PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013"

Transkripsi

1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Lilik Yuliwantoro NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013 i

2 ii

3 MOTO DAN PERSEMBAHAN iii

4 MOTO 1. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali mereka sendiri mengubah keadaan jiwanya.... (Q.S Ar-Raa du :11) 2. Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. (Q.S. Al- Mujadalah:11) 3. Aja rumangsa bisa, nanging bisoha rumangsa. ( Jangan merasa bisa, tapi bisakah kita merasa) (Penulis) PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur saya persembahkan karya ini untuk: 1. Untuk ayahku tercinta Suwandi. Dan ibuku Endang Yuliani yang selalu memberikan kasih sayang, nasihat, dan tiada hentinya selalu mendoakan demi keberhasilanku. Aku tidak akan pernah melupakan segala sesuatu yang telah diberikan untukku. 2. Budeku Sri Rahayu yang selalu memberikan semangat untukku dalam penyusunan skripsi ini. 3. Calon pendamping hidupku yang selalu memotivasi, membantu serta menemani hari-hariku. 4. Teman-teman seperjuangan yang saling memberikan semangat, serta menjadi tempat saling bertukar pikiran. 5. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Purworejo. iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, serta memberi kekuatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah dengan segenap upaya dan penuh perjuangan akhirnya skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013, dapat diselesaikan guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Banyak pihak telah memberikan bantuan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberi izin kepada penulis untuk belajar serta menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo; 2. Drs. H. Hartono, M.M. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan; 3. Yuli Widiyono, M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa serta sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan izin v

6 vi

7 ABSTRAK Lilik Yuliwantoro. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan penerapan media audio visual pada pembelajaran keterampilan membaca geguritan bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013 dan (2) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual. Penelitian ini adalah classroom action research (penelitian tindakan kelas). Subjek dalam penelitian ini adalah guru pembimbing (guru bahasa Jawa) dan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo. Pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes (observasi dan wawancara). Data diukur kevalidannya dengan teknik content validity (validitas isi). Adapun analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah: (1) penerapan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo berlangsung selama dua siklus dan tiap siklus terbagi menjadi dua pertemuan. Pada setiap siklusnya, diterapkan empat tahap pembelajaran, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan refleksi pada siklus II sebagai kegiatan paling akhir dalam pembelajaran, diperoleh hasil bahwa penerapan media audio visual berhasil mengubah aktivitas siswa menjadi lebih baik, selain juga meningkatkan nilai tes mereka dalam membaca geguritan; (2) peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo setelah dilakukan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual adalah sebesar 12,3 pada siklus I, yakni dari nilai prasiklus sebesar 58,7 menjadi 71 pada siklus I dan meningkat lagi sebesar 9,1 menjadi 80,1 pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi di hampir semua aspek penilaian membaca geguritan yang meliputi aspek kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung. Kata Kunci: Membaca, Keterampilan, Media Audio Visual, Geguritan vii

8 ABSTRAK Lilik Yuliwantoro. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Pendidikan Bahasa lan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Panaliten menika nggadhahi ancas : (1) ngginakaken media audio visual anggenipun pasinaon kaprigelan maos geguritan kangge siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo; (2) ngindhakaken asil pasinaon kaprigelan maos geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo sesampunipun ngginakaken media audio visual. Panaliten menika Clasroom action research utawi panaliten tindakan kelas. Subjek wonten ing panaliten menika Dwija bahasa Jawa lan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo. Anggenipun ngempalaken data ngginakaken teknik tes lan nontes (observasi lan wawancara). Data dipun ukur kevalidanipun ngagem teknik Content Validity (Validitas isi). Anggenipun analisis data ngagem teknik kualitatif lan kuantitatif. Asil panaliten menika : (1) ngginakaken pasinaon maos geguritan ngagem media audio visual wonten ing kelas VIII A SMP N 37 Purworejo. Panaliten menika dipunlampahi kanti kalih siklus, lan setunggal siklus dipunlampahi kanti kalih pepanggihan. Ing saklebeting siklus dipunlampahi sekawan pasinaon, inggih menika perencanaan, tindakan, observasi, refleksi. Miturut refleksi wonten ing siklus II inggih menika pasinaon ingkang pungkasan, dipunmangertosi inggih menika ngginakaken media audio visual saged ngowahaken tindak tanduk siswa ingkang langkung sae ugi ningkataken asil pasinaon anggenipun maos geguritan; (2) indhakanipun kaprigelan maos geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo sasampunipun pasinaon maos geguritan ngginakaken media audio visual inggih menika 12,3 wonten ing siklus I, inggih punika saking kasil prasiklus 58,7 dados 71 wonten ing siklus I, lan mindhak malih inggih menika 9,1 dados 80,1 wonten ing siklus II. Indhakanipun menika saged katindakaken wonten ing sedaya bab kasilipun maos geguritan, inggih menika bab anggenipun maos geguritan, konsentrasi, mimik wajah, intonasi, nada, cetha ing pangucap, owahing badan lan penguasaan panggung. Kata Kunci : Maos, Kaprigelan, Media Audio Visual, Geguritan viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.... PERNYATAAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... ABSTRAK... SARIPATI.... DAFTAR ISI.... DAFTAR TABEL.... DAFTAR DIAGRAM.... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi masalah... C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah... E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka... B. Kajian Teori Membaca Indah Hakikat Geguritan... a. Pengertian Geguritan... b. Unsur-Unsur Geguritan Hakikat Membaca Geguritan... a. Pengertian Membaca Puisi... b. Unsur-unsur Dalam Membaca Puisi Media Audio Visual... a. Pengertian Media Audio Visual... b. Tujuan Media Video Dalam Pembelajaran... c. Kelemahan dan Kelebihan Media Audio Visual... C. Kerangka pikir... D. Rumusan Hipotesis... BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian... C. Subjek dan Objek Penelitian... Halaman i ii iii iv v vi viii ix x xii xiv xv xvi ix

10 BAB IV BAB V D. Desain Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Instrumen Penelitian... G. Validitas Instrumen... H. Teknik Analisis Data... HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data 1. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan pada Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo... B. Pembahasan Data 1. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan pada Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 37 Purworejo... PENUTUP A. Simpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Membaca Geguritan Tabel 2. Deskripsi Penilaian Tes Tabel 3. Rentang Nilai Tabel 4. Pedoman Observasi Siswa Tabel 5. Pedoman Wawancara Tabel 6. Pelaksanaan Prasiklus Tabel 7. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan Siklus I Tabel 8. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan Siklus II Tabel 9. Daftar Nilai Membaca Geguritan Prasiklus Tabel 10. Hasil Tes Membaca Geguritan Prasiklus Tabel 11. Daftar Nilai Siklus I Tabel 12. Hasil Tes Membaca Geguritan Siklus I Tabel 13. Daftar Nilai siklus II Tabel 14. Hasil Tes Membaca Geguritan Siklus II Tabel 15. Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan Tabel 16. Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan Tabel 17. Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan Tabel 18. Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan Tabel 19. Hasil Skor Prasiklus Aspek Kelancaran Tabel 20. Hasil Skor Prasiklus Aspek Konsentrasi Tabel 21. Hasil Skor Prasiklus Aspek Mimik Wajah Tabel 22. Hasil Skor Prasiklus Aspek Kejelasan Ucapan Tabel 23. Hasil Skor Prasiklus Aspek Intonasi Tabel 24. Hasil Skor Prasiklus Aspek Nada Tabel 25. Hasil Skor Prasiklus Aspek Gerak Tubuh Tabel 26. Hasil Tes Prasiklus Aspek Penguasaan Panggung Tabel 27. Skor Rata-Rata Siswa Semua Aspek Pada Prasiklus Tabel 28. Hasil Skor Siklus I Aspek Kelancaran Tabel 29. Hasil Skor Siklus I Aspek Konsentrasi Tabel 30. Hasil Skor Siklus I Aspek Mimik Wajah Tabel 31. Hasil Skor Siklus I Aspek Kejelasan Ucapan Tabel 32. Hasil Skor Siklus I Aspek Intonasi Tabel 33. Hasil Skor Siklus I Aspek Nada Tabel 34. Hasil Skor Siklus I Aspek Gerak Tubuh Tabel 35. Hasil Skor Siklus I Aspek Penguasaan Panggung Tabel 36. Skor Rata-Rata Siswa Semua Aspek pada Siklus I Tabel 37. Hasil Skor Siklus II Aspek Kelancaran Tabel 38. Hasil Skor Siklus II Aspek Konsentrasi xi

12 Tabel 39. Hasil Skor Siklus II Aspek Mimik Wajah Tabel 40. Hasil Skor Siklus II Aspek Kejelasan Ucapan Tabel 41. Hasil Skor Siklus II Aspek Intonasi Tabel 42. Hasil Skor Siklus II Aspek Nada Tabel 43. Hasil Skor Siklus II Aspek Gerak Tubuh Tabel 44. Hasil Skor Siklus II Aspek Penguasaan Panggung Tabel 45. Skor Rata-Rata Siswa Semua Aspek pada Siklus I Tabel 46. Rekapitulasi Skor Prasiklus, Siklus I, Siklus II Tabel 47. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Prasiklus, Siklus I, Siklus II xii

13 DAFTAR DIAGRAM Halaman Diagram 1. Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Prasiklus Diagram 2. Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Siklus I Diagram 3. Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Siklus II Diagram 4. Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Geguritan dari Prasiklus, Siklus I, sampai Siklus II xiii

14 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Siswa Semua Aspek dari Prasiklus, Siklus I, Siklus II xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kurikulum Untuk SMP/MTs Lampiran 2. Silabus Semester I Kelas VIII Lampiran 3. RPP siklus I Pertemuan Lampiran 4. RPP siklus I Pertemuan Lampiran 5. RPP siklus I Pertemuan Lampiran 6. RPP siklus I Pertemuan Lampiran 7. Surat Keterangan Validasi Lampiran 8. Pedoman Penilaian Membaca Geguritan Prasiklus, Siklus I, Siklus II Lampiran 9. Geguritan Untuk Pembelajaran Lampiran 10. Pedoman Observasi Siswa Prasiklus, Siklus I, Siklus II... Lampiran 11. Pedoman Wawancara Siswa Siklus I, Siklus II Lampiran 12 Daftar Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Lampiran 13. Lembar Penilaian Prasiklus Lampiran 14. Lembar Penilaian Siklus I Lampiran 15. Lembar Penilaian Siklus II Lampiran 16. Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 17. Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan Lampiran 18. Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 19. Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan Lampiran 20. Hasil Catatan Lapangan Prasiklus, Siklus I, Siklus II Lampiran 21. Hasil Wawancara Siswa Siklus I Lampiran 22. Hasil Wawancara Siswa Siklus II Lampiran 23. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Prasiklus Lampiran 24. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Lampiran 25. Penilaian Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II Lampiran 26. Rekap Nilai Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I, Siklus II Lampiran 27. Dokumentasi Foto Kegiatan Pembelajaran Lampiran 28. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Lampiran 29. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 30. Waktu penelitian Lampiran 31. Surat Telah Melakukan Penelitian Lampiran 32. Kartu Bimbingan Skripsi xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menjadi kurikulum pendidikan nasional saat ini memiliki beberapa prinsip, salah satunya seimbang antara kepentingan nasional dan daerah (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006: 10). Bagi satuan pendidikan di daerah Purworejo, tidak terkecuali SMP Negeri 37 Purworejo, penerapan prinsip tersebut dilakukan antara lain dengan pembelajaran bahasa Jawa sebagai muatan lokal untuk mengembangkan potensi dan kekayaan budaya daerah. Seperti halnya pembelajaran bahasa lainnya, pembelajaran bahasa Jawa terpusat pada pencapaian empat keterampilan berbahasa bagi siswa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut, menurut Tarigan (2008: 01) merupakan satu kesatuan yang saling berhu-bungan dan saling mempengaruhi sehingga tidak dapat diabaikan salah satunya. Dalam aspek keterampilan membaca, salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasi siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo adalah kemampuan membaca geguritan. Sayangnya, kompetensi dasar tersebut belum dipenuhi oleh sebagian besar siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata kelas yang masih rendah, yakni 6,25, padahal kriteria ketuntasan minimalnya adalah 7,00. Hal inilah yang memotivasi peneliti sebagai akademisi bidang pendidikan bahasa Jawa untuk 1

17 2 melakukan penelitian sebagai upaya meningkatkan kemampuan membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo. Berdasarkan wawancara pada tanggal Februari 2012 terhadap guru mata pelajaran bahasa Jawa mengenai proses pembelajaran membaca geguritan yang dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, peneliti memperoleh simpulan bahwa pembelajaran membaca geguritan pada kelas VIII A masih berlangsung secara tradisional, yakni guru menjelaskan maksud atau isi geguritan, menjelaskan teknik membaca geguritan, yang dilanjutkan siswa disuruh maju satu persatu untuk membaca geguritan yang ada dalam lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan penilaian. Pembelajaran semacam ini membuat siswa kurang termotivasi untuk belajar dan cenderung membosankan. Selain itu, peneliti mendapati bahwa rata-rata siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo memiliki kebiasaan membaca dengan cepat. Mereka membaca dalam tempo yang sangat singkat. Kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh kebiasaan mereka dalam membaca segala bacaan dengan cepat atau boleh jadi juga karena malu serta takut sehingga ingin segera selesai membaca lalu kembali ke tempat duduknya. Pemikiran kemungkinan ini juga dikuatkan oleh bukti bahwa sejumlah besar siswa memilih geguritan yang relatif pendek. Untuk mengatasi hal tersebut, inovasi dalam penggunaan media pembelajaran merupakan hal yang layak dilakukan. Seiring perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, pembelajaran di era modern ditandai dengan penggunaan berbagai macam

18 3 media pembelajaran sebagai alat bantu guru agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Efektif karena mempercepat pemahaman dan kemampuan siswa, dan efisien karena tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Namun dalam prakteknya guru bahasa Jawa di SMP Negeri 37 Purworejo masih jarang dalam menggunakan media tersebut. Dalam pembelajaran membaca geguritan, media pembelajaran yang dapat dipilih adalah media audio visual. Anderson (dalam Waryanto, 2011: 6) mengemukakan bahwa media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Media audio visual, menurut hemat peneliti, sangat relevan dengan pembelajaran membaca geguritan karena membaca geguritan memerlukan contoh-contoh berupa suara (audio) yang dapat menunjukkan intonasi dan jeda, juga berupa gambar bergerak (visual) yang menunjukkan ekspresi dan mimik saat membaca geguritan. Selain hal di atas, temasuk hal yang mendorong peneliti melakukan penelitian terhadap pembelajaran membaca geguritan adalah fakta bahwa geguritan sebagai karya sastra Jawa masih asing bagi orang Jawa, khususnya generasi remaja saat ini. Padahal, orang-orang asing banyak yang menaruh minat untuk mempelajari kesusatraan Jawa. Oleh karena itu, melalui pembelajaran yang menyenangkan dengan bantuan media audio visual, diharapkan dapat merangsang pemahaman dan kecintaan generasi remaja terhadap kesusastraan daerahnya.

19 4 Atas dasar tersebut di atas, sebagai salah satu sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, peneliti melakukan penelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi selama dua hari terhadap proses pembelajaran membaca geguritan pada kelas VIII A dan wawancara kepada guru bahasa Jawa dan beberapa siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, ada beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai faktor yang melatarbelakangi rendahnya nilai keterampilan membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, yakni sebagai berikut. 1. Siswa menyepelekan pembelajaran membaca geguritan karena merasa tidak penting sehingga saat ditugaskan untuk maju membaca geguritan hanya membaca secara cepat atau karena malu serta takut sehingga ingin segera selesai membaca tanpa memperhatikan intonasi dan ekspresi. 2. Guru mata pelajaran jarang menggunakan media audio visual saat pembelajaran membaca geguritan. 3. Model pembelajaran yang berlangsung masih tradisional, yakni guru menjelaskan isi geguritan, mengajarkan teknik membacanya, dan diakhiri dengan menyuruh siswa maju satu per satu untuk dinilai.

20 5 4. Materi geguritan sebagai karya sastra Jawa masih asing bagi orang Jawa, khususnya generasi remaja saat ini. C. Batasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada masalah butir kedua, yakni masalah media pembelajaran yang jarang digunakan dalam pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo. Dengan demikian, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan keterampilan membaca geguritan dengan media audio visual, pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca geguritan. Dengan media ini siswa akan mengetahui cara membaca geguritan yang baik, karena merangsang indera pendengaran dan indera penglihatan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan di bawah ini. 1. Bagaimanakah penerapan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013? 2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual?

21 6 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Di bawah ini diruaikan tujuan dan kegunaan penelitian. 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ditetapkan, tujuan penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan penerapan media audio visual pada pembelajaran keterampilan membaca geguritan bagi siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013. b. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual. 2. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan, baik manfaat teoritis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan pembelajaran bahasa, khususnya dalam penggunaan media pembelajaran keterampilan membaca geguritan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru dan siswa. Bagi guru, penelitian ini dapat memudahkan guru bahasa Jawa dalam memberikan pembelajaran membaca geguritan secara efektif dan efisien dengan proses pembelajaran yang menyenangkan. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu

22 7 siswa dalam mengatasi kesulitan dalam membaca geguritan serta merangsang mereka agar menyukai kegiatan membaca geguritan.

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORI, DAN RUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka mempunyai arti peninjauan kembali pustakapustaka yang terkait (review of related literature) (Djunaedi, 2000:1-2). Sesuai dengan arti tersebut, tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, dengan tinjauan pustaka, seorang peneliti dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian sebelumnya. Setelah dilakukan tinjauan pustaka, peneliti menemukan banyak penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, antara lain penelitian Eri Isnaeningsih (2012) berjudul Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Berbahasa Jawa dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII F SMP N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2010/2011. Isnaeningsih menyimpulkan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kemampuan menyimak serta meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam menyimak berita berbahasa Jawa. Hal tersebut diketahui dari perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih baik, yakni siswa menjadi aktif dan antusias mengikuti pembelajaran menyimak. Berdasarkan analisis data penelitian, keterampilan menyimak berita berbahasa Jawa pada pra siklus, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas. Pada pra siklus, nilai rata-rata 8

24 9 kelas mencapai 63,73. Pada siklus I, peningkatan dari nilai rata-rata pratindakan sebesar 5,82 poin dengan nilai rata-rata kelas 69,55. Siklus II mengalami peningkatan dari rata-rata siklus I sebesar 6,65 poin dengan nilai rata-rata 76,20. Penelitian Eri Isnaeningsih (2011) relevan dengan penelitian ini karena sama-sama menggunakan media audio visual sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Bedanya, Isnaeningsih menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak berita Jawa, sedangkan penelitian ini menggunakan media audio visual untuk meningkatkan kemampuan keterampilan membaca geguritan. Penelitian Tri Nugraheni Pamungkas (2008) berjudul Penggunaan Media Audiovisual dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Batik I Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008, menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dan metode Snowball Throwing dapat memperbaiki proses pembelajaran biologi yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar biologi. Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan jumlah siswa yang aktif, yaitu 16,275%. Pada ranah kognitif, nilai peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 10,5. Pada ranah afektif, diperoleh peningkatan prosentase capaian dari siklus I ke siklus II sebesar 5,58%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dan metode Snowball Throwing dapat memperbaiki proses

25 10 pembelajaran biologi siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik I Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Penelitian Pamungkas tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini karena sama-sama menggunakan media audio visual sebagai alat bantu agar mencapai pembelajaran yang maksimal. Akan tetapi, penelitian tersebut berbeda dengan penelitian ini karena Pamungkas menggunakan media audio visual dalam pembelajaran Biologi, sedangkan penelitian ini menggunakan media audio visual dalam pembelajaran bahasa Jawa. Terlepas dari persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini, kedua penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media audio visual dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan media audio visual diharapkan dapat lebih meningkatkan daya kemampuan dalam membaca geguritan penuh dengan penghayatan sesuai dengan isi geguritan. Dari tinjauan pustaka di atas, dapat dipahami bahwa penelitian mengenai penggunaan media audio visual dalam pembelajaran sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Akan tetapi, penelitian berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo layak dilakukan guna melengkapi penelitian penelitian yang sudah ada.

26 11 B. Kajian Teoretis Teori yang digunakan sebagai acuan penelitian adalah: (1) membaca indah, (2) hakikat geguritan, (3) hakikat membaca geguritan, dan (4) media audio visual. Di bawah ini diuraikan teori-teori tersebut satu per satu. 1. Membaca Indah Ada banyak jenis membaca, tetapi tidak semuanya diuraikan pada subbahasan ini. Terkait dengan penelitian membaca geguritan, jenis membaca yang digunakan sebagai acuan teori adalah membaca indah. Sukirno (2009: 8), menyatakan bahwa membaca indah adalah salah satu jenis membaca lanjutan yang menekankan pada kemampuan pengucapan, intonasi, jeda, penggambaran, penghayatan, keindahan, dan keharuan yang terdapat dalam isi bacaan. Lebih lanjut, Sukirno (2009: 8) mengutarakan bahwa penekanan utama dalam membaca indah adalah penguasaan lafal, intonasi, jeda, komunikasi mata, raut muka/ekspresi wajah/mimik, dan penghayatan pembacanya. Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk menyampaikan makna dan keindahan dari apa yang dibacanya agar pendengar dapat memahami dan menikmati isi bacaan tersebut. Dalam kegiatan membaca indah, pembaca harus memperhatikan intonasi, jeda, pelafalan, tekanan, ekspresi wajah, dan penghayatan pembacaannya.

27 12 Suyitno (1985: 36) mengemukakan bahwa membaca indah sama halnya dengan membaca emosional yang bertujuan untuk menikmati keindahan, memberikan kepuasan perasaan dan juga melatih pembentukan fantasi terhadap pembaca. Contoh dari membaca indah yaitu ketika pembacaan puisi. Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda. Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008: 47). Kemampuan membaca indah tentu tidak diperoleh dalam waktu yang singkat, kecuali pembaca tersebut memiliki talenta yang baik. Sebagai suatu bentuk keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih dan mampu memahami maksud penulis dengan cepat, efektif, dan efisien. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca geguritan termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca indah karena membaca estetis merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami dan mengapresiasikan makna dari geguritan yang dibacanya. Dari uraian di atas, dapat disarikan bahwa membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk menyampaikan makna dan keindahan dari apa yang dibacanya agar pendengar dapat memahami dan menikmati isi bacaan tersebut. Dalam kegiatan membaca indah, pembaca

28 13 harus memperhatikan intonasi, jeda, pelafalan, tekanan, ekspresi wajah, dan penghayatan dalam membacanya. 2. Hakikat Geguritan Terkait dengan hakikat geguritan, di bawah ini disajikan (1) pengertian geguritan dan (2) unsur-unsur geguritan. a. Pengertian Geguritan Geguritan adalah salah satu jenis puisi Jawa, yakni puisi Jawa modern. Pada intinya, geguritan adalah jenis puisi bebas, yakni bebas dalam hal bentuk maupun isinya. Subalidinata (1994: 45) menyatakan: Tembung geguritan asale saka tembung gurita ; tembung gurita owah-owahan saka tembung gerita ; tembung gerita linggane gita, tegese tembang utawa syair. (Istilah geguritan berasal dari kata gurita, kata gurita terbentuk dari kata gerita ; kata gerita dasarnya gita yang artinya tembang atau syair ). Pendapat Subalidinita di atas mengungkapkan bahwa geguritan merupakan salah satu bentuk syair atau puisi. Akan tetapi, geguritan bukanlah puisi yang terikat oleh aturan-aturan baku, melainkan puisi bebas sehingga Subalidinita menyebutnya syair Jawa gagrag anyar atau puisi Jawa bentuk baru. Berdasarkan pandangan di atas, dapat disarikan pengertian geguritan adalah karya sastra Jawa modern berbentuk puisi bebas yang tidak terikat oleh jumlah baris, bait, maupun rima.

29 14 Geguritan yaitu puisi Jawa baru yang tidak terikat oleh batasan tertentu. Walaupun bersifat bebas tetapi masih menyimpan rasa keindahan. 1. Ciri-ciri geguritan: a. tidak terikat guru gatra; b. isi menyeluruh c. bahasa indah d. mengandung pelajaran, kritik, saran, pengharapan dan lain sebagainya. 2. Batasan yang harus diperhatikan agar bisa membaca geguritan dengan baik dan benar: a. mengetahui isi geguritan yang dibaca; b. bisa merasakan isi geguritan; c. mempunyai suara yang keras dan bagus supaya enak didengarkan; 3. Guru lagu yaitu jatuhnya suara pada akhir baris. 4. Guru gatra yaitu jumlah baris tiap bait. 5. Guru wilangan yaitu jumlah suku kata tiap-tiap gatra. Geguritan pada dasarnya memiliki dua unsur yaitu surface structure (struktur luar) dan deep structure (struktur dalam). Struktur luar puisi berkaitan dengan bentuk, sedang unsur dalam berkaitan dengan isi dan makna.struktur luar terdiri dari pilihan kata (diksi), struktur bunyi, penempatan kata dalam kalimat, penyusunan bait dan

30 15 tipografi. Adapun struktur dalam adalah struktur yang berkaitan dengan tema, pesan atau makna yang tersirat dibalik struktur luar (Fananie, 2000: 09). b. Unsur-Unsur Geguritan Puisi Jawa modern atau geguritan merupakan bentuk terakhir dalam periode perkembangan kesusastraan Jawa modern (Karsono, 2001: 42). Seperti halnya dengan bentuk kesusastraan Jawa modern lain, puisi Jawa modern pun memiliki unsur keindahan. Keindahan dalam puisi identik dengan kepuitisan. Sama halnya dengan keindahan, kepuitisan berhubungan dengan pikiran, perasaan, pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Karsono (2001: 1) menyebut tiga unsur utama keindahan yang terkandung dalam puisi, yakni bunyi, kata dan peruangan. Bunyi dalam sebuah puisi adalah bunyi-bunyi bahasa. Puisi sendiri merupakan kumpulan bunyi yang tersusun secara bertingkat: satuan suku kata menjadi kata, satuan kata menjadi frasa atau kalimat (baris), satuan baris menjadi bait, satuan bait menjadi wacana puisi. Kata-kata dalam puisi menjadi unsur dasar dalam puisi. Kata-kata yang tersaji tidak dapat tidak bermakna, melainkan ia ditampilkan dengan mengemban sebuah makna. Kata-kata menjadi baris, baris-baris menjadi bait, bait-bait menjadi wacana puisi. Penyusunan kata, baris dan bait itulah yang

31 16 disebut peruangan dalam wacana puisi. Unsur bunyi, peruangan, dan unsur-unsur pembangun lainnya dalam puisi menjadi unsur fisik, selain unsur mental. Tema yang menjadi unsur mental dalam sebuah puisi Jawa modern dapat ditemui melalui makna keseluruhan puisi yang diproses lewat analisis pada setiap unsur pembangunnya. Karsono (2001: 10-41), menyatakan bahwa unsur-unsur pembangun puisi terdiri dari aspek pengujaran, aspek bunyi, aspek peruangan, dan aspek kebahasaan. Sekilas mengenai unsur-unsur pembangun puisi dijelaskan sebagai berikut. 1) Aspek Pengujaran Wacana puisi pada hakikatnya hadir sebagai komunikasi. Wacana puisi tersebut tidak hadir dengan sendirinya, melainkan dihadirkan (diceritakan) oleh subjek pengujaran. Adapun wacana puisi yang diceritakan oleh subjek pengujaran merupakan objek pengujaran. Dalam wacana puisi terdapat subjek pengujaran dan objek pengujaran. Subjek pengujaran adalah sang pencerita (penulis) yang menceritakan isi pernyataan dalam puisinya kepada pembaca yang disapanya, sedangkan objek pengujaran yang merupakan pokok pembahasan dalam wacana puisi terdiri dari subjek ujaran (dalam teks prosa naratif disebut tokoh) dan objek ujaran (meliputi unsur tema dan latar: tempat, waktu dan sosial).

