PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH"

Transkripsi

1 SKRIPSI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) ADIT SUSANTO DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

2 SKRIPSI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi disusun dan diajukan oleh ADIT SUSANTO A kepada DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 ii

3 SKRIPSI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) disusun dan diajukan oleh ADIT SUSANTO A telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Makassar, 24 November 2017 Pembimbing I Pembimbing II Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA NIP NIP Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP iii

4 SKRIPSI PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) disusun dan diajukan oleh ADIT SUSANTO A telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 18 Januari 2018 dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan Menyetujui, Panitia Penguji No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan 1. Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA Ketua 1 2. Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA Sekertaris 2 3. Dr. Syarifuddin, S.E., Ak., M.Soc.Sc., CA Anggota 3 4. Rahmawati HS, S.E., M.Si., Ak., CA Anggota 4 Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA NIP iv

5 PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama NIM : Adit Susanto : A departemen/program studi : Akuntansi/Strata 1 dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). Makassar, 17 Januari 2018 Yang membuat pernyataan, Adit Susanto v

6 PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha meliputi segalanya, Zat yang menghidupkan tumbuhan bebijian yang dengan-nya manusia memeroleh manfaat, tidak ada yang luput dari penglihatan-nya, Zat pemilik pengetahuan. Maha suci Allah dengan segala firman- Nya. Shalawat dan Salam kepada kekasih-nya, Muhammad SAW yang kemuliaannya melahirkan kerinduan dan tapak kakinya menggoreskan kesucian, juga untuk keluarganya yang telah disucikan dari segala noda dan nista serta para sahabat yang berjihad bersamanya dan selalu setia sepanjang zaman. Proses belajar di dunia kampus hingga terselesainya skripsi ini adalah berkat bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada: 1. Kedua orang tua peneliti, yaitu Bapak Suyitno dan Ibu Kasianti yang senantiasa mendampingi dan memberikan dukungan moral dan materi serta do a kepada peneliti. Untuk saudari tercinta Diasti Rahayu, terima kasih sudah beri dukungan dan doa kepada peneliti. 2. Bapak Prof. Dr. Abd Rahman Kadir, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., Ak., M.Si., CA, dan bapak Dr. Yohanis Rura, S.E., M.SA., Ak., CA, selaku Ketua dan Sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. vi

7 4. Bapak Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA, selaku Penasehat Akademik yang selalu membimbing peneliti dalam perkuliahan dari awal hingga akhir serta selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Ibu Prof. Dr. Hj. Mediaty, S.E., Ak., M.Si., CA, selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Agus Bandang, M.Si., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak mengarahkan perhatiannya demi kesempurnaan penelitian ini. 6. Bapak Dr. Syarifuddin, S.E., Ak., M.Soc.Sc., CA, Bapak Dr. H. Arifuddin, S.E., M.Si., Ak., CA, dan Ibu Rahmawari HS, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku Tim Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin yang telah menitipkan ilmu pengetahuan kepada peneliti selama menjalani perkuliahan dan seluruh Pegawai Akademik yang telah banyak membantu peneliti selama aktif sebagai mahasiswa. 8. Kakek, Nenek, Om, Tante, Saudara peneliti yang banyak membantu peneliti baik dalam memberikan saran dan bantuan kepada peneliti serta doa yang tiada hentinya. 9. Pihak Pemerintah Kabupaten Luwu Timur yang telah menerima serta mengizinkan dan membantu peneliti dalam proses penelitian dan pengambilan data. 10. Dwi Suparmadi yang telah banyak membantu peneliti dalam proses penelitian dan pengambilan data. 11. Sahabat-sahabat peneliti Reski, Sigit, Yetno, Daniel, Wisnu, Aco, Angga, Binsar, Oka, Imma, Wulan dan Risna yang telah menjadi keluarga baru bagi peneliti selama kuliah di Makassar. vii

8 12. Teman-teman Gresek dan Bung FC yang selalu memberikan motivasi kepada peneliti serta telah menjadi sahabat-sahabat terbaik buat peneliti selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ONAFIDE (Akuntansi Angkatan 2013) yang telah mengisi hari-hari peneliti selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis dimana kalian semua sungguh luar biasa. 14. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Organisasi Lingkungan Hidup MAHESA, dan Keluarga besar KKN Gel.93 Universitas Hasanuddin Kabupaten Wajo, Kecamatan Tana Sitolo, khususnya Desa Pajalele, yaitu Gusman, Ridwan, Wana, Uga, Uli, dan Uci, yang sudah berbagi suka dan duka dengan peneliti selama kurang lebih dua bulan di lokasi KKN. 15. Serta semua pihak yang telah membantu peneliti dalam seluruh proses selama berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas. Terima kasih atas segala bentuk bantuannya. Semoga senantiasa mendapat berkah dari Allah. Dengan segala kerendahan hati, peneliti memohon maaf dan membuka diri untuk setiap kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang akuntansi. Makassar, 17 Januari 2018 Peneliti viii

9 ABSTRAK Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur) The Influence Clarity Target Budget and Financial Statement Presentation The area of the Accountability of Financial Management (Studies in SKPD Kabupaten Luwu Timur) Adit Susanto Mediaty Agus Bandang Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dan menganalisis pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di SKPD Kabupaten Luwu Timur. Model analisis data yang digunakan yaitu regresi linear berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria tertentu untuk dijadikan responden dalam penelitian ini. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada pegawai di 26 SKPD dengan sampel 4 pegawai dari setiap SKPD, namun dari 104 kuesioner yang dibagikan, sebanyak 87 kuesioner (83,6%) yang diisi lengkap dan dapat diolah. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan SPSS 22 menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial (t-test) membuktikan bahwa variabel kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah memiliki pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Kata kunci: pengaruh kejelasan sasaran anggaran, penyajian laporan keuangan daerah, akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah This study aims to empirically examine and analyze the budget goal clarity and presentation of financial statements in the accountability area of financial management in East Luwu Regency SKPD. Data analysis model used is multiple linear regression. Sampling was done bymethod purposive samplingsampling techniques based on specific criteria to be the respondent in this study. Collecting data in this study using a questionnaire distributed to employees in 26 SKPD with 4 employees sample from each SKPD, but of the 104 questionnaires distributed, a total of 87 questionnaires (83.6%) were fully completed and can be processed. Based on the results of data analysis using SPSS 22 shows that the results of partial hypothesis test (t-test) proves that the variable budget goal clarity and presentation of financial statements regions have a positive impact on financial management accountability. Keywords: influence budget goal clarity, the area of financial statement presentation, financial management accountability ix

10 DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN SAMPUL... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoretis Kegunaan Praktis Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Goal Setting Theory Teori Keagenan (Agency Theory) Anggaran Sektor Publik Kejelasan Sasaran Anggaran Pengertian Keuangan Daerah Penyajian Laporan Keuangan Daerah Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Populasi dan Sampel Jenis dan Sumber Data Data Primer x

11 3.4.2 Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Definisi Operasional Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji Reliabilitas Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis Pengujian Asumsi Klasik Uji Regresi Linear Berganda Uji Hipotesis BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Umum Karakteristik Responden Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hasil Uji Kualitas Data Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Heterosdekasitas Uji Regresi Linear Berganda Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Uji Signifikansi Parsial Uji Signifikansi Simultan Pembahasan Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran-saran Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Penelitian Terdahulu Distribusi Kuesioner Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Karakteristik Responden Berdasarkan Berdasarkan Jabatan Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Karakteristik Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Hasil Uji Statistik Deskriptif Hasil Uji Validitas Hasil Uji Realibilitas Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hasil Uji Multikolinearitas Hasil Uji Regresi Linear Berganda Hasil Uji Koefisien Determinasi Hasil Uji Statistik t Hasil Uji Statistik f xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Hasil Uji Normalitas P-Plot Hasil Uji Heterosdekasitas xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Biodata Lampiran 2: Kuesioner Penelitian Lampiran 3: Hasil Data Olahan SPSS xiv

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Akuntabilitas publik merupakan landasan bagi proses penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance). Hal ini sejalan dengan pelaksanaan pemerintahan daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menginginkan terwujudnya good governance pada penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam good governance menghendaki pemerintahan dijalankan dengan mengikuti prinsipprinsip pengelolaan yang baik, seperti akuntabilitas, transparansi (keterbukaan), dan partisipasi. Dengan adanya akuntabilitas publik, setiap aparat harus dapat menyajikan informasi yang benar dan lengkap untuk menilai kinerjanya baik yang dilakukan oleh masyarakat, organisasi/instansi kerjanya, maupun kelompok pengguna pelayanannya. Menurut Mardiasmo (2009:20). Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Menurut Lembaga Administraai Negara (LAN) dan Badan Pengawas Keuangan Pembangunan (BPKP) (2000) akuntabilitas publik merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil dalam pelayanan publik dan 1

16 2 evaluasi kinerja dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara bagaimana untuk mencapai semua itu. Dalam organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah tersebut. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap pertanggungjawaban yang diberikan oleh penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka (Putra, 2013). Mardiasmo (2009:21) menyatakan dalam melaksanakan pemerintahan, pemerintah daerah berkewajiban melakukan dua jenis pertanggungjawaban. Pertama, pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggungjawaban tersebut merupakan elemen penting dalam proses akuntabilitas. Instansi pemerintah yang berkewajiban menerapkan sistem akuntabilitas kinerja dan menyampaikan pelaporannya adalah instansi dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Adapun penanggung jawab penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah pejabat yang secara fungsional bertanggungjawab melayani fungsi administrasi di instansi masingmasing. Selanjutnya pimpinan instansi bersama tim kerja harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan/kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya (Herawaty, 2011). Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah. Anggaran diperlukan dalam pengelolaan sumber

17 3 daya tersebut dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat (Zeyn, 2011). Kualitas proses pengukuran kinerja sangat dipengaruhi oleh kualitas proses penganggaran karena pengukuran kinerja merupakan mata rantai yang berkisenambungan dengan proses penganggaran (Putra, 2013). Salah satu faktor tercapainya target anggaran yaitu dengan adanya kejelasan sasaran anggaran. Pada konteks pemerintah daerah, sasaran anggaran tercakup dalam rencana strategi daerah (Renstrada) dan program pembangunan daerah (Propeda). Adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan individu untuk menyusun target-target anggaran. Selanjutnya target anggaran yang disusun sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Dengan demikian, kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah aparat pemerintah daerah (Pangumbalerang dan Pinatik, 2014). Salah satu penyebab tidak efektif dan efisiennya anggaran dikarenakan ketidakjelasan sasaran anggaran yang mengakibatkan aparat pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam penyusunan target-target anggaran (Suwandi, 2013). Sasaran anggaran berimplikasi pada aparat untuk menyusun anggaran sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai instansi pemerintah. Aparat akan memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi masa depan secara tepat (Hidayattullah dan Herdjiono, 2015). Selanjutnya, hal ini akan menurunkan perbedaan antara anggaran yang disusun dengan estimasi terbaik bagi organisasi (Suhartono dan Solichin, 2006). Selain itu, Wahyuni dkk. (2014) menyatakan bahwa tercapainya sasaran anggaran akan menentukan kualitas atau kinerja dari pemerintah daerah. Kebijakan yang ada pada daerah yang satu dengan daerah yang lain pasti berbeda, sehingga sasaran anggaran dan tingkat akuntabilitas suatu daerah juga berbeda.

