri khas folklor sebagai berikut: 1) Disebarkan secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari orang satu ke orang lain, dan secara alamiah tanpa paksaan.

35 19 2) Nilai-nilai tradisi Jawa amat menonjol dalam folklor. Tradisi ditandai dengan keberulangan atau yang telah menjadi kebiasaan. 3) Dapat bervariasi antara satuwilayah, namun hakikatnya sama. Variasi disebabkan keragaman bahasa, bentuk dan keinginan masing-masing wilayah. 4) Pencipta dan perancang folklor tidak jelas siapa dan darimana asalnya. 5) Cenderung memiliki formula atau rumus yang tetap dan ada yang lentur, maksudnya, ada rumus yang tidak berubah-ubah sebagai patokan dan ada yang berubah-ubah tergantung kepentingan. 6) Mempunyai kegunaan bagi pendukung atau kolektiva Jawa. Sekecil apapun, folklor Jawa tetap ada manfaatnya bagi pendukungnya. Pendukung folklor Jawa dapat hanya beberapa individu yang merupakan anggota kolektif. Pendukung juga dapat berkurang dan bertambah dari waktu ke waktu. Begitu pula aspek kegunaan, dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman. 7) Kadang-kadang mencerminkan hal-hal yang bersifat pralogis. Hal-hal yang kurang rasional dapat muncul dalam folklor. Rasionalisme amat tergantung pola pikir masing-masing

36 20 pemilik. Oleh karena itu, yang berkembang dalam benak orang Jawa lebih banyak pada unsur keyakinan. 8) Menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama. Masyarakat Jawa secara tidak langsung merasa memiliki sehingga mau berkorban demi pelestarian dan perkembangan folklor. 9) Mempunyai sifat polos dan spontan. Menggambarkan proses pemunculan foklor itu sendiri. Foklor dapat hadir serta merta, tak disengaja, dan kurang disadari. 10) Ada yang memiliki unsur humor dan wejangan. b) Bentuk-Bentuk Folklor Menurut Brunvand (dalam Endraswara, 2010: 7-8) folklor dapat digolongkan ke dalam tiga golongan yaitu: 1) Folklor Lisan (Verbal Folklore) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini adalah (a) bahasa rakyat (folk speech), (b) ungkapan tradisional, (c) puisi rakyat, (d) cerita prosa rakyat, (e) nyanyian rakyat. 2) Folklor Sebagian Lisan (Partly Verbal Folklor) Folklor sebagian lisan yaitu folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Bentuk-

37 21 bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok ini adalah (a) kepercayaan rakyat, (b) permainan rakyat, (c) teater rakyat, (d) tarian rakyat, (e) adat-istiadat, (f) upacara, (g) pesta rakyat. 3) Folklor Bukan Lisan Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dibagi menjadi dua sub kelompok, yaitu: a) Material Bentuk folklor yang termasuk antara lain : arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat, pakaian adat, perhiasan, masakan, obat-obatan tradisional. b) Bukan Material Bentuk-bentuk folklor yang bukan material antara lain musik rakyat, gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat komunikasi rakyat, dan sebagainya. Folklor merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat pendukungnya. Folklor juga merupakan sebuah perwujudan dari kesadaran kolektif suatu masyarakat dan masyarakat yang menerima, menolak, membuat dan mengubahnya. Sebuah tradisi merupakan sebagian dari kehidupan masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun sebagai adat kelakuan dalam kehidupan sesuai dengan kebudayaan

38 22 masing-masing. Berdasarkan bentuk folklor di atas, kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya termasuk ke dalam jenis folklor sebagian lisan karena kesenian jaran kepang adalah salah satu contoh tarian rakyat yang telah diwariskan secara turun-temurun. 3. Bentuk Penyajian Bentuk adalah bangun atau wujud yang tampil. Dalam kesenian bentuk (wadah) yang dimaksud adalah bentuk fisik, yaitu bentuk yang dapat diamati, sebagai sarana untuk menuangkan isi mengenai nilai-nilai atau pengalaman jiwa yang wigati. Ducasse membedakan antara bentuk dengan isi, disebutkannya bentuk tersusun atas unsur-unsur abstraksi seperti garis, warna, suara, gerak dan kata, sedangkan isi merupakan penggambaran dramatiknya atau merupakan penggambaran kejadiankejadian (dalam Prihatini, 2008: 121). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bentuk karya seni merupakan hasil ciptaan seniman dalam mengungkapkan isi ke dalam wadah yang dapat ditangkap dengan indera manusia. Untuk memahami identitas pada seni pertunjukan, dapat dilihat dari aspek bentuk, fungsi, dan maknanya. Dari aspek bentuknya, dapat dilihat dari komponenkomponen yang mewujudkannya. Dari aspek fungsi, dapat dilihat bagaimana kegunaan di dalam masyarakat, sedangkan dari aspek makna dapat dilihat bagaimana masyarakatnya menggunakan simbol-simbol untuk mewujudkan bentuknya.

39 23 Dalam perjalanannya bentuk-bentuk tersebut dapat tetap bertahan, berubah, bersinkretis dan berakulturasi sampai sekarang. Bentuk seni pertunjukan rakyat sebagai bagiannya juga tetap hidup sampai sekarang sebagai bagian dari kehidupan masyarakatnya. Identitas seni pertunjukan rakyat, salah satunya dapat dilihat dari aspek bentuk sajian. Bentuk pertunjukan yang dikaji, dilihat dari musik dan tari dapat dikelompokkan menjadi lima suasana sajian, yaitu: tenang dan religius, tenang dan gembira, gembira keprajuritan, gembira keprajuritan / rame / tegang dan gembira / rame Seni pertunjukan rakyat jaran kepang merupakan tari kelompok yang disajikan oleh orang penari yang seluruhnya berperan sebagai prajurit berkuda, disertai dengan penari topeng penthul-bejer. Sering pula seni pertunjukan rakyat jaran kepang dilengkapi dengan pemain barong (binatang berkepala harimau) yang dimainkan oleh dua orang penari. Bagi yang menggunakan tema Klana Sewandana, kelompoknya disertai barongan atau topeng binatang yang menakutkan. Bentuk sajian seni pertunjukan rakyat jaran kepang ada yang menggunakan tema ceritera dan ada yang lepas. Bentuk sajian yang menggunakan ceritera diantaranya sebuah penggambaran kelompok prajurit berkuda di bawah pimpinan Prabu Klana Swandana dari Bantarangin yang ingin mempersunting Dewi Sekartaji Putri Kediri. Dalam perjalanannya dihadang oleh Gembong Amijaya yang terkenal sakti dan dapat menjelmamenjadi harimau

40 24 (barongan). Dalam peperangan melawan Klana Swandana, barongan kalah terkena senjata andalan Klana yang disebut Cambuk Samanliman. Kemudian melanjutkan perjalanan sehingga bertemu dengan Raden Asmarabangun dari Jenggalamanik dan terjadi peperangan, akhirnya Klana kalah. Dengan banyaknya kelompok seni pertunjukan rakyat jaran kepang, pada umumnya menggunakan tema ceritera dan ada yang tanpa ceritera. Seni pertunjukan rakyat yang dijadikan sasaran penelitian ini adalah kelompok jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. 4. Nilai Estetis Nilai merupakan pedoman tingkah laku yang bersumber pada sikap kesopanan dan baik buruk. Nilai yang digunakan manusia untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalani hidup, dan berinteraksi dengan lingkungan. Nilai merupakan sebagian dari kebutuhan masyarakat sebagai makhluk sosial. Nilai sebagai alat ukur bagi manusia untuk mengendalikan beragam kemauan manusia yang selalu berubah-ubah sehingga mampu menjadi sistem nilai budaya. Dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan konsep abstrak mengenai segala sesuatu yang baik-buruk, dicita-citakan yang penting dan berguna bagi kehidupan manusia menurut ukuran masyarakat dimana nilai tersebut diterapkan. Nilai merupakan gambaran mengenai apa yang diinginkan,

41 25 yang pantas, berharga, dan dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang bernilai tersebut. Dengan demikian pengertian nilai di atas dapat disimpulkan bahwa nilai merupkan sesuatu yang abstrak yang sangat dihargai, diinginkan oleh masyarakat dan biasanya digunakan sebagai tolak ukur dalam kehidupan sosial masyarakat. Nilai dapat mengarah pada tingkah laku, sifat, penempatan diri seseorang di dalam lingkungan masyarakat, termasuk didalamnya kesopanan, peduli sesama dan solidaritas. Nilai estetis adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Istilah keindahan yaitu sesuatu yang menyenangkan, memberikan kepuasan batin, dan sesuatu yang menarik yang dapat menyentuh dan menggetarkan jiwa (Prihatini, 2008: 183). Nilai estetis terdapat dalam gerak yang meliputi keseimbangan dan simetris gerak dalam tari jaran kepang dalam gerak tak sadar terdapat dalam setiap adegan yang selalu menyisipkan gerak tari jaran kepang. Nilai estetis tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari jaran kepang. Nilai estetis tata busana terdapat pada kemeriahan warna busana yang dipakai. Nilai estetis, properti dalam setiap gerakan yang selalu menggunakan properti baik ditunggangi maupun digerakkan, dan nilai estetis iringan musik terdapat pada kesesuaian gerak dengan iringan gamelan berlaras Slendro dengan syair lagu pengiring Slukusluku Bathok dan Waru Doyong.

42 26 5. Kesenian Tradisional Kesenian merupakan salah satu penyangga kebudayaan yang berkembang menurut kondisi dari kebudayaan itu. Kesenian merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang tidak dapat terlepas dari masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan, kesenian merupakan suatu kreativitas dari kebudayaan (Sutardjo, 2008: 63) dan pada dasarnya semua bentuk kesenian berasal dianggap berasal dari ritual (kesukaan) Kuna. Menurut Achmad dalam Sutardjo (2008: 63) menyatakan bahwa : Kesenian tradisional merupakan kesenian yang lahir pada masa Indonesia belum merdeka dengan menggunakan dialek atau bahasa daerah, dan mempunyai identitas regional yang kuat, serta mempunyai pola dramatik tertentu yang dapat diduga sebelumnya. Kesenian tradisional juga berpijak pada sisi tradisi dan kontemporer, dimana kesenian tersebut mengandung nilai-nilai budaya yang mapan dalam kurun waktu bergenerasi. Kesenian Jawa merupakan refleksi estetis orang Jawa dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang tidak terlepas dari pola kulturnya yang makrokosmis. Kesenian secara garis besar dibedakan menjadi dua, kesenian tradisional dan kesenian modern. Dari definisi tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa kesenian tradisional apabila dilihat dari dasar penciptaannya mempunyai ciri-ciri khusus yaitu nilai-nilai yang dianut dan gagasan-gagasan yang melatarbelakanginya. Adanya semangat kolektif dari para penciptanya yang didasarkan pada kehidupan sosial masyarakat serta didukung oleh pandangan kesukuan daerahnya yang menonjol, menyebabkan kesenian tradisional memiliki sifat komunal kedaerahan. Yang artinya disamping merupakan gagasan kolektif, juga dimiliki bersama oleh masyarakat

43 27 pendukungnya. Selain itu, karena diturunkan dari generasi ke generasi maka kesenian tradisional menjadi tradisi yang mengakar. Yaitu menjadi adat dengan mengikat diri pada tradisi lama masyarakat yang menjadi tradisional, memuja pandangan dan praktek lama serta menjaga supaya tetap lestari dan berkembang. Kesenian tradisional tersebut sering dipentaskan dalam acara hajatan (kelahiran dan perkawinan), upacara pesta panen, baik keagamaan maupun adat yang memiliki sifat sakral dan magis, serta sering juga dipertunjukan dalam upacara-upacara kenegaraan. Dengan demikian kesenian trdisional dapat dikelompokan sebagai kesenian pertunjukan. Kesenian tradisional melibatkan beberapa unsur dan sarana pendukung, diantaranya: tema atas cerita yang dibawakan, gerak yang selaras dengan ungkapan tema, iringan yang serasi, kemampuan penata tari, keterampilan penari, dan tingkat daya hayat dan daya serap masyarakat pendukungnya. Kesimpulan yang dapat diambil mengenai kesenian tradisional adalah suatu bentuk tari yang berakar dan bersumber dari kalangan masyarakat yang merupakan gagasan kolektif masyarakat dimana kesenian itu lahir, tumbuh dan berkembang serta dipentaskan pada berbagai acara. Penjelasan dari uraian diatas semakin meneguhkan kesenian jaran kepang sebagai kesenian tradisional yang diwariskan secara turuntemurun dan merupakan hasil pelestarian dan pengembangan seniman di

44 28 Sanggar Prigel. Kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya telah menjadi ciri khas kesenian tradisional di Desa Somongari khususnya di Dusun Sijanur yang sering dipentaskan dalam acara-acara hajatan maupun upacara kenegaraan. Bertolak dari batasan bahwa tari adalah ungkapan jiwa manusia dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Maka gerak-gerak yang telah dirakit dalam komposisi kesenian jaran kepang mengandung makna atau maksud tertentu yang dapat diungkap, dihayati, dan dinikmati keindahannya serta dirasakan dalam kehidupan penikmatnya. a) Ciri-ciri Kesenian Tradisional Menurut Sutardjo (2008: 65) kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di daerah-daerah mempunyai ciri khas sebagai berikut: 1) Seni yang pengaruh dan keberadaannya pada batas-batas wilayah tertentu dan jangkauannya terbatas pada budaya penunjang. 2) Seni yang sangat erat hubungannya dengan golongan ras, kesukuan, adat-istiadat maupun keagamaan. 3) Merupakan bagian dari satu cosmos kehidupan yang bulat tanpa terbagi-bagi dalam pengkotakan spesialisasi. 4) Hasil karya seninya bukan merupakan hasil kreativitas perseorangan, melainkan tercipta secara anonim bersamaan dengan sifat kolektif pendukungnya.

45 29 5) Seninya bersifat fungsional dalam arti tema dan bentuk-bentuk ungkapan dan penampilannyatidak terpisahkan dari kepentingan cosmos yang menyeluruh itu. 6) Perubahannya sangat lamban juga ada suatu kemapanan yang mengakar. b) Fungsi Kesenian Tradisional Fungsi kesenian tradisional lebih menekankan pada persoalan kehidupan masyarakat. Kesenian tradisional dalam perjalanan awal digunakan untuk upacara ritual, upacara keagamaan. Menurut Sutardjo (2008: 65-66) fungsi kesenian tradisional ditinjau dari etnik-etnik tertentu adalah sebagai berikut: 1) Sebagai pemanggil kekuatan supranatural (gaib) 2) Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat 3) Pemujaan pada nenek moyang dengan menirukan kegagahan atau kesigapan 4) Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkatan hidup seseorang 5) Pelengkap upacara sehubungan dengan saat-saat tertentu dalam perputaran waktu 6) Manifestasi untuk mengungkapkan keindahan semata. Menurut penjelasan tersebut di atas, secara inti apa yang telah disebutkan oleh Sutardjo butir satu sampai butir lima yaitu bahwa penyelenggaraannya berhubungan dengan upacara-upacara yang

46 30 dilakukan oleh masyarakat. Adapun bukti ke enam ada kaitannya dengan masalah ungkapan estetis atau ungkapan yang dapat mendatangkan kegembiraan bagi para pelaku kesenian. Fungsi kesenian jaran kepang menurut Winarsih ( 2008: ) sebagai berikut : 1) Pada masa kekuasaan pemerintah Jawa dijalankan di bawah kerajaan, aspirasi dan ruang berkreasi rakyat begitu dibatasi, karena perbedaan kelas dan alasan kestabilan kerajaan. Meski dalam kondisi tertekan, rakyat tidaklah mungkin melakukan perlawanan, tidak cukup hanya dengan bermodalkan cangkul dan parang, namun dibutuhkan kekuatan dan kedigdayaan serta logistik yang cukup. Menyadari hal itu, akhirnya luapan perlawanan yang berupa sindiran diwujudkan dalam bentuk kesenian, yaitu jaran kepang. 2) Sebagai tontonan dengan mengusung nilai-nilai perlawanan, sebenarnya jaran kepang juga dimaksudkan untuk menyajikan tontonan yang murah untuk rakyat. 3) Selain sebagai media perlawanan, kesenian jaran kepang juga dipakai oleh para ulama sebagai media dakwah, karena kesenian jaran kepang merupakan suatu kesenian yang murah dan cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat. Seperti halnya Sunan Kalijogo yang menyebarkan agama Islam dengan berdakwah menggunakan media wayang kulit.

47 31 6. Jaran Kepang Jaran kepang adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki kuda tiruan dari anyaman bambu (kepang). Dalam memainkannya biasanya diiringi dengan musik khusus yang sederhana karena hanya permainan rakyat, yaitu dengan gong, kenong, kendhang, dan slompret (Winarsih 2008: 11). Kesenian jaran kepang adalah suatu bentuk tari rakyat yang sangat terkenal didaerah Jawa Tengah, yang biasanya disajikan dalam bentuk drama tari atau fragmen yang ceritanya mengambil dari cerita Panji atau Menak. Bentuk kesenian jaran kepang adalah salah satu jenis kesenian tradisional yang ritual. Jaran kepang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan rakyat yang secara umum cirinya menggunakan property kuda kepang, yaitu kuda-kudaan yang dibuat dari bambu yang dianyam (Prihatini, 2008: 162). Prihatini (2008: 163) mengungkapkan bahwa : Kesenian jaran kepang merupakan tari kelompok yang disajikan oleh 6-20 orang penari yang seluruhnya berperan sebagai prajurit berkuda, disertai dengan penari topeng. Kesenian jaran kepang sebagai suatu kesenian tradisional dalam pertunjukannya dilengkapi dengan pemain barongan (binatang berkepala harimau atau banteng) yang dimainkan oleh dua orang penari. Dari definisi tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa sajian pertunjukan jaran kepang merupakan tari kelompok yang disajikan oleh 6-20 orang penari. Biasanya pertunjukan jaran kepang dibagi menjadi

48 32 tiga bagian, yaitu jogedan/jathil, selingan, dan trance (kesurupan). Bagian jogedan/jathil disajikan oleh penari kelompok jaran kepang, bagian selingan disajikan oleh penari menggunakan topeng atau penthulbejer dan bagian trance (kesurupan) disajikan oleh penari jaran kepang yang kemudian kesurupan atau kerasukan roh. Menurut Prihatini (2008: ) bentuk fisik atau bentuk sajian jaran kepang sebagai wujud ungkapan seniman dapat dilukiskan dengan perincian : a. Tari b. Musik c. Busana dan rias d. Tempat pementasan dan sesaji Seni pertunjukan jaran kepang merupakan bentuk tari yang dapat disajikan dengan menggunakan tema cerita yang menggambarkan keprajuritan. Gerak-gerak tari yang ditampilkan menunjukkan suasana gembira keprajuritan. Unsur lain yang dapat menunjang tema tampak pada penggunaan busana, tata rias, dan dengan diiringi alat musik tradisional. Kesenian jaran kepang merupakan suatu seni yang mendasarkan gerak tarinya pada unsur-unsur pantomim (dapat dilihat pada peniruan gerak penunggang kuda). Kesenian jaran kepang mempunyai fungsi, yaitu: a. Sebagai keperluan upacara tradisi/adat

49 33 1) Sedekah bumi 2) Arak-arakan pengantin 3) Sebagai penangkal wabah (tulak balak) Kepercayaan yang selalu dipelihara dan dilindungi secara turun-temurun demi suatu keselamatan dalam hidupnya dengan cara mengadakan upacara-upacara sebagai upaya menjalin hubungan spiritual kepada dewa atau leluhurnya. Pada pelaksanaan upacara tersebut kesenian mempunyai peranan penting, hal itu tempat dalam setiap upacara selalu dilengkapi dengan tarian-tarian dan bunyibunyian demi menambahkan kesakralan dan menghadirkan daya magis. b. Sebagai sarana hiburan masyarakat Tari sebagai hiburan merupakan tarian yang bermaksud untuk memeriahkan atau mengaitkan keakraban pertemuan atau yang memberikan kesempatan serta menyalurkan bagi mereka yang mempunyai kegemaran akan menari. Bagi pelakunya (penari) mungkin hanya sekedar untuk menyalurkan hobi (kesenangan), mengembangkan keterampilan atau tujuan-tujuan yang kurang menekan nilai seni. c. Sebagai sarana pendidikan Tari sebagai sarana pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kepekaan estetis melalui kegiatan berapresiasi dan pengalaman berkarya kreatif.

50 34 7. Makna Simbolis Kata symbol berasal dari kata Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan hal kepada seseorang. Menurut Spradley (2007: 134) simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur, yaitu simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Ketiga hal tersebut merupakan dasar bagi semua makna simbolik. Dari definisi tersebut diatas simbol merupakan bagian terkecil dari ritual yang menyimpan sesuatu makna dari tingkah laku atau kegiatan dalam upacara ritual yang bersifat khas. Bagian-bagian terkecil tersebut adalah sesaji-sesaji, mantra, dan ubarampe lainnya. Simbol adalah objek atau peristiwa apapun yang merujuk pada sesuatu. Jadi simbol adalah suatu tanda yang memberitahukan sesuatu kepada seseorang yang telah mendapatkan persetujuan umum dalam tingkah laku ritual. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta, (dalam Herusatoto, 2008: 17) mengartikan simbol berarti sesuatu seperti tanda, lukisan, perkataan, lencana dan sebagainya, yang menyatakan sesuatu hal atau mengandung maksud tertentu, misalnya warna putih ialah lambang kesucian, gambar padi sebagai lambang kemakmuran. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang mengikuti atau menekankan pola-

51 35 pola yang mendasarkan diri kepada simbol-simbol atau lambang. Sepanjang sejarah budaya manusia, simbolisme telah mewarnai tindakantindakan manusia baik tingkah laku, bahasa, ilmu pengetahuan maupun religinya. Simbolisme adalah perihal pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide. Dengan adanya berbagai simbol hidup manusia tidak saja dipenuhi oleh berbagai mitos tetapi juga dipenuhi oleh berbagai simbol. Oleh sebab itu, simbolis juga merupakan ciri khas kehidupan manusia. Simbol sarat dengan makna dan presepsi, oleh karena itu berkesan konotatif, akibatnya simbol sulit ditafsirkan maknanya. Terbentuknya simbol dalam tradisi ini berdasarkan nilai-nilai etis dan pandangan yang berlaku di dalam kehidupan mereka dalam bermasyarakat. Dengan melalui simbol-simbol maka pesan-pesan, ajaran-ajaran, nilai-nilai etis dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat itu dapat disampaikan kepada semua warga masyarakat. Simbol banyak sekali dipergunakan dalam kesenian untuk memberi arti yang lebih mendalam kepada apa yang sedang disajikan. Dalam pemaknaan simbol perlu dijaga agar simbol-simbol yang dipergunakan merupakan hal-hal yang sudah lazim dipakai dan dikenal oleh masyarakat pendukungnya. Makna simbolis sebagai arti-arti dan simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi. Simbol-simbol tersebut biasanya sesaji-sesaji sebagai simbol oleh masyarakat yang melestarikan budaya, kesenian,

52 36 tradisi tersebut berbeda-beda tergantung tempat dan konteks dalam memaknai simbol-simbol tersebut. Simbol dan makna merupakan dua unsur yang berbeda tetapi saling berkaitan bahkan saling melengkapi. Kesatuan makna dan simbol akan menghasilkan suatu bentuk yang mengandung maksud.

53 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong ( 2010: 4) mendefinisikan: Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Menurut pernyataan tersebut di atas, penelitian kualitatif lebih sesuai dengan objek serta tujuan dalam mengkaji jalannya prosesi dan bagaimana awal mula adanya kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya. Penelitian deskriptif adalah salah satu data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Jadi, deskriptif kualitatif adalah bentuk penelitian yang memaparkan suatu seni dan pemaparannya tersebut menggunakan katakata tertulis atu informasi secara lisan dari beberapa informan. 37

54 38 B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yang terdiri atas lima pedukuhan, yaitu : dusun Krajan, dusun Kedung Tileng, dusun Sawahan, dusun Sijanur, dan dusun Dukuh Rejo. Tempat penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di Paguyuban Kesenian Tradisional Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Desa Somongari terletak di Kecamatan Kaligesing bagian utara yang berbatasan langsung dengan Desa Pacekelan di sebelah utara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Donorejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Semagung, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kemanukan.

55 39 Waktu untuk penelitian ini enam bulan seperti yang digambarkan dalam tabel berikut ini. Bulan / Minggu No Aktivitas Maret April Mei Juni Juli Agustus Persiapan Penelitian a. Pengajuan Judul Penelitian b. Permohonan Ijin Penelitian c. Pembuatan Proposal Penelitian 2. Pembuatan Instrumen Penelitian 3. Pelaksanaan Penelitian 4. Pengolahan Data dan Analisis Data 5. Penyusunan Laporan Penelitian

56 40 C. Objek dan Subjek Penelitian Sesuai dengan hakikatnya, objek adalah keseluruhan permasalahan yang dibicarakan dalam penelitian, sebagai bentuk pasif, sedangkan yang membicarakan dalam penelitian, sebagai bentuk aktif adalah subjek. Dengan singkat, objek adalah segala sesuatu yang diteliti, sedangkan subjek adalah peneliti (Ratna, 2010 : 135). Jadi, objek penelitian ini adalah pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Subjek penelitian ini adalah orang-orang yang menguasai dan dapat dipercaya untuk sumber data yang valid. Antara lain pihak internal Paguyuban kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya, perangkat Desa Somongari, warga Desa Somongari,dan sesepuh masyarakat Desa Somongari. D. Sumber Data dan Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Apabila penulis menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis, baik pertanyaan tertulis atau lisan (Arikunto, 2010: 172). Menurut Lofland : Sumber data utama dalampenelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan bukubuku yang berkaitan dengan masalah kebudayaan. (dalam Moleong, 2010: 157).

57 41 Sumber data dalam penelitian ini adalah dari proses pertunjukan jaran kepang, dokumen, buku-buku yang berkaitan dengan masalah kebudayaan, dan wawancara dengan para informan yang memiliki pengetahuan tentang pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari yaitu pihak internal Paguyuban kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya, perangkat Desa Somongari, warga Desa Somongari, dan sesepuh masyarakat Desa Somongari. Data adalah bentuk jamak datum. Data adalah unit tertentu yang diperoleh melalui suatu hasil pengamatan, sedangkan datum adalah bagianbagian dari unit pengamatan tersebut. Menurut Kerlinger (dalam Ratna, 2010 : 141) Data adalah hasil penelitian, baik yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, dan proses pemahaman lain, melaluinyalah ditarik inferensi. Wujud data utama dalam penelitian ini berupa hasil informasi dari para informan atau hasil wawancara. Video, foto, dan rekaman pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari yang di dalamnya mencakup tentang penyajian pertunjukan, sesaji, doa-doa, tata busana dan perlengkapan lainnya yang digunakan dalam pertunjukan tersebut. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada beberapa cara, agar data yang diperoleh merupakan data yang valid, dan merupakan gambaran yang sebenarnya dari pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di desa Somongari. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:

58 42 observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut. 1. Observasi Ratna (2010: 217) menyatakan bahwa : Observasi merupakan salah satu teknik yang paling banyak dilakukan dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, baik sosial maupun humaniora. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah obsever (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi, yaitu informan. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati langsung situasi dan kondisi dari awal hingga akhir berlangsungnya prosesi pertunjukan jaran kepang Turangga Satria partisipasi (participant observer). Observasi partisipan dilakukan dengan cara penulis memasuki wilayah penelitian dan ikut terlibat dalam prosesi berlangsungnya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari. Dalam penelitian ini menggunakan observasi, sehingga mampu mengungkap data sampai yang sekecil-kecilnya. Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam observasi ini adalah peneliti terlibat dengan kegiatan orang yang sedang diamati (para penari jaran kepang) atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Perangkat Desa dan Sesepuh Desa) sehingga dapat dikategorikan sebagai observasi partisipan. Sambil melakukan pengamatan, peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang pertunjukan jaran kepang dan makna simboliknya. Kegiatan observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terbagi menjadi dua tahap, yaitu

59 43 tahap pertama berupa observasi awal (survey) yang berisi dengan kegiatan pengecekan lokasi dan sasaran penelitian dan tahap kedua sebagai penelitian inti dengan kegiatan pengumpulan data dan bahan yang dibutuhkan dalam pembahasan masalah. Objek yang diamati atau observasi meliputi: a. Kondisi fisik lokasi penelitian, meliputi letak dan kondisi geografis desa beserta pembagian wilayah dan jumlah penduduknya. Kegiatan observasi dimulai dengan melakukan survey awal atau pengecekan lokasi dengan menggunakan teknik pengamatan tertutup yaitu tanpa diketahui oleh para subyek dan dilanjutkan dengan menggunakan teknik terbuka yaitu diketahui oleh subjek-subjek. b. Kondisi sosial budaya masyarakat Desa Somongari, meliputi: pendidikan, mata pencaharian masyarakat, dan kehidupan keagamaan. Proses observasi dimulai dengan melakukan survey awal yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap masyarakat Desa Somongari dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan subjek yang berkaitan dengan objek atau sasaran penelitian. c. Kondisi pertunjukan jaran kepang yang meliputi: alat musik tradisional, tata busana, tata rias, dan perlengkapan. Proses observasi dimulai dengan melakukan survey / melihat

60 44 pertunjukan jaran kepang dan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data / gambar terkait dengan objek yang diteliti. d. Masyarakat dan pelaku seni, meliputi: tokoh masyarakat, penikmat (penonton) dan para penari jaran kepang. Observasi dimulai dengan mencari informasi tentang tari jaran kepang dan keberadaannya dalam berbagai acara. Selanjutnya peneliti melakukan pengecekkan ke lokasi penelitian dengan cara menemui dan mewawancarai subjek penelitian sesuai dengan materi yang dikaji dalam penelitian. Dalam melakukan observasi ini, peneliti mengamati dan mencatat bentuk pertunjukan, penyajian serta alat-alat yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang. Adapun alat bantu yang peneliti gunakan adalah sebuah buku, alat tulis serta kamera / Hand Phone untuk merekam dan mengambil gambar. Melalui observasi dapat dilakukan usaha-usaha untuk memperoleh gambaran konkret tentang pertunjukan jaran kepang. 2. Wawancara Seperti yang diungkapkan oleh Ratna (2010: 222) Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, bercakap-cakapan, baik antara individu dengan individu maupun individu dengan kelompok.

61 45 Bungin (2008: 108 ) mengemukakan bahwa : Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Pada dasarnya wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Dalam wawancara, penulis menggali sebanyak mungkin data-data yang terkait dengan masalah penelitian dengan menggunakan bantuan pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan observasi yang sudah dilakukan. Penulis mengadakan wawancara pendahuluan dengan mewawancarai orang-orang yang dinilai dapat memberikan informasi yang diperlukan kemudian diteruskan dengan informan-informan berikutnya sesuai dengan permasalahan, yaitu tentang pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Endraswara (2006: 206) mengemukakan bahwa Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik snowballing, yaitu berdasarkan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informan berikutnya sampai mendapatkan data jenuh (tidak terdapat informasi baru lagi).

62 46 Informan dalam penelitian Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo adalah orang-orang yang menguasai dan mengetahui untuk sumber data yang valid. Dengan teknik snowballing, jumlah informan tidak terbatas jumlahnya. Karakteristik informan juga tidak ditentukan oleh penulis, melainkan didasarkan pada rekomendasi informan sebelumnya. Melalui rekomendasi itu penulis segera menghubungi informan berikutnya sampai data yang diperoleh mendapat kesatuan yang utuh. Dalam penelitian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya ini penulis memilih informan-informan yang mengerti tentang pertunjukan jaran kepang. Informan tersebut antara lain pihak internal Paguyuban kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya, perangkat Desa Somongari, warga Desa Somongari, dan sesepuh masyarakat Desa Somongari. Data-data informan yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut : 1. Nama : Eka Megiyadi Jenis kelamin : Laki-laki Tempat tanggal lahir : Purworejo, 02 Juni 1989 Alamat : Somongari Rt 006 / Rw 01, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SMK Pekerjaan : Anggota paguyuban kesenian jaran kepang

63 47 2. Nama : Harwati Jenis kelamin : Perempuan Tempat tanggal lahir : Purworejo, 21 Februari 1974 Alamat : Somongari Rt 001 / Rw 02, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Perangkat Desa 3. Nama : Somo Wikarto Jenis kelamin : Laki-laki Tempat tanggal lahir : Purworejo,07 Januri 1958 Alamat : Somongari Rt 002 / Rw 04, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : Sesepuh Masyarakat Desa 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang berupa kumpulan data yang telah diarsipkan baik berupa data angka, abjad, kliping, maupun foto-foto atau gambar. Arikunto (2010: 274) mengungkapkan bahwa Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, gambar, dan sebagainya. Dokumentasi merupakan pemberian atau pengumpulan bukti-bukti atau keterangan, kegiatan-kegiatan dalam masyarakat. Adapun data yang didokumentasikan berupa, foto dan video kegiatan yang dapat memberikan

64 48 gambaran atau visual yang mewakili tentang proses berlangsungnya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari. Peneliti mencari informasi mengenai makna simbolik pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, kecamatan Kaligesing, kabupaten Purworejo dengan menggunakan data-data historis. Data-data historis yang berhubungan dengan pertunjukan jaran kepang diambil untuk melengkapi data yang sudah ada. Data-data historis diperoleh dari tokoh-tokoh masyarakat, tokoh seni dan pihak pemerintah yang terkait, yaitu Pemerintah kecamatan Kaligesing. Data-data tersebut berupa peta kecamatan, peta desa, dokumen data geografis dan daftar monografis desa (luas wilayah, struktur penduduk menurut usia dan jenis kelamin, struktur pendidikan menurut mata pencaharian, agama), fotofoto, dan arsip lainnya terkait dengan pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, kecamatan Kaligesing, kabupaten Purworejo. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah (Arikunto, 2010: 192). Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai participant observer. Peneliti berperan

65 49 sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, dan pelapor hasil analisis data. Berdasarkan teknik pengumpulan data, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu berupa kertas dan alat-alat tulis untuk mencacat data. Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data, maka dibantu dengan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara ketika melakukan kegiatan wawancara dengan pihak terkait. Alat bantu lainnya dalam penelitian ini adalah menggunakan kamera untuk pendokumentasian data dengan tujuan memberikan gambaran yang jelas tentang proses berlangsungnya pertunjukan kesenian kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari. G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2010: 330). Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi metode atau cara pengumpulan data ganda yang antara lain berupa pengamatan dan wawancara. Untuk memperoleh data-data, diadakan pengamatan dan wawancara dengan para informan sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dicocokkan dengan dokumen-dokumen yang diperoleh.

66 50 Seperti yang dinyatakan oleh Patton (dalam Moleong, 2010: 331) bahwa ada dua strategi dalam triangulasi dengan metode, yaitu : 1. Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data. 2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber dengan metode yang sama. Patton (dalam Moleong, 2010: 330) menyatakan bahwa : Teknik pemeriksaan keabsahan data selain menggunakan triangulasi metode juga digunakan trianggulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi sumber dilakukan dengan meminta penjelasan berulang kepada informan mengenai informasi yang telah diberikan untuk mengetahui ketegasan informasi dalam suatu wawancara tambahan. Selain itu, keterangan dari informan dicocokkan dengan keterangan informan lainnya untuk mengetahui derajat kepercayaan informasi tersebut. Triangulasi data ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Peneliti membandingkan data hasil pengamatan observasi di lapangan dengan wawancara. Pengamatan terhadap pertunjukan jaran kepang dilakukan untuk mengetahui bentuk tarian yang terdapat didalamnya. 2. Peneliti membandingkan data yang didapat dari informan utama peneliti dengan data dari informan lainnya. Dalam penelitian ini terdapat informan yang dianggap kunci yaitu Eka Megiyadi. Data yang diperoleh dari hasil

67 51 wawancara kepada informan kunci tentang bentuk tarian jaran kepang yang diperiksa kembali dengan mewawancarai para pemain (penari) jaran kepang. 3. Membandingkan apa yang disampaikan oleh informan peneliti tentang situasi peneliti dengan apa yang terjadi di lapangan dengan melihat secara langsung pertunjukan jaran kepang dan membandingkan keadaan dan prespektif dari informan dengan keadaan-keadaan pada masyarakat secara umum. Peneliti berusaha untuk menggali informasi lain dari sumbersumber informasi lain di luar pelaku tari jaran kepang, yaitu berupa data yang diambil dari arsip-arsip yang mendukung. H. Teknik Analisis Data Berdasarkan data-data yang diperoleh dengan metode pengumpulan data di atas, maka untuk dapat memecahkan masalah yang diteliti dilakukan tahap analisis data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2010: 248) Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini difokuskan pada pertunjukan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari,

68 52 Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo yaitu tentang proses pertunjukan jaran kepang, bentuk, dan nilai yang terkandung dalam pertunjukan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 2010: 247). Lebih lanjut proses analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara mendalam, observasi atau pengamatan partisipan yang dituliskan dalam catatan lapangan dan dokumen. 2. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. 3. Menyusun dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan. 4. Pemeriksaan keabsahan data 5. Menginterpretasikan data yang kemudian membuat simpulan akhir dari interpretasi yang dilakukan.

69 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Umum Desa Somongari Data mengenai deskripsi Desa Somongari diambil dari data monografi desa tahun Desa Somongari adalah salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Wilayah Kecamatan Kaligesing terletak di wilayah Kabupaten Purworejo bagian timur. Desa Somongari merupakan salah satu desa dari 17 desa di Kecamatan Kaligesing yang terletak kurang lebih 8 km dari kantor Kecamatan. Dari Ibukota Kabupaten Purworejo jaraknya kurang lebih 12km, dan dari Ibukota Provinsi Jawa Tengah jaraknya kurang lebih 130 km. Secara geografis Desa Somongari dengan luas wilayah 414,859 Ha/ terletak di Kecamatan Kaligesing bagian utara yang berbatasan langsung dengan Desa Pacekelan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Donorejo, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Semagung, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kemanukan. Desa Somongari terdiri dari 5 Dusun / Rw yaitu dusun Krajan, dusun Kedung Tileng, dusun Sawahan, dusun Sijanur, dan dusun Dukuh Rejo. 54

70 55 a. Kependudukan Menurut data monografi desa tahun 2012, jumlah penduduk Desa Somongari sebesar 3305 jiwa yang terdiri dari 1675 laki-laki dan 1630 perempuan. b. Mata Pencaharian Tingkat kemakmuran suatu masyarakat dapat diketahui dari terpenuhinya kebutuhan pokok seperti pangan, sandang dan papan. Dalam memenuhi kebutuhan pokok tersebut tidak terlepas dari pendapatan masyarakat yang tentunya sangat tergantung pada mata pencaharian pokok penduduk. Demikian pula tingkat kemakmuran masyarakat Desa Somongari dapat dilihat dari mata pencaharian pokok penduduknya. Mata pencaharian penduduk Desa Somongari menurut data monografi desa terdapat beberapa jenis pekerjaan. Mata pencaharian penduduk Desa Somongari sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 1610 orang. Hal ini terbukti dengan banyaknya lahan pertanian sehingga hasil pertanian yang melimpah di Desa Somongari. Mata pencaharian penduduk lainnya adalah peternak sebanyak 800 orang, pengrajin 45 orang, pengusaha kecil/menengah 30 orang meliputi pengusaha bengkel, toko, pengangkutan dan lain-lain. Selain itu terdapat pula penduduk yang bekerja sebagai buruh yang terdiri dari buruh tani, buruh bangunan dan buruh industri. Mata pencaharian

71 56 penduduk lainnya adalah sebagai PNS, ABRI, pedagang, dan pensiunan. Beragamnya jenis mata pencaharian yang ditekuni penduduk Desa Somongari menandakan bahwa pengahasilan yang diperoleh masingmasing berbeda dan menyebabkan keadaan ekonomi penduduk Desa Somongari satu dengan yang lainnya berbeda pula. Meskipun terdapat perbedaan tingkat sosial ekonomi dalam kehidupan masyarakat, namun kehidupan gotong royong masih tetap berjalan dengan baik. c. Tingkat Pendidikan Tingkat kemajuan suatu masyarakat dapat diperhatikan dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan penduduknya. Berdasarkan data monografi desa tahun 2012 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Somongari tergolong tinggi. Masyarakat Desa Somongari sangat memperhatikan pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka. Itu terbukti terdapat penduduk desa yang melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.selain pendidikan formal, partisipasi masyarakat dalam program pendidikan adalah dengan pemberantas kebodohan yang dilaksanakan dengan program kejar paket A dan kejar paket B. Selain itu, pemerintah juga menyediakan sarana pendidikan yang mewadai. d. Sistem Religi Mayoritas penduduk Desa Somongari beragama Islam, selain itu penduduk Desa Somongari beberapa ada yang beragama Kristen

72 57 Protestan. Tempat peribadatan yang ada yaitu 3 buah masjid, 4 surau atau mushola, dan 1 gereja. 2. Deskripsi Umum Kesenian Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Kesenian jaran kepang di Desa Somongari sudah ada sejak dahulu. Namun, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, akhirnya kesenian ini mulai tergeser keberadaannya. Kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya dalam wujud sekarang ini merupakan bentuk akhir dari suatu proses peremajaan kesenian jaran kepang sebelumnya. Proses peremajaan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo berasal dari seorang warga yang bernama Eka Megiyadi. Dia mempunyai ide untuk menghidupkan kembali sebuah kesenian tradisional jaran kepang yang keberadaannya mulai tergerus oleh perkembangan zaman. Melihat hal itu Mas Eka Megiyadi mengajak beberapa anak muda yang masih sekolah maupun yang sudah bekerja untuk turut bergabung dalam kesenian jaran kepang. Semakin lama kesenian jaran kepang ini makin berkembang dan semakin banyak pula yang mengundang pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya untuk acara-acara tertentu, bahkan sampai di luar kota Purworejo.

73 58 Secara garis besar yang melatarbelakangi berdirinya kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo antara lain : 1. Ingin melestarikan kesenian tradisional, khususnya kesenian jaran kepang (nguri-uri kabudayan Jawa). 2. Menghimpun anak-anak muda ke dalam suatu kegiatan yang positif. 3. Menghindarkan anak-anak muda dari kegiatan yang hanya bersifat hura-hura tanpa arti. 4. Mengisi dan menggiatkan kegiatan di bidang kesenian. Dengan mengikuti perkembangan zaman, group kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya setapak demi setapak membenahi administrasinya agar lebih terorganisir dengan menyusun kepengurusan sebagaimana manajemen organisasi modern yang ada sekarang ini. Selain itu, kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya berupaya mempertahankan kualitas dengan menetapkan jadwal kegiatan diantaranya sebagai berikut: 1. Latihan dapat dilaksanakan setiap hari selasa (malam rabu) dan sabtu (malam minggu), bertempat di rumah ketua anggotanya yang berada di dusun Sijanur. Latihan tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas group, baik dari segi pentas maupun untuk

74 59 kepentingan persiapan undangan pentas yang akan dihadiri, dan yang utama adalah untuk lebih mengakrapkan anggota. 2. Setiap anggota mempunyai tugas atau kewajiban untuk mengadakan latihan dan tidak ada peraturan yang ketat apabila ada anggota yang tidak hadir pada saat latihan. 3. Setiap malam jum at kliwon diadakan acara yasinan atau tahlil di makam Eyang Loka Jaya (Simbah Somongari) dan prosesi obong-obong gamelan. a. Sistem Organisasi Kesenian Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya, sejak tanggal 10 Februari 2013 mempunyai susunan pengurus yang mapan. Susunan kepengurusan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya adalah sebagai berikut :

75 60 Pelindung Kepala Desa Ibu Mistiyah Penasehat Bambang Wicaksono Sesepuh Bapak Somo Wikarto Ketua I Bapak Kasiman Ketua II Sumijo Sekretaris Eka Megiyadi Bendahara Sarjiono Seksi-seksi Sie Pengembangan Sarwanto Wasimin Sie Perlengkapan Kasno Murni Nur Cahyanti Humas Eko Sumarwoto Maryadi

76 61 Struktur kepengurusan organisasi kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya tersusun menurut persetujuan secara bersama adalah sebagai berikut : 1. Keanggotan kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya tidak ada ketentuan ketat, siapa saja boleh menjadi anggota terutama warga setempat. Setiap anggota mempunyai tugas dan kewajiban untuk berkumpul dan mengadakan latihan. 2. Hubungan antara pemimpin dan para anggota satu dengan anggota yang lainnya sangat baik, tidak hanya terbatas pada mekanisme kerja sama tetapi juga dalamhubungan kekeluargaan. Pemimpin kadang kala juga memberi nasehat atau ide demi kebaikan pribadi, kekeluargaan antar anggota dan organisasi. Group jaran kepang Turangga Satria Budaya tidak pernah mempunyai masalah pertentangan antar anggota, kerukunan selalu diutamakan, sebab group ini tidak akan berdiri tergak seperti sekarang ini jika tanpa didukung oleh kerukunan serta persatuan. Anggota selalu menjaga jangan sampai ada benin-benih perpecahan antar sesama anggota. Kelompok kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya hingga saat ini masih dapat bertahan, bahkan semakin menarik perhatian dan semakin digemari oleh masyarakat Purworejo, khususnya masyarakat Desa Somongari dan sekitarnya. Semuanya dapat dilihat dan dibuktikan dari permintaan pentas atau tanggapan dari masyarakat baik itu resepsi pernikahan, acara hajatan khitanan, syukuran atau acara yang lainnya.

77 62 Setiap pertunjukan pasti banyak penonton mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai kakek-kakek dan nenek-nenek. b. Alat Musik Tradisional Kesenian jaran kepang merupakan jenis kesenian rakyat yang sederhana. Dalam pementasannya tidak diperlukan suatu perlengkapan dan koreografi khusus. Peralatan musik tradisional untuk mengiringi seni jaran kepang juga cukup sederhana. Fungsi musik (pengiring) dalam kesenian jaran kepang adalah sebagai pengiring dalam setiap lagu yang dinyanyikan dalam pementasan. Meskipun hanya diiringi oleh alat musik tradisional tetapi musik yang dihasilkan begitu merdunya karena tempo dari setiap lagu selalu terjaga dengan baik dan kecepatan ketukannya selaras dengan yang lainnya. Alat musik tradisional untuk mengiringi kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya instrumennya meliputi kendhang, angklung, gong, dan drum. 1) Kendhang Kendhang adalah salah satu instrumen dalam gamelan Jawa yang fungsi utamanya mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu. Kendhang bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dan kulit atau rotan. Kendhang diletakkan dalam posisi horizontal pada gawangannya dan dimainkan dengan jari dan telapak tangan.

78 63 Kendhang merupakan penunjuk kemana arah suatu lagu akan dibawakan. Kendhang kebanyakan dibawakan oleh para pemain gamelan yang sudah profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendhang biasanya dimainkan sesuai dengan naluri pengendhang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang dengan orang lain maka akan berbeda nuansanya. 2) Angklung Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional yang dibuat dari bambu, cara memainkannya adalah dengan cara digoyanggoyangkan. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi. Laras (nada) alat musik angklung yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya adalah slendro dan pelog. 3) Gong Gong terbuat dari logam yang bentuknya bulat yang digantungkan pada kayu dengan tali dan cara memainkannya dengan cara dipukul. Gong merupakan salah satu instrumen atau alat musik yang digunakan sebagai pengiring dalam kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya. Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing sehingga memberi rasa keseimbangan setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang. Ada dua macam gong yang

79 64 digunakan dalam mengiringi kesenian jaran kepang Turangga Satria Budaya yaitu: a. Gong Ageng (besar), merupakan gong gantung besar yang ditabuh untuk menandai permulaan dan akhiran kelompok dasar lagu gongan (gendhing) b. Gong Suwukan, merupakan gong gantung berukuran sedang, ditabuh untuk menandai akhiran gendhing yang berstruktur pendek, seperti lancaran, srepegan, sampak. 4) Drum Drum adalah kelompok alat musik perkusi yang terdiri dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan menggunakan stick. Dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya, drum berfungsi sebagai musik pengiring. c. Tata Rias Tata rias yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya antara pemain yang satu dengan pemain yang lain sama, yaitu dengan menggunakan tata rias sangat mencolok matayang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda. Alat rias yang digunakan antara lain alas bedak, lipstik, pensil alis, dan eye shadow. Tata rias ini berfungsi untuk mengubah karakter pribadi, untuk memperkuat ekspresi dan untuk menambah daya tarik penampilan seorang penari.

80 65 d. Tata Busana Tata busana dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya menggunakan perlengkapan busana yang sama antara penari satu dengan lainnya. Busana yang digunakan antara lain celana pendek yang dilengkapi dengan jarik, stagen, dan ditambah beberapa aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan, klat lengan, kalung, dan ikat kepala. Sedangkan fungsi penataan busana adalah untuk memperjelas peranperan tertentu. Beberapa kostum atau tata busana yang sering kali digunakan oleh setiap pemeran antara lain: 1) Jaranan : tata busana yang digunakan antara lain jamang (ikat kepala dari kain), kelat bahu, kalung, celana pendek, jarik, stagen, sampur dan gelang kaki. 2) Barongan : kepala barongan terbuat dari bahan kayu yang menyerupai kepala singa, rambutnya terbuat dari ijuk dan badannya terbuat dari kain, dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak, bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan teri yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguna yaitu sifat semaunya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh. Pemainnya memakai celana panjang, dan ikat kepala.

81 66 3) Penthul Bejer : Topeng badut yang terbuat dari bahan kayu dan pemainnya memakai baju lurik lengan panjang, celana pendek, ikat kepala, sampur, dan jarik. e. Perlengkapan Perlengkapan yang digunakan adalah barongan (singa barong), jaranan, penthul-bejer, cemethi. Barongan adalah properti pertunjukan jaran kepang yang terdiri dari kepala barongan terbuat dari bahan kayu yang menyerupai kepala singa, rambutnya terbuat dari ijuk dan badannya terbuat dari kain,dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak, bengis dan buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring dan ekor dibagian belakang serta gaya gerakan tari yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguna yaitu sifat semaunya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh. Jaranan adalah properti jaran kepang pengganti kuda yang disebut kuda tiruan (kuda-kudaan), lengkap dengan jambul ditengkuknya. Jaranan terbuat dari anyaman bambu karena bahan tersebut mudah dikibas-kibaskan untuk memunculkan gerakan meliuk-liuk sepertinya halnya seekor kuda yang tengah menari, jaranan itu umumnya dicat warna hitam dengan hiasan warna merah dan putih. Penari menempatkan jaranan diantara kedua pahanya sehingga tampak seperti seorang kesatria yang menunggang kuda sambil menari dengan diiringi musik.

82 67 Penthul-Bejer adalah topeng badut yang terbuat dari kayu yang di cat dengan warna hitam dan putih. Sedangkan cemethi adalah semacam cambuk yang terbuat dari bambu yang menjadi salah satu perlengkapan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. f. Tempat Pertunjukan Dalam pertunjukan jaran kepang Turanga Satria Budaya biasanya dilakukan di tempat yang terbuka. Jarak posisi antara pemain dengan pengiring menyatu dalam satu arena. Di bawah ini gambar denah arena pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. A B C Keterangan: A : Arena Pertunjukan B : Para Pemain C : Instrumen Pengiring

83 68 B. Pembahasan Hasil Penelitian Pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari merupakan sebuah kesenian tradisional yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang dilakukan secara turun-temurun. Kebiasaan yang diwariskan tersebut mencakup berbagai nilai budaya diantaranya adalah sistem kepercayaan, kesenian, dan sistem kemasyarakatan. Penyelenggaraan pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya dilaksanakan di sekitar area balai desa Somongari yang meliputi beberapa acara yaitu membersihkan lingkungan desa dan membuat panggung pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. Adapun rangkaian acara lainnya adalah nyekar dan obong-obong / membakar kemenyan ke pepundhen desa yang dilaksanakan oleh sesepuh jaran kepang. Pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari menyajikan unsur-unsur yang meliputi gerak, tata rias, tata busana, property, pawang dan sesaji. Dari unsur-unsur tersebut dapat diambil beberapa makna yang terkandung dalam setiap unsur-unsurnya. Gerakan yang ditampilkan dalam pertunjukan jaran kepang menyimbolkan kehidupan manusia yang selalu berpandang ke depan tanpa mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Property yang digunakan mempunyai makna sebagai patner atau teman dalam melakukan suatu gerak, artinya seorang manusia yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan atau uluran tangan dari orang lain. Sesaji mempunyai makna sebagai permohonan izin

84 69 kepada Tuhan dan roh nenek moyang agar diberi keselamatan, artinya bahwa manusia mempercayai adanya sesuatu yang lebih atau diagungkan dalam kehidupan di Dunia. Tata rias dapat mengubah karakter seseorang penunggang kuda yang mempunyai makna bahwa seorang pemuda harus dapat menempatkan diri di lingkungan masyarakat serta berani membela kebenaran dan keadilan. Tata busana menyimbolkan kesederhanaan yang artinya hidup di dunia harus menerapkan prinsip hidup sederhana secara apa adanya tanpa melebih-lebihkan. Iringan musik tradisional berupa angklung, kendhang, gong dan drum sebagai pengiring tari yang meyimbolkan seorang pemuda yang selalu siap untuk menolong sesamanya, dan pawang sebagai pengatur utama jalannya pertunjukan artinya dalammenjalani kehidupan di dunia seorang manusia harus memiliki panutan atau contoh. Rangkaian acara pertujukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo merupakan tanggung jawab dari semua warga masyarakat Desa Somongari yang pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang berurutan. Rangkaian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari secara berurutan terdiri dari tiga acara, yaitu (a) pra pertunjukan yang meliputi (1) membersihkan lingkungan desa dan pembuatan panggung, (2) membuat berbagai sesaji atau ubarampe. (3) nyekar ke pepundhen dan pentas sebentar di halaman pepundhen, (4) obong menyan, (b) proses pertunjukan jaran kepang, (c) Pasca pertunjukan jaran kepang Turangga

85 70 Satria Budaya yaitu penutupan acara dengan gendhingan yang dilakukan oleh seluruh anggota kesenian. Adapun gendhingan itu adalah Tamba Ati. 1. Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari saat ini masih dilakukan terus oleh masyarakat pendukungnya. Adapun rangakaian acara pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari adalah sebagai berikut : a. Pra Pertunjukan Jaran Kepang 1) Membersihkan Lingkungan Desa Persiapan yang dilakukan pada prosesi pertunjukan jaran kepang yaitu membersihkan sekitar area balai desa dan bergotong royong membuat panggung atautempat pementasan jaran kepang. Membersihkan tempat atau lingkungan area pentas pertunjukan jaran kepang secara bersama-sama yang dilakukanoleh seluruh anggota pemain jaran kepang mencerminkan sikap saling bergotong royong antar sesama manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Somo Wikarto sebagai berikut : Terjemahan : Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan area pertunjukan yaitu di sekitar area balai

86 71 desa dan pembuatan panggung yang dilakukan oleh anggota jaran kepang Gambar 1. Kegiatan kerja bakti dan pembuatan panggung di sekitar area Balai Desa Somongari 2) Pembuatan Ubarampe / Sesaji Sesaji merupakan sebuah keharusan yang pasti ada dalam setiap acara bagi orang yang masih teguh memegang adat Jawa. Pandangan masyarakat khususnya dalam masyarakat yang masih mengandung adat istiadat yang sangat kental, sesaji mengandung arti pemberian sesajian sebagai tanda penghormatan terhadap semua yang terjadi di dalam masyarakat. Persiapan yang dilakukan dalam pertunjukan jaran kepang adalah mempersiapkan sesaji atau ubarampe. Secara bersamasama masyarakat Desa Somongari khususnya ibu-ibu memasak dan mempersiapkan keperluan sesaji atau ubarampe yang diperlukan untuk sesaji jaran kepang. Sesaji yang dipersiapkan

87 72 yaitu sesaji tenongan. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Ibu Harwati berikut ini : Sajen sing kanggo jaranan yaiku sajen tenongan Terjemahan : Sesaji yang digunakan untuk pertunjukan jaran kepang yaitu sesaji tenongan Gambar 2. Proses pembuatan sesaji / ubarampe Rangakaian acara persiapan tersebut tidak mengurangi kesakralan tradisi dari pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya yang dilaksanakan di Desa Somongari. Sepanjang penelurusan peneliti, dapat diketahui bahwa persiapan tradisi ini terbuka bagi pihak luar. Maksudnya pihak luar dapat ikut berpartisipasi untuk mengikuti proses persiapan pertunjukan jaran kepang ini.

88 73 3) Nyekar ke pepundhen Nyekar ke pepundhen dilaksanakan pada hari dimana pertunjukan jaran kepang dilaksanakan, beberapa jam sebelum pelaksanaan pertunjukan jaran kepang dimulai seorang sesepuh nyekar ke pepundhen desa yaitu di pepundhen Eyang Kedana- Kedini. Maksud dari Nyekar ke pepundhen desa yang dilakukan oleh sesepuh, yaitu sebagai tanda untuk menyepuhkan leluhur dan bentuk perijinan akan dilaksanakannya supaya prosesi acara berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pemaparan Bapak Somo Wikarto berikut ini. Terjemahan : Maksud dari nyekar ke pepundhen adalah untuk menyepuhkan leluhur desa yaitu Eyang Somongari dan Mbah Kedana-Kedini, selain itu untuk memohon ijin akan dilaksanakannya pertunjukan jaran kepang supaya semua prosesi acara berjalan lancar dan semuanya waras slamet Akan tetapi ritual nyekar ke pepundhen desa ini hanya dilakukan oleh sesepuh saja, karena dipercaya oleh masyarakat setempat bahwa hanya orang-orang yang mempunyai kasekten

89 74 (kasekten artinya kesaktian) apabila berdoa lewat perantaranya dipercaya dapat cepat terkabul. 4) Obong Menyan (Membakar Kemenyan) Obong menyan merupakan sebuah ritual yang dianggap sakral oleh masyarakat pendukung tradisi, terutama yang masih kental dengan nuansa kejawen. Hal tersebut terlihat dari orang yang obong menyan (membakar kemenyan) yaitu bukan sembarang orang, melainkan orang yang disepuhkan. Sebelum pertunjukan jaran kepang dimulai, seorang sesepuh (pawang) harus melaksanakan acara obong menyan (membakar kemenyan) dihadapan jaran pepundhen dan cemethi pepundhen kemudian pawang membawa obongan menyan kegamelan angklung dan kendhang serta ke sekeliling arena pertunjukan dan barisan jaranan yang lain. Obong menyan ini diiringi dengan tabuhan alat musik jaran kepang Turangga Satria Budaya. Berikut ini gambar Simbah Somo Wikarto (sesepuh) yang sedang obong menyan serta membaca doa.

90 75 Gambar 3. Obong menyan pada jaran pepundhen dan cemethi pepundhen Bismilallahirrahmaanir rahiim Sang linggar jati arane menyan, winurjati uripe menyan, gebyar-gebyar manjingana swarga, tinampa para pepundhen sesepuh ingkang hamengkoni bumi Somongari Terjemahan : Bismilallahirrahmaanir rahiim Sesungguhnya kemenyan ini menyepuhkan dan meminta izin kepada para leluhur (pepundhen) agar selalu mendapatkan kebaikan dan keselamatan. Hidupkan dan kobarkan kemenyan ini agar kepulan asapnya sampai ke surga. Tujuannya adalah sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi keselamatan lewat perantara sesepuh yang tinggal di bumi Somongari. Obong menyan (membakar kemenyan) dilakukan sebelum pertunjukan jaran kepang dimulai, hal ini bertujuan untuk mendatangkan roh-roh (danyang) agar hadir dalam kesenian ini, danyang boleh saja ikut dalam prosesi pertunjukan tetapi tidak boleh mengganggu jalannya pertunjukan. Selain itu obong menyan bertujuan untuk njawab atau meminta izin kepada para leluhur agar pertunjukan jaran kepang berjalan lancar tanpa ada halangan. Hal ini sesuai dengan pemaparan Bapak Somo Wikarto berikut ini.

91 76 Terjemahan : Dalam obong menyan ini juga dilakukan pembacaan doa,maksud doa ini untuk meminta ijin terhadap para leluhur, setelah dilakukan pembakaran kemenyan kemudian obongan menyan dibawa ke alat musik angklung dan kendhang serta ke sekeliling barisan jaranan Obong menyan (membakar kemenyan) dilakukan oleh sesepuh dihadapan jaran pepundhen dan cemethi pepundhen, kemudian pawang membawa obongan menyan ke alat musik angklung dan kendhang serta ke sekeliling arena pertunjukan dan barisan jaranan yang lain, hal ini bertujuan untuk meminta izin kepada danyang yang ada di dalam jaranan tersebut agar roh (danyang) yang jahat tidak mengganggu. Gambar 4. Obong menyan pada arena pertunjukan dan barisan jaranan Pada intinya proses obong menyan ini dilakukan untuk meminta izin kepada leluhur dan roh-roh (danyang) yang berdiam di dalam perlatan jaran kepang (diibaratkan kula nuwun). Tujuan lain dari proses obong menyan ini adalah untuk mengundang roh-roh (danyang) agar hadir dalam pertunjukan jaran kepang, selain itu untuk melindungi dan menghindarkan

92 77 dari roh-roh (danyang) yang sifatnya negatif. Segala sesuatunya ditujukan untuk meminta izin agar semuanya berjalan dengan lancar dan diberikan keselamatan. Kepulan asap kemenyan yang berbau khas dimaksudkan agar makhluk halus membantu permohonan supaya cepat sampai kepada Tuhan. Harapan lainnya adalah arwah nenek moyang tidak mengganggu, tatapi membantu manusia. Menurut kepercayaan masyarakat, apabila kemenyan yang dibakar tersebut padam sebelum selesai berdoa pertanda doanya tidak dikabulkan dan sebaliknya. b. Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Setelah ritual obong menyan yang dilakukan oleh sesepuh selesai kemudian cemethi disibatkan ke tanah sebanyak tiga kali, pertanda bahwa pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya segera dimulai. Sebelum acara pementasan dimulai didahului dengan acara pembukaan oleh ketua anggota kesenian, kemudian dilanjutkan dengan lantaran purwaka yaitu lagu pembuka dengan judul Pambuka TSB yang diiringi dengan alat musik tradisional. Adapun gendhing pambuka adalah sebagai berikut: Pambuka TSB Ngaturi sugeng para pamirsa Mangga pinarak ingkang sekeco Turangga satria budaya

93 78 Saking Somongari Purworejo Atur salam ing pamirsa Kula sowan atur pambagya Ngeling-eling kesenian Nguri-uri kabudayan Menawi kita kirang nuju prana Kita tansah anggeb ndana Menawi kirang nggen trapsila Nyuwun agunging pangaksama Pada garis besarnya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari bentuk atau urutan-urutan penyajiannya adalah sebagai berikut : 1) Tari Pambuka 2) Tari Persembahan 3) Tari Sekar Taji 4) Tari Rampak Muda 5) Tari Suka-suka / Ndadi (Kesurupan) Dibawah ini uraian tentang tarian dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya yang dilakukan di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo : 1) Tari Pambuka Tarian pambuka merupakan tarian pembuka yang dibawakan oleh dua belas orang penari. Ragam-ragam tarian yang dibawakan sederhana dan cenderung diulang-ulang. Ragam gerak pada sajian tarian jaranan antara lain adalah:

94 79 a) Penari memasuki arena pertunjukan dengan gerakan berlari ke depan sambil menunggang kuda kepang membentuk lingkaran secara berurutan. b) Penari membentuk formasi empat barisan, gerakan tarinya adalah gerakan sekaran kuda dimana penari menundukan badan dan kepala diulang-ulang ke empat arah (depan, kanan, belakang, dan kiri) c) Penari dengan posisi kaki jengkeng dan gerakan tangan kanan tanggem ke depan dan ke samping diikuti gerakan kepala. d) Penari berdiri kembali dengan posisi kaki kuda-kuda dan gerakan sekaran kuda kemudian penari berputar membentuk formasi lingkaran. e) Penari berputar ke arah kanan membentuk lingkaran dengan kolaborasi gerakan langkah sebanyak tiga kali dan langkah pancalan sebanyak tiga kali juga dengan posisi tangan memegang kuda kepang. f) Penari ke luar arena dengan gerakan sekaran kuda. Alurcerita dalam tarian pambuka ini menggambarkan prajurit berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang mengadakan latihan menunggang kuda dengan maksud untuk persiapan menuju ke Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana.

95 80 Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Mas Eka Megiyadi sebagai berikut : Terjemahan : Tarian pambuka ini dipentaskan oleh dua belas penari. Adegan dalam tarian pambuka ini menggambarkan prajurit berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang berlatih menunggang kuda untuk persiapan melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana 2) Tari Persembahan Tarian persembahan dibawakan oleh dua belas orang penari yang berpasang-pasangan dengan iringan musik kocok ro. Tarian persembahan ini hampir sama dengan tarian pambuka yaitu menarikan ragam-ragam tarian yang sederhana dan cenderung diulang-ulang, perbedaannya dalam tarian persembahan ada beberapa ragam tarian yang atraktif. Setiap adegan yang dibawakanoleh penari dalam tarian persembahan memperlihatkan kelincahan pasukan penunggang kuda. Ragam gerak pada sajian tarian persembahan adalah : a) Dua belas penari memasuki arena pertunjukan dengan dengan gerakan jengkeng, posisi kuda kepang di depan dada dan digoyang-goyangkan. b) Berjalan jengkeng berdiri membentuk dua formasi, berdiri kuda-kuda, dengan kuda kepang digerak-gerakkan ke depan dan belakang. Kemudian penari telungkup, kuda kepang diletakkan di tanah, kaki kiri menopang dan gerakan kepala

96 81 tegap. Setelah itupenari berdiri tanpa kudaserentak hadap kiri dengan posisi tangan kiri malang kerik, tangan kanan taweng dan seblak sampur sambil berjalan ke samping dua kali. c) Penari dengan posisi jengkeng dan melakukan sembahan. Kemudian penari berdiri dengan kuda kepangnya. Kuda kepang di angkat ke atas (naik-turun). d) Setelah itu kuda kepang dinaiki dan berubah formasi berputar ditempat dengan gerakan sekaran berlawanan arah berjalan selang-seling, posisi kaki kanan melangkah ke depan ditekuk dan kaki kiri lurus ke belakang, kuda kepang diliuk-liukkan diikuti gerakkan kepala secara bergantian diulang sebanyak dua kali. e) Gerakan mundur dengan posisi kaki secara bergantian melangkah kebelakang, telapak kanan jinjit melangkah ke belakang bergantian dengan kaki kiri diikuti gerakan kuda kepang dan kepala. f) Langkah tiga pancalan bolak-balik empat kali kemudian lompat jungkat-jungkit, gerakan sekaran kuda berhadaphadapan. Kemudian penari berjalan maju dan berputar membentuk lingkaran dengan gerakan hentakan kuda posisi kaki kuda-kuda.

97 82 g) Kemudian lari berputar berpasangan keluar arena pertunjukan. Alur cerita yang dibawakan dalam tarian persembahan ini menggambarkan prajurit berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang mengadakan latihan perang untuk mempersiapkan perjalanan ke Kerajaan Kediri untuk melamar Putri Kediri yaitu Dewi Sekar Taji. Latihan perang pasukan berkuda ini dimaksudkan untuk menghadapi serangan dari Raja bermuka singa (singa barong), yaitu seorang penguasa hutan Wengker dan sangat buas, karena perjalanan dari Kadipaten Bantarangin menuju Kerajaan Kediri melewati hutan wengker yang dikuasai oleh Raja Singa Barong. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Mas Eka Megiyadi sebagai berikut. Terjemahan : Tari persembahan ini dipentaskan oleh dua belas orang penari. Tarian ini menggambarkan pasukan berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang berlatih perang untuk menghadapi Raja bermuka singa atau singa barong, yaitu penguasa hutan wengker yang buas 3) Tarian Rampak Muda Tarian rampak muda dipentaskan oleh dua belas orang penari yang memasuki arena pertunjukan dan menarikan ragamragam tarian yang sederhana. Pementasan tarian rampak muda diiringi dengan lagu berjudul sluku-sluku bathok.

98 83 Ragam gerak pada pementasan tarian rampak muda adalah sebagai berikut : a) Dua belas orang penari memasuki arena pertunjukan dengan membawa kuda kepang dengan gerakan melangkah ke samping, posisi kuda kepang digerakan naik turun. b) Penari berjalan ke samping menuju ke tengah dan ke samping ke pinggir, posisi kaki tanjak. Gerakan ini dilakukan sebanyak empat kali. c) Penari berjalan selang-seling dan berputar dengan posisi kaki tanjak, tangan kanan pegang sampur, tangan kiri memegang kuda kepang. Kemudian berjalan ke samping selang-seling. d) Penari bertemu di tengah bertemu saling berhadapan berjalan ke pinggir dan berputar, berputar selang-seling dengan gerakan kaki tanjak yaitu gerakan kaki meloncatloncat seperti menggambarkan kuda yang sedang berlari. e) Penari membentuk tiga baris ke depan dengan gerakan kaki kanan kanan maju berputar balik kiri dan bergantian dengan kaki kiri maju balik kanan tanjak tiga langkah ke samping kanan dan berputar berjalan ke samping kiri. f) Penari membentuk lingkaran berputar dengan cepat dan berhenti mendadak, kaki melangkah mundur melebarkan lingkaran kemudian maju berlari ke tengah lingkaran dan

99 84 melompat berbalik arah keluar lingkaran. Posisi badan telungkup, kuda kepang diletakkan di tanah, kaki kiri ditekuk dan kaki kanan lurus ke belakang. g) Dua penari yang berhadapan berdiri tanjak dan berputar mengelilingi penari lainnya. Gerakan ini dilakukan bergantian. h) Kemudian semua penari berdiri dengan menunggang kuda disertai gerakan sekaran berlari berputar keluar arena pertunjukan. Alur cerita dalam tarian rampak muda menggambarkan 144 prajurit dari Kadipaten Bantarangin yang sedang mengadakan perjalanan dengan menunggang kuda ke kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana. Hal ini sesuai dengan pemaparan Mas Eka Megiyadi sebagai berikut. Terjemahan : Tarian rampak muda ini diiringi lagu sluku-sluku bathok.tarian ini menggambarkan 144 prajurit berkuda yang mengadakan perjalanan dari Kerajaan Bantarangin menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana 4) Tarian Sekar Taji Tarian sekar taji mengambarkan sosok Dewi Sekar Taji, dimana tarian ini dipentaskan oleh delapan orang penari perempuan yang memasuki arena pertunjukan dan menarikan

100 85 ragam-ragam tarian yang sederhana. Pementasan tarian sekar taji diiringi dengan lagu-lagu campur sari. Ragam gerak pemain jaranan pada sajian tarian sekar taji adalah sebagai berikut : a) Empat orang penari memasuki arena pertunjukan dengan membawa kuda kepang dan disusul empat orang penari lagi dengan gerakan melenggang kekanan dan kekiri, posisi kuda kepang digerakan naik turun. b) Penari membentuk formasi dua baris dimana pada barisan belakang maju ke depan dengan gerak sekaran berputar kemudin kembali kembali ke belakang dan posisi kuda-kuda diikuti penari pada barisan depan dengan gerakan pacak gulu berdiri dengan miwir sampur berputar ke depan. c) Penari berganti formasi dimana penari pada barisan depan bergantian posisi dengan penari barisan belakang, disertai gerakan ulat-ulat dan kiprah. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sebanyak empat kali. d) Posisi selanjutnya yaitu kaki jinjit dan tangan mengangkat kuda berjalan ke tengah, kemudian kembali kepinggir secara bergantian.

101 86 e) Semua penari berjalan berputar membentuk lingkaran dengan gerakan badan bergoyang melambai, terus berputar dan satu persatu keluar arena pertunjukan. 5) Tarian Suka-suka Tarian suka-suka ini dipentaskan oleh dua belas orang penari jaranan membawakan ragam tarian yang atraktif dan tidak monoton. Dalam tarian suka-suka diawali dengan lagu yang berjudul jaran kore. Adapun lagu tersebut sebagai berikut : Jaran Kore Re re re jaran kore Jarane mlayu ngetan Sing njoget nganggo klambi abang Re re re jaran kore Jarane mlayu ngidul Baline metu nggrumbul Rene-rene tak tunggangi Ojo nganti, ojo nganti koe bali Re re re jaran kore Jarane mlayune ngulon Baline mesti klakon Re re re jaran kore Jarane mlayu ngalor Baline plolar-plolor Rene-rene tak tunggangi Ojo nganti, ojo nganti koe bali Ragam gerak pemain jaranan pada sajian tarian suka-suka adalah sebagai berikut : a) Dua belas orang penari memasuki arena pertunjukan dengan membawa kuda kepang dengan gerakan melangkah ke samping, posisi kuda kepang digerakan naik turun.

102 87 b) Penari berjalan ke samping menuju ke tengah dan ke samping ke pinggir, posisi kaki tanjak. Gerakan ini dilakukan sebanyak empat kali. c) Penari berjalan selang-seling dan berputar dengan posisi kaki tanjak, tangan kanan pegang sampur, tangan kiri memegang kuda kepang. Kemudian berjalan ke samping selang-seling. d) Penari bertemu di tengah bertemu saling berhadapan berjalan ke pinggir dan berputar, berputar selang-seling dengan gerakan kaki tanjak yaitu gerakan kaki meloncatloncat seperti menggambarkan kuda yang sedang berlari. e) Penari membentuk tiga baris ke depan dengan gerakan kaki kanan kanan maju berputar balik kiri dan bergantian dengan kaki kiri maju balik kanan tanjak tiga langkah ke samping kanan. f) Posisi selanjutnya penari telungkup, kuda kepang diletakkan di tanah, kaki kiri ditekuk dan kaki kanan lurus ke belakang. g) Penari membentuk lingkaran berputar dengan cepat dan berhenti mendadak,dan gerakan tangan memegang kuda kepang,dikelilingi penari penthul-bejer yang membawa cemethi dan singa barong.

103 88 h) Penari terus berputar dengan cepat, beberapa pemain mengalami kesurupan (ndadi) dan yang lainnya berlari keluar arena pertunjukan. Diceritakan dalam adegan ini para penari jaranan dan penthul-bejer berperang melawan singa barong. Penari penthul-bejer membawakan tarian yang enerjik dan kreatif dengan dipadukan gerakan improvisasi dari para penari penthul-bejer, sehingga mengundang decak kagum para penontonnya, sedangkan penari barongan hanya membawakan gerakan tarian kesamping kanan, samping kiri, arah depan dengan meliuk-liukan properti yang berupa singa barong dengan mengikuti irama lagu. Tarian suka-suka merupakan tarian puncak yang disajikan dalam pentas kesenian jaran kepang, karena alur cerita dalam tarian suka-suka diambil dari cerita hikayat Panji, yaitu kisah cerita yang diawali dari iring-iringan pasukan berkuda mengawal Bujang Ganong dari Kadipaten Bantarangin menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji, akan tetapi bertemu dengan Singa Barong di perbatasan hutan Wengker, sehingga terjadi peperangan yang sengit. Hal tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh Mas Eka Megiyadi sebagai berikut. Terjemahan :

104 89 Tarian suka-suka ini diambil dari cerita Hikayat Panji tentang pasukan berkuda yang mengawal Bujang Ganong dari Kadipaten Bantarangin menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji, akan tetapi bertemu dengan Singa Barong di perbatasan hutan Wengker, sehingga terjadi peperangan yang sengit Tarian suka-suka ini mengambarkan iring-iringan pasukan berkuda dari Kerajaan Bantarangin yang mengawal Bujang Ganong untuk menuju ke Kerajaan Kediri. Hal ini dilatarbelakangi karena Prabu Klana Sewandana dari Kadipaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekar Taji putri dari Kerajaan Kediri, maka diperintahlah Patih Bujang Ganong untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda. Sampai di hutan Wengker rombongan prajurit Bantarangin dihadang oleh singa barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijaya yang ditugasi untuk menjaga keamaanan perbatasan. Terjadilah perselisihan yang memuncak antara pasukan Bantarangin dan Singa barong sehingga terjadi peperangan yang sengit. Semua prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singa Barong, akan tetapi ada beberapa pasukan yang lolos dari Singa Barong. Dengan rasa amarahnya Prabu Klana Sewandana mencabut pusaka andalannya, yaitu pecut samandiman dan berangkat ke Hutan Wengker untuk membunuh singa barong. Singa barong akhirnya dapat dikalahkan.

105 90 Gambar 5. Penari Penthul-Bejer Gambar 6. Penari Singa Barong 6) Ndadi (Kesurupan) Ciri khas pada kesenian jaran kepang adalah terjadinya kesurupan (ndadi) pada para penari jaran kepang. Ndadi atau kesurupan adalah keadaan dimana penari jaran kepang kemasukan danyang, maka penari jaran kepang yang kemasukan danyang tersebut tidak sadar lagi. Hal tersebut mengalami keadaan diluar kesadaran manusia kemudian tidak ingat apa-apa dan melakukan gerakan diluar kesadarannya, karena penari dikuasai oleh danyang yang masuk ke dalam tubuh penari. Bunyi sebuah cemethi (cambuk) yang sengaja dikenakan para pemain jaranan menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran para pemainnya. Adegan ini menjadi bagian yang ditunggu oleh penonton.

106 91 Dalam masyarakat Jawa yang menganut kepercayaan kejawen (animisme dinamisme), seseorang mempercayai kehadiran danyang-danyang sebagai roh orang yang sudah meninggal. Danyang ini memiliki pemikiran, perasaan, dan nafsu yang hampir sama dengan manusia. Danyang ini kemudian masuk ke dalam tubuh para pemain jaran kepang dan memanfaatkan fisik para pemain jaranan untuk melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan oleh orang biasa. Tubuh para pemain jaran kepang sesaat menegang, kemudian menari, melompat, menjungkirkan badan, dan memakan apa saja yang ada dalam sesaji. Pemain jaran kepang yang ndadi (kesurupan) akan melakukan hal-hal diluar kesadarannya atau melakukan atraksi yang sulit diterima akal sehat. Selain pemain jaran kepang, tidak sedikit anggota kesenian jaran kepang yang ikut ndadi (kesurupan). Pemain jaran kepang yang ndadi (kesurupan) ada yang memakan bunga setaman dengan dicampur air kelapa muda (degan ijo), memakan dupa dan kemenyan.

107 92 Gambar 7. Pemain jaran kepang kesurupan Gambar 8. Proses penyadaran kembali pemain jaran kepang kesurupan Dalam kondisi kesurupan seperti ini dibutuhkan seorang pawang atau sesepuh. Seorang pawang dalam pertunjukan jaran kepang bertindak sebagai penyembuh atau mengembalikan kesadaran seorang penari jaran kepang yang mengalami kesurupan. Proses penyadaran kembali ini menjadi tontonan yang tak kalah menarik. Beberapa orang pria yang kuat harus memegangi tangan, kaki, kepala, dan tubuh para pemain jaran kepang, kalau tidak ia akan berlari lagi. Penari yang kesurupan akan disembuhkan oleh seorang pawang dengan membacakan do a, selain itu jika ada salah seorang yang akan disembuhkan, biasanya pemain yang ndadi akan meminta disembuhkan melalui jaran pepundhen, cemethi pepundhen, kendhang ataupun singa barong. Kepercayaan bahwa danyang-danyang jaran kepang tersebut berdiam dalam jaran pepundhen, cemethi pepundhen, kendhang dan singa

108 93 barong. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Somo Wikarto sebagai berikut. Penari sing ndadi biasane ditambani nang pawange karo maca mantra, kejaba kuwi pemain sing ndadi biasane njaluk mari ndadi ana ing jaran pepundhen, cemethi pepundhen, kendhang karo singa barong. Kuwi amarga danyang-danyange manggon ana ing jaranpepundhen, cemethi pepundhen, kendhang karo singa barong Terjemahan : Penari yang mengalami kesurupan biasanya disembuhkan oleh seorang pawing dengan membaca mantra, selain itu pemain jaran kepang yang kesurupan akan meminta kesembuhan di kuda pepundhen, cambuk pepundhen kendhang atau singa barong. Itu disebabkan danyangnya berada dalam kuda pepundhen, cambuk pepundhen kendhang dan singa barong. Adapun mantra yang dibacakan pawang untuk membuat pemain jaran kepang sadar adalah sebagai berikut. Nggeh nyuwun ngapunten mbah, menawi wekdalipun sampun dangu gentosan kalih kancane Terjemahan : Mohon maaf eyang, berhubung waktunya sudah lama dimohon gantian dengan teman yang lainnya c. Pasca Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari Pasca pertunjukan jaran kepang di Desa Somongari yaitu penutupan acara dengan gendhingan yang dilakukan oleh seluruh anggota kesenian. Adapun gendhingan itu adalah sebagai berikut. Tamba Ati Allahuma.. Sholli wasalim ala

109 94 Sayyidinna wamaulana Muhammadin Ad damma. Fiill mila hi sholatan Daimatan bida wami. Mulkhilahi Tamba ati iku ana limang perkara Kaping pisan maca Qur an sak maknane Kaping pindo sholat wengi lakonono Kaping telu wong kang sholeh kumpulana Kaping papat weteng iro ingkang luwe Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe Salah sawijining sapa bisa ngelakoni InsyaAllah Gusti Allah ngijabahi 2. Nilai Estetis Pada Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya Nilai estetis adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Istilah keindahan yaitu sesuatu yang menyenangkan, memberikan kepuasan batin, dan sesuatu yang menarik yang dapat menyentuh dan menggetarkan jiwa. Nilai keindahan pada jaran kepang Turangga Satria Budaya terletak pada perpaduan kemajemukan dari unsur-unsur yang terdapat didalamnya. Diantaranya yaitu sebagai berikut : a) Pertama : keindahan pada tariannya, yang diatur dengan sedemikian rupa sehingga memiliki harmoni dan keselarasan yang dapat menimbulkan kesenangan dan kegembiraan jika disaksikan. Pada Tari Pambuka dimaksudkan sebagai pertanda dimulailah pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. Tari Persembahan pada jaran kepang Turangga Satria Budaya pada dasarnya merupakan simbol perwujudan hubungan transenden antara

110 95 manusia dengan Tuhan. Tari ini maknanya yaitu pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui cara menyembah-nya. Menyembah Tuhan ialah bentuk ketakwaan manusia dalam ajaran agama Islam. Dalam Tari Rampak Muda terdapat penggalan-penggalan gerak, salah satunya gerak melingkar atau berjajar bermakna keutuhan, kebulatan tekat, kekompakan dan keteraturan. Malang kerik mengandung makna ksatria, tanggung jawab, dan kejelian yang menunjukan kekokohan prinsip. Sekaran kuda mempunyai makna tanggung jawab, penuh kehati-hatian dalam bertindak dan bersikap. Jengkeng, gerak ini memiliki maksud bahwa manusia dalam kehidupannya harus selalu ingat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Gerakan kuda-kuda yang menunjukkan kekokohan dalam berprinsip, sedangkan seblak terkandung makna didalamnya tentang sindiran terhadap penguasa atau pemimpin yang rapuh luar dalam. Tanggem dan taweng mengandung maksud meledek kerapuhan seorang penguasa yang tidak memiliki kuasa dan dan dalam mengambil mengambil kebijakan selalu dikalahkan oleh orang lain. Gerakan ngulat-ulat atau kiprah pada Tari Sekar Taji yang mempunyai makna saling pengertian sehingga terjalin keharmonisan dalam suatu keluarga. Gerak lampah yang memutar maksudnya manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan pertolongan atau bantuan dari orang lain. Pacak Gulu mempunyai makna sebuah sindiran atas perilaku penguasa yang suka pamer dan riya (sombong) terhadap

111 96 kekuasaannya padahal rakyat dalam kondisi kekurangan dan harus diperhatikan. Gerak dalam Tari Suka-suka (ndadi) mempunyai makna masuknya kekuatan mistis yang bisa menghilangkan kesadaran sipemain jaran kepang. Dalam masyarakat Jawa kuna yang menganut kejawen (gabungan antara animisme-dinamisme dan Hindu), seseorang mempercayai kehadiran dan peran roh-roh orang yang sudah meninggal. Adegan mistis ini mengundang decak kagum dan perasaan terhibur. Namun disisi lain, adegan ini juga mengundang kontroversi terutama jika dipertemukan dengan ajaran agama Islam. b) Kedua : keindahan instrumen, apabila alat musik tradisional (angklung, kendhang, gong, dan drum) dibunyikan atau dimainkan secara bersama-sama dapat menimbulkan perpaduan alunan musik yang indah, jika dinikmati dengan indera pendengar. Karena keindahan hanya dapat diperoleh melalui rasa jiwa manusia itu sendiri. Alat musik tradisional dalam perwujudan keindahannya yang dikomunikasikan melalui bentuk bunyi-bunyian yang indah dan mengajak pendengarnya kedalam perenungan untuk keselamatan dunia dan akhirat. c) Ketiga : keindahan syair atau lagu, syair yang digunakan pada pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya adalah lagu-lagu Jawa (pangkur, sinom, dandang gula) yang indah dan mengandung nilai sastra yang luhur dan tinggi. Kemajemukan kata dan bahasa

112 97 disusun secara indah yang dinyanyikan serta diiringi alunan musik tradisional akan menimbulkan kepuasan dan hiburan bagi yang mendengarkan. Kata-kata tersebut digunakan sebagai sarana pemberian petunjuk dan nasehat. d) Keempat : keindahan tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari jaran kepang. Kreatifitas tata rias dalam setiap tari sangat diperlukan dengan tujuan agar pembentukan wajah benar-benar memperhatikan peran masing-masing penari. Bentuk wajah masing-masing penari dengan mengubah menjadi bentuk wajah yang berkarakter seorang prajurit yang gagah an tampan. Kesempurnaan tata rias sangat berpengaruh terhadap penonton. Pertama, pemakaian pensil alis mengandung makna keindahan, kegagahan dan kelihatan seram atau beringas; kedua, pemerah pipi bermakna keindahan dan kerapian seorang prajurit; ketiga, penambahan godeg dengan pensil hitam mengandung maksud untuk menambah ketampananan kegagahan; keempat, pemasangan kumis palsu atau gambar kumis dengan pensil hitam (pensil alis) memiliki makna bahwa seorang prajurit harus berwibawa dan ksatria; kelima, rambut dicukur pendek bermakna bahwa seorang prajurit harus kelihatan gagah dan rapi. e) Kelima : keindahan busana, busana tari yang dikenakan penari harus busana yang artistik dengan segala perlengkapan aksesorisnya.

113 98 Busana tari ini harus dikaitkan dengan tokoh yang diperankannya. Tiap jenis tari memiliki bentuk busana yang berbeda-beda sesuai sifat dan tema tarian tersebut. Tata busana tari jaran kepang untuk memperindah penampilan penarinya. Selain itu busana akan membedakan tari tradisi rakyat suatu daerah dengan daerah lain. Tata busana tari tradisional klasik lebih rumit dan estetis, ciri warnanya adalah biasanya tari klasik melambangkan karakter tokoh dan memiliki aturan yang ketat. Sebuah tarian atau tokoh harus menggunakan busana tertentu tidak boleh busana dari tari lain atau tokoh lain. Perbedaan tari satu dengan tari yang lainnya serta tokoh satu dengan tokoh yang lainnya jelas. Masing-masing satuan kerajaan atau kebangsawanan mempunyai bentuk bersama dengan karakter sendiri. Busana penari jaran kepang terdiri dari (celana pendek yang dilengkapi dengan jarik, stagen, dan sampur ditambah beberapa aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan, klat lengan, kalung, dan ikat kepala).penggunaan warna yang dominan adalah warna hitam, sedangkan warna lain adalah seperti warna merah, warna putih dan warna kuning hanya sebagai pelengkap hiasan dalam kostum. Dari kesederhanaan warna ini diperoleh adanya keindahan dalam unsur busana. Secara keseluruhan unsur busana tersebut umum, hampir sama dengan tari jaran kepang yang lain. Diantaranya keindahan pada celana, artinya ketelitian seorang prajurit dalam bertindak; keindahan pada jarik, stagen dan sampur,

114 99 artinya sindiran terhadap penguasa yang tidak mampu dan lemah; aksesoris seperti gelang kaki, gelang tangan, klat lengan, kalung, dan ikat kepala, yang berarti menggambarkan kewibawaan dan kegagahan seorang ksatria atau prajurit. f) Keenam : keindahan properti dalam setiap gerakan pada tari-tarian jaran kepang Turangga Satria Budaya yang selalu menggunakan properti kuda kepang baik ditunggangi maupun digerakkan. Simbol kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun. Simbol kuda dibuat dari anyaman bambu. Anyaman bambu ini memiliki makna, dalam kehidupan manusia ada kalanya sedih, susah, senang, seperti halnya dengan anyaman bambu kadang diselipkan keatas kadang diselipkan kebawah, kadang kekanan, kadang kekiri. Semua sudah ditakdirkan oleh yang kuasa, tinggal manusia mampu atau tidak menjalani takdir kehidupan yang telah digariskan-nya. Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak, bengis dan bua, hidungnya besar. Makna dari gaya gerakan tari yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguna yaitu sifat semaunya sendiri, tidak kenal sopan santun dan angkuh.

115 Makna Simbolis Sesaji Prosesi Pertunjukan Jaran Kepang Dalam tradisi-tradisi yang dilakukan oleh sebagian besar orang Jawa terdapat ungkapan-ungkapan simbolis sebagai ciri dari hasil karya manusia. Ungkapan-ungkapan simbolis tersebut tertuang dalam sesajisesaji yang digunakan. Seperti pada pertunjukan jaran kepang di Desa Somongari terdapat sesaji yang mengandung ungkapan-ungkapan simbolis. Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan simbolis sesaji dalam pertunjukan jaran kepang di Desa Somongari diperoleh dari hasil wawancara dengan informan. Makna sesaji pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya dalam di Desa Somongari dideskripsikan sebagai berikut. a. Sesaji / ubarampe yang ada pada pertunjukan jaran kepang yaitu sesaji tenongan Tenong adalah semacam bejana yang terbuat dari anyaman bambu, lingkar berwengku, terdiri dari alas di bawah dan sungkup penutup di atas yang dapat difungsikan sebagai alat tradisional untuk menaruh, membawa, masakan atau makanan. Kaitannya dengan jaran kepang, tenong ini berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji (ubarampe) jaran kepang. Sesaji-sesaji tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

116 kk 101 Gambar 7. Sesaji Tenongan Keterangan Gambar : 1) Nasi Tumpeng (Tumpeng Alus) Nasi tumpeng adalah nasi gunungan yang terbuat dari nasi putih, dibentuk seperti kerucut hingga menyerupai bentuk gunung. Tumpeng ini melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan dan mengambarkan kemakmuran yang sejati.

117 102 Nasi tumpeng yang digunakan untuk sesaji tenongan jaran kepang adalah tumpeng alus. Tumpeng alus ini tumpeng yang diletakkan di atas nampan dan dilengkapi dengan lauk pauk dan sayuran serta nasi golong. Tumpeng alus dalam sesaji tenongan ini dihias dengan sayur dan lauk serta nasi golong. Dari masing-masing ubarampe tersebut mempunyai makna sendiri-sendiri yaitu nasi putih yang berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan merapat menyembah Tuhan YME dan semua menuju kepada Tuhan YME. Dikatakan seperti itu karena nasi gunungan ini berbentuk kerucut, sama halnya dengan ketika manusia berdoa kepada Tuhan dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi gunungan. Sayur dan lauk melambangkan segala sesuatu yang kita makan sehari-hari. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Harwati sebagai berikut. Terjemahan : Nasi tumpeng ini mempunyai makna ketika manusia berdo a kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi gunungan. Sayur dan lauk melambangkan makanan yang kita makan sehari-hari Juga seperti yang diungkapkan oleh Ibu Prapti sebagai berikut.

118 103 Terjemahan : Tumpeng ini melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan dan mengambarkan kemakmuran yang sejati Menurut Bapak Sugeng makna tumpeng yaitu. Terjemahan : Ketika manusia berdo a kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi gunungan. Salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Nasi golong adalah ubarampe yang berupa nasi putih yang dibentuk bulatan seukuran bola tenis. Oleh orang Jawa ubarampe ini dimaksudkan untuk melambangkan kebulatan tekat yang manunggal atau golong gilig. Kebulatan tekat ini dilakukan pada saat menggelar selamatan, orang Jawa biasanya menyebut dengan istilah tekat kang gumolong dadi siji. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Harwati sebagai berikut. Terjemahan :

119 104 Nasi golong ini mempunyai makna sebagai pemersatu warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari agar selalu tercipta kerja sama yang baik dalam masyarakat Menurut Bapak Sugeng makna nasi golong yaitu. Terjemahan : Nasi golong untuk melambangkan kebulatan tekat yang manunggal agar selalu tercipta kerja sama yang baik dalam masyarakat Nasi golong melambangkan persatuan dan kesatuan kekuatan utama dari para warga. Dikatakan seperti itu karena nasi golong ini dibentuk bulatan dengan cara dikepal-kepal menjadi satu menggunakan tangan, sehingga nasi putih tersebut bersatu menjadi bulatan seukuran bola tenis. Diharapkan nasi golong ini mampu mempersatukan warga masyarakat untuk bersedia golong gilig, seias sekata, bahu membahu, dan bergotongroyong dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta kerja sama yang baik dalam masyarakat. Dari keseluruhan ubarampe tumpeng alus melambangkan agar kita semua selalu mendapatkan lindungan dari Tuhan YME, selamat jiwa raga maupun hartanya, dan mendapatkan kelancaran rejeki (makmur). 2) Ayam panggang (panggang) Ayam panggang (panggang) adalah ubarampe yang berupa ayam kampung yang dibagian dadanya dibelah dan ditusuk

120 105 dengan sebilah bambu sehingga bagian sayap dan kakinya dapat dikaitkan, kemudian direbus setengah matang dan dilumuri dengan bumbu rempah-rempah setelah itu dipanggang. Dalam memasaknyapun tidak boleh dirasakan atau dicicipi. Ubarampe ayam panggang (panggang) selain bermakna kepasrahan manusia kepada Tuhan YME, juga mempunyai makna sebagai simbol permohonan ampun seluruh warga masyarakat desa dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ibu Harwati sebagai berikut: Panggang maknane nyuwun ampun dhateng Gusti Allah supaya diadohke saka dosa lan kaluputan, sarta sifat pasrah, bekti lan tundhuk kaliyan Gusti Allah Terjemahan : Panggang maknanya adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada Gusti Allah Menurut Ibu Prapti panggang mempunyai makna sebagai berikut. Terjemahan :

121 106 Panggang mempunyai makna sebagai simbol permohonan ampun seluruh warga masyarakat desa dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan Pemaparan Bapak Sugeng bersependapat dengan Ibu Harwati bahwa panggang mempunyai makna. Terjemahan : Panggang maknanya adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada Gusti Allah 3) Gedhang Raja (Pisang Raja) Ubarampe gedhang raja (pisang raja) adalah salah satu ubarampe yang berupa satu sisir pisang raja. Pisang raja melambangkan kemuliaan seorang Raja yang dapat menjunjung tinggi seluruh rakyatnya. Filosofi dari pisang raja ini adalah agar manusia bisa memiliki sifat seperti raja yang adil bijaksana dan berbudi luhur. Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil bijaksana, berbudi luhur, dan

122 107 mampu mengayomi seluruh warganya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ibu Harwati sebagai berikut : Gedhang sing digunakake gawe sajen iki yaiku nganggo gedhang raja, lha maknane yaiku supaya wong-wong kuwi bisa nduweni watak kaya Raja. Watak sing bijaksana lan berbudi luhu r Terjemahan : Pisang yang digunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja, yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja. Watak yang bijaksana dan berbudi luhur Menurut Bapak Sugeng pisang raja mempunyai makna sebagai berikut. Terjemahan : Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil bijaksana Wawancara dengan Ibu Prapti sebagai berikut. Terjemahan : Pisang raja dalam sesaji ini mempunyai makna agar manusia mempunyai sifat seperti Raja yang dapat memberikan suri teladan yang baik bagi manusia lainnya Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemakaian pisang raja dalam sesaji ini mempunyai makna agar manusia mempunyai sifat seperti Raja yang dapat memberikan suri teladan yang baik bagi manusia lainnya. 4) Gemblong (Jadah)

123 108 Gemblong (jadah) adalah makanan yang dibuat dari beras ketan dibumbui dengan garam dan santan kelapa kemudian ditanak, setelah masak menjadi seperti nasi lalu ditumbuk. Gemblong (jadah) ini disajikan dengan dibungkus daun pisang. Gemblong (jadah) melambangkan pemersatu atau perekat, dikatakan seperti itu karena gemblong (jadah) ini lengket dan proses pembuatannya ditumbuk menjadi satu, jadi diharapkan pemakaian gemblong ini semua warganya bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu tercapainya tujuan bersama dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ibu Harwati sebagai berikut : Gemblong iki digawe saka beras ketan, lha ketan kuwi rak pliket utawa kraket. Maksud sajen gemblong iki yaiku kabeh warga masyarakat bisa rumaket dadi siji guna ndadekake tujuan kanggo kepentingan bareng-bareng Terjemahan : Gemblong (jadah) ini dibuat dari beras ketan, nah beras ketan itu kan lengket. Maksud sesaji gemblong (jadah) ini adalah semua warga masyarakat bisa bersatu padu dalam menciptakan tujuan bersama 5) Wajik

124 109 Wajik adalah makanan yang terbuat dari beras ketan dan diberi gula Jawa, sehingga warnanya coklat dan rasanya manis. Makanan ini memiliki sifat lekat atau dalam bahasa Jawa disebut pliket. Menilik makna kata wajik dan pliket (lengket) tersebut, maka ubarampe ini dimaksudkan agar hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup senantiasa lekat. Artinya yang masih hidup diharap selalu mengenang dan tidak melupakan arwah orang-orang yang sudah meninggal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu Harwati berikut ini. berikut. Wajik kuwi rak panganan kangasale saka ketan lan nduweni sifat pliket, saengga maknane wajik iki yaiku hubungan antarane wong sing wis tilar donya karo wong sing isih urip tetep kraket, tegese sing isih urip ora lali karo wong sing wis tilar donya, kejaba kuwi dongake supaya bisa katampa ing sisihe Gusti Allah Terjemahan : Wajik adalah makanan yang dibuat dari ketan dan mempunyai sifat pliket (lengket), sehingga makna dari wajik ini adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dan dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah meninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisinya Menurut Ibu Prapti makna wajik adalah. Terjemahan : Untuk menghormati dan selalu mengingat para leluhur yang sudah meninggal Makna ubarampe wajik menurut Bapak Sugeng sebagai

125 110 Terjemahan: Makna dari wajik ini adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dan dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah meninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisinya Dengan kata lain bahwa ubarampe wajik ini disajikan untuk menghormati dan selalu mengingat para leluhur yang sudah meninggal. Wajik juga dimaksudkan agar kita selalu mendoakan arwah orang yang sudah meninggal terbebas dari cengkraman syetan dan mereka selalu berada dekat dengan Tuhan YME dan diterima disisinya. 6) Kupat lepet Kupat (ketupat) adalah makanan berbahan dasar beras yang dibungkus menggunakan pembungkus yang terbuat dari anyaman janur (daun kelapa) yang masih muda. Sedangkan Lepet adalah makanan sejenis dengan ketupat tetapi bentuknya memanjang.

126 111 Ubarampe kupat lepet ini mempunyai makna simbolik permohonan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat, seperti dalam bahasa Jawa disebut sedaya lepat nyuwun pangapunten (mohon maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat). Pada intinya permohonan maaf ini ditujukan kepada Tuhan YME dan kepada sesama manusia dengan memohon maaf atas segala kesalahan-kesalahan dan mau mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Ibu Harwati berikut ini. Kupat lepet iku nduweni makna sedaya lepat nyuwun pangapunten, tegese kabeh keluputan nyuwun agunging pangapura. Sing intine nyuwun pangapura dhumateng Gusti Allah lan karo sepadha-padha umpama nduweni kaluputan (ngrumangsani salahe) Terjemahan: Kupat lepet itu mempunyai makna sedaya lepat nyuwun pangapunten, artinya segala kesalahan minta maaf. Pada intinya adalah meminta maaf kepada Allah SWT dan kepada sesama apabila mempunyai kesalahan (mengakui kesalahan) Makna ubarampe kupat lepet menurut Bapak Sugeng sebagai berikut. Terjemahan : Meminta maaf kepada Allah SWT dan kepada sesama apabila mempunyai kesalahan Menurut pemaparan Ibu Prapti makna kupat lepet yaitu. Terjemahan:

127 112 Kupat lepet itu mempunyai makna sedaya lepat nyuwun pangapunten, artinya segala kesalahan mohon di maafkan. 7) Bonang-baneng Ubarampe bonang-baneng adalah ubarampe yang berupa daun dadap yang dibagian pangkalnya dililiti dengan uang kertas dan diletakkan dalam takir (wadah yang terbuat dari daun pisang). Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Harwati dan Ibu Prapti makna dari ubarampe bonang-baneng ini sebagai berikut. Bonang-baneng iki salah sawijining ubarampe sing ana ing sajen tenong. Maknane yaiku godhong dadap nglambangake supaya kabeh wong nduweni pikiran sing anteng anggone ngadhepi perkara. Dene duwite kuwi nglambangake rejeki sing akeh (lancer ) Terjemahan : Bonang-baneng ini merupakan salah satu ubarampe yang ada didalam sesaji tenong. Maknanya yaitu daun dadap melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yangtenang dalam menghadapi pikiran sebuah permasalahan. Sedangkan uang kertas melambangkan rejeki yang banyak (lancar) berikut. Makna bonang-baneng menurut Bapak Sugeng sebagai Terjemahan :

128 113 Bonang-baneng mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik senantiasa selalu diberi kemurahan pintu rezeki Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe bonang-baneng terdiri dari daun dadap dan uang kertas. Daun dadap melambangkan agar manusia senantiasa mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapi setiap permasalahan, sedangkan uang melambangkan mendatangkan rejeki yang lancar dan banyak. Jadi ubarampe bonang-baneng mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik senantiasa selalu diberi kemurahan pintu rezeki. 8) Arang-Arang Kambang Arang-arang kambang adalah ubarampe yang berupa segelas air putih yang diatasnya diberi rengginang (makanan yang dibuat dari dari beras ketan yang dikeringkan kemudian digoreng). Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Harwati dan Bapak Sugeng makna ubarampe bonang-baneng adalah sebagai berikut. Arang-arang kambang kuwi ngambarake kakang kawah adi ari-ari, yaiku sing ngemong jiwa ragane si jabang bayi Terjemahan : Arang-arang kambang itu melambangkan kakang kawah adi ari-ari (air ketuban dan plasenta) yaitu yang mengasuhi jiwa dan raga seorang bayi

129 114 berikut. Makna arang-arang kambang menurut Ibu Prapti sebagai Terjemahan : Arang-arang kambang itu melambangkan kakang kawah adi ari-ari (air ketuban dan plasenta)yang berfungsi melindungi bayi dalam rahim ibu Ubarampe arang-arang kambang merupakan ubarampe yang menggambarkan tentang filosofi Jawa yaitu kakang kawah adi ari-ari. Kakang kawah (air ketuban yang berfungsi melindungi bayi dalam rahim ibu), sedangkan ari-ari (plasenta yang berfungsi mensuplai kebutuhan makanan bayi dalam rahim ibu). Kakang kawah adi ari-ari ini adalah yang mengiringi proses kelahiran seorang manusia. Keduanya mempunyai fungsi menjaga dan mensuplai kebutuhan makanan bayi sewaktu masih berupa janin dalam kandungan ibu. Para Leluhur Jawa percaya bahwa mereka tetap mengikuti simanusia setelah kelahirannya untuk tetap menjadi pendamping yang setia.

130 115 Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa ubarampe arang-arang kambang merupakan perwujudan dari kakang kawah adi ari-ari (air ketuban dan plasenta) yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan bayi di dalam kandungan ibu, yang dipercaya oleh masyarakat Jawa selalu ngemong jiwa raga seorang manusia. Dengan hal itu menjadi sarana manusia untukselalu mengingat-nya, karena dengan menyadari peranan mereka (air ketuban dan plasenta) adalah wujud nyata kebesaran Tuhan kepada manusia ketika dalam kandungan. Untuk itu manusia akan selalu mengingat akan kebesaran dan kekuasaan Tuhan YME. ar 9) Beras dan Telur Ayam Kampung Ubarampe beras dan telur ayam kampung merupakan salah satu sesaji yang disajikan dengan diletakkan di dalam takir (wadah yang terbuat dari daun pisang). Telur ayam kampung disajikan di atas beras yang dimasukkan di dalam takir. Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Harwati makna sesaji beras dan telur ayam kampung ini adalah sebagai berikut. Sajen kang digunakake yaiku beras lan endhog pitik, endhog kang digunakake kanggo sajen yaiku endhog pitik Jawa sing nglambangake asal mulane saka urip kayadene lanang-wedhok, awan-wengi. Dene beras nglambangake ketuntasan lan kasampurnaning urip Terjemahan :

131 116 Sesaji yang digunakan yaitu beras dan telur ayam kampung. Telur yang digunakan untuk sesaji adalah telur ayam kampung yang melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan, siang-malam dll. Sedangkan beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup Makna sesaji beras dan telur ayam kampung menurut Ibu Prapti sebagai berikut. Terjemahan : Beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup sedangkan telur melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan Bapak Sugeng menyatakan makna beras dan telur ayam kampung sebagai berikut. Terjemahan : Sesaji yang digunakan yaitu beras dan telur ayam kampung sebagai perlambangan asal mula kehidupan, yang berbeda seperti warna telur kuning dan putih, diantaranya ada laki-laki dan perempuan, siang dan malam. Dengan hal tersebut manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan Ubarampe beras dan telur ini berupa beras dan telur ayam kampung yang diletakkan dalam takir atau wadah yang terbuat dari daun pisang. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang mempunyai makna sebagai simbol ketuntasan

132 117 dan kesempurnaan. Sedangkan telur ayam kampung mempunyai makna sebagai perlambangan asal mula kehidupan, yang berbeda seperti warna telur kuning dan putih, diantaranya ada laki-laki dan perempuan, siang dan malam, dll. Ubarampe beras dan telur ayam kampung ini mempunyai makna bahwa seorang manusia terlahir di dunia ini dengan segala perbedaan yang ada. Dengan hal tersebut manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan. 10) Kinang dan Rokok Perlengkapan kinang terdiri dari gambir, suruh (daun sirih) dan (kapur sirih), tembakau, dan rokok. Perlengkapan kinang untuk sesaji jaran kepang diletakkan dalam tenongan. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Harwatidan Bapak Sugeng sebagai berikut. Sajen kinang iki ana maceme yaiku gambir suruh, enjet (kapur sirih), tembakau, lan ditambahi rokok. Kabeh ubarampe iki rasane pait, getir, asin, sepet, dadi maknane kabeh yaiku manungsa kudu bisa nglakoni urip sing maneka warna kanthi sabar. Suruh uga bisa kanggo nolak bala kekuatan jahat sing nganggu Terjemahan : Sajen kinang ini beraneka macam yang terdiri dari gambir daun sirih, kapur sirih, tembakau, dan ditambah dengan sebatang rokok. Semua sesaji ini mempunyai rasa yang getir, asin, pahit, sepah.sehingga sesaji kinang ini mempunyai makna bahwa manusia harus bisa menjalani

133 118 hidup yang beranekaragam dengan sabar. Selain itu daun sirih juga bisa digunakan untuk menolak kekuatan jahat yang mengganggu Menurut Ibu Prapti sesaji kinang dan rokok mempunyai makna sebagai berikut. Terjemahan : Bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka Ubarampe kinang itu terdiri dari berbagai macam bahan, yaitu daun sirih, kapur sirih, tembakau, gambir, dan ditambah dengan sebatang rokok. Ubarampe ini jika dikunyah (nginang) akan terasa pahit, getir, asin dan sepah, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ubarampe ini mempunyai makna bahwa kehidupan manusia tidak akan selalu berasa manis (bahagia), kadang kala akan berasa pahit (kesusahan), maka dari itu manusia harus siap menjalani hidup yang pahit (kesusahan) dengan kesabaran hati. Selain itu perlengkapan kinang itu ditujukan kepada mahluk halus berjenis kelamin perempuan dan sebagai penolak bala kekuatan jahat supaya tidak mengganggu.

134 119 11) Wedang Kopi, Wedang Teh, dan Wedang Asem Wedang atau minuman menjadi piranti vital dalam interaksi di semua belahan masyarakat. Wedang (minuman) merupakan simbol keakraban, keluwesan dan keharmonisan. Orang Jawa mengenal wedang, yaitu minuman hangat sejenis teh atau kopi. Ketika orang Jawa kedatangan tamu yang pertama-tama disuguhkan adalah wedang. Konon, istilah wedang merupakan akronim dari nggawe kadhang (membuat atau menjalin persaudaraan). Menurut Bapak Sugeng wedang teh, wedang kopi, wedang asem mempunyai makna sebagai berikut. Terjemahan : Wedang yaitu nggawe kadhang yang berarti membuat atau menjalin persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan Wedang yang digunakan dalam sesaji ini adalah wedang kopi, wedang teh, dan wedang asem. Wedang kopi memiliki rasa yang sedikit agak pahit, wedang teh memiliki rasa yang

135 120 sedikit sepah, dan wedang asem memiliki rasa kecut. Dari gambaran itu sesaji ini memiliki rasa yang berbeda-beda. Dari ketiga jenis wedang yang digunakan dalam sesaji itu mempunyai makna bahwa elemen air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadi lambang persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Ibu Harwati dan Ibu Prapti berikut ini. Wedang asem, wedang teh, lan wedang kopi ana ing sajen jaran kepang kuwi maknane paseduluran, keakraban, keluwesan lan keharmonisan Terjemahan : Wedang asem, wedang teh, dan wedang kopi yang ada dalam sesaji jaran kepang mempunyai makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan dan keharmonisan 12) Jenang Abang Putih Jenang putih adalah bubur yang dibuat dari tepung beras dan diberi sedikit garam. Sesuai dengan namanya jenang putih berwarna putih, jenang putih ini memiliki makna sebagai simbol penghormatan dan harapan seseorang yang ditujukan kepada kedua orang tua khususnya kepada seorang ayah. Jenang putih dimaksudkan sebagai lambang bibit ayah (sperma). Jenang abang adalah bubur yang dibuat dari tepung beras dengan dibumbui sedikit garam dan dicampur dengan gula jawa sehingga berubah warna menjadi merah jenang abang

136 121 dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan seseorang yang ditujukan kepada kedua orangtuanya khususnya kepada seorang ibu. Jenang abang ini dimaksudkan lambang bibit dari ibu (darah merah). Jenang abang putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupan orang tuanya. Dalam hal ini bersatunya darah putih atau sperma dengan darah merah atau sel telur. Manusia lahir ke dunia pasti memiliki ayah dan ibu yang harus dihormati dan dihargai. Jenang abang putih inilah simbol yang menggambarkan bentuk penghormatan manusia sebagai anak kepada ayah dan ibu. Sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan Ibu Harwati dan Bapak Sugeng sebagai berikut : Jenang abang putih kuwi maksute kedadeane manungsa saka getihe bapak lan getihe ibu, mula wes dadi kuwajibane anak bekti lan hormat marang wong tuwane Terjemahan : Bubur merah putih itu maksudnya kejadian manusia yang tercipta dari air kehidupan Ayah dan ibu, jadi sudah menjadi

137 122 kewajiban seorang anak harus berbakti dan hormat kepada kedua orang tuanya Wawancara dengan Ibu Prapti mengenai makna sesaji jenang abang-putih sebagai berikut. Terjemahan : Bubur merah putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupan orang tuanya 13) Pupur, Sisir, Kaca Pupur (bedak), sisir dan cermin merupakan salah satu perlengkapan ubarampe yang digunakan untuk pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. Sesuai dengan penyataan Ibu Prapti sebagai berikut. Terjemahan : Bedak, kaca dan sisir itu hanya untuk perlengkapan sesaji pada pentas jaran kepang Sedangkan makna yang lainnyadari ubarampe pupur, kaca lan sisir ini yaitu diperuntukkan bagi penguasa territorial (danyang) perempuan agar senantiasa ayu, cantik dan menarik. Sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan Ibu Harwati dan Bapak Sugeng sebagai berikut : Pupur, kaca lan sisir menika duweni makna supaya danyang putri sing manjing ana penari jaran kepang ketok ayu lan luwes Terjemahan :

138 123 Bedak, cermin dan sisir itu maknanya supaya danyang putri yang merasuki tubuh penari jaran kepang kelihatan cantik dan menarik 14) Kembang dan Kemenyan Kembang terdiri dari bunga mawar dan kenanga. Bunga memiliki aroma yang harum, makna yang terkandung didalamnya supaya manusia mengagungkan nama Tuhan yang telah memberikan kehidupan manjadi tentram dan damai. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Harwati sebagai berikut. Terjemahan : Maknanya supaya manusia mengagungkan nama Tuhan. Selain itu juga dapat bermakna sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur supaya membantu permohonan, dengan suatu harapan mereka tidak mengganggu jalannya pertunjukan jaran kepang Menurut Ibu Prapti makna kembang dan kemenyan yaitu. Terjemahan : Suatu harapan makhluk halus tidak mengganggu jalannya pertunjukan jaran kepang

139 124 Sedangkan Bapak Sugeng bersependapat dengan Ibu Harwati sebagai berikut. Terjemahan : Makna yang terkandung didalamnya supaya manusia mengagungkan nama Tuhan yang telah memberikan kehidupan manjadi tentram dan damai Dari pernyataan diatas dapa disimpulkan bahwa sesaji kembang dan kemenyan mempunyai makna untuk mengagungkan nama Tuhan, selain itu juga supaya roh-roh leluhur membantu permohonan mereka yang melaksanakan pertunjukan. Dengan suatu harapan makhluk halus tidak mengganggu jalannya pertunjukan jaran kepang. 15) Badeg Badeg adalah sejenis minuman yang terbuat dari tape ketan. Badeg menurut kegunaan masyarakat pendahulunya sebagai bentuk minuman penghangat badan dan untuk

140 125 menguatkan kondisi badan. Penggunaan ubarampe badeg dalam tradisi ini mempunyai makna sebagai simbol kekuatan. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Bapak Sugeng dan Ibu Harwati sebagai berikut. berikut. Badeg kuwi minuman sing digawe saka tape ketan, yen jaman mbiyen fungsine kanggo sumber kekuatan, dene ing sajen jaran kepang iki maknane kanggo simbol kekuatan Terjemahan : Badeg itu adalah salah satu minuman yang dibuat dari tape ketan, pada zaman dahulu mempunyai fungsi sebagai sumber kekuatan. Penggunaan sesaji dalam pertunjukan jaran kepang ini mempunyai makna sebagai simbol kekuatan Sedangkan menurut Ibu Prapti makna badeg sebagai Terjemahan : Badeg sebagai bentuk minuman penghangat badan dan untuk menguatkan kondisi badan 16) Sekar Setaman (Bunga Setaman) Sekar setaman (bunga setaman) terdiri atas rangkaian beberapa bunga, antara lain mawar, kenanga, kanthil, dan lainlain. Bunga setaman ini dimasukkan kedalam satu tempat yang terbuat dari anyaman bambu.

141 126 Bunga mempunyai aroma yang harum, yakni keharuman diri manusia. Artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif. Manusia melakukan sesuatu yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk agar namanya tidak tercemar dan harum sepanjang masa. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Harwati dan Ibu Prapti berikut ini. Kembang setaman kuwi ana mawar, kenanga, kanthil lan sakwernane. Kembang nduweni aroma sing wangi. Nah, maknane kembang setaman iki yaiku manungsa kudu bisa njaga wangine, artine kudu bisa njaga awake saka hal-hal sing negatif Terjemahan : Bunga setaman itu ada mawar, kenanga, kanthil dan lainlain. Bunga itu mempunyai aroma yang harum. Nah, makna bunga setaman ini yaitu manusia menjaga harumnya, artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif Dalam kepercayaan masyarakatbunga merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan dengan perantara para arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan

142 127 demikian arwah tidak akan mengganggu, bahkan sebaliknya akan membantu manusia. Sebagaimana sesuai wawancara dengan Bapak Sugeng berikut ini. Terjemahan : Dalam kepercayaan masyarakatbunga merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan dengan perantara para arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan mengganggu 17) Degan (Kelapa Muda) Degan atau kelapa muda adalah salah satu sesaji yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya. Degan berasal dari kata adegan atau ngadeg yang berarti berdiri. Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan bisa berdiri atau berhasil dalam mencari rejeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. Ini sejalan dengan pernyataan Ibu Harwati sebagai berikut. Degan, adegan kados njenengan niku saget ngadeg leh golek duwit utawa rejeki, gemah ripah loh jinawi

143 128 Terjemahan : Degan, adegan sosoknya seperti anda itu bisa berdiri dalam mencari uang atau rejeki, gemah ripah loh jinawi Makna lain dari sesaji degan seperti yang dipaparkan oleh Bapak Sugeng berikut ini. Terjemahan : Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses Pernyataan Ibu Prapti sependapat dengan Ibu Harwati bahwa makna sesaji degan yaitu. Terjemahan : Degan, adegan sosokseperti anda itu harus bisa berdiri sendiri atau mandiri dalam mencari uang atau rejeki. Supaya kebutuhan hidupnya terpenuhi dan selalu bahagia sejahtera

144 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap masalah Analisis Bentuk dan Nilai Pertunjukan Jaran Kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Prosesi pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo meliputi pra pertunjukan, antara lain: membersihkan lingkungan desa, pembuatan ubarampe/sesaji, nyekar ke pepundhen, obong menyan, pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya, meliputi: tari pambuka, tari persembahan, tari sekar taji, tari rampak muda, tari suka-suka, ndadi/kesurupan, dan pasca pertunjukan ditutup dengan gendhingan yang dilakukan oleh seluruh anggota kesenian. 2. Nilai estetis terdapat dalam gerak yang meliputi keseimbangan dan simetris gerak dalam tari jaran kepang dalam gerak tak sadar terdapat dalam setiap adegan yang selalu menyisipkan gerak tari jaran kepang. Nilai estetis tata rias terdapat dalam kemeriahan, ketebalan, dan warna yang mencolok dalam pemakaian riasan sehingga memunculkan karakter penari jaran kepang. Nilai estetis tata busana terdapat pada kemeriahan warna busana yang dipakai. Nilai estetis, properti dalam setiap gerakan 129

145 130 yang selalu menggunakan properti baik ditunggangi maupun digerakkan, dan nilai estetis iringan musik terdapat pada kesesuaian gerak dengan iringan gamelan berlaras Slendro dengan syair lagu pengiring Slukusluku Bathok. 3. Makna simbolis yang terkandung dalam ubarampe/sesaji pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, meliputi: a. Sesaji Tenongan 1) Nasi tumpeng beserta sayur dan lauk pauk sebagai melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan dan menggambarkan kemakmuran yang sejati. Sega golong, sebagai wujud persatuan dan kesatuan yang melambangkan kekuatan tekat yang manunggal dari seluruh warga masyarakat untuk saling bekerja sama dan bergotong royong dalam kehidupan sehari-hari. 2) Panggang (Ayam Panggang) sebagai wujud untuk selalu mengingat dan mengirim doa kepada Nabi Muhamad SAW, dan sebagai wujud kepasrahan manusia kepada Tuhan YME, serta sebagai permohonan ampun warga masyarakat dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan. 3) Gedhang raja mempunyai makna agar orang-orang dapat mencontoh sifat seorang raja yang adil bijaksana, berbudi luhur, dan mampu mengayomi seluruh warganya.

146 131 4) Gemblong sebagai wujud pemersatu dan perekat warga masyarakat desa untuk bersatu dalam mencapai tujuan bersama. 5) Wajik sebagai wujud pelekat (pliket) yang dimaksudkan agar hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup senantiasa lekat, artinya yang masih hidup selalu mengenang dan tidak melupakan arwah-arwah orang yang sudah meninggal. 6) Kupat lepet sebagai wujud permohonan maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat dan mau mengakui kesalahan yang telat diperbuat. 7) Bonang-baneng sebagai wujud pemikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapi permasalahan, serta diharapkan dapat mendatangkan rejeki yang lancar. 8) Arang-arang kambang sebagai wujud kakang kawah adi ari-ari (air ketuban dan plasenta) yang mempunyai maknabahwa manusia harus selalu mengingat-nya, karena dengan peranan mereka (air ketuban dan plasenta) adalah wujud nyata kebesaran Tuhan kepada manusia ketika dalam kandungan. 9) Berasdan telur ayam kampong mempunyai makna bahwa seorang manusia terlahir kedunia ini dengan segala perbedaan yang ada, dengan hal tersebut manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan.

147 132 10) Kinang dan rokok mempunyai makna bahwa kehidupan manusia tidak selalu berasa manis (bahagia), kadang kala akan berasa pahit (susah), maka dari itu manusia harus siap menjalani kehidupan yang pahit (susah) dengan kesabaran hati. 11) Wedang kopi, wedang teh, dan wedang asem sebagai wujud persaudaraan, yang dalam istilah Jawa wedang merupakan akronim dari nggawe kadhang yang berarti membuat atau menjalin persaudaraan. 12) Jenang abang putih sebagai wujud penghormatan dan permohonan kepada kedua orang tua agar senantiasa diberi do a restu sehingga selalu mendapatkan keselamatan. 13) Pupur, sisir dan kaca diperuntukkan untuk penguasa teritorial (danyang) perempuan agar senantiasa ayu, cantik dan menarik. 14) Kembang-menyan sebagai wujud mengagungkan nama Tuhan, dan mengaharumkan nama leluhurnya, sedangkan kemenyan mempunyai makna agar roh-roh penunggu membantu permohonan dan tidak mengganggu. 15) Badeg sebagai wujud kekuatan 16) Sekar setaman sebagai wujud keharuman diri manusia, yang artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif.

148 133 17) Degan atau kelapa muda mempunyai makna bahwa manusia diharapkan harus mampu berdiri sendiri dan berhasil dalam mencari rejeki sehingga gemah ripah loh jinawi. B. Saran Adapun saran setelah pelaksanaan penelitian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari untuk skripsi yang dilakukan meliputi uraian berikut. 1. Hendaknya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari dapat dijadikan sebagai aset daerah yang dapat menjadi pariwisata di Desa Somongari. 2. Hendaknya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari perlu dibukukan dan didokumentasikan agar masyarakat dapat mengetahui prosesi berlangsungnya tradisi dan makna-makna simbolis ubarampe yang dipergunakan sehingga dapat digunakan sebagai media publikasi. 3. Pemerintah semestinya mengangkat dan mengenalkan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari ini sebagai budaya lokal dan diperkenalkan kepada masyarakat pada umumnya. 4. Seharusnya pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari tetap dilaksanakan sampai kapanpun karena merupakan warisan leluhur juga sebagai bukti kecintaan kepada budaya Jawa.

149 134 DAFTAR PUSTAKA Aji, Noviana Pertunjukan Jaran Kepang Turonggo Mudha Budhaya Dalam Tradisi Surandi Desa Kemanukan Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo. Alkaf, Mukhlas Spiritual Mistis Di Balik Ekspresi Kesenian Rakyat Jaranan. Skripsi. Universitas Institut Seni Indonesia Surakarta. Surakarta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Endraswara, Suwardi Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Folklor Jawa Bentuk, Macam, dan Nilainya. Jakarta : Penaku. Herusatoto, Budiono Simbolisme Jawa Yogyakarta: Penerbit Ombak. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Notowidagdo, Rohiman Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al- Qur an dan Hadist. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Poerwanto, Hari Kebudayaan dan Lingkungan dalam Prespektif Antropologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Prihatini, Nanik Sri Seni Pertunjukan Rakyat Kedu. Surakarta : Cendrawasih. Purwadi Folklor Jawa. Yogyakarta : Pura Pustaka. Purwanto, Eko Kesenian Jaranan Turonggo Seto di Tenggumung Baru Selatan Kelurahan Pegirian Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Skripsi. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Surabaya.

150 135 Ratna, Nyoman Kutha Metodologi Penelitian Kajian Badaya dan Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sedyawati, Edi Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Spradley, James P Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana. Sutardjo, Imam Kajian Budaya Jawa. Surakarta : FSSR UNS. Winarsih, Sri Kuda Lumping. Bandung : Bengawan Ilmu.

151 136 PEDOMAN WAWANCARA 1. Tujuan Wawancara a. Untuk mengetahui bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo. b. Untuk mengetahui nilai estetis yang terkandung pada pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo. c. Untuk mengetahui makna-makna simbolis ubarampe / sesaji yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo. 2. Pembahasan Dalam pelaksanaan wawancara pada pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo, peneliti membatasi pertanyaan antara lain : a. Bentuk penyajian pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo. b. Nilai estetis yang terkandung pada pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo. c. Makna-makna simbolis ubarampe / sesaji yang digunakan dalam pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purwoejo.

152 137 DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Eka Megiyadi Jenis kelamin : Laki-laki Tempat tanggal lahir : Purworejo, 02 Juni 1989 Alamat : Somongari Rt 006 / Rw 01, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SMK Pekerjaan : Anggota paguyuban kesenian jaran kepang 2. Nama : Harwati Jenis kelamin : Perempuan Tempat tanggal lahir : Purworejo, 21 Februari 1974 Alamat : Somongari Rt 001 / Rw 02, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Perangkat Desa 3. Nama : Somo Wikarto Jenis kelamin : Laki-laki Tempat tanggal lahir : Purworejo,07 Januri 1958 Alamat : Somongari Rt 002 / Rw 04, Kaligesing, Purworejo Pendidikan terakhir : SD Pekerjaan : Sesepuh Masyarakat Desa

153 138 DAFTAR WAWANCARA Nama Informan 01 : Eka Megiyadi Hari / Tanggal : 26 Juli 2013 Tempat Waktu : Rumah Mas Eka Megiyadi : WIB P N P N P : Kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum pertunjukan jaran kepang dimulai? : Kegiatan sebelum acara pentas jaran kepang ini antara lain kerja bakti dan pembuatan panggung di sekitar area Balai Desa Somongari, mempersiapkan alat-alat / gamelan, pembuatan sesaji, nyekar ke pepundhen, obong menyanpada jaran pepundhen dan cemethi pepundhen, dilanjutkan pertunjukan jaran kepang siap dimulai. : Hal apa saja yang dilakukan sebelum acara pertunjukan jaran kepang dimulai? : Hal yang dilakukan sebelum acara pertunjukan jaran kepang dimulai yaitu sesepuh melakukan nyekar ke pepundhen desa (Eyang Somongari dan Eyang Kedana-Kedini) kemudian dilanjutkan dengan prosesi obongmenyan dan pembacaan do a yang dilaksanakan di arena pertunjukan jaran kepang. : Apa maksud dan tujuan dari nyekar ke pepundhen Eyang Somongari dan Eyang Kedana-Kedini?

154 139 N P N P N : Maksud dan tujuannya adalah untuk menyepuhkan atau sebagai permohonan ijin akan dilaksanakan pertunjukan jaran kepang, dan semoga rangkaian acara berjalan lancar. : Bagaimana dengan bentuk pertunjukan jaran kepang Turangga Satria Budaya? : Bentuk pertunjukannya adalah setelah ritual obong menyan yan dilakukan oleh sesepuh selesai, dilanjutkan dengan acara pembukaan oleh Ketua anggota kesenian, kemudian dilanjutkan dengan lantaran purwaka yaitu dengan melantunkan lagu pembukaan dan pementasan jaran kepang dimulai. : Dalam pertunjukan jaran kepang ini tarian apa sajakah yang dibawakan? : Tari Pambuka, Tari Persembahan, Tari Sekar Taji, Tari Rampak Muda, Tari Suka-suka. P : Bagaimana gambaran tentang tarian pambuka? N : Tarian pambuka ini dipentaskan oleh dua belas penari. Adegan dalam tarian pambuka ini menggambarkan prajurit berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang berlatih menunggang kuda untuk persiapan melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana. P : Bagaimana gambaran tentang tarian persembahan? N : Tari persembahan ini dipentaskan oleh dua belas orang penari. Tarian ini menggambarkan pasukan berkuda dari Kadipaten Bantarangin yang sedang berlatih perang untuk menghadapi Raja bermuka singa atau singa barong, yaitu penguasa hutan wengker yang buas. P : Bagaimana gambaran tentang tarian sekar taji?

155 140 N P N : Tarian sekar taji mengambarkan sosok Dewi Sekar Taji, dimana tarian ini dipentaskan oleh delapan orang penari jaranan. : Bagaimana gambaran tentang tarian rampak muda? : Tarian rampak muda ini diiringi lagu slkuku-sluku bathok. Tarian ini menggambarkan 144 prajurit berkuda yang mengadakan perjalanan dari Kerajaan Bantarangin menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekar Taji yang akan dipersunting oleh Prabu Klana Sewandana. P : Bagaimana gambaran tentang tarian suka-suka? N : Tarian suka-suka ini merupakan tarian puncak, dimana para penarinya mengalami kesurupun / ndadi. Tari suka-suka diambil dari cerita Hikayat Panji tentang pasukan berkuda yang mengawal Bujang Ganong dari Kadipaten Bantarangin menuju Kerajaan Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji, akan tetapi bertemu dengan Singa Barong di perbatasan hutan Wengker, sehingga terjadi peperangan yang sengit. P : Ndadi itu apa Mas? N : Ndadi atau kesurupan itu para penari jaran kepang kesurupan danyang yang mengakibatkan para penari jaran kepang melakukan adegan-adegan diluar nalar manusia. P : Apakah ndadi atau kesurupan bisa disembuhkan? N : Ya bisa, kalau tidak bisa disembuhkan nanti kasian para penarinya. Yaitu dengan bantuan seorang pawang dengan cara membacakan mantra-mantra atau sholawat. P : Apa yang dilakukan setelah acara pertunjukan jaran kepang selesai? N : Setelah pentas selesai biasanya ditutup dengan gendhingan, kemudian meninggalkan arena pertunjukan.

156 141 DAFTAR WAWANCARA Nama Informan 02 : Somo Wikarto Hari / Tanggal : 07 Agustus 2013 Tempat Waktu : Rumah Bapak Somo Wikarto : WIB P N P N P N : Sakderengipun pentas jaran kepang menika dipun wiwiti wonten kegiatan punapa kemawon pak? : Kegitane kuwi kayata resik-resik, kerja bakti nggawe panggung, nyekar nang pepundhen Eyang Kedana-Kedini, obong-obong menyan nang jaran pepundhen lan cemethi pepundhen karo barisan jaranan, banjur pentas jaran kepang diwiwiti. : Menawi nyekar wonten pepundhen Eyang Kedana-Kedini menika tegesipun napa pak? : Tujuane yaiku pamit utawa ijin karo pepundhen supaya pentas jaran kepang lancar ora ana alangan apa-apa. : Lajeng obong-obong menyan wonten ing jaran pepundhen lan cemethi pepundhen menika tujuanipun napa pak? : Obong-obong menyan ono ing jaran pepundhen lan cemethi pepundhen tujuane kanggo njawab utawa njaluk karo danyang sing mapan nang jaran pepundhen lan cemethi pepundhen amarga arep ditindakake pentas jaran kepang. Dene obong-obong menyan nangbarisan jaranan ing arena pentas yaiku kanggo njaga supaya danyang-danyang sing jahat ora ngganggu.

157 142 P N P N P N : Proses obong-obong menyan menika maos donga-donga utawi mantra punapa mboten pak? : Ono, dongane kuwi intine martandani arep ditindakake pentas jaran kepang lan supaya katindakake kanthi lancar waras slamet. : Wonten ing pentas jaran kepang menika enten sing ndadi nggeh pak, ndadi menika tegese napa pak? : Ndadi utawa kesurupan kuwi yaiku penari jaran kepang kesurupan danyang lan nglakoni opo wae soale penari sing kesurupan kuwi mau ora eling apa-apa. : Punapa ndadi menika saged dipundanganaken mboten pak? lan caranipun pripun pak? : Ya bisa, nek ra bisa ditambani mengko melas sik ndadi. Nambanine diwacake mantra-mantra utawa sholawat. P : Acara pungkasan menika pripun pak? N : Sakwise pentas rampung biasane ditutup nganggo gendhingan, banjur bubar dewe-dewe.

158 143 DAFTAR WAWANCARA Nama Informan 03 : Harwati Hari / Tanggal : 17 Agustus 2013 Tempat Waktu : Rumah Ibu Harwati : WIB P N : Ubarampe utawi sesaji kangge pentas jaran kepang menika napa mawon bu? : Sesajine kuwi nganggo sesaji tenongan. P : Sesaji tenongan menika napa bu? N : Sesaji tenongan yaiku sesaji sing diselehke nang tenong kanggo sajene jaran kepang. P : Sesaji tenongan menika napa mawon bu? N P N : Isine ki ya tumpeng alus komplit sakjangan lawuhe karo sega golong, panggang, gedhang raja, kupat-lepet, gemblong, wajik, jenang abangputih, bonang-baneng, arang-arang kambang, badeg, kinang-rokok, kembang-menyan, wedang teh, wedang kopi lan wedang asem, beras lan endog pitik jawa, pupur, sisir, kaca, sekar setaman, degan. : Maknanipun tumpeng alus komplit sakjangan lawuhe kaliyan sega golong menika napa bu? : Tumpeng kuwi maknanekaya dene manungsa donga kaliyan Gusti Allah, sing tangan loro-lorone rapet kaya kerucut persis gunung. Jangan karo lawuh nglambangke sing di maem saben dinane. Sega golong nduweni makna urip guyup rukun saben dinane.

159 144 P : Maknanipun panggang menika napa bu? N : Panggang maknane nyuwun ampun dhateng Gusti Allah supaya diadohke saka dosa lan keluputan, sarta sifat pasrah, bekti lan tunduk kaliyan Gusti Allah. P : Gedhang raja menika maknanipun napa bu? N : Gedhang sing digunakake gawe sajen iki yaiku nganggo gedhang raja, lha maknane yaiku supaya wong-wong kuwi bisa nduweni watak kaya Raja. Watak sing bijaksana lan berbudi luhur. P : Maknanipun gemblong menika napa bu? N : Gemblong iki digawe saka beras ketan, lha ketan kuwi rak pliket utawa kraket. Maksud sajen gemblong iki yaiku kabeh warga masyarakat bisa rumaket dadi siji guna ndadekake tujuan kanggo kepentingan bareng-bareng. P : Wajik menika maknanipun napa bu? N : Wajik kuwi rak panganan kangasale saka ketan lan nduweni sifat pliket, saengga maknane wajik iki yaiku hubungan antarane wong sing wis tilar donya karo wong sing isih urip tetep kraket, tegese sing isih urip ora lali karo wong sing wis tilar donya, kejaba kuwi dongake supaya bisa katampa ing sisihe Gusti Allah. P : Maknanipun kupat lepet menika napa bu? N : Kupat lepet iku nduweni makna sedaya lepat nyuwun pangapunten, tegese kabeh keluputan nyuwun agunging pangapura. Sing intine nyuwun pangapura dhumateng Gusti Allah lan karo sapadha-padha umpama nduweni kaluputan (ngrumangsani salahe). P : Bonang-baneng maknanipun napa bu?

160 145 N : Bonang-baneng iki salah sawijining ubarampe sing ana ing sajen tenong. Maknane yaiku godhong dadap nglambangake supaya kabeh wong nduweni pikiran sing anteng anggone ngadhepi perkara. Dene duwite kuwi nglambangake rejeki sing akeh (lancar). P : Maknanipun arang-arang kambang menika napa bu? N : Arang-arang kambang kuwi nggambarake kakang kawah adhi ari-ari, yaiku sing ngemong jiwa ragane sijabang bayi. P : Maknanipun beras lan tigan menika napa bu? N : Sajen kang digunakake yaiku beras lan endhog pitik, endhog kang digunakake kanggo sajen yaiku endhog pitik Jawa sing nglambangake asal mulane saka urip iki kayadene lanang-wedhok, awan-bengi. Dene beras nglambangake ketuntasan lan kesampurnaning urip. P :Kinang-rokok menika maknanipun napa bu? N P N : Sajen kinang iki ana maceme yaiku gambir, suruh, enjet (kapur sirih), tembakau, lan ditambahi rokok. Kabeh ubarampe iki rasane pait, getir, asin, sepet, dadi maknane kabeh yaiku manungsa kudu bisa nglakoni urip sing maneka warna kanthi sabar, suruh uga bisa kanggo nolak bala kekuatan jahat sing nganggu. : Maknanipun wedang asem, wedang teh, lan wedang kopi menika napa bu? : Wedang asem, wedang teh, lan wedang kopi ana ing sajen jaran kepang kuwi maknane paseduluran, keakraban, keluwesan lan keharmonisan. P : Jenang abang-putih menika maknanipun napa bu?

161 146 N : Jenang abang-putih kuwi maksudte kedadeane manungsa saka getihe bapak lan getihe ibu, mula wes dadi kuwajibane anak bekti lan hormat marang wong tuwane. P : Pupur, sisir, kaca menika maknane napa bu? N : Supaya danyang putri sing manjing nang penari ketok ayu. P : Kembang-menyan menika maknanipun napa bu? N : Maknane yaiku gawe ngurmati leluhur, supaya pentas jaran kepange lancar. P : Maknanipun badeg menika napa bu? N : Badeg kuwi minuman sing digawe saka tape ketan, yen jaman mbiyen fungsine kanggo sumber kekuatan, dene ing sajen jaran kepang iki maknane kanggo simbol kekuatan. P : Sekar setaman menika maknanipun napa bu? N : Sekar setaman kuwi ana mawar, kenanga, kanthil lan sakwernane. Kembang nduweni aroma sing wangi. Nah, maknane sekar setaman iki yaiku manungsa kudu bisa njaga wangine, artine kudu bisa njaga awake saka hal-hal sing negatif. P : Maknanipun degan menika napa bu? N : Degan, adegankados njenengan niku saged ngadeg leh golek duwit utawa rejeki, gemah ripah loh jinawi.

162 147 DAFTAR TABEL Tabel 1. Data Kependudukan Desa Somongari No Dukuh / Dusun Laki-laki Perempuan 1 Krajan Kulon Krajan Wetan Karangsari Karangrejo Jolotundo Tabel 2. Data Kelompok Umur Penduduk Desa Somongari No Kelompok Umur Jumlah tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun

163 148 Tabel 3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Somongari No Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani Pengusaha sedang/besar 30 3 Peternak Pengrajin/industri kecil 45 5 Seniman 43 6 Buruh bangunan 20 7 Pedagang 10 8 PNS 23 9 ABRI 5 10 Pensiunan 23 Tabel 4. Lembaga Pendidikan di Desa Somongari No Jenis Pendidikan Jumlah 1. Taman Kanak-Kanak 1 2. PAUD 1 3. SD 2 4. SMP 1

164 149 Tabel 5. Tempat Peribadatan Penduduk Desa Somongari No Tempat Ibadah Jumlah 1 Masjid 3 2 Surau / Mushola 4 3 Gereja 1 4 Kuil - 5 Pura -

165 150 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kegiatan Kerja Bakti dan Pembuatan Panggung di Sekitar Area Balai Desa Somongari Gambar 2. Prosesi Pembuatan Sesaji

166 151 Gambar 3. Pepundhen Kedana-Kedini Gambar 4. Obong Menyan Pada Jaran Pepundhen dan Cemethi Pepundhen Gambar 5. Prosesi Obong menyan pada barisan jaranan Gambar 6. Tarian Pambuka

167 152 Gambar 7. Tarian Persembahan Gambar 8. Tarian Sekar Taji Gambar 9. Tarian Rampak Muda

168 153 Gambar 10. Tarian Suka-suka Gambar 11. Penari yang Ndadi Gambar 12. Penthul-Bejer

169 154 Gambar 13. Singa Barong Gambar 14. Angklung Gambar 15. Gong

170 155 Gambar 16. Kendhang Gambar 17. Drum Gambar 18. Jaran Pepundhen dan Cemethi Pepundhen

171 156 Gambar 19. Penari Putra dan Putri Gambar 20. Sesaji Tenongan

172 157 Gambar 21. Nasi Tumpeng dengan Hiasan Sayur, Lauk-Pauk, dan Nasi Golong Gambar 22. Panggang/Ayam Panggang Gambar 23. Pisang Raja Gambar 24. Jenang Abang-Putih

173 158 Gambar 25. Arang-arang Kambang Gambar 26. Bonang-baneng Gambar 27. Wedang Teh, Wedang Kopi, Gambar 28. Gemblong Wedang Asem Gambar 29. Kinang dan Rokok Gambar 30. Beras dan Telur

174 159 Gambar 31. Kupat-Lepet Gambar 32. Sekar Setaman Gambar 33. Degan

175 160 GLOSARIUM Angklung Arang-arang kambang Badeg Barongan: Bonang-baneng Budaya Cemethi Danyang Degan Drum Estetis Folklor Gamelan Gemblong : alat musik tradisional yang dibuat dari bambu, cara memainkannya adalah dengan cara digoyanggoyangkan. : segelas air putih yang diatasnya diberi rengginang (makanan yang dibuat dari dari beras ketan yang dikeringkan kemudian digoreng). : sejenis minuman yang terbuat dari tape ketan. : berbentuk kepala singa yang digunakan penari jaran kepang. : daun dadap yang dibagian pangkalnya dililiti dengan uang kertas dan diletakkan dalam takir (wadah yang terbuat dari daun pisang). : budaya atau kebudayaan. : cambuk. : roh-roh atau makhluk gaib yang didatangkan untuk merasuki tubuh penari dalam kesenian ndolalak agar mengalami kesurupan. : kelapa muda : alat musik perkusi yang terdiri dari kulit yang direntangkan dan dipukul dengan menggunakan stick. : keindahan. : tradisi kolektif sebuah bangsa yang disebarkan dalam bentuk lisan maupun gerak isyarat sehingga tetap berkesinambungan dari generasi ke generasi. : seperangkat alat musik. : makanan yang dibuat dari beras ketan dibumbui dengan garam dan santan kelapa kemudian ditanak, setelah masak menjadi seperti nasi lalu ditumbuk.

176 161 Gemblong (jadah) ini disajikan dengan dibungkus daun pisang. Gendhing Gong Jaran kepang Jenang abang putih Karawitan Kendhang Kinang Kuda kepang Kupat (ketupat) Ndadi Njawab Nyekar Obong menyan : bentuk komposisi dalam karawitan. : alat musik terbuat dari logam yang bentuknya bulat yang digantungkan pada kayu dengan tali dan cara memainkannya dengan cara dipukul. : kesenian tradisional yang secara umum cirinya menggunakan properti kuda kepang. : nasi bubur yang dibuat dengan warna merah dan putih. : kelompok musik Jawa yang diiringi dengan gamelan. : alat musik yang terbuat dari kulit sapi, bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dan kulit atau rotan. : berupa daun sirih, gambir,enjet (kapur sirih), dan tembakau. : kuda kepang yang terbuat dari anyaman bambu. : makanan berbahan dasar beras yang dibungkus menggunakan pembungkus yang terbuat dari anyaman janur (daun kelapa) yang masih muda. Sedangkan lepet adalah makanan sejenis dengan ketupat tetapi bentuknya memanjang. : keadaan di mana seorang penari mengalami kesurupan karena kemasukan roh dan tidak sadarkan diri. : meminta ijin kepada para leluhur. : berziarah ke makam orang yang sudah meninggal dunia. : suatu ritual sakral yang dilakukan oleh sesepuh atau pawang kesenian sebelum dimulai pertunjukan dengan maksud untuk meminta keselamatan para

177 162 anggota kesenian dan untuk menghadirkan roh-roh agar terlibat dalam pertunjukan tersebut. Panggang Pangkur Pelog dan slendro Pentul-Bejer Pepundhen Pawang Satria Sega golong Sekar setaman Sesepuh Slamet Stick Takir Tembang/lagu Tenong : ayam kampung yang dibagian dadanya dibelah dan ditusuk dengan sebilah bambu sehingga bagian sayap dan kakinya dapat dikaitkan, kemudian direbus setengah matang dan dilumuri dengan bumbu rempah-rempah setelah itu dipanggang. Dalam memasaknya pun tidak boleh dirasakan atau dicicipi. : tembang macapat. : notasi dalam sebuah lagu. : topeng yang digunakan penari jaran kepang. : suatu tempat yang masih dipercaya secara turun temurun. : orang yang mengatur jalannya pertunjukan jaran kepang. : kesatria. : nasi putih yang dibentuk bulatan seperti bola tenis. : (bunga setaman) terdiri atas rangkaian beberapa bunga, antara lain mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. : orang yang dituakan (disepuhkan). : selamat tidak terjadi apa-apa, terhindar dari marabahaya. : alat pemukul yang digunakan pada drum. : wadah atau tempat yang terbuat dari daun pisang. : nyanyian atau musik. : bejana yang terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk lingkaran berwengku sebagai alat tradisional untuk menaruh atau membawa makanan.

178 163 Tumpeng Turangga Ubarampe Wajik Wedang : nasi gunungan yang terbuat dari nasi putih yang dibentuk seperti kerucut hingga menyerupai bentuk gunung. : yaitu kuda. : makanan dan lauk-pauk yang disajikan dalam acara hajatan. : makanan yang terbuat dari beras ketan dan diberi gula Jawa, sehingga warnanya coklat dan rasanya manis. : minuman seperti minuman teh atau kopi.

179 164

180 165

181 166

182 167

183 168

184 169

185 170

186 171

187 172

188 173

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Yusi Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Dewi Kartikasari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Oleh: Fransiskus Indra Udhi Prabowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Udi_fransiskus@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Oleh: Ade Ayu Mawarni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa adeayumawarni@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Yesi Setya Nurbaiti program studi pendidikan bahasa

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo

Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo Pelestarian Bentuk dan Makna Kesenian Kuda Lumping Turonggo Mudo Desa Prigelan Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo Oleh : Idnan Riyanto Program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa mbahrejowirono@gmail.com

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG ANALISIS SOSIOLOGI BUDAYA DALAM KESENIAN TRADISIONAL JATHILAN TRI TUNGGAL MUDA BUDAYA DUSUN GEJIWAN DESA KRINJING KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Oleh : Martina Catur Nugraheni program studi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh : Desy Dwijayanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Cahyo_desy@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan sebuah kata yang semua orang pasti mengenalnya. Beragam jawaban dapat diberikan oleh para pengamat, dan pelaku seni. Menurut Sumardjo (2001:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS BENTUK DAN NILAI KESENIAN NDOLALAK PUTRI DWI LESTARI DESA PLIPIR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Theo Artanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa artanti_theo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Kesurupan Endhang Mayit dalam Kesenian Kuda Kepang Turangga Mudha di Desa Banioro Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh: Hamzah Setiadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI

FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI FUNGSI KESENIAN LEDHEK DALAM UPACARA BERSIH DESA DI DUSUN KARANG TENGAH, DESA NGALANG, GEDANGSARI, GUNUNGKIDUL SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE SKRIPSI Di ajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam. Begitupun negara Indonesia. Dengan banyak pulau dan suku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Setiap negara memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Mulai dari bahasa, makanan, pakaian sampai kebudayaan yang beraneka ragam. Begitupun

Lebih terperinci

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal bahwa tradisi lisan masih hidup di berbagai suku bangsa di Indonesia. Tradisi lisan sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL BEGALAN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJAA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakartaa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mereka miliki dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang didalamnya terkandung kepercayaan, moral, hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG

BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG BENTUK DAN MAKNA SIMBOLIK KESENIAN KUBRO DI DESA BANGSRI KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Oleh: Dwi Priani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa dwi_ priani14@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor) Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor) Oleh : Dwi Cahya Ratnaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Ratna7faynz@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Oleh: Sutarmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sutarmiyasa@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Oleh : Ahmad Muhlasin program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa a_muhlasin@ymail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Tanti Wahyuningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa wahyutanti546@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia yang dijadikan milik diri manusia dan diperoleh melalui proses belajar (Koentjaraningrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Kebudayaan Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi yang majemuk karena bermodalkan berbagai kebudayaan lingkungan wilayah yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception 88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karya seni adalah merupakan salah satu produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasar pada kebhinekaan budaya yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Oleh: Riana Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rianaanggraeni93@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni Budaya Garut mencakup kepercayaan, norma-norma artistik dan sejarah-sejarah nenek moyang yang tergambarkan melalui kesenian tradisional. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki kebudayaan yang beragam. Kebudayaan juga menunjukan identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini yang biasanya berkembang dari masa ke masa

Lebih terperinci