32 17 Di bawah ini diuraikan kedua hal tersebut. a) Subjek Pengujaran Subjek pengujaran dapat hadir dalam objek pengujaran, namun bisa pula tidak hadir dalam objek pengujaran. Subjek pengujaran yang hadir dalam objek pengujaran disebut subjek pengujaran intern. Adapun subjek pengujaran yang berada di luar objek pengujaran disebut dengan subjek pengujaran ekstern. Subjek pengujaran intern merupakan subjek pengujaran yang juga dapat bertindak sebagai subjek ujaran. Biasanya dalam wacana puisi subjek ujaran diwakili oleh pribadi (tokoh) yang secara nyata hadir dalam bentuk kata ganti aku, dak-/tak-, ingsun, sun dan kata ganti lain yang termasuk dalam kelompok kata ganti orang pertama tunggal. Subjek ujaran yang menggunakan kata ganti orang pertama tunggal ini seringkali disebut dengan aku liris dan hadir dalam puisi yang bersifat monolog. Adapun subjek pengujaran ekstern tidak hadir secara nyata dalam objek pengujaran dan tidak bertindak sebagai subjek ujaran. b) Objek Pengujaran Objek pengujaran dalam wacana puisi terdiri dari subjek ujaran, dan objek ujaran (latar dan tema). Subjek ujaran adalah tokoh atau sesuatu yang menjadi pokok pembicaran dalam suatu wacana puisi. Subjek ujaran bisa berupa manusia,

33 18 alam, suasana, benda mati, benda hidup, dan sebagainya. Latar, baik latar tempat, waktu, maupun latar sosial, dalam wacana puisi seringkali membantu untuk menemukan pemaknaan wacana puisi, sedangkan tema yang menjadi gagasan Makna puisi-puisi utama dalam mendasari suatu wacana puisi dapat juga muncul melalui aspek kebahasaan, aspek bunyi dan aspek spasial. 2) Aspek Bunyi Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa bunyi dalam puisi merupakan bunyi bahasa. Bunyi bahasa dalam puisi dibagi menjadi bunyi bahasa segmental dan bunyi bahasa suprasegmental atau bunyi yang muncul ketika bunyi itu divokalisasikan. Selain itu bunyi juga memiliki fungsi, yakni fungsi estetik, fungsi aksentuasi, dan fungsi spasial. Di bawah ini diuraikan ketiga fungsi bunyi tersebut. a) Fungsi Estetik Bunyi dalam puisi akan menciptakan makna semantis apabila sederetan bunyi membentuk kata. Selain itu bunyi dalam puisi juga menciptakan makna estetis (keindahan). Makna estetis bunyi dalam puisi terbentuk oleh bunyi yang muncul secara teratur, baik melalui perulangan bunyi vokal dan konsonan maupun dari persamaan bunyi vokal dan konsonan. Perulangan atau persamaan bunyi itu dalam bahasa

34 19 Jawa disebut dengan purwakanthi. Dalam puisi Jawa modern, dikenal tiga macam purwakanthi, yaitu purwakanthi guru swara, purwakanthi guru sastra, dan purwakanthi guru basa (purwakanthi lumaksita). (1) Purwakanthi guru swara adalah perulangan bunyi vokal pada kata dalam satu baris puisi, baik perulangan secara beruntun maupun berseling. Contoh perulangan bunyi vokal secara beruntun, Yatna yuwana, lena kena ; dan perulangan bunyi vokal secara berseling, kembang mlathi, warna peni, ganda wangi. (2) Purwakanthi guru sastra adalah perulangan bunyi konsonan pada kata dalam satu baris puisi, baik perulangan secara beruntun maupun berseling. Contoh perulangan bunyi konsonan secara beruntun, sluman slumun slamet. (3) Purwakanthi lumaksita atau perwakanthi guru basa adalah perulangan kata, baik secara keseluruhan maupun sebagian, baik mengalami maupun tidak mengalami perubahan bentuk, baik dalam satu larik maupun dalam Makna puisi-puisi larik yang berbeda tetapi masih berurutan. Sebagai contoh adigang adigung adiguna.

35 20 b) Fungsi Aksentuasi Kehadiran bunyi bahasa dalam puisi dapat memberi tekanan makna atau setidak-tidaknya memberikan isyarat tertentu pada subsistem bahasa yang dilambangkannya, meskipun tidak memiliki makna secara kontekstual. Sebagai contoh dapat dilihat dari kutipan pada ke-3 salah satu puisi karya Moelyono Soedarma yang berjudul Lola. o bapak, o biyung aku kangen angeting asihmu aku kangen nikmating katresnanmu aah, aku banget kapang kekudanganmu ing gebyaring lintang ayuta Bunyi aku dan kangen merupakan bentuk perulangan kata atau purwakanthi lumaksita dalam satu pada. Kehadiran perulangan bunyi aku aku, dan kangen rindu, memperlihatkan adanya tekanan pada subsistem bahasa dan memberikan petunjuk atau menjadi kunci untuk menemukan makna keseluruhan dalam pada ke-3 pada contoh puisi di atas. Dengan adanya intensitas perulangan bunyi aku dan kangen tersebut, pembaca dapat mengambil makna puisi di atas, yakni tokoh aku yang merindukan kehangatan dan kasih sayang dari orang tuanya yang pernah ia rasakan dulu. c) Fungsi Spasial Pada umumnya, di akhir larik dalam sebuah puisi, bunyi sering kali berfungsi menjadi penanda bait suatu puisi

36 21 atau dapat dikatakan jika bunyi berfungsi sebagai penanda spasial atau peruangan. Akan tetapi tidak semua memiliki bunyi akhir dalam setiap larik membentuk rima atau terpola, adakalanya bunyi akhir dalam setiap larik sembarang. Misalnya puisi Jawa tradisional seperti kidung dan macapat, bunyi akhir dalam setiap lariknya terpola dengan rapih. Berbeda dengan puisi Jawa modern yang sudah terlepas dari pengaruh puisi Jawa tradisional, bunyi akhir dalam setiap lariknya tidak terpola. 3) Aspek Peruangan Peruangan wacana puisi berbeda dengan peruangan wacana karya sastra lain (prosa dan drama). Peruangan pada prosa tersusun dari kata-kata yang membentuk kalimat, susunan kalimat membentuk paragraf dan susunan paragraf membentuk bab-bab. Adapun bentuk peruangan prosa memenuhi halaman kertas yang menjadi wadah penyusunan kata, kalimat, paragraf dan babbabnya. Begitu juga dengan bentuk peruangan drama yang terbentuk dari dialog para tokoh dan disertai dengan petunjuk mengenai adegan yang dilakukan dalam pementasan. Adapun peruangan wacana puisi hampir semuanya terbentuk oleh bait-bait, setiap bait puisi dibentuk atas beberapa baris, dan setiap baris dibentuk atas beberapa kata yang kebanyakan tidak memenuhi ruang yang tersedia dalam halaman.

37 22 Oleh karena peruangan wacana puisi tidak memenuhi ruang halaman, maka secara visualisasi peruangan wacana puisi menunjukkan tipografi yang khas sehingga berbeda dengan tipografi karya sastra lain, seperti prosa dan drama. Peruangan wacana puisi khususnya puisi Jawa tradisional memiliki susunan satuan-satuan spasial berjenjang, yaitu gatra (baris) sebagai satuan spasial terkecil, pada (bait) terdiri dari sejumlah gatra, pupuh (bab) yang terdiri dari sejumlah pada, dan keseluruhan wacana sebagai satuan spasial terbesar. Satuan-satuan spasial pada wacana puisi itu ditandai oleh pemarkah atau penanda sesuai tataran masing-masing satuannya. Misalkan pada tataran gatra, pemarkah spasialnya berupa guru wilangan (jumlah suku kata) dan guru lagu (bunyi vokal pada akhir gatra). Selain guru wilangan dan guru lagu, pemarkah pada tataran pada juga berupa guru gatra (jumlah larik dalam satu bait). Adapun peruangan wacana puisi Jawa modern tersusun dari satuan kata-kata yang membentuk beberapa gatra, susunan beberapa gatra membentuk beberapa pada, dan susunan beberapa pada membentuk wacana puisi. Dalam puisi Jawa tradisional pemarkah satuan-satuan spasialnya sudah memiliki pola (metrum) tertentu, sedangkan dalam puisi Jawa modern pemarkah satuan spasialnya tidak terpola. Bahwa dalam puisi Jawa modern terdiri dari sejumlah

38 23 pada, jumlah gatra dalam masing-masing pada tidak harus sama, jumlah suku kata dalam masing-masing gatra pun tidak harus sama, dan rima (vokal) akhir tiap gatra juga tidak harus sama, dan tidak mengikuti pola tertentu. Adapun peruangan puisi Jawa modern juga dapat dibentuk dengan tanda-tanda nonbahasa, misalnya tanda-tanda seperti (-), (+), (x), (=), (: ), ataupun dengan angka-angka. Unsurunsur nonbahasa tersebut dimaksudkan untuk menggantikan bahasa dalam puisi atau mempunyai suatu pengertian lain. 4) Aspek Kebahasaan Puisi pada umumnya mengandung hukum bahasa yang berbeda dengan bahasa sehari-hari dalam fungsinya sebagai alat komunikasi. Ada tiga faktor yang menyebabkan perbedaan itu, yakni (1) puisi memiliki bahasa yang berada pada tataran fungsi sekunder (makna konotatif, karena makna bahasa dalam puisi tidak harus berhenti pada makna leksikal); (2) sifat puisi yang mengharuskan hukum bahasa takluk kepadanya; (3) penyairlah yang memainkan peran dalam menentukan pilihan kata (bahasa), sehingga bahasa dalam wacana puisi tidak harus sama dengan fungsi bahasa dalam alat komunikasi sehari-hari. Pada umumnya, pengorganisasian kata-kata dalam wacana puisi dibuat secara ringkas, atau dibingkai secara terbatas, namun memiliki kandungan makna yang luas atau memiliki

39 24 keambiguitasan (ketaksaan) makna. Keambiguitasan makna dalam puisi antara lain bersifat denotatif dan konotatif. Makna konotatif dalam wacana puisi seringkali bersifat majas atau kiasan (ungkapan bahasa, baik persamaan maupun perlawanan makna). Adapun majas atau kiasan digunakan penulis sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan sesuatu dalam puisinya kepada pembaca. 3. Hakikat Membaca Geguritan Hakikat membaca geguritan merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori tentang membaca geguritan dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel-variabel penelitian. Sebagai salah satu jenis puisi Jawa, membaca geguritan dapat dikatakan sama dengan membaca puisi pada umumnya. Oleh karena itu, landasan teoretis tentang hakikat membaca geguritan pada penelitian ini disamakan dengan hakikat membaca puisi secara umum yang meliputi: (1) pengertian membaca puisi, dan (2) unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membaca puisi. a. Pengertian Membaca Puisi Membaca puisi ada dua kemungkinan, yakni membaca untuk diri sendiri dan membaca agar didengar oleh orang lain. Kemungkinan yang pertama termasuk di dalam membaca dalam hati dan kemungkinan yang kedua temasuk ke dalam jenis membaca indah. Dalam penelitian ini, membaca puisi yang dimaksud adalah membaca

40 25 puisi untuk dipahami dan dinikmati oleh orang lain dan termasuk ke dalam jenis membaca indah. Membaca puisi bukanlah sekadar melisankan puisi atau menyuarakan puisi, melainkan juga mengekspresikan perasaan dan jiwa yang ditangkap oleh pembaca dari puisi tersebut. Kegiatan membaca puisi dilakukan dengan dilihat oleh orang banyak (para hadirin). Oleh karena itu, sebelum membaca puisi harusnya seorang pembaca puisi mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi tersebut agar orang yang mendengarkan, mengetahui makna dalam puisi tersebut. Pada hakikatnya membaca puisi merupakan upaya menyampaikan apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan oleh penulis puisi kepada pendengar atau penonton. Oleh karena itu, keberhasilan pembacaan puisi dapat diukur dengan seberapa jauh apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan penulis puisi sampai kepada pendengar atau penonton (Doyin, 2008: 6). Lebih lanjut, Doyin (2008: 6) mengemukakan bahwa komponen yang harus diperhatikan dalam pembacaan puisi adalah penghayatan, vokal, dan penampilan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca puisi adalah suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan oleh pembaca puisi sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan suatu pesan dan amanat yang terkandung

41 26 dalam puisi dengan memperhatikan teknik vokal, penghayatan, dan penampilan. b. Unsur-Unsur yang Harus diperhatikan dalam Membaca Puisi Agar memiliki nilai estetis dan pesan yang disampaikan oleh pembaca dapat dinikmati oleh pendengar atau penonton, ada beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam membaca puisi. Ada tiga pokok yang harus dikuasai oleh setiap pembaca puisi agar bacaannya tersebut baik. Ketiga hal tersebut adalah (1) penghayatan atas puisi yang dibaca, dan (2) vokal, dan (3) penampilan. Di antara ketiga unsur tersebut, unsur yang paling penting adalah unsur penghayatan karena dengan penghayatan yang baik, pembaca dapat meyampaikan pikiran dan perasaan penyair. Berikut penjelasan ketiga unsur dalam membaca puisi tersebut. 1) Penghayatan Penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan unsur utama karena hakikat membaca puisi adalah menyampaikan perasaan dan pikiran penyair. Dalam praktiknya, penghayatan tersebut akan menemukan intonasi, irama, jeda, gerak-gerik anggota tubuh, dan mimik. Dengan demikian, penghayatan atas puisi yang dibaca akan menentukan penampilan di depan audien.

42 27 Menghayati berarti memahami secara penuh isi puisi. Dengan pemahaman itulah, pembaca sebagai pembaca puisi dapat menyatukan jiwa puisi dengan jiwa pembaca sendiri. Pemahaman dalam puisi yang dikategorikan dalam penghayatan ini tidak sekadar memahami makna kata-kata atau baris-baris puisi, tetapi sampai pada pemahaman atas makna yang terkandung dalam puisi dan suasana puisi itu sendiri. Penghayatan dalam membaca puisi setidaknya tercermin dalam empat hal, yaitu (1) pemenggalan, (2) nada dan intonasi, (3) ekspresi, dan (4) kelancaran (Doyin, 2008: 6). 2) Vokal Karena membaca puisi berkaitan dengan bahasa, maka faktor vokal atau pelafalan tidak bisa dianggap remeh. Menurut Doyin (2008: 7), setidaknya ada empat hal yang menjadi perhatian utama dalam masalah vokal ini, yaitu kejelasan ucapan, jeda, ketahanan, dan kelancaran. Doyin (2008: 6-7) berpendapat, setidaknya ada tiga hal yang menjadi perhatian utama dalam masalah vokal ini, yaitu: (1) kejelasan ucapan, (2) jeda, dan (3) ketahanan. Setiap kata yang ada di dalam puisi harus dapat di dengar oleh pendengar atau penonton secara jelas. Jelas tidaknya ucapan ini, menjadi kriteria utama vokal seorang pembaca puisi. Masalah ketahanan dan kelancaran juga menjadi kriteria vokal

43 28 yang baik. Ketahanan adalah kekuatan vokal dari awal pembacaan sampai akhir pembacaan puisi. 3) Penampilan Masalah penampilan dalam membaca puisi menyangkut persolan-persoalan; (1) teknik muncul, (2) blocking dan pemanfaatan setting, (3) gerakan tubuh, dan (4) cara berpakaian (Doyin, 2008: 7-8). Di bawah ini diuraikan satu per satu. Teknik muncul adalah cara yang ditempuh oleh pembaca puisi dalam memperlihatkan diri untuk kali pertamanya. Teknik muncul ini sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan membaca puisi karena audiens pertama kali menilai bahwa puisi yang dibacakan itu bagus, berawal dari pertama kali pembaca puisi memperlihatkan diri di depan audien. Blocking mencakupi masalah bagaimana cara memposisikan tubuh pada saat membaca puisi. Posisi tubuh berkaitan erat dengan pemanfaatan setting yang berupa bagaimana pembaca memposisikan dirinya pada saat membaca puisi. Seorang pembaca puisi sebelum membaca puisi harus menguasai panggung terlebih dahulu. Jadi, ketika pembacaan puisi, pembaca bebas bergerak ke berbagai arah. Gerakan tubuh sangat penting bagi pembacaan puisi. Ukuran baik tidaknya gerakan tubuh dalam pembacaan puisi adalah kesesuaian dengan jiwa puisi. Gerakan tubuh yang

44 29 ditampilkan harus sesuai dengan isi puisi. Akan lebih baik lagi jika gerak tubuh, muncul sendiri secara alami sesuai dengan penghayatan atas puisi karena gerakan tubuh merupakan ekspresi dari pengahayatan pada puisi yang dibacakannya. 4. Media Audio Visual Landasan teoretis tentang media audio visual yaitu (1) pengertian media audio visual, (2) macam-macam media audio visual, dan (3) manfaat media audio visual. a. Pengertian Media Audio Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran (Arsyad 2003: 3-4). Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Pengertian media dalam proses belajar-mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Gerlach dan Ely dalam Arsyad, 2003: 3).

45 30 Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat atau sarana pembelajaran untuk mengefektifkan komunikasi yang digunakan untuk mempermudah proses pemahaman yang abstrak menjadi konkret. Ada banyak jenis media, tetapi di sini tidak akan dibicarakan keseluruhan jenis tersebut, melainkan hanya jenis media audio visual saja. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Djamarah dalam Waryanto, 2011: 2). Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi kedua jenis media, yakni media yang bersifat auditif dan media visual. Menurut Waryanto (2011: 6) media audio-visual disebut juga sebagai media video. Video merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran, sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk visualisasi. Anderson (dalam Waryanto, 2011: 6) mengemukakan bahwa media video adalah merupakan rangkaian gambar elektronis yang disertai oleh unsur suara audio juga mempunyai unsur gambar yang dituangkan melalui pita video (video tape). Rangkaian gambar elektronis tersebut kemudian diputar dengan suatu alat yaitu video cassette recorder atau video player.

46 31 Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena menampilkan suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video. Penggunaan media audio visual dapat mempertinggi antusias siswa dalam proses pembelajaran dan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai karena media audio visual memberikan pengalaman nyata dan konkret yang sangat efektif karena mengikutsertakan semua indera dan akal. b. Tujuan Media Video dalam Pembelajaraan Anderson (dalam Waryanto, 2011: 7-8) mengemukakan beberapa tujuan dari pembelajaraan mengunakan media audio visual atau video yang meliputi tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotorik. Di bawah ini dijelaskan ketiga tujuan tersebut. 1) Tujuan Kognitif Tujuan kognitif media audio visual antara lain: a) mengembangkan mitra kognitif yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan rangsangan gerak dan serasi; b) menunjukkan serangkaian gambar diam tanpa suara sebagai media foto dan film bingkai meskipun kurang ekominis; c) melalui video dapat pula diajarkan pengetahuaan tentang hukumhukum dan prinsip prinsip tertentu;

47 32 d) video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh dan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi siswa. 2) Tujuan Afektif Tujuan afektif media audio visual meliputi: a) video merupakan media yang baik sekali untuk menyampaikan informasi dalam ranah afektif; b) dapat menggunakan efek dan teknik, video dapat menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi. 3) Tujuan Psikomotorik Tujuan psikomotik media audio visual adalah: a) video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh keterampilan yang menyangkut gerak; b) melalui video siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba keterampilan yang menyangkut gerakan tadi. c. Kelemahan dan Kelebihan Media Audio Visual Menurut Anderson (dalam Waryanto, 2011: 6-7), media audio visual atau video terdapat kelebihan dan kekurangan. Di bawah ini diuraikan kelebihan dan kekurangan media tersebut. 1) Kelebihan Media Audio Visual Kelebihan media audio visual, antara lain: a. dapat digunakan untuk klasikal atau individual,

48 33 b. dapat digunakaan seketika, c. digunakan secara berulang, d. dapat menyajikn materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas, e. dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya, f. dapat menyajikan objek secara detail, g. tidak memerlukan ruang gelap, h. dapat diperlambat dan dipercepat, i. menyajikan gambar dan suara, 2) Kelemahan Media Audio Visual Di samping aneka kelebihan media audio visual, terdapat beberapa kelemahan, yakni: a) sukar untuk direvisi; b) relatif mahal; c) memerlukan keahlian khusus. Dari paparan di atas, dapat disarikan bahwa media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena menampilkan suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video. Jadi, manfaat media audio visual adalah sebagai upaya memberikan contoh yang nyata atau konkret kepada siswa tentang materi sehingga siswa tidak berpikir abstrak. Siswa akan merasa lebih mudah memahami materi jika dalam proses

49 34 pembelajaran menggunakan media audio visual, maka guru tidak perlu bersusah payah menjelaskan materi dengan metode ceramah. Dalam membacakan geguritan, media audio visual ini sangat diperlukan karena peranannya sangat penting. Guru tidak perlu membacakan puisi di depan kelas karena fungsi guru telah digantikan oleh media audio yang membuat imajinasi siswa semakin hidup dan tidak membosankan dalam proses pembelajaran. C. Kerangka Pikir Keterampilan dalam hal membaca geguritan pada siswa masih sangat kurang dari apa yang diharapkan. Hal tersebut terbukti dengan belum sempurnanya siswa ketika membaca geguritan yang disebabkan oleh kurangnya siswa dalam penguasan penghayatan, teknik vokal dan penampilan dalam membaca geguritan. Ketidaksempurnaan tersebut dapat ditingkatkan menggunakan media audio visual untuk mengupayakan keterampilan dalam hal membaca geguritan pada siswa agar mempunyai keterampilan membaca geguritan lebih baik. Media audio visual sangat efektif dan efisien dalam pembelajaran membaca geguritan. Menggunakan media audio visual ini siswa akan melihat bagaimana orang membacakan geguritan di depan audien atau pendengar, dengan penghayatan, teknik vokal, dan penampilan yang baik. Dengan media audio visual akan merangsang indera pendengaran yaitu siswa akan lebih peka mengetahui bagaimana dalam hal penguasaan teknik vokal dalam membaca

50 35 geguritan yang baik dan merangsang indera penglihatan dimana siswa akan melihat secara langsung mengenai penghayatan dan penampilan dalam hal membaca geguritan yang baik. Kesalahan dan kekeliruan siswa dalam membaca geguritan dapat dibenarkan oleh guru, dan siswa mengetahui cara memperbaikinya, karena sudah melihat tayangan seorang ahli dalam membaca geguritan. Dimana sebelumnya tayangan tersebut sudah ditampilkan di depan kelas untuk dicermati oleh siswa, bagaimana seorang ahli dalam membaca geguritan yang sesuai dengan penghayatan, penguasaan teknik vokal, dan penampilan yang baik D. Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan keterampilan membaca geguritan pada siswa yang kurang baik sehingga dapat dipecahkan. Hipotesis bersifat dugaan yang mungkin benar atau kemungkinan salah. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu penggunaan media audio visual diduga dapat meningkatkan keterampilan membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo.

51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research, yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2010: 3). Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran di kelas. Melalui PTK, guru senantiasa memperbaiki praktik pembelajaran di kelas berdasarkan pengalaman-pengalaman langsung yang nyata dan dipandu dengan wawasan ilmu pengetahuan dan penguasaan teoretik praktis pembelajaran. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP N 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013. Peneliti mulai melakukan observasi sejak bulan Februari 2012 dan menyelesaikan penelitian dengan melaksanakan 2 siklus sampai dengan bulan Oktober C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo, sedangkan objek penelitian adalah keterampilan membaca 36

52 37 geguritan dengan media audio visual. D. Desain Penelitian Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama (Arikunto, 2011: 3). Menurut Arikunto (2011: 16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Tahap PTK yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Perencanaan Refleksi SIKLUS I Tindakan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Tindakan Pengamatan Meningkat Gambar 1 Tahap Tahap dalam PTK Keterangan : a. Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal dilakukan secara berpasangan antar

53 38 pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya tindakan. b. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (acting) Tahap ke-2 adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. c. Tahap 3 : Pengamatan (Observing) Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. d. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting) Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul. Kemudian, dilakukan evaluasi (tes). Dari model penelitian tersebut, proses tindakan dilaksanakan melalui perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Setelah dilakukan refleksi kemudian dilakukan evaluasi penilaian guna mendapatkan hasil. Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Penelitian ini dirancang menjadi dua siklus. Yaitu siklus I dan ke II. Dalam siklus I dibagi menjadi 4 tahap yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca geguritan. Jika dalam siklus I belum tercapai hasil maka dilanjutkan dengan siklus II supaya mendapat hasil

54 39 yang sempurna. Dalam siklus ke II juga terbagi menjadi 4 tahap yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam membaca geguritan. Secara umum, tahapan pada siklus 1 dan 2 sama, yang membedakan, pada siklus 2 peneliti melakukan perbaikan sesuai dengan refleksi pada siklus 1. Berikut ini diuraikan penjelasan tahap yang dilalui pada tiap siklusnya. a. Perencanaan Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran bahasa Jawa mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan disajikan, dan bagaimana rencana pelaksanaan penelitiannya. Secara garis besar, hal yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan ini adalah (1) menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan; (2) menyusun pedoman observasi; (3) menyusun rancangan evaluasi atau instrumen tes; dan (4) mempersiapkan media yang digunakan, yaitu media audio visual. b. Tindakan Tindakan penelitian adalah pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran membaca geguritan dengan menggunakan media audio visual. Tindakan

55 40 dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap tindak lanjut. Tahap persiapan adalah tahap untuk mempersiapkan mental dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Persiapan dilakukan dengan cara memancing pengetahuan siswa tentang keterampilan membaca geguritan. Tahap inti berupa kegiatan menyaksikan tayangan audio visual dan membaca geguritan. Pada tahap ini, siswa diminta melihat dengan seksama tayangan audio visual yang ditayangkan guru. Selanjutnya, guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk memberikan deskripsi terkait dengan tayangan audio visual tersebut. Setelah siswa dapat memahami cara membaca geguritan sebagaimana tayangan audio visual tersebut, siswa diminta mempraktikkan membaca geguritan di depan kelas satu per satu untuk dinilai guru dan temannya. Tahap tindak lanjut bertujuan untuk melakukan perbaikan terhadap cara membaca geguritan yang telah dilakukan siswa. Dengan adanya tahap ini, diharapkan siswa dapat memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya dalam membaca geguritan. c. Observasi Pada tahap observasi ini, peneliti mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun aspek yang diamati adalah perilaku siswa, baik yang positif maupun negatif. Kedua aspek ini dijelaskan lebih lanjut pada bagian pedoman observasi.

56 41 d. Refleksi Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dihasilkan atau belum dihasilkan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan pembelajaran sehingga dapat diambil tindakan apakah akan melakukan perbaikan lagi atau tidak untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan bentuk tes dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam membaca geguritan dengan pembelajaran menggunakan media audio visual yang digunakan peneliti dan teknik nontes digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual. Data nontes dikumpulkan dengan cara observasi atau pengamatan pembelajaran, wawancara, dan dokumentasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai teknik pengumpulan data tes dan nontes adalah sebagai berikut. a. Teknik Tes Menurut Nurgiyantoro (2010: 7), tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang yang jawabannya berupa angka. Sementara

57 42 Arikunto (2010: 193) berpendapat bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kemampuan peserta didik. Dalam membuat program pengajaran, perlu direncanakan cara untuk mengukur prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui kemampuan siswa, maka digunakan tes prestasi belajar. Teknik tes keterampilan membaca geguritan digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan data keterampilan siswa dalam membaca geguritan setelah mengikuti pembelajaran dengan media audio visual. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Tujuannya adalah untuk mengukur keberhasilan media yang digunakan dalam pembelajaran membaca geguritan. Dalam hal ini, pembelajaran dinyatakan berhasil apabila nilai rata-rata kelas mencapai nilai 75. b. Teknik Nontes Pengumpulan data nontes melalui tiga macam teknik, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik nontes bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual.

58 43 1. Observasi Observasi merupakan proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dua di antaranya yang terpenting yaitu proses pengamatan dan ingat (Sugiyono, 2009: 203). Menurut Nurgiyantoro (2010: 93) observasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa selama proses pembelajaran dan kedudukan peneliti sebagai guru kelas. Observasi ini dilakukan sejak awal penelitian sampai berakhirnya pengambilan data. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi observasi aktivitas siswa. Observasi aktivitas siswa mengamati kegiatan-kegiatan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. 2. Wawancara Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang diwawancara) dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro, 2010: 96). Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat atau memperoleh informasi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual yang telah berlangsung.

59 44 3. Catatan Lapangan Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Proses catatan lapangan ini dilakukan setiap mengadakan penelitian, yang mencakup semua fenomena yang teramati selama penelitian berlangsung yang meliputi komponen ruang, pelaku, dan kegiatan dalam setting yang berhubungan langsung dengan fokus penelitian. Catatan lapangan untuk mengamati proses pembelajaran. 4. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan adalah dokumentasi foto yang berupa pemotretan kegiatan-kegiatan penting selama penelitian tindakan kelas berlangsung. Pada proses dokumentasi ini, peneliti dibantu salah seorang rekan peneliti untuk mengambil gambar. Adapun gambar yang diambil adalah (1) kegiatan siswa menerima penjelasan guru, (2) kegiatan siswa saat berkelompok memberikan pemenggalan pada geguritan, dan (3) kegiatan siswa ketika membaca geguritan. Dari hasil dokumentasi ini, selanjutnya dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang ada dan dipadukan dengan data yang lainnya.