18 4 Selain faktor kejelasan sasaran anggaran, Cara yang ditempuh untuk mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan adalah dengan mengharuskan pemerintah untuk menyusun suatu laporan keuangan yang dilakukan dengan melaksanakan kegiatan akuntansi keuangan daerah (Magdalena, 2016). Pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dengan cara melakukan reformasi dalam penyajian laporan keuangan, yakni pemerintah harus mampu menyediakan semua informasi keuangan relevan secara jujur dan terbuka kepada publik, karena kegiatan pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan amanat rakyat (Mulyana, 2006). Penyajian laporan keuangan daerah merupakan faktor penting untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang diterima umum dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Semakin baik penyajian laporan keuangan tentu akan semakin memperjelas pelaporan keuangan pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur dalam laporan keuangan pemerintah daerah (Sande, 2013). Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel, yang memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk dapat mengakses informasi tentang hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi yang terdapat di dalam

19 5 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai (Arfianti, 2011). Penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah serta pengawasan yang optimal dari pihak internal maupun pihak eksternal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah diharapkan akan dapat memperbaiki akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sehingga kinerja penyelenggaraan urusan-urusan pemerintah dapat optimal. Perbaikan terhadap kualitas akuntabilitas dan kinerja instansi pemerintah diharapkan akan berimplikasi pada minimnya praktik korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan oleh pemerintah Indonesia baik tingkat pusat maupun tingkat daerah (Wina dan Khairani, 2015). Dalam penilaian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ada beberapa komponen yang menjadi dasar penilaian. Komponen pertama adalah perencanaan kinerja, terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja dengan bobot 35. Komponen kedua, yakni pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran dengan bobot 20. Pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja, diberi bobot 15. Sedangkan evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi, diberi bobot 10. Untuk pencapaian kinerja bobotnya 20, terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome) dan kinerja lainnya. Nilai tertinggi dari evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah AA (memuaskan) dengan skor , A (sangat baik) dengan skor 75-85, B (baik) dengan skor 65-75, CC (memadai) dengan skor 50-65, C

20 6 (kurang) dengan skor 30-50, dan nilai D (sangat kurang) dengan skor Dari pelaksanaan evaluasi, beberapa temuan yang sering muncul antara lain ketidakselarasan antara Renstra dengan RPJMN, ketidakmampuan mendefinisikan kinerja, ketidakmampuan menyusun indikator kinerja, ketidakselarasan antara perencanaan dengan penganggaran ( Dalam menciptakan akuntabilitas, pemerintah dituntut untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada publik. Penelitian sebelumnya dilakukan atas dasar diberlakukannya UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang melahirkan nuansa baru dalam pemerintahan Indonesia, yaitu pergeseran kewenangan pemerintahan yang sentralistik birokratik ke pemerintahan yang desentralistik partisipatoris. Adanya perubahan ini mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap manajemen keuangan daerah. Pelimpahan berbagai wewenang kepada daerah akan mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi semakin kompleks dan tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip-prinsip manajemen keuangan daerah baik pada tahap penganggaran, implementasi maupun pertanggungjawaban guna menciptakan pemerintahan yang akuntabel. Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil penilaian yang dikeluarkan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Timur memperoleh predikat C dengan nilai untuk hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi tahun penilaian tersebut menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran yang dilakukan pemerintah daerah

21 7 belum optimal dibandingkan dengan capaian kinerjanya. Hal ini disebabkan karena dokumen-dokumen perencanaan kinerja RPJMD dan renstra pada masingmasing SKPD belum sepenuhnya dilengkapi dengan indikator kinerja utama yang relevan dan terukur. Selain masalah dokumen perencanaan, hal yang masih dianggap kurang adalah prosedur penganggaran satuan kerja, belum sepenuhnya selaras dengan rencana strategis dalam merencanakan kegiatan khususnya pada program prioritas yang tertuang dalam visi misi Bupati Luwu Timur dan juga kualitas sasaran strategis yang belum menggambarkan tugas, peran dan fungsi yang diamanahkan organisasi. Hal ini tentunya jauh dari harapan publik terhadap akutabilitas kinerja pemerintah yang masih perlu mendapat perhatian dan perbaikan. Pada dasarnya Pemerintah Kabupaten Luwu Timur telah berupaya bekerja semaksimal mungkin untuk menyajikan laporan keuangan yang relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Pengelolaan keuangan daerah tidaklah mudah sehingga pemerintah kabupaten sangat mengharapkan bimbingan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bimbingan itu sangat penting guna terwujudnya laporan keuangan yang lebih transparan dan akuntabel. Ada empat kriteria dalam pemeriksa kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern ( Beberapa hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Suwandi (2013) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pemerintah. Hal ini didukung oleh Wahyuni dkk (2014) yang melakukan penelitian terkait kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas

22 8 kinerja instansi pemerintah. Di mana semakin baik kejelasan sasaran anggaran maka semakin baik pula kualitas kinerja. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan Pangumbalerang dan Pinatik (2014) hasil penelitiannya menyatakan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Selanjutnya, Magdalena (2016) menyatakan penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hehanussa (2015) bahwa penyajian laporan keuangan berpengaruh positif dan signifikan tehadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Menurutnya, penyajian laporan keuangan yang baik adalah salah satu faktor untuk meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Oleh sebab itu, pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang diterima umum. Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian terkait permasalahan yang dihadapi pemerintahan Kabupaten Luwu Timur. Adapun judul penelitian yang dipilih ialah Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi di SKPD Kabupaten Luwu Timur). 1.2 Rumusan Masalah Seiring dengan perkembangan sektor publik yang terjadi di Indonesia dan berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

23 9 1) Apakah kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur? 2) Apakah penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur? 3) Apakah kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan, tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. 2) Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. 3) Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.

24 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoretis Adapun kegunaan teoretis dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih, meningkatkan, mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, dan sistematis dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya khazana ilmu pengetahuan dan wawasan yang berhubungan dengan disiplin ilmu akuntansi khususnya akuntansi sektor publik serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya Kegunaan Praktis Kegunaan praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu. 1) Dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dalam meningkatkan akuntabilitas. 2) Bagi masyarakat sebagai stakeholder eksternal, dapat membantu mendeteksi tingkat akuntabilitas pengelolaan keuangan dan mendorong agar lebih berpartisipasi dalam mengawasi serta mendorong peningkatan kinerja keuangan daerah. 1.5 Sistematika Penulisan Penyajian dan pembahasan dalam penelitian ini diuraikan dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

25 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang kajian teori yang diperlukan dalam menunjang penelitian dan konsep yang relevan untuk membahas permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini meliputi rancangan penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data.variabel penelitian, dan definisi operasional, instrumen penelitian, teknik analisis data dan uji hipotesis. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi hasil penelitian mengenai pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah serta membahas dan menganalisis data yang ada dari hasil perhitungan dan pengelolaan analisis regresi berganda dan korelasinya. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan dari hasil penelitian dan saran-saran serta keterbatasan penelitian yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait.

26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Goal Setting Theory Goal-setting theory ini adalah teori yang membicarakan tentang pengaruh penetapan tujuan, tantangan, dan umpan balik terhadap kinerja. goal setting theory awalnya dikemukakan oleh Dr. Edwin Locke pada akhir tahun Lewat publikasi artikelnya Toward a Theory of Task Motivation and Incentives tahun 1968, Locke menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang terhadap tugas. Dia menemukan bahwa tujuan spesifik dan sulit menyebabkan kinerja tugas lebih baik dari tujuan yang mudah. Beberapa tahun setelah Locke menerbitkan artikelnya, penelitian lain yang dilakukan Dr. Gary Latham, yang mempelajari efek dari penetapan tujuan di tempat kerja (Roen, 2012). Goal setting theory (Locke & Latham, 1990, 2002) dikembangkan secara induktif dalam industri/organisasi selama periode 25 tahun, didasarkan pada 400 penelitian laboratorium dan lapangan. Studi ini menunjukkan bahwa tujuan yang sulit akan semakin meningkatkan kinerja dari pada tujuan yang mudah atau samar-samar (Smith dan Rotman, 2006) Teori ini mengemukakan dua cognitions yaitu values dan intentions (atau tujuan) sangat menentukan perilaku seseorang. Berdasarkan teori ini suatu individu menentukan tujuan atas perilakunya pada masa depan dan tujuan itu akan memberi pengaruh terhadap perilaku orang tersebut. Goal setting theory juga adalah bagian dari teori motivasi dan menyatakan bahwa pegawai yang mempunyai komitmen tujuan yang tinggi akan berpengaruh pada kinerja manajerial. Adanya tujuan menentukan seberapa besar upaya yang dilakukan 12

27 13 seseorang, semakin tinggi komitmen yang dimiliki aparat terhadap tujuannya akan mendorong aparat tersebut melakukan upaya yang lebih maksimal dalam pencapaian tujuan (Arthana dkk, 2016). Ramadhanti (2010) menyatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang di sebut dengan goal setting. Locke dkk (1981) dalam Irmawati (2004) menjelaskan bahwa pengertian goal setting adalah suatu gagasan untuk menetapkan. Tenaga kerja melaksanakan suatu pekerjaan dimana tugas yang diberikan sudah ditetapkan targetnya atau sasarannya, misalnya untuk mencapai kuota yang ditargetkan atau menyelesaikan sejumlah tugas dengan batas waktu yang sudah ditentukan. Dalam hal ini sasaran (goal) adalah objek dari perbuatan dan jika individu menetapkan taktik kemudian berbuat untuk mencapai sasaran atau tujuannya tersebut, berarti sasaran atau tujuan ini menentukan perilaku dalam bekerja. Untuk memotivasi, tujuan harus memiliki Kejelasan, Tantangan, Komitmen, Umpan balik, dan Kompleksitas tugas. Goal setting theory mengungkapkan bahwa kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai. Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat. Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku. Penetapan tujuan seperti halnya individu, kita menetapkan tujuan dan kemudian bekerja untuk menyelesaikan tujuan tersebut.

