BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menginterpretasikan rangsangan (stimulus) ke dalam suatu gambaran yang berarti
|
|
- Budi Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka Persepsi Persepsi adalah proses individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan rangsangan (stimulus) ke dalam suatu gambaran yang berarti dan koheren dengan dunia ( Siegel dan Marcon dalam Adhi, 2003). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi didefinisikan sebagai: tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi (perception) merupakan proses individu dalam mengenali dirinya sendiri maupun keadaan sekitarnya. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), jadi persepsi mencakup penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Suatu fenomena yang sama, bisa ditafsirkan secara berbeda oleh tiap individu (Robbins dalam Handayaningsih (2004). Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Faktor dalam diri subyek, meliputi sikap (attitude), motif (motives), kepentingan (interest), pengalaman (experience), dan pengharapan (expectation). 2) Faktor dalam diri obyek, meliputi keunikan (noveltry), gerakan (motion), suara (sound), ukuran (size), latar belakang (background), dan kemiripan (proximity). 3) Faktor situasi, meliputi waktu (timing), keadaan tempat kerja (work setting) dan latar belakang sosial (social setting). 8
2 Teori Efektivitas Organisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa hasil atau berhasil guna. Menurut Steers (1985), terdapat 3 perspektif dalam menganalisis efektivitas organisasi yaitu: 1) Perspektif optimalisasi tujuan, yaitu efektivitas organisasi dinilai menurut seberapa besar tujuan organisasi berhasil dicapai. Dengan perspektif ini, efektif berarti pemusatan perhatian pada tujuan yang layak dicapai secara optimal. Hal ini memungkinkan memungkinkan adanya bermacam-macam tujuan yang sering saling bertentangan, sekaligus dapat diketahui beberapa hambatan dalam usaha mencapai tujuan. 2) Perspektif sistem, yaitu efektivitas organisasi dinilai dari keterpaduan berbagai faktor sesuai pola, input, konversi, output dan umpan balik, serta mengikutsertakan lingkungan sebagai faktor eksternal. Tujuan tidak dianggap sebagai suatu keadaan akhir yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang dapat berubah dalam perjalanan waktu. Tercapainya tujuan-tujuan jangka pendek tertentu dapat menjadi input baru untuk penetapan tujuan selanjutnya. Oleh karena itu, tujuan mengikuti suatu daur yang saling berhubungan antar komponen, baik faktor yang berasal dari dalam (faktor internal), maupun faktor yang berasal dari luar (faktor eksternal).
3 10 3) Perspektif perilaku manusia, yaitu efektivitas organisasi menekankan pada perilaku orang-orang dalam organisasi yang mempengaruhi keberhasilan organisasi. Dalam perspektif ini, penekanannya pada pengintegrasian antara tingkah laku individu maupun kelompok sebagai unit analisis. Asumsi yang dipakai adalah cara satu-satunya mencapai tujuan adalah melalui tingkah laku orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Steers (1985) juga menjelaskan 4 faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja, dan kebijakan/praktik manajemen. Keempat faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Karakteristik organisasi, yaitu ciri-ciri yang melekat pada organisasi seperti struktur organisasi dan teknologi yang digunakan. 2) Karakteristik lingkungan, mencakup dua aspek yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal dikenal dengan iklim organisasi seperti gaya pengambilan keputusan oleh manajemen tingkat atas. Lingkungan eksternal adalah kekuatan yang timbul dari luar organisasi yang mempengaruhi keputusan serta tindakan di dalam organisasi. 3) Karakteristik pekerja adalah kemampuan individu dalam mencapai efektivitas organisasi. Karakteristik pekerja ini dipengaruhi oleh keterikatan pekerja pada organisasi dan prestasi kerja. 4) Kebijakan/praktik manajemen, yaitu kebijakan-kebijakan yang secara jelas membawa organisasi ke arah tujuan yang diinginkan. Karakter ini terdiri dari
4 11 beberapa hal antara lain penyusunan tujuan strategis, proses komunikasi, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan. Pada setiap organisasi, termasuk inspektorat daerah, faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan agar mencapai organisasi yang efektif. Semua anggota organisasi, pemimpin organisasi, dan stakeholders yang terkait dengan organisasi tersebut berperan dalam menciptakan organisasi yang efektif Teori institusi (institutional theory) Teori institusi mengatakan bahwa organisasi dipengaruhi dan bisa mempengaruhi lingkungan dimana organisasi itu berada (DiMaggio dan Powell dalam Ahmad, 2015). Teori ini menekankan bahwa organisasi akan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal, terutama pemerintah, dan nilai serta norma-norma sosial di lingkungan organisasi tersebut (Collier dan Woods dalam Ahmad, 2015). Oleh karena itu, organisasi yang sukses dan efektif adalah mereka yang memperoleh dukungan dan legitimasi sesuai dengan tuntutan sosial. Hal ini sesuai dengan konsep teori institusi yang menegaskan bahwa harapan sosial bisa berkontribusi untuk keberhasilan organisasi dan kelangsungan hidupnya. Karakter teori institusi adalah adanya isomorphism process dalam organisasi, yaitu proses dimana organisasi mulai menjadikan dirinya sama seperti tuntutan yang ada di sekitarnya (DiMaggio dan Powell dalam Ahmad, 2015). Proses isomorphism diidentifikasi menjadi 3 (tiga) bentuk yaitu: coercive isomorphism, mimetic isomorphism dan normative isomorphism. Coercive isomorphism menunjukkan bahwa organisasi dipaksa untuk mengadopsi struktur dan aturan formal, terutama dari pemerintah. Mimetic isomorphisme yaitu organisasi