60 45 F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan nontes. Di bawah ini diuraikan kedua instrumen tersebut. 1. Instrumen Tes Dalam penelitian ini menggunakan instrumen tes yang berupa tes kinerja atau performansi (Performance). Pada intinya tes tes kinerja adalah tes atau tugas yang menuntut pelibatan aktivitas motorik dalam meresponnya. Tes kinerja dapat disamakan dengan tes praktik, praktik melakukan suatu aktivitas sebagai bukti capaian hasil belajar. Praktik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penampilan siswa ketika membaca geguritan. Berdasarkan bentuk instrumen tes di atas, kriteria yang dapat digunakan dalam menentukan nilai membacakan geguritan adalah penguasaan penghayatan, penguasaan teknik vokal, dan penguasaan penampilan.

61 46 Tabel 1 Rubrik Penilaian Tes Keterampilan Membaca Geguritan Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai 1 Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal (Idris, 2010: 11 dan modifikasi peneliti) Skor Rumus penilaian akhir setiap siswa dihitung dengan rumus: NA Keterangan: S SM X 100 NA S SM : Nilai akhir : Jumlah skor siswa : Skor maksimal

62 47 Adapun deskripsi atau kriteria penskoran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2 Deskripsi Penilaian Tes Keterampilan Membaca Geguritan No. Aspek Kategori Skor 1 Kelancaran a. Sangat lancar, tanpa kesalahan SB 4 b. Lancar, tetapi ada sedikit kesalahan B 3 c. Sebagian dibaca dengan lancar, sebagian tidak C 2 d. Banyak berhenti pada saat membaca K 1 2 Konsentrasi a. Terlihat sangat konsentrasi SB 4 b. Konsentrasi terjaga, tetapi tampak keraguan B 3 c. Terlihat serius, tetapi konsentrasi sering C 2 terlupakan d. Tampak tidak serius K 1 3 Mimik wajah a. Mimik wajah sesuai dengan suasana geguritan SB 4 b. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, B 3 tetapi ada sedikit ketidaksesuaian dengan suasana c. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, C 2 tetapi ada sedikit yang tidak sesuai dengan suasana d. Mimik wajah sebagian besar tidak sesuai dengan suasana geguritan K 1 4 Kejelasan ucapan a. Pelafalan sempurna, tidak ada kesalahan SB 4 b. Pelafalan hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Pelafalan baik, ada sedikit kesalahan C 2 d. Pelafalan banyak yang tidak tepat K 1 5 Intonasi a. Intonasi sempurna, sesuai dengan makna kata SB 4 b. Intonasi hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Intonasi baik, tetapi ada sedikit ketidaktepatan C 2 d. Intonasi banyak yang tidak sesuai dengan makna kata K 1 6 Nada a. Nada sempurna, mencerminkan suasana SB 4 geguritan b. Nada hampir sempurna, ada yang kurang sesuai B 3 dengan suasana geguritan c. Nada sebagian sesuai dengan suasana, sebagian C 2 kurang sesuai d. Nada sebagian besar tidak mencerminkan suasana geguritan K 1

63 48 7 Gerak tubuh a. Gerakan sempurna, sesuai dengan kata-kata SB 4 yang dibaca b. Gerakan hampir sempurna, tetapi ada yang B 3 berlebihan atau kurang relevan dengan kata-kata yang sedang dibaca c. Gerakan baik, tetapi masih ada sedikit gerakan C 2 yang tidak perlu d. Sangat minim gerakan K 1 8 Penguasaan panggung a. Terlihat percaya diri SB 4 b. Tampil percaya diri, tetapi masih menampakkan B 3 kecanggungan c. Kepercayaan diri terjaga, tetapi sedikit C 2 menampakkan kecanggungan d. Terlihat canggung K 1 Keterangan: SB B C K : Nilai akhir : Jumlah skor siswa : Skor maksimal : Kurang Dari deskripsi tes penilaian membaca geguritan di atas, nilai akhir membaca geguritan dapat dikategorikan rentang nilai dengan kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang sebagaimana tabel di bawah ini. Tabel 3 Rentang Nilai Keterampilan Membaca Geguritan No. Kategori Rentang Nilai 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang 0-59 Berdasarkan tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai dengan rentang termasuk ke dalam kategori

64 49 sangat baik, nilai dengan rentang termasuk ke dalam kategori baik, nilai termasuk kategori cukup, dan nilai dengan rentang 0-59 termasuk ke dalam kategori kurang. 2. Instrumen Nontes Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pedoman observasi dan pedoman wawancara. a. Pedoman Observasi Dalam melakukan observasi, peneliti sebagai pengamat menggunakan lembar pedoman observasi yang telah disiapkan. Observasi dilaksanakan dari awal sampai akhir pembelajaran atau bersamaan dengan pelaksanaan tindakan sambil memberikan penilaian dengan memberikan tanda check list ( ) pada lembar pedoman observasi yang sudah disediakan. Observasi yang dilakukan adalah observasi aktivitas siswa. Di bawah ini dipaparkan pedoman observasi aktivitas siswa yang digunakan. Tabel 4 Pedoman Observasi Siswa No. 1 2 Aspek Observasi Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: 1. Siswa siap mengikuti pembelajaran. 2. Siswa aktif bertanya dan

65 memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca geguritan. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 1. Siswa keluar kelas dengan teman. 2. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 3. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. dst. 4. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 5. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. b. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi dan pendapat siswa secara langsung terhadap pembelajaran membaca geguritan. Wawancara ditujukan pada siswa yang hasil tesnya baik dan kurang baik. Wawancara dilaksanakan oleh peneliti di luar jam pelajaran atau setelah pelajaran berakhir.

66 51 Di bawah ini disajikan tabel yang menjadi pedoman wawancara. Nama : Kelas : No. Absen : Tabel 5 Pedoman Wawancara No. Pertanyaan 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru?... 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan?... 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... G. Validitas Instrumen Untuk menguji validitas instrumen, peneliti menggunakan teknik validitas isi (content validity). Menurut Gronlund (1985) dan Popham (1995) dalam Nurgiyantoro (2010: 155) validitas isi adalah validitas yang pembuktiannya berdasarkan isi. Validitas isi adalah proses penentuan

67 52 sejauh mana alat tes itu relevan dan dapat mewakili ranah yang dimaksudkan. Validitas isi dalam penelitian ini menggunakan pertimbangan teman sejawat dalam hal ini adalah guru bahasa Jawa SMP N 37 Purworejo yaitu Bapak Agus Suroso, S.Pd. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Uraian tentang teknik kuantitatif dan teknik kualitatif sebagai berikut. a. Teknik Kuantitatif Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes membaca geguritan pada siklus 1 dan siklus 2. Nilai hasil dari tiap-tiap tes itu kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. NP = R SM X 100 Keterangan: NP : Nilai persentase kemampuan siswa SM : Skor maskimal R : Skor yang diperoleh siswa Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dikumpulkan dan dibandingkan antara siklus I dan siklus II. Dari perbandingan tersebut, dapat diketahui seberapa besar peningkatan keterampilan membaca

68 53 geguritan dengan media audio visual. b. Teknik Kualitatif Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif yang diperoleh dari nontes berupa hasil observasi siswa, hasil observasi guru, hasil wawancara. Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dibandingkan dengan cara melihat hasil nontes sehingga dapat diketahui apakah media audio visual dapat membangkitkan aktivitas siswa ke arah yang positif atau tidak.

69 115 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan, data yang disajikan untuk menjawab permasalahan tersebut meliputi (1) penerapan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013; dan (2) peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual. 1. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan pada Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo berlangsung dalam dua siklus pembelajaran, dan tiap siklus terbagi ke dalam dua pertemuan. Namun, sebelum dilakukan pembelajaran dengan media audio visual, peneliti melakukan prasiklus. Kegiatan prasiklus bertujuan mengetahui kondisi awal sebelum diterapkan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan. Dengan pengetahuan kondisi awal tersebut, dapat diketahui sejauh mana pengaruh tindakan penelitian ini terhadap keterampilan membaca geguritan siswa. Di bawah ini disajikan data berupa gambaran umum pelaksanaan prasiklus, siklus I, dan siklus II. 54

70 55 a. Prasiklus Pelaksanaan prasiklus melalui tiga tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru pembimbing sebagai kolaborator terkait dengan sikap dan minat siswa dalam pembelajaran membaca geguritan sebagai bahan refleksi. Di bawah ini disajikan tabel yang memuat gambaran umum pelaksanaan prasiklus. Tabel 6 Pelaksanaan Prasiklus No. Tahap Kegiatan 1 Perencanaan a. Konsultasi dengan guru pembimbing terkait waktu pelaksanaan prasiklus yang tepat b. Menyiapkan teks geguritan yang akan digunakan sebagai tes c. Konsultasi dengan guru pembimbing mengenai aspekaspek penilaian Menyiapkan rubrik penilaian 2 Tindakan (tanggal 03 Oktober 2012) a. Perkenalan b. Setiap siswa memilih teks geguritan untuk dibaca di depan kelas satu persatu c. Peneliti menilai pembacaan siswa 3 Observasi Peneliti mengamati perilaku siswa di dalam kelas 4 Refleksi Menganalisis hasil tes dan hasil wawancara guru sebagai sehingga ditemukan berbagai permasalahan dalam pembelajaran dan keterampilan siswa dalam membaca geguritan sebagai landasan pelaksanaan siklus I

71 56 b. Pembelajaran Siklus I Penerapan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo siklus I disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 7 Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan Siklus I No. Tahap Kegiatan 1 Perencanaan a. Penyusunan RPP dengan mempertimbangkan observasi awal dan mengkonsultasikannya kepada guru pembimbing b. Menyiapkan video pembacaan geguritan c. Menyiapkan media pemutar audio visual d. Menyiapkan instrumen penilaian e. Menyiapkan lembar observasi f. Menyiapkan kamera digital untuk dokumentasi 2 Tindakan Tindakan berupa pembelajaran di kelas yang berlangsung dalam dua pertemuan. Tiap pertemuan dilakukan dengan langkah pendahuluan (apersepi, motivasi, penyampaian tujuan), inti (eksplorasi, elaborasi, konfimasi), dan penutup (simpulan, refleksi, penyampaian saran) 3 Observasi Peneliti mengawasi tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengisi lembar observasi yang telah disiapkan 4 Refleksi Peneliti menganalisis hasil tes dan nontes (lembar observasi siswa, wawancara, dan dokumentasi) sebagai pertimbangan perbaikan pada siklus selanjutnya c. Pembelajaran Siklus II Secara umum, penerapan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Hanya saja, pembelajaran pada siklus II sudah

72 57 mengalami perbaikan sesuai dengan refleksi pada siklus I. Di bawah ini disajikan tabel data pembelajaran pada siklus II. Tabel 8 Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajarn Membaca Geguritan Siklus II No. Tahap Kegiatan 1 Perencanaan Memperbaiki RPP siklus I sesuai dengan refleksi siklus tersebut 2 Tindakan Tindakan berupa pembelajaran di kelas yang berlangsung dalam dua pertemuan. Tiap pertemuan dilakukan dengan langkah pendahuluan (apersepi, motivasi, penyampaian tujuan), inti (eksplorasi, elaborasi, konfimasi), dan penutup (simpulan, refleksi, penyampaian saran) 3 Observasi Peneliti mengawasi tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk mengisi lembar observasi yang telah disiapkan 4 Refleksi Peneliti menganalisis hasil tes dan nontes (lembar observasi siswa, wawancara, dan dokumentasi) sehingga diketahui apakah diperlukan siklus lanjutan untuk perbaikan atau tidak 2. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII SMP N 37 Purworejo dapat dilihat dari nilai prasiklus, nilai tes siklus I, dan nilai tes siklus II. Di bawah ini disajikan data nilai ketiga tahap tersebut. a. Hasil Tes Prasiklus Kondisi awal merupakan kondisi pembelajaran membaca geguritan sebelum penerapan media audio visual. Untuk mengetahui kondisi awal, peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada guru

73 58 mata pelajaran yang bersangkutan sebelum melakukan penelitian. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo mengalami beberapa kendala, yaitu siswa kurang antusias dan berminat dalam pembelajaran membaca geguritan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam praktik membaca geguritan. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa sebelum menggunakan media audio visual yang telah dinilai oleh guru pengampu. Nilai siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel berikut ini.

74 59 Tabel 9 Daftar Nilai Membaca Geguritan Prasiklus No. Absen Aspek Kelancaran Konsentrasi Mimik wajah Kejelasan ucapan Intonasi Nada Gerak tubuh Penguasaan panggaung Jumlah skor Nilai akhir , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,3 Jumlah 1468 Rata-rata kelas 58,7 Dari daftar nilai di atas, dapat disusun pengkategorian nilai sebagaimana tabel di bawah ini.

75 60 Tabel 10 Hasil Tes Membaca Geguritan Prasiklus No. Kategori Nilai Frekuensi Jumlah Nilai % 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah Ratarata 58,7 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo pada kondisi awal, secara keseluruhan mempunyai rata-rata 59 atau berkategori kurang. Tidak ada siswa yang berhasil meraih kategori sangat baik dengan rentang skor Kategori baik dengan skor dicapai 1 siswa atau sebesar 4%. Kategori cukup dengan skor dicapai 8 siswa atau sebesar 32%. Sisanya, 16 siswa atau sebesar 64% termasuk kategori kurang dengan perolehan skor rentang Hasil tes keterampilan membaca geguritan tersebut dapat pula dijelaskan melalui diagram berikut ini. 64% 0% 4% 32% Kategori sangat baik Kategori baik Kategori cukup Kategori kurang Diagram 1 Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Prasiklus

76 61 Dari diagram 1 tersebut, terlihat jelas belum ada siswa yang termasuk ke dalam kategori sangat baik dan sebagian besar (64%) siswa termasuk ke dalam kategori nilai kurang. Semenata itu, kategori nilai baik yang memenuhi standar KKM hanya dicapai 1 siswa atau 4%. Dengan demikian, keterampilan siswa dalam membaca geguritan masih berada perlu perbaikan. Oleh karena itu, peneliti melakukan inovasi dalam media pembelajaran sebagai upaya memperbaiki kemampuan siswa. b. Hasil Tes Siklus I Siklus I merupakan tindakan awal penelitian menggunakan media audio visual. Siklus I dilaksanakan sebagai upaya memperbaiki dan memecahkan permasalahan yang muncul pada kondisi awal atau prasiklus. Hasil tes membaca geguritan seluruh siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual dapat dilihat pada tabel berikut ini.

77 62 Tabel 11 Daftar Nilai Siklus I Aspek No. Absen Kelancaran Konsentrasi Mimik wajah Kejelasan ucapan Intonasi Nada Gerak tubuh Penguasaan panggaung Jumlah skor Nilai akhir , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah 1777,9 Rata-rata kelas 71,1 Dari nilai akhir dari akumulasi seluruh aspek yang diperoleh, tingkat keterampilan siswa dapat dikategorikan sebagaimana tabel di bawah ini.

78 63 Tabel 12 Hasil Tes Membaca Geguritan Siklus I No. Kategori Nilai Frekuensi Jumlah nilai % Rata-rata 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang Jumlah ,1 (Kategori baik) Pada tabel di atas, terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membaca geguritan setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual pada siklus I memperoleh rata-rata 71,1 yang termasuk ke dalam kategori baik. Namun, hanya ada seorang siswa atau 4% yang memperoleh kategori sangat baik. sementara itu, masih ada 2 siswa atau 8% yang memperoleh nilai kategori kurang. Kategori baik diraih oleh 13 siswa atau 52%. Sisanya, 36% atau 9 siswa baru memperoleh kategori cukup. Hasil tes keterampilan membaca geguritan pada siklus I tersebut dapat pula dijelaskan melalui diagram berikut ini. 36% 8% 4% 52% Kategori sangat baik Kategori baik Kategori cukup Kategori kurang Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Siklus I

79 64 Dari diagram 2, terlihat bahwa 52% siswa memperoleh nilai baik dan 4% siswa memperoleh nilai berkategori sangat baik. dengan demikian, 56% siswa dinyatakan lulus dan memenuhi KKM. Sisanya, 44% siswa belum memenuhi KKM. c. Hasil Tes Siklus II Siklus II merupakan tindakan perbaikan terhadap berabagai kekurangan dan kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran siklus I. Hasil tes membaca geguritan seluruh siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel daftar nilai berikut ini.

80 65 Tabel 13 Daftar Nilai Siklus II No. Absen Aspek Kelancaran Konsentrasi Mimik wajah Kejelasan ucapan Intonasi Nada Gerak tubuh Penguasaan panggaung , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2 Jumlah 2002,9 Rata-rata kelas 80,1 Jumlah skor Nilai akhir Dari nilai akhir dari akumulasi seluruh aspek yang diperoleh pada tes membaca geguritan siklus II, tingkat keterampilan siswa dapat dikategorikan sebagaimana tabel di bawah ini.

81 66 Tabel 14 Hasil Tes Membaca Geguritan Siklus II No. Kategori Nilai Frekuensi Jumlah nilai % Rata-rata 1 Sangat baik , Baik , Cukup Kurang Jumlah , ,1 (Kategori baik) Pada tabel di atas, terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membaca geguritan setelah dilakukan perbaikan terhadap kekurangankekurangan yang ditemukan pada siklus I, rata-rata siswa memperoleh nilai cukup tinggi, yakni 80,1 yang termasuk ke dalam kategori baik. Namun, 3 siswa atau 12% berhasil masuk kategori sangat baik. Sementara itu, 22 siswa atau 88% masuk ke dalam kategori baik. Hasil tes keterampilan membaca geguritan pada siklus II tersebut dapat pula dijelaskan melalui diagram berikut ini. 88% 0% 12% Kategori sangat baik Kategori baik Kategori cukup Kategori kurang Diagram 3 Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan Siklus II Dari diagram 3, terlihat bahwa 88% siswa memperoleh nilai baik dan 12% siswa memperoleh nilai berkategori sangat baik. Dengan demikian, 100% siswa dinyatakan lulus dan memenuhi KKM.

82 67 B. Pembahasan Data Sebagaimana data yang telah disajikan, pembahasan data meliputi (1) penerapan media audio visual dalam pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013; dan (2) peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013 setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual. 1. Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Membaca Geguritan pada Siswa Kelas VIII A SMP N 37 Purworejo Pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo dilaksanakan dalam dua siklus, dan tiap siklus dilakukan dalam dua pertemuan. Sebelum pelaksanaan siklus, terlebih dahulu peneliti melakukan pembelajaran prasiklus. Di bawah ini diuraikan langkah-langkah pembelajaran dalam tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. A. Pembelajaran Prasiklus Di bawah ini dipaparkan perencanaan dan tindakan pembelajaran prasiklus. a) Perencanaan Prasiklus Sebelum dilakukan prasiklus, peneliti melakukan perencanaan terlebih dahulu agar proses prasiklus berjalan lancar dan teratur. Perencanaan yang dilakukan antara lain berkonsultasi dengan guru bahasa Jawa terkait dengan waktu yang tepat untuk melakukan

83 68 prasiklus. Selain itu, peneliti juga menyiapkan instrumen penilaian membaca geguritan yang menjadi alat bantu peneliti dalam mengetahui kemampuan awal siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo. Dengan nilai awal tersebut, peneliti dapat mengetahui apakah tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II memiliki efek positif atau negatif terhadap keterampilan mereka dalam membaca geguritan. b) Pelaksanaan Prasiklus Pembelajaran prasiklus dilaksanakan pada: Hari : Rabu Tanggal : 03 Oktober 2012 Tindakan prasiklus bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo dalam membaca geguritan sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dengan media audio visual. Pembelajaran prasiklus dilaksanakan dalam satu pertemuan dan dilakukan melalui tiga tahap: pendahuluan, inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, peneliti memperkenalkan diri dan mengabsensi satu per satu siswa agar peneliti juga mengenal mereka. Selain itu, peneliti juga melakukan apersepsi terkait dengan pengetahuan mereka terhadap geguritan. Tahap selanjutnya adalah tahap inti. Pada tahap ini, peneliti melakukan tes kemampuan siswa dengan menyuruh siswa memilih satu

84 69 geguritan yang ada di lembar kerja siswa (LKS) mata pelajaran bahasa Jawa dan menyuruh siswa untuk membacakannya di depan kelas. Sementara itu peneliti memegang lembar penilaian untuk menilai siswa yang sedang membaca geguritan. Hasil nilai ini diperoleh sebelum kegiatan pembelajaran menggunakan media audio visual. Tahap terakhir adalah tahap penutup yang berisi kegiatan refleksi terhadap pembacaan siswa. Selain itu, pada tahap ini peneliti juga memberikan nasihat agar siswa menyadari pentingnya menjaga kebudayaan Jawa dengan mengatakan Kita boleh menyukai budaya Barat dengan aneka macamnya, tetapi ingatlah bahwa kalian orang Jawa dan harus bangga dengan warisan leluhur! Perlakukan kebudayaan Jawa sebagai nasi, dan kebudayaan lain hanyalah lauk pauk saja. c) Observasi Prasiklus Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara, diperoleh informasi bahwa pembelajaran membaca geguritan pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo mengalami beberapa kendala, yaitu siswa kurang antusias dan kurang berminat dalam pembelajaran membaca geguritan sehingga siswa mengalami kesulitan dalam praktik membaca geguritan. Hal ini dibuktikan dengan data nilai dari guru pengampu yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas yang rendah, yakni 6,25. Rendahnya keterampilan siswa dalam membaca geguritan antara lain disebabkan oleh faktor guru yang belum memanfaatkan media pembelajaran.

85 70 d) Refleksi Prasiklus Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes prasiklus dan hasil obervasi, peneliti memperoleh gambaran bahwa sebagian besar nilai keterampilan siswa dalam membaca geguritan masih berkategori kurang, yakni 58,7. Hasil ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata dari dokumentasi guru pengampu, yakni 6,25. Hasil tes prasiklus menunjukkan bahwa dari 8 aspek yang diujikan, 6 di antaranya masih berkategori kurang yaitu aspek konsentrasi, mimik wajah, intonasi, nada, gerak tubuh dan penguasaan panggung. Hanya aspek kejelasan ucapan saja yang memperoleh nilai rata-rata berkategori baik yaitu kemampuan siswa dalam mengucapkan lafal dalam membaca teks geguritan yang dibacanya dan aspek kelancaran yang baru berkategori cukup yaitu kemampuan siswa dalam membaca teks geguritan siswa tidak terhenti ketika membaca ataupun gugup dalam membaca teks geguritan. Secara keseluruhan, hanya ada satu siswa atau 4% yang memenuhi standar KKM. Sementara itu, 96% siswa dinyatakan belum memenuhi standar KKM. Dengan deskripsi kondisi awal ini, pembelajaran membaca geguritan masih perlu perbaikan agar keterampilan siswa meningkat dan memenuhi standar KKM yang ditentukan, yakni 70. Tindakan yang dipilih peneliti berdasarkan hasil refleksi prasiklus adalah melakukan inovasi dalam hal media pembelajaran, yakni media audio visual. Dengan menerapkan media audio visual,

86 71 diharapkan minat siswa dalam membaca geguritan dapat meningkat dan memudahkan siswa dalam memahami teknik membaca geguritan dengan efektif sehingga dapat meningkatkan keterampilan mereka. B. Pembelajaran Siklus I Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada: Pertemuan 1 Pertemuan 2 Hari : Rabu Hari : Rabu Tanggal : 10 Oktober 2012 Tanggal : 17 Oktober Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 a) Perencanaan Kegiatan pada perencanaan siklus I meliputi: a) menyusun rencana pembelajaran membacakan geguritan dengan media audio visual; b) mempersiapkan media video pembacaan geguritan; c) menentukan geguritan yang akan dibaca oleh siswa; d) mempersiapkan instrumen penilaian, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yakni tes unjuk kerja yang berupa rubrik dan deskripsi penilaian, serta instrumen nontes yang berupa lembar observasi siswa, dan lembar wawancara; e) menyiapkan semua alat-alat yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan media audio visual, yakni laptop dan LCD.

87 72 b) Tindakan Tahap tindakan merupakan proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dan dipersiapkan. Tahap pembelajaran dalam proses tindakan ini bertahap dari yang mudah ke yang sulit. Secara garis besar, pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Di bawah ini diuraikan ketiga tahapan tersebut. (1) Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan dimulai dengan melakukan apersepsi, yaitu mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan dunia nyata. Hal ini dimaksudkan agar siswa siap untuk mempelajari materi. Setelah siswa terlihat siap mengikuti pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran membaca geguritan. (2) Tahap Inti Kegiatan inti pembelajaran siklus I dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (a) guru membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video dan menyuruh siswa membaca geguritan dalam hati; (b) guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan;

88 73 (c) siswa yang lain mengomentari pembacaan geguritan siswa yang maju di depan kelas; (d) guru memutarkan video pembacaan geguritan; (e) guru menyuruh siswa mencermati pembacaan geguritan dalam video yang ditayangkan dan memberikan tanda penjedaan dalam teks geguritan yang telah dibagikan; (f) guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkahlangkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan dengan memperhatikan tayangan pembacaan geguritan dalam video; (g) guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkahlangkah membacakan geguritan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan); (h) siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa; (i) guru memberikan tugas kepada siswa untuk memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan membuat pemenggalan bacaan; (j) masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut; (k) guru menyuruh siswa dari perwakilan masing-masing kelompok untuk membacakan geguritan di depan kelas;

89 74 (l) siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman yang maju di depan kelas; (m) siswa mengomentari pembacaan geguritan yang maju di depan kelas; (n) guru memberikan saran kepada siswa yang membacakan geguritan. (3) Tahap Penutup Tahap penutup pembelajaran dilakukan dengan: (a) guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, (b) guru meyimpulkan materi yang telah diajarkan, (c) guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran, (d) guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membaca geguritan teks geguritan yang sudah dibagikan (e) guru menutup pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar giat berlatih membaca geguritan. c) Observasi Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual berlangsung di kelas VIII A SMP N 37 Purworejo dari awal dimulainya pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh peneliti untuk

90 75 mengamati perilaku siswa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I pertemuan 1 ini. Hasil observasi pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 15 Hasil Observasi Siswa Siklus I pertemuan 1 No Aspek yang diamati. 1 Siswa siap mengikuti pembelajaran 2 Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran 3 Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membaca geguritan 4 Siswa memperhatikan pembacaan geguritan dari media audio visual dengan serius 5 Siswa aktif dalam kegiatan kelompok 6 Siswa keluar kelas dengan teman 7 Siswa mengantuk atau tidur di dalam kelas 8 Siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri 9 Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas 10 Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung Aspek positif Aspek negatif Frekuensi Persentase Positif Negatif Data observasi di atas menunjukkan bahwa terdapat 21 siswa atau sebesar 84% siswa yang siap mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual. Siswa yang aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran baru 1 anak atau

91 76 sebesar 4%. Siswa yang antusias dan serius dalam kegiatan membacakan geguritan sebanyak 21 siswa atau sebesar 84%. Siswa yang memperhatikan pembacaan geguritan yang ditayangkan dengan media audio visual dengan serius sebanyak 23 atau sebesar 92%. Adapun siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 20 siswa atau sebesar 80%. Selain perilaku positif, perilaku negatif juga diperlihatkan siswa. Terdapat 5 siswa atau sebesar 20% yang keluar kelas dengan teman, 4 siswa atau sebesar 16% yang mengantuk dan tidur di dalam kelas, 7 siswa atau sebesar 28% yang banyak bergurau dengan temannya di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung, 3 siswa atau sebesar 12% cara duduknya kurang sopan, dan 3 siswa atau sebesar 12% terlihat makan di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Sikap negatif ini terjadi karena siswa belum dapat menyesuaikan diri terhadap pola pembelajaran yang diterapkan oleh guru atau peneliti. Keadaan ini merupakan suatu pemasalahan yang harus dipecahkan peneliti. Oleh karena itu, agar perilaku negatif siswa berkurang atau bahkan hilang, peneliti harus melaksanakan tindakan dengan perbaikan pada pertemuan berikutnya. d) Refleksi Berdasarkan obsevasi pada siklus I pertemuan 1 ini diperoleh bahwa sebagian besar siswa sudah aktif dan siap mengikuti

92 77 pembelajaran membaca geguritan. Meskipun belum semua siswa aktif serta siap dalam pembelajaran, karena belum mengertinya siswa, mengenai apa yang dimaksudkan oleh guru. Hal ini terjadi karena siswa masih banyak yang bergurau ketika pembelajaran sudah dimulai. Hanya terdapat satu siswa yang bertanya, belum minatnya siswa yang lain bertanya dikarenakan canggung juga takut terhadap guru, serta komunikasi yang kurang baik. Hal ini, dapat diperbaiki dengan menekankan mengenai pemahaman materi kepada para siswa dari guru. Kegiatan siswa dalam membaca geguritan sudah serius serta nampak fokus dalam membaca geguritan, namun ada beberapa siswa yang ketika membaca masih sambil bergurau dengan temannya atau asal-asalan. Hendaknya, guru menegur atau memberikan peringatan seketika itu juga. Dalam pertemuan I siklus 1 ini ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam berkelompok. Hal ini dapat terjadi, karena siswa yang malas atau sudah tidak semangat dalam mengikuti pembelajaran. Ini dapat diperbaiki, dengan pendekatan lebih lanjut kepada siswa. Secara umun, sikap negatif siswa ini dapat terjadi karena siswa belum dapat menyesuaikan terhadap pola pembelajaran yang diterapkan guru. Oleh karena itu guru harus lebih menyesuaikan pola pembelajaran kepada siswa dengan melakukan sedikit bercanda namun tidak lepas dari materi dalam pertemuan berikutnya, yaitu siklus I pertemuan 2.

