BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Nearest Neighbor Nearest neighbor merupakan salah satu teknik interpolasi paling sederhana dan cepat dengan memindahkan ruang yang kosong dengan piksel yang berdekatan (the nearest neighboring pixel) pada saat pengecilan atau pembesaran skala gambar (Safinaz, 2014). Menurut Malepati (2010), nearest neighbor menggunakan nilai piksel terdekat pada gambar awal untuk memberikan nilai piksel pada gambar awal yang akan diperbesar atau diperkecil. Sebagai contoh terdapat sebuah gambar dengan ukuran 4 x 4 dengan jumlah piksel 16 dimana setiap pikselnya diwakilkan dengan nilai A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P. Kemudian gambar akan diperbesar menjadi ukuran 6 x 8 dengan jumlah piksel 48 menggunakan nearest neighbor. Ilustrasi gambar awal dengan ukuran 4 x 4 beserta nilai pikselnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Hasil gambar setelah diperbesar menjadi ukuran 6 x 8 beserta nilai pikselnya menggunakan neareast neighbor dapat dilihat pada pada Gambar 2.2. i j A B C D 2 E F G H 3 I J K L 4 M N O P Gambar 2.1. Nilai-Nilai Piksel Gambar Awal (Malepati, 2010)

2 8 x y A B B C D D 2 A B B C D D 3 E F F G H H 4 E F F G H H 5 I J J K L L 6 I J J K L L 7 M N N O P P 8 M N N O P P Gambar 2.2. Nilai Piksel Setelah Gambar Diperbesar (Malepati, 2010) Adapun contoh proses perhitungan untuk mendapatkan setiap nilai piksel pada gambar dengan ukuran 6 x 8 yaitu: Perbandingan lebar (ratio weight) = 4 : 6 = 2 : 3. Perbandingan panjang (ratio height) = 4 : 8 = 1 : 2. - Untuk posisi piksel dengan nilai x = 1, y = 1 Piksel x = ceil(x * ratio weight) = ceil(1 * 2/3) = 1 Piksel y = ceil(y * ratio height) = ceil(1 * ½) = 1 Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 1 yang menghasilkan Piksel x = 1 dan y = 1 yang menghasilkan Piksel y = 1 disesuaikan dengan nilai piksel pada gambar awal dengan i = 1 dan j = 1 yaitu A. - Untuk posisi piksel dengan nilai x = 1, y = 2 Pikselx = ceil(x * ratio weight) = ceil(1 * 2/3) = 1 Piksel y = ceil(y * ratio height) = ceil(2 * ½) = 1 Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 1 dan y = 2 juga memiliki nilai A. - Untuk posisi piksel dengan nilai x = 6, y = 8 Piksel x = ceil(x * ratio weight) = ceil(6 * 2/3) = 4 Piksel y = ceil(y * ratio height) = ceil(8 * ½) = 4

3 9 Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 6 yang menghasilkan Piksel x = 4 dan y = 8 yang menghasilkan Piksel y = 4 disesuaikan dengan nilai piksel pada gambar awal dengan i = 4 dan j = 4 yaitu P. Ceil (ceiling) merupakan proses pembulatan sebuah bilangan ke atas Grayscaling Grayscaling dilakukan untuk mengkonversi ruang warna ke ruang warna keabuan. Grayscaling mengubah citra warna yang memiliki ruang warna RGB (Red Green Blue) menjadi citra keabuan. Ketiga channel red, green, dan blue diubah menjadi satu channel gray (keabuan) menggunakan persamaan 2.1 (Bradski & Kaehler, 2008). Y = R G B (2.1) Dimana: Y = citra hasil konversi RGB menjadi Grayscale R = nilai red channel pada piksel G = nilai green channel pada sebuah piksel B = nilai blue channel pada sebuah piksel Proses mengkonversi citra RGB menjadi citra keabuan (grayscale) dilakukan agar pemrosesan lebih cepat dan efisien dengan menggunakan citra 8 bit (Chairunnisa, 2015) Frame Differencing Frame differencing adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan piksel antara dua frame gambar dalam satu video. Teknik ini dapat mendeteksi pergerakan objek berdasarkan perbedaan piksel pada dua frame dalam satu video dengan interval waktu yang singkat. Perbedaan frame dalam sebuah video diperoleh menggunakan perhitungan pada persamaan 2.2, 2.3 dan 2.4 (Alex & Wahi, 2014). Differential: Dk = { (2.2) Negative Differential: Dk = { (2.3)