28 Teori Keagenan (Agency Theory) Dalam perekonomian modern, manajemen, dan pengelolaan perusahaan semakin banyak dipisahkan dari kepemilikan perusahaan. Hal ini sejalan dengan Agency Theory yang menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Sementara pemilik perusahaan (principal) hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan, yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan oleh tenaga-tenaga profesional. Namun, pada sisi lain pemisahaan seperti ini memiliki segi negatif. Adanya keleluasaan pengelola manajemen perusahaan untuk memaksimalkan laba perusahaan bisa mengarah pada proses memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan beban dan biaya ditanggung oleh pemilik perusahaan. Lebih lanjut lagi, pemisahaan ini dapat pula menimbulkan kurangnya transparansi dalam penggunaan dana pada perusahaan serta keseimbangan yang tepat antara kepentingan-kepentingan yang ada. Teori ini muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan terdapat di mana-mana khususnya pada perusahaanperusahaan besar yang modern, sehingga teori perusahaan yang klasik tidak bisa lagi dijadikan basis analisis perusahaan seperti ini. Dalam teori perusahaan klasik, kebutuhan modal dan keterampilan manajerial perusahaan dipasok oleh satu sumber saja, yaitu pemilik yang wiraswasta. Namun dalam teori keagenan kebutuhan perusahaan yang berskala besar, keterampilan manajerial dipasok oleh

29 pasar tenaga kerja manajerial, kebutuhan modal dipasok oleh pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debt holders). Pada skala perusahaan seperti ini di mana kepemilikan serta dimungkinkan penggunaan sumber dana lain berupa pinjaman, menyebabkan analisis harus dilakukan dengan teori keagenan. Asumsi yang dipergunakan dalam teori ini adalah sebagai berikut. a. Dalam mengambil keputusan seluruh individu bisa mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, agent yang mendapat kewenangan dari principal akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kepentingan sendiri. b. Individu mempunyai jalan pikiran yang rasional, sehingga mampu membangun ekspektasi yang tidak bias atas suatu dampak dan masalah keagenan serta nilai harapan keuntungannya di masa depan. Oleh karena itu, dampak dari perilaku menyimpang dari kepentingan pihak lainnya yang terkait secara langsung, dapat dimasukkan ke dalam perhitungan pihak lainnya dalam memasok kebutuhan. Dari asumsi yang dibangun oleh teori keagenan ini, terlintas ada semangat menuduh salah satu pihak untuk mengambil kesempatan memperoleh keuntungan demi dirinya sendiri pada hubungan kerja sama. Dalam hubungan agent-principal, pihak agent memanfaatkan kesempatan, dan dalam hubungan pemegang saham (principal) dengan pemberi pinjaman (principal) pihak pemegang saham yang mengambil kesempatan dalam hubungan tersebut (Sutedi, 2012:13-17). Hubungan keagenan antara pemegang saham (shareholders) dengan agent juga dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976). A contract under which one more persons (the principal/s) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involve delegating some decisions making authority to the agent. If both partners 15

30 to the relationship are utility maximizers there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interest of the principal. Konflik kepentingan (... that the agent will not always act in the best interest of the principal) tersebut memicu terjadinya biaya keagenan. Biaya keagenan yang timbul dari konflik kepentingan antara pengelola perusahaan (agent) dengan pemegang saham (principal) berpotensi menimbulkan jenis biaya agensi berikut ini. a. Biaya akibat ketidakefisienan pengelolaan yang dilakukan oleh pihak agent. b. Biaya yang timbul akibat pilihan proyek yang tidak sama dengan jika pilihan tersebut dilakukan oleh pemegang saham karena risiko meruginya tinggi. c. Biaya yang timbul karena dilakukannya kegiatan monitoring kinerja dan perilaku agent oleh principal (monitoring cost). d. Biaya yang timbul karena dilakukannya pembatasan-pembatasan bagi kegiatan agent oleh principal (bonding cost). Menurut Raharjo (2007) teori keagenan mencoba untuk menjalin hubungan yang formal antara principal dan agent atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses penyusunan budget. Teori ini menekankan pada perancangan pengukuran prestasi dan imbalan yang diberikan agar para manajer berperilaku positif atau menguntungkan perusahaan secara keseluruhan. principal mendelegasikan responsibility desicion making kepada agent. Baik principal maupun agent diasumsikan sebagai orang-orang ekonomi yang rasional yang semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi, tapi mereka kesulitan membedakan penghargaan atas preferensi, kepercayaan dan informasi. Hak dan kewajiban dari principal dan agent dijelaskan dalam sebuah perjanjian kerja yang saling menguntungkan. 16

31 17 Tujuan utama teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihakpihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian. Teori ini juga menekankan pada eksistensi mekanisme pasar dan institusional yang dapat melengkapi kontrak untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam hubungan kontraktual (Ahmad dan Septriani, 2008). Di organisasi publik, khususnya di pemerintahan daerah secara sadar atau tidak, teori keagenan ini telah dipraktikkan, termasuk pemerintahan daerah di Indonesia. Apalagi sejak otonomi dan desentralisasi diberikan kepada pemerintah daerah sejak tahun Dalam proses penyusunan dan perubahan anggaran daerah, ada dua perspektif yang dapat ditelaah dalam aplikasi teori keagenan, yaitu hubungan antara eksekutif dengan legislatif, dan legislatif dengan pemilih (voter) atau rakyat. Implikasi penerapan teori keagenan dapat menimbulkan hal positif dalam bentuk efisiensi, tetapi lebih banyak yang menimbulkan hal negatif dalam bentuk perilaku opportunistik (Swamandiri, 2008) Anggaran Sektor Publik Semakin kompleksnya masalah dalam perusahaan maka semakin banyak yang harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang cermat. Dalam proses penyusunan rencana, anggaran adalah salah satu bentuk perencanaan yang mungkin disusun namun tidak semua rencana disebut sebagai anggaran (Anwar dkk, 2012). Menurut Garrison (2013:382) Anggaran (budget) adalah rencana terperinci untuk masa depan yang diekspresikan dalam bentuk kuantitatif. Anggaran digunakan untuk dua tujuan. Pertama, perencanaan (planning) meliputi perumusan tujuan dan penyusunan berbagai anggaran untuk mencapai tujuan

32 18 tersebut. Kedua, pengendalian (control) meliputi pengumpulan umpan balik untuk memastikan rencana telah dijalankan secara tepat waktu atau dimodifikasikan bila ada perubahan keadaan. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran (Mardiasmo, 2009:61). Anggaran sektor publik adalah pertanggungjawaban dari pemegang manajemen organisasi untuk memberikan informasi tentang segala aktivitas dan kegiatan organisasi kepada pihak pemilik organisasi atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan berupa rencanarencana program yang dibiayai dengan uang publik (Sujarweni, 2015:28) Kejelasan Sasaran Anggaran Anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam APBD adalah rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam satu tahunnya disusun secara jelas dan spesifik dan merupakan desain teknis pelaksana, strategi untuk mencapai tujuan daerah. Anggaran yang baik tidak hanya memuat informasi tentang pendapatan, belanja dan pembiayaan umum lebih dari itu anggaran harus memberikan informasi mengenai kondisi kinerja pemerintah daerah yang akan dicapai sehingga anggaran dapat dijadikan tolak ukur pencapaian kinerja dengan kata lain kualitas anggaran daerah dapat menentukan kualitas pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah daerah (Suwandi, 2013). Bhakti dkk. (2015) mengatakan kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan organisasi ditetapkan secara jelas dan spesifik, sehingga akan mempermudah pelaksanaan anggaran dalam mempertanggungjawabkan semua program yang telah diimplementasikan.

33 19 Dalam penyusunan anggaran, sedapat mungkin anggaran yang disusun harus jelas sasaran yang ingin dicapai. Anggaran yang tidak jelas sasarannya, sudah dapat dipastikan akan menghadapi kesulitan dalam pelaksanaannya dan bahkan menjadi gagal. Untuk itu kejelasan sasaran anggaran akan mendorong manajer lebih efektif dan melakukan yang terbaik dibandingkan dengan sasaran yang tidak jelas (Hazmi dkk, 2012). Bastian dalam Pangumbalerang dan Pinatik (2014) menyatakan bahwa kejelasan dan spesifikasi sasaran anggaran mempunyai dampak yang positif terhadap komitmen pencapaian sasaran dan timbulnya kepuasan terhadap karyawan. Kenis dalam Suhartono dan Solichin (2006) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi positif dan secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran. Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja, peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efisiensi biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran dinyatakan secara jelas Pengertian Keuangan Daerah Sebagaimana dimuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Halim (2007:23) menjelaskan bahwa keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki/dikuasai oleh Negara atau Daerah yang lebih tinggi serta pihak lain

34 20 sesuai ketentuan/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua hal yang perlu dijelaskan, yaitu. a. Yang dimaksud dengan semua hak adalah hak untuk memungut sumbersumber penerimaan daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain, dan atau hak untuk menerima sumber-sumber penerimaan lain seperti Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sesuai peraturan yang ditetapkan. Hak tersebut akan meningkatkan kekayaan daerah. b. Yang dimaksud dengan semua kewajiban adalah kewajiban untuk mengeluarkan uang untuk membayar tagihan-tagihan kepada daerah dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintah, infrastruktur, pelayanan umum, dan pengembangan ekonomi. Kewajiban tersebut akan menurunkan kekayaan daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Salah satu tujuan dari akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan, dan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka mengambil keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak eksternal pemda untuk masa yang akan datang (Halim 2007:37) Penyajian Laporan Keuangan Daerah Laporan keuangan dalam lingkungan sektror publik berperan penting dalam menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besarnya tuntutan