93 78 2) Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 a) Perencanaan Sebelum dipaparkan pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan 2, terlebih dahulu dipaparkan perencanaan pada pembelajaran pada pertemuan ini. Pertemuan ini merupakan pertemuan lanjutan dari pertemuan pertama, yang artinya masih dalam satu Kompetensi Dasar. Kegiatan perencanaan pada pertemuan 2 ini adalah: (1) menyusun rencana pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual sebagai lanjutan pertemuan pertama; (2) mempersiapkan media video pembacaan geguritan yang berbeda dari pertemuan pertama; (3) menentukan geguritan yang akan dibaca oleh siswa; (4) mempersiapkan instrumen penilaian, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yakni tes unjuk kerja yang berupa rubrik dan deskripsi penilaian, serta instrumen nontes yang berupa lembar observasi siswa dan lembar wawancara; (5) menyiapkan semua alat-alat yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan media audio visual, yakni laptop dan LCD. b) Tindakan Sebagaimana pertemuan 1, pertemuan 2 dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Di

94 79 bawah ini diuraikan ketiga tahapan tersebut. (1) Tahap Pendahuluan Kegiatan pada tahap pendahuluan meliputi: (a) guru melakukan ilustrasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi geguritan pada pertemuan 1; dan (b) guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran serta manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut. (2) Tahap Inti Kegiatan inti pembelajaran pada pertemuan II dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (a) guru bertanya jawab tentang kesulitan yang dihadapi siswa mengenai materi membaca geguritan pada pertemuan 1, (b) guru memutarkan video pembacaan geguritan yang telah diputar pada pertemuan 1 melalui media audio visual agar siswa mengingat hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan, (c) siswa mengamati tayangan pembacaan geguritan, (d) guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan 1, (e) guru membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok, (f) siswa memilih satu di antara lima geguritan sesuai dengan

95 80 keinginannya, (g) guru menyuruh siswa untuk memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan menentukan penjedaan geguritan, (h) masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut, (i) guru meyuruh masing-masing siswa maju di depan kelas untuk membacakan geguritan yang dipilih sesuai dengan keinginannya, (j) siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas, dan (k) guru menilai pembacaan geguritan siswa. (3) Tahap Penutup Tahap penutup pembelajaran dilakukan dengan: (a) guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, (b) guru bersama siswa mengadakan refleksi pembelajaran membacakan geguritan yang telah dilakukan, dan (c) guru menutup pelajaran dengan menyuruh siswa tetap berlatih membaca geguritan.

96 81 c) Observasi Observasi ini dilakukan ketika pembelajaran berlangsung. Dalam observasi ini didapatkan mengenai sikap-sikap siswa dalam pembelajaran yang dilakukan pada siklus I pertemuan 2. Hasil observasi pada siklus 1 pertemuan 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 16 Hasil Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2 No Aspek yang diamati. 1 Siswa siap mengikuti pembelajaran 2 Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran 3 Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membaca geguritan 4 Siswa memperhatikan pembacaan geguritan dari media audio visual dengan serius 5 Siswa aktif dalam kegiatan kelompok 6 Siswa keluar kelas dengan teman 7 Siswa mengantuk atau tidur di dalam kelas 8 Siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri 9 Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas 10 Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung Aspek positif Aspek negatif Frekuensi Persentase Positif Negatif Data observasi di atas menunjukkan bahwa terdapat 22 siswa atau sebesar 88% siswa yang siap mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual. Siswa yang aktif bertanya dan

97 82 memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran masih sedikit, yakni 8% atau 2 siswa saja. Siswa yang antusias dan serius dalam kegiatan membacakan geguritan sebanyak 22 siswa atau sebesar 88%. Siswa yang memperhatikan pembacaan geguritan yang ditayangkan dengan media audio visual dengan serius sebanyak 23 atau sebesar 92%. Adapun siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 22 siswa atau sebesar 88%. Selain perilaku positif, perilaku negatif juga diperlihatkan siswa. Terdapat 2 siswa atau sebesar 8% yang keluar kelas dengan teman, 2 siswa atau sebesar 8% yang mengantuk dan tidur di dalam kelas, 5 siswa atau sebesar 29% yang banyak bergurau dengan temannya di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung, 2 siswa atau sebesar 8% cara duduknya kurang sopan, dan 2 siswa atau sebesar 8% terlihat makan di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Keadaan ini merupakan suatu pemasalahan yang harus diperbaiki oleh guru. Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh guru dengan menegur siswa secara langsung, pendekatan lebih mendalam dengan siswa, ataupun bertanya mengenai kesulitan selama pembelajaran yang sudah dilakukan. Oleh karena itu, agar perilaku negatif siswa berkurang atau bahkan hilang, peneliti harus melaksanakan tindakan pada siklus II. Rencana pelaksanaan pembelajaran siswa pada siklus II harus diperbaiki agar perilaku negatif siswa berkurang atau sama sekali tidak melakukan perilaku negatif

98 83 selama proses pembelajaran berlangsung. d) Refleksi Berdasarkan hasil keterampilan membacakan geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo setelah dilakukan pembelajaran dengan melalui media audio visual pada siklus I nilai rata-rata siswa sudah memenuhi standar KKM, yakni 71,1. Namun masih terdapat siswa yang memperoleh kategori kurang, yakni 2 siswa atau 8%. Sementara itu, 48 siswa baru berkategori cukup. Hal ini disebabkan antara lain oleh faktor mental dan motivasi. Siswa tersebut masih terlihat canggung, malu-malu, dan ragu-ragu dalam membaca geguritan. Dengan demikian, ada 56% siswa yang belum tuntas atau belum memenuhi standar KKM dan hanya 44% siswa yang tuntas. Oleh karena itu, masih perlu dilakukan perbaikan agar siswa yang tuntas meningkat dan mencapai 70% sebagaimana ditargetkan peneliti sebagai indikator keberhasilan kinerja. Berdasarkan hasil observasi siswa, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa sudah bersikap positif dan aktif dalam mengikuti pembelajaran membacakan geguritan dengan media audio visual. Akan tetapi, masih terdapat beberapa siswa yang berperilaku negatif. Perilaku negatif yang dilakukan oleh siswa yaitu terdapat dua siswa keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada guru, dua siswa mengantuk dan tidur di dalam kelas, lima siswa bergurau dan berbicara sendiri, terdapat dua

99 84 siswa yang cara duduknya kurang sopan, terdapat dua siswa yang makan di dalam kelas, dan siswa pasif atau malas bertanya tentang materi membacakan geguritan. Perilaku tersebut harus segera diatasi agar pertemuan selanjutnya bisa lebih baik lagi. Berdasarkan hasil wawancara perwakilan siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah (hasil wawancara terlampir) dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang dan tertarik dalam pembelajaran membacakan geguritan dengan media audio visual belum pernah diterapkan sebelumnya. Siswa yang mendapatkan nilai rendah merasa kesulitan dalam memahami penjelasan dari guru karena guru menjelaskan terlalu cepat. Jadi, untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru harus menggunakan cara yang mudah dipahami oleh siswa dalam menyampaikan materi. Cara tersebut dengan guru secara seksama memperhatikan cara berkomunikasi secara baik, agar siswa bisa lebih memahami. Secara umum, kondisi kelas belum terkendali dengan baik secara maksimal, ketika pemutaran video pembacaan geguritan, volume suara kurang keras, sehingga siswa yang duduk di belakang kurang mendengar pembacaan geguritan, banyak waktu yang terbuang sia-sia karena siswa masih merasa malu untuk maju membacakan geguritan, beberapa siswa terlihat kurang konsentrasi dan kurang memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, siswa terlihat pasif dan kurang antusias ketika bertanya atau mengomentari pembacaan geguritan dari

100 85 teman, dan nilai siswa pada aspek penampilan masih kurang dari target yang ditentukan. Adapun solusi yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I dengan guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai, guru menegur siswa jika masih ada siswa yang bergurau, ketika guru memutarkan video pembacaan geguritan, volume suara harus maksimal agar semua siswa mendengarkan pembacaan geguritan, guru memberikan motivasi dan reward kepada siswa agar siswa berani dan mau membacakan geguritan di depan kelas, dalam proses pembelajaran, sesekali guru mengajak siswa untuk bergurau agar siswa tidak bosan, guru memancing siswa untuk bertanya dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak mau bertanya, dan guru memutarkan video pembacaan geguritan lebih dari satu kali dalam setiap kali pertemuan, guru mengulas tentang teknik gerakan dan penguasaan panggung, agar siswa lebih mampu menguasai aspek penampilan. Dengan adanya perbaikan perbaikan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran membacakan geguritan pada siklus II dan siswa dapat memperoleh nilai yang sesuai dengan target peneliti.

101 86 C. Pembelajaran Siklus II Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada: Pertemuan 1 Pertemuan 2 Hari : Rabu Hari : Rabu Tanggal : 24 Oktober 2012 Tanggal : 31 Oktober Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 a) Perencanaan Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, peneliti memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II. Proses penelitian tindakan kelas pada siklus II akan dilakukan suatu perbaikanperbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran. Peneliti mempersiapkan hal-hal yang akan dilaksanakan pada siklus II dengan perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. Kegiatan yang tercakup dalam tahap perencanaan ini yaitu, (1) menyusun rencana pembelajaran, (2) menyusun pedoman observasi dan wawancara, (3) mempersiapkan video geguritan, (4) menyiapkan hadiah sebagai bentuk reward kepada siswa, (5) menyiapkan speaker aktif. b) Tindakan Tindakan pada siklus II bertujuan untuk memperbaiki hasil revisi tindakan yang dilakukan pada siklus I. Secara garis besar,

102 87 pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada siklus II pertemuan 1 terbagi atas tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. Di bawah ini diuraikan ketiga tahapan tersebut. (1) Tahap Pendahuluan Kegiatan pada tahap ini adalah: (a) guru menanyakan pengalaman siswa dalam membacakan geguritan pada siklus I, (b) guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut, (c) guru memberikan motivasi agar siswa percaya diri dan memberikan reward penghargaan kepada siswa yang mampu mendapatkan nilai tertinggi. (2) Tahap Inti Kegiatan pada tahap inti adalah: (a) guru mengkondisikan siswa agar siswa siap mengikuti pembelajaran membacakan geguritan pada siklus II, (b) guru menegur siswa yang masih bergurau dengan teman, (c) guru mengulas materi membacakan geguritan yang telah diajarkan pada siklus I, (d) guru bertanya jawab mengenai kesulitan yang dihadapi siswa pada siklus I, (e) guru memutarkan video pembacaan geguritan dengan media

103 88 audio visual, (f) siswa mencermati pembacaan geguritan yang ditayangkan, (g) guru memberikan penguatan kepada siswa tentang cara membacakan geguritan dan bersama-sama dengan siswa membahas makna geguritan, nada dan suasana geguritan, dan penjedaan yang dibacakan dalam tayangan, (h) guru memutarkan lagi video pembacaan geguritan agar siswa lebih mampu memahami cara membacakan geguritan yang baik dan benar sesuai dengan makna geguritan, (i) guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok pada siklus I, (j) siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut, (k) guru menyuruh siswa untuk maju di depan kelas membacakan geguritan, (l) siswa lain ditugaskan untuk mengomentari pembacaan geguritan tersebut, (m) guru membagikan lima geguritan berbeda pada masing masing kelompok, (n) siswa memilih satu geguritan sesuai dengan keinginannya, (o) guru mengulas makna geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, menentukan penjedaan atau pemenggalan

104 89 geguritan, serta teknik gerakan dan penguasaan panggung, (p) masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut, dan (q) guru mengamati siswa dalam berlatih membacakan geguritan dan membantu siswa jika siswa menemukan kesulitan. (3) Tahap Penutup Tahap penutup pembelajaran dilakukan dengan: (a) guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, (b) guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran, (c) guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membacakan geguritan, dan (d) guru menutup pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar siswa giat berlatih membacakan geguritan dan lebih banyak membaca karya sastra, khususnya geguritan.

105 90 c) Observasi Hal yang diobservasi pada siklus II sama dengan siklus I. Di bawah ini disajikan tabel hasil observasi siklus II yang diambil dari pertemuan pertama. Tabel 17 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 No Aspek yang diamati. 1 Siswa siap mengikuti pembelajaran 2 Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran 3 Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membaca geguritan 4 Siswa memperhatikan pembacaan geguritan dari media audio visual dengan serius 5 Siswa aktif dalam kegiatan kelompok 6 Siswa keluar kelas dengan teman 7 Siswa mengantuk atau tidur di dalam kelas 8 Siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri 9 Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas 10 Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung Aspek positif Aspek negatif Frekuensi Persentase Positif Negatif Data observasi di atas menunjukkan bahwa terdapat 24 siswa atau sebesar 96% siswa yang siap mengikuti pembelajaran membaca

106 91 geguritan dengan media audio visual. Siswa yang aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran, yakni 32% atau 8 siswa. Siswa yang antusias dan serius dalam kegiatan membacakan geguritan sebanyak 24 siswa atau sebesar 96%. Siswa yang memperhatikan pembacaan geguritan yang ditayangkan dengan media audio visual dengan serius sebanyak 23 atau sebesar 92%. Adapun siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok sebanyak 24 siswa atau sebesar 96%. Selain perilaku positif, perilaku negatif juga diperlihatkan siswa. Terdapat 1 siswa atau sebesar 4% yang mengantuk dan tidur di dalam kelas, 2 siswa atau sebesar 8% yang banyak bergurau dengan temannya di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung, 2 siswa atau sebesar 8% cara duduknya kurang sopan selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum, sikap siswa sudah terlihat ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam proses pembelajaran bila dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Namun masih terdapat beberapa sikap negatif, hendaknya guru melakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya. d) Refleksi Berdasarkan hasil observasi pada siklus II pertemuan 1, sudah terlihat adanya peningkatan dari sikap siswa. Peningkatan tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya siswa yang keluar kelas ketika

107 92 prose pembelajaran berlangsung. Hal ini merupakan pengaruh dari sikap guru berdasarkan pertemuan sebelumnya, dimana guru melakukan peringatan secara tegas dalam pembelajaran siklus II ini. Sudah tidak ada siswa yang makan di dalam kelas. Hal ini merupakan efek tegas dari sikap guru yang menegur ketika nampak ada siswa yang makan di dalam kelas serta diberikannya hukuman ketika ada siswa yang makan di dalam kelas oleh guru. Diketahui siswa sudah siap mengikuti pembelajaran, namun masih terdapat satu siswa yang mengantuk, diharapkan dalam pertemuan berikutnya sebaiknya guru bertanya dan memberikan nasihat kepada siswa tersebut. Dalam kegiatan berkelompok masih terdapat siswa yang bergurau, hendaknya guru menegur secara langsung agar siswa tidak bercanda ketika ditugaskan dalam berkelompok. Pada pertemuan kedua siklus II ini, guru memperbaiki dalam penjelasan kepada siswa. Dengan memberikan penjelasan secara bertahap dan tidak terlalu cepat. Hal ini dilakukan guru, berdasarkan wawancara kepada siswa pada siklus I. Guru juga memperbaiki speaker untuk suara video dalam penayangan membaca geguritan pada pertemuan ini. Semua ini dilakukan oleh guru berdasarkan hasil wawancara kepada siswa pada siklus I

108 93 2) Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 a) Perencanaan Sebelum dipaparkan pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan 2, terlebih dahulu dipaparkan perencanaan pembelajaran pada pertemuan ini. Kegiatan perencanaan pada pertemuan kedua ini adalah: (1) menyusun rencana pembelajaran membacakan geguritan dengan media audio visual sebagai lanjutan pertemuan pertama; (2) mempersiapkan media video pembacaan geguritan yang berbeda dari pertemuan pertama; (3) menentukan geguritan yang akan dibaca oleh siswa; (4) mempersiapkan instrumen penilaian, yaitu instrumen tes dan nontes. Instrumen tes yakni tes unjuk kerja yang berupa rubrik dan deskripsi penilaian, serta instrumen nontes yang berupa lembar observasi siswa dan lembar wawancara; (5) menyiapkan semua alat-alat yang dapat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan media audio visual, yakni laptop dan LCD.

109 94 b) Tindakan Sebagaimana pertemuan 1, pertemuan 2 dilakukan dalam tiga tahap, yakni tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup. Di bawah ini diuraikan ketiga tahapan tersebut. (1) Tahap Pendahuluan Pertemuan ke-2 siklus II tahap pendahuluan dimulai dari: (a) guru melakukan ilustrasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi geguritan pada pertemuan pertama, (b) guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran dan manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut, dan (c) guru memberikan motivasi agar siswa percaya diri dan memberikan reward kepada siswa yang mampu mendapatkan nilai tertinggi. (2) Tahap Inti Tahap inti pembelajaran berisi kegiatan: (a) guru mengkondisikan siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran dan menegur siswa yang masih bergurau sendiri, (b) guru bertanya jawab tentang kesulitan yang dihadapi siswa mengenai materi membacakan geguritan pada pertemuan 1, (c) guru menjelaskan kekurangan-kekurangan yang dialami siswa pada saat membacakan geguritan pertemuan pertama, (d) guru memutarkan video pembacaan geguritan untuk

110 95 mengingat kembali aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam membacakan geguritan, (e) guru memberikan penguatan kepada siswa mengenai aspekaspek dalam membacakan geguritan, (f) guru memancing siswa untuk bertanya dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak bertanya, (g) guru menyuruh siswa untuk berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan 1, (h) siswa menyiapkan satu geguritan yang telah dipilih pada pertemuan pertama, (i) masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya selama 20 menit agar lebih siap maju di depan kelas, (j) guru mengamati siswa berlatih membacakan geguritan pada masing-masing kelompok dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan, (k) sebelum siswa maju penilaian membacakan geguritan, guru memutarkan kembali video pembacaan geguritan dari media audio visual agar siswa lebih mampu menguasai aspek penghayatan, (l) guru menyuruh masing-masing siswa maju di depan kelas untuk membacakan geguritan,

111 96 (m) siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas, dan (n) guru menilai pembacaan geguritan siswa. (3) Tahap Penutup Tahap penutup berisi kegiatan: (a) guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan, (b) guru bersama siswa mengadakan refleksi pembelajaran membacakan geguritan yang telah dilakukan, dan (c) guru menutup pelajaran dengan menyuruh siswa tetap berlatih membacakan geguritan.

112 97 c) Observasi Hal yang diobservasi pada siklus II sama dengan siklus I. Di bawah ini disajikan tabel hasil observasi siklus II pada pertemuan ke-2. Tabel 18 Hasil Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2 No Aspek yang diamati. 1 Siswa siap mengikuti pembelajaran 2 Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran 3 Siswa antusias dan serius dalam kegiatan membaca geguritan 4 Siswa memperhatikan pembacaan geguritan dari media audio visual dengan serius 5 Siswa aktif dalam kegiatan kelompok 6 Siswa keluar kelas dengan teman 7 Siswa mengantuk atau tidur di dalam kelas 8 Siswa banyak bergurau dan berbicara sendiri 9 Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas 10 Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung Aspek positif Aspek negatif Frekuensi Persentase Positif Negatif Data observasi di atas menunjukkan bahwa perilaku siswa dari semua aspek yang diamati secara keseluruhan (25 siswa/100%), berperilaku positif kecuali pada aspek aktivitas bertanya yang baru ditunjukkan oleh 10 siswa atau 40% yang aktif, sementara 15 siswa lainnya atau 60% masih pasif. Namun, jumlah tersebut sudah

113 98 meningkat dibandingkan dengan siklus I. d) Refleksi Pembelajaran pada siklus II telah dilaksanakan dan hasil pembelajaran membacakan geguritan yang dicapai oleh siswa pada siklus II sudah mencapai nilai yang ditargetkan oleh peneliti, yakni nilai rata-rata siswa sebesar 70 dan seluruh siswa mencapai lulus KKM. Nilai rata-rata tes siklus II berhasil mencapai nilai 80,1. Dengan demikian, hasil tes siklus II sudah mengalami peningkatan sebesar sebesar 9,1% dari siklus I yang nilai rata-ratanya 71. Adapun nilai terrendah pada siklus II adalah 71,9 yang menunjukkan bahwa seluruh siswa melebihi KKM yang hanya sebesar 70. Dari hasil observasi pada siklus II, dapat dilihat perilaku negatif yang ditunjukkan oleh siswa, yaitu beberapa siswa pasif dan bermalas-malasan untuk bertanya. Namun, pada aspek lainnya, seperti aspek kesiapan mengikuti pembelajaran, antusiasme siswa dan keseriusan siswa dalam meperhatikan media audio visual, keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok, perilaku positif mengalami peningkatan yang relatif tinggi dari perilaku positif yang dijumpai siklus I. Dengan demikian, perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil wawancara (hasil wawancara siklus II terlampir) yang diwakili oleh siswa yang memiliki kategori nilai sangat baik, baik, dan cukup dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut senang

114 99 dan tertarik dengan metode dan media yang digunakan oleh peneliti. Ketiga siswa tersebut mengatakan bahwa pembelajaran dengan media audio visual sangat bermanfaat dan siswa mengaku merasa terbantu dalam membacakan geguritan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan nilai siswa pada siklus II, sedangkan kesulitan yang dihadapi siswa berkategori nilai rendah yaitu sulit menghilangkan rasa grogi ketika membacakan geguritan di depan kelas. Dalam pembelajaran siklus II, guru sudah melakukan perbaikan-perbaikan yang bertujuan agar hasil tes siklus II lebih baik daripada siklus I. Perbaikan yang dilakukan di antaranya adalah: (1) guru mengkondisikan kelas sebelum pembelajaran dimulai, guru menegur siswa jika masih ada siswa yang bergurau, (2) ketika guru memutarkan video pembacaan geguritan, volume suara harus maksimal agar semua siswa mendengarkan pembacaan geguritan, (3) guru memberikan motivasi dan reward kepada siswa agar siswa berani dan mau membacakan geguritan di depan kelas, (4) dalam proses pembelajaran, sesekali guru mengajak siswa untuk bergurau agar siswa tidak bosan, (5) guru memancing siswa untuk bertanya dengan cara guru akan memberikan pertanyaan kepada siswa apabila siswa tidak mau bertanya, dan (6) guru memutarkan video pembacaan geguritan lebih dari satu kali dalam setiap kali pertemuan, guru mengulas tentang teknik gerakan dan penguasaan panggung, agar siswa lebih mampu menguasai aspek penampilan. Berdasarkan data-data yang telah

115 100 diperoleh peneliti pada siklus II. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran siklus II, peneliti berhasil meningkatkan pembelajaran membacakan geguritan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil tes dan nontes. 2. Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo Peningkatan keterampilan membaca geguritan dapat dilihat dari hasil tes dari prasiklus (PS), siklus I (SI), dan siklus II (SII) yang terus mengalami peningkatan. Peningkatan terjadi pada semua aspek penskoran. Di bawah ini dibahas hasil tes tiap aspek penskoran membaca geguritan pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. a. Hasil Skor Tiap Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Prasiklus Aspek penilaian keterampilan membaca geguritan meliputi kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung. Di bawah ini dibahas hasil skor tiap aspek tersebut.

116 101 1) Skor Tes Prasiklus Aspek Kelancaran bawah ini. Hasil tes prasiklus aspek kelancaran dipaparkan pada tabel di Tabel 19 Hasil Skor Prasiklus Aspek Kelancaran No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,48 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan kelancaran yang sempurna. Sebanyak 14 siswa atau 56% baru memiliki kategori kelancaran yang baik. Sementara itu, 9 siswa atau 36% baru memiliki kelancaran berkategori cukup dan masih ada 2 siswa atau 8% yang tingkat kelancarannya masih berkategori kurang. Skor rata-rata aspek kelancaran pada prasiklus adalah 2,48. Beberapa siswa terlihat jelas mengalami hambatan dalam melafalkan kata-kata yang ada dalam geguritan. Hal yang paling menghambat kelancaran dalam membaca geguritan adalah kata-kata dalam geguritan yang masih banyak belum dipahami maknanya karena merupakan kata-kata baru bagi beberapa siswa sehingga mereka masih sering berhenti untuk mengeja kata-kata tersebut dengan subvokalisasi (mengeja dengan tanpa suara) sebelum melafalkannya.

117 102 2) Skor Tes Prasiklus Aspek Konsentrasi Hasil tes aspek konsentrasi pada prasiklus dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 20 Hasil Skor Prasiklus Aspek Konsentrasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,36 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan konsentrasi yang sempurna. Hanya ada 11 siswa atau 44% yang memiliki kategori konsentrasi yang baik. Sementara itu, 12 siswa atau 48% baru memiliki konsentrasi berkategori cukup dan masih ada dua siswa atau 8% yang tingkat konsentrasinya masih berkategori kurang. Skor rata-rata pada aspek konsentrasi sebesar 2,36. Sebagian siswa masih mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi/menfokuskan pikiran terhadap teks pada saat membaca geguritan di depan kelas. Faktor yang paling mempengaruhi konsentrasi siswa adalah masalah mental. Beberapa siswa terlihat masih malu dan takut ditertawakan oleh teman lain sehingga fokus mereka terhadap teks geguritan menjadi buyar.

118 103 3) Skor Tes Prasiklus Aspek Mimik Wajah Hasil tes aspek mimik wajah pada prasiklus dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 21 Hasil Skor Prasiklus Aspek Mimik Wajah No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,32 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan mimik wajah yang sempurna. 9 siswa atau 36% yang memiliki kategori mimik yang baik. Sementara itu, 15 siswa atau 60% baru memiliki ekspresi mimik wajah berkategori cukup dan masih ada seorang siswa atau 4% yang tingkat mimik wajahnya masih berkategori kurang. Skor rata-rata untuk aspek mimik wajah adalah 2,32. Sebagian besar siswa belum mampu menunjukkan mimik wajah yang mencerminkan isi dan suasana geguritan. Hal ini disebabkan siswa tidak menghayati makna geguritan dan cenderung malu-malu sehingga takut ditertawakan saat mengekspresikan wajahnya dengan serius.

119 104 4) Skor Tes Prasiklus Aspek Kejelasan Ucapan Hasil tes prasiklus aspek kejelasan ucapan dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 22 Hasil Skor Prasiklus Aspek Kejelasan Ucapan No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,84 Dari tabel di atas, terlihat hanya ada 1 siswa atau 4% yang mampu membaca geguritan dengan kejelasan ucapan yang sempurna dalam arti semua kata-kata dalam geguritan dapat terdengar secara jelas. 19 siswa atau 76% yang memiliki kategori kejelasan yang baik. Sementara itu, 5 siswa atau 20% baru memiliki kejelasan ucapan berkategori cukup. Skor untuk aspek kejelasan ucapan pada prasiklus adalah 2,48. Hal ini mengindikasikan masih banyak siswa yang belum melafalkan kata-kata yang ada dalam teks geguritan dengan jelas sehingga kurang terdengar oleh audiens. Masih banyak ditemukan siswa yang membaca geguritan terlalu cepat karena ingin cepat selesai dan kembali ke tempat duduk.

120 105 5) Skor Tes Prasiklus Aspek Intonasi di bawah ini. Hasil tes aspek intonasi pada prasiklus dipaparkan pada tabel Tabel 23 Hasil Skor Prasiklus Aspek Intonasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,28 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan intonasi yang sempurna. Hanya ada 7 siswa atau 21% yang memiliki kategori intonasi yang baik. Sementara itu, 18 siswa atau 72% baru memiliki intonasi berkategori cukup. Skor rata-rata untuk aspek ini adalah 2,28. Sebagian besar siswa belum membaca geguritan dengan intonasi yang bervariasi. Rata-rata siswa masih membaca geguritan dengan intonasi yang datar seperti membaca teks biasa (teks nonsastra) yang cenderung tidak membutuhkan intonasi sebagai sarana keindahan. Kelemahan pada aspek intonasi ini disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap makna geguritan yang tengah dibaca.