4 10 Fully Differential: Dk = (2.4) Dimana: Dk = hasil citra frame differencing = citra frame = citra frame sebelumnya dengan interval waktu Teknik frame differencing telah diimplementasikan dalam beberapa penelitian sebelumnya. Kang & Hayes (2015) menggunakan teknik frame differencing dalam penelitian mengenai pengenalan wajah untuk personalisasi kendaraan. Chairunnisa (2015) melakukan perbandingan antara citra frame awal dan frame selanjutnya pada citra hasil konversi warna grayscale dengan menggunakan fungsi frame differencing pada OpenCV yaitu absdiff(). Fungsi tersebut dapat menghitung perbedaan mutlak antar dua array atau matriks ketika kedua matriks memiliki ukuran dan jenis yang sama. Adapun penjelasan tentang fungsi absdiff() yaitu: absdiff(src1,src2,dst) Parameter: - src1: input frame awal yang akan dibandingkan - src2: input frame selanjutnya yang akan dibandingkan - dst: hasil keluaran perbandingan frame berupa matriks citra Berikut ini merupakan pseudecode proses frame differencing yang diimplementasikan pada penelitian: Inisialisasi frame awal, frame selanjutnya dan frame perbedaan Inisialisasi jumlah frame = 0 IF (jumlah frame = 0) THEN SET frame perbedaan = frame selanjutnya ELSE SET absdiff(frame awal, frame selanjutnya,frame perbedaan) jumlah frame = jumlah frame + 1 ENDIF frame awal = frame selanjutnya

5 Principal Component Analysis Principal Component Analysis (PCA) merupakan teknik statistika untuk mentransformasi himpunan sekumpulan variabel menjadi himpunan variabel dengan jumlah yang lebih kecil, tetapi tetap mampu merepresentasikan informasi yang terdapat pada himpunan variabel sebelum ditransformasi. Adapun tujuan mengurangi dimensionalitas dari data asli menggunakan PCA adalah agar data lebih mudah dimengerti dan lebih mudah diproses (Dunteman, 1989). Apabila diketahui X = {x n R d n = 1, 2,..., N} yang merepresentasikan sebuah dataset dengan dimensi d, dari dataset X tersebut, PCA akan menghasilkan dataset Z, dimana Z = {z n R k n = 1, 2,..., N} dengan dimensi k, dimana nilai k adalah lebih kecil dari d. Langkah-langkah yang dilakukan dalam PCA terdiri atas (Jolliffe, 2002): 1. Normalisasi setiap dimensi data dengan menggunakan rumus normalisasi Z-score: v v A i ' i (2.5) A Setelah melalui proses ini, dataset akan memiliki nilai mean atau rata-rata nol. 2. Cari matriks kovarian menggunakan rumus: 1 T X X (2.6) m, dimana adalah matriks kovarian; m merupakan banyak data pada dataset asli; X adalah dataset asli yang disusun dalam bentuk matriks dengan setiap kolom merupakan fitur, dan setiap baris merupakan kumpulan fitur untuk satu objek; X T merupakan transpos dari matriks X. Hasil matriks kovarian adalah matriks dengan ukuran dxd, dimana d merupakan dimensi dari X. 3. Hitung nilai eigenvalue serta eigenvector dari matriks kovarian, dengan melakukan Single Value Decomposition pada matriks kovarian. Eigenvalue dan eigenvector merupakan vektor-vektor yang mengkarakterisasikan dataset X. Apabila dimiliki data awal dengan dimensi d, maka akan didapatkan eigenvector sebanyak d. 4. Urutkan eigenvector sesuai dengan nilai eigenvalue yang dimiliki secara menurun, dimana eigenvector dengan nilai eigenvalue yang lebih tinggi berada pada sisi kiri matriks dan eigenvector dengan nilai eigenvalue yang lebih rendah berada pada sisi kanan matriks.

6 12 5. Pilih eigenvector sebanyak k untuk membentuk vektor fitur U, dimana dari vektor fitur U akan dihasilkan data hasil PCA dengan dimensi k. Pemilihan eigenvector dilakukan berdasarkan nilai eigenvalue dari eigenvector. Akan dipilih eigenvector dengan nilai eigenvalue tinggi, sehingga informasi data asli tetap akan terjaga pada data hasil PCA. Hal ini dikarenakan eigenvector dengan eigenvalue tinggi menunjukkan data yang direpresentasikan eigenvector tersebut adalah signifikan. Penentuan nilai dimensi k untuk dataset hasil PCA ditentukan berdasarkan retain rate. Retain rate adalah persentase informasi yang yang tetap terjaga pada data hasil PCA dari dataset asli. Pemilihan nilai dimensi k pada umumnya dipilih dengan menjaga retain rate pada nilai 99%, yakni memenuhi persamaan 2.7. Hal ini dilakukan agar seluruh informasi pada dataset asli tetap dapat direpresentasikan oleh dataset hasil PCA. k i1 m i1 Si 0,99 Si (2.7) S i adalah eigenvalue pada posisi ke-i. Seluruh nilai dari eigenvector yang dipilih kemudian disusun sebagai kolom sebuah matriks vektor fitur U. 6. Hasil dataset PCA dihasilkan menggunakan rumus: T Z U X (2.8), dimana Z merupakan matriks dataset hasil PCA; U adalah matriks vektor hasil pemilihan eigenvector yang didapatkan pada tahap sebelumnya; X adalah matriks dataset asli. Metode PCA menghasilkan dataset yang mampu mendeskripsikan dataset asli dengan tetap menjaga informasi yang tersimpan sebanyak mungkin (Amirani, et al. 2008) Artificial Neural Network Negnevitsky (2005) mendefinisikan Artificial Neural Network atau jaringan saraf tiruan sebagai model logika yang bekerja berdasarkan otak manusia. Cara kerja otak yang dengan menggunakan sejumlah neuron sederhana dan saling terhubung dengan sebuah nilai bobot yang meneruskan signal dari satu neuron menuju neuron lainnya dapat dimodelkan oleh sebuah jaringan saraf tiruan. Input akan diterima oleh setiap