35 21 terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik memperbesar kebutuhan akan transparansi informasi keuangan sektor publik. Informasi keuangan ini berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik berperan penting dalam menyiapkan laporan keuangan sebagai perwujudan akuntabilitas publik (Nordiawan, 2011:125). Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental Accounting Standard Board dalam Mulyana (2006) adalah sebagai berikut. 1. Untuk membantu memenuhi kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik; 2. Untuk membantu memenuhi kebutuhan para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber informasi penting. Untuk tujuan tersebut, pelaporan keuangan harus mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat. Menurut Sujarweni (2015:88) laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting yang berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh organisasi sektor publik. Laporan keuangan ini menciptakan akuntabilitas sektor publik. Tuntutan yang besar terhadap akuntabilitas publik ini digunakan untuk memberikan informasi tentang keuangan dari suatu entitas yang berguna bagi sejumlah pemakai dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi

36 22 akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki. a. Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value) Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu. 2. Memiliki manfaat prediktif (predictive value) Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini. 3. Tepat waktu Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan. 4. Lengkap Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat

37 23 dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut dapat dicegah. b. Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi karakteristik. 1. Penyajian Jujur Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. 2. Dapat Diverifikasi (verifiability) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. 3. Netralitas Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu. c. Dapat Dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan

38 24 menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. d. Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 01 alinea 9 tentang Penyajian Laporan Keuangan, Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; 2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

39 25 3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; 4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya; 5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya; 6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; 7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No. 01 alinea 14 tentang Penyajian Laporan Keuangan, menyatakan bahwa komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen tersebut sebagai berikut. 1. Laporan Realisasi Anggaran; 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; 3. Neraca; 4. Laporan Operasional; 5. Laporan Arus Kas; 6. Laporan Perubahan Ekuitas; 7. Catatan atas Laporan Keuangan Menurut Diamond dalam Hehanussa (2015), informasi keuangan di dalam laporan keuangan dapat memberikan manfaat yaitu: (1) meningkatkan akuntabilitas para manajer (kepala daerah dan para pejabat pemda) untuk tidak saja bertanggung jawab pada kas masuk dan kas keluar, tetapi juga pada aset dan

40 26 utang yang dikelola; (2) meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah. Pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan dan utang. Pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas; (3) memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan semua sumber daya dan kewajiban; (4) Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang. Entitas pelaporan menyajikan informasi untuk membantu para pengguna dalam memperkirakan hasil operasi entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi (Aliyah dan Nahar, 2012) Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (Agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari: akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal. Akuntabilitas vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Akuntabilitas

41 27 horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas (Mardiasmo, 2002:21). Menurut Pasaribu (2011) akuntabilitas keuangan daerah merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah. Berbeda dengan Warsini (2009) yang menyatakan bahwa akuntabilitas keuangan daerah merupakan salah satu elemen manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah tersebut. Menurut Wina dan Khairani (2015) bahwa dalam pelaksanaannya akuntabilitas di lingkungan instansi pemerintah, perlu memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut. 1. Harus ada komitmen dan pimpinan dan seluruh staf instansi pemerintah, dan perlu melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel. 2. Harus mempunyai suatu sistem yang dapat menjamin peenggunaan sumberdaya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. 4. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh. 5. Harus jujur, objektif, transparan, dan aktif sebagai bentuk perubahan manajemen instansi pemerintah dalam pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.

42 28 Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2002:22) menjelaskan bahwa terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik (badan hukum), yaitu. 1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. 2. Akuntabilitas Proses Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang telah digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan biaya murah. 3. Akuntabilitas Program Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal. 4. Akuntabilitas Kebijakan Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pembina, pengurus dan pengawas atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Menurut Cahyani dan Utama (2015) bahwa akuntabilitas merupakan instrumen kegiatan kontrol yang terkait dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya dengan transparan kepada masyarakat. Pernyataan tersebut didukung oleh Magdalena (2016) bahwa untuk mewujudkan

43 29 akuntabilitas diperlukan transparansi. Jika akuntabilitas keuangan daerah tidak disertai dengan transparansi maka keuangan daerah tersebut bisa jadi sebuah manipulasi atau kebohongan dan bahkan hanya karangan tidak sesuai dengan yang sebenarnya dan masyarakat tidak mendapatkan informasi yang semestinya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Tabel 2.1 menunjukan beberapa penelitian terdahulu, antara lain sebagai berikut. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variable Penelitian Hasil Penelitian Budi Mulyana Pengaruh Variabel Penyajian laporan (2006) Penyajian Neraca independen: keuangan daerah Daerah dan 1. Penyajian dan aksesibilitas Aksesibilitas laporan laporan keuangan Laporan Keuangan keuangan daerah Terhadap daerah (X1) berpengaruh positif Transparansi dan 2. Aksesibilitas dan signifikan baik Akuntabilitas laporan secara parsial Pengelolaan keuangan maupun secara Keuangan Daerah daerah (X2). simultan terhadap Pada Propinsi transparansi dan Daerah Istimewa Variabel akuntabilitas Yogyakarta dependen: pengelolaan Transparansi dan keuangan daerah. akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah

44 30 Netty Pengaruh Varibel 1. Pengaruh Herawaty Kejelasan Sasaran independen: kejelasan (2011) Anggaran, 1. Kejelasan sasaran Pengendalian Sasaran anggaran (X1), Akuntansi, dan Anggaran pengendalian Sistem Pelaporan 2. Pengendalian akuntansi (X2) Terhadap Akuntansi dan sistem Akuntabilitas 3. Sistem pelaporan (X3) Kinerja Instansi Pelaporan secara simultan Pemerintah Daerah berpengaruh Kota Jambi Varibel positif terhadap dependen: Akuntabilitas Akuntabilitas Kinerja Instansi Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah 2. Pengaruh parsial mempunyai pengaruh positif dan negatif. Variabel yang mempunyai pengaruh negatif yaitu variabel X1 (Kejelasan sasaran anggaran) dan X2 (Pengendalian akuntansi). 3. Variabel yang mempunyai pengaruh positif yaitu variabel

45 31 variabel sistem pelaporan (X3). Annisa Pengaruh Varibel Kejelasan sasaran Pratiwy Kejelasan Sasaran independen: anggaran dan Suwandi Anggaran dan 1. Kejelasan penerapan (2013) Desentralisasi Sasaran desentralisasi Terhadap Kinerja Anggaran pemerintah Pemerintah Daerah 2. Desentralisasi berpengaruh (Studi Empiris signifikan positif Pada SKPD Varibel terhadap kinerja Pemerintah Kota dependen: pada pemerintah Padang) Kinerja Kota Pemerintah Padang. Daerah Peggy Sande Pengaruh Variabel Penyajian laporan (2013) Penyajian Laporan independen: keuangan dan Keuangan dan 1. Penyajian aksesibilitas Aksesibilitas laporan laporan keuangan Laporan Keuangan keuangan berpengaruh Terhadap daerah (X1) signifikan positif Akuntabilitas 2. Aksesibilitas terhadap Pengelolaan laporan akuntabilitas Keuangan Daerah keuangan pengelolaan (Studi Empiris daerah (X2). keuangan daerah. Pada Pemerintah Provinsi Sumatera Variabel Barat) dependen: Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Angreini dan Kejelasan Sasaran Varibel Kejelasan sasaran Sherly (2014) Anggaran independen: anggaran Terhadap berpengaruh positif Akuntabilitas dan tidak signifikan

46 Kinerja Instansi Pemerintah Pada Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelolaan Keuangan Dan Barang Milik Daerah Kota Bitung Salomi J. Pengaruh Hehanussa Penyajian Laporan (2015) Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Ambon Sumber: Penelitian Terdahulu Kejelasan Sasaran Anggaran Varibel dependen: Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Variabel independen: 1. Penyajian laporan keuangan daerah (X1) 2. Aksesibilitas laporan keuangan daerah (X2). Variabel dependen: Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah 32 terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah pada Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah Kota Bitung. Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. 2.3 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian yaitu mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah daerah. Adapun variabel yang

47 33 digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel yaitu dua variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat). variabel independen terdiri dari: Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X2). Sedangkan variabel dependen yang digunakan yaitu Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Variabel Independen Variabel Dependen Kejelasan Sasaran Anggaran (X 1) Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X 2) H1 H2 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) H3 2.4 Hipotesis Penelitian Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Goal setting theory menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kejelasan suatu tujuan maka akan semakin meningkatkan kinerja individu. Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang ingin dicapai oleh individu. Jika seorang individu berkomitmen dengan sasaran tertentu, maka hal ini akan mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi konsekuensi kinerjanya. Arthana, dkk (2016) menyatakan bahwa dengan adanya tujuan maka akan menentukan seberapa besar upaya yang dilakukan seseorang, semakin tinggi komitmen yang

48 34 dimiliki aparat terhadap tujuannya akan mendorong aparat tersebut melakukan upaya yang lebih maksimal dalam pencapaian tujuan. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Suhartono dan Solichin, 2006). Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka mencapai tujuantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya demi tercapainya akuntabilitas kinerja (Hidayattullah dan Herdjiono, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya, antara lain Herawaty (2011) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja pemerintah. Wahyuni dkk (2014) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel dependen, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif terhadap Akuntabiltas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal) memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta memberi wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal (Jensen dan Meckling, 1976). Tujuan utama teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan

49 35 hubungan kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris dan kondisi ketidakpastian (Ahmad dan Septriani, 2008). Informasi dalam teori keagenan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh principal dan agent, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui. Hal ini dapat memotivasi agent untuk berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan harapan principal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan principal kepada agent. Dalam hubungan antara agent dan principal, akan timbul masalah jika terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal. Hal ini menyebabkan agent cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour). Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agent adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan principal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Dalam pemerintahan, faktor utama untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas adalah dengan penyajian laporan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik (Bandariy, 2011). Penyajian laporan keuangan daerah merupakan faktor penting untuk menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Pemerintah daerah harus bisa menyusun laporan keuangan sesuai standar akuntansi yang diterima umum dan memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan. Semakin baik penyajian laporan keuangan tentu akan semakin memperjelas pelaporan keuangan pemerintah daerah karena semua transaksi keuangan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada dan akan disajikan dengan lengkap dan jujur dalam laporan keuangan pemerintah daerah (Sande, 2013). Menurut Magdalena (2016)

50 36 penyajian informasi yang lengkap dalam laporan keuangan daerah menunjang terciptanya transparansi dan akan mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya, antara lain Mulyana (2006) menemukan bahwa penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif tehadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Sande (2013) dan Hehanussa (2015) bahwa penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel dependen, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut H2 : Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berpengaruh Positif terhadap Akuntabiltas Pengelolaan Keuangan Daerah Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Teori keagenan menjelaskan hubungan kontraktual antara principal dan agent. Pihak principal adalah pihak yang memberikan wewenang kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Dalam teori keagenan, principal bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola manajemen (agent) serta mengembangkan sistem insentif bagi pengelola manajemen untuk memastikan bahwa mereka bekerja demi kepentingan perusahaan (Sutedi, 2012:14). Hubungan keagenan timbul saat terdapat satu pihak atau lebih (Principal) yang mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang lain (Agent) untuk menjalankan tanggungjawab kepada suatu entitas,

51 37 termasuk pengambilan keputusan. Dalam konteks sektor publik, hal ini tergambarkan pada hubungan antara masyarakat dan pemerintah. Setiap pihak memiliki self-interest masing-masing yang diharapkan dapat diperoleh dari pendelegasian wewenang tersebut. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik (Somad, 2016). Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah (Zeyn, 2011). Anggaran daerah harus bisa menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan, sehingga perencanaan anggaran daerah harus bisa menggambarkan sasaran kinerja secara jelas (Suhartono dan Solichin, 2006). Dalam menyusun anggaran, sasaran anggaran harus dinyatakan secara jelas dan terarah agar mempermudah pemerintah daerah dalam mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian hasil pencapaian kinerja tersebut disajikan dalam laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah daerah dalam mengelola dana publik bukan hanya kepada pemerintah pusat melainkan juga kepada publik. Laporan keuangan daerah harus dapat menyediakan semua informasi keuangan yang relevan secara jujur dan terbuka dalam menciptakan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel independen yaitu kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah sedangkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sebagai variabel dependen, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut H3 : Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berpengaruh Positif terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menyebar kuesioner. Penelitian kuantitatif memiliki tujuan menggeneraliasasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi. Penelitian kuantitatif juga digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti (Abdullah, 2015). 3.2 Tempat dan Waktu Lokasi penelitian ini yaitu seluruh SKPD yang ada di Kabupaten Luwu Timur. Peneliti memlih Kabupaten Luwu Timur dikarenakan Pemkab Luwu Timur memperoleh predikat C untuk hasil evaluasi akuntabilitas kinerja instansi tahun Hal ini menunjukkan efektivitas dan efesiensi penggunaan anggaran belum optimal dibandingkan dengan capaian kinerja. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja dalam pengelolaan keuangan daerah yang terfokus pada kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan di Kab. Luwu Timur. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai di 26 SKPD Kabupaten Luwu Timur. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel ini tidak didasarkan atas strata, random, atau wilayah, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu (Abdullah, 2015:241). Sampel dalam penelitian ini adalah 4 pegawai dari setiap SKPD yang terdiri dari 38

53 39 kepala SKPD, staf bagian perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan yang masa kerjanya lebih dari satu tahun. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 104 pegawai. 3.4 Jenis dan Sumber Data Data Primer Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu, perseroan, maupun organisasi, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari Kepala SKPD dan staf yang terlibat dalam proses pengelolaan keuangan daerah melalui pengisian kuesioner yang diberikan oleh peneliti Data sekunder Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, atau arsip yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan yang dibuat oleh setiap SKPD. sumber data sekunder lain yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui tinjauan pustaka, jurnal, serta dengan mengakses website maupun situs-situs yang tersedia. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Cara yang digunakan untuk memperoleh data primer yaitu dengan menyebar kuesioner kepada responden. Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. Setiap SKPD akan dibagikan 4 (empat) buah kuisoner yang akan ditujukan kepada

54 40 Kepala SKPD dan staf yang terlibat dalam proses pengelolaan keuangan daerah yaitu mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pelaporan. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala likert, mulai dari angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Perinciannya adalah sebagai berikut. Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju (TS) Angka 3 = Ragu-Ragu (RR) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah akuntabilitas pegelolaan keuangan daerah, sedangkan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah Definisi Operasional Kejelasan Sasaran Anggaran (X 1) Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh sebab itu, sasaran anggaran pemerintah daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang bertanggung jawab

55 41 untuk melaksanakannya (Putra, 2013). Agar pengukuran sasaran efektif ada beberapa indikator yang diperlukan, yaitu. 1. Spesifik. Sasaran yang ingin dicapai harus dirimuskan secara spesifik dan jelas, tidak menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam. 2. Terukur. Sasaran harus menyatakan dalam satuan ukuran tertentu sehingga memudahkan penilaian tingkat pencapaian 3. Standar. Sasaran harus memiliki standar yang telah ditentukan untuk memudahkan dalam pencapaian target. 4. Memiliki batas waktu. Sasaran sebaiknya dinyatakan secara jelas kapan hasil atau pengaruh akhir yang ditetapkan tersebut akan dicapai. 5. Sasaran prioritas. Dalam pencapaian sasaran sebaiknya dilaksanakan berdasarkan tingkat kepentingan dan kesulitan target. 6. Berorientasi pada hasil akhir. Sasaran harus difokuskan pada hasil akhir yang akan dicapai, bukan pada proses atau cara mencapainya Peyajian Laporan Keuangan Daerah (X 2) Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan daerah digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan (Bandariy, 2011). Berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 4 indikator karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu.

56 42 a. Relevan Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. b. Andal Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. c. Dapat Dibandingkan Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. d. Dapat Dipahami Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

57 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Y) Akuntabilitas keuangan daerah merupakan pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini adalah laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang oleh instansi pemerintah (Pasaribu, 2011). Setiap instansi pemerintah wajib menyiapkan, menyusun, dan menyampaikan laporan kinerja tertulis, periodik, dan melembaga. Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengomunikasikan capaian kinerja instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah (Nordiawan, 2011:167). Ellwood (1993) dalam Mardiasmo (2002:22) menjelaskan bahwa terdapat empat indikator yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor, yaitu. 1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik. 2. Akuntabilitas Proses Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang telah digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya.

58 44 3. Akuntabilitas Program Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal 4. Akuntabilitas Kebijakan Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pembina, pengurus dan pengawas atas kebijakan-kebijakan yang diambil. 3.7 Instrumen Penelitian Untuk mengetahui kualitas kuesioner maka dilakukan uji validitas dan realibilitas. Kuesioner adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subjek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan replikasi dari kuesioner milik Sande (2013), Lukmana (2014), dan Krestiawan (2015). Dimana pengujian tersebut bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen Uji Validitas Uji validitas adalah untuk menyatakan sejauhmana data yang didapatkan melalui instrumen penelitian (dalam hal ini kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Oleh karena itu, jika peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusun oleh peneliti itu harus dapat mengukur apa yang akan diukur, dan untuk memastikan itu sebelum instrumen penelitian itu digunakan perlu lebih dahulu diukji validitasnya (Abdullah, 2015:258). Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik, dengan kreteria sebagai berikut.

59 45 a. Jika r positif dan r > r maka butir pertanyaan tersebut valid. hitung hitung table b. Jika r negatif dan r < r maka butir pertanyaan tersebut tidak hitung hitung table valid. c. r dapat dilihat pada kolom Corrected Item Total Corelation. hitung Uji Reliabilitas Bila alat ukur itu sudah dinyatakan valid, maka alat ukur itu diuji pula reliabilitisnya. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama, setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan mengartikan hasil pengukuran yang konsisten (Abdullah, 2015:260). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas menggunakan uji statistik Cronbach s Alpha. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Cronbach s Alpha > 0,60 dan sebaliknya. 3.8 Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis Pengujian Asumsi Klasik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian: (1) normalitas, (2) multikolinearitas, dan (3) heteroskedastisitas Uji Normalitas Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sekali (Sunyoto, 2013:92).

60 46 Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogorov-smirnov tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari: a. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal. b. Nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal Uji Multikolinearitas Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion Factor (VIF) dan tolerance value untuk masing-masing variabel independen. Apabila tolerance value di atas 0,10 dan VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas. Hasil nilai VIF yang diperoleh dalam tabel di atas menunjukkan variabel bebas dalam model regresi tidak saling berkorelasi. Diperoleh nilai VIF untuk masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan tolerance value berada diatas 0,10. Hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi antara sesama variabel bebas dalam model regresi dan disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas diantara sesama variabel bebas dalam model regresi yang dibentuk Uji Heteroskedastisitas Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

61 scatterplot di sekitar nilai X1, X2, dan Y. Jika ada pola tertentu, maka telah terjadi gejala heteroskedastisitas Uji Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggambarkan suatu hubungan dimana satu atau lebih variabel (variabel independen) mempengaruhi variabel lainnya (variabel dependen). Oleh karena itu peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Dalam analisis regresi linier berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen juga menunjukkan arah pengaruh tersebut. Pengujian pengujian tersebut didasarkan pada persamaan regresi linier berganda sebagai berikut. Y = a + b 1X 1 + b 2X 2+ e Keterangan: Y a b1 b2 X1 X2 e : Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah : Konstanta : slope regresi atau koefisien regresi dari X1 : slope regresi atau koefisien regresi dari X2 : Kejelasan Sasaran Anggaran : Penyajian Laporan Keuangan Daerah : Kesalahan residual (error turn) Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006). Uji ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai koefisien determinasi R2 yang merupakan besaran non negatif. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai dengan 1. jika r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara

62 dua variabel sangat lemah atau tidak ada hubungan sama sekali. Bila r = +1, atau mendekati 1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan positif dan sangat kuat Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) Uji signifikansi parameter individual digunakan untuk mengetahui atau mengukur pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis dilakukan dengan melihat tabel coefficients pada output SPSS. Dasar pengambilan keputusannya: (1) Signifikan bila r value <a (0,05) sehingga menerima hipotesis dan (2) Tidak signifikan bila r value >a (0,05) sehingga menolak hipotesis Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji signifikansi simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2005). Jika hasil F test diperoleh nilai F hitung lebih besar dari df dan signifikansi jauh di bawah derajat kepercayaan yang ditentukan maka model regresi dapat dikatakan variabel independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen. Dasar pengambilan keputusannya: (1) Signifikan bila r value <a (0,05) sehingga menerima hipotesis. (2) Tidak signifikan bila r value >a (0,05) sehingga menolak hipotesis.