121 106 6) Skor Tes Prasiklus Aspek Nada bawah ini. Hasil tes prasiklus aspek nada dipaparkan pada tabel di Tabel 24 Hasil Skor Prasiklus Aspek Nada No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,28 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan nada yang sempurna, dalam arti benarbenar mewakili sikap yang dibangun penyair dalam geguritan. Hanya ada 7 siswa atau 21% yang memiliki kategori nada yang baik. Sementara itu, 18 siswa atau 72% baru memiliki nada pembacaan geguritan berkategori cukup. Skor rata-rata untuk aspek nada pada prasiklus adalah 2,28. Sebagian besar siswa belum mampu menghayati sikap penyair terhadap permasalahan geguritan. Hal ini disebabkan siswa kurang memahami makna dan suasana geguritan sehingga pembacaan siswa tidak menunjukkan nada yang sedih pada saat suasana haru dan tidak menunjukkan nada bahagia pada saat suasana senang.

122 107 7) Skor Tes Prasiklus Aspek Gerak Tubuh Hasil tes aspek gerak tubuh pada prasiklus dideskripsikan pada tabel di bawah ini. Tabel 25 Hasil Skor Prasiklus Aspek Gerak Tubuh No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,08 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan gerak tubuh yang sempurna. Hanya 3 siswa atau 12% yang mendapatkan kategori skor yang baik pada aspek ini. Sementara itu, 21 siswa atau 84% baru memiliki gerak tubuh berkategori cukup dan masih ada satu siswa atau 4% yang masih berkategori kurang. Skor rata-rata aspek gerak tubuh pada prasiklus hanya 2,08. Sebagian besar siswa belum menunjukkan gerak tubuh yang bervariasi. Sebagian besar siswa hanya terlihat sesekali menggerakkan tangan secara bergantian dan masih terlihat canggung. Hal ini disebabkan mental siswa yang masih merasa takut ditertawakan oleh teman-temannya.

123 108 8) Skor Tes Prasiklus Aspek Penguasaan Panggung Di bawah ini disajikan tabel hasil tes prasiklus aspek penguasaan panggung. Tabel 26 Hasil Skor Prasiklus Aspek Penguasaan Panggung No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Skor rata-rata 2,16 Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan penguasaan panggung yang sempurna. 6 siswa atau 24% memiliki penguasaan panggung berkategori baik. Sementara itu, 17 siswa atau 68% baru memiliki penguasaan panggung berkategori cukup dan masih ada dua siswa atau 4% yang tingkat penguasaan panggungnya masih berkategori kurang. Skor rata-rata aspek penguasaan panggung pada prasiklus adalah 2,16. Sebagian besar siswa belum memperlihatkan kepercayaan diri pada saat berjalan dan melihat audiens (siswa lainnya). Siswa cenderung malu dan ragu-ragu pada saat berjalan untuk berganti posisi. Bahkan, masih terlihat siswa yang hanya diam saja di tempat pada saat membaca geguritan. Dari paparan kedelapan aspek di atas, dapat disimpulkan skor rata-rata siswa pada semua aspek dalam membaca geguritan pada tahap prasiklus sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

124 109 Tabel 27 Skor Rata-Rata Siswa untuk Semua Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Prasiklus No. Aspek yang dinilai Skor rata-rata 1 Penghayatan a. Kelancaran 2,48 b. Konsentrasi 2,36 c. Mimik wajah 2,32 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan 2,84 b. Intonasi 2,28 c. Nada 2,28 3 Penampilan a. Gerak tubuh 2,08 b. Penguasaan panggung 2,16 Jumlah Skor rata-rata seluruh aspek = 2,35 Pada tabel di atas, terlihat skor rata-rata kelas membaca geguritan sebesar 2,35. Skor tersebut diperoleh dari semua aspek penilaian yang meliputi kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung. b. Hasil Skor Tiap Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Siklus I Di bawah ini dibahas hasil tes tiap aspek penilaian membaca geguritan pada siklus I.

125 110 1) Skor Tes Siklus I Aspek Kelancaran bawah ini. Hasil tes siklus I aspek kelancaran dipaparkan pada tabel di Tabel 28 Hasil Skor Siklus I Aspek Kelancaran No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,88 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat 3 siswa atau 12% sudah mampu membaca geguritan dengan kelancaran yang sempurna. 3 siswa tersebut melafalkan tiap kata dalam geguritan tanpa melakukan regresi atau pengulangan beberapa suku kata. Sebanyak 16 siswa atau 48% yang memiliki kategori kelancaran yang baik. 16 siswa tersebut hanya mengalami kesalahan regresi pada beberapa kata. Sementara itu, 6 siswa atau 24% baru memiliki kelancaran berkategori cukup dan tidak ditemukan siswa yang berkategori kurang. Skor rata-rata aspek kelancaran pada siklus I adalah 2,88. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 0,4 dari skor rata-rata prasiklus yang menunjukkan rerata skor 2,48. Hambatan berupa subvokalisasi yang masih dijumpai pada prasiklus sudah tidak dijumpai pada siklus I. Namun, masih terdapat beberapa siswa melakukan regresi yang menjadi penghambat kelancaran siswa dalam membaca teks geguritan.

126 111 2) Skor Tes Siklus I Aspek Konsentrasi Hasil tes aspek konsentrasi pada siklus I dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 29 Hasil Skor Siklus I Aspek Konsentrasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup Kurang Jumlah Tabel di atas menunjukkan sebanyak 3 siswa atau 12% tercacat mampu membaca geguritan dengan konsentrasi yang sempurna. 19 siswa atau 76% memperoleh kategori konsentrasi baik. Sementara itu, 3 siswa atau 12% baru memiliki konsentrasi berkategori cukup dan tidak ditemukan siswa yang berkategori kurang. Skor rata-rata untuk aspek konsentrasi pada siklus I adalah 3. Hal ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,64 dari rerata skor prasiklus yang berjumlah 2,36. Faktor mental berupa rasa malu dan takut ditertawakan oleh teman yang menjadi penghambat utama konsentrasi siswa pada prasiklus mulai berkurang sehingga mereka dapat menjaga fokus terhadap teks geguritan pada saat membaca di depan kelas.

127 112 3) Skor Tes Siklus I Aspek Mimik Wajah Hasil tes aspek mimik wajah pada siklus I dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 30 Hasil Skor Siklus I Aspek Mimik Wajah No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,84 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat 2 siswa atau 8% mampu membaca geguritan dengan mimik wajah yang sempurna karena sudah mampu menunjukkan mimik yang sesuai dengan isi dan suasana geguritan. 17 siswa atau 68% yang memiliki kategori mimik yang baik. Sementara itu, 6 siswa atau 24% baru memiliki ekspresi mimik wajah berkategori cukup dan tidak terdapat siswa yang berkategori kurang. Skor rata-rata aspek mimik wajah pada siklus I adalah 2,84. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 0,52 dari prasiklus yang memiliki rerata skor 2,32. Pada siklus I ini, terlihat siswa mulai menunjukkan penghayatannya terhadap makna geguritan dan kecenderungan untuk malu-malu sehingga takut ditertawakan saat mengekspresikan wajahnya sebagaimana ditemukan pada prasiklus sudah mulai berkurang.

128 113 4) Skor Tes Siklus I Aspek Kejelasan Ucapan Hasil tes siklus I aspek kejelasan ucapan dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 31 Hasil Skor Siklus I Aspek Kejelasan Ucapan No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,12 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat ada 8 siswa atau 32% yang mampu membaca geguritan dengan kejelasan yang sempurna. 12 siswa atau 48% yang memiliki kategori kejelasan yang baik. Sementara itu, 5 siswa atau 20% baru memiliki kejelasan ucapan berkategori cukup. Untuk kategori kejelasan ucapan yang kurang, tidak ada. Skor untuk aspek kejelasan ucapan pada siklus I adalah 3,12. Hasil ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,64 dari rerata skor prasiklus yang berjumlah 2,48. Siswa terlihat mampu melafalkan katakata yang ada dalam teks geguritan dengan jelas sehingga dapat didengar jelas oleh audiens. Sebagian besar siswa sudah terlihat tenang saat membaca geguritan sehingga tidak merasa terburu-buru pada saat membaca.

129 114 5) Skor Tes Siklus I Aspek Intonasi Hasil tes aspek intonasi pada siklus I dideskripsikan pada tabel di bawah ini. Tabel 32 Hasil Skor Siklus I Aspek Intonasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,72 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat hanya ada 2 siswa atau 8% yang mampu membaca geguritan dengan intonasi yang sempurna. 14 siswa atau 56% memperoleh kategori intonasi baik. Sementara itu, 9 siswa atau 36% baru memiliki intonasi berkategori cukup. Skor rata-rata untuk aspek intonasi pada siklus I adalah 2,72. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 0,44 dari rerata skor prasiklus yang berjumlah 2,28. Beberapa siswa sudah mampu membaca geguritan dengan intonasi yang bervariasi. Namun, sebagian besar siswa masih membaca geguritan dengan intonasi yang datar seperti membaca teks biasa (teks nonsastra) yang cenderung tidak membutuhkan intonasi sebagai sarana keindahan.

130 115 6) Skor Tes Siklus I Aspek Nada bawah ini. Hasil tes prasiklus aspek nada dipaparkan pada tabel di Tabel 33 Hasil Skor Siklus I Aspek Nada No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,84 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan nada yang sempurna, dalam arti benarbenar mewakili suasana yang dibangun penyair dalam geguritan. Sebanyak 21 siswa atau 84% berhasil memperoleh kategori baik. Sementara itu, 4 siswa atau 16% baru memiliki nada berkategori cukup. Skor rata-rata untuk aspek nada pada siklus I adalah 2,84 yang berarti meningkat sebesar 0,56 dari skor rerata prasiklus yang berjumlah 2,28. Sebagian besar siswa belum mampu memahami makna dan suasana geguritan dengan baik sehingga pembacaan siswa tidak menunjukkan nada yang sedih pada saat suasana haru dan tidak menunjukkan nada bahagia pada saat suasana senang.

131 116 7) Skor Tes Siklus I Aspek Gerak Tubuh Hasil tes aspek gerak tubuh pada siklus I dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 34 Hasil Skor Siklus I Aspek Gerak Tubuh No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,64 4 Kurang Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa pada aspek gerak tubuh pada siklus I, ada 3 siswa atau 12% berhasil memperoleh kategori sangat baik. Sebanyak 10 siswa atau 40% mendapatkan kategori skor yang baik. Sementara itu, 12 siswa atau 48% baru memiliki gerak tubuh berkategori cukup dan tidak ada yang berkategori kurang pada aspek ini. Skor rata-rata aspek gerak tubuh pada siklus I adalah 2,64 yang berarti meningkat sebesar 0,56 dari rerata skor prasiklus yang berjumlah 2,08. Beberapa siswa terlihat sudah menunjukkan gerakan yang bervariasi. Namun, sebagian besar siswa masih terlihat canggung pada saat menggerakkan anggota tubuhnya.

132 117 8) Skor Tes Siklus I Aspek Penguasaan Panggung Di bawah ini dipaparkan tabel hasil tes siklus I aspek penguasaan panggung. Tabel 35 Hasil Skor Siklus I Aspek Penguasaan Panggung No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,68 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat sebanyak 17 siswa atau 68% memiliki penguasaan panggung berkategori baik. Sementara itu, ada 8 siswa atau 32% yang baru memiliki penguasaan panggung berkategori cukup. Skor rata-rata aspek penguasaan panggung pada siklus I adalah 2,68, yang berarti terjadi peningkatan sebesar 0,52 dari rerata prasiklus yang berjumlah 2,16. Sebagian besar siswa sudah memperlihatkan kepercayaan diri pada saat berjalan dan melihat audiens (siswa lainnya). Namun, masih ada beberapa siswa yang masih terlihat malu-malu dan ragu-ragu pada saat berjalan untuk berganti posisi pada saat membaca geguritan.

133 118 Dari deskripsi kedelapan aspek di atas, dapat disimpulkan skor rata-rata siswa pada semua aspek pembacaan geguritan siklus I sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 36 Skor Rata-Rata Siswa untuk Semua Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Siklus I No. Aspek penilaian Skor rata-rata 1 Penghayatan a. Kelancaran 2,88 b. Konsentrasi 3 c. Mimik wajah 2,84 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan 3,12 b. Intonasi 2,72 c. Nada 2,84 3 Penampilan a. Gerak tubuh 2,64 b. Penguasaan panggung 2,68 Jumlah Skor rata-rata seluruh aspek 22,72 8 = 2,84 Pada tabel di atas, terlihat skor rata-rata kelas membaca geguritan sebesar 2,84 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 0,49 dari rerata skor kumulatif pada prasiklus. Skor tersebut diperoleh dari semua aspek penilaian yang meliputi kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung.

134 119 c. Hasil Skor Tiap Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Siklus II Di bawah ini dibahas hasil tes tiap aspek penilaian membaca geguritan pada siklus II. 1) Skor Tes Siklus II Aspek Kelancaran bawah ini. Hasil tes siklus II aspek kelancaran ditunjukkan pada tabel di Tabel 37 Hasil Skor Siklus II Aspek Kelancaran No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,52 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat 13 siswa atau 52% termasuk ke dalam kategori sangat baik. Sementara itu, sebanyak 12 siswa atau sebesar 48% berhasil mencapai kategori baik. Tidak ada yang termasuk ke dalam kategori cukup dan kurang. Pencapaian siklus II ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,64 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 2,88. Hambatan berupa regresi atau pengulangan beberapa suku kata awal sudah tidak lagi ditemukan pada siklus II.

135 120 2) Skor Tes Siklus II Aspek Konsentrasi Hasil tes aspek konsentrasi pada siklus I dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 38 Hasil Skor Siklus II Aspek Konsentrasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,4 4 Kurang Jumlah Tabel di atas menunjukkan 40% siswa atau sebanyak 10 siswa tercacat mampu membaca geguritan dengan konsentrasi yang sempurna dan 60% siswa atau sebanyak 15 siswa memperoleh kategori baik. Dengan pencapaian ini, berarti terjadi peningkatan sebesar 0,4 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 3. Faktor mental berupa rasa malu dan takut ditertawakan oleh teman yang menjadi penghambat utama konsentrasi siswa pada prasiklus dan siklus I hanya ditunjukkan oleh beberapa siswa saja. Sebagian besar siswa sudah dapat menjaga fokus terhadap teks geguritan pada saat membaca di depan kelas.

136 121 3) Skor Tes Siklus II Aspek Mimik Wajah Hasil tes aspek mimik wajah pada siklus II dipaparan pada tabel di bawah ini. Tabel 39 Hasil Skor Siklus I Aspek Mimik Wajah No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,08 4 Kurang Jumlah Tabel di atas menunjukkan sebanyak 2 siswa atau 8% mampu sudah membaca geguritan dengan mimik wajah yang sempurna atau berkategori sangat baik. Sisanya, sebanyak 23 siswa atau 92% memiliki kategori mimik wajah yang baik. Skor rata-rata aspek mimik wajah pada siklus II adalah 3,08 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 0,24 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 2,84. Pada siklus II ini, terlihat siswa mulai menunjukkan penghayatannya terhadap makna geguritan dan kecenderungan untuk malu-malu sehingga takut ditertawakan saat mengekspresikan wajahnya sebagaimana ditemukan pada prasiklus dan siklus I sudah berkurang.

137 122 4) Skor Tes Siklus II Aspek Kejelasan Ucapan Hasil tes siklus II aspek kejelasan ucapan dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 40 Hasil Skor Siklus II Aspek Kejelasan Ucapan No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,36 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat sebanyak 9 siswa atau 36% yang mampu membaca geguritan dengan kejelasan yang sempurna atau sangat baik. Sementara 16 siswa lainnya, atau sebesar 64%, berhasil memperoleh kategori baik. Skor untuk aspek kejelasan ucapan pada siklus II adalah 3,36 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 0,24 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 3,12. Siswa terlihat mampu melafalkan kata-kata yang ada dalam teks geguritan dengan jelas sehingga dapat didengar jelas oleh audiens. Sebagian besar siswa sudah terlihat tenang saat membaca geguritan sehingga dapat melafalkan kata-kata tanpa merasa ingin cepat-cepat kembali ke tempat duduk.

138 123 5) Skor Tes Siklus II Aspek Intonasi Hasil tes aspek intonasi pada siklus II dideskripsikan pada tabel di bawah ini. Tabel 41 Hasil Skor Siklus II Aspek Intonasi No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,16 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat sebesar 16% atau sebanyak 4 siswa mampu mencapai kategori sangat baik. sementara itu, 21 siswa atau 84% berhasil mencapai kategori baik. Dengan pencapaian ini, berarti terjadi peningkatan sebesar 0,44 dari skor rata-rata untuk aspek intonasi pada siklus I yang berjumlah 2,72. Sebagian besar siswa sudah mampu membaca geguritan dengan intonasi yang bervariasi sesuai dengan pemahaman mereka terhadap makna geguritan.

139 124 6) Skor Tes Siklus II Aspek Nada bawah ini. Hasil tes prasiklus aspek nada dideskripsikan pada tabel di Tabel 42 Hasil Skor Siklus II Aspek Nada No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,92 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat belum ada siswa yang mampu membaca geguritan dengan nada yang sempurna, dalam arti benarbenar mewakili suasana yang dibangun penyair dalam geguritan. Sebanyak 23 siswa atau 92% berhasil memperoleh kategori baik. Sementara itu, masih terdapat 2 siswa atau sebesar 8% yang termasuk ke dalam kategori cukup. Skor rata-rata untuk aspek nada pada siklus II adalah 2,92 yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan skor rerata siklus I sebesar 2,84, yang berarti meningkat sebesar 0,08. Beberapa siswa masih belum mampu memahami makna dan suasana geguritan dengan baik sehingga pembacaan siswa tidak menunjukkan nada yang sedih pada saat suasana haru dan tidak menunjukkan nada bahagia pada saat suasana senang.

140 125 7) Skor Tes Siklus II Aspek Gerak Tubuh Hasil tes aspek gerak tubuh pada siklus II dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 43 Hasil Skor Siklus II Aspek Gerak Tubuh No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,16 4 Kurang Jumlah Tabel di atas menunjukkan sebanyak 5 siswa atau 20% berhasil mencapai kategori sangat baik. 19 siswa atau 76% berhasil memperoleh kategori baik. Sementara itu, masih ada seorang siswa atau 4% yang baru mencapai kategori cukup. Skor rata-rata aspek gerak tubuh pada siklus II adalah 3,16 yang berarti meningkat sebesar 0,52 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 2,64. Sebagian besar siswa terlihat sudah menunjukkan gerakan yang bervariasi. Namun, masih terlihat sebagian siswa yang masih canggung pada saat menggerakkan anggota tubuhnya.

141 126 8) Skor Tes Siklus II Aspek Penguasaan Panggung Di bawah ini dipaparkan tabel hasil tes siklus II aspek penguasaan panggung. Tabel 44 Hasil Skor Siklus II Aspek Penguasaan Panggung No. Kategori Skor Frekuensi Jumlah Skor % Rata-rata 1 Sangat Baik Baik Cukup ,04 4 Kurang Jumlah Dari tabel di atas, terlihat sebanyak 2 siswa atau 8% berhasil memperoleh kategori sangat baik. 22 siswa atau sebesar 88% berhasil mencapai kategori baik. Sementara itu, masih ada seorang siswa atau 4% yang baru berkategori cukup. Skor rata-rata aspek penguasaan panggung pada siklus II adalah sebesar 3,04. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 0,4 dari rerata skor siklus I yang berjumlah 2,68. Sebagian besar siswa sudah memperlihatkan kepercayaan diri pada saat berjalan dan melihat audiens (siswa lainnya) meskipun masih terlihat juga siswa yang terlihat malu-malu dan terkesan canggung pada saat berjalan untuk berganti posisi. Dari deskripsi kedelapan aspek di atas, dapat disimpulkan skor rata-rata siswa pada semua aspek pembacaan geguritan siklus II sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

142 127 Tabel 45 Skor Rata-Rata Siswa untuk Semua Aspek Penilaian Membaca Geguritan pada Siklus II No. Aspek penilaian Skor rata-rata 1 Penghayatan a. Kelancaran 3,52 b. Konsentrasi 3,04 c. Mimik wajah 3,08 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan 3,36 b. Intonasi 3,16 c. Nada 2,92 3 Penampilan a. Gerak tubuh 3,16 b. Penguasaan panggung 3,04 Jumlah 25,64 Skor rata-rata seluruh aspek 25,64 8 = 3,20 Tabel di atas menunjukkan skor rata-rata keterampilan siswa dalam membaca geguritan pada siklus II mencapai 3,20. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 0,16 dari rerata kelas siklus I yang berjumlah 3,04. Peningkatan ini terjadi pada semua aspek penilaian yang meliputi aspek kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung. d. Hasil Rekapitulasi Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Peningkatan keterampilan membaca geguritan setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual dapat dilihat dari rekapitulasi hasil tes tiap aspek pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. Di bawah ini disajikan tabel memuat skor tes dari ketiga tahap tersebut dan peningkatannya.

143 128 No. Tabel 46 Rekapitulasi Hasil Skor Keterampilan Membaca Geguritan pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II 1 Penghayatan Aspek yang dinilai Skor rata-rata Peningkatan PS SI SII PS-SI SI-SII a. Kelancaran 2,48 2,88 3,52 0,4 0,64 b. Konsentrasi 2,36 3 3,4 0,64 0,4 c. Mimik wajah 2,32 2,84 3,08 0,52 0,24 2 Penguasaan Teknik Vokal a. Kejelasan ucapan 2,84 3,12 3,36 0,64 0,24 b. Intonasi 2,28 2,72 3,16 0,44 0,44 c. Nada 2,28 2,84 2,92 0,56 0,08 3 Penampilan a. Gerak tubuh 2,08 2,64 3,16 0,56 0,52 b. Penguasaan panggung 2,16 2,68 3,04 0,52 0,4 Jumlah 18,8 22,72 25,64 3,92 2,92 Skor rata-rata 2,35 2,84 3,20 0,49 0,16 Hasil rekapitulasi peningkatan keterampilan membaca geguritan menggunakan media audio visual pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat juga dilihat pada grafik berikut.

144 Prasiklus siklus I Siklus II A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 Grafik 1 Rekapitulasi Hasil Tes Keterampilan Membaca Geguritan pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II Dari grafik di atas, terlihat bahwa pada semua aspek penilaian, skor rata-rata siswa terus mengalami peningkatan dari prasiklus, siklus I, sampai siklus II. Pada aspek kelancaran, skor siklus I meningkat 0,4 dari skor prasiklus, dan pada siklus II meningkat lagi sebesar 0,64 dari siklus I. Pada aspek konsentrasi, skor siklus I meningkat sebesar 0,64 dari skor prasiklus, dan meningkat lagi sebesar 0,4 pada siklus II. Pada aspek mimik wajah, skor siswa meningkat sebesar 0,52 pada siklus I dan meningkat lagi sebesar 0,24 pada siklus II. Dengan demikian, aspek-aspek penghayatan dalam membaca geguritan terus mengalami peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan media audio visual. Dari aspek-aspek penguasaan teknik vokal yang meliputi kejalasan ucapan, intonasi, dan nada, secara berurutan naik 0,64, 0,44, dan 0,56 pada siklus I, dan meningkat lagi 0,24, 0,44, dan 0,08 pada

145 130 siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual meningkatkan kemampuan penguasaan teknik vokal siswa. Aspek terakhir, yakni aspek penampilan yang terbagi ke dalam aspek gerak tubuh dan penguasaan panggung pun meningkat dari prasiklus atau dari keterampilan siswa sebelum diterapkan media dengan media audio visual. Pada aspek gerak tubuh, siklus I meningkat sebesar 0,56 dari skor prasiklus dan meningkat lagi sebesar 0,52 pada siklus II. Pada aspek penguasaan panggung, skor siswa meningkat sebesar 0,52 dari siklus I dan meningkat lagi sebesar 0,4 pada siklus II. Secara keseluruhan atau dari skor akumulasi seluruh aspek, skor prasiklus sebesar 18,8 meningkat sebesar 3,92 menjadi 22,72 pada siklus I dan meningkat lagi sebesar 2,92 menjadi 25,64 pada siklus II. Paparan peningkatan keterampilan di atas baru merupakan nilai mentah (skor). Adapun peningkatan rata-rata nilai akhir siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 47 Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Geguritan dari Prasiklus, Siklus I, sampai Siklus II Nilai rata-rata kelas Peningkatan nilai Prasiklus Siklus I Siklus II PS-SI SI-SII 58,7 (Kategori kurang) 71,1 (Kategori baik) 80,1 (Kategori baik) 12,4 9 Peningkatan nilai rata-rata keterampilan membaca geguritan dari prasiklus, siklus I, sampai siklus II juga dapat dilihat pada diagram

146 131 di bawah ini Prasiklus Siklus I Siklus II Diagram 4 Peningkatan Nilai Rata-Rata Keterampilan Membaca Geguritan dari Prasiklus, Siklus I, sampai Siklus II Dari diagram di atas, terlihat nilai rata-rata kelas pada prasiklus adalah sebesar 58,7 dan pada siklus I menjadi 71,1. Dengan demikian, terjadi peningkatan sebesar 12,4%. Pada siklus II, meningkat lagi menjadi 80,1 yang artinya terjadi peningkatan nilai sebesar 9%. Dengan demikian, penerapan media audio visual mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013. Dengan peningkatan tersebut, rumusan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII SMP N 37 Purworejo tahun ajaran 2012/2013 diterima.

147 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari pembahasan data hasil penelitian, dapat disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. penerapan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual pada siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo berlangsung selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II dan tiap siklus terbagi menjadi dua pertemuan. Dalam setiap siklus dilakukan empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Prasiklus dilakukan untuk menetahui kemampuan awal siswa dalam membaca geguritan sebelum menggunakan media audio visual. Pada siklus I untuk mengetahui kemampuan keterampilan membaca geguritan dengan menggunakan media audio visual. Siklus II untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca geguritan setelah menggunakan media audio visual. Berdasarkan refleksi pada siklus II sebagai kegiatan paling akhir dalam pembelajaran, diperoleh hasil bahwa penerapan media audio visual berhasil mengubah aktivitas siswa menjadi lebih baik, selain itu juga meningkatkan nilai tes dan skor siswa dalam membaca geguritan; 2. peningkatan keterampilan membaca geguritan siswa kelas VIII A SMP N 37 Purworejo setelah dilakukan pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual adalah sebesar 12,3 pada siklus I, yakni dari nilai prasiklus sebesar 58,7 menjadi 71,1 pada siklus I dan meningkat lagi 132

148 133 sebesar 9,1 menjadi 80,1 pada siklus II. Peningkatan tersebut terjadi di hampir semua aspek penilaian membaca geguritan yang meliputi aspek kelancaran, konsentrasi, mimik wajah, kejelasan ucapan, intonasi, nada, gerak tubuh, dan penguasaan panggung. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat penulis sampaikan adalah: 1. guru hendaknya memanfaatkan aneka media pembelajaran, termasuk media audio visual, dalam pembelajaran apapun, khususnya dalam pembelajaran membaca geguritan mengingat media audio visual, selain memudahkan atau meringankan tugas guru di dalam kelas, juga mengefektifkan pembelajaran karena mampu menarik perhatian siswa dan meningkatkan motivasi serta minat siswa dalam mengikuti pembelajaran; 2. siswa selalu mengasah keterampilan dalam hal berbahasa Jawa dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari agar kebudayaan Jawa dapat lestari dan tidak punah karena pengaruh zaman; 3. bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam, tentunya dengan menciptakan inovasi baru, baik dalam metode pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maupun dalam hal media yang digunakan.

149 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Badan Standar Nasional Pendidikan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. Doyin, Muk Membaca di SMA. Semarang: FBS Unnes. Endraswara, Suwardi Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Fananie, Zaenudin Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Geguritan. Diakses dari pada tanggal 15 Juli Idris, Nuny Sulistiyani Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Diakses dari http%3a%2f%2ffile.upi.edu%2fdirektori%2 FFPBS%2FJUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F NUNY_SULISTIANY_IDRIS%2FEvaluasi_Pembelajaran _B.Ind.pdf pada tanggal 15 September Isnaeningsih, Eri Peningkatan Keterampilan Menyimak Berita Berbahasa Jawa dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII F SMP N 1 Petanahan Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 423.5/5/2010. Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal (Bahasa Jawa) Untuk Jenjang SD/SDLB/MI dan SMP/SMPLB/MTs Negeri dan Swasta Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah: Dinas Pendidikan. Kosasih Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia. Mardiwarsito Kamus Jawa Kuna-Indonesia. Flores: Nusa Indah

150 Nurgiyantoro, Burhan Penelitian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Poerwadarminto W.J.S Baoesastra Djawa. Batavia: J.B Wolters. Pamungkas, Tri Nugraheni Penggunaan Media Audiovisual dan Metode Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran Biologi Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Batik I Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. Saputra, H. Karsono Puisi Jawa: Struktur dan Estetika. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Subalidinata Kawruh Kasusastran Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta. Sukirno Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: UMP Press. Suyitno Teknik Pembelajaran Apresiasi Sastra dan Kemampuan Berbahasa. Yogyakarta: PT Hanindita. Tarigan, Henry Guntur Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Waryanto, Nur Hadi Makalah: Penggunaan Media Audio Visual dalam Menunjang Pembelajaran. Disajikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat Untuk Guru-Guru MIPA SMA N 1 Bantul. FMIPA UNY. Yogyakarta. Widayat, Afendy Pengantar Pembacaan Puisi Kolaboratif (Geguritan- Gamelan). Diakses dari Baca%20Puisi%20Wnsr.pdf. Pada tanggal 15 September 2012.