5 12 mengimitasi struktur dan nilai dari organisasi lain dalam lingkungan yang sama. Normatif isomorphism terjadi karena adanya tuntutan profesional dari organisasi profesi. Normative isomorphism dapat berasal dari banyak sumber. Menurut Di Maggio and Powell, normatif institusi termasuk lembaga pendidikan, asosiasi perdagangan, kelompok industri, dan opini publik. Teori institusional ini lebih menekankan pada pengaruh eksternal terhadap keberhasilan organisasi. Beberapa peneliti menggunakan teori ini untuk membahas efektivitas auditor intern. Penelitian oleh Al-Twaijry, Brierley, dan Gwilliam (2003) menunjukkan bahwa peran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan efektivitas auditor intern di Saudi Arabia. Selain itu Arena, Arnaboldi, dan Azzone (2006) juga mengatakan bahwa coercive, mimetic, dan normative isomorphism mempengaruhi efektivitas auditor intern. Pada organisasi auditor intern pemerintahan, khususnya di inspektorat daerah, teori institusi ini dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada organisasi tersebut. Perubahan yang terjadi pada inspektorat daerah didominasi oleh aturan dan regulasi yang bersifat formal (proses coercive isomorphism). Selain itu, terdapat pengaruh normative isomorphism yang berasal dari organisasi profesi berupa standar audit dari Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Efektivitas inspektorat daerah Secara umum, efektif berarti tercapainya tujuan organisasi. Menurut Van Peursem dalam Ahmad (2015), pembahasan mengenai efektivitas auditor internal menjadi penting karena peran yang dapat diberikan oleh auditor internal yaitu menyediakan informasi yang diperlukan organisasi dalam meningkatkan
6 13 pengendalian, manajemen risiko, dan proses manajemen organisasi. Anthony dan Govindarajan (2007) menyebutkan bahwa efektivitas merupakan hubungan antara sebuah output dari pusat tanggung jawab dan tujuannya. Dittenhofer (2001) juga menerangkan efektivitas sebagai capaian tujuan menggunakan faktor-faktor pengukuran yang sudah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, auditor intern yang efektif pada dasarnya ditunjukkan dengan seberapa besar capaian dibandingkan dengan harapan atau rencana yang ditetapkan sebelumnya. Terdapat dua pendekatan dalam mendefinisikan konsep efektivitas auditor intern. Pendekatan pertama menyatakan bahwa efektivitas auditor intern ditentukan dengan kesesuaian audit dengan standar-standar universal dalam audit intern (Sawyer dalam Cohen dan Sayag, 2010). Pendekatan kedua menyebutkan bahwa efektivitas auditor ditentukan oleh evaluasi subjektif atas capaian tujuan yang telah ditentukan oleh manajemen. Dengan kata lain, kesuksesan auditor intern diukur berdasarkan ekspektasi dan harapan dari stakeholders terhadap auditor internal (Albrecht, Howe, Schueler, dan Stocks dalam Cohen dan Sayag, 2010). Pendekatan kedua sejalan dengan definisi auditor intern yang dikeluarkan oleh The Institute of Auditor Intern (IIA) dalam Boynton, Johnson, dan Kell (2001) yaitu: Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.
7 14 Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal 11 disebutkan bahwa perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang efektif sekurang-kurangnya harus: 1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 2) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; 3) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Oleh karena itu, perwujudan inspektorat daerah yang efektif harus bisa memberikan jaminan (assurance) atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas operasional pemerintah daerah dan mampu memberikan nilai tambah (added value) berupa kontribusi peningkatan pengendalian manajemen di pemerintah daerah Independensi organisasi Bagi auditor intern, khususnya inspektorat daerah, independensi merupakan tantangan tersendiri. Tantangan tersebut muncul karena mereka menjalankan dua peran yang berbeda. Di satu sisi perannya membantu manajemen, namun di sisi lain mereka akan mengevaluasi kinerja manajemen. Independensi organisasi menjadi aspek yang penting agar kedua peran tersebut bisa dijalankan dengan baik. Bou-Raad dalam Cohen dan Sayag (2010) menyebutkan bahwa kekuatan auditor internal bisa dinilai dari tingkat independensinya terhadap manajemen.
8 15 Beberapa organisasi profesi audit seperti IIA dan AICPA mengidentifikasi independensi sebagai faktor yang sangat penting bagi auditor internal dalam menjalankan fungsinya. Auditor harus mempunyai independensi yang cukup agar dapat melakukan kegiatannya tanpa intervensi dan tekanan dari manajemen. Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif (AAIPI Standar, 2013). Arens, Elder, dan Beasley (2008) mendefinisikan independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Mulyadi (2002) mendefinisikan independensi sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak bergantung pada orang lain. Untuk menjamin independensi organisasi APIP, Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) menyebutkan; posisi APIP harus ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan kementerian/ lembaga/pemda. Struktur organisasi inspektorat dalam pemerintah daerah merupakan salah satu indikator dalam menjamin independensi inspektorat daerah Dukungan manajemen puncak Manajemen puncak adalah sejumlah orang yang bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya organisasi. Salah satu peran manajemen puncak adalah memobilisasi sumber daya organisasi kepada manajemen di bawahnya. Oleh karena itu, manajemen puncak memerlukan keahlian konseptual lebih besar dibandingkan keahlian teknis.
9 16 Fernandez dan Rainey (2006) mengatakan bahwa dukungan dan komitmen manajemen puncak memainkan peranan penting dalam pembaharuan organisasi. Dengan dukungan manajemen puncak, auditor intern dapat memperoleh sumber daya yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dan departemen audit intern bisa mempekerjakan staf yang berkualitas serta memberikan pelatihan yang berkesinambungan untuk pengembangan dukungan manajemen (Cohen dan Sayag, 2010). Dalam organisasi pemerintah daerah, kepala daerah adalah manajer tingkat puncak. Peran kepala daerah sangat penting bagi keberhasilan organisasi. Bagi inspektorat daerah, dukungan manajemen puncak sangat penting untuk menjalankan kegiatannya. Komitmen kepala daerah terhadap pengawasan, alokasi pegawai yang berkualitas dan dana yang cukup merupakan beberapa indikator atas dukungan yang memadai dari manajemen puncak. Dukungan manajemen puncak terhadap efektivitas inspektorat berupa: 1. Piagam Audit intern (intern audit charter) Piagam audit intern merupakan dokumen formal yang mendefinisikan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit intern. Piagam audit intern menetapkan posisi aktivitas audit intern dalam organisasi; memberikan kewenangan akses terhadap catatan, personil, dan properti fisik yang relevan dengan penugasan; dan mendefinisikan ruang lingkup aktivitas audit intern. Inspektorat daerah yang memiliki dokumen piagam audit intern akan leluasa dalam melakukan kegiatan pengawasannya. Batasan-batasan dari auditee akan dapat
10 17 dihindari dengan adanya komitmen bersama yang ditandatangani dalam bentuk dokumen piagam audit intern tersebut. 2. Anggaran yang memadai Fungsi audit harus mempunyai anggaran yang cukup tergantung pada ukuran tanggung jawab auditnya. Elemen ini seharusnya tidak ditinggalkan karena anggaran akan mempengaruhi kapasitas fungsi auditor dalam menjalankan tugasnya. Anggaran memegang peranan penting dalam menjaga efektivitas kinerja suatu instansi pemerintah, termasuk inspektorat daerah. Dengan adanya dana yang cukup, inspektorat akan lebih mudah dalam memenuhi tugasnya, tidak dipengaruhi oleh pembiayaan dari auditee dan obyek audit lainnya. Mulyadi (2002) juga mengatakan bahwa hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi integritas, objektivitas, dan independensi Kepemimpinan Katz dan Kahn dalam Steers (1985) mendefinisikan kepemimpinan sebagai tambahan pengaruh yang melebihi dan mengatasi kepatuhan mekanis pada pengarahan rutin organisasi. Kepemimpinan terjadi jika seorang individu dapat mendorong orang lain mengerjakan sesuatu atas kemauannya sendiri dan bukan mengerjakan karena wajib atau takut akan konsekuensi dari ketidakpatuhan. Unsur sukarela inilah yang membedakan kepemimpinan dari proses-proses pengaruh lainnya seperti wewenang dan kekuasaan. Tery dalam Rofai (2006) merumuskan kepemimpinan sebagai aktivitas mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi, sedangkan Sedangkan Sutarto dalam Rofai (2006) mendefinisikan kepemimpinan
11 18 sebagai rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan orang lain, sehingga mereka bertindak dan berperilaku sebagaimana diharapkan terutama bagi tercapainya tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan merupakan rangkaian kegiatan penataan yang diwujudkan sebagai kemampuan mempengaruhi orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati Keahlian profesional Untuk menjadi auditor inspektorat, diperlukan pendidikan yang memadai dan relevan terkait dengan tugas yang akan dijalankan. Individu tersebut harus melewati pendidikan dan pelatihan sehingga kompeten dalam bidang audit intern. Agar kemampuannya dapat diakui sepenuhnya, auditor harus mengikuti sertifikasi auditor yang diadakan oleh organisasi pembina Jabatan Fungsional Auditor (JFA), yaitu BPKP. Setiap auditor wajib memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya sebagai auditor (Harjanto, 2014) karena salah satu bagian penggerak efektivitas atas segala tinjauan pada informasi yang diungkapkan, bersandar pada kualitas audit, dimana kualitas audit itu sendiri bergantung kepada keahlian auditor (Schelker dalam Naufal, 2014). Penyusunan staf yang sesuai pada departemen audit intern dan manajemen yang baik pada anggotanya merupakan
12 19 suatu kunci untuk menuju operasi efektif pada suatu audit intern (Cohen & Sayag, 2010). Auditor intern harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Oleh karena kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis harus dilaksanakan terus menerus untuk meningkatkan kompetensi auditor intern Standar audit Standar audit dimaksudkan untuk menjaga audit intern yang berkualitas sehingga siapapun auditor yang melaksanakan audit diharapkan menghasilkan suatu mutu hasil audit intern yang sama ketika auditor tersebut melaksanakan penugasan sesuai dengan standar audit yang berlaku. Standar audit intern merupakan kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan audit intern yang wajib dipedomani oleh auditor dan pimpinan APIP. Standar audit intern yang berlaku saat ini adalah Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI). Inspektorat daerah yang melakukan kegiatan audit harus berpedoman kepada standar audit. Hal ini diperlukan untuk menjaga kualitas audit inspektorat. Efektivitas inspektorat daerah salah satunya diukur dengan adanya ketaatan audit terhadap standar-standar yang berlaku (Sawyer dalam Cohen & Sayag, 2010) Pengembangan Hipotesis Independensi organisasi dengan efektivitas inspektorat daerah Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias (Arens et al., 2008). Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan
13 20 aktivitas audit intern untuk melaksanakan tanggung jawab audit intern secara objektif. Independensi harus menjadi aspek utama dalam kegiatan inspektorat karena sangat berpengaruh terhadap efektivitasnya. Hasil penelitian Baharud-din et al., (2014) menunjukkan aspek tersebut. Kekuatan auditor intern bisa dinilai berdasarkan independensinya terhadap manajemen dan operasi organisasi (Bou- Raad dalam Cohen & Sayag, 2010). Auditor harus mempunyai independensi yang cukup dalam menjalankan kegiatannya karena akan berdampak pada kualitas kerja. Untuk mencapai tingkat independensi yang diperlukan dalam melaksanakan tanggung jawab aktivitas audit intern secara efektif, pimpinan APIP harus memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada atasan pimpinan APIP (AAIPI, 2013). Dengan demikian independensi organisasi akan meningkatkan efektivitas inspektorat daerah. Independensi ini akan menjadi kekuatan auditor dalam melakukan kegiatan terhadap seluruh bagian instansi pemerintah, tanpa ada batasan-batasan baik secara struktural maupun secara psikologis. Oleh karena itu, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1 (H1): Independensi organisasi akan berpengaruh positif terhadap efektifitas inspektorat daerah Dukungan manajemen puncak dengan efektivitas inspektorat daerah Berbagai referensi menyebutkan peranan penting manajemen puncak terhadap keberhasilan organisasi. Fernandez dan Rainey (2006) mengatakan bahwa dukungan dan komitmen manajemen puncak memegang peranan penting dalam
14 21 pembaharuan organisasi, sehingga manajer senior dapat mengatur staff dan sumber daya agar organisasi berjalan dengan baik. Bagi inspektorat daerah, dukungan manajemen puncak sangat penting bagi efektivitas organisasinya. Bentuk nyata dari dukungan kepala daerah dapat berupa dukungan anggaran yang memadai, alokasi pegawai yang kompeten, dan keberpihakan kepala daerah terhadap pengawasan berupa dokumen piagam audit intern. Cohen dan Sayag (2010) mengatakan bahwa: Most obviously, the support of management is almost crucial to the operation and success of Internal Auditor. Oleh karena itu, hubungan antara inspektorat daerah dengan kepala daerah sangat penting bagi efektivitas inspektorat daerah. Kepala daerah harus merasakan pentingnya inspektorat daerah dan memastikan bahwa inspektorat daerah mempunyai sumber daya yang memadai untuk menjalankan perannya sebagai auditor intern. Dengan dukungan tersebut akan terwujud inspektorat daerah yang efektif. Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 2 (H2): Dukungan manajemen puncak berpengaruh positif terhadap efektivitas inspektorat daerah Kepemimpinan dengan efektivitas inspektorat daerah Kepemimpinan akan mempunyai hubungan langsung terhadap efektivitas inspektorat daerah. Pemimpin inspektorat daerah (inspektur) harus memiliki kemampuan pengetahuan yang tinggi tentang audit internal, kematangan organisasi dan keluasan pandangan sosial. Aspek tersebut akan membuat inspektur mampu mengendalikan keadaan yang kritis dan mempunyai keyakinan serta kepercayaan pada diri sendiri, mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi yang datang dari
15 22 dalam serta mempunyai kemampuan menjalankan hubungan antar manusia. Thoha (1983) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia, baik perorangan maupun kelompok. Inspektorat daerah yang efektif memerlukan pemimpin yang mempunyai pengetahuan akan standar audit yang diterapkan, mempunyai keahlian dalam bidang audit internal, mampu mengelola organisasi sekaligus membina hubungan baik dengan auditee dan manajemen puncak. Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 3 (H3): Kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas inspektorat daerah Keahlian profesional auditor dengan efektivitas inspektorat daerah Agar dapat melaksanakan tugasnya, auditor inspektorat daerah harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai. Staf yang profesional dan pimpinan yang kompeten merupakan salah satu kunci untuk mencapai inspektorat yang efektif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan pendidikan dan pelatihan harus diberikan kepada auditor inspektorat. Suatu audit membutuhkan staf yang profesional, yang mempunyai tingkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman serta kualifikasi profesional untuk melakukan audit sesuai mandatnya (Al-Twaijry et all., 2003). Auditor harus mempunyai tingkat pendidikan dan pelatihan minimum sesuai standar yang ditetapkan. Setelah syarat itu terpenuhi, auditor intern bisa melaksanakan penugasan pengawasan. Pickett (2000) mengatakan bahwa pelatihan dan
16 23 pengembangan merupakan hal yang penting dalam menuju keberhasilan audit intern. Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 4 (H4): Keahlian profesional auditor berpengaruh positif terhadap efektivitas inspektorat Standar audit terhadap efektivitas inspektorat daerah Sesuai dengan mandat Pasal 53 PP 60 Tahun 2008, organisasi profesi auditor intern pemerintah harus menyusun standar audit intern. Standar ini merupakan kriteria atau ukuran mutu untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh aparat pengawasan intern pemerintah (APIP). Oleh karena itu, pada tahun 2013, organisasi profesi AAIPI menerbitkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAAIPI). SAAIPI tersebut terdiri dari standar umum, standar pelaksanaan audit intern, dan standar komunikasi audit intern. Standar ini mengatur perilaku auditor secara objektif dan harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh asosiasi profesi ini. Dengan berpedoman pada standar, efektivitas auditor pada inspektorat daerah akan dapat dijaga. Verifikasi terhadap kesesuaian pedoman dan standar harus senantiasa dilaksanakan. Kegiatan audit yang sesuai dengan standar audit intern memberikan kontribusi yang besar bagi efektivitas kegiatan audit (Glazer dan Jaenike dalam Hong dan Ngamkroectjoti, 2015). Dapat dikatakan bahwa semakin besar pemahaman dan pekerjaan sesuai standar, maka semakin besar capaian efektivitas auditor intern. Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 5 (H5): Standar audit berpengaruh positif terhadap efektivitas inspektorat daerah.
17 Kerangka Pemikiran Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah menurut persepsi auditor intern pemerintah daerah digambarkan sebagai berikut: Independensi Organisasi X1 (+) Dukungan Manajemen Puncak Kepemimpinan X2 (+) X3 (+) Efektivitas Inspektorat Daerah (Y) Keahlian Profesional X4 (+) Standar Audit X5 (+) Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Keterangan: = Pengaruh secara parsial = Pengaruh secara simultan
BAB I PENDAHULUAN. diperluas ke semua bidang kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jangkauan aktivitas dari audit internal tidak hanya menyangkut pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi jangkauan pemeriksaannya telah diperluas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. menurut para ahli. Adapun pengertian audit internal menurut The Institute of
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Audit Internal, SPFAIB, dan SKAI Berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian pemeriksaan menurut para ahli. Adapun pengertian audit internal menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini banyak perusahaan yang gulung tikar dimana era globalisasi berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat
Lebih terperinciPT. Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill
PROFRESI & STANDAR UNTUK PRAKTIK PROFESIONAL Pendahuluan Internal Audit Department (IAD). merupakan bagian integral kerangka kerja tata kelola NT Corp. Kewenangan spesifik suatu fungsi yang menjelaskan
Lebih terperinciSEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM
Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS SEJARAH,PERKEMBANGAN, DAN GAMBARAN UMUM Dewi Rosaria, SE.,Msi.,Ak.,CA.,CPAI Program Studi AKUNTANSI Materi Definisi dan sejarah Internal Auditing Auditor ekstern
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pengendalian internal dalam perusahaan besar sangat sulit, dikarenakan banyaknya anggota dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu di perlukan pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, negara Indonesia mengalami perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan. Perkembangan ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai kontrak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai kontrak antara prinsipal dan agen, yaitu hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan semakin berkembangnya sumber daya manusia, akan membawa dampak yang besar dan luas terhadap perubahan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, berkembang pula
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, berkembang pula berbagai jenis perusahaan baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun manufaktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) sebagai pelaku ekonomi tidak bisa lepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu tujuan perusahaan dalam suatu perekonomian yang bersaing pada saat ini adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya sesuai dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, setiap negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, setiap negara berlomba- lomba untuk mencapai tujuan dalam sebuah usahanya. Beberapa upaya dilakukan oleh setiap
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL
PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit
Lebih terperinciPeran Audit Internal : Risk Management Di Perguruan Tinggi. By: Faiz Zamzami, SE, M.Acc, QIA
Peran Audit Internal : Di Perguruan Tinggi By: Faiz Zamzami, SE, M.Acc, QIA Menurut definisi terbaru audit internal yaitu: audit internal is an independent, objective assurance and consulting activity
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. banyaknya lembaga pengawasan yang berbanding terbalik dengan masih
1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Selama ini masyarakat selalu memandang bahwa peran auditor pemerintah tidak berjalan sesuai fungsinya. Hal tersebut didasarkan pada kontradiksi antara banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini cenderung menurun dikarenakan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan, yang di mulai pada pertengahan tahun
Lebih terperinciBrink s Modern Internal Auditing
Brink s Modern Internal Auditing A Common Body of Knowledge ROBERT R. MOELLER John Wiley & Sons, Inc. Changing Definitions of Internal Auditing 1947 1981 1999 Independent appraisal activity within an organization
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit internal terkenal dengan aktivitasnya dalam melakukan inspeksi, verifikasi, dan cek dan ricek, bahkan ada yang menyebutkan senang mencari-cari kesalahan
Lebih terperinciPerencanaan Audit Tahunan
Perencanaan Audit Tahunan Perencanaan Strategis: 5 th atau lebih 9 Evaluasi 1 Pemilihan Auditee 2 Tujuan dan lingkup penugasan PAT 8 Monitoring tindak lanjut 7 Pelaporan hasil audit SIKLUS FUNGSI AUDIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia dewasa ini cenderung menurun dikarenakan adanya krisis moneter yang berkepanjangan. Ada beberapa perusahaan yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja persaingan yang berasal dari perusahaan-perusahaan nasional saja tetapi lebih merupakan world
Lebih terperinciPIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)
PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang medis contohnya rumah sakit, terdapat manajemen yang akan melaksanakan semua kegiatan yang telah direncanakan. Manajemen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit internal memiliki fungsi untuk memastikan tujuan perusahaan tercapai. Tujuan perusahaan secara sederhana adalah perusahaan dapat beroperasi secara efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya aparatur negara menjadi faktor kunci bagi terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan hadirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) sebagai pelaku ekonomi tidak
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) 201168 PANDEGLANG 42212 PIAGAM AUDIT INTERN 1. Audit intern adalah kegiatan yang independen dan obyektif dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pola kehidupan manusia sebagai makhluk yang dinamis pun turut berubah dalam arti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat menuntut pola kehidupan manusia sebagai makhluk yang dinamis pun turut berubah dalam arti yang
Lebih terperinci2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.822, 2017 KEMENLU. Pengawasan Intern. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN INTERN DI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan untuk berpikir lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesional dan berkinerja tinggi. Instansi pemerintah dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjualan Produk Garmen PT. X Periode Januari 2008-Juni 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan garmen PT. X sebagai suatu jenis organisasi laba (profit organization) seperti jenis-jenis usaha berorientasi laba lainnya yang memerlukan pendapatan
Lebih terperinciNova Paulina 1 BAB I PENDAHULUAN
Nova Paulina 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini banyak bermunculan perusahaan-perusahaan jasa yang menyediakan berbagai macam jasa untuk umum. Salah satunya adalah perusahaan
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Jamsostek merupakan salah satu Perusahaan BUMN di Indonesia yang bergerak dalam bidang jasa asuransi. Jasa Asuransi yang dihasilkan PT. Jamsostek ini
Lebih terperinciStandar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia
Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia Peran APIP Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti
Lebih terperinciMEMBEDAH STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA. Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
MEMBEDAH STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA Muhadi Prabowo (muhadi.prabowo@gmail.com) Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Abstrak Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar merupakan salah satu ciri dari era globalisasi, dimana barang dan jasa bebas keluar masuk suatu negara tanpa disertai peraturan yang ketat. Hal ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mensana in corporesano, artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Itulah pepatah yang menunjukkan bahwa kesehatan merupakan hal yang paling
Lebih terperinciPT Wintermar Offshore Marine Tbk
PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perusahaan ) Piagam Audit Internal I. Pembukaan Sebagaimana yang telah diatur oleh peraturan, yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 yang ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 50% 10% 10% 15% 10% 5% Total 100% Komponen pendapatan Persentase (%) - Jasa iklan barang - Jasa iklan kelembagaan 40% 5%
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Advertising sebagai suatu jenis organisasi laba (profit organisasi) seperti jenis-jenis usaha berorientasi laba lainnya yang memerlukan pendapatan untuk dapat mempertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tahun 2001 telah memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk mengurus keuangannya sendiri dan sejalan dengan kewenangan
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama
Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI Irtama 2016 1 Irtama 2016 2 SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan internal adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Usaha Milik Negara atau BUMN merupakan salah satu pelaku ekonomi dengan misi dan peran yang dimilikinya saat ini menghadapi tantangan kompetensi global. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era teknologi yang telah berkembang saat ini, suatu perusahaan tidak dapat memperoleh kesuksesan hanya dengan mengadopsi teknologi baru dengan cepat
Lebih terperinciMENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PIAGAM AUDIT INTERN 1. Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor industri memegang peranan yang penting untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor industri memegang peranan yang penting untuk mendukung terciptanya kelancaran penyaluran arus barang dan jasa serta memenuhi kebutuhan pokok rakyat.
Lebih terperinciBUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
salinan BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Melalui pengawasan intern dapat diketahui apakah suatu instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tuntutan reformasi birokrasi, pemerintah berusaha mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui penerapan prinsip akuntabilitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu : penyediaan informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (MEA) yang akan dimulai akhir tahun Dampak berlakunya MEA adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai akhir tahun 2015. Dampak berlakunya MEA adalah terciptanya pasar
Lebih terperinciMENGAWAL PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN. Inspektorat Jenderal Untuk Masyarakat Pertanian Jakarta, 1 Juni 2015
MENGAWAL PEMBANGUNAN KEDAULATAN PANGAN Inspektorat Jenderal Untuk Masyarakat Pertanian Jakarta, 1 Juni 2015 Tugas dan Fungsi Wasintern Itjen Tugas: Melaksanakan Wasintern di Lingkungan Kementerian Penyiapan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT
- 1 - GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERNAL
PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN
BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin ketat, persaingannya akan menimbulkan tantangan bagi manajemen. Tantangan manajemen
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II 2.1 Pengertian Hubungan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:409), Hubungan diartikan sebagai berikut: Hubungan adalah (1) keadaan berhubungan; (2) kontak; (3) sangkutpaut; (4) ikatan. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut bisa tercapai jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan harus dapat bersaing baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal tersebut bisa tercapai jika pengendalian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Pada negara maju, GCG sudah lama menjadi suatu masalah
Lebih terperinciPeran Strategis AAIPI dalam Meningkatkan Kapabilitas APIP
Peran Strategis AAIPI dalam Meningkatkan Kapabilitas APIP Sonny Loho Ketua Umum AAIPI Disampaikan pada Rapat Koordinasi Nasional APIP Jakarta, 13 Mei 2015 Agenda Sekilas Tentang AAIPI Peran APIP yang Efektif
Lebih terperinciBAB II PERSEPSI MANAJEMEN TENTANG KINERJA INTERNAL AUDITOR. yang dibentuk dalam sebuah organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi
BAB II PERSEPSI MANAJEMEN TENTANG KINERJA INTERNAL AUDITOR 2.1 Pengertian Internal Audit Internal auditing (Moeller et. al, 1999) adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam sebuah organisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeriksaan Intern 2.1.1 Pengertian Pemeriksaan Intern internal auditing is an independent appraisal function established withing an organization to examine and evaluate its
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat SPIP disebutkan bahwa dalam rangka mencapai
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, permasalahan yang sering dihadapi oleh suatu lembaga pemerintahan salah satunya adalah tindakan KKN (Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme). Banyaknya
Lebih terperinciPiagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk
Piagam Unit Audit Internal ( Internal Audit Charter ) PT Catur Sentosa Adiprana, Tbk Pendahuluan Piagam Audit Internal ( Internal Audit Charter ) adalah dokumen formal yang berisi pengakuan keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh
Lebih terperinciJeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika
KAJIAN TEORITIS PERANAN INTERNAL AUDITOR Jeanne Asteria W. Martinus Sony Ersetiawan Universitas Katolik Darma Cendika ABSTRACT Internal auditor as internal examination which evaluating all the operation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum dari perusahaan adalah untuk mempertahankan laba agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan umum dari perusahaan adalah untuk mempertahankan laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat berjalan terus, untuk mencapai tujuan tersebut manajemen
Lebih terperinciINTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK
2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Hal itu diuraikan
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian,
Lebih terperinciRencana Strategis Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta
Rencana Strategis 2010-2014 Perwakilan BPKP Provinsi D.I. Yogyakarta Gambaran singkat Renstra Perwakilan BPKP Provinsi DIY tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: Visi : Auditor Presiden yang responsif,
Lebih terperinciKONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN
KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN 1. Peran APIP harus lebih diitingkatkan agar permasalahan terkait masih adanya Opini BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Orang yang melaksanakan fungsi auditing dinamakan pemeriksa atau auditor. Pada mulanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis a. Pengertian Auditing dan Internal Auditing Istilah auditing dikenal berasal dari bahasa latin yaitu : audire, yang artinya mendengar. Orang yang melaksanakan
Lebih terperinciPIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 82 TANGGAL : 2 DESEMBER 2014 TENTANG : PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Internal Audit 2.1.1 Pengertian Internal Audit Institute of Internal Auditor (IIA) (2004:1) sebagai sebuah institusi atas internal auditor memberikan definisi bahwa : Internal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hubungan Penelitian ini mengenai hubungan antara pemahaman auditor internal dengan redefinisi auditor internal dengan kepatuhan auditor internal atas Standar Profesi
Lebih terperinciPIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.
PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk. 1 BAB I DASAR DAN TUJUAN PEMBENTUKAN 1.1. Dasar Pembentukan 1.1.1 PT Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan hasil pemeriksaan merupakan kesempatan bagi satuan pengawas intern untuk menunjukkan kontribusinya pada perbaikan kinerja organisasi. Laporan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara berlapis-lapis, seperti BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, Inspektorat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. Pengawasan juga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya. Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Internal Auditor dan Ruang Lingkupnya Kata internal auditor terdiri dari dua kata yaitu internal dan Auditor. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia, internal artinya
Lebih terperinciDiterbitkan oleh INSPEKTORAT Kementerian PAN dan RB Jln. Jenderal Sudirman, kav. 69, Jakarta Selatan Website:
Diterbitkan oleh INSPEKTORAT Kementerian PAN dan RB Jln. Jenderal Sudirman, kav. 69, Jakarta Selatan 12190 Website: http://www.menpan.go.id Internal auditing is an independent, objective assurance and
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi ekonomi pada era globalisasi ditandai dengan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini akan berdampak bagi perusahaan baik yang berskala kecil hingga
Lebih terperinciINTERNAL AUDIT CHARTER
Halaman : 1 dari 5 I. PENDAHULUAN Tujuan utama Piagam ini adalah menentukan dan menetapkan : 1. Pernyataan Visi dan Misi dari Divisi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) Bank Woori Saudara 2. Tujuan dan ruang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hasil penelitian Tambunan (2008) yang berjudul Analisis Peran Internal
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian Tambunan (2008) yang berjudul Analisis Peran Internal Auditor dalam Mempengaruhi Peningkatan Kinerja Operasional Unit Kerja pada BUMN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama semakin strategis dan bergerak mengikuti kebutuhan zaman. APIP diharapkan menjadi agen perubahan
Lebih terperinciPENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL
Lampiran II Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor Tentang Tahun Piagam Pengawasan Internal di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser dari sistem tradisional menjadi sistem yang berbasis kinerja yang dilakukan secara menyeluruh
Lebih terperinciBUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH
BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang didistribusikan kepada masyarakat harus bersifat tulus, terbuka, integritas dan tepat waktu (Ang, 1997). Ketepatan waktu pelaporan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Information Technology (IT) dewasa ini telah berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Information Technology (IT) dewasa ini telah berkembang dengan pesat dan memegang peranan penting dalam aktivitas bisnis. Berbagai macam aktivitas berusaha
Lebih terperinci