63 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah pada SKPD Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur. Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Variabel kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kejelasan sasaran anggaran oleh setiap SKPD maka akan mempermudah Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur dalam meningkatkan akuntabilitas pemerintah dalam mengelola dana publik. b. Variabel penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Hal ini menunjukan semakin lengkap dan jujur informasi dalam laporan keuangan daerah maka akan meningkatkan transparansi pemerintah yang dapat mewujudkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. c. Variabel kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Adapun pengaruhnya sebesar 51,9% dan sisannya 48,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. 69

64 Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. a. Penelitiaan berikutnya dapat mengembangkan variabel lain yang mempunyai pengaruh kuat terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel sistem pengendalian internal, sistem pelaporan, partisipasi penyusunan anggaran, profesionalisme SDM dan sebagainya sehingga hasil penelitian akan lebih meluas dari penelitian ini. b. Metode pengumpulan data diharapkan lebih diperhatikan dan harus dikembangkan, karena instrument penelitian ini hanya terbatas pada kuesioner. Metode wawancara disarankan untuk dilakukan agar data yang diterima lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya. c. Memperluas sampel penelitian agar dapat mendapatkan keterwakilan yang lebih besar atas populasi penelitian yang diteliti. 5.3 Keterbatasan Penelitian Peneliti mengakui bahwa dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan baik itu dari individu peneliti maupun dari faktor lain yang memungkinkan memberikan efek terhadap hasil penelitian, antara lain sebagai berikut. a. Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai instrumen, sehingga masih ada kemungkinan kelemahan yang diperoleh, misalnya jawaban yang tidak cermat, dan pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden serta beberapa responden yang menjawabnya dengan asalasalan dan tidak jujur.

65 71 b. Data penelitian yang berasal dari responden yang disampaikan secara tertulis dalam bentuk kuesioner akan mempengaruhi hasil penelitian. Karena persepsi responden yang disampaikan belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya (subjektif) dan akan berbeda apabila data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. c. Kurangnya pemahaman dan sikap kepedulian dari responden di dalam menjawab pertanyaan kuesioner yang diberikan peneliti. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melengkapi penelitian dengan metode survei wawancara untuk meningkatkan sikap kepedulian dari responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner dari peneliti.

66 DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Ma ruf Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Ahmad, Afridian Wirahadi dan Yossi Septriani Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 2, Hal Aliyah, Siti dan Aida Nahar Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 08 No. 02 Tahun Anwar, Chairul, Yunita Sari, dan Tina Miniawati Barusman Analisis Penggunaan Anggaran Biaya Administrasi Umum dan Efisiensi Terhadap Peningkatan Kinerja Supervisor (Studi Kasus Pada Pt. Lautan Teduh Interniaga Bandar Lampung). Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 3, No. 1, Maret 2012 Hal Universitas Bandar Lampung. Arfianti, Dita Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Informasi Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Kabupaten Batang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Arthana, I Made, Ni Putu Sri Harta Mimba dan Made Gede Wirakusuma Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi Pegawai pada Kinerja Penyerapan Anggaran (Studi pada Satuan Kerja Di Lingkup Pembayaran KPPN Denpasar). E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. ISSN : Universitas Udayana. Bali. Bandariy, Himmah Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Penggunaan Informasi Keuangan Daerah. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Bhakti, Denny C., Endar Pituringsih, dan Erna Widiastuty Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, dan Profesionalisme Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Manajerial. Assets Vol 5, No 1 (2015): Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Page Publisher: Assets. Cahyani, Ni Made Mega dan I Made Karya Utama Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Pada Akuntabilitas Kinerja. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.3 (2015): ISSN: Universitas Udayana. Bali. Garrison, Ray H., Eric W. Norren, dan Peter C. Brewer Akuntansi Manajemen. Edisi 14 Terjemahan oleh Kartika Dewi. Jakarta: Salemba Empat. 72

67 Ghozali, Imam, Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Halim, Abdul Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi ke-3. Jakarta: Salemba Empat. Hazmi, Y., Ali Imran, Zuarni, Yeni I. dan Said H. Safrizal Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Akuntabilitas Publik Terhadap Kinerja Manajerial Aparatur Pemerintahan Kota Lhokseumawe, Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Kota Lhokseumawe. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 13, No. 2 Agst Politeknik Negeri Lhokseumawe. Hehanussa, Salomi J Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Ambon. Jurnal, UNISSULA. Herawaty, Netty Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Kota Jambi. Volume 13, Nomor 2,Hal Universitas Jambi Hidayattullah, Afilu dan Irine Herdjiono Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja SKPD di Merauke. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers Unisbank. Universitas Musamus Merauke. (Di Akses Pada Tanggal 28 Maret 2017, Pukul WITA). (Di Akses Pada Tanggal 18 April 2017, Pukul Wita) Irmawati Peranan Goal Setting dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Kerja Karyawan. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Sumatra Utara. Jensen, M. C dan Meckling, W.H Theory of the Firm : Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp Avalaible from: Krestiawan, Luky Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris Pada SKPD Kabupaten Ponorogo). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Ponorogo. LAN dan BPKP Akuntabilitas dan Good Governance. Jakarta: Erlangga. Lukmana, Ida Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Akuntabilitas Publik dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial Pemerintah SKPD (Studi 73

68 Empiris Pada SKPD Pemerintah Kabupaten Kudus). Skripsi. Universitas Muria Kudus. Jawa Tengah. Magdalena, Maria Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah, dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Jember). Artikel Ilmiah Mahasiswa. Universitas Jember. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Edisi IV. Yogyakarta: ANDI. Mulyana, Budi Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Nasution, Saufi Iqbal Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan. Nordiawan, Deddi dan Ayuningtyas Hertianti Akuntansi Sektor Publik. Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Empat. Pangumbalerang, Angreini dan Sherly Pinatik Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Dinas Pendapatan Daerah dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Daerah. Jurnal Emba Vol.2 No.2 Juni 2014, Hal Universitas Sam Ratulangi Manado. Pasaribu, Frans Judika Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD. Tesis. Universitas Sumatera Utara. Medan. Putra, Deki Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap Kinerja Manajerial Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Padang). Tesis. Universitas Negeri Padang. Raharjo, Eko Teori Agensi dan Teori Stewarship dalam Perspektif Akuntansi. Fokus Ekonomi Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : Issn : Ramadhanti, Fitri Husnia Hubungan Self Efficacy dengan Goal Setting Karyawan PT. Himeria Semata. Skripsi. Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 74

69 75 Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Roen, Ferry (Di Akses Pada Tanggal 10 September 2017, Pukul WITA). Sande, Peggy Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah. Skripsi Universitas Negeri Padang. Smith R.H. dan Rotman New Directions in Goal-Setting Theory. Current Directions in Psychological Science. volume 15-Number 5. Somad, Abdus Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Malang). Journal Riset Mahasiswa Akuntansi (JRMA). ISSN: xx.Volume: xx. Universitas kanjuruhan Malang. Suhartono, Ehrman dan Mochammad Solichin Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Terhadap senjangan Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderasi. SNA 9 Padang. Yogyakarta Sujarweni, V. Wiratna Akuntansi Sektor Publik Teori, Konsep, Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Sunyoto, Danang Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama Anggota Ikapi. Sutedi, Adrian Good Corporate Governance. Edisi 1. Jakarta: Sinar Grafika. Suwandi, Annisa Pratiwy Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Desentralisasi Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Skpd Pemerintah Kota Padang). Artikel Ilmiah. Universitas Negeri Padang. Swamandiri (Di Akses Pada Tanggal 30 Maret 2017, Pukul WITA). Wahyuni, Raja Andri Satriawan Surya, dan Enni Savitri Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Rokan Hulu). jom.unri.ac.id. Warsini, Kusni Analisis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2007 (Studi Kasus Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

70 Wina, Intan Permata Haska dan Siti Khairani Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus Dispenda Prov, Dispenda Kota, Dan Dishub Prov). Artikel Penelitian. Jurusan Akuntansi STIE MDP. Zeyn, Elvira Pengaruh Good Governance Dan Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap Akuntabilitas Keuangan dengan Komitmen Organisasi Sebagai Pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi Dan Keuangan Vol.1 No. 1, April 2011 Pp Universitas Pasundan Bandung. Jawa Barat. 76

71 LAMPIRAN 77

72 78 LAMPIRAN 1 BIODATA IDENTITAS DIRI Nama : Adit Susanto Tempat, Tanggal Lahir : Wonorejo, 22 November 1995 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Rumah : Komp. Bumi Bung Permai Blok B.10/3 Telepon Rumah/HP : Alamat adit_susanto39@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN Pendidikan Formal 1. SD Negeri 160 Sidotepung 2. SMP Negeri 1 Mangkutana 3. SMA Negeri 1 Mangkutana 4. S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin PENGALAMAN Organisasi : 1. Anggota Organisasi Lingkungan Hidup MAHESA Makassar, 17 Januari 2018 Adit Susanto

73 79 LAMPIRAN 2 LEMBAR KUESIONER Kepada Respoden yang Terhormat, Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas kesediaan anda mengisi kuesioner ini. Adapun kami sampaikan bahwa kuesioner ini dibuat oleh : Nama : Adit Susanto NIM : A Departemen/Fakultas : Akuntansi / Ekonomi dan Bisnis Universitas : Universitas Hasanuddin Kuesioner ini merupakan bagian dari proses pengumpulan data untuk keperluan tugas akhir/skripsi saya yang berjudul Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi di SKPD Pemerintah Kabupaten Luwu Timur). Dalam penyusunan skripsi ini, besar harapan saya kepada Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenaan meluangkan waktunya sejenak untuk mengisi kuesioner yang dilampirkan bersama surat ini. Bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i sangat berarti demi terselesainya penelitian ini. Sebelumnya saya juga memohon maaf telah menggangu waktu kerja Bapak/Ibu/Saudara/i. Jawaban yang anda berikan tidak akan dinilai sebagai BENAR atau SALAH dan tidak akan berpengaruh terhadap penilaian kerja Bapak/Ibu/Saudara/i ditempat anda bekerja. Data yang diperoleh akan kami rahasiakan dan tidak akan kami sebar luaskan, karena hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian, sesuai etika peneilitian. Peneliti memohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dengan hadirnya kuesioner ini. Atas kerjasama dan kesediaan Bapak/Ibu dan Saudara/Saudari, peneliti mengucapkan terima kasih. Peneliti Adit Susanto