151

152 137 LAMPIRAN 1 KELAS VIII (DELAPAN), Semester : 1 (Satu) No STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1 MENDENGARKAN Mampu mendengarkan dan memahami wacana lisan dalam berbagai ragam bahasa Jawa. 1.1 Mendengarkan legenda 1.2 Mendengarkan iklan 2 BERBICARA Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui bercerita dan berdialog dalam berbagai ragam bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh 2.1 Bercerita tentang pengalaman Pribadi, misal: bertamsya, berkemah. 2.2 Melakukan percakapan dengan orang yang lebih tua misalnya menanyakan atau menyampaikan pesan atau undangan secara lisan. 4 MEMBACA Mampu membaca bacaan sastra, nonsastra dalam berbagai teknik membaca, dan bacaan berhuruf Jawa. 3.1 Membaca pemahaman bacaan sastra (cerita lanjutan wayang Ramayana) atau bacaan nonsastra dengan tema tertentu 3.2 Membaca indah geguritan dan tembang asmaradana 3.3 Membaca paragraf berhuruf Jawa yang terdiri atas 5-7 kalimat. 4 MENULIS Mampu mengungkapkan pikiran gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai jenis karangan menggunakan ragam bahasa Jawa sesuai unggah-ungguh dan menulis paragraf berhuruf Jawa 4.1 Menulis mengenai keterampilan hidap 4.2 Menulis laporan kunjungan ke suatu tempat 4.3 Menulis paragraf berhuruf Jawa yang terdiri atas 5-7 kalimat

153 Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi SILABUS : SMP Negeri 37 Purworejo : Bahasa Jawa : VIII/1 : Mampu membaca bacaan sastra dan nonsastra dalam berbagai teknik membaca dan bacaan berhuruf Jawa LAMPIRAN 2 Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok/ Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Membaca indah geguritan 1. Memahami isi geguritan 2. Membacakan geguritan dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan 1. Pengertian geguritan 2. Unsur-unsur geguritan 3. Contoh geguritan 1. Menyaksikan pembacaan geguritan melalui media audio visual 2. Memahami isi geguritan 3. Membuat penjedaan pada teks geguritan 4. Membacakan gegurtian dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan 1. Teknik Penilaian a. Prosedur: tes b. Jenis: tes performansi/unjuk kerja 2. Instrumen a. Soal: Wacanen geguritan kanthi laku lan ekspresi kang mathuk karo surasane geguritan! b. Rubrik penilaian c. Pedoman penilaian d. Rumus penilaian e. Kategori nilai 2X40 menit 1. Saputra, Karsono Puisi Jawa (Struktur dan Estetika). Jakarta: Wedatama Widya Sastra. 2. Subalidinita, R.S Kawruh Kasusastran Jawa. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama. 3. Widayat, Afendy Teori Sastra Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publiser. Mengetahui Kepala SMP Negeri 37Purworejo Guru Mata Pelajaran, Purworejo, 29 September 2012 Guru Praktikan, Amrozi, S.Pd. NIP Agus Suroso Lilik Yuliwantoro NIM

154 139 LAMPIRAN 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Nama Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/1 Pertemuan Ke- : 2 Alokasi Waktu : 4 X 40 menit Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Membaca Mampu membaca bacaan sastra dan nonsastra dalam berbagai teknik membaca dan bacaan berhuruf Jawa : Membaca indah geguritan Indikator : 1. Memahami isi geguritan 2. Membacakan geguritan dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi geguritan dan membacakan geguritan dengan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Geguritan 2. Contoh Geguritan 3. Unsur-Unsur Geguritan 4. Cara Membaca Geguritan (Uraian materi terlampir) C. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Penugasan 4. Diskusi 5. Demonstrasi

155 140 D. Media Pembelajaran Media audio visual dengan menggunakan: 1. LCD 2. Laptop 3. Speaker Aktif E. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama No. Tahap Kegiatan 1 Pendahuluan a. Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan dunia nyata b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai serta manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut 2 Inti a. Guru membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video dan menyuruh siswa membaca geguritan dalam hati b. Guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan c. Siswa yang lain mengomentari pembacaan geguritan siswa yang maju di depan kelas d. Guru memutarkan video pembacaan geguritan e. Guru menyuruh siswa mencermati pembacaan geguritan dalam video yang ditayangkan dan memberikan tanda penjedaan dalam teks geguritan yang telah dibagikan f. Guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan dengan memperhatikan tayangan pembacaan geguritan dalam video g. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkah-langkah membacakan geguritan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan) Alokasi Waktu 5 menit 5 menit 10 menit 10 menit

156 141 h. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa i. Guru membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok j. Siswa memilih satu di antara lima geguritan sesuai dengan keinginannya k. Guru menugaskan siswa memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan membuat pemenggalan bacaan l. Masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut m. Guru meyuruh siswa dari perwakilan masingmasing kelompok untuk membaca geguritan di depan kelas n. Siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas o. Guru memberikan saran kepada siswa yang membaca geguritan. 3 Penutup a. Guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran b. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran d. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membaca geguritan teks geguritan yang sudah dibagikan 10 menit 35 menit 5 menit F. Penilaian 1. Teknik penilaian a. Prosedur : Tes b. Jenis : Tes performansi atau unjuk kerja 2. Instrumen a. Soal: Wacanen geguritan kanthi laku lan ekspresi kang mathuk karo surasane geguritan!

157 142 b. Rubrik penilaian Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai 1 Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal (Idris, 2010: 11 dan modifikasi peneliti) Skor c. Pedoman Penilaian No. Aspek Kategori Skor 1 Kelancaran a. Sangat lancar, tanpa kesalahan SB 4 b. Lancar, tetapi ada sedikit kesalahan B 3 c. Sebagian dibaca dengan lancar, sebagian tidak C 2 d. Banyak berhenti pada saat membaca K 1 2 Konsentrasi a. Terlihat sangat konsentrasi SB 4 b. Konsentrasi terjaga, tetapi tampak keraguan B 3 c. Terlihat serius, tetapi konsentrasi sering C 2 terlupakan d. Tampak tidak serius K 1 3 Mimik wajah a. Mimik wajah sesuai dengan suasana geguritan SB 4 b. Mimik wajah menampakkan suasana gegurita, B 3 tetapi ada sedikit ketidaksesuaian dengan suasana c. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, C 2 tetapi ada sedikit yang tidak sesuai dengan suasana d. Mimik wajah sebagian besar tidak sesuai dengan suasana geguritan K 1 4 Kejelasan ucapan a. Pelafalan sempurna, tidak ada kesalahan SB 4 b. Pelafalan hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Pelafalan baik, ada sedikit kesalahan C 2 d. Pelafalan banyak yang tidak tepat K 1

158 143 5 Intonasi a. Intonasi sempurna, sesuai dengan makna kata SB 4 b. Intonasi hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Intonasi baik, tetapi ada sedikit ketidaktepatan C 2 d. Intonasi banyak yang tidak sesuai dengan makna kata K 1 6 Nada a. Nada sempurna, mencerminkan suasana SB 5 geguritan b. Nada hampir sempurna, ada yang kurang sesuai B 4 dengan suasana geguritan c. Nada sebagian sesuai dengan suasana, sebagian C 3 kurang seuai d. Nada sebagian besar tidak mencerminkan suasana geguritan K 1 d. Rumus Penilaian NA S SM X 100 Keterangan: NA S SM : Nilai akhir : Jumlah skor siswa : Skor maksimal e. Kategori Nilai No. Kategori Rentang Nilai 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang 0-59

159 144

160 145 LAMPIRAN 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Nama Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/1 Pertemuan Ke- : 3 Alokasi Waktu : 4 X 40 menit Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator : Membaca Mampu membaca bacaan sastra dan nonsastra dalam berbagai teknik membaca dan bacaan berhuruf Jawa : Membaca indah geguritan : 1. Memahami isi geguritan 2. Membacakan geguritan dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi geguritan dan membacakan geguritan dengan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Geguritan 2. Contoh Geguritan 3. Unsur-Unsur Geguritan 4. Cara Membaca Geguritan (Uraian materi terlampir) C. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Penugasan 4. Diskusi 5. Demonstrasi

161 146 D. Media Pembelajaran Media audio visual dengan menggunakan: 1. LCD 2. Laptop 3. Speaker Aktif E. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Kedua No. Tahap Kegiatan 1 Pendahuluan a. Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan dunia nyata b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai serta manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut 2 Inti a. Guru membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video dan menyuruh siswa membaca geguritan dalam hati b. Guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan c. Siswa yang lain mengomentari pembacaan geguritan siswa yang maju di depan kelas d. Guru memutarkan video pembacaan geguritan e. Guru menyuruh siswa mencermati pembacaan geguritan dalam video yang ditayangkan dan memberikan tanda penjedaan dalam teks geguritan yang telah dibagikan f. Guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan dengan memperhatikan tayangan pembacaan geguritan dalam video g. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkah-langkah membacakan geguritan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan) Alokasi Waktu 5 menit 5 menit 10 menit 10 menit

162 147 h. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa i. Guru membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok j. Siswa memilih satu di antara lima geguritan sesuai dengan keinginannya k. Guru menugaskan siswa memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan membuat pemenggalan bacaan l. Masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut m. Guru menyuruh masing-masing siswa maju di depan kelas untuk membacakan geguritan yang dipilih sesuai dengan keinginannya n. Siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas o. Guru menilai pembacaan geguritan siswa. 3 Penutup a. Guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran b. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran d. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membaca geguritan teks geguritan yang sudah dibagikan e. Guru menutup pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar giat berlatih membaca geguritan. F. Penilaian 1. Teknik penilaian a. Prosedur : Tes b. Jenis : Tes performansi atau unjuk kerja 2. Instrumen a. Soal: 10 menit 35 menit 5 menit Wacanen geguritan kanthi laku lan ekspresi kang mathuk karo surasane geguritan!

163 148 b. Rubrik penilaian Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai 1 Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal (Idris, 2010: 11 dan modifikasi peneliti) Skor c. Pedoman Penilaian No. Aspek Kategori Skor 1 Kelancaran a. Sangat lancar, tanpa kesalahan SB 4 b. Lancar, tetapi ada sedikit kesalahan B 3 c. Sebagian dibaca dengan lancar, sebagian tidak C 2 d. Banyak berhenti pada saat membaca K 1 2 Konsentrasi a. Terlihat sangat konsentrasi SB 4 b. Konsentrasi terjaga, tetapi tampak keraguan B 3 c. Terlihat serius, tetapi konsentrasi sering C 2 terlupakan d. Tampak tidak serius K 1 3 Mimik wajah a. Mimik wajah sesuai dengan suasana geguritan SB 4 b. Mimik wajah menampakkan suasana gegurita, B 3 tetapi ada sedikit ketidaksesuaian dengan suasana c. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, C 2 tetapi ada sedikit yang tidak sesuai dengan suasana d. Mimik wajah sebagian besar tidak sesuai dengan suasana geguritan K 1 4 Kejelasan ucapan a. Pelafalan sempurna, tidak ada kesalahan SB 4 b. Pelafalan hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Pelafalan baik, ada sedikit kesalahan C 2 d. Pelafalan banyak yang tidak tepat K 1

164 149 5 Intonasi a. Intonasi sempurna, sesuai dengan makna kata SB 4 b. Intonasi hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Intonasi baik, tetapi ada sedikit ketidaktepatan C 2 d. Intonasi banyak yang tidak sesuai dengan makna kata K 1 6 Nada a. Nada sempurna, mencerminkan suasana SB 5 geguritan b. Nada hampir sempurna, ada yang kurang sesuai B 4 dengan suasana geguritan c. Nada sebagian sesuai dengan suasana, sebagian C 3 kurang seuai d. Nada sebagian besar tidak mencerminkan suasana geguritan K 1 d. Rumus Penilaian NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal e. Kategori Nilai No. Kategori Rentang Nilai 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang 0-59

165 150

166 151 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Nama Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/1 Pertemuan Ke- : 4 Alokasi Waktu : 4 X 40 menit Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Membaca Mampu membaca bacaan sastra dan nonsastra dalam berbagai teknik membaca dan bacaan berhuruf Jawa : Membaca indah geguritan Indikator : 1. Memahami isi geguritan 2. Membacakan geguritan dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi geguritan dan membacakan geguritan dengan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Geguritan 2. Contoh Geguritan 3. Unsur-Unsur Geguritan 4. Cara Membaca Geguritan (Uraian materi terlampir) C. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Penugasan 4. Diskusi 5. Demonstrasi

167 152 D. Media Pembelajaran Media audio visual dengan menggunakan: 1. LCD 2. Laptop 3. Speaker Aktif E. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama No. Tahap Kegiatan 1 Pendahuluan a. Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan dunia nyata b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai serta manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut 2 Inti a. Guru membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video dan menyuruh siswa membaca geguritan dalam hati b. Guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan c. Siswa yang lain mengomentari pembacaan geguritan siswa yang maju di depan kelas d. Guru memutarkan video pembacaan geguritan e. Guru menyuruh siswa mencermati pembacaan geguritan dalam video yang ditayangkan dan memberikan tanda penjedaan dalam teks geguritan yang telah dibagikan f. Guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan dengan memperhatikan tayangan pembacaan geguritan dalam video g. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkah-langkah membacakan geguritan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan) Alokasi Waktu 5 menit 5 menit 10 menit 10 menit

168 153 h. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa i. Guru membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok j. Siswa memilih satu di antara lima geguritan sesuai dengan keinginannya k. Guru menugaskan siswa memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan membuat pemenggalan bacaan l. Masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut m. Guru meyuruh siswa dari perwakilan masingmasing kelompok untuk membaca geguritan di depan kelas n. Siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas o. Guru memberikan saran kepada siswa yang membaca geguritan. 3 Penutup a. Guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran b. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran d. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membaca geguritan teks geguritan yang sudah dibagikan 10 menit 35 menit 5 menit F. Penilaian 1. Teknik penilaian a. Prosedur : Tes b. Jenis : Tes performansi atau unjuk kerja 2. Instrumen a. Soal: Wacanen geguritan kanthi laku lan ekspresi kang mathuk karo surasane geguritan!

169 154 b. Rubrik penilaian Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai 1 Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal (Idris, 2010: 11 dan modifikasi peneliti) Skor c. Pedoman Penilaian No. Aspek Kategori Skor 1 Kelancaran a. Sangat lancar, tanpa kesalahan SB 4 b. Lancar, tetapi ada sedikit kesalahan B 3 c. Sebagian dibaca dengan lancar, sebagian tidak C 2 d. Banyak berhenti pada saat membaca K 1 2 Konsentrasi a. Terlihat sangat konsentrasi SB 4 b. Konsentrasi terjaga, tetapi tampak keraguan B 3 c. Terlihat serius, tetapi konsentrasi sering C 2 terlupakan d. Tampak tidak serius K 1 3 Mimik wajah a. Mimik wajah sesuai dengan suasana geguritan SB 4 b. Mimik wajah menampakkan suasana gegurita, B 3 tetapi ada sedikit ketidaksesuaian dengan suasana c. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, C 2 tetapi ada sedikit yang tidak sesuai dengan suasana d. Mimik wajah sebagian besar tidak sesuai dengan suasana geguritan K 1 4 Kejelasan ucapan a. Pelafalan sempurna, tidak ada kesalahan SB 4 b. Pelafalan hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Pelafalan baik, ada sedikit kesalahan C 2 d. Pelafalan banyak yang tidak tepat K 1

170 155 5 Intonasi a. Intonasi sempurna, sesuai dengan makna kata SB 4 b. Intonasi hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Intonasi baik, tetapi ada sedikit ketidaktepatan C 2 d. Intonasi banyak yang tidak sesuai dengan makna kata K 1 6 Nada a. Nada sempurna, mencerminkan suasana SB 5 geguritan b. Nada hampir sempurna, ada yang kurang sesuai B 4 dengan suasana geguritan c. Nada sebagian sesuai dengan suasana, sebagian C 3 kurang seuai d. Nada sebagian besar tidak mencerminkan suasana geguritan K 1 d. Rumus Penilaian NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal e. Kategori Nilai No. Kategori Rentang Nilai 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang 0-59

171 156

172 157 LAMPIRAN 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Nama Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Kelas/ Semester : VIII/1 Pertemuan Ke- : 5 Alokasi Waktu : 4 X 40 menit Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : Membaca Mampu membaca bacaan sastra dan nonsastra dalam berbagai teknik membaca dan bacaan berhuruf Jawa : Membaca indah geguritan Indikator : 1. Memahami isi geguritan 2. Membacakan geguritan dengan menggunakan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan A. Tujuan Pembelajaran Peserta didik mampu memahami isi geguritan dan membacakan geguritan dengan gaya dan ekspresi yang sesuai dengan isi geguritan B. Materi Pembelajaran 1. Pengertian Geguritan 2. Contoh Geguritan 3. Unsur-Unsur Geguritan 4. Cara Membaca Geguritan (Uraian materi terlampir) C. Metode Pembelajaran 1. Tanya jawab 2. Ceramah 3. Penugasan 4. Diskusi 5. Demonstrasi

173 158 D. Media Pembelajaran Media audio visual dengan menggunakan: 1. LCD 2. Laptop 3. Speaker Aktif E. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Kedua No. Tahap Kegiatan 1 Pendahuluan a. Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti proses pembelajaran dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan dunia nyata b. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai serta manfaat yang diperoleh jika siswa menguasai kompetensi tersebut 2 Inti a. Guru membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video dan menyuruh siswa membaca geguritan dalam hati b. Guru menyuruh beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan c. Siswa yang lain mengomentari pembacaan geguritan siswa yang maju di depan kelas d. Guru memutarkan video pembacaan geguritan e. Guru menyuruh siswa mencermati pembacaan geguritan dalam video yang ditayangkan dan memberikan tanda penjedaan dalam teks geguritan yang telah dibagikan f. Guru dan siswa secara bersama-sama menentukan langkah-langkah dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan dengan memperhatikan tayangan pembacaan geguritan dalam video g. Guru memberikan penguatan kepada siswa tentang langkah-langkah membacakan geguritan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membacakan geguritan (teknik vokal, penampilan, dan penghayatan) Alokasi Waktu 5 menit 5 menit 10 menit 10 menit

174 159 h. Siswa berkelompok, satu kelompok terdiri atas 5 siswa i. Guru membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok j. Siswa memilih satu di antara lima geguritan sesuai dengan keinginannya k. Guru menugaskan siswa memahami geguritan, menentukan nada dan suasana geguritan, dan membuat pemenggalan bacaan l. Masing-masing siswa berlatih membacakan geguritan di dalam kelompoknya dan anggota kelompok yang lain mengomentari pembacaan geguritan tersebut m. Guru menyuruh masing-masing siswa maju di depan kelas untuk membacakan geguritan yang dipilih sesuai dengan keinginannya n. Siswa memperhatikan pembacaan geguritan teman di depan kelas o. Guru menilai pembacaan geguritan siswa. 10 menit 35 menit 3 Penutup a. Guru bertanya apakah siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran b. Guru menyimpulkan materi yang telah diajarkan c. Guru bersama siswa mengadakan refleksi dalam proses pembelajaran d. Guru memberi tugas rumah kepada siswa untuk berlatih membaca geguritan teks geguritan yang sudah dibagikan e. Guru menutup pelajaran dengan memberikan nasihat kepada siswa agar giat berlatih membaca geguritan. F. Penilaian 1. Teknik penilaian a. Prosedur : Tes b. Jenis : Tes performansi atau unjuk kerja 2. Instrumen a. Soal: 5 menit Wacanen geguritan kanthi laku lan ekspresi kang mathuk karo surasane geguritan!

175 160 b. Rubrik penilaian Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai 1 Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal (Idris, 2010: 11 dan modifikasi peneliti) Skor c. Pedoman Penilaian No. Aspek Kategori Skor 1 Kelancaran a. Sangat lancar, tanpa kesalahan SB 4 b. Lancar, tetapi ada sedikit kesalahan B 3 c. Sebagian dibaca dengan lancar, sebagian tidak C 2 d. Banyak berhenti pada saat membaca K 1 2 Konsentrasi a. Terlihat sangat konsentrasi SB 4 b. Konsentrasi terjaga, tetapi tampak keraguan B 3 c. Terlihat serius, tetapi konsentrasi sering C 2 terlupakan d. Tampak tidak serius K 1 3 Mimik wajah a. Mimik wajah sesuai dengan suasana geguritan SB 4 b. Mimik wajah menampakkan suasana gegurita, B 3 tetapi ada sedikit ketidaksesuaian dengan suasana c. Mimik wajah menampakkan suasana geguritan, C 2 tetapi ada sedikit yang tidak sesuai dengan suasana d. Mimik wajah sebagian besar tidak sesuai dengan suasana geguritan K 1 4 Kejelasan ucapan a. Pelafalan sempurna, tidak ada kesalahan SB 4 b. Pelafalan hampir sempurna, ada kesalahan B 3

176 161 c. Pelafalan baik, ada sedikit kesalahan C 2 d. Pelafalan banyak yang tidak tepat K 1 5 Intonasi a. Intonasi sempurna, sesuai dengan makna kata SB 4 b. Intonasi hampir sempurna, ada kesalahan B 3 c. Intonasi baik, tetapi ada sedikit ketidaktepatan C 2 d. Intonasi banyak yang tidak sesuai dengan makna kata K 1 6 Nada a. Nada sempurna, mencerminkan suasana SB 4 geguritan b. Nada hampir sempurna, ada yang kurang sesuai B 3 dengan suasana geguritan c. Nada sebagian sesuai dengan suasana, sebagian C 2 kurang seuai d. Nada sebagian besar tidak mencerminkan suasana geguritan K 1 d. Rumus Penilaian NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal e. Kategori Nilai No. Kategori Rentang Nilai 1 Sangat baik Baik Cukup Kurang 0-59

177 162

178 163 Materi Pembelajaran 1. Pengertian Geguritan Geguritan merupakan puisi jawa modern. Geguritan adalah karangan kang pinathok kaya tembang nanging guru gatra, guru wilangan, guru lagune ora ajeg karangan yang telah dirumuskan seperti nyanyian, tetapi bait, suku kata, dan rimanya tidak tetap. Geguritan mboten pikantuk aturan tartamtu utawi merdeka/ bebas. 2. Unsur-Unsur Geguritan a. Tema Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penulis geguritan dalam karyanya. b. Amanat Amanat adalah sesuatu yang disampaikan penulis kepada pembaca melalui karyanya, yang sering disebut pula dengan istilah nilai. c. Rasa Rasa dalam geguritan meliputi rasa benci, suka, bangga, dan sebagainya yang diungkapkan penulis dalam karyanya. d. Nada Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca, apakah menasehati, mengejek, menyindir, mengagumi atau membesarkan hati. e. Diksi Diksi merupakan kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. f. Imajinasi Imajinasi adalah kata atau susunan kata-kata yang dianggap dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan penyair. g. Gaya bahasa Gaya bahasa yaitu bahasa kias untuk melukiskan sesuatu dengan cara membandingkan.

179 Cara Membaca Geguritan a. Penghayatan atas geguritan yang dibacanya Penghayatan atas geguritan yang dibaca merupakan unsur utama karena hakikat membaca geguritan adalah menyampaikan perasaan dan pikiran penyair b. Teknik vokal atau pelafalan Selanjutnya, karena membaca geguritan berkaitan dengan bahasa, maka faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa dianggap remeh. Semua ucapan atau pelafalan bunyibunyi bahasa harus sempurna, yaitu harus betul dan baik c. Penampilan Dalam penampilan membaca geguritan yang baik, dapat dinikmati hasil perpaduan antara penghayatan atas geguritan dan teknik vokal. Kedua unsur tersebut harus dikuasai dengan baik oleh pembaca geguritan yang baik. d. Pemanfaatan alat ucap yang dimiliki Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami geguritan yang dibacakannya agar alat ucap dapat bermanfaat dengan baik. e. menguasai faktor kebahasaan 1. pelafalan Pelafalan dalam pembacaan geguritan maksudnya ialah pelafalan bunyi yang sesuai dengan jiwa dan tema geguritan 2. intonasi intonasi berkaitan dengan ketepatan penyajian irama geguritan f. menguasai faktor-faktor non kebahasaan. 1. Sikap wajar dan tenang Sikap wajar dan tenang ketika akan membaca geguritan, membuat pendengar atau audiens menaruh kepercayaan terhadap kemampuan pembaca geguritan. 2. Gerak-gerik dan mimik Gerak-gerik dan mimik dilakukan agar mampu menghidupkan pembacaan geguritan. 3. Volume suara. Volume suara yang dihasilkan harus mampu didengar jelas oleh setiap pendengar 4. Kelancaran dan kecepatan Kelancaran pembacaan dapat membantu pendengar untuk memahami geguritan yang dibacakannya. Kecepatan pembacaan harus disesuaikan dengan

180 165 suasana geguritan, dalam membaca geguritan tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat. Contoh Geguritan DALAN BEBENDU Dening: Riangga P. Sudarsa Nalika wengi kang peteng dhedhet Ora ana cahya kanggo padhange mata Ora ana lampu kanggo nerusake laku Lan ora ana lintang kanggo pepadhang Anggonku mlaku tansah kesrimpet, Mlebu jeglongan lan kesandhung watu Nadyan kaya ngono, aku isih nekad Nerusake laku ing dakan bebendu Dalan kebak carang kang semu Dalan kuwi rumangsaku ya wis padhang Nanging jangkahing sikilku tansah kesandhung Aku duwe mripat, kaya ora bisa nyawang Nyawang kasunyatan sing ana ing ngarepku Banjur padhang sing dak rasa iki apa? Apa sajatine aku iki wis blawur? MUSPRO Muspro impenku kang endah Pedot kekarepanku Buyar pandaluku Atiku njerit, ngrintih, perih Bumi iki duwekmu ngger, cah bagus Warisan pusaka saka leluhurmu Nanging genea ngger Awakmu kamitengengen Kasengsem Marang hawaning kanepson Kapitayan kuwi larang regane Panangsang kari ngalungke pusakane Nanging kowe ngger, cah bagus Sliramu

181 Kudu tanggap sasmita Kudu tanggap sasmita Iki bahan wis melok Kari ngemplok wohe kaya ciblok Cah bagus, cah bagus Wengi saya sepi Rembulan gari tipis ana dhuwure Gunung remeng-remeng Sindoro limo Sabda pungkasan Kuwi gatekna sasmitaning alam Kareben sliramu 166

182 LAMPIRAN SURAT KETERANGAN VALIDASI Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Agus Suroso NIP : - Jabatan : Guru Bahasa Jawa Instansi : SMP Negeri 37 Purworejo Menerangkan telah membaca dan memahami silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen berupa rubrik penilaian keterampilan membaca geguritan bahasa Jawa, pada skripsi yang berjudul: Peningkatan Keterampilan Membaca Geguritan dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 37 Purworejo Tahun Ajaran 2012/ 2013 yang akan diteliti oleh: Nama : Lilik Yuliwantoro NIM : Program studi : Bahasa Jawa setelah memperhatikan kurikulum, silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan rubrik penilaian keterampilan membaca geguritan bahasa Jawa, menyatakan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah valid seperti yang tercantum dalam lampiran. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Mengetahui Purworejo, 29 September 2012 Guru Mata Pelajaran

183 168 LEMBAR VALIDASI RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 A. Tujuan Penggunaan instrumen ini untuk mengukur kevalidan isi RPP dalam Pelaksanaan pembelajaran membaca geguritan dengan menerapkan media audio visual sebagai media pembelajaran. B. Petunjuk 1. Objek validasi adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian dengan memberi tanda rumput (cek) pada kolom yang tersedia. 3. Makna poin validasi adalah sebagai berikut: (1) = Tidak Valid; (2) = Kurang Valid; (3) = Cukup Valid; (4) = Valid; (5) = Sangat Valid. C. Penilaian No Aspek Penilaian Poin Validitas 1. Aspek kesesuaian materi a. Kesesuaian indikator dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Kesesuaian indikator pembelajaran dengan tujuan pembelajaran c. Kejelasan rumusan indikator d. Kesesuaian materi dengan indikator pembelajaran e. Kemenarikan penyajian materi 2. Aspek keakuratan bahasa a. Penggunaan bahasa yang komunikatif b. Ketepatan ejaan dengan aturan EYD 3. Aspek penggunaan waktu a. Kesesuaian alokasi waktu yang ditetapkan b. Ketetapan rincian waktu untuk tiap tahap pembelajaran 4. Penutup

184 169 a. Melaksanakan proses penyimpulan secara menyeluruh terhadap pembelajaran pada setiap pertemuan D. Saran Validator Mengetahui Purworejo, 29 September 2012 Kepala Sekolah SMP Negeri 37 Amrozi,S.Pd NIP

185 170 LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN A. Tujuan Penggunaan instrumen ini untuk mengukur kevalidan isi instrumen berupa rubrik keterampilan membaca dalam pelaksanaan pembelajaran membaca geguritan dengan menerapkan media audio visual sebagai media pembelajaran. B. Petunjuk 1. Objek validasi adalah instrumen yang akan digunakan dalam penelitian berupa soal uraian dan rubrik penilaian keterampilan membaca geguritan bahasa Jawa. 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian dengan memberi tanda rumput (cek) pada kolom yang tersedia. 3. Makna poin validasi adalah sebagai berikut: (1) = Tidak Valid; (2) = Kurang Valid; (3) = Cukup Valid; (4) = Valid; (5) = Sangat Valid. C. Penilaian No Aspek Penilaian Poin Validitas 1. Isi a. Kesesuaian indikator dengan soal atau pertanyaan b. Tujuan pembuatan pertanyaan dirumuskan dengan singkat dan jelas 2. Bahasa a. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD b. Struktur kalimat yang digunakan sederhana c. Kalimat tidak ambigu Penilaian secara umum Penilaian secara umum terhadap instrument penelitian Kesimpulan Penilaian LD LDR TLD Keterangan

186 171 LD : Jika layak digunakan TLD : Jika tidak layak digunakan LDR : Jika layak digunakan dengan revisi D. Saran Validator Mengetahui Purworejo, 29 September 2012 Guru Mata Pelajaran

187 172 A. Tujuan LEMBAR VALIDASI PENGEMBANGAN SILABUS Penggunaan instrumen ini untuk mengukur kevalidan isi silabus yang dikembangkan dari kurikulum sebelum melaksanakan pembelajaran membaca geguritan dengan menerapkan media audio visual sebagai media pembelajaran. B. Petunjuk 1. Objek validasi adalah silabus yang dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. 2. Bapak/Ibu dimohon memberikan penilaian dengan memberi tanda rumput (cek) pada kolom yang tersedia. 3. Makna poin validasi adalah sebagai berikut: (1) = Tidak Valid; (2) = Kurang Valid; (3) = Cukup Valid; (4) = Valid; (5) = Sangat Valid. No Aspek Penilaian Poin Validitas 1. Format Penyusunan a. Pembuatan silabus sesuai dengan kurikulum b. Keruntutan penyusunan silabus c. Format silabus memenuhi standar yang baik dan benar 2. Ketepatan Pengembangan a. Kesesuaian materi pembelajaran dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. b. Kesesuaian materi dengan indikator pembelajaran c. Penentuan indikator sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar d. Alokasi waktu sesuai kebutuhan e. Pemilihan sumber belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran 3. Bahasa a. Penggunaan bahasa sesuai dengan EYD b. Struktur kalimat yang digunakan sederhana c. Kalimat tidak ambigu

188 173 D. Saran Validator Mengetahui Purworejo,29 September 2012 Guru Mata Pelajaran

189 LAMPIRAN PEDOMAN PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN PRASIKLUS Hari, Tanggal : Rabu, 03 Oktober 2012 Pertemuan : 1 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan d. Kelancaran e. Konsentrasi f. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal d. Kejelasan ucapan e. Intonasi f. Nada 3 Penampilan d. Gerak tubuh e. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal 32 NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal

190 175 PEDOMAN PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN SIKLUS I Hari, Tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal 32 NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal

191 176 PEDOMAN PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN SIKLUS II Hari, Tanggal : Rabu, 24 dan 31 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Nama : No. Absen : Kelas : No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal 32 NA S SM X 100 Keterangan: NA : Nilai akhir S : Jumlah skor siswa SM : Skor maksimal

192 LAMPIRAN Guru Guru Panggulawenthahmu Anggonmu ngudi lan momong Wiwit isuk tumeka awan Caramu angreka daya Dhaton wogah wigah wigih Nata olehe mlebu Nglungguhake ana papane Memuji asmane Allah Kanthi sabar lan tlaten Ngajari maca,nulis lan etung-etung Administrasimu kudu rampung Gaweanmu kudu pener lan bener Ora mbedakake sugih-mlarat Kabeh kudu entuk piwulang Kang padha uga warata Ambaga watak asih,sabar Apadene wicaksana Pituturmu bisa agawe seneng Lan tentrem ati Aja pisan-pisan ambeg daksia Cengkiling ugi muni ala Wilujeng makarya...guru

193 178 Mangsa Rendeng Rasa sepi jroning tengah wengi Kekes atis rasane ragaku Keplasing ati kebak pepinginan Ngudari bebundhel pikir kang lumebu ing lamunan Tumenga tawang kalon lintang gegojegan Sunaring rembulan peparing katresnan Sinusul mendhung sinela ing angkasa Banjur udan grimis kilat thatit pada njerit Tembang kongkang angangkang ing pekarangan Irama lamba munggah rangkepan kepranan Kethuk kempyang ambabar beksa kasmaran Imbal swara tanggap basa kidunging kewan bangun esuk pratani padha gumuyu tindak sabin nggerak lembu gya liam luku tanem wenih nyenyuwun kang Maha Sih mangsa rendheng Dewi Sri nyebar rejeki Dening : Sunarni pujo raharjo Sedawane dalan Kakang... Yen ing kutha wis lingsir wengi Delengen ta kakang Sing padha turu gumlethak ing tritis

194 179 Wengi iki dheweke turu kepati Kinemul mendhung kinancan ratri O..kakang... penggalihen Yen wengi saya tintrim Kekes, adhem, cunlekit dadi siji Banjur... subuh Kang padha turu kepati...krungu Ambal-ambalan bedhug tinabuh Wengine wis dadi isuk. Srengenge jumedhul Aweh esem sandhuwuring gumuk Bedhug bali keprungu meneh tengah rina Badan sepata... wis adoh gumregah Pangan... Njur sambat... nyuwun pangan Jroning ati nangis... sedawaning dalan O, kakang... wigatekna Dheweke uga umat Padha karo dhewe (Bunga Rampai Sastra Jawa Mutakhir JJ Rass) Oh.. Katresnan Iku setya Tan agawe cidra Katresnan

195 180 Suthik agawe kuciwa Ora agawe rekasa Oh.. Katresnan... Iku sayekti suci Ngambar arum wangi Setya ing janji Tan amblenjani Oh.. Katresnan Rasane angel anggonku ngoncati... Rasane kaya-kaya tansah kumanthil ing thelenging ati linali-lali saya cetha ngegla wela-wela Cumondhok aneng epoking nala Gawang-gawang ngreridhu wewayanganmu Oh.. katresnan Sesawangan kang manuhara Nguja sengseming asmara Ora mung ngulandara Ora mung kaya gara-gara Dhuwure datan bisa kinira-kira Jembare ngungkuli segara Yen tan kongsi beja bisa gawe gegere wong P.Dwijahadinagara

196 181 Kawula Pasrah Gusti,... Ing ngarsamu kawula pasrah sumanah Sedaya dosa lan kalepatan Mugi panjenengan kersa paring pangaksami Amrih padhang manah kawula Amrih padhang jangkah kawula Boten wonten reridhu Jroning lampah ngayahi kewajiban Nir ing sambikala Migunani mring sesami Bangunjiwa, November 2009

197 LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI SISWA SIKLUS I Hari, Tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas : VIII A Sekolah Petunjuk : SMP Negeri 37 Purworejo : Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang sudah disediakan untuk memberikan penilaian. Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: Siswa siap mengikuti pembelajaran. 2. Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 6. Siswa keluar kelas dengan teman. 7. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 8. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 10. Siswa makan di dalam kelas pembelajaran berlangsung. selama

198 183 PEDOMAN OBSERVASI SISWA SIKLUS II Hari, Tanggal : Rabu, 24 dan 31 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas : VIII A Sekolah Petunjuk : SMP Negeri 37 Purworejo : Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang sudah disediakan untuk memberikan penialaian. Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: Siswa siap mengikuti pembelajaran. 2. Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 6. Siswa keluar kelas dengan teman. 7. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 8. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 10. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung.

199 184 LAMPIRAN 11 PEDOMAN WAWANCARA SISWA SIKLUS I Hari, Tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Nama : Kelas : No. Absen : 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru?... 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan?... 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?...

200 185 PEDOMAN WAWANCARA SISWA SIKLUS II Hari, Tanggal : Rabu, 24 dan 31 Oktober 2012 Pertemuan : 4, 5 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Nama : Kelas : No. Absen : 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?... 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru?... 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan?... 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual?...

201 186 LAMPIRAN 12 DAFTAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012 / 2013 NO NIS NAMA L/P Ade Irana Dewi Perempuan Akhmad Jais Laki-Laki Amat Puji Laki-Laki Amat Taufik Laki-Laki Anifah Perempuan Anisatul Maghfiroh Perempuan Diana Novita Perempuan Didin Laki-Laki Eka Meirisa Perempuan Fahmi Aqwa Laki-Laki Fani Laki-Laki Faqih Ahmad Zamzami Laki-Laki Indra Pujiastuti Perempuan Kartini Wahdatum Munashiro Perempuan Lia Fauziah Perempuan Lukman Laki-Laki Marfungah Perempuan Ngismatul Choiri Perempuan Nur Khamid Laki-Laki Nur Ropik Laki-Laki Putri Dewi Rejeki Perempuan Rahmat Ariyanto Laki-Laki Sulistyani Perempuan Wahyu Prasetyo Laki-Laki Zain Maslahati Perempuan Laki-Laki : 12 Perempuab : 13 Jumlah : 25 Purworejo, 02 Juli 2012 Wali Kelas VIII A Haryono, S.Pd NIP

202 187 LAMPIRAN 13 LEMBAR HASIL PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN PRASIKLUS Hari, Tanggal : Rabu, 03 Oktober 2012 Pertemuan : 1 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo 1. Nama : Ade Irana Dewi No. Absen : 01 Kelas : VIIA No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan g. Kelancaran h. Konsentrasi i. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal g. Kejelasan ucapan h. Intonasi i. Nada 3 Penampilan f. Gerak tubuh g. Penguasaan panggung Jumlah skor 25 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 25 x = 78,1 x100

203 Nama : Fani No. Absen : 11 Kelas : VIIIA No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 21 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 21 x = 65,6 x100

204 Nama : Ngismatul Choiri No. Absen : 18 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 16 x = 50 x100

205 190 LAMPIRAN 14 LEMBAR HASIL PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN SIKLUS I Hari, Tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : 2,3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo 1. Nama : Ade Irana Dewi No. Absen : 01 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 28 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 28 x = 87,5 x100

206 Nama : Kartini Wahdatuni M No. Absen : 14 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 23 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 23 x = 71,9 x100

207 Nama : Amat Taufik No. Absen : 04 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 19 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 19 x = 59,4 x100

208 193 LAMPIRAN 15 LEMBAR HASIL PENILAIAN MEMBACA GEGURITAN SIKLUS II Hari, Tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo 1. Nama : Lia Fauziah No. Absen : 15 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 29 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 29 x = 90,6 x100

209 Nama : Didin No. Absen : 08 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 27 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 27 x = 84,4 x100

210 Nama : Indra Pujiastuti No. Absen : 13 Kelas : VIII A No. Aspek yang dinilai Skor Penghayatan a. Kelancaran b. Konsentrasi c. Mimik wajah 2 Penguasaan teknik vokal a. Kejelasan ucapan b. Intonasi c. Nada 3 Penampilan a. Gerak tubuh b. Penguasaan panggung Jumlah skor 23 Skor maksimal 32 Nilai Akhir = Jumlah Skor siswa Skor Maksimal = 23 x = 71,9 x100

211 196 LAMPIRAN 16 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 1 Hari, Tanggal : Rabu, 10 Oktober 2012 Pertemuan : 2 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: 11. Siswa siap mengikuti pembelajaran Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 13. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 14. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 15. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 16. Siswa keluar kelas dengan teman. 17. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 18. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 19. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 20. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Jum lah

212 197 LAMPIRAN 17 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I PERTEMUAN 2 Hari, Tanggal : Rabu, 17 Oktober 2012 Pertemuan : 3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: 1. Siswa siap mengikuti pembelajaran Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 6. Siswa keluar kelas dengan teman. 7. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 8. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 10. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Jum lah

213 198 LAMPIRAN 18 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN 1 Hari, Tanggal : Rabu, 24 Oktober 2012 Pertemuan : 3 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: 1. Siswa siap mengikuti pembelajaran Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 6. Siswa keluar kelas dengan teman. 7. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 8. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 10. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Jum lah

214 199 LAMPIRAN 19 HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II PERTEMUAN 2 Hari, Tanggal : Rabu, 31 Oktober 2012 Pertemuan : 5 Kelas : VIII A Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Aspek Observasi No. Positif Negatif Keterangan Perilaku positif: Siswa siap mengikuti pembelajaran. 2. Siswa aktif bertanya dan memberikan tanggapan dalam proses pembelajaran. 3. Siswa antusias dan dan serius dalam kegiatan membaca puisi. 4. Siswa memperhatikan pembacaan puisi dari media audio visual dengan serius. 5. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok. Perilaku negatif: 6. Siswa keluar kelas dengan teman. 7. Siswa mengantuk/tidur di dalam kelas. 8. Siswa bergurau dan dan berbicara sendiri. 9. Cara duduk siswa yang kurang sopan di dalam kelas. 10. Siswa makan di dalam kelas selama pembelajaran berlangsung. Jum lah

215 200 LAMPIRAN 20 Catatan Lapangan No. 1 Hari/Tanggal : Rabu 03 Oktober 2012 Pukul : Siklus : Prasiklus Hasil Catatan Lapangan Peneliti dan guru berjalan menuju ruang kelas kemudian peneliti masuk kedalam kelas VIII A SMP Negeri 37 Purworejo. Suasana kelas masih agak gaduh dan ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan kedatangan peneliti dan guru kedalam kelas. Tetapi tidak lama kemudian suasana kelas sudah tenang. Setelah masuk kelas, peneliti meletakkan buku dan alat tulis di meja guru. Guru dan peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam. Serempak siswa menjawab salam kami. Siswa masih agak ribut sehingga guru dan peneliti hanya diam dan tersenyum, menunggu para siswa diam. Sedangkan peneliti tetap tenang. Pelajaran baru dimulai pukul Guru memperkenalkan peneliti kepada para siswa bahwa ada peneliti dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) dan menjelaskan apa maksud dan tujuan peneliti. Setelah itu guru menyerahkan kegiatan pembelajaran kepada peneliti dan guru duduk di kursi paling belakang karena tampak ada 1bangku yang kosong yang tidak dipakai siswa. Peneliti memperkenalkan diri dan mengabsensi siswa satu persatu yaitu dengan siswa tunjuk jari setelah di panggil namanya, agar peneliti paham dengan masing masing siswa dan setidaknya dapat mengerti karakter siswa. Sambil menunggu gilirannya dipanggil, para siswa ada yang mengganggu temannya, adapula yang memperhatikan peneliti dengan muka penasaran, adapula yang diam memperhatikan. Kegiatan selanjutnya adalah peneliti memberikan apersepsi dengan tanya jawab mengenai geguritan, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa terhadap materi geguritan. Selanjutnya, peneliti menunjuk salah satu siswa yang kurang

216 201 memperhatikan untuk menjelaskan apa itu geguritan. Siswa menjawab pertanyaan peneliti dengan ragu-ragu dan agak malu, kemudian peneliti menerangkan apa itu yang dimaksud dengan geguritan. Selanjutnya peneliti menerangkan secara singkat tentang pengertian geguritan, cara membaca geguritan, ciri-ciri geguritan, dan unsur-unsur geguritan. Tidak lupa peneliti memberikan contoh dalam hal membaca geguritan agar siswa lebih paham. Selanjutnya, peneliti menyuruh salah satu siswa untuk maju dengan membacakan geguritan yang ada pada LKS mata pelajaran bahasa Jawa. Peneliti memberikan arahan terhadap siswa yang baru saja membacakan geguritan dan memberikan kesimpulan mengenai pembacaan siswa yang baru saja dilakukan. Selanjutnya, peneliti berdasarkan buku absensi memanggil satu persatu siswa untuk maju membacakan geguritan yang ada pada buku LKS, untuk diambil penilaian dalam membaca geguritan. Selama siswa maju dan peneliti mengambil penilaian ada beberapa siswa yang bergurau sendiri, adapula yang serius memperhatikan pembacaan geguritan ketika temannya maju, adapula dengan sembunyisembunyi makan di dalam kelas. Sesekali peneliti menegur kepada para siswa yang berbicara sendiri yang mengajak bercanda temannya. Dengan berbagai karakter yang ada didalam kelas tersebut, ada pula siswa yang takut untuk maju membaca geguritan didepan kelas. Setelah semua siswa mendapat giliran maju kedepan kelas dan peneliti sudah mendapatkan nilai dalam membaca geguritan sebelum menggunakan media audio visual. Selanjutnya peneliti memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran pada hari ini dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Tidak seseorang siswa pun yang mengacungkan tangan untuk bertanya. Pada kegiatan akhir sesaat sebelum bel berbunyi peneliti memberitahukan bahwa pertemuan selanjutnya akan diisi dengan materi yang sama akan tetapi menggunakan sebuah media pembelajaran yaitu media pembelajaran audio visual. Kegiatan pembelajaran prasiklus ditutup dengan doa bersama dan salam penutup dari peneliti serta guru mata pelajaran.

217 202 Catatan Lapangan No.2 Hari/Tanggal : Rabu 10 Oktober 2012 Pukul : Siklus : Siklus I Pertemuan 1 Hasil Catatan Lapangan Pertemuan ini merupakan pertemuan yang kedua dalam tatap muka dengan siswa, namun pertemuan pertama dalam siklus I (satu) dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Oktober 2013, pada pukul Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Serempak para siswa berdoa dan menjawab salam. Kegiatan berikutnya adalah apersepsi dengan menanyakan kegiatan pertemuan yang lalu serta berusaha mengaitkan materi geguritan dengan dunia nyata sehari-hari yang dihadapi siswa yaitu keindahan dalam geguritan. Juga sekilas mengulas materi membaca geguritan bahasa Jawa pada kegiatan Pra siklus. Siswa yang mengingat akan materi yang lalu masih terbatas, belum keseluruhan. Peneliti mengulangi sedikit materi yang disampaikan pada kegiatan pra siklus sebagai langkah awal pembelajaran pada siklus I. Suasana kelas belum begitu menyenangkan, tetapi suasana Siklus I sudah lebih baik daripada kegiatan Prasiklus. Hal ini ditunjukkan siswa yang berbicara semakin berkurang. Suasana gembira juga sudah tampak pada beberapa siswa. Setelah dirasa cukup dengan sedikit mengingat pembelajaran minggu lalu, selanjutnya peneliti membagikan teks geguritan yang akan ditayangkan dalam video yang berjudul dalan bebendu, ketika semua siswa sudah mendapatkan teks geguritan, peneliti memberikan arahan untuk membaca teks dalam hati, setelah dirasa cukup. Peneliti menyuruh beberapa siswa untuk maju kedepan kelas membacakan teks geguritan yang sudah dibagikan. Peneliti meminta siswa yang lain untuk mengomentari, dalam kegiatan ini peneliti belum memberikan penguatan, masih menampung segala kritik dari siswa mengenai pembacaan geguritan teman sekelasnya. Selanjutnya peneliti memutarkan video membaca geguritan yang berjudul dalan bebendu, peneliti menyuruh siswa untuk mencermati apa yang

218 203 didengarkan dan apa yang dilihat. Peneliti meminta siswa untuk memberikan nada, suasana dan penjedaan dalam teks geguritan. Untuk memancing pengetahuan siswa guru bertanya mengenai bagaimana membaca geguritan yang baik dari aspek penghayatan, teknik vokal dan penampilan. Selanjutnya, peneliti memberikan penguatan kepada siswa mengenai bagaimana membaca geguritan yang baik, serta memberikan jawaban atas kritik yang diberikan siswa tadi, yang ditujukan kepada temannya sekelas yang sedang maju membaca geguritan didepan kelas. Peneliti berdiri didepan kelas dan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Dimana satu kelompok terdiri dari lima siswa. Peneliti membagi lima geguritan untuk satu kelompok. Pada intinya antara kelompok yang satu dengan yang lain memnpunyai lima geguritan yang sama. Peneliti memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk menentukan nada, suasana geguritan dan membuat pemenggalan bacaan. Selama berkelompok siswa melaksanakan tugas peneliti. Peneliti mengamati kegiatan siswa dalam berkelompok. Peneliti tidak hanya duduk diam di depan kelas, namun juga berkeliling kelas melihat aktivitas siswa dalam berkelompok. Terlihat beberapa siswa mengantuk di kelas, ada juga siswa laki-laki yang bergurau dalam kegiatan berkelompok dan ada pula yang cara duduknya kurang sopan. Peneliti tidak hanya diam namun berusaha menegur secara halus. Dalam kegiatan berkelompok, peneliti memberikan arahan agar salah satu siswa berlatih membacakan geguritan dalam kelompoknya sedangkan siswa yang lain dalam satu kelompok mengomentari kelebihan dan kekurangan dalam membaca geguritan. Terlihat beberapa kelompok sembari bercanda mengomentari pembacaan temannya, tampak siswa terlihat senang mengomentari pembacaan teman sekelompoknya. Setelah dirasa cukup peneliti menyuruh perwakilan dari kelompok untuk maju kedepan kelas mewakili kelompoknya dalam membaca geguritan. Siswa yang lain mengomentari pembacaan teman yang maju. Setelah semua perwakilan maju, peneliti

219 204 memberikan saran kepada tiap perwakilan siswa yang maju dan memberikan penguatan mengenai langkah-langkah dalam membaca geguritan agar nyaman didengar dan sesuai dengan nada dan suasana geguritan. Sebelum pembelajaran ditutup, peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada siswa mengenai kesulitan dalam membaca geguritan. Ada satu siswa yang bertanya mengenai bagaimana memegang teks geguritan. Setelah tidak ada pertanyaan lagi peneliti memberikan tugas rumah agar lebih giat dalam belajar membaca geguritan. Peneliti menugasi siswa untuk belajar dirumah untuk persiapan pada pertemuan berikutnya. Peneliti mengakhiri pelajaran dengan salam. Hari/Tanggal : 17 Oktober 2012 Pukul :

220 205 Siklus : Siklus I Pertemuan 2 Hasil Catatan Lapangan Pertemuan ini merupakan pertemuan yang ketiga dalam tatap muka dengan siswa, namun pertemuan kedua dalam siklus I (satu) dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Oktober 2013, pada pukul Pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan memeriksa kehadiran siswa. Serempak para siswa berdoa dan menjawab salam. Kegiatan berikutnya adalah apersepsi dengan menanyakan kegiatan pertemuan yang lalu pada pertemuan pertama dengan menggunakan media audio visual. Peneliti menanyakan apakah siswa menyukai dengan media audio visual. Secara spontanitas siswa menjawab senang karena jarang dilakukan pada pembelajaran-pembelajaran sebelumnya. Sedikit mengulas materi pertemuan lalu, peneliti memberikan penjelasan mengenai manfaat membaca geguritan, menjadikan siswa mengetahui makna, nada dan suasana dalam geguritan serta siswa mampu mengekspresikan sesuai dengan suasana geguritan yang dibacanya. Selanjutnya, siswa diberikan pertanyaan mengenai kesulitan dalam mengenai materi pada pertemuan pertama. Kebanyakan siswa masih grogi dalam hal membaca geguritan didepan kelas. Peneliti memutarkan video pembacaan geguritan yang sama pada pertemuan pertama. Peneliti menyuruh siswa untuk mengingat hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca geguritan dengan mengamati tayangan membaca geguritan dengan media audio visual. Peneliti menyuruh siswa untuk berkelompok seperti pada pertemuan pertama. Peneliti membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok. Geguritan yang dibagikan sama dengan geguritan pada pertemuan pertama. Dalam satu kelompok peneliti menyuruh siswa untuk memilih satu geguritan. Setelah siswa sudah mendapatkan dari apa yang dipilih yaitu teks membaca geguritan. Peneliti menyuruh siswa untuk memahami kembali mengenai nada, suasana, serta makna yang terdapat dalam geguritan. Peneliti juga menyarankan untuk berlatih dalam kelompoknya. Selama siswa memberikan nada,suasana geguritan dan berlatih

221 206 dalam kelompoknya peneliti mengamati tingkah laku siswa. Terdapat beberapa siswa yang keluar kelas dengan pamit ke kamar kecil, adapula yang aktif bertanya kepada peneliti mengenai makna geguritan yang dipilihnya, namun adapula yang makan dikelas. Namun kebanyakan siswa aktif serius memperhatikan ketika penayangan video membaca geguritan. Peneliti lalu meminta kepada tiap-tiap siswa untuk maju kedepan kelas dan peneliti memberikan penilaian. Namun ada satu siswa yang malu atau takut untuk maju kedepan kelas. Peneliti juga memberikan arahan agar mengamati juga mencermati serta memperhatikan pembacaan geguritan teman didepan kelas. Setelah semua siswa sudah maju kedepan kelas dan guru telah memberikan penilaian. Peneliti memberikan kesimpulan mengenai materi pembelajaran dengan menggunakan media audio visual pada hari ini. Peneliti juga memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, namun tidak ada yang bertanya. Setelah dirasa cukup peneliti menutup pembelajaran dan diakhiri dengan salam. Catatan Lapangan No.3 Hari/Tanggal : Rabu, 24 dan 31 Oktober 2012 Pukul : Siklus : Siklus II pertemuan 1 Hasil Catatan Lapangan Pertemuan ini merupakan pertemuan yang keempat dalam tatap muka dengan siswa, namun pertemuan pertama dalam siklus II (dua) dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Oktober 2013, pada pukul Peneliti dan guru berjalan menuju kelas. Dari kejauhan tampak beberapa siswa yang masih diluar kelas. Setelah tahu kami datang, anak-anak yang di luar

222 207 kelas segera masuk kelas. Kami berdua masuk kelas. Setelah masuk, peneliti langsung meletakkan buku ajar di meja guru. Tidak lama kemudian, peneliti membuka kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam. Serempak para siswa berdoa dan menjawab salam. Kegiatan berikutnya adalah apersepsi dengan menanyakan kegiatan pertemuan yang lalu yaitu pertemuan siklus I. Peneliti mengulangi sedikit materi yang disampaikan pada kegiatan siklus I sebagai langkah awal pembelajaran pada siklus II. Suasana kelas pada siklus II sudah sangat baik daripada siklus sebelumnnya. Banyak siswa yang sudah aktif menerima pelajaran dan tidak bercanda dengan teman serta suasana kelas lebih tenang bila dibandingkan dengan prasiklus dan siklus I. Peneliti memberikan materi apa yang akan diajarkan pada kesempatan hari ini. Peneliti menanyakan pengalaman apa yang sudah didapatkan pada siklus I. Sedikit mengulas peneliti menjelaskan manfaat dan tujuan dari kemampuan membaca geguritan yang baik. Peneliti memberikan saran serta motivasi agar siswa percaya diri ketika maju didepan kelas. Selanjutnya, peneliti memberi tahukan kepada siswa apabila ada yang bisa membaca dengan baik maka akan diberikan hadiah. Serentak siswa lebih aktif juga antusias dalam memperhatikan penjelasan peneliti. Peneliti menegur siswa yang sedikit masih bercanda dengan temannya. Sekilas peneliti mengulas materi geguritan pada siklus I. Peneliti menanyakan apakah ada kesulitan. Ada siswa yang menyatakan kesulitan ketikan membaca didepan kelas.yaitu masih grogi serta dalam memberikan penjedaan pada teks geguritan. Peneliti mempersiapkan penayangan membaca geguritan. Peneliti memutarkan video pembacaan geguritan pada Siklus II dengan judul Muspro, siswa mencermati pembacaan geguritan yang diputarkan didepan kelas. Peneliti dan siswa bersama-sama membahas mengenai makna, nada dan suasana geguritan yang dibacakan dalam tayangan. Selanjutnya, peneliti menyuruh siswa untuk berkelompok seperti pada Siklus I. Perwakilan dari salah satu kelompok disuruh untuk membaca didepan kelas oleh peneliti. Selanjutnya, teman yang lain mengomentari dan peneliti memberikan

