Penentuan Cluster Pengembangan Komoditas Unggulan Desa-Desa Tertinggal Di Kabupaten Bangkalan Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penentuan Cluster Pengembangan Komoditas Unggulan Desa-Desa Tertinggal Di Kabupaten Bangkalan Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi"

Transkripsi

1 C672 Penentuan Cluster Pengembangan Komoditas Unggulan Desa-Desa Tertinggal Di Kabupaten Bangkalan Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ayu Nur Rohmawati, Eko Budi Santoso Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Abstrak 32 dari 36 desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan memiliki potensi produksi tanaman pangan yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat desa tertinggal yang rata-rata 51% penduduknya miskin. Untuk dapat mengembangkan potensi tersebut, dilakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan dengan menggunakan teknik analisis CFA. Hasil dari identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut digunakan sebagai input untuk melakukan pengelompokan (clustering) desa-desa tertinggal berdasarkan kondisi eksisting dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi, dengan menggunakan analisis cluster. Pengelompokkan ini bertujuan untuk memberikan arahan yang sesuai dengan permasalahan dari masing-masing desa tertinggal terkait pengembangan potensi produksi komoditas unggulan berdasarkan clusternya. Berdasarkan hasil analisis, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan adalah potensi fisik, sumber daya manusia, prasarana produksi komoditas unggulan, teknologi, keterkaitan fungsional, kelembagaan, kemitraan dan modal. Sedangkan berdasarkan hasil analisis cluster terhadap kondisi eksisting dari masing-masing faktor tersebut, desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan terbagi ke dalam 3 cluster yaitu cluster I (desa tertinggal dengan perkembangan potensi sangat kurang berkembang), cluster II (desa tertinggal dengan perkembangan potensi kurang berkembang) sebanyak 16 desa dan cluster III (desa tertinggal dengan perkembangan potensi cukup berkembang). Kata Kunci desa tertinggal, potensi, cluster desa tertinggal, faktor. K I. PENDAHULUAN ABUPATEN Bangkalan merupakan salah satu daerah tertinggal di Indonesia berdasarkan peraturan presiden nomor 131 tahun 2015, yang memiliki 36 desa tertinggal yang tersebar di 16 dari 18 Kecamatan [1]. Tingkat kemiskinan di desa-desa tertinggal tersebut rata-rata sebesar 51% [2] sehingga untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejateraan masyarakat diperlukan pengembangan sektor ekonomi dominan yakni on farm sesuai dengan komoditas unggulannya masing-masing [3]. 32 dari 36 desa tertinggal tersebut memiliki potensi pada kegiatan produksi (on farm) khususnya untuk komoditas tanaman pangan. Akan tetapi, kawasan di sebagian besar kecamatan-kecamatan dengan desa tertinggal yang ada di Kabupaten Bangkalan tersebut merupakan kecamatan dalam cluster II yaitu kawasan kurang berkembang karena memiliki skor yang rendah pada 4 dari 10 faktor yang digunakan yaitu variabel jaringan irigasi, modal, pupuk dan sumberdaya manusia dan cluster III yaitu kawasan sangat kurang berkembang karena memiliki skor yang rendah pada 5 atau lebih dari 10 faktor yang digunakan [4] Sehingga untuk dapat meningkatkan perkembangan potensi produksi komoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan diperlukan analisis mengenai faktorfaktor unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan. Disamping itu juga diperlukan analisis terkait kondisi eksisting dari masing-masing faktor yang mempengaruhi perkembangan produksi komoditas unggulan di masingmasing desa tertinggal untuk mengetahui tingkat perkembangan dari potensi yang ada disana. Sebagai daerah yang potensial untuk kegiatan on farm komoditas unggulan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan produktivitas dari desa-desa tertinggal itu sendiri, seperti daya dukung sumber daya alam dan potensi fisik kawasan, perbandingan luas kawasan dengan jumlah penduduk yang ideal untuk membangun sistem dan usaha agribisnis pada jenis usaha tertentu, tersedianya prasarana dan sarana produksi dasar yang memadai, adanya lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pelayanan, penghubung dengan daerah sekitarnya secara terintegrasi [5]. Sedangkan untuk dapat mengembangkan komoditas unggulan di suatu wilayah,maka diperlukan adanya potensi sumber daya alam, sumber daya manusia yang memadai, kelembagaan, iklim usaha, serta kondisi Prasarana dan Sarana Dasar [6]. Pendapat lain menyatakan bahwa pengembangan kawasan yang memiliki potensi komoditas unggulan dilakukan melalui pengembangan dari hal-hal teknis yang meliputi kondisi tanah dan iklim, sosial ekonomi dan kelembagaan yang meliputi penguasaan teknologi, kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi

2 C673 budaya setempat [7]. Disamping itu pengembangan komoditas unggulan juga dipengaruhi oleh keterkaitan kegiatan on farm dan off farm, aksesibilitas, kelembagaan, kebijakan pemerintah, modal dan kemitraan. [8] Ditinjau dari tahap perkembangannya, kawasan dapat diklasifikasikan dalam tiga katagori kelas kawasan yaitu kawasan yang belum berkembang, kawasan yang cukup berkembang, dan kawasan yang telah berkembang. Klasifikasi tersebut didasarkan pada beberapa hal yaitu dominasi kegiatan on farm/off farm yang ada disana, teknologi budidaya, kelembagaan, pemasaran, sarana dan prasarana penunjang, serta jenis-jenis kegiatan pelatihan yang dibutuhkan [9] II. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan rasionalistik yaitu pendekatan yang bersumber dari teori dan kebenaran empirik. Pendekatan indigunakan untuk meneliti subjek kajian dengan menekankan pada pemaknaan empirik, pemahaman intelektual serta kemampuan berargumen secara logis dan didukung data-data empirik yang relevan [8]. Sedangkan metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods) merupakan sebuah desain penelitian yang melibatkan asumsi filosofi yang menetukan teknik pengumpulan dan analisis data melalui proses campuran kualitatif dan kuantitatif [10] Indikator dan varibael yang digunakan dalam penelitian ini meliputi indikator potensi fisik dengan variabel jenis tanah, ketinggian tanah, luas lahan ; indikator sumber daya manusia dengan variabel jumlah penduduk yang bekerja sebagai, tingkat keterampilan penduduk dalam bertani, dan tingkat pendidikan penduduk; indikator prasarana produksi komoditas unggulan dengan variabel jaringan jalan, jaringan irigasi, listrik dan air bersih; indikator teknologi dengan variabel bibit unggul, pupuk, pestisida, dan trator; indikator keterkaitan fugsional dengan variabel hubungan antara kawasan pusat agropolitan dan desa tertinggal sebagai kawasan hinterlandnya; indikator kelembagaan dengan variabel kelompok tani dan KUD; indikator kemitraan dengan variabel kemitraan dengan pemerintah dan kemitraan dengan swasta; serta indikator modal dengan variabel kemudahan mendapatkan bantuan modal dan kepemilikan modal. Penelitian ini akan menggunakan metode pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner dengan pendekatan skala linkert dengan ketentuan nilai 1 4, 1 menunjukkan nilai paling buruk dan 4 nilai paling baik. Kuesioner ini disebarkan kepada responden yang menjadi sampel dari populasi penelitian yaitu masyarakat yang bekerja di sektor pada masing-masing desa tertinggal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh bisa lebih representatif [11], sehingga dari teknik sampling ini diketahui sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sampel penduduk yang bekerja pada kegiatan produksi komoditas unggulan di masing-masing desa tertinggal dengan jumlah responden sebanyak 1 orang/desa untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi produksi komoditas unggulan desa-desa tertinggal, sedangkan untuk melakukan analisis terhadap kondisi eksisting yang akan digunakan sebagai input untuk analisis cluster sebanyak 4 orang/desa. Untuk melakukan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produksi komoditas unggulan, teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis confirmatory factor analysis (CFA), sedangkan untuk melakukan pengelompokkan (clustering) terhadap kondisi eksisting dari perkembangan produksi komoditas unggulan berdasarkan faktor-faktor yang mempengeruhinya dilakukan dengan analisis cluster A. Confirmatory Faktor Analysis (CFA) CFA adalah salah satu metode analisis faktor yang digunakan ketika peneliti telah memiliki pengetahuan mengenai struktur suatu faktor laten. Struktur faktor laten tersebut diperoleh berdasarkan kajian teoritis, hasil penelitian atau hipotesi peneliti mengenai hubungan antara variabel yang diobservasi dengan variabel laten. Akan tetapi, karena data untuk melakukan analisis CFA ini didapatkan dari hasil kuesioner maka harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu terhadap kuesioner yang telah disusun. Uji validitas adalah uji untuk mengukur tingkat keabasahan suatu alat ukur yang digunakan, sedangkan uji reliabilitas adalah uji terhadap konsistensi dari hasil kuesioner [11]. Untuk mengetahui mekanisme analisis CFA dapat dilihat pada skema dibawah ini Gambar 1. Skema alur analisis faktor pengembangan potensi desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan. B. Analisis cluster Analisis cluster sendiri merupakan teknik multivarian yang mempunyai tujuan untuk mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Analisis cluster mengklasifikasikan obyek sehingga setiap obyek yang memiliki kesamaan dengan obyek lainnya akan dikelompokkan kedalam cluster yang sama. Cluster-cluster yang terbentuk memiliki homogenitas internal (kesamaan antar anggota dalam satu cluster) yang tinggi dan heterogenitas eksternal (perbedaan antara cluster yang satu dengan yang lain tinggi) [11]. Penelitian ini menggunakan metode agglomerative hierarchical cluster analisis yang melakukan proses clustering dari N cluster menjadi 1 kesatuan cluster, dimana N adalah jumlah data III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reabilitas Untuk metode pengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner, maka diperlukan uji validitas dan uji reabilitas terhadap masing-masing variabel penelitian. Variabel penelitian dianggap valid dan reliabel jika memiliki nilai