74 80 IDENTITAS RESPONDEN Mohon kesediaan Bapak/Ibu Mengisi daftar berikut : 1. Nama Instansi : 2. Nama Responden : 3. Tanggal Pengisian : 4. Jenis Kelamin : Pria Wanita 5. Umur : Tahun 6. Pendidikan Terakhir : SMA D3 S1 S2 S3 7. Jabatan : 8. Lama menduduki jabatan ini : Tahun 9. Latar Belakang Pendidikan : Akuntansi Manajemen Ekonomi Hukum Pertanian MIPA Lain-lain (sebutkan) DAFTAR PERTANYAAN 1. Kejelasan Sasaran Anggaran Mohon Bapak/Ibu memberikan tanda check list ( ) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan pemahaman dari Bapak/Ibu. SS = Sangat Setuju (5) TS = Tidak Setuju (2) S = Setuju (4) STS = Sangat Tidak Setuju (1) RR = Ragu-Ragu (3) NO PERNYATAAN SS S RR TS STS 1 Ada spesifikasi sasaran anggaran pada satuan kerja ini. 2 Saya dapat mengetahui tingkat kepentingan sasaran anggaran pada setiap program. 3 Ada standar yang telah ditetapkan atas pencapaian target anggaran. 4 Ada batas waktu yang telah ditentukan untuk setiap program kerja. 5 Anggaran yang dibuat telah mempertimbangkan skala prioritas.

75 81 6 Saya dapat mengetahui secara jelas outcame yang harus dicapai pada setiap program kerja. 7 Indikator kinerja untuk setiap kegiatan yang tercantum dalam anggaran telah terdefinisi dengan jelas dan terukur. Sumber : Ida Lukmana (2014) 2. Peyajian Laporan Keuangan Mohon Bapak/Ibu memberikan tanda check list ( ) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan pemahaman dari Bapak/Ibu. SS = Sangat Setuju (5) TS = Tidak Setuju (2) S = Setuju (4) STS = Sangat Tidak Setuju (1) RR = Ragu-Ragu (3) NO PERNYATAAN SS S RR TS STS 1 SKPD mampu menyusun laporan keuangan secara lengkap (Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan). 2 SKPD mampu menyelesaikan laporan keuangan (Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan) tepat waktu. 3 Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan SKPD telah manggambarkan dengan jujur transaksi yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. 4 Apabila dilakukan pengujian terhadap laporan keuangan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh. 5 Informasi yang termuat dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. 6 Laporan keuangan yang disusun oleh SKPD telah dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam penyusunan anggaran tahun berikutnya. 7 Informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan SKPD bebas dari kesalahan yang bersifat material. 8 Informasi yang dihasilkan dalam laporan keuangan SKPD memenuhi kebutuhan para pengguna laporan Keuangan Sumber : Peggy Sande (2013)

76 82 3. Akuntabilitas Pengelolaan Keuagan Daerah Mohon Bapak/Ibu memberikan tanda check list ( ) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan pemahaman dari Bapak/Ibu. SS = Sangat Setuju (5) TS = Tidak Setuju (2) S = Setuju (4) STS = Sangat Tidak Setuju (1) RR = Ragu-Ragu (3) N O PERNYATAAN SS S RR TS 1 Adanya keterkaitan yang erat antara pencapaian kinerja dengan program dan kebijakan. 2 Kejelasan sasaran anggaran suatu program harus dimengerti oleh semua aparat dan pemimpin 3 Visi dan misi program perlu ditetapkan sesuai rencana strategik organisasi. 4 Indikator kinerja perlu ditetapkan untuk setiap kegiatan atau program. 5 Melakukan analisis keuangan setiap kegiatan atau program selesai dilaksanakan. 6 Membuat laporan kepada atasan setiap kegiatan atau program yang telah dilaksanakan. 7 Melakukan pengecekan terhadap jalannya program. 8 Pelaksanaan kegiatan telah dikontrol dengan ukuran atau indikato kinerja yang jelas untuk menilai tingkat keberhasilan suatu kegiatan atau program. 9 Kegiatan/program yang disusun telah mengakomodir setiap perubahan dan tuntutan yang ada di masyarakat. 10 LAKIP digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program/kegiatan selanjutnya dan diterbitkan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Sumber: Luky Krestiawan (2015) ST S

77 83 LAMPIRAN 3 HASIL DATA OLAHAN SPSS 22 1 Uji Validitas 1.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Correlations X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1 X1.1 Pearson Correlation 1,419 **,398 **,207,325 **,282 **,214 *,599 ** Sig. (2-tailed),000,000,054,002,008,046,000 N X1.2 Pearson Correlation,419 ** 1,466 **,256 *,289 **,606 **,491 **,727 ** Sig. (2-tailed),000,000,017,007,000,000,000 N X1.3 Pearson Correlation,398 **,466 ** 1,464 **,438 **,345 **,415 **,750 ** Sig. (2-tailed),000,000,000,000,001,000,000 N X1.4 Pearson Correlation,207,256 *,464 ** 1,256 *,171,301 **,583 ** Sig. (2-tailed),054,017,000,017,112,005,000 N X1.5 Pearson Correlation,325 **,289 **,438 **,256 * 1,471 **,383 **,669 ** Sig. (2-tailed),002,007,000,017,000,000,000 N X1.6 Pearson Correlation,282 **,606 **,345 **,171,471 ** 1,582 **,709 ** Sig. (2-tailed),008,000,001,112,000,000,000 N X1.7 Pearson Correlation,214 *,491 **,415 **,301 **,383 **,582 ** 1,709 ** Sig. (2-tailed),046,000,000,005,000,000,000 N X1 Pearson Correlation,599 **,727 **,750 **,583 **,669 **,709 **,709 ** 1 Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000,000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

78 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Correlations X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2 X2.1 Pearson Correlation 1,546 **,484 **,192,301 **,249 *,174,301 **,610 ** Sig. (2-tailed),000,000,075,005,020,108,005,000 N X2.2 Pearson Correlation,546 ** 1,431 **,396 **,238 *,261 *,323 **,418 **,689 ** Sig. (2-tailed),000,000,000,026,015,002,000,000 N X2.3 Pearson Correlation,484 **,431 ** 1,315 **,418 **,334 **,463 **,394 **,737 ** Sig. (2-tailed),000,000,003,000,002,000,000,000 N X2.4 Pearson Correlation,192,396 **,315 ** 1,250 *,242 *,270 *,344 **,595 ** Sig. (2-tailed),075,000,003,020,024,011,001,000 N X2.5 Pearson Correlation,301 **,238 *,418 **,250 * 1,363 **,349 **,469 **,639 ** Sig. (2-tailed),005,026,000,020,001,001,000,000 N X2.6 Pearson Correlation,249 *,261 *,334 **,242 *,363 ** 1,222 *,344 **,575 ** Sig. (2-tailed),020,015,002,024,001,039,001,000 N X2.7 Pearson Correlation,174,323 **,463 **,270 *,349 **,222 * 1,511 **,645 ** Sig. (2-tailed),108,002,000,011,001,039,000,000 N X2.8 Pearson Correlation,301 **,418 **,394 **,344 **,469 **,344 **,511 ** 1,721 ** Sig. (2-tailed),005,000,000,001,000,001,000,000 N X2 Pearson Correlation,610 **,689 **,737 **,595 **,639 **,575 **,645 **,721 ** 1 Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000,000,000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

79 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y1 0 Y Correlations Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y Pearson Correlation 1,280 **,330 **,571 **,455 **,310 **,393 **,286 **,326 **,213 *,655 ** Sig. (2-tailed),009,002,000,000,004,000,007,002,048,000 N Pearson Correlation,280 ** 1,299 **,340 **,373 **,449 **,274 *,228 *,102,535 **,615 ** Sig. (2-tailed),009,005,001,000,000,010,034,345,000,000 N Pearson Correlation,330 **,299 ** 1,346 **,110,290 **,107,317 **,171,372 **,544 ** Sig. (2-tailed),002,005,001,309,006,323,003,113,000,000 N Pearson Correlation,571 **,340 **,346 ** 1,578 **,421 **,361 **,489 **,386 **,224 *,739 ** Sig. (2-tailed),000,001,001,000,000,001,000,000,037,000 N Pearson Correlation,455 **,373 **,110,578 ** 1,354 **,321 **,258 *,401 **,421 **,667 ** Sig. (2-tailed),000,000,309,000,001,002,016,000,000,000 N Pearson Correlation,310 **,449 **,290 **,421 **,354 ** 1,500 **,298 **,109,445 **,654 ** Sig. (2-tailed),004,000,006,000,001,000,005,316,000,000 N Pearson Correlation,393 **,274 *,107,361 **,321 **,500 ** 1,546 **,267 *,290 **,630 ** Sig. (2-tailed),000,010,323,001,002,000,000,012,006,000 N Pearson Correlation,286 **,228 *,317 **,489 **,258 *,298 **,546 ** 1,327 **,284 **,636 ** Sig. (2-tailed),007,034,003,000,016,005,000,002,008,000 N Pearson Correlation,326 **,102,171,386 **,401 **,109,267 *,327 ** 1,269 *,540 ** Sig. (2-tailed),002,345,113,000,000,316,012,002,012,000 N Pearson Correlation,213 *,535 **,372 **,224 *,421 **,445 **,290 **,284 **,269 * 1,646 ** Sig. (2-tailed),048,000,000,037,000,000,006,008,012,000 N Pearson Correlation,655 **,615 **,544 **,739 **,667 **,654 **,630 **,636 **,540 **,646 ** 1 Sig. (2-tailed),000,000,000,000,000,000,000,000,000,000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

80 86 1. Uji Reliabel 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0,0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,800 7 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. 1.2 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0,0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,804 8 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. 1.3 Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Case Processing Summary N % Cases Valid ,0 Excluded a 0,0 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items,804 8 Total ,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

81 87 2. Uji Asumsi Klasik 2.1 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 87 Normal Parameters a,b Mean, Std. 2, Deviation Most Extreme Differences Absolute,069 Positive,047 Negative -,069 Test Statistic,069 Asymp. Sig. (2-tailed),200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance.