223 208 penguatan atas apa yang sudah dibaca oleh siswa. Setelah itu peneliti membagikan lima geguritan pada masing-masing kelompok. Peneliti memberikan tugas untuk menentukan nada, suasana dan makna geguritan. Selanjutnya, siswa berlatih didalam kelompoknya. Peneliti berkeliling kelas membantu apabila ada siswa yang mau bertanya, serta mengamati keaktifan siswa dalam berkelompok juga sikap-sikap siswa selama melakukan tugas didalam kelompoknya.sudah terlihat lebih tenang, dan siswa aktif dalam membahas materi geguritan pada siklus II ini. Sesekali namun terlihat siswa laki-laki yang bercanda dengan teman sekelompok. Dan juga menertawakan ketika ada teman dalam kelompok yang sedang berlatih membacakan geguritan, namun suasana kelas masih terkondisi dengan baik, dan dapat dikendalikan oleh peneliti. Siswa masih dalam kelompoknya, namun waktu pembelajaran sudah hampir habis. Peneliti menanyakan apakah ada kesulitan dalam pembelajaran. Selanjutnya peneliti memberikan kesimpulan serta penguatan mengenai membaca geguritan yang baik agar penonton bisa mengerti makna yang dimaksudkan oleh penulis. Bel pun berbunyi tanda waktu pelajaran bahasa Jawa telah habis. Selanjutnya peneliti tidak lupa untuk mengingatkan agar rajin belajar membaca geguritan dirumah. Peneliti mengakhiri dengan salam. Hari/Tanggal : 31 Oktober 2012 Pukul : Siklus : Siklus II Petemuan 2 Hasil Catatan Lapangan Pertemuan ini merupakan pertemuan yang kelima dalam tatap muka dengan siswa, namun pertemuan kedua dalam siklus II (dua) dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Oktober 2013, pada pukul Peneliti memasuki ruang kelas selanjutnya meletakkan buku ajar dimeja guru serta peralatan OHP didepan kelas. Peneliti mengucapkan salam kepada siswa. Serentak siswa menjawab salam peneliti. Peneliti sedikit menanyakan mengenai

224 209 pengalaman dalam pembelajaran baik pada siklus I atau pada siklus II pertemuan pertama. Peneliti kembali memberikan tujuan serta manfaat apabila siswa mampu membaca geguritan dengan baik. Peneliti juga memberikan motivasi agar siswa percaya diri ketika maju. Untuk memancing minat siswa agar maksimal dalam membacakan geguritan, peneliti akan memberikan hadiah bagi siswa yang mampu membaca geguritan dengan baik. Selanjutnya guru mengkondisikan siswa untuk materi pada pembelajaran hari ini. Sebelum penayangan kembali video, peneliti memberikan arahan dan kekurangan-kekurangan pada siklus II pertemuan I. Peneliti memutarkan video pembacaan geguritan. Siswa diharapkan untuk mencermati dan memahami apa yang didengar dan yang dilihat tersebut. Peneliti sesekali memberikan penguatan kepada siswa ketika penayangan ditayangakan mengenai aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika membaca geguritan. Setelah penayangan selesai, peneliti meminta siswa untuk berkelompok seperti pada siklus II pertemuan pertama. Peneliti selanjutnya meminta siswa untuk memilih salah satu geguritan yang sudah dibagikan dalam kelompoknya. Peneliti menyuruh agar siswa benar-benar mengetahui makna serta nada dan suasana dalam geguritan. Peneliti memberikan kesempatan agar berlatih dengan serius dalam kelompok. Peneliti tidak hanya duduk didepan kelas namun juga berkeliling melihat suasana ketika siswa berkelompok. Sesekali menegur siswa yang masih bergurau dengan teman. Dalam pertemuan kali ini peneliti lebih tegas terhadap siswa dalam hal mengingatkan mengenai keseriusan dalam mengikuti pembelajaran, nampak pada pertemuan ini sudah tidak ada siswa yang makan di kelas dan duduk dengan tidak sopan. Suasana kelas sudah aktif ratarata semua siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah dirasa cukup mengenai siswa berlatih dalam kelompoknya. Peneliti memberikan arahan untuk lebih mencermati mengenai bagaimana membaca geguritan dengan memperhatikan penguasaan penghayatan, penguasaan teknik vokal serta penampilan. Peneliti kembali memutarkan video pembacaan

225 210 geguritan agar siswa benar-benar paham. Setelah penayangan selesai. Peneliti memberikan penilaian kepada siswa untuk maju didepan kelas satu persatu. Siswa membacakan geguritan yang sudah dipilih dalam berkelompok tadi dan siswa yang lain melihat pembacaan teman sambil menunggu giliran maju membaca geguritan didepan kelas. Setelah semua siswa sudah mendapat giliran maju ke depan kelas. Peneliti menyimpulkan pembelajaran pada hari ini. Peneliti sekilas mengulas kembali dan memberikan kesimpulan mengenai pembacaan seluruh siswa yang baru saja maju sembari sedikit bercanda dengan para siswa dan memberi pesan agar berlatih mengenai membaca geguritan serta terus menjaga kesusatraan Jawa dengan mencintai serta berusaha memahami sastra Jawa. Peneliti menutup pembelajaran dan diakhiri dengan salam.

226 211 LAMPIRAN 21 HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS I Hari, Tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : 2, 3 Kelas Sekolah : VIII A : SMP Negeri 37 Purworejo 1. Nama : Ade Irana Dewi Kelas No. Absen : 01 : VIII A Nilai= 8888, = 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Senang, tidak membosankan 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Menentukan suasana geguritan 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Cukup jelas, menarik 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Membantu,jarang dilakukan sebelumnya 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Suara video geguritan kurang keras

227 212 2 Nama : Kartini Wahdatum Munashiro Kelas : VIII A 23 Nilai= No. Absen : = Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Senang, seakan sambil menonton tv 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Grogi saat membaca didepan kelas 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Jelas 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Membantu, menyenangkan tidak monoton 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Tidak ada

228 Nama : Amat Taufik Kelas No. Absen : 04 : VIII A Nilai= 5555, = 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Mengasyikkan 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Tidak berani maju, malu. 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Terlalu cepat 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Iya, menarik 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Tidak ada

229 214 LAMPIRAN 22 HASIL WAWANCARA SISWA SIKLUS II Hari, Tanggal : Rabu, 24 dan 31 Oktober 2012 Pertemuan : 4, 5 Kelas Sekolah : VIII A : SMP Negeri 37 Purworejo 1. Nama : Didin Kelas : VIII A No. Absen : 08 Nilai= 9999, = 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Menarik juga menyenangkan 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Kurang percaya diri ketika membaca didepan kelas 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Jelas, menyenangkan 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Membantu, bisa lebih menghayati 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Layar video kurang luas supaya jelas

230 Nama : Lia Fauziah Kelas No. Absen : 15 : VIII A Nilai= 8888, = 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Menyenangkan, sambil melihat gambar gerak 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Menentukan suasana gegurtitan 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Mudah dimengerti 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Sangat membantu 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Suara video lebih keras supaya jelas

231 Nama : Indra Pujiastuti Kelas No. Absen : 13 : VIII A 1 Bagaimana perasaan kamu pada saat mengikuti pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Asyik 2 Kesulitan apakah yang kamu alami dalam pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Memberikan Penjedaan ketika membaca geguritan 3 Bagaimanakah pendapatmu tentang penjelasan guru? Jelas 4 Apakah media pembelajaran audio visual ini sangat membantumu dalam belajar membaca geguritan? Iya, membantu selain mendengar juga melihat 5 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk pembelajaran membaca geguritan dengan media audio visual? Siswa yang membaca direkam videonya Nilai = 7777, =

232 217 LAMPIRAN 23 PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PRASIKLUS NO NAMA NILAI 1 Ade Irana Dewi 78,1 2 Akhmad Jais 59,3 3 Amat Puji 65,6 4 Amat Taufik 50 5 Anifah 62,5 6 Anisatul Maghfiroh 53,1 7 Diana Novita 56,2 8 Didin 53,1 9 Eka Meirisa 46,9 10 Fahmi Aqwa 65,6 11 Fani 65,6 12 Faqih Ahmad Zamzami 56,2 13 Indra Pujiastuti Kartini Wahdatum Munashiro 59,3 15 Lia Fauziah 68,7 16 Lukman Marfungah 53,1 18 Ngismatul Choiri Nur Khamid 62,5 20 Nur Ropik 65,6 21 Putri Dewi Rejeki 65,6 22 Rahmat Ariyanto 56,2 23 Sulistyani 59,3 24 Wahyu Prasetyo 56,2 25 Zain Maslahati 59,3 JUMLAH 1468 RATA-RATA 58,7

233 218 LAMPIRAN 24 PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SIKLUS I NO NAMA NILAI 1 Ade Irana Dewi 87,5 2 Akhmad Jais 75 3 Amat Puji 71,9 4 Amat Taufik 59,4 5 Anifah 68,7 6 Anisatul Maghfiroh 65,6 7 Diana Novita 75 8 Didin 71,9 9 Eka Meirisa 68,7 10 Fahmi Aqwa 71,9 11 Fani 78,1 12 Faqih Ahmad Zamzami 62,5 13 Indra Pujiastuti 59,4 14 Kartini Wahdatum Munashiro 71,9 15 Lia Fauziah 84,3 16 Lukman 65,6 17 Marfungah 71,9 18 Ngismatul Choiri 68,7 19 Nur Khamid 68,7 20 Nur Ropik 71,9 21 Putri Dewi Rejeki Rahmat Ariyanto 68,7 23 Sulistyani Wahyu Prasetyo 65,6 25 Zain Maslahati 75 JUMLAH 1777,9 RATA-RATA 71,1

234 219 LAMPIRAN 25 PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SIKLUS II NO NAMA NILAI 1 Ade Irana Dewi 87,5 2 Akhmad Jais 87,5 3 Amat Puji 81,2 4 Amat Taufik 75 5 Anifah 78,1 6 Anisatul Maghfiroh 75 7 Diana Novita 84,4 8 Didin 84,4 9 Eka Meirisa Fahmi Aqwa 84,4 11 Fani 84,4 12 Faqih Ahmad Zamzami Indra Pujiastuti 71,9 14 Kartini Wahdatum Munashiro 84,4 15 Lia Fauziah 90,6 16 Lukman 81,2 17 Marfungah Ngismatul Choiri Nur Khamid Nur Ropik 78,1 21 Putri Dewi Rejeki 84,4 22 Rahmat Ariyanto 78,1 23 Sulistyani 78,1 24 Wahyu Prasetyo 78,1 25 Zain Maslahati 81,2 JUMLAH 2002,9 RATA-RATA 80,1

235 220 LAMPIRAN 26 REKAP NILAI HASIL BELAJAR MEMBACA GEGURITAN PADA PRASIKLUS, SIKLUS I, SIKLUS II No. Nama Nilai Prasiklus Siklus I Siklus II 1 Ade Irana Dewi 78,1 87,5 87,5 2 Akhmad Jais 59, ,5 3 Amat Puji 65,6 71,9 81,2 4 Amat Taufik 50 59, Anifah 62,5 68,7 78,1 6 Anisatul Maghfiroh 53,1 65, Diana Novita 56, ,4 8 Didin 68,7 84,3 90,6 9 Eka Meirisa 46,9 68, Fahmi Aqwa 65,6 71,9 84,4 11 Fani 65,6 78,1 84,4 12 Faqih Ahmad Zamzami 56,2 62, Indra Pujiastuti 50 59,4 71,9 14 Kartini Wahdatum Munashiro 59,3 71,9 84,4 15 Lia Fauziah 53,1 71,9 84,4 16 Lukman 50 65,6 81,2 17 Marfungah 53,1 71, Ngismatul Choiri 50 68, Nur Khamid 62,5 68, Nur Ropik 65,6 71,9 78,1 21 Putri Dewi Rejeki 65, ,4 22 Rahmat Ariyanto 56,2 68,7 78,1 23 Sulistyani 59, ,1 24 Wahyu Prasetyo 56,2 65,6 78,1 25 Zain Maslahati 59, ,2 Jumlah ,9 2002,9 Rata-Rata 58,7 71,1 80,1 Purworejo,. Penilai, Lilik Yuliwantoro

236 LAMPIRAN Dokumentasi PELAKSANAAN PRASIKLUS Hari, tanggal : Rabu, 03 Oktober 2012 Pertemuan : I Kelas/sem : VIII A / I Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Dokumentsi 1 Perkenalan Dokumentasi 2 Siswa Membaca Geguritan pada Prasiklus PELAKSANAAN SIKLUS I

237 222 Hari, tanggal : Rabu, 10 dan 17 Oktober 2012 Pertemuan : II dan III Kelas/sem : VIII A / I Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo Dokumentasi 3 Guru Memberikan Apersepsi dan Motivasi Dokumentasi 4 Pemutaran Media Audio Visual

238 223 Dokumentasi 5 Siswa Terlihat Serius Memperhatikan Pemutaran Video Dokumentasi 6 Siswa Memberikan Tanda Jeda pada Teks Geguritan

239 224 Dokumentasi 7 Siswa Membaca Geguritan PELAKSANAAN SIKLUS II Hari, tanggal : Rabu, 17 dan 31 Oktober 2012 Pertemuan : IV dan V Kelas/sem : VIII A / I Sekolah : SMP Negeri 37 Purworejo

240 225 Dokumentasi 8 Guru Memberikan Apersepsi Materi Dokumentasi 9 Siswa Memperhatikan Video Pembacaan Geguritan

241 226 Dokumentasi 10 Siswa Berkelompok dan Berdiskusi Dokumentasi 11 Siswa Membaca Geguritan

242 SIKLUS I SIKLUS II 227 Dokumentasi 3 Guru Memberikan Apersepsi dan Motivasi Dokumentasi 8 Guru Memberikan Apersepsi Materi Dokumentasi 4 Pemutaran Media Audio Visual Dokumentasi 9 Siswa Memperhatikan Video Pembacaan Geguritan Dokumentasi 5 Siswa Terlihat Serius Memperhatikan Pemutaran Video Dokumentasi 10 Siswa Berkelompok dan Berdiskusi Dokumentasi 6 Siswa Memberikan Tanda Jeda pada Teks Geguritan Dokumentasi 11 Siswa Membaca Geguritan

243 228 Dokumentasi 7 Siswa Membaca Geguritan Dokumentasi 12 Siswa Membaca Geguritan

244 229

245 230

246 WAKTU PENELITIAN Kegiatan Feb-Mar Aprl-Mei Juni-Juli Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Bulan/ Minggu Observasi Lapangan Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penelitian Analisis Data dan Penyelesaiannya LAMPIRAN

247 232 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SMP NEGERI 37 PURWOREJO Alamat : Pekacangan, Bener, Purworejo Telepon : SURAT KETERANGAN PENELITIAN Nomor : / 558 /2012 Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Amrozi, S.Pd NIP : Jabatan : Kepala Sekolah Unit : SMP Negeri 37 Purworejo Menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa : Nama : Lilik Yuliwantoro NIM : Program Studi : Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa Fakultas : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purworejo Benar-benar secara nyata telah mengadakan penelitian dengan baik di Instansi SMP Negeri 37 Purworejo Kabupaten Purworejo mulai pada tanggal Oktober 2012 dengan judul skripsi : PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Purworejo, 31 Oktober 2012

248 233

Bab 1 Pendahuluan. 1 Universitas Indonesia. Makna puisi-puisi..., Oscar Ferry, FIB UI, 2008

Bab 1 Pendahuluan. 1 Universitas Indonesia. Makna puisi-puisi..., Oscar Ferry, FIB UI, 2008 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi dari hasil pemikiran, pengalaman, dan ide manusia yang dituang lewat media dengan alat bahasa. Kreativitas dalam sastra

Lebih terperinci

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian BAB 3 SIMPULAN Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian dari kitab suci umat nasrani, yaitu Alkitab. Kitab Mazmur merupakan kitab terpanjang dan kitab yang paling banyak dikutip

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE TEBAK KATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JETIS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 SELO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA BERITA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Astuti Riawardani Progam Studi Pendidikan Bahasa Dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI BERBAHASA JAWA DENGAN MEDIA GAMBAR

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI BERBAHASA JAWA DENGAN MEDIA GAMBAR UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI BERBAHASA JAWA DENGAN MEDIA GAMBAR Nur Asiyah ekasetya 27@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Asiyah, Nur. Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA VIDEO (AUDIO VISUAL) PADA SISWA KELAS V SDN RAMBIPUJI 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA VIDEO (AUDIO VISUAL) PADA SISWA KELAS V SDN RAMBIPUJI 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MEDIA VIDEO (AUDIO VISUAL) PADA SISWA KELAS V SDN RAMBIPUJI 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan

Lebih terperinci

Oleh: Tri Sudarmi Sugondo, Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia.

Oleh: Tri Sudarmi Sugondo, Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMBACA DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 16 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 Oleh: Tri Sudarmi Sugondo, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

RETNO INDAR WATI A

RETNO INDAR WATI A PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN EYD DALAM MENULIS LAPORAN PERJALANAN MELALUI PENDEKATAN VAK (VISUAL, AUDITORY, DAN KINESTETIC) SISWA KELAS VIII C SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI KEDAWUNG 5

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI KEDAWUNG 5 i PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI KEDAWUNG 5 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : FITRI ASTUTI WAHYU UTAMI K4310029

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR i UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY

PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY PENERAPAN MEDIA PHOTO STORY DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 BULUSPESANTREN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Kuni Sholi ah Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA GEGURITAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 37 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Lilik Yuliwantoro an_thoro@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. DiajukanOleh: MUHAMAD HASAN A.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. DiajukanOleh: MUHAMAD HASAN A. PENERAPAN METODE CERITA BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD NEGERI SEMAWUNG I TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN 01 JANTIHARJO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM

SKRIPSI. oleh Yuni Nur Isneni NIM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PERMAINAN KATA PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 2 KESESI KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Veny Rosita Febriratna NIM

SKRIPSI. Oleh Veny Rosita Febriratna NIM PENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IIA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TEMA SIKAP DEMOKRATIS MELALUI PENERAPAN METODE SIMULASI DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN SUMBERSARI 01 JEMBER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajuka

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajuka PENGGUNAAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN BAHASA KRAMA ALUS PADA SISWA KELAS V SDN WONOMULYO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah sangat erat dengan teknik mengajar guru agar mampu memotivasi siswa 1 BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Pembelajaran sastra dalam pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dibagi menjadi tiga jenis yaitu: prosa fiksi, puisi dan drama. Drama dalam pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 01 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/2010

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 01 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/2010 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA DENGAN PENDEKATAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS IV SDN MEDURI 0 MARGOMULYO BOJONEGORO 2009/200 DISUSUN OLEH EVY TRIANA DEWI S NIM X70867 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 1.1 Menggunakan wacana lisan untuk wawancara 1.1.1 Disajikan

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A

: ANGGRAENI ADI MOCHLAS A PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 Skripsi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN KEMBALI BERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN KEMBALI BERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN KEMBALI BERITA DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII B SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN ALAM UNTUK SISWA KELAS V SDN KARANGREJO 05 JEMBER SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN ALAM UNTUK SISWA KELAS V SDN KARANGREJO 05 JEMBER SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN ALAM UNTUK SISWA KELAS V SDN KARANGREJO 05 JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan a. Landasan Teoritis 1. Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Dalam setiap kegiatan belajar memiliki suatu tujuan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam studi PGSD. Diajukan oleh: MILA ASTUTIK NIM.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam studi PGSD. Diajukan oleh: MILA ASTUTIK NIM. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI TEKS DIALOG DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH 03 NUSUKAN, SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi

I. PENDAHULUAN. diajarkan agar siswa dapat menguasai dan menggunakannya dalam berkomunikasi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Indonesia diajarkan pada jenjang pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menenengah atas. Bahasa Indonesia diajarkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS II SDN WONOSARI 01 KEC. PUGER KAB. JEMBER SKRIPSI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS II SDN WONOSARI 01 KEC. PUGER KAB. JEMBER SKRIPSI. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS II SDN WONOSARI 01 KEC. PUGER KAB. JEMBER SKRIPSI Oleh : Nurul Maulidiyah NIM 070 210 204 414 PROGAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN NILAI AGAMA MORAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 16 NGRINGO JATEN KARANGANYAR

MENGEMBANGKAN NILAI AGAMA MORAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 16 NGRINGO JATEN KARANGANYAR MENGEMBANGKAN NILAI AGAMA MORAL ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 16 NGRINGO JATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013/ 2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KARTASURA DENGAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KARTASURA DENGAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENYIMAK BERITA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 KARTASURA DENGAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 2 PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN... PENGESAHAN KELULUSAN... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... SARI... ABSTRACT... PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh: WIDYA ESTRI KARTIKA SARI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh: WIDYA ESTRI KARTIKA SARI A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN METODE EXAMPLE NON EXAMPLE (PTK di Kelas VIII Semester I SMP N 1 KROYA Tahun Ajaran 2012/2013) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN METODE CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA DALAM WACANA PADA SISWA KELAS VII A SMP NU SURUH KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2010/ 2011 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI METODE BENGKEL SASTRA PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : Sulami A54E131018

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh : Sulami A54E131018 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI KELAS V SD NEGERI SONEYAN 03 KECAMATAN MARGOYOSO KABUPATEN PATI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA MELALUI KEGIATAN OUTBOUND PADA KELOMPOK B TK 03 JATIWARNO KECAMATAN JATIPURO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ghyna Amanda Putri, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran bahasa, aspek keterampilan berbahasa adalah salah satu hal yang diperlukan. Berdasarkan jenisnya, aspek keterampilan berbahasa dibagi menjadi 4 yaitu:

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU DENGAN METODE SUGESTI IMAJINASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GOMBONG TAHUN PELAJARAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU DENGAN METODE SUGESTI IMAJINASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GOMBONG TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MEDIA LAGU DENGAN METODE SUGESTI IMAJINASI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 GOMBONG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Oleh: Arini Rahayu Suprapto, Khabib Sholeh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga

Lebih terperinci

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Untuk memenuhi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Untuk memenuhi PENERAPAN PENDEKATAN HEURISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT - SIFAT CAHAYA DALAM MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 KEBAK TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK. Widayati PENGGUNAAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA PENDEK Widayati Kepala SDN Kepuharum Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto Email: waidayatiwidayati260@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Ahmad Utman Subandi NIM 090210204229

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI SISWA KELAS IV SD NEGERI I MLOPOHARJO WURYANTORO WONOGIRI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI SISWA KELAS IV SD NEGERI I MLOPOHARJO WURYANTORO WONOGIRI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI SISWA KELAS IV SD NEGERI I MLOPOHARJO WURYANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna

Lebih terperinci

WIGATININGSIH NIM : A54C090028

WIGATININGSIH NIM : A54C090028 PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 03 SIDOMULYO AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS XI IPA I SMA N 1 SEWON BANTUL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL VCD SESORAH

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS XI IPA I SMA N 1 SEWON BANTUL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL VCD SESORAH PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA JAWA PADA SISWA KELAS XI IPA I SMA N 1 SEWON BANTUL DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO-VISUAL VCD SESORAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PHOTO STORY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO Oleh: Anggun Tri Suciati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh: Nur Adha Wahyuningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Peningkatan Keterampilan Menulis Syair Tembang Macapat Menggunakan Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) Melalui Media Gambar Siswa Kelas XI MAN Kutowinangun Tahun Pelajaran 2016/ 2017 Oleh: Nur

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN 2014 / 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CERITA RAKYAT KAMANDAKA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 GOMBONG

PEMANFAATAN CERITA RAKYAT KAMANDAKA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 GOMBONG PEMANFAATAN CERITA RAKYAT KAMANDAKA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA SISWA KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 1 GOMBONG Oleh: Widji Setiowati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V SD NEGERI 03 DAWUNG KEC

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V SD NEGERI 03 DAWUNG KEC PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS V SD NEGERI 03 DAWUNG KEC. MATESIH KAB. KARANGANYAR TAHUN 2013/2014 Untuk memenuhi

Lebih terperinci

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika

LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika LIRIK LAGU RELIGI GRUP BAND UNGU DALAM ALBUM AKU DAN TUHANKU: Sebuah Pendekatan Stilistika SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GANTIWARNO KECAMATAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GANTIWARNO KECAMATAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GANTIWARNO KECAMATAN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: YHUSTINA ANGGAR KUSUMANINGRUM K

SKRIPSI. Oleh: YHUSTINA ANGGAR KUSUMANINGRUM K UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KETERAMPILAN MEMBACA KALIMAT BERHURUF JAWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH WONOREJO POLOKARTO

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI MEDIA WAYANG PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SD NEGERI I TAMBAK KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN SUDUT BACA DI LINGKUNGAN SEKOLAH GUNA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA DI SD NEGERI POLOMARTO

ANALISIS PEMANFAATAN SUDUT BACA DI LINGKUNGAN SEKOLAH GUNA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA DI SD NEGERI POLOMARTO ANALISIS PEMANFAATAN SUDUT BACA DI LINGKUNGAN SEKOLAH GUNA MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA DI SD NEGERI POLOMARTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012-1013 SKRIPSI Oleh Fitria Prasektiani NIM 100210204153 PROGRAM

Lebih terperinci

: DWI ARIE WIBOWO A

: DWI ARIE WIBOWO A PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA NYARING DITINJAU DARI ASPEK INTONASI, PELAFALAN, JEDA DAN KELANCARAN MELALUI MEDIA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN SAMBIREJO 3 PLUPUH KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dan salah satu alat untuk melahirkan suatu keinginan atau pendapat. Bahasa sebagai alat komunikasi bisa berbentuk:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Jenjang : SMP/SMA Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012 1. Mengungkapkan secara lisan wacana nonsastra 2. Mengungkapkan wacana tulis nonsastra 1.1

Lebih terperinci

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM PEMBELAJARAN SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 1

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM PEMBELAJARAN SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 1 PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM PEMBELAJARAN SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 1 SD N 1 LEDOKDAWAN GROBOGAN 2014/ 2015 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah banyak dilakukan salah satunya, penelitian pengajaran sastra dapat peneliti

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE TANDUR PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 WADASLINTANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Nita Fuji Kosmasari, S.S. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI I KRETEK, BANTUL, YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI PENDIDIKAN KERTO 2015

SKRIPSI PENDIDIKAN KERTO 2015 i PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI METODE DRILL DENGAN PERMAINAN SUSUN ANGKA DII KELAS IVA SD N 1 KARANGNANAS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syaratt untuk Memperoleh

Lebih terperinci

MUHAMAD WAHID FAUZI A

MUHAMAD WAHID FAUZI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN RASA TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DI KELAS V SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SMP NEGERI 1 PAKUSARI JEMBER SKRIPSI Oleh Candra

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SCRAMBLE

PENERAPAN MODEL SCRAMBLE PENERAPAN MODEL SCRAMBLE DISERTAI MEDIA GAMBAR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA POKOK BAHASAN PENGGOLONGAN HEWAN BERDASARKAN JENIS MAKANANNYA DAN DAUR HIDUP HEWAN DI SD NEGERI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN KARTU PINTAR DENGAN TEKNIK MERANGKUM UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAJANG 3 TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X-4 SMAN 1 TANGGUL JEMBER DALAM MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK TEATER PIKIRAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X-4 SMAN 1 TANGGUL JEMBER DALAM MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK TEATER PIKIRAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X-4 SMAN 1 TANGGUL JEMBER DALAM MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK TEATER PIKIRAN SKRIPSI Oleh Anita Kurniawati NIM 070210482002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen, salah satunya keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengungkapkan pikiran

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA SISWA KELAS III SDN GAMBIRONO 02 MELALUI PENGGUNAAN BUKU KOMIK SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi.

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN READING GUIDE DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN SISWA KELAS VII A SEMESTER II SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN AJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS PADA MATERI PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAH MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI KELAS V SD N 3 LINGGASARI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO Oleh: Farida Tuzzaman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT SISWA KELAS X.3 SMA PGRI 1 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 S K R I P S I

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PUISI DENGAN METODE PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KUTOWINANGUN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Anik Nugraheni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas

Lebih terperinci

MELIA KANENIA DEWI A

MELIA KANENIA DEWI A PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN METODE CIRC DISERTAI MEDIA AUDIO VISUAL TIGA DIMENSI KELAS VIIC SMP TA MIRUL ISLAM SURAKARTA TA2011/2012 SKRIPSI Disusun

Lebih terperinci