7 13 neuron melalui hubungannya. Sebuah output yang sesuai dengan nilai bobot pada hubungan tersebut akan dihasilkan oleh neuron tersebut, kemudian output akan diteruskan kembali ke neuron yang lain. Setiap neuron pada jaringan saraf tiruan terdiri dari beberapa layer atau lapisan. Sebuah jaringan saraf tiruan pada umumnya terdiri dari tiga layer, yakni: input layer yaitu node-node yang menerima signal input, middle layer yang juga disebut sebagai hidden layer yaitu node yang menghubungkan node pada input layer dengan node pada output layer, dan output layer yaitu nodenode yang menghasilkan signal output. Jaringan saraf tiruan belajar dengan melakukan penyesuaian nilai bobot yang digunakan untuk mengirimkan nilai dari satu neuron ke neuron lain. Arsitektur umum dari sebuah jaringan saraf tiruan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Arsitektur Umum Sebuah Jaringan Saraf Tiruan (Negnevitsky, 2005) Sebuah fungsi yang disebut sebagai fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan output dari sebuah neuron. Ada empat jenis fungsi aktivasi yang secara umum digunakan, yakni: step function, sign function, sigmoid function, dan linear function. Setiap jenis fungsi aktivasi berserta grafik yang menggambarkan fungsi dapat dilihat pada Gambar 2.4.

8 14 Gambar 2.4. Fungsi Aktivasi Neuron (Negnevitsky, 2005) Step function dan sign function disebut sebagai fungsi pembatasan kasar yang digunakan secara umum pada permasalahan klasifikasi dan pengenalan pola. Sigmoid function digunakan pada jaringan propagasi balik dan dapat mengubah input yang memiliki jangkauan nilai [-, ] menjadi output dengan jangkauan nilai [0,0, 1,0]. Linear activation function digunakan pada pendekatan linear dan dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang diterima oleh neuron. Jaringan saraf tiruan dapat digunakan untuk dua jenis konsep pembelajaran, yakni: 1. Pembelajaran supervised, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menerima sekumpulan contoh yang ditandai sebagai data pelatihan dan membuat prediksi untuk seluruh titik yang tidak diketahui. Pembelajaran ini sudah terlebih dahulu mengetahui output yang diharapkan berdasarkan input yang diberikan (Mohri, et al., 2012). 2. Pembelajaran unsupervised, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menerima sekumpulan data pelatihan yang tidak ditandai dan membuat prediksi untuk seluruh titik yang tidak diketahui. Pembelajaran ini tidak dapat terlebih dahulu mengetahui output dari input yang diberikan sehingga memerlukan metode lain untuk mengelompokkan input yang diberikan (Mohri, et al., 2012) Deep Neural Network Deep Neural Network merupakan sebuah jaringan saraf tiruan (Neural Network) yang memiliki lebih dari satu hidden layer, sehingga DNN juga dikenal sebagai multilayer perceptron. Output pada sebuah multilayer perceptron dapat ditentukan menggunakan

9 15 rumus fungsi aktivasi sigmoid function. Arsitektur dari sebuah multilayer perceptron dengan dua hidden layer dapat dilihat pada Gambar 2.5 (Negnetvisky, 2005). Gambar 2.5. Arsitektur Multilayer Perceptron dengan Dua Hidden Layer (Negnevitsky, 2005) Deep Neural Network juga menggunakan arsitektur deep (deep architectures). Arsitektur deep terdiri atas beberapa tingkat operasi non-linear, seperti jaringan saraf tiruan dengan banyak hidden layer atau dalam sebuah rumusan yang menggunakan banyak sub-rumusan (Bengio, 2009). Deng & Yu (2014) mendefenisikan DNN adalah generasi baru dari jaringan saraf tiruan yang menggunakan konsep deep learning. Deep learning adalah sebuah kumpulan teknik pembelajaran mesin yang memanfaatkan banyak lapisan pemrosesan informasi linear untuk ekstraksi fitur dan transformasi yang supervised dan unsupervised, serta untuk analisis pola dan klasifikasi. Deep learning terbagi menjadi tiga kategori, yakni: 1. Deep networks untuk pembelajaran unsupervised atau generatif, bertujuan untuk mendapatkan korelasi atau keterkaitan antara data yang dapat diobservasi untuk analisis pola pada saat informasi tentang hasil yang seharusnya didapatkan tidak ada. 2. Deep networks untuk pembelajaran supervised, bertujuan menyediakan kemampuan untuk membedakan klasifikasi pola secara langsung, dilakukan dengan mengkarakteristik distribusi kelas untuk data.

10 16 3. Hybrid deep networks, memiliki tujuan sebagai pembeda dimana secara signifikan dibantu dengan hasil yang didapatkan dari deep network untuk pembelajaran unsupervised. Heaton (2015) mendefinisikan deep learning adalah sebuah pengembangan baru dalam bidang pemrograman jaringan saraf tiruan yang memberikan cara untuk melatih DNN. Jaringan saraf tiruan dengan lebih dari dua lapisan (layer) disebut sebagai deep. Kemampuan untuk membuat DNN telah muncul sejak 1943 dimana Pitts mengenalkan multilayer perceptron. Jaringan saraf tiruan pada awalnya belum dapat dilatih secara efektif hingga Hinton berhasil menjadi peneliti pertama yang melatih jaringan saraf tiruan yang rumit pada tahun Backpropagation Backpropagation atau propagasi balik adalah salah satu algoritma yang digunakan dalam pelatihan multilayer perceptron. Adapun tahapan yang dilakukan pada algoritma ini, yakni (Negnetvisky, 2005): 1. Inisialisasi Setiap bobot yang menghubungkan seluruh neuron yang ada diberikan nilai acak dengan distribusi yang merata dan jangkauan yang kecil (Haykin, 1999). Inisialisasi untuk nilai setiap bobot dihitung dengan persamaan ,4 2,4, F i F i Dimana: F i = banyak input dari neuron i pada jaringan (2.9) 2. Aktivasi (Feed-forward) Proses aktivasi atau feed-forward akan memasukkan seluruh input yang ada ke dalam jaringan saraf tiruan untuk menghasilkan output. Aktivasi dari jaringan saraf tiruan dilakukan dengan menggunakan input x 1 (p), x 2 (p),..., x n (p) dan output yang diharapkan y d1 (p), y d2 (p),, y dn (p), dengan p adalah jumlah perulangan yang sudah dilakukan dan p memiliki nilai awal 0. Output sebenarnya dari setiap neuron pada hidden layer dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10.

11 17 n y j sigmoid xi. wij (2.10) i1 Dimana: n = banyak input dari neuron j pada hidden layer sigmoid = fungsi aktivasi sigmoid Output sebenarnya dari setiap neuron pada output layer dihitung dengan menggunakan persamaan m yk sigmoid x jk. w jk (2.11) i1 Dimana: m = banyak input dari neuron k pada output layer sigmoid = fungsi aktivasi sigmoid 3. Pelatihan bobot Update atau pembaruan nilai dari setiap bobot pada jaringan saraf tiruan akan dilakukan dengan melakukan propagasi balik terhadap kesalahan (error) pada output layer. Error pada setiap neuron pada output layer dihitung dengan persamaan y y (2.12) k Kemudian perbaikan bobot dihitung menggunakan persamaan w jk k dk. y.. w ( p 1) (2.13) j k Dimana: α = konstanta yang menentukan kecepatan pembelajaran dari algoritma propagasi balik (learning rate) µ = konstanta yang menentukan besar perubahan update dari bobot (momentum) Update untuk setiap bobot yang terhubung dengan neuron pada output layer dilakukan dengan menggunakan persamaan w jk jk ( p 1) w w (2.14) jk jk Error pada setiap neuron pada hidden layer dihitung dengan persamaan m j k. w jk. y j.1 y j (2.15) k1

12 18 Kemudian perbaikan bobot dihitung menggunakan persamaan w ij. x.. w ( p 1) (2.16) i j Dimana: α = konstanta yang menentukan kecepatan pembelajaran dari algoritma propagasi balik (learning rate) µ = konstanta yang menentukan besar perubahan update dari bobot (momentum) Update untuk setiap bobot yang terhubung dengan neuron pada hidden layer dilakukan dengan menggunakan persamaan ij w ( p 1) w w (2.17) ij ij ij 4. Iterasi Penambahan nilai perulangan p sebanyak satu dan kembali ke langkah 2 akan dilakukan apabila kriteria error belum sesuai yang diharapkan. Algoritma pelatihan propagasi balik selesai dilakukan apabila kriteria error telah sesuai yang diharapkan Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengenalan gerakan tangan manusia dan metode Deep Neural Network telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Neto, et al. (2013) melakukan penelitian mengenai penempatan gerakan tangan yang statis secara realtime dan berlanjut menggunakan metode Artificial Neural Network (ANN). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar robot dapat melakukan gerakan tangan yang sama dengan gerakan tangan manusia. Bentuk gerakan yang dilatih terdiri dari gerakan yang memiliki arti (communicative) dan gerakan yang tidak memiliki arti (noncommunicative). Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengenalan yang sangat baik (99,8% untuk sepuluh gerakan tangan dan 96,3% untuk tiga puluh gerakan). Selain itu, penelitian ini juga menggunakan waktu yang singkat untuk pelatihan dan pembelajaran, memiliki kemampuan untuk mengeneralisasi dan kemampuan untuk mengoperasikan secara independen dari kondisi di sekitar lingkungan. Tang, et al. (2013) melakukan penelitian mengenai pengenalan postur tangan yang statis secara real-time menggunakan perangkat Kinect. Penelitian ini menggunakan

13 19 algoritma skin color model dan depth model untuk deteksi tangan, algoritma kalman untuk melacak tangan (hand tracking) serta mengimplementasikan DNN yakni Deep Belief Network (DBN) dan Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengenal postur tangan. Hasil penelitian ini menunjukkan performa yang baik (akurasi menggunakan DBN: 98,063% dan CNN: 93,995%) dalam pendeteksian dan pelacakan tangan, dapat mengatasi masalah terhalangnya tangan serta dapat megenal postur tangan dengan sangat cepat dan real-time. Namun, metode deteksi tangan yang digunakan masih bergantung pada data warna dan kedalaman sehingga akurasi bergantung pada konten dan pencahayaan gambar. Erhan, et al. (2014) mengajukan metode untuk melakukan pelacakan lokasi objek pada suatu gambar dan memprediksi beberapa kotak penanda pada satu waktu. Metode yang digunakan adalah Deep Multi Box yang mengimplementasikan Deep Convolutional Neural Network sebagai basis ekstraksi fitur dan model pembelajaran untuk memprediksi lokasi kotak penanda. Adapun rata-rata akurasi yang didapatkan untuk deteksi adalah 58,48% dan untuk klasifikasi adalah 77,29%, dengan jumlah window yang digunakan Ramjan, et al. (2014) melakukan penelitian mengenai pengenalan dan pendeteksian gerakan tangan dinamis secara real-time menggunakan interaksi manusia dan komputer. Adapun proses yang dilakukan adalah penangkapan gambar dari video, ekstrasi objek yang terdapat di tangan pada background gambar yang tertangkap serta penggunaan kamera web untuk menelusuri gerakan objek. Objek yang tertangkap kemudian diproses dengan blurring, grayscaling, HSV (Hue Saturation Value) model, dan blob detection. Setelah proses-proses tersebut dilakukan, gambar akan dicocokkan dengan gambar yang tersimpan dalam database untuk menentukan gerakan. Melalui penelitian ini, interaksi yang melibatkan penambahan tulisan baru, pengontrolan media seperti pemutar musik, slide presentasi, photo viewer dan operasi pada PC dapat dilakukan. Chairunnisa (2015) melakukan penelitian tentang pengenalan gerakan tangan manusia yang statis dengan mengimplementasikan teknik-teknik computer vision, Hs- CbCr (HueSaturation-ChromaBlueChromaRed) untuk mendeteksi warna kulit dan teknik average background untuk mengatasi masalah background. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kondisi tangan kosong dan latar belakang yang kompleks melalui kamera web sudah dapat mengendalikan aplikasi pengolah presentasi,

14 20 pemutar musik, pemutar video dan PDF reader. Selain itu, tingkat akurasi 96,87% dalam mengenali gerakan tangan manusia dengan syarat kondisi pencahayaan yang baik juga dicapai. Molchanov, et al. (2015) meneliti mengenai pengenalan gerakan tangan secara dinamis pada saat mengemudi mobil dengan menggunakan metode Convolutional Neural Network (CNN). Penelitian ini menggunakan dataset dari Vision for Intelligent Vehicles and Applications (VIVA). Hasil dari penelitian ini mencapai tingkat akurasi 77,5 % untuk klasifikasi. Rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No. Peneliti Tahun Metode Keterangan 1 Neto, et al Artificial Neural Network (ANN) Pengenalan gerakan tangan statis Fungsi: agar robot dapat melakukan gerakan tangan manusia secara statis Waktu pelatihan dan pembelajaran yang singkat Akurasi untuk sepuluh gerakan tangan 99,8% dan untuk tiga puluh 2 Tang, et al Pendeteksian tangan: Color skin model dan depth model Pelacakan tangan: Kalman Pengenalan postur tangan: DBN dan CNN 3 Ramjan, et al Ekstrasi fitur: Blob detection Pengenalan: Template/pattern matching gerakan tangan 96,3% Pengenalan postur tangan secara real time Akurasi: DBN: 98,063% CNN: 93,995% Waktu pengenalan ratarata: DBN: 0, detik CNN: 0, detik Metode deteksi tangan bergantung pada data warna dan kedalaman Pengenalan gerakan tangan dinamis Fungsi: interaksi untuk penambahan tulisan baru, pengontrolan media dan operasi pada PC Waktu pemrosesan

15 21 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu (lanjutan) No. Peneliti Tahun Metode Keterangan cukup lama terutama pada proses template matching Terdapat kemungkinan gambar yang ditangkap tidak cocok dengan gambar yang tersimpan dalam database 4 Erhan, et al Deep Multi Box Pelacakan lokasi objek pada sebuah gambar dan ditandai dengan sebuah kotak Akurasi rata-rata untuk deteksi: 58,48% Akurasi rata-rata untuk klasifikasi: 77,29% 5 Chairunnisa 2015 Hs-CbCr, average background 6 Molchanov, et al Convolutional Neural Network Pengenalan gerakan tangan statis Fungsi: pengontrolan aplikasi pemutar musik, pengolah presentasi, pemutar video dan PDF reader Akurasi: 96,87% Pengenalan gerakan tangan dinamis pada saat mengemudi mobil Menggunakan dataset Vision for Intelligent Vehicles and Applications (VIVA) Tingkat akurasi untuk klasifikasi: 77,5% Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini berfokus pada pengenalan gerakan tangan manusia yang terdiri dari enam yaitu gerakan tangan dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang dan dari belakang ke depan. Kemudian, hasil pengenalan gerakan tangan manusia akan digunakan untuk mengendalikan beberapa aplikasi komputer. Adapun metode yang diimplementasikan dalam penelitian ini, yakni:

16 22 Melakukan beberapa tahap preprocessing untuk mengurangi parameter input dimana bertujuan untuk mempercepat proses pelatihan dan pengenalan gerakan tangan. Adapun tahap pre-processing yang dilakukan yaitu: - pemisahan video gerakan tangan menjadi beberapa frame gambar, - setiap frame gambar diperkecil dengan algoritma nearest neighbour, - setiap frame gambar dilakukan proses grayscaling, - setiap frame gambar dilakukan proses frame differencing dengan gambar pertama, - empat gambar akan dipilih dari kumpulan gambar yang telah melalui proses frame differencing, - proses Principal Component Analysis (PCA) dilakukan pada empat gambar yang telah dipilih. Menggunakan metode Deep Neural Network untuk mengenali gerakan tangan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang umum untuk melakukan interaksi dengan komputer adalah melalui penggunaan keyboard dan mouse. Namun, interaksi tersebut tidak dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Architecture Net, Simple Neural Net

Architecture Net, Simple Neural Net Architecture Net, Simple Neural Net 1 Materi 1. Model Neuron JST 2. Arsitektur JST 3. Jenis Arsitektur JST 4. MsCulloh Pitts 5. Jaringan Hebb 2 Model Neuron JST X1 W1 z n wi xi; i1 y H ( z) Y1 X2 Y2 W2

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PERANCANGAN SISTEM PENGENALAN DAN PENYORTIRAN KARTU POS BERDASARKAN KODE POS DENGAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK OLEH ARIF MIFTAHU5R ROHMAN (2200 100 032) Pembimbing: Dr. Ir Djoko Purwanto, M.Eng,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

BAB II NEURAL NETWORK (NN)

BAB II NEURAL NETWORK (NN) BAB II NEURAL NETWORK (NN) 2.1 Neural Network (NN) Secara umum Neural Network (NN) adalah jaringan dari sekelompok unit pemroses kecil yang dimodelkan berdasarkan jaringan syaraf manusia. NN ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005 PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANS FORMAS I WAVELET DIS KRIT D AN JARINGAN S ARAF

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK Fany Hermawan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur 112-114 Bandung E-mail : evan.hawan@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jaringan saraf buatan merupakan kumpulan dari elemen-elemen pemrosesan buatan yang disebut neuron. Sebuah neuron akan mempunyai banyak nilai masukan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Citra Digital Citra digital adalah suatu citra elektronik yang diambil dari dokumen, seperti foto, buku, maupun sebuah video. Proses perubahan citra analog menjadi citra digital

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

PENGENALAN GERAKAN TANGAN MANUSIA MENGGUNAKAN DEEP NEURAL NETWORK SKRIPSI EKA PRATIWI GOENFI

PENGENALAN GERAKAN TANGAN MANUSIA MENGGUNAKAN DEEP NEURAL NETWORK SKRIPSI EKA PRATIWI GOENFI PENGENALAN GERAKAN TANGAN MANUSIA MENGGUNAKAN DEEP NEURAL NETWORK SKRIPSI EKA PRATIWI GOENFI 121402057 PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL Randy Reza Kautsar (1), Bima Sena Bayu D S.ST M.T (2), A.R. Anom Besari. S.ST, M.T (2) (1)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan identifikasi jenis file, serta metode Distributed Autonomous Neuro-Gen Learning

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK. Pengantar Deep Learning

CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK. Pengantar Deep Learning CONVOLUTIONAL NEURAL NETWORK Pengantar Deep Learning Convolutional Neural Network Convolutional Neural Network (CNN) adalah salah satu jenis neural network yang biasa digunakan pada data image. CNN bisa

Lebih terperinci

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA Bharasaka Krisnandhika 51412445 Dr. Dewi Agushinta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian untuk pengenalan nama objek dua dimensi pada citra adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Desain Penelitian 34 35 Penjelasan dari skema gambar

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor PENGENALAN KADAR TOTAL PADAT TERLARUT PADA BUAH BELIMBING BERDASAR CITRA RED-GREEN-BLUE MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORHOOD (KNN)

Lebih terperinci

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM

JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM JARINGAN SARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST, M.KOM INTRODUCTION Jaringan Saraf Tiruan atau JST adalah merupakan salah satu representasi tiruan dari otak manusia yang selalu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 : Ilustrasi jaringan syaraf manusia yang diadaptasi untuk ANN (Kriesel, 2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rentannya kesalahan yang dapat terjadi oleh pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dalam menganalisa, atau ketika mencoba membangun relasi antar fitur yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital dapat didefenisikan sebagai fungsi f(x,y) yaitu dua dimensi, dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan f(x,y) disebut dengan intensitas atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Citra Digital BAB II DASAR TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital didefinisikan sebagai fungsi f (x,y) dua dimensi,dimana x dan y adalah koordinat spasial dan f(x,y) adalah disebut dengan intensitas atau tingkat keabuan

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang)

ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) ANALISIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH RESERVASI KAMAR HOTEL DENGAN METODE BACKPROPAGATION (Studi Kasus Hotel Grand Zuri Padang) 1 Musli Yanto, 2 Sarjon Defit, 3 Gunadi Widi Nurcahyo

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai

BAB II STUDI PUSTAKA. sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang klasifikasi buah dengan menggunakan pengolahan citra sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian tersebut menggunakan berbagai macam metode

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pengenalan manusia secara otomatis menggunakan mesin merupakan masalah yang menantang dan telah menjadi banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. (Jawad, Syed, dan Farrukh,

Lebih terperinci

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital

Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI IS Vol. 6, No.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 18 Implementasi Extreme Learning Machine untuk Pengenalan Objek Citra Digital Zulfa Afiq Fikriya, Mohammad Isa Irawan, dan Soetrisno

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR

ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS VARIASI PARAMETER LEARNING VECTOR QUANTIZATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA ODOR PARAMETER VARIATION ANALYSIS OF LEARNING VECTOR QUANTIZATION

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGENALI TULISAN TANGAN HURUF A, B, C, DAN D PADA JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA (Studi Eksplorasi Pengembangan Pengolahan Lembar Jawaban Ujian Soal Pilihan Ganda di

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma Nurfita, Gunawan Ariyanto, Implementasi Deep Learning Berbasis Tensorflow Untuk Pengenalan Sidik Jari IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Klasifikasi Klasifikasi adalah sebuah proses untuk menemukan sebuah model yang menjelaskan dan membedakan konsep atau kelas data dengan tujuan memperkirakan kelas dari suatu objek

Lebih terperinci

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT

LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT LEARNING ARTIFICIAL INTELLIGENT OUTLINE Decision tree learning Jaringan Syaraf Tiruan K-Nearest Neighborhood Naïve Bayes JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Intro Definisi ANN Model Matematis Neuron Fungsi Aktivasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Artificial Neural Network Artificial neural network (ANN) / jaringan saraf tiruan adalah konsep yang merefleksikan cara kerja dari jaringan saraf biologi kedalam bentuk artificial

Lebih terperinci

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK

PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN ABSTRAK PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN DALAM SEBUAH CITRA MENGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Decy Nataliana [1], Sabat Anwari [2], Arief Hermawan [3] Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra digital saat ini sudah menjadi kebutuhan banyak orang untuk berbagai macam keperluan. Hal ini dilihat dari betapa pentingnya peranan citra digital di berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 20 (SNATI 20) ISSN: 19-5022 Yogyakarta, 16 Juni 20 PERAMALAN HARGA SAHAM PERUSAHAAN MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN AKAIKE INFORMATION CRITERION

Lebih terperinci

Farah Zakiyah Rahmanti

Farah Zakiyah Rahmanti Farah Zakiyah Rahmanti Latar Belakang Struktur Dasar Jaringan Syaraf Manusia Konsep Dasar Permodelan JST Fungsi Aktivasi JST Contoh dan Program Jaringan Sederhana Metode Pelatihan Supervised Learning Unsupervised

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini adalah studi literatur, pembuatan program serta melakukan deteksi dan tracking obyek. Pada

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network

Neural Network (NN) Keuntungan penggunaan Neural Network : , terdapat tiga jenis neural network Proses Pembelajaran pada Neural Network Neural Network (NN) adalah suatu prosesor yang melakukan pendistribusian secara besar-besaran, yang memiliki kecenderungan alami untuk menyimpan suatu pengenalan yang pernah dialaminya, dengan kata lain

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN :

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) 1 Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) Edisi.,Volume,. Bulan.. ISSN : 289-933 ANALISIS METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK PENGENALAN SEL KANKER OTAK Novita Handayani Teknik Informatika

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH REAL-TIME DALAM RUANG EIGEN DENGAN SEGMENTASI BERDASARKAN WARNA KULIT. Agus Buono, Ahmad Ridha, Hanief Bastian

SISTEM PENGENALAN WAJAH REAL-TIME DALAM RUANG EIGEN DENGAN SEGMENTASI BERDASARKAN WARNA KULIT. Agus Buono, Ahmad Ridha, Hanief Bastian SISTEM PENGENALAN WAJAH REAL-TIME DALAM RUANG EIGEN DENGAN SEGMENTASI BERDASARKAN WARNA KULIT Agus Buono, Ahmad Ridha, Hanief Bastian 1 Staf Pengajar Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan IPA

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Permasalahan Pemanfaatan Augmented Reality pada umumnya berfokus pada kemampuan visualnya, yaitu berupa bentuk tiga dimensi, lingkungan tiga dimensi, animasi,

Lebih terperinci

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TEKNIK PERAMALAN - A ARTIFICIAL NEURAL NETWORK CAHYA YUNITA 5213100001 ALVISHA FARRASITA 5213100057 NOVIANTIANDINI 5213100075 TEKNIK PERAMALAN - A MATERI Neural Network Neural Network atau dalam bahasa Indonesia disebut Jaringan

Lebih terperinci

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal

Jaringan syaraf dengan lapisan tunggal Jaringan syaraf adalah merupakan salah satu representasi buatan dari otak manusia yang mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Syaraf manusia Jaringan syaraf dengan lapisan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF

KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF KLASIFIKASI ARITMIA EKG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN FUNGSI AKTIVASI ADAPTIF Asti Rahma Julian 1, Nanik Suciati 2, Darlis Herumurti 3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, ITS

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

1BAB I. 2PENDAHULUAN

1BAB I. 2PENDAHULUAN 1BAB I. 2PENDAHULUAN 2.1. Latar Belakang Pelacak objek (object tracking) pada saat ini merupakan penelitian yang menarik dalam bidang computer vision. Pelacak objek merupakan langkah awal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, tiruan dan machinelearning BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Mining Data mining adalah kombinasi secara logis antara pengetahuan data, dan analisa statistik yang dikembangkan dalam pengetahuan bisnis atau suatu proses yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Neural Network di Matlab Gambar 3.1 Blok Diagram Perancangan Sistem Neural network 3.1.1 Training Neural Network Untuk pelatihan neural network penulis lebih

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jaringan Saraf Tiruan (JST) Jaringan saraf tiruan pertama kali secara sederhana diperkenalkan oleh McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Jaringan Syaraf Tiruan merupakan suatu representasi buatan dari otak manusia yang dibuat agar dapat mensimulasikan apa yang dipejalari melalui proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Dhita Azzahra Pancorowati 1110100053 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JARINGAN SARAF SECARA BIOLOGIS Jaringan saraf adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak

Lebih terperinci

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan JURNAL TEKNIK POMITS 1-7 1 Klasifikasi Pola Huruf Vokal dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Dhita Azzahra Pancorowati, M. Arief Bustomi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas teori yang digunakan sebagai landasan pengerjaan pengenalan kata berdasarkan tulisan tangan huruf Korea (hangūl) menggunakan jaringan saraf tiruan propagasi balik.

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer Vision merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk membuat suatu keputusan yang berguna mengenai objek fisik nyata dan keadaan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

SISTEM IDENTIFIKASI KODE TANGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN BACKPROPAGATION

SISTEM IDENTIFIKASI KODE TANGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN BACKPROPAGATION SISTEM IDENTIFIKASI KODE TANGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN BACKPROPAGATION Holisah, Prihastuti Harsani dan Arie Qur ania holisah62@gmail.com Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Pada penelitian tugas akhir ini ada beberapa tahapan penelitian yang akan dilakukan seperti yang terlihat pada gambar 3.1 : Mulai Pengumpulan Data Analisa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 21 Anatomi Ayam Pengetahuan tentang anatomi ayam sangat diperlukan dan penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit Hal ini karena pengetahuan tersebut dipakai sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci