NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA"

Transkripsi

1 NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Siti Ponijah PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

2 ii

3 iii

4 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO و م ن ي ت ق الل ه ي ع ل ل ه م ر ج ا )2( و ي ر ز ق ه م ن ح ي ث ل ي ت س ب ا Barang siapa bertakwa pada Allah niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar untuknya. Dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak terduga. [Al-Thalaq: 2-3]. Dalam kondisi normal, orang sangat mungkin untuk berpikir positif. Namun, kekuatan yang sebenarnya adalah kemampuan berpikir positif ketika menghadapi masalah dalam kehidupan. [Dr. Ibrahim Elfiky]. PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Bapak Siyono dan Ibu Tebok tercinta yang selalu memberi semangat dan mendoakan pada setiap langkah dan usahaku dengan penuh kasih sayang. Penulis hadiahkan kepada: 1. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memberi semangat dan doa. 2. Calon suami yang selalu memberi motivasi, semangat, dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini. iv

5 v

6 vi

7 vii

8 ABSTRAK Siti Ponijah. Nilai Pendidikan Akhlak Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy; (2) nilai pendidikan akhlak dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy; dan (3) skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy di kelas XI SMA. Objek penelitian ini adalah unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy. Penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak yang meliputi akhlak pada Allah, keluarga, dan diri sendiri. Dalam penelitian ini instrumennya adalah penulis selaku instrumen utama dengan bantuan kartu pencatat data beserta alat tulis. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi. Analisis data dilakukan dengan teknik analisis isi. Hasil analisis data disajikan dengan teknik informal. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik meliputi tema, yaitu kedekatan hamba dengan Allah Swt., tokoh dan penokohan, Fahmi merupakan tokoh utama dengan watak berbakti kepada orang tua, pandai, baik hati, penyayang, sabar, dan religius dengan beberapa tokoh tambahan yang mendukung, yaitu Ibu, Bapak, Nuzula, dan sebagainya; teknik pelukisan tokoh secara dramatis dan analitis; alur, yaitu mundur (flashback); latar meliputi latar tempat, waktu, dan sosial; sudut pandang, yaitu sudut pandang orang ketiga; amanat, yaitu Umat muslim selalu mendekatkan diri pada Allah Swt., suami setia kepada istri, dan istri berbakti kepada suami; hubungan antarunsur, yaitu hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain (latar dan kehidupan sosial),; hubungan alur dengan unsur cerita yang lain (tema),; dan hubungan latar dengan unsur cerita yang lain (watak tokoh dan jalan cerita); (2) nilai pendidikan akhlak meliputi akhlak pada Allah, yaitu takwa, cinta dan rida (rela), ikhlas, khauf dan raja (takut dan harap), tawakal (berharap pada Allah), syukur, dan tobat; akhlak pada keluarga, yaitu birrul walidain (berbuat baik pada kedua orang tua); hak, kewajiban dan kasih sayang suami istri, kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, dan silaturahmi dengan karib kerabat; dan akhlak pada diri sendiri, yaitu akhlak baik (sidik (jujur), amanah (dipercaya), istikamah (teguh menjaga iman), ifah (menjaga kehormatan diri), syaja ah (berani), tawaduk (rendah hati), sabar, dan pemaaf) dan akhlak buruk (bohong, sombong, tidak mempunyai belas kasih, dan jaza u (gelisah);. (3) skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid pada kelas XI SMA menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kata kunci: Unsur Intrinsik, Pendidikan Akhlak, Skenario Pembelajaran. viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Batasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan Penelitian... 9 F. Manfaat Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka B. Kajian Teoretis Unsur Intrinsik Novel Nilai Pendidikan Akhlak dalam Karya Sastra Pembelajaran Sastra di SMA BAB III METODE PENELITIAN A. Sumber Data B. Objek Penelitian C. Fokus Penelitian D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data B. Pembahasan Data ix

10 BAB IV PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 : Data Tema Mayor Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy : Data Tema Minor Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy Tabel 3 : Data Tokoh Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy 60 Tabel 4 : Data Penokohan Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy Tabel 5 : Data Alur Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy Tabel 6 : Data Latar Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy.. 64 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 : Data Sudut Pandang Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy : Data Amanat Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy : Data Hubungan Antarunsur Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy Tabel 10 : Data Nilai Pendidikan Akhlak Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Kartu Pencatat Data Lampiran 2: Biografi Pengarang Lampiran 3: Sinopsis Novel Lampiran 4: Silabus Lampiran 5: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 6: Surat Keputusan Dosen Pembimbing (SK) Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi xii

13 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi. A. Latar Belakang Masalah Sastra hadir sebagai perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Walau berupa hasil kerja imajinasi, khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran (Nurgiyantoro, 2013: 3). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Aminuddin (2013: 37) yang menyatakan bahwa sastra merupakan bagian dari seni yang berusaha menampilkan nilai-nilai keindahan yang bersifat aktual dan imajinatif sehingga mampu memberikan hiburan dan kepuasan rohaniah pembacanya. Teeuw (2015: 265) menjelaskan bahwa sastra merupakan bentuk seni, jadi dapat didekati dari aspek keseniannya, dalam kaitannya dan pertentangannya dengan bentuk-bentuk seni lain. Dari segi inilah ilmu sastra merupakan cabang ilmu seni atau estetik. Dalam karya sastra terdapat keindahan, baik dari segi tema, alur, maupun tokoh dan penokohannya. Dari sisi keindahan inilah, karya sastra dapat digunakan sebagai media hiburan bagi pembacanya. Selanjutnya, Ismawati (2013: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran sastra adalah suatu pembelajaran yang mencakup aspek sastra meliputi Teori Sastra, 1

14 2 Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Sastra Perbandingan, dan Apresiasi Sastra. Pembelajaran sastra berfungsi sebagai wahana untuk belajar menemukan nilainilai yang terdapat dalam karya sastra yang dibelajarkan, dalam suasana yang kondusif di bawah bimbingan pendidik atau dosen. Dalam pembelajaran sastra dimungkinkan tumbuhnya sikap apresiasi terhadap hal-hal yang indah, lembut, dan manusiawi untuk diinternalisasikan menjadi bagian dari karakter anak didik yang dibentuk (Ismawati, 2013: 3). Sesuai dengan fungsi pembelajaran sastra, mempelajari karya sastra dapat menumbuhkan sikap apresiasi dan digunakan sebagai wahana untuk menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. Pembelajaran sastra terdapat pada kurikulum yang diajarkan di sekolah. Sastra diajarkan dalam kurikulum di sekolah karena dalam pembelajaran sastra terdapat banyak nilai seni dan budaya yang secara tidak langsung ketika mempelajari sastra juga mempelajari kebudayaan dan seni-seni yang terdapat dalam karya sastra tersebut. Melalui pembelajaran apresiasi sastra, pendidik/dosen dapat merealisasikan pendidikan karakter karena di dalam apresiasi sastra peserta didik langsung berhadapan dengan bermacam-macam nilai kehidupan, di antaranya nilai religius, kejujuran, toleransi, cinta kasih, keadilan, pengabdian, dan seterusnya (Ismawati, 2013: ). Pengaruh dari karya sastra tersebut tercermin dari pola pikir dan tingkah laku peserta didik setelah membaca karya sastra. Ketika peserta didik membaca karya sastra yang di dalamnya diceritakan perbuatan peserta didik yang pandai dan patuh terhadap orang tua

15 3 serta memiliki akhlak yang baik, secara tidak langsung peserta didik tersebut dapat lebih giat dalam belajar dan gemar berbuat baik terhadap orang tua serta rajin dalam beribadah karena terinsprirasi dari karya sastra yang dibacanya. Akhlak adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar (Ilyas, 2014:2). Saat ini permasalahan akhlak selalu mewarnai pendidikan di Indonesia. Akhlak generasi muda Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak kasus anak sekolah yang sering melakukan tindak kekerasan, seperti tawuran antar pelajar, menganiaya teman sebaya, dan bahkan berani melakukan kekerasan terhadap kedua orang tuanya sendiri. Sikap generasi muda yang seperti itu tidak mencerminkan peserta didik yang berpendidikan dan berakhlak. Dengan adanya permasalahan di lingkungan pendidikan tersebut, penegakan akhlak menjadi sangat penting dalam rangka mencapai keharmonisan dalam pendidikan. Pendidikan akhlak dapat diberikan kepada peserta didik melalui cara dan media pendidikan yang bermacam-macam. Dalam lingkungan keluarga, orang tua dapat memberikan keteladanan, baik dalam kesopanan berbicara maupun bertingkah laku. Pendidikan akhlak juga dapat diberikan melalui bacaan-bacaan yang mengandung nilai-nilai sosial dan

16 4 budi pekerti yang baik. Salah satu media pendidikan akhlak berupa bacaan adalah novel. Novel memiliki muatan pesan yang sarat akan nilai-nilai yang digunakan untuk mentransferkan nilai-nilai itu. Salah satunya adalah nilai pendidikan akhlak. Dalam menyikapi peristiwa kemerosotan akhlak para peserta didik yang makin marak sekaligus mengatisipasi dampak negatif dalam perkembangan Iptek, pendidikan akhlak melalui kebiasaan berbuat kebaikan menjadikan peserta didik mampu memahami, mampu merasakan, dan gemar melakukan perbuatan yang baik. Novel Api Tauhid merupakan novel karya Habiburrahman El Shirazy dengan tebal 574 halaman. Novel ini menceritakan seorang pemuda Indonesia dari Desa Tegalrandu Kota Lumajang yang sedang menempuh pendidikan S2 di Madinah. Dia taat beribadah kepada Allat Swt., patuh terhadap orang tuanya, mempunyai prestasi akademik baik, serta pemuda yang mempunyai rasa kagum dan cinta terhadap Ulama besar. Kisah yang ditulis dalam novel Api Tauhid memuat banyak nilai-nilai pendidikan akhlak. Tokoh utama dalam novel ini diceritakan oleh pengarang dengan begitu rinci, mulai dari bentuk fisik yang sempurna dan mempunyai akhlak yang baik untuk di contoh. Novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy juga merupakan novel sejarah. Tokohnya Badiuzzaman Said Nursi atau Sang Keajaiban Zaman. Selain terdapat beberapa nilai pendidikan akhlak, dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy juga terdapat keindahan dari segi tema, latar, tokoh dan penokohan. Dari segi tema, novel Api Tauhid karya Habiburrahman

17 5 El Shirazy ingin menyampaikan kepada pembaca bahwa penghayatan jejakjejak keteladanan Badiuzzaman Said Nursi yang dihidangkan melalui wisata rohani enam pemuda Fahmi, Subki, Hamza, Aysel, Emel, dan Bilal yang dibalut kehangatan romantis kisah kesucian cinta antara Fahmi dan Nuzula, sedangkan dari segi latar novel Api Tauhid memadukan keindahan alam Indonesia, budaya lokal Indonesia yang genuine, dan pertemuannya dengan alam dan budaya Turki, membuat pembaca makin mencintai Islam dan para Ulama besarnya. Dari segi tokoh terdapat tokoh antagonis dan protagonis, konflik yang ditimbulkan dari kedua tokoh tersebut mampu membuat cerita makin hidup. Novel Api Tauhid adalah salah satu karya sastra dari Habiburrahman El Shirazy. Ia merupakan seorang sarjana lulusan Universitas AL-Azhar, Kairo, Mesir yang lahir pada tanggal 30 September 1976 di Semarang. Ia dikenal nasional sebagai dai, novelis, penyair, penerjemah, dosen, dan baru-baru ini sebagai sutradara. Sebelum menulis Api Tauhid, Habiburrahman El Shirazy telah dikenal lewat sejumlah karyanya yang fenomenal dan laris terjual di pasaran, seperti novel Ayat-Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra, novelet Dalam Mihrab Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, dan kumpulan kisah Di Atas Sajadah Cinta. Bahkan, novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, serta novelet Dalam Mihrab Cinta telah difilmkan dan mendapat apresiasi positif dari masyarakat.

18 6 Dalam kapasitasnya sebagai penulis, Habiburrahman El Shirazy berhasil meraih beberapa penghargaan, di antaranya Pena Award Tahun 2005, The Most Favorite Book and Writer Tahun 2005, dan IBF Award Tahun Pada tahun 2007 silam, Habiburrahman El Shirazy dipilih oleh harian umum Republika sebagai salah satu Tokoh Perubahan Indonesia Tahun 2007 dengan predikat The Sound of Moral. Dari penghargaan ini dapat dilihat bahwa Habiburrahman El Shirazy dan karya-karyanya dinilai telah membawa pengaruh positif dalam gerakan perbaikan di Indonesia. Penulis memilih novel Api Tauhid sebagai bahan ajar pada pembelajaran menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel di SMA karena novel ini mampu menumbuhkan motivasi serta minat baca peserta didik. Selain itu, novel tersebut mengandung nilai pendidikan akhlak yang disampaikan melalui gambaran para tokohnya yang dapat dijadikan contoh oleh peserta didik untuk membentuk karakter peserta didik dalam menjalani kehidupan sehari-hari di tengah perkembangan zaman yang makin baik. Apabila pembelajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, pembelajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1988:15). Pembelajaran sastra dilaksanakan dengan metode yang sesuai dengan kondisi peserta didik karena dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar disesuaikan dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pada pembelajaran kelas XI semester I dalam KTSP yang sesuai judul

19 7 penelitian adalah standar kompetensi membaca yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan dan kompetensi dasarnya menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Dalam novel Api Tauhid terdapat banyak pengalaman yang bernilai pendidikan positif. Karya sastra novel ini dapat membina minat membaca peserta didik secara pribadi dan dapat meningkatkan semangat peserta didik untuk menekuni bacaan secara lebih mendalam. Salah satu kelebihan novel sebagai pembelajaran sastra adalah cukup mudahnya karya tersebut dinikmati peserta didik sesuai dengan tingkat kemampuannya masing-masing secara perorangan (Rahmanto, 1988: 66). Dengan pembelajaran novel ini, diharapkan peserta didik dapat lebih berimajinasi lagi dalam menganalisis unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengambil pembelajaran yang bernilai positif dalam novel tersebut, serta meningkatkan kegemarannya untuk membaca. Novel yang terbit pada November 2014 ini memungkinkan jika dijadikan sebagai bahan ajar di SMA karena di dalamnya banyak nilai estetika dan nilai pendidikan akhlak yang dapat dijadikan contoh oleh peserta didik. Dilihat dari jumlah halaman novel ini, yaitu 574 halaman, peserta didik diminta membaca novel di luar jam sekolah sehingga tidak memakan waktu banyak saat pembelajaran di kelas.

20 8 B. Identifikasi Masalah Latar belakang masalah yang dikemukakan pada bagian depan masih tergolong luas dalam jangkauan dan kedalaman penelitian yang akan dilakukan. Pelaksanaan penelitian akan lebih operasional jika disusun identifikasi masalah. Berdasarkan uraian di atas, penulis menulis skripsi dengan judul Nilai Pendidikan Akhlak Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA, dengan alasan di bawah ini. 1. Dalam novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy terdapat banyak nilai estetika yang menarik untuk dianalisis. 2. Nilai pendidikan akhlak menarik untuk dianalisis karena terdapat relevansi dengan kehidupan masyarakat. 3. Belum ada penelitian tentang nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo sebagai materi untuk pembelajaran sastra. 4. Sebagai calon tenaga pendidik, penulis merasa perlu mengenal pembelajaran sastra sehingga dapat menjadi tenaga pendidik yang professional dalam bidang sastra. C. Batasan Masalah Suatu penelitian haruslah dibatasi supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada nilai pendidikan

21 9 akhlak terhadap Allah Swt., nilai pendidikan akhlak dalam keluarga, serta nilai pendidikan akhlak pada diri sendiri yang terdapat dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana unsur intrinsik dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy? 2. Bagaimana nilai pendidikan akhlak dalam novel Api Tuhid karya Habiburrahman El Shirazy? 3. Bagaimana skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy di kelas XI SMA? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. mendeskripsikan unsur intrinsik novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy; 2. mendeskripsikan nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy;

22 10 3. mendeskripsikan skenario pembelajaran unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy di kelas XI SMA. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dengan judul Nilai Pendidikan Akhlak Novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menjadi bahan kajian serta wawasan pembaca tentang unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy serta memberikan sumbangan dalam bidang pendidikan dalam pembelajaran unsur intrinsik dan ekstrinsik novel di kelas XI SMA. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Penulis Sebagai calon pendidik, penulis memperoleh metode yang lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan sastra khususnya memahami novel Indonesia serta nilai pendidikan akhlak dalam pengembangan pendidikan karakter pada peserta didik. b) Bagi Pendidik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran kepada pendidik tentang apresiasi sastra dan

23 11 pembelajarannya khususnya pembelajaran prosa yakni novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. c) Bagi Peserta Didik Diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peserta didik dengan memahami nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. G. Sistematika Skripsi Sistematika ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari subbab sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan ini memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka, yaitu hasil skripsi terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis, antara lain (1) skripsi Meirani (2012) dan (2) skripsi Wardiah (2013) dan jurnal skripsi Islam (2015). Kajian teoretis berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian sebelum melaksanakan penelitian, yang terdiri (1) unsur intrinsik novel; (2) nilai pendidikan akhlak dalam karya sastra; dan (3) pembelajaran sastra di SMA. Kajian teoretis tersebut merupakan teori yang dijadikan pedoman dalam melakukan pembahasan dan hasil penelitian.

24 12 Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian ini mencakup sumber penelitian, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab IV adalah penyajian dan pembahasan data hasil penelitian. Dalam bab ini penulis menguraikan data penelitian yang diambil dari novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy yang berisi kutipan-kutipan serta subbab permasalahan data yang membahas unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak novel tersebut. Bab V berisi penutup, merupakan bagian akhir yang berisi simpulan dan saran. Pada bagian akhir, penulis menyajikan daftar pustaka dan melampirkan kartu pencatat data, biografi pengarang, sinopsis novel, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kartu bimbingan, dan surat keputusan dosen pembimbing (SK).

25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Pada bab ini penulis menguraikan tinjauan pustaka yang berisi hasil skripsi terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis dan kajian teoretis yang terdiri dari (1) unsur intrinsik novel; (2) nilai pendidikan akhlak dalam karya sastra; dan (3) pembelajaran sastra di SMA. A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan kajian untuk membandingkan antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis lakukan. Penelitian nilai pendidikan akhlak telah banyak dilakukan sebagai kajian terdahulu, maka penulis wajib memaparkan tinjauan pustaka sebagai kajian secara kritis. Penulis mengambil contoh skripsi Meirani (2012), Wardiah (2013) dan jurnal skripsi Islam (2015). 1. Meirani (2012) Penelitian Meirani (2012) berjudul Nilai Pendidikan Akhlak pada Film Rumah Tanpa Jendela Karya Aditya Gumay dan Skenario Pembelajarannya dalam Pembelajaran Drama di Kelas XI SMA, dalam penelitiannya tersebut Meirani membahas (1) unsur intrinsik dalam film Rumah Tanpa Jendela karya Aditya Gumay terdiri dari (a) tema, yaitu kepedulian sosial; (b) tokoh dan penokohan, yaitu Aldo dan Rara sebagai tokoh utama; (c) alur, yaitu alur awal, alur tengah, dan alur akhir; (d) latar, yaitu latar tempat, waktu, dan sosial; (e) amanat, bahwa sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. wajib saling membantu dan berbagi; (2) nilai pendidikan akhlak dalam film Rumah Tanpa Jendela meliputi (a) akhlak terhadap diri sendiri, yaitu bersyukur, ikhlas, dan sabar; (b) akhlak 13

26 14 terhadap keluarganya, yaitu hormat kepada orang tua, dan saling mengasihi terhadap anggota keluarga; (c) akhlak terhadap sesamanya, yaitu saling menolong, saling memberi, saling mengasihi. Semua nilai pendidikan akhlak tersebut terjalin melalui struktur pembentuk cerita yang memiliki nilai estetis dan tidak bersifat menggurui. (3) Skenario pembelajaran drama dengan materi unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada film Rumah Tanpa Jendela karya Aditya Gumay di kelas XI SMA meliputi (a) menyampaikan materi tentang unsur intrinsik drama dan nilai-nilai pendidikan akhlak pada film Rumah Tanpa Jendela karya Aditya Gumay untuk kemudian diidentifikasi peserta didik; (b) menugaskan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis unsur intrinsik dan nilai pendidikan akhlak pada film Rumah Tanpa Jendela karya Aditya Gumay; (c) membimbing peserta didik untuk mendiskusikan hasil analisis kepada teman kelompok; (c) memberikan kesempatan peserta didik untuk melaporkan hasil pekerjaan; (d) mereflesikan kembali hasil pembelajaran dengan metode tanya jawab. Penelitian yang dilakukan Meirani mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas nilai pendidikan akhlak dan skenario pembelajarannya ditujukan pada siswa kelas XI SMA. Perbedaannya terdapat pada subjek penelitian. Penelitian Meirani memiliki subjek film Rumah Tanpa Jendela karya Aditya Gumay, sedangkan penulis memiliki subjek novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. Selain itu, pada penelitian Meirani skenario pembelajarannya pada pembelajaran drama di kelas XI SMA, sedangkan

27 15 pada penelitian ini skenario pembelajarannya pada pembelajaran membaca atau memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. 2. Wardiah (2013) Wardiah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Nilai Pendidikan Akhlak Tokoh Utama Novel Sunset Terakhir di Teheran Karya Zhaenal Fanani dan Skenario Pembelajarannya di SMA. Dalam skripsi itu dia membahas (1) Akhlak tokoh utama dalam novel Sunset Terakhir di Teheran Karya Zhaenal Fanani; (2) penelitian ini juga bertujuan untuk mengalisis nilai akhlak novel Sunset Terakhir di Teheran. Hasil pembahasannya adalah (1) wujud pendidikan akhlak tokoh utama novel Sunset Terakhir di Teheran; (2) nilai-nilai akhlak pada tokoh yang terdapat dalam novel Sunset Terakhir di Teheran dikelompokkan menjadi tiga, yaitu akhlak terhadap pribadi yang berhubungan dengan penyayang, sabar, pantang menyerah dan cerdas, akhlak terhadap keluarga yang berhubungan dengan hormat, kasih sayang anak terhadap orang tua, percaya, rasa kehilangan, kerinduan dan harapan, akhlak terhadap sesama yang berhubungan dengan keinginan, ramah, kasih sayang, kepercayaan kebenaran dan harapan. (3) strategi pembelajaran novel Sunset Terakhir di Teheran di kelas XI SMA dilaksanakan menggunakan strategi analisis dengan cara membaca novel Sunset Terakhir di Teheran secara keseluruhan. Terdapat persamaan antara analisis Wardiah dengan penelitian ini, yaitu sama-sama menganalisis nilai akhlak. Persamaan yang kedua adalah skenario pembelajaraannya ditujukan pada siswa XI SMA. Namun, ada pula perbedaanya,

28 16 yaitu penulis menganalisis mengenai unsur intrinsik novel Api Tauhid, sedangkan Wardiah hanya menganalisis nilai pendidikan akhlak pada tokoh utama. Dalam kedua penelitian ini KTSP digunakan sebagai rujukan. 3. Islam (2015) Selanjutnya, penelitian Islam (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Nilai Pendidikan Akhlak dalam Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy serta Relevansinya pada Pembelajaran Sastra di SMA. Dalam jurnal skripsi itu Islam membahas (1) unsur ekstrinsik dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy yang penulis mengkhususkan pengkajiannya pada unsur ekstrinsik yang berupa nilai agama; (2) nilai pendidikan akhlak dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy meliputi (a) akhlak terhadap Allah Swt., berupa takwa; (b) akhlak terhadap Rasulullah saw., yaitu mengikuti dan menaati Rasulullah saw, (c) akhlak pribadi, shidiq, (d) akhlak bermasyarakat, bertamu dan menerima tamu; (3) relevansi pembelajaran novel dengan materi unsur ekstrinsik agama dan nilai pendidikan akhlak pada novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy di kelas XI SMA meliputi (a) menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel; (b) Pendidik membagi peserta didik menjadi enam kelompok; (c) membagikan kutipan dan sinopsis novel Bumi Cinta kepada masing-masing kelompok; (d) menugaskan masingmasing kelompok menganalisis unsur ekstrinsik (nilai agama) dalam novel Bumi Cinta; (e) memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk berdiskusi membahas unsur ekstrinsik (nilai agama) dalam novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.

29 17 Penelitian yang dilakukan oleh Islam mempunyai persamaan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas nilai pendidikan akhlak dan skenario pembelajarannya ditujukan pada peserta didik kelas XI SMA. Perbedaannya terdapat pada subjek penelitian. Subjek penelitian Islam adalah novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, sedangkan subjek penelitian ini novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. Selain itu, pada penelitian Islam tahun 2015 dibahas unsur ekstrinsik nilai agama pada novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, sedangkan pada penelitian ini dibahas unsur intrinsik dalam novel Api Tauhid karya Habiburrahman El Shirazy. B. Kajian Teoretis Penulis dalam kajian teoretis ini menjelaskan (1) unsur intrinsik novel; (2) nilai pendidikan akhlak dalam karya sastra; dan (3) pembelajaran sastra di SMA. 1. Unsur Intrinsik Novel Nurgiyantoro (2013: 30) menjelaskan bahwa unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual dijumpai jika orang membaca karya sastra. Novel merupakan karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku (Sugono, 2008: 969). Karya sastra yang satu ini dibangun oleh dua unsur. Salah satunya adalah unsur intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat.

30 18 Di bawah ini merupakan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel. a. Tema Scharback (dalam Aminuddin, 2013: 91) menjelaskan bahwa tema berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Nurgiyantoro (2013:32) menyatakan bahwa tema merupakan gagasan yang mendasari suatu karya sastra. Ia selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan, seperti masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut, religius, sosial, dan sebagainya. Tema adalah gagasan yang mendasari karya sastra sehingga dapat menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa dalam satu alur (Sudjiman, 1988: 51). Sudjiman (1988: 50-51) berpendapat bahwa tema cerita dapat dinyatakan secara eksplisit (jelas) dan implisit (simbolis). Akan tetapi, tidak semudah itu menemukan tema cerita karena lebih sering tema itu implisit (tersirat). Hanya dengan membaca cerita secara keseluruhan kita dapat menemukan temanya. Tema yang implisit membuat pembaca merasa penasaran untuk menemukan tema dalam karya sastra tersebut sehingga memacu minat pembaca untuk membaca secara cermat dan tekun untuk menemukan tema karya sastra tersebut. Gaya penulisan tema yang implisit membuat karya sastra itu makin mempunyai nilai keindahan sebagai sebuah karya sastra.

31 19 Tema pada hakikatnya merupakan makna yang dikandung cerita. Makna cerita atau tema dalam sebuah karya fiksi (novel), mungkin saja lebih dari satu makna cerita. Makna cerita atau tema dibedakan menjadi tema pokok atau tema mayor dan tema tambahan atau tema minor. Tema mayor adalah makna pokok yang menjadi dasar atau gagasan dasar suatu karya sastra, sedangkan tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita atau dapat diidentifikasikan sebagai makna tambahan. Banyak sedikitnya tema minor tergantung pada banyak sedikitnya makna tambahan yang dapat ditafsirkan dari sebuah cerita novel (Nurgiyantoro, 2013: 125). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tema merupakan ide atau gagasan utama yang dijadikan sebagai dasar cerita yang disampaikan baik secara eksplisit maupun implisit oleh pengarangnya sebagai pandangan dasar hidup tertentu atau rangkaian nilai-nilai tertentu dalam suatu karya sastra. Tema dalam karya sastra biasanya lebih dari satu tema, yaitu tema pokok atau tema mayor dan tema tambahan atau tema minor. b. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sebuah novel. Aminuddin (2013: 79) mendefinisikan tokoh sebagai pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Nurgiyantoro (2013: 254) menyatakan bahwa penokohan merupakan bagian, unsur, yang bersama dengan unsur-unsur yang lain membentuk suatu totalitas. Dengan demikian, penokohan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keutuhan dan keartistikan sebuah fiksi.

32 20 Berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita menurut Sudjiman (1988: 17-19) dan Nurgiyantoro (2013: ) tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Tokoh Sentral atau Tokoh Utama Tokoh sentral atau tokoh utama merupakan tokoh yang memegang peran utama dalam penceritaannya. Bahkan, pada novel-novel tertentu, tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian. 2) Tokoh Bawahan Tokoh bawahan merupakan tokoh yang memiliki kedudukan sentral. Namun, kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang tokoh utama. Selanjutnya, berdasarkan peran tokoh menurut Sudjiman (1988: 17-19) dan Nurgiyantoro (2013: ) tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita, tokoh yang mendatangkan simpati atau tokoh baik. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, dan harapanharapan kita. 2) Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik dalam sebuah novel. Tokoh antagonis ini merupakan tokoh yang menentang arus cerita dan menimbulkan rasa benci pada diri pembaca.

33 21 Kemudian, berdasarkan cara menampilkan tokoh cerita menurut Sudjiman (1988: 21) dan Nurgiyantoro (2013: ) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Tokoh Datar Tokoh datar merupakan tokoh sederhana dan bersifat statis dalam berkembangan watak. Sebagai seorang tokoh manusia, ia tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. 2) Tokoh Bulat Tokoh bulat merupakan tokoh yang lebih dari segi wataknya sehingga tokoh ini dapat dibedakan dari tokoh yang lain. Selain itu, tokoh bulat mampu memberikan kejutan karena tiba-tiba dimunculkan wataknya yang tak terduga-duga. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan menurut Nurgiyantoro (2013: ), tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Tokoh Statis Tokoh statis adalah tokoh cerita yang memiliki sikap dan watak yang relatif tetap, tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Tokoh statis tampak seperti kurang terlibat dan tak berpengaruh oleh adanya perubahan-perubahan lingkungan. 2) Tokoh Berkembang Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa

34 22 dan plot yang dikisahkan. Ia secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lain. Menurut Sudjiman (1988: 24-26) terdapat dua metode dalam mengembangkan penokohan, yaitu sebagai berikut. 1) Metode Analitis Metode analitis yaitu metode yang menjelaskan secara langsung watak tokoh dalam sebuah cerita. Selain itu, pengarang hanya memaparkan watak tokoh saja. 2) Metode Dramatis Metode dramatis adalah metode yang watak tokohnya disimpulkan dari pemikiran pembaca. Selain itu, watak tokohnya dapat disimpulkan dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan adalah unsur penting dalam sebuah novel. Tokoh merupakan pelaku dalam cerita, sedangkan penokohan merupakan cara pengarang dalam menampilkan tokoh. Berdasarkan tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita menurut Sudjiman (1988: 17-19) dan Nurgiyantoro (2013: ) tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Selanjutnya, berdasarkan peran tokoh, menurut Sudjiman (1988: 17-19) dan Nurgiyantoro (2013: ) tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu protagonis dan antagonis. Kemudian, berdasarkan cara menampilkan tokoh cerita menurut

35 23 Sudjiman (1988: 21) dan Nurgiyantoro (2012: ) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh datar dan tokoh bulat. Berdasarkan kriteria berkembang atau tidaknya perwatakan menurut Nurgiyantoro (2013: ), tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh statis dan tokoh berkembang. Menurut Sudjiman (1988: 24-26) terdapat dua metode dalam mengembangkan penokohan, yaitu metode analitis dan metode dramatis. Dari pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas, penulis menggunakan pendapat Sudjiman dan Nurgiyantoro. Dalam penelitian ini penulis menganalisis tokoh dan penokohan yang meliputi tingkat pentingnya tokoh, peran tokoh, cara menampilkan tokoh, dan metode dalam mengembangkan penokohan. c. Alur Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 45) alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya) dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab-akibat. Stanton (2012: 26) menyatakan alur adalah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang peranan penting dalam cerita. Fungsi plot memberikan penguatan dalam proses membangun cerita. Selain itu, alur atau plot memberikan kemudahan pemahaman terhadap cerita dalam karya sastra dan menjadi salah satu kekuatan novel untuk mencapai efek estetis (Nurgiyantoro, 2013: ).

36 24 Sudjiman (1988: 29) alur adalah peristiwa yang diurutkan yang membangun tulang punggung cerita. Struktur alur menurut Sudjiman (1988: 30) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengahan, dan akhir. Tahap awal cerita biasanya disebut perkenalan. Pada tahap awal ini terdiri dari tiga bagian, yaitu paparan, rangsangan, dan gawatan. Paparan merupakan peristiwa awal dan gambaran masalah yang dihadapi tokoh. Tahap awal yang berupa pengenalan tokoh akan membawa pembaca untuk segera berkenalan dengan tokoh yang akan dikisahkan. Rangsangan merupakan alur yang mengarah terjadinya tindakan awal tokoh. Dengan cara ini kita dapat mengetahui tentang siapa dan bagaimana tokoh khususnya yang berhubungan dengan jati diri tokoh. Pada tahap awal cerita, di samping untuk memperkenalkan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita, konflik sedikit demi sedikit juga sudah mulai dimunculkan melalui gawatan. Masalah-masalah yang dihadapi tokoh akan memuncak di bagian tengah cerita, klimaks, mulai dihadirkan dan diurai. Tahap tengah cerita terdiri dari tiga bagian, yaitu tikaian, rumitan, dan klimaks. Tikaian merupakan gambaran perbedaan sikap, keinginan, pandangan masalah para tokoh. Konflik yang sudah dimunculkan pada tahap awal, menjadi makin meningkat dan menegangkan. Dalam tahap tengah klimaks ditampilkan, yaitu ketajaman konflik yang dihadapi tokoh. Tahap akhir sebuah cerita dibagi menjadi dua, yaitu leraian dan selesaian. Dalam tahap leraian menampilkan adegan tertentu sebagai akibat

37 25 klimaks. Jadi, bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita. Selesaian merupakan gambaran nasib tokoh terhadap penyelesaian. Menurut Sudjiman (1988: 36-37), unsur kemenarikan alur atau keindahan alur adalah sebagai berikut. 1) Kebolehjadian (Plausibility) Penyelesaian masalah pada akhir cerita sudah terbayangkan di awal cerita. 2) Kejutan (Surprise) Pemecahan misteri secara mengejutkan untuk mengecewakan harapan pembaca tentang alur. 3) Kebetulan Peristiwa yang sengaja direncanakan demi kelancaran jalannya cerita, tetapi tidak sampai menimbulkan kekakuan. 4) Tegangan (Suspense) Cara menyusun suatu cerita sehingga para pembaca selalu ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. 5) Daya Duga Bayang (Foreshadowing) Bayangan beberapa kejadian yang akan berlangsung kepada pembaca. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alur merupakan urutan peristiwa yang diwujudkan oleh hubungan sebab-akibat yang membangun cerita dalam karya sastra. Peristiwa yang satu akan mengakibatkan timbulnya peristiwa yang lain, peristiwa yang lain itu akan menjadi sebab bagi timbulnya peristiwa berikutnya dan seterusnya sampai akhir cerita tersebut berakhir. Alur memberikan kemudahan kepada pembaca untuk memahami cerita dalam

38 26 karya sastra. Selain itu, alur juga menjadi salah satu kekuatan novel untuk mencapai efek estetis. Struktur alur menurut Sudjiman (1988: 30) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengahan, dan akhir. Selanjutnya, unsur kemenarikan alur atau keindahan alur menurut Sudjiman (1988: 36-37) adalah kebolehjadian, kejutan, kebetulan, tegangan, dan daya duga bayang. Berdasarkan pendapat para pakar yang telah diuraikan di atas, penulis menggunakan pendapat Sudjiman. Dalam penelitian ini penulis menganalisis alur yang meliputi struktur alur dan kemenarikan alur. d. Latar Stanton (2012: 35) menyatakan latar atau setting lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita dan semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sugono, 2008: 794). Tarigan (1986: 136) menyatakan bahwa maksud dan tujuan latar, yaitu (1) latar dapat dengan mudah dikenal kembali dan dilukiskan dengan terang dan jelas serta mudah diingat, cenderung memperbesar keyakinan terhadap tokoh dan geraknya serta tindakannya; (2) latar dapat mempunyai suatu relasi yang lebih langsung; (3) latar dapat bekerja bagi maksud-maksud yang lebih terdahulu dan terarah dari pada menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat dan berguna.

39 27 Nurgiyantoro (2013: ) membedakan unsur latar menjadi tiga unsur, diantaranya sebagai berikut. 1) Latar Tempat Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2) Latar Waktu Latar waktu adalah hubungan dengan kapan terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 3) Latar Sosial-budaya Latar sosial adalah hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar merupakan bagian cerita yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur yang lainnya. Selain sebagai unsur fiksi yang membentuk cerita, Nurgiyantoro (2013: ) berpendapat bahwa latar juga dapat dilihat dari sisi fungsi yang lain, yaitu latar sebagai metaforik dan latar sebagai atmosfer yang dijelaskan sebagai berikut. 1) Latar sebagai Metaforik Ekspresi yang berupa ungkapan-ungkapan tertentu sering disampaikan dengan bentuk metafora daripada literal. Dalam kaitan ini adalah latar yang berfungsi metaforik. Deskripsi latar yang melukiskan sifat, keadaan atau suasana tertentu sekaligus berfungsi metaforik terhadap suasana internal tokoh. Deskripsi latar yang menyangkut hubungan alam, tidak hanya mencerminkan suasana internal tokoh. Namun, juga menunjukkan

40 28 suasana kehidupan masyarakat, kondisi spiritual masyarakat yang bersangkutan. 2) Latar sebagai Atmosfer Atmosfer cerita adalah emosi yang dominan yang merasukinya, yang berfungsi mendukung elemen-elemen cerita yang lain untuk memperoleh efek yang mempersatukan. Atmosfer itu sendiri dapat ditimbulkan dengan deskripsi detail, irama tindakan, tingkat kejelasan dan kemasukakalan berbagai peristiwa, kualitas dialog, dan bahasa yang digunakan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan sosial-budaya masyarakat. Latar waktu, tempat, dan sosial-budaya masyarakat digambarkan melalui peristiwa di dalam novel tersebut. Latar juga berfungsi sebagai metaforik dan atmosfer. e. Sudut Pandang Abrams (Nurgiyantoro, 2013: 338) menyatakan bahwa sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Penggunaan sudut pandang yang berbeda menghasilkan versi yang berbeda dari peristiwa atau rentetan peristiwa yang sama dan menyajikan rincian yang berbeda dari peristiwa yang sama (Sudjiman, 1988: 72).

41 29 Sudjiman (1988: 72) berpendapat bahwa sudut pandang dapat digolongkan sebagai berikut. 1) Sudut Pandang Orang Pertama Sudut pandang orang pertama adalah pencerita berada di dalam yang ikut terlibat di dalam cerita. Sudut pandang ini dibagi menjadi dua, di antaranya sebagai berikut. a) Sudut Pandang Orang Pertama Akuan Sertaan Sudut pandang orang pertama akuan sertaan, yaitu aku mengisahkan berbagai peristiwa atau kejadian yang dialaminya. Dengan sudut pandang akuan sertaan, pembaca seakan benar-benar terlibat di dalam cerita. b) Sudut Pandang Orang Pertama Akuan Tak Sertaan Sudut pandang orang pertama akuan tak sertaan, yaitu aku mengisahkan berbagai peristiwa atau kejadian yang dialami orang lain, aku hanya sebagai pencerita, tetapi tidak ikut terlibat di dalam cerita tersebut. 2) Sudut Pandang Orang Ketiga Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh dengan menyebut nama atau kata gantinya ia, dia, dan mereka. Sudut pandang ini digolongkan menjadi dua, di antaranya sebagai berikut.

42 30 a) Sudut Pandang Orang Ketiga Diaan Serbatahu Sudut pandang orang ketiga diaan serbatahu, yaitu pengarang sebagai narator yang dapat menceritakan apa saja yang menyangkut tokoh utama dan dapat memasukkan unsur emosi dan penilaian subjektifnya ke dalam kisahannya. b) Sudut Pandang Orang Ketiga Diaan Terbatas Sudut pandang orang ketiga diaan terbatas, yaitu pengarang sebagai narator yang berada di luar cerita. Pengarang tidak dapat menembusi pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang lain, tetapi hanya terbatas pada apa yang diamatinya, yaitu tokoh dia sebagai tokoh utama. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah cara pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pengarang dapat menggunakan sudut pandang orang pertama ( aku ) atau sudut pandang orang ketiga (nama tokoh, ia, dia, dan mereka ). f. Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Sugono, 2008: 47). Sudjiman (1988: 57) mendefinisikan amanat sebagai pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastranya, baik disampaikan secara implisit maupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Tema

43 31 disampaikan secara eksplisit, jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1988: 57-58). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah suatu pesan positif yang disampaikan pengarang untuk pembacanya. Pesan tersebut disampaikan melalui tokoh-tokohnya, baik secara implisit maupun secara eksplisit atau langsung. Pesan yang disampaikan pengarang secara implisit dengan tidak menggurui pembaca membuat karya sastra indah dan mempunyai seni. Pembaca merasa terhibur dan dapat mengambil pesan dari karya sastra tanpa tahu kalau mereka sebenarnya sedang dinasihati. Hal itulah yang membedakan karya sastra dengan buku pelajaran. g. Hubungan Antarunsur Hubungan antarunsur pada novel Api Tauhid Karya Habiburrahman El Shirazy terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Hubungan antarunsur menurut Sudjiman (1988: 27, 40, 48,) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (1) hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, (2) hubungan alur dengan unsur cerita yang lain, dan (3) hubungan latar dengan unsur cerita yang lain. 1) Hubungan Tokoh dengan Unsur Cerita yang Lain Untuk membuat tokoh-tokoh yang meyakinkan, pengarang harus melengkapi diri dengan pengetahuan yang luas dan dalam tentang sifat

44 32 tabiat manusia, serta tentang kebiasaan bertindak dan berujar dalam lingkungan masyarakat yang hendak digunakannya sebagai latar. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan tunjang-menunjang. Hudson (dalam Sudjiman, 1988:27) menjelaskan bahwa penokohan penting, bahkan lebih penting daripada pengaluran. Dalam konflik kepentingan alur dan penokohan, biasanya penokohan diutamakan. Lagi pula, novel-novel yang dianggap bernilai sastra pada umumnya adalah novel yang cermat penokohannya. Penokohan dapat mengungkapkan makna niatan si pengarang sebagai pencipta tokoh. 2) Hubungan Alur dengan Unsur Cerita yang Lain Di dalam sebuah cerita unsur-unsur itu tidak berdiri terlepas-lepas. Dalam perkembangan cerita selalu ada interaksi antara unsur-unsur cerita. Dalam hal tokoh dan alur ini, misalnya, sulitlah mengatakan dengan pasti mana yang lebih dahulu ada: tokoh atau alur. Dalam membicarakan sarana pengikat peristiwa telah disinggung-singgung hubungan alur dengan tokoh dan alur dengan tema. 3) Hubungan Latar dengan Unsur Cerita yang Lain Meskipun dalam suatu novel boleh jadi latar merupakan unsur yang dominan, latar tidak pernah berdiri sendiri. Namanya juga unsur bagian, bagian dari suatu keutuhan artistik yang harus dipahami dalam hubungannya dengan unsur-unsur lain dalam cerita.

45 33 Latar dapat menentukan tipe tokoh cerita; sebaliknya juga tipe tokoh tertentu menghendaki latar yang tertentu pula. Latar dapat juga mengungkapkan watak tokoh. Demikianlah latar sebagai unsur cerita yang dinamis membantu pengembangan unsur-unsur lainnya. Hubungannya dengan unsur-unsur lain itu boleh jadi selaras, boleh jadi pula berkontras. 2. Nilai Pendidikan Akhlak dalam Karya Sastra Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Imam al-ghazali dalam Ilyas (2014: 1-2) mendefinisikan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Pendapat Imam al-ghazali sejalan dengan pendapat Ilyas (2014: 2) bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang terdapat pada diri seseorang yang muncul secara spontan dalam wujud budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Tingkah laku atau tabiat tersebut sesuai dengan Alquran dan sunah. Tingkah laku atau tabiat yang sesuai dengan Alquran dan sunah disebut juga dengan akhlakul karimah.

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL AIR MATA TUHAN KARYA AGUK IRAWAN M. N. DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL AIR MATA TUHAN KARYA AGUK IRAWAN M. N. DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN AKHLAK NOVEL AIR MATA TUHAN KARYA AGUK IRAWAN M. N. DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Fera Yulianti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK TOKOH UTAMA NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK TOKOH UTAMA NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK NILAI PENDIDIKAN AKHLAK TOKOH UTAMA NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMK Oleh: Nurul Hidayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA Oleh Fatmawati Nurul Ayu R Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING! KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Laeli Nur Rakhmawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007:239). pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189).

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilakukan oleh manusia (Chaer, 2007:239). pihak pendengar atau pembaca (Chaer, 2009:189). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Satuan-satuan sintaksis meliputi wacana, kalimat, klausa, frase dan kata. Kalimat termasuk dalam tata bahasa dalam bab sintaksis. Pernyataan yang mengatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Rahmat Hidayat Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dayattwins@gmail.com ABSTRAK: Tujuan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia NILAI-NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL SURAT DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Ntriwahyu87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL KUTITIPKAN AZEL KEPADAMU KARYA ZAYYADI ALWY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Febri Rizki Ananda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia. Dalam berbahasa terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL RAMBUT ANNISA KARYA ZAYNUR RIDWAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eka Suwandi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Tri Sugiarti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL API TAUHID KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh :Umi Maemunah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang dialaminya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam

I. PENDAHULUAN. ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengapresiasi sebuah novel dapat dilakukan melalui unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang berada di dalam novel dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

NILAI AKIDAH TOKOH UTAMA NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA

NILAI AKIDAH TOKOH UTAMA NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA NILAI AKIDAH TOKOH UTAMA NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Prayudi Nursodik Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL MENEBUS IMPIAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Nita Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL BUMI CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Fitria Ningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL LAMPAU KARYA SANDI FIRLY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Anang Famuji Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : unsur intrinsik, nilai moral, bahan pembelajaran sastra

ABSTRAK. Kata kunci : unsur intrinsik, nilai moral, bahan pembelajaran sastra NILAI MORAL NOVEL TITIAN SANG PENERUS KARYA ALANG-ALANG TIMUR SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh: Andhina Linda Rakhmawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dynarahma@rocketmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan tokoh-tokoh pada novel tersebut, dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA ANALISIS NILAI SOSIOLOGI NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS IX SMA Oleh: Wisanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang pendidikan setingkat sekolah menengah atas (SMA), semakin memprihatinkan. Misalnya, penyalahgunaan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Beni Purna Indarta Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eka Damayanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Rochimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan merupakan situasi yang wajar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL BULAN KARYA TERE LIYE DAN RENCANA PEMBELAJARANNYA DENGAN METODE GROUP INVESTIGATION DI KELAS XI SMA Oleh: Nur Panca Pramudiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nurgiyantoro (2012:70) dalam penciptaan sebuah karya sastra, pengarang ingin menyampaikan nilai-nilai hidup kepada pembaca, karena pada hakekatnya pengarang

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ika Chandra Deviana Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL PADA NOVEL BUMI BIDADARI KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh : Basuseno Sugeng Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL SEE YOU IN UZLIFATUL JANNAH KARYA FERYANTO HADI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL SEE YOU IN UZLIFATUL JANNAH KARYA FERYANTO HADI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL SEE YOU IN UZLIFATUL JANNAH KARYA FERYANTO HADI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Rosiyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140). II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk

Lebih terperinci

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Meyin Mulyanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA ASPEK PENDIDIKAN MORAL DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Fredi Adiansyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA KELAS XI

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA KELAS XI ANALISIS NILAI PENDIDIKAN NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA KELAS XI Oleh: Riswanto PendidikanBahasadanSastra Indonesia Riseoneto@gmail.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena seorang penulis itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena seorang penulis itu memiliki kepekaan terhadap hal-hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat menjadi salah satu media yang multifungsi. Karya sastra berfungsi untuk menghibur sekaligus mengajarkan hal yang baru kepada masyarakat. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Erfiana Kurniawati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia erfiana@ymail.com ABSTRAKPenelitian ini bertujuanuntuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ratri Mei Adhadilla Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

NILAI AKHLAQUL KARIMAH TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IQRA! KARYA REZA NUFA DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KUTOARJO

NILAI AKHLAQUL KARIMAH TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IQRA! KARYA REZA NUFA DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KUTOARJO NILAI AKHLAQUL KARIMAH TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IQRA! KARYA REZA NUFA DAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH KUTOARJO Oleh: Efy Nurfiana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI RELIGIUS DALAM NOVEL HITAM PUTIH KARYA MUSTHOFA ACHMAD DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Nadia Astikawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tiika89unyiil@gmail.com

Lebih terperinci