3 C674 hitung > nilai r tabel, dimana nilai r tabel untuk 36 respondedn dengan tingkat error sebesar 1% adalah untuk mengetahui hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Uji validitas dan reabilitas terhadap variabel penelitian Variabel yang diukur r hitung Cronbach s R tabel Keterangan Alpha Jenis tanah Tidak valid Ketinggian tanah Luas lahan Valid dan Kesuburan lahan Sumber daya manusia Jumlah penduduk yang bekerja sebagai Valid dan Keterampilan dalam bertani Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja sebagai Prasarana produksi komoditas unggulan Ketersediaan Jaringan jalan Valid dan Ketersediaan Jaringan irigasi Ketersediaan Listrik Tidak valid Ketersediaan Air Bersih Ketersediaan bibit unggul Valid dan Ketersediaan pupuk Ketersediaan pestisida Tidak valid Ketersediaan Traktor Valid dan Penjualan hasil produksi ke pusat agropolitan Valid dan Jarak desa tertinggal ke pusat agropolitan Kelompok tani Valid dan KUD dengan pihak pemerintah Valid dan reliabel dengan pihak swasta Kemudahan mendapatkan bantuan modal Persentase kepemilikian modal pribadi Valid dan Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa 5 variabel yang akan digunakan merupakan variabel yang tidak valid reliabel sehingga tidak bisa digunakan sebagai variabel penelitian. B. Analisis faktor dengan menggunakan metode CFA Analisis faktor ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor unggulan Desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangakalan. Variabel dan indikator yang dianalisis adalah variabel dan indikator yang valid dan reliabel berdasarakn uji validitas dan uji reabilitas yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis CFA ini disamping menentukan faktor-faktor yang berpengaruh melalui perhitungan KMO dan uji signifikansi, juga mengkonfirmasi variabel-variabel apa saja yang termasuk ke dalam faktor-faktor tersebut melalui perhitungan nilai MSA. Faktor yang bisa digunakan dalam analisis ini adalah faktor yang memiliki nilai KMO 0.5 dan nilai signifikansi < 0.05 [12]. Nilai KMO 0.5, mengindikasikan bahwa faktor dan variabel tersebut bisa digunakan untuk dianalisis lebih lanjut, sedangkan nilai signifikansi < 0.05 menunjukkan adanya korelasi yang signifikansi antar variabel di dalam faktor tersebut. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produksi komoditas unggulan di desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2. Hasil analisis CFA terhadap faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi produksi kemoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan Faktor KMO Signifikansi Keterangan Berpengaruh Sumber daya manusia Berpengaruh Prasarana produksi Berpengaruh komoditas unggulan 0, Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Sumber: Hasil analisis, 2017 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat keseluran faktor yang dianalisis merupakan faktor faktor unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan. Sedangkan variabel-variabe yang berperngaruh terhadap perkembangan produksi komoditas unggulan ditentukan oleh variabel dengan nilai MSA 0.5. untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan produksi komoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Hasil Analisis CFA terhadap variabel yang berpengaruh terhadap perkembangan produksi komoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan Variabel yang diukur Nilai MSA Keterangan Luas lahan Berpengaruh Kesuburan lahan Sumber daya manusia Jumlah penduduk yang bekerja sebagai Berpengaruh Keterampilan dalam bertani Tingkat pendidikan penduduk yang bekerja sebagai Prasarana produksi komoditas unggulan Ketersediaan Jaringan jalan Berpengaruh

4 C675 Variabel yang diukur Nilai MSA Keterangan Ketersediaan Jaringan irigasi Ketersediaan bibit unggul Berpengaruh Ketersediaan pupuk Ketersediaan Traktor Penjualan hasil produksi ke pusat Berpengaruh agropolitan Jarak desa tertinggal ke pusat agropolitan Kelompok tani Berpengaruh KUD dengan pihak pemerintah Berpengaruh dengan pihak swasta Kemudahan mendapatkan bantuan modal Berpengaruh Persentase kepemilikian modal pribadi Berdasarkan hasil analisis CFA pada tabel diatas, diketahui bahwa semua variabel yang valid dan reliabel merupakan variabel yang berpengaruh terhadap perkembagan potensi produksi komoditas unggulan desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan karena memiliki nilan MSA 0.5. sehingga faktorfaktor yang berpengaruh terhadap perkembangan potensi komoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan adalah sebagai berikut Tabel 4. Faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan potensi komoditas unggulan desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan Faktor Variabel Luas lahan Kesuburan lahan Sumber daya manusi Jumlah penduduk yang bekerja sebagai Keterampilan penduduk dalam bertani Tingkat pendidikan Prasarana produksi komoditas unggulan Teknologi C. Analisis Cluster Ketersediaan Jaringan jalan Ketersediaan Jaringan irigasi Ketersediaan bibit unggul Ketersediaan Pupuk Ketersediaan Traktor Penjualan hasil produksi ke pusat agropolitan Jarak desa tertinggal ke pusat agropolitan Jumlah dan peran Kelompok tani Jumlah dan peran KUD dengan pihak pemerintah dengan pihak swasta Kemudahan mendapatkan modal Persentase kepemilikan modal pribadi Analisis cluster ini bertujuan untuk mengelompokka (clustering) desa tertinggal berdasarkan perkembangan potensi produksi komoditas unggulannya, melalui penilaian terhadap kondisi eksisting dari masing-masing faktor yang mempengaruhi perkembangan produksi komoditas unggulan desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan. Melalui analisis cluster ini akan mengelompokkan data yang mirip dalam hierarki yang sama sedangkan yang tidak mirip ke dalam hierarki yang berbeda. Untuk mengetahui hasil dari hierchical cluster analisis dari masing-masing desa tertinggal tersebut berdasarkan perkembangan potensi produksi komoditas unggulan nya dapat dilihat pada dendogram berikut Gambar 2. Dendogram hierarchical cluster analisis desa tertinggal berdasarkan perkembangan nya. Tabel 5. Desa-desa tertinggal berdasarkan cluster perkembangan potensi produksi komoditas unggulan nya Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 1. Batah Barat 2. Janteh 3. Morombuh 4. Kajuanak 5. Pa'akan Laok 6. Banjar 7. Lantek Barat 8. Baipajung 9. Makam Agung 10. Kompol 11. Larangan Sorjan 1. Sumur Kuning 2. Batah Timur 3. Pangpajung 4. Blegaholoh 5. Campor 6. Tanah Merah Laok 7. Poter 8. Kampak 9. Kombangan 10. Dupok 11. Tambak Pocok 12. Banyior 13. Lembung Paseser 14. Ra'as 15. Manonggal 16. Ko'ol 1. Buluh 2. Kapor 3. Benangkah 4. Panggolangan 5. Arok Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa terdapat 11 desa yang termasuk ke dalam cluster 1, 16 desa yang termasuk ke dalam cluster 2 dan 5 desa yang termasuk ke dalam cluster 3. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi eksisting dari masing-masing cluster, maka dapat diketahui karakteristik dari masing-masing cluster adalah sebagai berikut Tabel 5. Karakteristik masing-masing cluster berdasarkan perkembangan potensi produksi nya Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Luasan lahan untuk masing-masing RTP kecil sehingga produksinya terbatas Luasan lahan untuk masing-masing RTP sudah cukup memadai sehingga produksinya bisa memenuhi kebutuhan Luasan lahan untuk masing-masing RTP sudah cukup memadai sehingga produksinya bisa memenuhi kebutuhan

5 C676 penyuluh dalam hal budidaya Irigasi tadah hujan sehingga ketergantugan terhadap alam masih tinggi masih kurang memadai dan KUD kurang berperan keluarga dan sebagian dijual penyuluh dalam hal budidaya Terdapat saluran irigasi yang memadai, akan tetapi diperlukan peningkatan fungsi dan pelayananya masih kurang memadai dan KUD kurang berperan keluarga dan sebagian besar dijual penyuluh dalam hal pengolahan dan pemasaran Jaringan irigasi sudah ada, namun perlu ditingkatkan lagi pelayanannya yang digunakan sudah cukup memadai yang meliputi kelompok tani sudah mulai mampu berperan aktif IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan potensi desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan adalah potensi fisik, sumber daya manusia, prasarana produksi komoditas unggulan, teknologi, keterkaitan fungsional, kelembagaan, kemitraan dan modal. Sedangkan berdasarkan analisis cluster terhadap kondisi eksisting dari masing-masing faktor tersebut, desa-desa tertinggal di Kabupaten Bangkalan terbagi ke dalam 3 cluster yaitu cluster I (desa tertinggal dengan perkembangan potensi sangat kurang berkembang) sebanyak 11 desa, cluster II (desa tertinggal dengan perkembangan potensi kurang berkembang) sebanyak 16 desa dan cluster III cluster I (desa tertinggal dengan perkembangan potensi cukup berkembang) sebanyak 5 desa. Berdasarkan karakteristik dan ciri-ciri dari masing-masing cluster tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan potensi pada desa-desa tertinggal di cluster 1 kondisinya lebih tidak berkembang dibandingkan dengan cluster 2, begitu pula dengan cluster 2 yang kondisinya lebih tidak berkembang dibandingkan dengan cluster 3. Perkembangan kawasan dibedakan menjadi 3 cluster yaitu belum berkembang, cukup berkembang dan sudah berkembang [9]. Sehingga Kelas kawasan ini bisa menjadi salah satu indikator dari perkembangan potensi karena memiliki beberapa fokusan karakteristik yang sama seperti penilaian terhadap teknologi, sarana dan prasarana penunjang, dan pengembangan sumber daya manusia, sehingga bisa digunakan sebagai acuan untuk memberikan penamaan pada cluster yang telah terbentuk dari hasil analisis yaitu sebagai berikut: a. Cluster 1 = Desa dengan perkembangan potensi produksi yang sangat belum berkembang b. Cluster 2 = Desa dengan perkembangan potensi produksi yang belum berkembang c. Cluster 3 = Desa dengan perkembangan potensi produksi yang cukup berkembang Untuk mengetahui desa-desa tertinggal mana saja yang termasuk kedalam cluster 1, cluster 2 dan cluster 3 dapat dilihat pada peta berikut. DAFTAR PUSTAKA [1] KPDT, Indeks Desa Membangun. Jakarta: KPDT, [2] BPS, Kabupaten BangkalanDalam Angka Tahun Bangkalan: BPS Kabupaten Bangkalan, [3] B. Oksatriandhi, Identifikasi Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Kabupateen Pasaman, J. Tek. Pomits, vol. 3, no. 1, [4] E. K. Dewi, Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian di Kabupaten Bangkalan, [5] D. Pertanian, Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berkelanjutan. Jakarta, [6] C. Karya, Agropolitan Dan Minapolitan Konsep Kawasan Menuju Keharmonisan. Jakarta, [7] H. I. Permata, Arahan Pengembangan Komoditas Unggulan di KabuPaten Muara Enim Sumatera Selatan, J. Tek. Pomits, vol. 3, no. 2, [8] S. D. A. Wantika, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura Di Kawasan Agropolitan Ngawasondat Kabupaten Kediri, J. Tek. Pomits, vol. 5, no. 1, [9] K. Pertanian, Permentan Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Jakarta: Kemeterian Pertanian, [10] N. Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta, [11] Y. Herlanti, Tanya jawab seputar penelitian pendidikan sains. Jakarta, [12] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, Gambar 3. peta persebarana desa tertinggal berdasarkan cluster perkembangan potensi produksi komoditas unggulan nya.

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-239 Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN BANGKALAN

ARAHAN PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN BANGKALAN TUGAS AKHIR RP 141501 ARAHAN PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN DESA TERTINGGAL DI KABUPATEN BANGKALAN AYU NUR ROHMAWATI NRP 3613 100 015 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI Nyimas Martha Olfiana, Adjie Pamungkas Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (205) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) C-76 Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal Sayyidatu

Lebih terperinci

Penentuan Tipologi Pengembangan Industri Batik dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Pamekasan

Penentuan Tipologi Pengembangan Industri Batik dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Pamekasan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No., (015) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-10 Penentuan Tipologi Pengembangan Industri Batik dalam Upaya Pengembangan Ekonomi Lokal di Kabupaten Pamekasan Wilda Al Aluf dan Eko

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI Preview Sidang 3 Tugas Akhir ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KECAMATAN BANGOREJO, KABUPATEN BANYUWANGI Disusun: Nyimas Martha Olfiana 3609.100.049

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah

Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Identifikasi Potensi Agribisnis Bawang Merah di Kabupaten Nganjuk Untuk Meningkatkan Ekonomi Wilayah Ani Satul Fitriyati dan

Lebih terperinci

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C -38 Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Ovi Resia Arianti Putri dan Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-156 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan C12 Arahan Pengembangan Kawasan Sumbing Kabupaten Magelang sebagai Agropolitan Ellen Deviana Arisadi dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) Kesesuaian Lahan Perikanan berdasarkan Faktor-Faktor Daya Dukung Fisik di Kabupaten Sidoarjo Anugrah Dimas Susetyo dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-186 Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani di Kecamatan Wongsorejo,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kawasan Agropolitan Ngawasondat Kabupaten Kediri

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kawasan Agropolitan Ngawasondat Kabupaten Kediri JUNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) C64 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Komoditas Unggulan Hortikultura di Kawasan Agropolitan Ngawasondat Kabupaten Kediri

Lebih terperinci

Penentuan Cluster Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak Kayu Putih di Kabupaten Buru

Penentuan Cluster Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak Kayu Putih di Kabupaten Buru JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-139 Penentuan Cluster Pengembangan Agroindustri Pengolahan Minyak Kayu Putih di Kabupaten Buru Rizki Adriadi Ghiffari dan Eko

Lebih terperinci

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang C502 Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Chikita Yusuf Widhaswara dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh

Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Klaster Pengembangan Industri Berbasis Perkebunan dalam Pengembangan Wilayah di Provinsi Aceh Adinda Putri Siagian dan Eko Budi

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-158 Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan Andrea Yuandiney dan Eko Budi Santoso Program

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG M. Rizal 1, Wahju Herijanto 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian hortikultura dewasa ini masih bercirikan petani yang pada umumnya miskin, produktivitas dan mutu produksi rendah, serta kontinuitas produksi belum mantap.

Lebih terperinci

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah

Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-119 Tipologi Kecamatan Tertinggal di Kabupaten Lombok Tengah Baiq Septi Maulida Sa ad dan Eko Budi Santoso Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 323 332. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Ida Yanti Hasibuan, Pengarapen Bangun, Ujian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG Ovi Resia Arianti Putri, Eko Budi Santoso. Program Studi Perencanan Wilayah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI TUGAS AKHIR RP09-1333 1 PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI REZA PURBA ADHI NRP 3608 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan dan hutan merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilang atau berkurangnya ketersediaan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG Tugas Akhir RP091333 ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SAMPANG Oleh: Azza Auliyatul Faizah 3609 100 009 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg. Page 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah Larissa Aesthetic Center Semarang. 3.2 Populasi dan Sampling Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

Lebih terperinci

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan

Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Lamongan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 C-33 Penentuan Alternatif Lokasi Pengembangan Kawasan Agroindustri Berbasis Komoditas Pertanian Unggulan di Kabupaten Ajeng Nugrahaning Dewanti dan

Lebih terperinci

Nurkhasanah Universitas Muhammadiyah Purworejo

Nurkhasanah Universitas Muhammadiyah Purworejo 1 Pengaruh Motivasi Personal, Motivasi Sosiologis, dan Motivasi Institusional Terhadap Terjalinnya Pemasaran Relasional Pada Konsumen Bisnis Eceran Modern (Survei Pada Konsumen Sarinah Supermarket di Purworejo)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri

Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-81 Arahan Peningkatan Daya Saing Daerah Kabupaten Kediri Eka Putri Anugrahing Widi dan Putut Gde Ariastita Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 21 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Hal ini disebabkan selain provinsi tersebut adalah target sasaran wilayah program Pengembangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA...

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA... DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA... i ii iii v viii xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 43 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan tepatnya di Kawasan Minapolitan Bontonompo yang mencakup 5 (lima) kecamatan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: ( Print) C-133 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No.2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-133 Kriteria Zona Industri Pendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Tuban Naya Cinantya Drestalita dan Dian Rahmawati

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang variabel-variabel yang diteliti yang selanjutnya mencoba untuk menarik

III. METODE PENELITIAN. tentang variabel-variabel yang diteliti yang selanjutnya mencoba untuk menarik 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif verifikatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan melakukan penggambaran atau pemaparan tentang

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Administrasi negara sebagai salah satu cabang ilmu yang membahas tentang tiga elemen penting kehidupan bernegara yang meliputi lembaga legislatif, yudikatif,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN

PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN PENGEMBANGAN KAPET DAS KAKAB DI KABUPATEN BARITO SELATAN Andrea Yuandiney 3609 100 002 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN POTENSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN TULUNGAGUNG Lahan Pertanian (Sawah) Luas (km 2 ) Lahan Pertanian (Bukan Sawah) Luas (km 2 ) 1. Irigasi Teknis 15.250 1. Tegal / Kebun 30.735 2. Irigasi Setengah Teknis

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur Surabaya sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-65 Penilaian Tingkat Keberlanjutan Kawasan Pantai Timur sebagai Kawasan Konservasi Berkelanjutan Yani Wulandari dan Rulli Pratiwi

Lebih terperinci

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No., (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) C-87 Optimalisasi Penggunaan Lahan Untuk Memaksimalkan Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sidoarjo (Studi Kasus : Kecamatan Waru)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sanusi (2014:12) adalah desain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Pemilihan lokasi didasarkan atas wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah konsumen di kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 86 Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan mempunyai potensi yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat riset deskriptif. Riset deskriptif disini adalah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat riset deskriptif. Riset deskriptif disini adalah untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dan Jenis Data Penelitian ini bersifat riset deskriptif. Riset deskriptif disini adalah untuk mendefinisikan dan mengumpulkan fakta-fakta yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Penentuan Klaster Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Rumput Laut di Pulau Poteran, Kabupaten Sumenep

Penentuan Klaster Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Rumput Laut di Pulau Poteran, Kabupaten Sumenep JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-70 Penentuan Klaster Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Rumput Laut di Pulau Poteran, Kabupaten Sumenep Norul Fajariyah dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1, yang dimaksud perguruan tinggi adalah merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah mencakup program pendidikan

Lebih terperinci

Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis

Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-184 Pengembangan Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis Kadek Ayu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Untuk dapat melakukan penelitian ini, langkah awalnya adalah mengetahui visi dan misi serta tujuan yang ingin dicapai oleh BReAD Unit. BReAD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Objek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang mencoba mencari deskripsi

Lebih terperinci

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO 10.1. Kebijakan Umum Penduduk Kabupaten Situbondo pada umumnya banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah data yang berupa angka atau besaran tertentu yang sifatnya

Lebih terperinci

MENYETUJUI. 1. Komisi Pembimbing NIP NIP Ketua Program Studi. Prof. Dr.Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S.

MENYETUJUI. 1. Komisi Pembimbing NIP NIP Ketua Program Studi. Prof. Dr.Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S. Judul : FAKTOR-FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI KERBERHASILAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN JAGUNG DI PROPINSI LAMPUNG Nama : Yoyok Suroso NPM : 07240210117

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 14 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Persaingan produk pangan semakin meningkat dengan timbulnya berbagai macam produk pangan organik. Permintaan akan produk pangan organik

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal)

Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Kayu di Kecamatan Kepanjenkidul Blitar (Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal) Windy Widya Dwiriyanti,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana menggabungkan antara dua metode, yaitu metode deskriptif yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan

Lebih terperinci

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya

Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-172 Clustering Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota Surabaya Patrica Bela Barbara dan Ema Umilia Jurusan Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG

ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG ARAHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN BERAS KABUPATEN JOMBANG Oleh : RIZKY KHAIRUNNISA Nrp : 3607 1000 41 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo

Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Sidoarjo JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (26) 2337-352 (23-928X Print) F-47 Penentuan Nilai Insentif dan Disinsentif Pada Pajak Bumi dan Bangunan Sebagai Instrumen Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15

METODE PENELITIAN. = λ 14 X 2 + δ. X2.6 = λ 15 X 2 + δ 15 68 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu bentuk penelitian yang menilai peristiwa yang telah terjadi atau penilaian kondisi faktual di lapangan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis Penelitian Dalam penulisan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif non eksperimental. Pengumpulan data secara terstruktur yang bersumber dari data primer, yaitu kuesioner yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan kemiskinan, dan penciptaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial

Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-125 Penentuan Tipologi Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Lamongan Berdasarkan Aspek Ekonomi dan Sosial Yeni Ratnasari, Eko Budi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN 27 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Sumber Data 3.1.1 Data Primer Data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti Sanusi ( 2014 : 104). Data primer dalam penelitian

Lebih terperinci

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup baik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D 003 322 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab permaslahan peneitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa

BAB IV METODE PENELITIAN. Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa 3 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Zozozea, Ondorea Barat, Ndeturea, dan Desa Sanggarhorho Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende Propinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN KARANGASEM MELALUI PENDEKATAN AGRIBISNIS Oleh Dosen Pembimbing : Kd. Ayu Novita Prahastha Dewi : Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Pemilik Lahan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Pemilik Lahan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Non Pertanian Berdasarkan Preferensi Petani Pemilik Lahan di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

METODE PENELITIAN. Populasi. dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. METODE PENELITIAN Populasi Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi penyuluh yang ada di Kota

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN Kata kunci : Nilai Tukar Petani, Fluktuasi Harga, Subsektor.

PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN Kata kunci : Nilai Tukar Petani, Fluktuasi Harga, Subsektor. PENYUSUNAN NILAI TUKAR PETANI KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2017 Markus Patiung markuspatiung@uwks.ac.id ABSTRAK Judul Penyusunan Nilai Tukar Petani Kabupaten Bondowoso Tahun 2017 dengan tujuan (1) Mengetahui

Lebih terperinci

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam. menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar 37 III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh dimensi kualitas layanan dalam menciptakan Word of Mouth (WOM) pada Klinik Kecantikan Kusuma di Bandar Lampung.

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 VISI : "MEWUJUDKAN PETANI SEJAHTERA MELALUI PERTANIAN BERKELANJUTAN" MISI 1 TUJUAN : MENINGKATKAN KUALITAS AGROEKOSISTEM : MENINGKATKAN

Lebih terperinci