82 Uji Multikolinearitas Model 1 (Constant) Kejelasan Sasaran Anggaran (X1) Penyajian Laporan Keuangan Daerah (X2) Collinearity Statistics Tolerance VIF,702 1,424,702 1, Uji Heterodekasitas

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan tata kelola pemerintahan dalam penganggaran sektor publik, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship Menurut Donaldson & Davis (1991), teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor publik merupakan organisasi yang kompleks. Kompleksitas sektor publik tersebut menyebabkan kebutuhan informasi untuk perencanaan dan pengendalian manajemen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Stewardship Grand theory yang mendasari penelitian ini adalah bagian dari agency theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini ditandai dengan menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam

Lebih terperinci

(Studi pada SKPD Kabupaten Pati)

(Studi pada SKPD Kabupaten Pati) Pengaruh Kejelasan Tujuan, Gaya Kepemimpinan, Kinerja Keuangan Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi pada SKPD Kabupaten Pati) Skripsi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, PENGENDALIAN INTERNAL DAN VALUE FOR MONEY

PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, PENGENDALIAN INTERNAL DAN VALUE FOR MONEY PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH, AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN DAERAH, PENGENDALIAN INTERNAL DAN VALUE FOR MONEY TERHADAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi Empiris Pada Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga publik, baik di pusat maupun daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu dalam sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas dapat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah. Judul : Pengaruh Good Governance, Pengelolaan Keuangan Daerah dan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Kinerja Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Bima) Nama : M Rayindha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial (Pratiwy, 2013).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standar Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan pasal 9 menyatakan bahwa dengan diberlakukannya peraturan ini

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah di Wilayah Ekonomi Sulawesi dan Papua-Kepulauan Maluku Tahun 2015) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, di setiap negara pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government Governance, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah pelaksanaan pemerintahan yang bersih menuntut seluruh pemerintah daerah bekerja secara professional sebagai syarat akuntanbel atau transparansi kepada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Penyajian Laporan Keuangan Daerah Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menyatakan bahwa laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting sekali untuk ditingkatkan guna menunjang peningkatan ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan kepada literaturliteratur BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Memuat konsep-konsep teoritis yang digunakan sebagai kerangka atau landasan untuk menjawab masalah penelitian, yang difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Denpasar merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan selalu diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH OFALYN OCTARYA SITEPU

SKRIPSI OLEH OFALYN OCTARYA SITEPU SKRIPSI PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK, DAN PENGENDALIAN AKUNTANSI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DI INSPEKTORAT PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang selama ini menganut sistem sentralistik berubah menjadi sistem desentralistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahannya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan penjabaran latar belakang masalah pemilihan studi kasus berdasarkan fenomena yang terjadi dilapangan dan juga rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman daerah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas. Setiap wilayah memiliki karakteristik yang berbeda. Pemerintah pusat dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGAWASAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kudus). Skripsi

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: MUHSINATUL MILLAH NIM

Diajukan Oleh: MUHSINATUL MILLAH NIM PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH, SISTEM PENGENDALIAN INTERN, STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH, DAN PERAN INTERNAL AUDIT TERHADAP KUALITAS INFORMASI PELAPORAN KEUANGAN (STUDI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Dajukan oleh: Adhimas Galih Hasmono NIM. F

SKRIPSI. Dajukan oleh: Adhimas Galih Hasmono NIM. F KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi atas Persepsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dimaknai dengan adanya kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Mengacu pada teori agensi (agency theory), akuntabilitas publik dapat dimaknai dengan adanya kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (Good Governance). Terselenggaranya pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (Good Governance). Terselenggaranya pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap instansi pemerintah selalu berusaha mewujudkan suatu pemerintahan yang baik (Good Governance). Terselenggaranya pemerintahan yang baik (Good Governance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah pemerintah kabupaten/kota maupun provinsi diwajibkan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban telah berakhirya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MUTU PELAYANAN DALAM PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KEPUASAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA

PENGARUH PENERAPAN MUTU PELAYANAN DALAM PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KEPUASAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA PENGARUH PENERAPAN MUTU PELAYANAN DALAM PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KEPUASAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MEMPEROLEH GELAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan beberapa teori, diantaranya adalah teori keagenan, teori stewardship, kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penyedian barang kebutuhan publik (Mardiasmo, 2009). kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. ABSTRACT The financial statements is the most efficient for organizations to communicate with stakeholder groups that are considered to have an interest in controlling the strategic aspects of certain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Menurut Coso dalam Hartadi (1999: 92) pengendalian intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh dewan

Lebih terperinci

PENGARUH PROFESIONALISME, KONFLIK PERAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH TUGAS AKHIR

PENGARUH PROFESIONALISME, KONFLIK PERAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH TUGAS AKHIR PENGARUH PROFESIONALISME, KONFLIK PERAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH (Studi Empiris Pada Auditor Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia) TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah merupakan proses pengelolaan keuangan daerah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pertanggungjawaban,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan pemerintahan Daerah dan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Goal-SettingTheory Teori penetapan tujuan atau goal-setting theory awalnya dikemukakan oleh Locke (1968), yang menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dan kinerja seseorang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA KARAKTERISTIK INSPEKTORAT DAERAH DAN KETEPATWAKTUAN PENETAPAN APBD PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA T E S I S Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SKPD DI LINGKUNGAN

PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SKPD DI LINGKUNGAN digilib.uns.ac.id 1 PENGARUH PENERAPAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PADA SKPD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN

SKRIPSI PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN SKRIPSI PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN SAMOSIR O l e h : NAMA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Dwi Aningtyas Pangestuti NIM

SKRIPSI. Oleh: Dwi Aningtyas Pangestuti NIM PENGARUH SUMBER DAYA, INFORMASI, ORIENTASI TUJUAN, DAN PENGUKURAN KINERJA SEBAGAI ASPEK RASIONAL TERHADAP EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA ( Studi Empiris pada Universitas Jember) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat menuju good governance, pemerintah telah bertekad untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mempertanggungjawabkan amanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia berimplikasi pada akuntabilitas dan transparansi sistem pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, ASIMETRI INFORMASI, KAPASITAS INDIVIDU, DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP POTENSI TERJADINYA BUDGETARY SLACK (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi. BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagai dasar pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (Good Governance) memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu di Indonesia telah merambah hampir keseluruh aspek kehidupan. Penyelenggaraan pemerintah daerah berdasarkan UU

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN TINGKAT DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI

PENGARUH KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN TINGKAT DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH KARAKTERISTIK SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN TINGKAT DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris Pada PT. Bank Central Asia, Tbk Kanwil II)

Lebih terperinci

PENGARUH PENGALAMAN KERJA,INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DENGAN KEPATUHAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

PENGARUH PENGALAMAN KERJA,INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DENGAN KEPATUHAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI SKRIPSI PENGARUH PENGALAMAN KERJA,INDEPENDENSI DAN KOMPETENSI TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DENGAN KEPATUHAN ETIKA AUDITOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI OLEH HANNA G.M.L.TORUAN 120503237 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemahaman yang memadai tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Melalui otonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara

Lebih terperinci

AUDIT REPORT LAG PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA SKRIPSI. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat

AUDIT REPORT LAG PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA SKRIPSI. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat AUDIT REPORT LAG PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI INDONESIA SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Disusun Oleh: Abdul Munief Itsniawan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KONFLIK PERAN DAN KETIDAKJELASAN PERAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KONFLIK PERAN DAN KETIDAKJELASAN PERAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING SKRIPSI PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DENGAN KONFLIK PERAN DAN KETIDAKJELASAN PERAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Kota Medan) OLEH NAOMI

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat. Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan. Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat. Untuk menyelesaikan jenjang pendidikan. Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi PENGARUH KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH, PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PEMERINTAH, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP PENERAPAN GOOD GOVERNANCE (STUDI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak

BAB I PENDAHULUAN. tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, pelaporan keuangan sangat diperlukan oleh para pemakai laporan keuangan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH YANG DIHASILKAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI STUDI PADA PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI SULAWESI UTARA SKRIPSI Disusun Sebagai Salah

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PEMERINTAH SKPD

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PEMERINTAH SKPD PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, AKUNTABILITAS PUBLIK DAN DESENTRALISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PEMERINTAH SKPD (Studi Empiris pada SKPD Pemerintah Kabupaten Kudus ) Diajukan Oleh: IDA LUKMANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja pemerintah merupakan hal yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja pemerintah merupakan hal yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran kinerja pemerintah merupakan hal yang sangat penting, karena pengukuran kinerja instansi pemerintah dimaksudkan meningkatkan akuntabilitas, transparasi, pengelolaan

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH DENI P B SEBAYANG

SKRIPSI OLEH DENI P B SEBAYANG SKRIPSI PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, PENYULUHAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN FORMAL WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELEMAHAN PENGENDALIAN INTERN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA SKRIPSI Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperolah Gelar Sarjana Ekonomi Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) baik tuntutan demokrasi dan transparansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semenjak era reformasi yang dimulai pada tahun 1998 bangsa Indonesia telah maju selangkah lagi menuju era keterbukaan, hal ini terlihat dari semakin tingginya kesadaran

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN)

PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN) PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN) Ahmad Faishol Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KETERANDALAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Survei Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu.

Abstrak. Kata Kunci: Sistem pengendalian intern pemerintah, partisipasi penyusunan anggaran, motivasi kerja, kinerja individu. Judul : Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Partisipasi Penyusunan Anggaran pada Kinerja Individu dengan Motivasi Kerja sebagai Pemoderasi (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Keuangan Negara Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Irma Novalia B

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Irma Novalia B NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu dekade dan hal itu menandakan pula bahwa pelaksanaan otonomi dalam penyelenggaraan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi terjadi pergeseran wewenang dan tanggung jawab dalam pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi daerah memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS

PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS PENGARUH IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI PADA SATUAN KERJA DI WILAYAH KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci