KATA PENGANTAR TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR TAHUN 2014"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil (Ditjen KP3K) Tahun 2014 disusun sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Ditjen KP3K dalam melaksanakan berbagai kewajiban pembangunannya, serta sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam melaksanakan tugas dan fungsi organisasi. Laporan Kinerja Ditjen KP3K Tahun 2014 ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja yang telah dicapai, baik makro maupun mikro serta langkah-langkah pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan yang telah dilaksanakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Sangat disadari bahwa laporan ini belum secara sempurna menyajikan prinsip transparansi dan akuntabilitas seperti yang diharapkan, namun setidaknya masyarakat dan berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran tentang hasil pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal KP3K. Capaian Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini menjadi modal dasar untuk lebih mengembangkan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di masa datang, khususnya untuk menyongsong RPJMN sehingga sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Harapan kami kiranya laporan ini dapat dijadikan bahan evaluasi dan feed back terhadap penyelenggaraan program Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi penyusunan kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Akhirnya atas perhatian dan bantuan semua pihak terhadap terselenggaranya program dan kegiatan Ditjen KP3K Tahun 2014 diucapkan terima kasih. Jakarta, Februari 2015 Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Sudirman Saad i

2 RINGKASAN EKSEKUTIF Selama Tahun 2014, yang merupakan tahun terakhir masa RPJMN , Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) melakukan evaluasi target dengan menyesuaikan reviu Renstra KKP Tahun yang menggunakan pendekatan Balanced Score Card (BSC). Dari target tersebut, Direktorat Jenderal KP3K telah berhasil melaksanakan misi yang diemban dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan rujukan hasil penilaian kinerja dengan menggunakan metode BSC, Nilai Pengukuran Sasaran Strategis (NPSS) Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 adalah sebesar 112,38% sebagaimana Dashboard di bawah ini: Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K 2014 Capaian tersebut diperoleh dari: Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) capaian kinerja 117,79%; Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja 116,20%; Perspektif Internal (Internal Process Perspective) capaian kinerja 107,87%; dan ii

3 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) capaian kinerja 110,48%. Capaian kinerja pada perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) Ditjen KP3K Tahun 2014 sebesar 117,79%. Capaian ini berasal dari Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan dengan capaian 105,29%. Capaian Perspektif Masyarakat KP (Costumer Perspective) capaian kinerja % ini berasal dari capaian 4 (empat) sasaran strategis yaitu: 1) Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah dengan capaian 100,05%; 2) Meningkatnya kemandirian masyarakat KP3K dengan capaian 110,65%; 3) Meningkatnya Pengelolaan SDKP yang berkelanjutan dengan capaian 110,77%; dan 4) Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP dengan capaian 120%. Pada Perspektif Internal (Internal Process Perspective) dengan bobot 30%, Ditjen KP3K telah mencapainya dengan melebihi target, capaian kinerja 107,87%, yang meliputi capaian dari sasaran strategis: 1) Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam dengan capaian 100%; 2) Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan dengan capaian 105% 3) Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan dengan capaaian 115%; 4) Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu dengan capaian 77,60%; 5) Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan dengan capaian 102,66%; dan 6) Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan capaian 100%. Capaian kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) dengan bobot 30%, telah tercapai sebesar 110,48%. Capaian ini berasal dari capaian sasaran strategis: 1) Tersedianya SDM lingkup Ditjen KP3K yang kompeten dan profesional dengan capaian 120%; 2) Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses dengan capaian 117,53%; 3) Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K dengan capaian 103,98%; dan 4) Terkelolanya anggaran Ditjen KP3K secara optimal tercapai 98,34%. iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... xi BAB I. PENDAHULUAN Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tugas Pokok Dan Fungsi Permasalahan Utama Yang Dihadapi Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Konflik Penggunaan Ruang Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara Optimal Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum Optimal Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Sistematika Penyajian... 8 BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Rencana Strategis Visi Misi Tujuan Rencana Kinerja Tahun Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective) Perspektif Internal (Internal Process Perspective) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) 15 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton) IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K IK 6. Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil iv

5 IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat/PUGAR (Kelompok) SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang Dikelola IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara Berkelanjutan IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan SS.5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada PUGAR SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi (Ha) IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha) IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau) SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan Dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha) IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan Pugar SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional IK 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K IK 27. Service Level Agreement DJKP3K SS 13. Tersedianya Informasi Bidang KP3K Yang Valid, Handal dan Mudah Diakses IK 28. Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Informasi di Ditjen KP3K 106 IK 29. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal Pemerintah (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi di DJKP3K (%) v

6 SS 14. Terwujudnya Good Governance & Clean Government di Bidang KP3K IK 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja DJKP3K IK 31. Nilai Integritas DJKP3K IK 32. Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K IK 33. Nilai Penerapan RB DJKP3K SS 15. Terkelolanya Anggaran KP3K Secara Optimal IK 34. Persentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Akuntabilitas Keuangan BAB IV. PENUTUP Kesimpulan Saran... TIM PENYUSUN LAMPIRAN vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam Tabel 5. Data Produksi Garam Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan Tabel 8. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah Tabel 9. Produksi Garam Rakyat Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya Tabel (dua) produk kelautan non garam Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir; Tabel 15. Perbandingan target Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir ( ) Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) Tabel 23. Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM Tabel 26. Keragaan PUGAR Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau vii

8 Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha) Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun (juta Ha) Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen) Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Tahun Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau) Tabel 61. Target dan Realisasi ljumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui Kerjasama Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, viii

9 pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu Tabel 64. Rincian Produk Garam KP Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar % Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional Tabel 74. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) Tabel 75. Perbandingan Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V DJ KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 76. Service Level Agreement DJKP3K Tabel 77. Realisasi Service Level Agreement (SLA) per-triwulan Tahun Tabel 78. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 79. Sasaran Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses Tabel 80. Capaian Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV dan V KKP (%) Tabel 81. Perbandingan Service Level Agreement DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 82. Target dan Realisasi IKU 2014 Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Tabel 83. Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Ditjen KP3K Tahun Tabel 84. Perbandingan Jumlah Rekomendasi Aparat Pengawas Internal Dan Eksternal (APIEP) Yang Ditindaklanjuti Dibanding Total Rekomendasi Ditjen KP3K (%) Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 85. Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K Tabel 86. Target dan Realisasi IKU Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Tabel 87. Perbandingan Tingkat Kualitas Akuntabilitas Kinerja Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, berdasarkan Komponen penilaian AKIP Tabel 88. Target dan Realisasi IKU Nilai Integritas DJKP3K Tahun Tabel 89. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 90. Perbandingan Nilai Integritas DJKP3K Tahun 2014 Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 91. Perbandingan Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) Tabel 92. Target dan Realisasi IKU Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Tabel 93. Perbandingan Nilai Penerapan RB Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) ix

10 Tabel 94. Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal Tabel 95. Target dan Realisasi IKU Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Tabel 96. Alokasi anggaran dan Realisasi Anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 per 20 Januari Tabel 97. Perbandingan Presentase Penyerapan DIPA Ditjen KP3K Terhadap Realisasi Tahun 2012 dan 2013, Serta Terhadap Target Jangka Menengah (2014) x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K ii Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K... 1 Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tahun Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di Kotawaringin Barat Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan tahun Gambar 17. Peta Lokasi Adopsi Pulau Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan PUGAR Gambar 21. Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013) Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat Gambar 23. Grafik Hasil Polling Persepsi User Terhadap Kemudahan Akses Tahun Gambar 24. Grafik Penyerapan Anggaran Ditjen KP3K Tahun Gambar 25. Dashboard Capaian Kinerja Ditjen KP3K xi

12

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Organisasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Berdasarkan Permen KP Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan sekaligus juga dalam rangka mengemban amanah Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dan PP 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan, maka struktur organisasi Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah: DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL 1. Bagian Program 2. Bagian Kepegawaian, Keuangan dan Umum 3. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat 4. Bagian Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 5. Kelompok Pejabat Fungsional Unit Pelaksana Teknis Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktorat Pesisir dan Lautan Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha 1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, 2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, 3. BPSPL Denpasar, 4. BPSPL Pontianak, 5. BPSPL Makassar, 6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, 7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru, dan 8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang. 1. Sub Direktorat Jejaring, Data dan Informasi Konservasi; 2. Sub Direktorat Konservasi Kawasan; 3. Sub Direktorat Konservasi Jenis Ikan ; 4. Sub Direktorat Pemanfaatan Kawasan dan Jenis Ikan; dan 5. Subbagian Tata Usaha 1. Sub Direktorat Mitigasi bencana lingkungan; 2. Sub Direktorat Pendayagunaan Sumber Daya Kelautan; 3. Sub Direktorat Penanggulangan pencemaran Sumberdaya pesisir dan lautan; 4. Sub Direktorat Rehabilitasi dan reklamasi; dan 5. Subbagian Tata Usaha. 1. Sub Direktorat Identifikasi Pulau-pulau Kecil; 2. Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Pulaupulau Kecil; 3. Sub Direktorat Pengelolaan Ekosistem Pulaupulau Kecil; 4. Sub Direktorat Investasi dan promosi pulaupulau kecil; dan 5. Subbagian Tata Usaha.. 1. Sub Direktorat Rencana Tata Ruang Laut Nasional dan perairan Yurisdiksi; 2. Sub Direktorat Rencana Tata Ruang dan Zonasi Wilayah I; 3. Sub Direktorat Rencana Tata Ruang dan Zonasi Wilayah II; 4. Sub Direktorat Informasi dan Evaluasi Spasial; dan Subbagian Tata Usaha 1. Sub Direktorat Akses Permodalan; 2. Sub Direktorat Akses Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; 3. Sub Direktorat Sosial Budaya Masyarakat; 4. Sub Direktorat Pengembangan Usaha; dan (v) Subbagian Tata Usaha Gambar 2. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal KP3K 1

14 Unit Pelaksana Teknis (UPT) Selain organisasi di Pusat, Direktorat Jenderal KP3K juga memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Sampai dengan tahun 2009 telah membentuk 8 (Delapan) UPT yaitu: 1. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang; 2. Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang; 3. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar; 4. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak; 5. Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar; 6. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong; 7. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru; 8. Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang. 1.2 Tugas Pokok Dan Fungsi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal KP3K), sesuai dengan tugas dan fungsinya, secara bertahap melakukan upaya dalam pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil melalui kegiatan-kegiatan: Pengelolaan dan pengembangan konservasi kawasan dan jenis, Penataan ruang dan perencanaan pengelolaan wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, Pendayagunaan pesisir dan lautan, Pendayagunaan pulaupulau kecil, Pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengembangan usaha, serta peningkatan dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Direktorat Jenderal KP3K. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil adalah unsur pelaksana yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil menyelenggarakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan dibidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 2

15 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil; 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil. 1.3 Permasalahan Utama Yang Dihadapi Pengelolaan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan, saat ini mendapat perhatian dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari orientasi kebijakan perencanaan pembangunan nasional ke depan. Hal ini mengingat di wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil disamping merupakan tempat sebagian penduduk (60% penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir), juga memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya sumberdaya hayati dan non-hayati yang bernilai tinggi seperti terumbu karang, ekosistem mangrove, estuaria, padang lamun, mineral, minyak bumi, harta karun, dan lain sebagainya. Sumberdaya alam tersebut telah memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat terutama dari sektor perikanan, pertambangan dan jasa-jasa lingkungan kelautan dan sumberdaya kelautan non konvensional (pariwisata bahari, BMKT, Pasir laut dan lain-lain) dalam menunjang pembangunan ekonomi bangsa ke depan. Meskipun dekat dengan sumberdaya pesisir dan laut yang melimpah, namun masyarakat yang hidup terdekat dengan sumberdaya tersebut, masih jauh dari unsur kesejahteraan. Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan, bermukim di desa pesisir (BPS, 2008). Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya pengentasan kemiskinan. Kemiskinan dan ketertinggalan penduduk pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut cenderung mendorong peningkatan kerusakan sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil guna pemenuhan kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil perlu dilakukan secara komprehensif, meliputi pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi, yang 3

16 berbasis kemitraan, berorientasi peningkatan kesejahteraan, holistik, dan berkelanjutan. Proses pemberdayaan masyarakat hendaknya disusun dalam bingkai pendekatan yang harmonis dengan memperhatikan sistem nilai dan kelembagaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat (kearifan lokal), potensi kemitraan dan unit usaha masyarakat. Upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan pemberdayaan masyarakat hendaknya menjadi fokus utama sehingga akan menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian sumberdaya tersebut secara terintegrasi. Permasalahan di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Keberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil yang terdiri dari nelayan, pembudidaya, pemasar ikan dan pengolah hasil laut, serta masyarakat pesisir lainnya yang kehidupannya bersumber dari sumberdaya kelautan dan perikanan, berjumlah sekitar jiwa dan hidup di desa pesisir. Sementara itu, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang secara hayati sangat produktif. Keadaan paradoks ini terutama disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM, terbatasnya akses terhadap sumber modal, teknologi, informasi dan pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan alokasi sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Para nelayan kecil sangat rentan terhadap eksternalitas sektor ekonomi seperti penurunan produktivitas sumberdaya ikan akibat eksploitasi berlebihan atau kerusakan ekosistem. Perilaku konsumtif dari sebagian nelayan juga mempersulit upaya pengentasan kemiskinan. 2. Konflik Penggunaan Ruang Belum adanya pengaturan pemanfaatan dan ketidakpaduan antar kegiatan berpotensi menjadi sumber terjadinya konflik penggunaan ruang wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Berbagai konflik di lapangan sering terjadi, misalnya antara kegiatan nelayan tradisional dengan nelayan modern, perikanan budidaya laut dengan pelayaran, kepentingan konservasi dengan pembangunan permukiman, dan masih banyak yang lainnya. Untuk mengurangi dampak dari konflik penggunaan ruang, maka diperlukan penataan ruang wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang disepakati oleh para pemangku kepentingan dan diperkuat dengan kerangka hukum. Namun baik nasional maupun daerah masih belum memiliki rencana tata ruang wilayah. Hal ini disebabkan tata ruang tersebut masih perlu dipersiapkan baik menyangkut perencanaan, monitoring dan evaluasi, perangkat peraturan perundang-undangan, sumber daya manusia, maupun kelembagaannya. 4

17 Implikasi lebih lanjut, Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak mempunyai dasar dalam mengarahkan kegiatan pemanfaatan ruang, baik yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemda, masyarakat maupun swasta. Bagi pelaku investasi, keberlangsungan usahanya tidak mempunyai kepastian hukum, karena sewaktuwaktu struktur dan peruntukan ruang dapat dialih fungsikan. 3. Penurunan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Sejak tahun 1990-an, laju kerusakan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Kerusakan ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut berdampak langsung terhadap penurunan kualitas habitat ikan dan mengurangi produktivitas perikanan untuk berkembang serta mengurangi fungsi lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil. Penurunan kualitas lingkungan pesisir dan pulau-pulau kecil antara lain diakibatkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, tsunami, dampak perubahan iklim (global warming), banjir rob, gangguan atmosferik (El Nino), dan bencana biologis, seperti munculnya satwa asing (invasive species). Penurunan kualitas ekosistem pesisir yang lebih cepat terjadi karena kegiatan manusia yang bersifat destruktif, seperti pemanfaatan berlebihan, praktek-praktek penangkapan ikan yang destruktif, penambangan terumbu karang yang merusak, perluasan daratan oleh reklamasi pantai yang tidak mengindahkan aturan, penebangan hutan bakau, pencemaran perairan oleh lumpur, penambatan jangkar perahu, pencemaran limbah, dan tumpahan minyak, dan lain-lain. 4. Potensi Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil Belum Dimanfaatkan Secara Optimal Pemanfaatan potensi pulau-pulau kecil masih dihadapkan pada berbagai masalah antara lain letaknya yang menyebar dan terpencil (remote), terbatasnya sarana, prasarana dan sumberdaya manusia. Di samping itu di dalam pemanfaatannya perlu memperhatikan daya dukung pulau mengingat sifatnya yang rentan terhadap perubahan lingkungan. Optimasi pemanfaatan sumber daya pulaupulau kecil harus dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan melibatkan peranserta masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan pemanfaatan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. 5. Penanganan Pulau-Pulau kecil di Perbatasan Kedaulatan negara Republik Indonesia dapat ditunjukkan dengan jelasnya batas - batas negara baik di darat maupun di laut. Indonesia berbatasan dengan 3 (tiga) negara lain di darat, dan 10 negara di wilayah laut. Wilayah perbatasan 5

18 merupakan daerah terdepan yang secara langsung berinteraksi dengan negara lain, sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap perkembangan wilayah tersebut. Pulau-pulau kecil terluar yang memiliki titik dasar/titik referensi (TD/TR) sebanyak 92 pulau, maka dibutuhkan suatu kebijakan khusus dalam pemanfaatan, pengelolaan pulau-pulau tersebut melalui kegiatan perlindungan, pengawasan dan pemantauan secara terus menerus agar keberadaannya dapat dipertahankan. Mengingat masih ada beberapa bagian wilayah Indonesia yang belum disepakati batasnya dengan negara tetangga, maka pulau-pulau terluar yang bertitik dasar ini penting artinya dalam penentuan garis pangkal yang digunakan sebagai dasar penarikan garis batas dengan negara tetangga. Dengan penetapan batas negara yang jelas, maka akan memudahkan kita dalam menjaga keutuhan NKRI. 6. Pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan Kawasan Belum Optimal Sampai saat ini pengembangan dan pengelolaan Konservasi Sumberdaya Ikan dan kawasan masih belum optimal. Hal ini disebabkan antara lain: (i) orientasi pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungannya selama ini lebih banyak dititikberatkan pada manajemen terestrial dan kurang memperhatikan pengelolaan konservasi di bidang kelautan yang memiliki karakteristik konektivitas, keterwakilan, resistensi dan resiliensi; (ii) pengelolaan kawasan konservasi sumberdaya ikan dan lingkungnnya selama ini masih bersifat pencadangan lokasi yang belum banyak kearah pengelolaan yang efektif; (iii) terjadinya tumpang tindih pemanfaatan ruang dan benturan kepentingan antara berbagai pihak khususnya yang menyangkut pemanfaatan kawasan konservasi laut dan potensinya; (iv) data dasar potensi sumberdaya ikan masih sangat terbatas; (v) masih banyak pelanggaran yang terjadi dikawasan konservasi perairan, seperti penangkapan biota laut dengan menggunakan bahan peledak, penambangan karang secara liar, pembuangan limbah dari darat maupun laut serta perdagangan ilegal biota perairan yang dilindungi sebagai akibat dari penegakan hukum yang belum optimal; (vi) masih banyaknya pemikiran pemerintah daerah bahwa kegiatan konservasi tidak mendukung PAD bagi daerah tersebut. 7. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Belum Optimal Sejauh ini perhatian terhadap sumberdaya kelautan baru, seperti energi kelautan, jasa-jasa lingkungan seperti pariwisata bahari atau ekowisata, industri 6

19 bioteknologi dan deep sea water masih sangat kurang. Padahal masa depan perkembangan bangsa ini akan lebih banyak bergantung kepada sumberdaya kelautan akibat menurunnya daya dukung sumberdaya daratan. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan meliputi 70% dari luas negara, namun industri maritim dan jasa-jasa kelautannya belum memberikan kontribusi yang memadai. Terdapat beberapa sumberdaya kelautan yang identifikasi dapat menjadi produk kelautan yang besar yang akan menjadi unggulan negara kita karena tidak dimilki oleh negara lain, yaitu Benda berharga asal Muatan Kapal yang Tenggelam (BMKT), Deep Sea Water dan Garam serta energi pesisir/energi alternatif. 8. Bencana dan Dampak Perubahan Iklim Global di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Indonesia secara geografis memiliki letak yang menguntungkan karena berada di jalur pelayaran dan transportasi perdagangan dunia. Namun di balik hal tersebut, Indonesia terletak di pertemuan lempeng dunia, yang membawa konsekuensi tidak hanya pada pembentukan topographi Indonesia yang memiliki banyak gunung berapi sehingga tanahnya subur. Akan tetapi, adanya pertemuan lempeng tersebut membawa dampak rentannya wilayah Indonesia terhadap bencana alam, khususnya gempa bumi dan tsunami. Tidak hanya bencana gempa bumi dan tsunami yang perlu diperhatikan, dampak perubahan iklim global juga harus masuk ke dalam isu utama dalam program pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil. Dampak akibat dari perubahan iklim global tidak dapat dirasa dalam jangka waktu yang pendek, namun dalam jangka waktu panjang dan efeknya meluas dan merata di hampir seluruh wilayah Indonesia. Dampak perubahan iklim global dalam dekade belakangan ini semakin dirasakan cukup signifikan, seperti adanya perubahan suhu udara serta curah hujan yang semakin meningkat. Dampak Perubahan iklim global juga dirasakan di wilayah pesisir, dari adanya degradasi perubahan lingkungan perairan, memutihnya terumbu karang hingga naiknya paras muka air laut, mempengaruhi perekonomian masyarakat pesisir. Tidak hanya itu, naiknya paras muka air laut dapat berakibat tenggelamnya pulaupulau kecil, lebih jauh lagi dapat berpengaruh terhadap kedaulatan wilayah negara Indonesia, bila pulau kecil yang tenggela tersebut merupakan titik pangkal batas wilayah negara. 9. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Garam sebagai kebutuhan strategis bagi manusia, bukan hanya sebagai penyedap makanan tetapi garam sangat dibutuhkan bagi berbagai kebutuhan. Bahkan 7

20 sangat pentingnya garam dalam hidup manusia, muncul istilah bagai sayur tanpa garam. Sungguh ironis bangsa yang memiliki potensi garam, dengan luas laut 2/3 nya dengan panjang garis pantai km, masih melakukan importasi garam. Sebelum adanya kegiatan PUGAR tahun 2011, nasib industri garam rakyat di Indonesia masih memprihatinkan, tidak seperti industri-industri lainnya seperti gula, terigu, atau beras yang memperoleh bantuan dan perhatian pemerintah. Garam bahkan tidak pernah dikelompokkan ke dalam komoditas strategis kendati kebutuhan nasional sangat besar dan keberadaannya sangat vital dalam mencukupi kebutuhan konsumsi maupun bahan baku industri. Suatu permasalahan yang memprihatinkan bukan pada saat petambak harus bekerja di ladang garam di tengah terik sinar matahari yang menyengat. Permasalahan justru terjadi ketika musim panen tiba: harga garam terjun bebas. Pada musim penghujan, harga garam Kualitas 1 bisa mencapai Rp 700,- per kilogram, sedangkan pada musim panen bisa turun mencapai Rp 250,- per kilogram. Depresiasi harga ini adalah persoalan klasik, yaitu terjadinya peningkatan supply yang sangat tajam, sementara demand terhadap garam konsumsi dalam kondisi stagnan. Memang tidak dipungkiri bahwa tingkat produktivitas lahan pergaraman di Indonesia cukup rendah, rata-rata ton/ha/tahun, bila dibandingkan dengan Australia atau India yang dapat mencapai produktivitas diatas 200 ton/ha/tahun. Kualitas garam yang dihasilkan umumnya juga masih rendah, yang mayoritas Kualitas Produksi 2 (KP2) dengan kualitas NaCl 80-90%. Kondisi inilah yang harus diupayakan pemerintah memperbaiki kondisi pergaraman di Indonesia Sistematika Penyajian Penyusunan Laporan Kinerja Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Tahun 2014 merupakan wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi suatu unit organisasi yang transparan,dan sebagai alat kendali serta pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil selam kurun waktu 1 tahun yaitu pada Tahun Adapun kaitan dari sistematika penyajian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 sebagai berikut: 1. Ringkasan Eksekutif Pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis serta sejauh mana instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran utama tersebut serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disebutkan juga langkah-langkah atau upaya apa yang telah dilakukan untuk 8

21 mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang. 2. Bab I Pendahuluan Pada bagian ini disajikan informasi umum tentang Laporan Kinerja yang menjadi tanggung jawab sebuah instansi pemerintah, penjelasan secara umu suatu organisasi serta bagan organisasi dan informasi tentang alur capaian kinerja yang meliputi dari perencanaan, pengukuran kinerja, pelaporan, evaluasi kinerja dan capaian kinerja selama kurun waktu 1 tahun. 3. Bab II Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja Pada bagian ini disajikan gambaran singkat mengenai visi, misi dan rencana hasil yang akan dicapai (tujuan dan sasaran strategis, indikator kinerja dan targetnya) dalam Rencana Jangka Menengah (RPJM/Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT/Renja) dan Penetapan Kinerja (PK) 4. Bab III Akuntabilitas Kinerja Pada bab ini disajikan secara singkat capaian kinerja organisasi untuk setiap sasaran dan indikator kinerja organisasi berdasarkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal KP3K sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi, yang terdiri dari: A. Capaian Kinerja organisasi Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. B. Realisasi Anggaran. Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja. 5. Bab IV Penutup Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan secara umum tentang keberhasilan/kegagalan pencapaian sasaran strategis, permasalahan dan kendala utama yang berkaitan dengan pencapaian sasaran strategis serta strategi pemecahan masalah. 6. Lampiran Isi dari pada lampiran merupakan kumpulan dari Penetapan Kinerja, Pengukuran Kinerja yang telah di tandatangani oleh Direktur Jenderal KP3K dan Menteri Kelautan dan Perikanan serta Penetapan Kinerja antara Direktur Jenderal dengan para Direktur lingkup Direktorat Jenderal KP3K. 9

22 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Visi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Direktorat Jenderal KP3K) Tahun disusun untuk mendukung visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yaitu Visi: Indonesia penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar Tahun 2015, dan Misi: Mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan. Selain itu, arah kebijakan Direktorat Jenderal KP3K juga merespon salah satu arah Pembangunan Jangka Panjang 20 tahun (UU No 17/2007), yaitu mewujudkan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Dalam dokumen Renstra Direktorat Jenderal KP3K Tahun , termuat garis besar visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis yang akan dicapai organisasi. Adapun visi dan misi Direktorat Jenderal KP3K Tahun adalah sebagai berikut: Visi merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Direktorat Jenderal KP3K. Visi harus bersifat praktis, realistis untuk dicapai, dan memberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi pegawai KP3K untuk mewujudkannya. Visi Direktorat Jenderal KP3K adalah: Sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil tertata, aman, bersih, produktif, berkelanjutan dan mensejahterakan Visi tersebut mengandung pengertian yang mendalam dan menunjukkan tekad kuat dari Direktorat Jenderal KP3K untuk dapat mengelola sumberdaya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil guna mensejahterakan masyarakat. 2.3 Misi 10 Misi merupakan jalan pilihan untuk menuju masa depan. Sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan Direktorat Jenderal KP3K, misi Direktorat Jenderal KP3K adalah: Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat

23 2.4 Tujuan Tujuan pelaksananaan pembangunan kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil adalah: 1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan hayati dan non-hayati; 2. Meningkatkan kualitas ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil; 3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan. Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal KP3K berpedoman pada 5 (lima) pilar pembangunan KP3K yang saling sinergis, saling mendukung dan melengkapi satu sama lainnya, dan 3 (tiga) landasan kebijakan. Konservasi yang efektif dan mendorong pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan Pulau-pulau kecil yang produktif dan menjadi perisai ketahanan negara Pemberdayaan Masyarakat yang mendorong kemandirian dan peningkatan produktifitas Penataan Ruang yang mengharmonis kan kebutuhan pemanfaatan wilayah secara efektif, adil, dan transparan Pengelolaan Pesisir yang mampu mengantisipasi Tekanan alam maupun manusia secara efektif Gambar 3. Lima Pilar Pembangunan Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau kecil Mengacu visi, misi dan tujuannya, Direktorat Jenderal KP3K menjalankan program Pengelolaan Sumberdaya Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil yang bertujuan untuk mewujudkan tertatanya dan pemanfaatan wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara lestari. Dari program tersebut, sasaran strategis yang ingin dicapai Direktorat Jenderal KP3K adalah meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat. Dalam Indikator Kinerja Direktorat Jenderal KP3K di atas, terdapat 3 (tiga) Indikator Kinerja Utama Kementerian Kelautan dan Perikanan (IKU-KKP) yang menjadi tanggung jawab dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal KP3K dalam pencapaian sasarannya, yaitu luas kawasan konservasi laut 11

24 dan perairan, jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola dan Jumlah produksi garam rakyat. Secara lengkap, target kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun sebagai berikut: Tabel 1. Target Kinerja Direktorat Jenderal KP3K Tahun KELUARAN (TARGET) / TAHUN INDIKATOR KINERJA SASARAN : Meningkatnya penataan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan, pesisir, dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dan mensejahterakan masyarakat Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan Jumlah kawasan pesisir yang terfasillitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri serta jumlah usaha mikro di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Jumlah produksi garam rakyat 35 lokasi 10 kawasan 2 kapal ha 20 pulau kelompok 45 lokasi 10 kawasan 1 kapal ha 30 pulau kelompok 50 lokasi 16 kawasan 2 produk ha 60 pulau kelompok orang 60 lokasi 17 kawasan 3 produk ha 60 pulau kelompok orang 60 lokasi 18 kawasan 3 produk ha 30 pulau kelompok orang 25 unit 68 unit 110 unit 150 unit 190 unit ton Sumber data: Bagian Monevpel, Sekretariat Ditjen KP3K ton ton ton ton 12

25 2.5 Rencana Kinerja Tahunan (RKT) 2014 Mulai tahun 2013, sesuai dengan dinamika organisasi yang berkembang ada upaya perbaikan pengelolaan kinerja organisasi pada Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu berupa penggunaan metode Balanced ScoreCard (BSC). Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2013 dan 2014 menggunakan penekanan pada empat perspektif yang saling berimbang dan di cascading (diturunkan) sampai level staf/individu (pegawai). Dengan metode/pendekatan dan strategi BSC dilakukan restrukturisasi SAKIP Kementerian Kelautan Perikanan dimulai dari level Renstra Kementerian sampai dengan level monitoring dan pengukuran kinerja. Rencana Kinerja merupakan penjabaran dari arah dan kebijakan pimpinan untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal KP3K tahun 2014 yang tertuang dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Dokumen RKT 2014 tersebut kemudian diimplementasikan dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Tahun Pada periode Triwulan III Tahun 2014, sesuai dengan kebijakan pemerintahan Kabinet Kerja Presiden RI Joko Widodo, anggaran Ditjen KP3K mengalami pemotongan dari Rp ,- menjadi Rp ,- atau sebear 14%. Sehubungan dengan hal tersebut, penetapan kinerja 2014 mengalami perubahan dan penyesuaian atau revisi. Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder Perspective) SASARAN STRATEGIS STAKEHOLDER PERSPECTIVE 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan *)mengikuti target KKP INDIKATOR KINERJA 1. Rata-rata pendapatan petambak garam rakyat perkk/bulan (per musim) (Rp.) 2. Pertumbuhan PDB Perikanan (%)* TARGET AWAL TARGET REVISI ,25 7 Perspektif Masyarakat Kelautan dan Perikanan (Costumer Perspective) SASARAN STRATEGIS CUSTOMER PERSPECTIVE 2. Meningkatnya ketersediaan produk kelautan dan perikanan yang bernilai tambah 3. Meningkatnya kemandirian INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI 3. Jumlah produksi garam rakyat 3,3 2,5 (jt ton) 4. Jumlah ragam produk 3 2 kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) 5. Jumlah BMKT yang dikelola Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan 3.210/ 7, /

26 SASARAN STRATEGIS masyarakat KP3K 4. Meningkatnya pengelolaan SDKP yang berkelanjutan 5. Meluasnya kesiapan masyarakat untuk usaha dan kesempatan kerja di bidang KP INDIKATOR KINERJA pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) 7. Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) 8. Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) 9. Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secaraberkelanjutan (jenis) 10. Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau) 11. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha) 12. Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan) 13. Jumlah tenaga kerja baru di bidang pergaraman pada PUGAR (orang) TARGET AWAL TARGET REVISI ,5 4, Perspektif Internal (Internal Process Perspective) SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE 6. Tersedianya kebutuhan 14. Jumlah rekomendasi inovasi inovasi teknologi hasil teknologi yang dibutuhkan litbang untuk untuk modernisasi sistem modernisasi sistem produksi garam (rekomendasi) produksi garam 7. Tersedianya kebijakan di 15. Jumlah kebijakan publik bidang KP3K sesuai bidang KP3K (kebijakan) kebutuhan 16. Jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (draft) 8. Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulaupulau kecil secara 17. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) TARGET AWAL 5 3 TARGET REVISI

27 SASARAN STRATEGIS terpadu dan berkelanjutan 9. Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu 10. Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan 11. Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil INDIKATOR KINERJA 18. Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi) 19. Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan (Ha) 20. Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau) 21. Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%) 22. Luasantambak garam yang dikelola (Ha) 23. Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar (%) 24. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 25. Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi TARGET AWAL TARGET REVISI %:60% 40%:60% Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspective) SASARAN STRATEGIS LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE 12. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional 13. Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses INDIKATOR KINERJA 26. Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon II, III, IV, dan V KKP (%) 27. Service Level Agreement DJKP3K (%) 28. Persepsi user terhadap kemudahan akses (skala likert 1-5)DJKP3K TARGET AWAL TARGET REVISI ,25 4, Jumlah rekomendasi aparat pengawas internal dan eksternal yang ditindaklanjuti dibanding totalrekomendasi DJKP3K (%) 14. Terwujudnya good 30. Tingkat Kualitas Akuntabilitas Nilai AKIP Nilai AKIP 15

28 SASARAN STRATEGIS governance & clean government di bidang KP3K INDIKATOR KINERJA TARGET AWAL TARGET REVISI Kinerja DJKP3K A A 31. Nilai Integritas DJKP3K 6,75 6, Nilai Inisiatif Anti Korupsi DJKP3K 7,75 7, Nilai Penerapan RB DJKP3K Persentase penyerapan DIPA DJKP3K (%) >95% >95% 16

29 PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K Sumber data : Bagian Program KP3K Gambar 4. PETA STRATEGI (STRATEGY MAP) DITJEN KP3K 17

30 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran capaian kinerja Ditjen KP3K tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target (rencana) dan realisasi indikator kinerja utama (Key Perfomance Indicator, disingkat KPI) pada masing-masing perspektif. Pencatatan dan pengukuran kinerja dilakukan dengan bantuan perangkat lunak berbasis Balanced Score Card (BSC) dari Kementerian Kelautan Perikanan, yaitu pada (Seperti telah diuraikan pada Executive Sumary) Secara rinci, capaian masing-masing sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal KP3K Tahun 2014 adalah sebagai berikut: Tabel 2. Target dan Realisasi Indikator Kinerja KP3K Tahun 2014 No Indikator Kinerja Target IKU Realisasi Akhir Capaian (%) Sasaran Strategis 1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan 1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,48 92,57 Sasaran Strategis 2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah 3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2,5 100,11 4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) 5 Jumlah BMKT yang dikelola Sasaran Strategis 3 Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K 6 Jumlah pelaku usaha mikro yang ,05 mandiri di kawasan pesisir dan pulaupulau kecil (kelompok/orang) ,73 7 Jumlah sarana usaha mikro yang ,30 beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) 8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) ,60 Sasaran Strategis 4 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) 10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau)

31 No IKU Indikator Kinerja 11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Target Realisasi Akhir Capaian (%) 4,5 7,8 173,33 12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan) Sasaran Strategis 5 Meluasnya Kesiapan Masyarakat Untuk Usaha Dan Kesempatan Kerja Di Bidang KP 13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR ,45 Sasaran Strategis 6 Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam 14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Sasaran Strategis 7 Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan 15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) 16 Jumlah draft peraturan perundangundangan bidang (dokumen) KP3K Sasaran Strategis 8 Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan 17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha) ,03 122,75 18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulaupulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan (lokasi) 19 Jumlah penambahan kawasan ,83 konservasi perairan (ha) 20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama (pulau) ,33 Sasaran Strategis 9 Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu 21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi 40% 31,04% 77,60 Sasaran Strategis 10 Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan 22 Luasan tambak garam yang dikelola ,42 (Ha) 23 Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi 30% 30,57% 101,90 19

32 No IKU Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir Capaian (%) dibanding total lahan pugar (%) Sasaran Strategis 11 Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil 24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan ,00 perairan di WP3K 25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi ,00 Sasaran Strategis 12 Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan professional 26 Indeks Kesenjangan Kompetensi Eselon 50 13, II, III, IV dan V DJ KP3K 27 Service Level Agreement DJKP3K 75 93,13 124,17 Sasaran Strategis 13 Tersedianya informasi bidang KP3K yang valid, handal dan mudah diakses 28 Persepsi user terhadap kemudahan 4,25 4,89 115,06 akses informasi di DJKP3K (skala likert 1-5) 29 Jumlah rekomendasi Aparat Pengawas Internal dan Eksternal Pemerintah (APIEP) yang ditindaklanjuti dibanding total rekomendasi di DJKP3K (%) ,66 92,66 Sasaran Strategis 14 Terwujudnya good governance & clean government di bidang KP3K 30 Tingkat kualitas akuntabilitas kinerja Nilai AKIP 80,59 (A) 100,00 DJKP3K A 31 Nilai Integritas DJKP3K 6,75 7,46 110,52 32 Nilai Inisiatif anti korupsi di DJKP3K 7,75 7,9 101,94 33 Nilai Penerapan RB di DJKP3K 80 84,23 105,29 Sasaran Strategis 15 Terkelolanya anggaran KP3K secara optimal 34 Persentase penyerapan DIPA di DJKP3K (%) 95% 92,97% 97,69 SS.1. Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 2 (dua) Indikator kinerja, yaitu Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) dan Pertumbuhan PDB Perikanan %. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada tabel berikut: 20

33 Tabel 3. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat Kelautan Dan Perikanan No Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir Capaian (%) 1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) 7 6,9 98,57 Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut: IK 1. Rata-Rata Pendapatan Petambak Garam Tabel 4. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Rata-rata pendapatan petambak garam No IK Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir Capaian (%) 1 Rata-rata pendapatan petambak garam per KK/bulan (rupiah) *Angka dibulatkan * 120 Rata-rata Pendapatan Petambak Garam per-kepala Keluarga/bulan dihitung dari jumlah pendapatan petambak garam penerima Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) atau biasa disebut Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) per-kepala Keluarga selama musim panen dibagi lama bulan produksi. Dari laporan 43 Kabupaten/Kota penerima PUGAR 2014, diketahui bahwa lama masa produksi rata rata secara nasional sekitar 5 bulan, termasuk masa persiapan, masa evaporasi dan pemanenan, dan pemulihan lahan. Daerah daerah tertentu yang menggunakan sistem perebusan memiliki masa produksi yang lebih variatif dan lama, misalnya Aceh Utara yang mulai memproses sejak pertengahan Januari hingga Desember Perhitungan pendapatan menggunakan beberapa variabel, yakni: Luas lahan PUGAR; Produksi Nasional; Produktifitas PUGAR per hektar per musim; Penjualan garam (estimasi nilai produksi); dan lama bulan dalam satu kali periode produksi (musim). Harga garam bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan setelah pengolahan data diketahui bahwa per hektar lahan mampu menghasilkan pendapatan secara rata-rata sebesar Rp ,-. Dengan luasan lahan ,30 Ha dan jumlah total petambak sebanyak orang. Hasil perhitungan pendapatan rata-rata petambak garam secara nasional diperoleh sebesar Rp ,-. per bulan selama musim panen. Dari nilai rerata nasional, terdapat peningkatan pendapatan petambak garam, walaupun ada beberapa daerah 21

34 yang mengalami penurunan bila dibandingkan pendapatan sebelumnya. Tingkat pendapatan sangat dipengaruhi oleh lamanya masa produksi dan harga jual garam. Pada tahun 2014 lama masa produksi garam lebih baik dibanding pada tahun Sementara pada tahun 2013 terjadi anomali cuaca, lama masa produksi rata-rata selama hanya 1,5 bulan. Program atau kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian pernyataan kinerja ini adalah produksi garam dan harga jual garam per kilonya. Jumlah produksi sangat dipengaruhi oleh lama musim kemarau atau musim kering, khususnya di wilayah yang menggunakan metode tambak sebagai metoda produksi. Sementara harga jual dipengaruhi oleh kualitas garam dan suplai garam pada saat yang bersamaan. Secara teori maka harga berbanding lurus dengan kualitas garam, maka terlihat seperti di daerah-daerah (Aceh, Karangasem, dan Lombok Barat) yang kualitas garamnya tinggi mempunyai harga yang tinggi pula. Pada umumnya harga tinggi di lokasi-lokasi metode perebusan yang menghasilkan garam halus. Akan tetapi adapula terjadi di daerahdaerah tertentu yang menggunakan metode tambak dengan system TUF dan Geomembran, dimana sebaik apapun kualitas garam, tidak berpengaruh secara signifikan kepada harga, hal ini karena tengkulak masih beroperasi di daerah tersebut. Di daerah tertentu, seperti Madura dan Pantai Utara Jawa, peran tengkulak sangat penting dalam penentuan harga beli. Upaya perbaikan yang dilakukan Ditjen KP3K adalah dengan pengembangan teknologi TUF dan Geomembran, serta memperbaiki tata niaga garam sehingga harga di tingkat petambak berbanding lurus dengan kualitas garam. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa pedapatan meningkat setiap tahun, pendapatan rata-rata petambak garam meningkat dari tahun 2012 Sebesar 2,3 juta rupiah, menjadi 2,8 juta rupiah di tahun 2013, dan naik kembali menjadi 2,9 juta rupiah di tahun Hal-hal yang mempengaruhi kinerja ini adalah; 1. Harga garam yang masih naik turun di pasaran sangat mempengaruhi pendapatan petani garam, masalah yang utama adalah belum adanya penetapan harga garam di pasar oleh pemerintah. Dalam hal ini adalah kewenangan Kementerian Perdagangan. 2. Disamping itu pengenalan kepada petani garam pada teknologi produksi garam seperti teknologi ulir filter, geomembran, dan proses pasca produksi seperti pengolahan pemutihan dan penghalusan garam, mendorong petani untuk menghasilkan garam dengan kualitas yang lebih baik, sehingga dapat menaikkan harga jual garam. 22

35 Tabel 5. Data Produksi Garam JUMLAH MASA PENDAPATAN PETAMBA HARGA JML PRODUKSI PENDAPATAN NO KAB/KOTA PRODUKSI PER-BULAN K GARAM (Rp/Kg) (Kg) PER-MUSIM (Rp) (Bulan)* (Rp) (Orang) 1 Aceh Utara , ,7 2 Aceh Timur , ,2 3 Aceh Besar , ,3 4 Pidie , ,8 5 Cirebon , ,7 6 Indramayu , ,0 7 Karawang , ,1 8 Brebes , ,0 9 Jepara , ,4 10 Demak , ,2 11 Rembang , ,0 12 Pati , ,9 13 Tuban , ,1 14 Lamongan , ,7 15 Pasuruan , ,5 16 Gresik , ,2 17 Probolinggo , ,1 18 Kota Surabaya , ,6 19 Pamekasan , ,4 20 Sampang , ,0 21 Sumenep , ,8 22 Kota Pasuruan , ,9 23 Bangkalan , ,5 24 Karangasem , ,0 25 Buleleng , ,0 26 Bima , ,9 27 Sumbawa , ,7 28 Kota Bima , ,3 29 Lombok Timur , ,5 30 Lombok Barat , ,5 31 Lombok Tengah , ,8 32 Nagekeo , ,5 33 Ende , ,7 34 TTU , ,9 35 Kupang , ,4 36 Alor , ,4 37 Sumba Timur , ,0 38 Manggarai , ,8 23

36 JUMLAH MASA PENDAPATAN PETAMBA HARGA JML PRODUKSI PENDAPATAN NO KAB/KOTA PRODUKSI PER-BULAN K GARAM (Rp/Kg) (Kg) PER-MUSIM (Rp) (Bulan)* (Rp) (Orang) 39 Kota Palu , ,9 40 Jeneponto , ,2 41 Pangkep , ,6 42 Takalar , ,4 43 Selayar , ,2 Total , ,2 Rata-rata Pendapatan Akhir (0,75**x Rp ,2) ,9 Keterangan : 1. *) Masa produksi dihitung dari rata-rata masa persiapan lahan dan masa panen selama Tahun **)Faktor pengali 0,75 diperoleh dari perhitungan rata-rata luas lahan yang dimiki setiap petambak garam, yaitu 0,75 Ha per petambak 3. Rata-rata untuk persiapan lahan dan masa panen 2014 adalah 5 bulan (2 bulan persiapan dan 3 bulan masa produksi/panen) sehingga didapat pendapatan rata-rata sebesar Rp ,63 (didapatkan dari pendapatan total dibagi jumlah bulan Rp ,- / 5) 4. Kepemilikan Luas Lahan Rata-rata masing-masing petambak adalah 0,75 Ha sehingga pendapatan rata-rata petambak dengan luas lahan 0,75 Ha perbulan adalah Rp ,72 ( didapatkan dari pendapatan rata-rata per lama produksi dikali 0,75 atau Rp ,63 x 0,75) 5. Angka Rp ,72 dibulatkan menjadi Rp ,- (dua juta sembilan ratus rupiah) Tabel 6. Data Perbandingan Rerata Pendapatan Petambak Garam No Kabupaten/Kota Pendapatan Rerata (Rp) Pendapatan , Masa Produksi 5 bulan 1,5 bulan 5 bulan Harga rata-rat/kg 651, /kg Rp. 951,- Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU 24

37 Target Realisasi Gambar 5. Grafik Target dan Realisasi Pendapatan Petambak Garam IK 2. Pertumbuhan PDB Perikanan Tabel 7. Target dan Realisasi Indikator Pertumbuhan PDB Perikanan No Realisasi Indikator Kinerja Target IK Akhir Capaian (%) 2 Pertumbuhan PDB Perikanan (%) Sumber data : Sekjen KKP, Pusdatin Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatnya nilai PDB Perikanan. Pertumbuhan PDB Perikanan dari tahun ke tahun selalu meningkat, hal tersebut menggambarkan bahwa kemampuan sumberdaya perikanan sebagai andalan dalam perekonomian nasional. Indikator ini merupakan salah satu dukungan Direktorat Jenderal KP3K terhadap indikator kinerja utama Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dalam hal ini, Ditjen KP3K tidak terkait langsung dengan indikator pertumbuhan PDB Perikanan karena sifat tugas dan fungsi Direktorat Jenderal KP3K yang lebih ke arah fungsi lingkungan hidup, penataan ruang, pemberdayaan masyarakat pesisir dan ketahanan terhadap bencana dan perubahan iklim. PDB perikanan diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa perikanan yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu (per tahun). Adapun angka persentase pertumbuhan PDB Perikanan diperoleh dengan membandingkan nilai PDB Perikanan (berdasarkan harga konstan) tahun 2014 dibandingkan dengan nilai PDB Perikanan tahun Capaian Pertumbuhan PDB Perikanan adalah 6,9 % dari target tahun 2014 sebesar 7 %, jadi capaiannya adalah 98,57% Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan PDB perikanan tahun 2013 ditargetkan mencapai 7%. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, pertumbuhan PDB 25

38 perikanan berdasarkan harga konstan tahun 2000 dalam kurun waktu setahun terakhir meningkat sebesar 6,86 %, yakni Rp ,6 miliar pada tahun 2012 menjadi Rp ,2 miliar pada tahun 2013, atau tercapai 98,00% dari target yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan pertumbuhan pada periode tahun 2013 dengan tahun sebelumnya, selama kurun waktu , pertumbuhan PDB perikanan meningkat rata-rata sebesar 14,83% per tahun dan merupakan rata-rata tertinggi dalam kelompok pertanian secara umum. Dalam dua tahun terakhir PDB perikanan tumbuh di atas ratarata nasional dan dalam 4 tahun terakhir memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi dalam sektor pertanian secara umum. Hal ini menunjukkan bahwa perikanan memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan pada PDB kelompok pertanian secara umum, maupun pada PDB Nasional. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Apabila pencapaian indikator kinerja pertumbuhan PDB perikanan sebesar 6,86% di tahun 2013 ini dibandingkan dengan target jangka menengah sebagaimana tercantum pada Renstra , maka pencapaian pada indikator kinerja ini telah mencapai 94,63 % dibandingkan dengan target sampai dengan tahun 2014 sebesar 7 %. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja. Pencapaian Sasaran Strategis 1, yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan, salah satunya didukung oleh kegiatan antara lain: 1) Pengembangan usaha pengolahan hasil perikanan; 2) Pengembangan usaha pasca panen nonkonsumsi hasil kelautan dan perikanan; 3) Peningkatan serapan pasar domestik hasil perikanan; 4) Peningkatan dan perluasan akses pasar ekspor hasil kelautan dan perikanan; 5) Peningkatan investasi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan 6) Pengembangan uji terap ragam produk dan alat pasca panen dan pemasaran hasil kelautan dan perikanan. Dengan melihat faktor pendukung 1 sampai 6 di atas, maka terlihat bahwa Ditjen KP3K tidak terkait langsung dengan indikator kinerja Pertumbuhan PDB Perikanan ini. SS.2. Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan Dan Perikanan Yang Bernilai Tambah, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah produksi garam rakyat (jt ton), Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) dan Jumlah BMKT yang dikelola. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan 26

39 indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 8. No IKU Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Ketersediaan Produk Kelautan dan Perikanan Yang Bernilai Tambah Indikator Kinerja Target Realisasi Akhir Capaian (%) 3 Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) 2,5 2, ,12 4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk) 5 Jumlah BMKT yang dikelola Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut: IK 3. Jumlah Produksi Garam Rakyat (Juta Ton) Indikator Jumlah Produksi Garam Rakyat Yang Dihasilkan dihitung dari jumlah produksi garam yang dihasilkan Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) yang menerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun Target awal jumlah produksi garam rakyat yang dihasilkan berdasarkan Dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014 adalah sebesar 3,3 juta ton. Namun, dikarenakan adanya pemotongan anggaran maka target juga dikoreksi menjadi 2,5 juta ton. Hingga akhir masa tanam 2014 mampu berproduksi sebesar 2,5 juta ton (tercapai 100% dari target). Tabel 9. Produksi Garam Rakyat No Indikator Kinerja IKU Target Realisasi Akhir Capaian (%) 3 Produksi Olahan (juta ton) 2,5 2,5 100 distribusi Jumlah produksi garam rakyat di setiap provinsi terlihat bervariasi daerah dengan tingkat produksi cukup tinggi di atas ton diantaranya Cirebon, Indramayu, Pati, Sampang, dan Sumenep. Hasil pemetaan ini menunjukan sentra produksi garam rakyat di Jawa-Madura, sedangkan luas lahannya sudah semakin sempit. 27

40 Tabel 10. Per provinsi jumlah produksi garam rakyat di tahun 2014 No. KAB./ KOTA Produksi (Ton) No. KAB./ KOTA Produksi (Ton) 1 Aceh Utara 2, Bangkalan 8, Aceh Timur Karangasem 1, Aceh Besar Buleleng 6, Pidie 4, Bima 156, Cirebon 314, Sumbawa 4, Indramayu 311, Kota Bima 3, Karawang 3, Lombok Timur 22, Brebes 25, Lombok Barat 9, Jepara 72, Lombok Tengah 2, Demak 105, Nagekeo 1, Rembang 141, Ende Pati 287, TTU Tuban 24, Kupang 3, Lamongan 32, Alor Pasuruan 16, Sumba Timur Gresik 8, Manggarai Probolinggo 25, Kota Palu 1, Kota Surabaya 156, Jeneponto 24, Pamekasan 89, Pangkep 54, Sampang 256, Takalar 15, Sumenep 292, Selayar Kota Pasuruan 10, Total 2,502,891 Perbandingan antara realisasi kinerja beberapa tahun terakhir atau seperti tabel berikut. Tabel 11. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir atau dengan renstra jangka menengah Jumlah produksi garam rakyat (jt ton) Target 2011 Realisasi 2011 Target 2012 Realisasi 2012 Target 2013 Realisasi Akhir 2013 Target 2014 Realisasi Akhir ,349 0,856 1,326 2,020 0,545 1,041 2,5 2,5 28

41 2,5 2 1,5 1 Target Realisasi 0, Gambar 6. Grafik Perbandingan Produksi Garam Tabel di atas menggambarkan target dan realisasi mulai tahun 2011 hingga tahun 2014, dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 selalu terjadi kenaikan target, dan pencapaian produksi garam selalu dapat memenuhi target tersebut. Seiring dengan berjalannya program PUGAR, keberhasilan PUGAR dapat dilihat dari capaian produksi pada awal pelaksanaan PUGAR tahun 2011 dengan produksi sebesar Ton dari target sebesar ton. Capaian produksi PUGAR tahun 2012 adalah sebesar ,70 ton dari yang ditargetkan ton. Dengan produksi PUGAR 2012 tersebut, peningkatan produktivitas yang tadinya rata-rata hanya menghasilkan sekitar 60 ton per hektar menjadi ton per hektar. Pada tahun 2012, dengan estimasi kebutuhan garam konsumsi nasional sebesar ton/tahun telah terjadi surplus garam konsumsi, karena produksi tahun 2012 sebesar ton. Dengan demikian, melalui dukungan PUGAR, Indonesia telah berhasil memenuhi terget swasembada garam konsumsi dimana PUGAR telah menyumbang produksi sebesar 2 juta ton. Dengan keberhasilan ini, Pemerintah pada tahun 2012, telah menyatakan bahwa bangsa ini telah mencapai Swasembada Garam Konsumsi, dan Impor Garam Konsumsi dinyatakan distop. Kenaikan atau penurunan produksi garam sangat dipengaruhi cuaca. Cuaca adalah faktor utama yang mempengaruhi besar tidaknya produksi garam rakyat, karena sebagian besar daerah-daerah penghasil garam bergantung pada musim kemarau sebagai musim produksi garam, apabila dalam setahun, musim kemarau pendek seperti tahun 2013, maka produksi garam akan menurun. 29

42 Hal-hal yang sangat mendukung capaian produksi garam adalah PUGAR. Disamping dana BLM yang digunakan untuk perbaikan dan penambahan sarana produksi garam, tenaga pendamping PUGAR juga berperan penting. Tenaga pendamping yang sudah mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang cukup, serta sudah mengenal wilayah kerjanya karena merupakan TPD tahun sebelumnya, sangat membantu keberhasilan capaian program PUGAR. Rasio tenaga pendamping terhadap jumlah kelompok saat ini masih rendah sebesar 1 : 3 dengan rincian jumlah tenaga pendamping sebanyak 129 orang dan jumlah kelompok sebanyak 3521 kelompok, jumlah TPD belumlah memadai dari rasio ideal 1 : 10. Penganggaran penyediaan TPD dari anggaran APBD dianggap perlu dilakukan dalam rangka mendukung proses penetapan kelompok. Produksi garam PUGAR pada tahun 2013 PUGAR mengalami hanya menghasilkan produksi garam sebesar , 55 ton, hal ini disebabkan adanya anomali cuaca dimana masa produksi hanya berlangsung 1 1,5 bulan. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa kondisi pergaraman kita memang masih sangat tergantung pada cuaca sehingga kondisi inilah yang harus menjadi perhatian untuk mengupayakan peningkatan produktivitas dengan teknologi produksi tepat guna dan diterima oleh petambak. Solusi dalam menghadapi kondisi cuaca adalah diperkenalkannya kepada masyarakat teknologi geomembran, TUF, dan geofilter. Teknologi-teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi garam disaat musim tanam. IK 4. Ragam Produk Kelautan Non Garam Yang Terfasilitasi Pengembangannya Indikator Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang Terfasilitasi Pengembangannya dihitung dari jumlah ragam produk kelautan selain dari garam yang berhasil difasilitasi pengembangannya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Tahun Indikator kinerja ini mempunyai 2 (dua) produk sebagai targetnya. Produk kelautan non garam yang difasilitasi pengembangannya oleh Ditjen KP3K pada tahun 2014 ini adalah Bioteknologi dan Wisata Bahari. Tabel 12. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 4 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangannya (produk)

43 Tabel (dua) produk kelautan non garam No Produk Lokasi 1 Bioteknologi Bioteknologi: telah dilakukan pendampingan dan meningkatan kapasitas kelompok masyarakat dalam mengelola produk kelautan di Batam dan Demak 2 Wisata Bahari Wisata Bahari: telah disusun perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado Pengembangan Bioteknologi Kelautan ini merupakan tahap awal Blue Economy Kelautan dengan memanfaatkan limbah perikanan dilaksanakan di Batam dan Demak. Di Batam, dilakukan 2 (dua) tema pelatihan, yaitu pelatihan membuat kerajinan dari limbah kulit kerang dan pelatihan membuat mie tulang ikan. Sedangkan di Kab. Demak diadakan Pelatihan Pengembangan Produk Pengolahan Mangrove untuk Bahan Makanan dan Pewarna alam. Pada tahun 2014, wisata bahari yang dikembangkan adalah model berbasis pantai dan laut, berupa wisata selam kapal tenggelam, yang pada 2014 ini telah disusun perencanaan pengelolaan wisata bahari kapal tenggelam di Manado (Prov. Sulawesi Utara) Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun Target awal jumlah Jumlah Ragam Produk Kelautan Non Garam yang terfasilitasi Pengembangannya adalah 3 produk, karena efisiensi anggaran maka targetnya turun menjadi 2 produk saja. Produk yang difasilitasi pengembangannya adalah bioteknologi dan wisata bahari. Kedua produk ini telah difasilitasi pengembangannya menggunakan tahun anggaran 2014, sehingga target IKU ini telah tercapai 100 %. Tabel 14. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir; No Indikator Kinerja Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 Jumlah ragam produk kelautan non garam yang terfasilitasi pengembangan nya (produk) Jenis produk - Air Bersih - BMKT Air Bersih - BMKT - Sarana air bersih, - Bioteknol ogi - BMKT - Sarana air bersih, - Bioteknologi - BMKT - Biotekn ologi - Wisata Bahari Bioteknolo -gi - Wisata Bahari 31

44 Tahun 2013 mempunyai target 3 produk yaitu fasilitasi sarana air bersih, bioteknologi dan pengelolaan Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Pada TA 2011 telah dibangun 72 unit Sarana Air Bersih dan tahun 2012 telah membangun 60 unit fasilitas sarana air bersih melalui desalinasi air laut sebagai keberlanjutan kegiatannya. Pada Tahun 2013, dilakukan pembinaan terhadap pengelolaan sarana yang telah dibangun, melalui: monitoring berkala, diskusi teknis, serta kunjungan lapangan untuk mengetahui operasionalisasi alat dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Selain itu juga dilakukan pelatihan produk olahan mangrove untuk makanan dan pewarna batik di Kedonganan, Kab.Badung dan sosialisasi pengembangan produk gelatin dan kolagen di Kabupaten Brebes dan Cirebon serta jasa kelautan berupa pengembangan Diving Site. Tabel 15. Perbandingan target ` Jumlah ragam produk kelautan yang terfasilitasi pengembangannya KELUARAN (TARGET) kapal ton 1 kapal ton 2 produk 3 produk 3 produk Bioteknologi dan Wisata bahari adalah pekerjaan yang melibatkan banyak stakeholder dan hampir semua lapisan masyarakat sebagai pendukungnya. Disamping masyarakat pesisir sebagai pelaku utamanya. Diperlukan kerjasama dan kesatuan visi dari semua pihak agar kedua produk ini tidak hanya sukses di tataran output kegiatan Ditjen KP3K, tetapi dapat menghasilkan outcome yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dengan kata lain keberhasilan kinerja ternyata dipengaruhi oleh kerjasama antar pihak terkait. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian kinerja. Salah satu tujuan utama wisata bahari adalah mengembangkan dan meningkatkan produk kelautan non garam adalah upaya memanfaatkan lingkungan alam, memberikan gambaran mengenai pengelolaan wisata bahari secara tepat dan profesional dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam kerangka peningkatan kesejahteraan, dan mengkoordinasikan peran pihak-pihak yang berminat mengembangkan kawasan wisata bahari. Dengan output: sarana dan prasarana pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan outcome: meningkatnya kesejahteraan masyarakat pesisir setempat sekaligus melestarikan ekosistem pesisir. Pengembangan wisata bahari bukanlah hal yang mudah, diperlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan, antara lain; Menyusun perencanaan meliputi: Survei dan identifikasi, detail desain, RAB, gambar dan animasi perencanaan serta 32

45 dokumen pengadaan barang dan jasa, Melakukan sosialisasi dan koordinasi, Melaksanakan pembangunan fasilitas infrastruktur pengembangan wisata bahari sesuai dengan spesifikasi teknis meliputi keramba jaring apung, ponton, kapal wisata bawah air (bottom glass), pusat rehabilitasi dan perlindungan mangrove (PRPM), koperasi pengelola wisata selam/snorkeling, water slide dan sarana pendukung. Melakukan pembentukan kelompok-kelompok masyarakat yang akan menjadi pengelola wisata bahari di lokasi terpilih. Melaksanakan pelatihan, pembinaan dan pemberdayaan kelompok masyarakat yang akan mengelola aktivitas wisata bahari yang akan dikembangkan di lokasi terpilih. IK 5. Jumlah BMKT Yang Dikelola Tabel 16. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah BMKT yang dikelola No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 5 Jumlah BMKT yang dikelola Indikator Jumlah Barang Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) dihitung dari jumlah kegiatan pengangkatan Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) yang dikelola pada tahun Pada tahun 2014, ditargetkan pengelolaan BMKT untuk dua lokasi pengangkatan dan telah terealisasi 2 lokasi yaitu BMKT yang berasal dari lokasi Heliputan dan Teluk Sumpit. Kegiatan yang dilakukan berupa pemindahan BMKT tersebut dari gudag swasta ke Gudang Cileungsi, lalu dilaksanakan proses perendaman, dan saat ini sedang dilakukan proses penghitungan ulang. Dokumentasi sejarah telah disusun dalam buku berjudul Keramik Heliputan dan Teluk Sumpat yang ditandatangani oleh Bapak Dirjen KP3K. Sehingga, dapat disimpulkan dari target 2 BMKT, telah tercapai 2 BMKT (100%). Tabel 17. Perbandingan target dan realisasi Jumlah BMKT yang dikelola selama 5 tahun Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target pengelolaan BMKT tahun 2013 tidak berbeda dengan tahun 2014, adalah banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog, yang pada tahun 2013 ditargetkan dikelola BMKT dari 2 lokasi pengelolaan, dan di tahun 2013 telah dilakukan pengelolaan di BMKT Kab. Cirebon dan Kab. Jepara. 33

46 Kegagalan pencapaian indikator kinerja tahun 2010 dan 2012 disebabkan pada tahun 2010 terjadi gagal lelang pada BMKT Cirebon, pada tahun 2012 kegagalan pengelolaan BMKT timbul sejak terbitnya UU No. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, ada beberapa isu pengelolaan yang bersinggungan antara Cagar Budaya dan BMKT, salah satunya adalah pada pasal 26 ayat 3 menyebutkan larangan atas pencarian benda cagar budaya atau benda yang diduga cagar budaya selain untuk kepentingan penelitian dan pasal 68 mengenai ketentuan membawa Cagar Budaya ke luar negeri. Untuk menjamin kepastian hukum atas pengelolaan BMKT ke depan, tahun 2011 anggota PANNAS BMKT memutuskan moratorium kegiatan survei dan pengangkatan BMKT hingga terbitnya peraturan pelaksana dari Undang-undang tersebut. Dengan status moratorium pengangkatan BMKT maka target dari indikator kinerja tahun berupa jumlah pengangkatan BMKT tidak pernah tercapai (0%). Kemudian dengan mempertimbangkan banyaknya BMKT yang sudah diangkat dan belum terkelola dengan baik maka dilakukan revisi terhadap indikator kinerja yang semula berupa jumlah BMKT yang diangkat menjadi jumlah BMKT yang dikelola. Pengertian BMKT yang dikelola meliputi pemindahan BMKT dari gudang swasta ke warehouse PANNAS BMKT, pemeliharaan dan penanganan, pemilihan koleksi negara, dokumentasi dan reinventarisasi, penyusunan buku sejarah BMKT dan koordinasi antar instansi pengawas terus berlanjut untuk menjamin keamanan dan mempertahankan kualitas BMKT serta mendukung fungsi BMKT sebagai salah satu sumber sejarah dan ilmu pengetahuan. Program yang mendukung Pengelolaan BMKT adalah Pembentukan Panitia Nasional BMKT (PANNAS BMKT) yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2007 tentang Panitia Nasional BMKT jo. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2009, dengan tugas dan tanggung jawab mengkoordinasikan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pengelolaan BMKT, yang mencakup kegiatan survei, pengangkatan, penanganan, penilaian dari aspek sejarah, kebudayaan dan ekonomi, serta pemasaran/pelelangan. Namun pada tahun 2013 ini pengelolaan BMKT didefinisikan sebagai banyaknya BMKT hasil pengangkatan yang dikelola di gudang penyimpanan, yang pengelolaannya meliputi kegiatan inventarisasi, dokumentasi, penyimpanan dan pembuatan katalog. Pengelolaan BMKT mencakup kegiatan survei, pengangkatan dan pemanfaatan BMKT. Dalam pengelolaan BMKT tersebut pelestarian nilai-nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan survei, pengangkatan dan pemanfaatan yang sesuai dengan kaidah ilmiah/arkeologis. Terhadap BMKT yang telah diangkat, sebelum dilakukan penjualan/pelelangan terlebih dilakukan pemilihan BMKT tertentu untuk ditetapkan sebagai milik negara dan disimpan sesuai dengan peraturan perundangan. Rencana tahun 2014 meliputi: penyusunan buku sejarah BMKT hasil pengangkatan Belitung Timur dan Kawarang, pemindahan BMKT Karang Heluputan dan Teluk Sumpat 34

47 dari Bintan Kepulauan Riau ke Warehouse BMKT di Cileungsi, renovasi warehouse dan koordinasi lanjutan dengan instansi pengawas. Permasalahan pengelolaan BMKT yang ditemui selama ini terkait dengan tugas dan fungsi PANNAS yang melibatkan berbagai instansi seperti lamanya proses pemilihan BMKT yang akan dijadikan koleksi Negara oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Solusi yang dapat dilakukan adlah menggiatkan koordinasi antar lembaga dan Kementrian yang terkait dengan BMKT, harapan besar disandarkan pada Kementrian Koordiator Kemaritiman agar dapat membantu kelancaran koordinasi antar K/L ini. SS.3. Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 3 (tiga) Indikator kinerja, yaitu Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang), Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) dan Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok). Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 18. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Kemandirian Masyarakat KP3K No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IKU Akhir (%) 6 Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) 7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulaupulau kecil (unit) 8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) , , , ,60 Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut: 35

48 IK Jumlah Pelaku Usaha Mikro Yang Mandiri Di Kawasan Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Tabel 19. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Utama Jumlah pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 6 Jumlah pelaku usaha Kelompok ,05 mikro yang mandiri di Orang ,73 kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (kelompok/orang) Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan kelompok adalah kelompok usaha dan orang yang mandiri di kawasan pesisir pulau pulau kecil. Penetapan target kinerja dihitung selama tahun anggaran berjalan dan kumulatif dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada tahun 2014 terjadi perubahan berupa pemotongan jumlah anggaran yang berimplikasi pada revisi penetapan indikator kinerja yang harus sesuai dengan target Balanced Score Card (BSC). Target pelaksanaan kegiatan sebelum tahun 2014 diperoleh dari penjumlahan kelompok dari kegiatan regenerasi nelayan, kelompok teknologi tepat guna (TTG), kelompok IFAD, kelompok pengelola SDPN, kelompok Pengembangan Usaha, kelompok pengelola kedai pesisir, kelompok Grameen pesisir, kelompok koperasi LEPP-M3, kelompok dari LPDB dan Non LPDB, kelompok PNPM Mandiri (tahun 2010), kelompok usaha garam rakyat (tahun 2011 dan 2012), dan kelompok perempuan pesisir. Sementara pada tahun 2014 sesuai dengan Manual IKU, maka pelaku usaha hanya dihitung dari 5 komponen saja, yaitu: SPDN, Kedai Pesisir, Perempuan Pesisir, LKM pesisir dan Regenerasi Nelayan. Pada perkembangannya, akibat revisi anggaran berupa penghematan, maka kegiatan regernerasi nelayan tidak dilanjutkan, walaupun telah melalui lebih dari 50% kegiatan. Akibatnya dari penghentian tahapan akhir kegiatan, maka sasaran regenerasi nelayan tidak bisa dicapai. Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini: Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan orang adalah orang pelaku usaha yang mandiri di kawasan pesisir pulau pulau kecil. Dari hasil pelaksanaan kegiatan diperoleh capaian jumlah orang/nasabah sampai saat ini sebanyak orang, atau meningkat sebanyak (tahun 2013 sebanyak orang). Jumlah penambahan itu dihitung dari penjumlahan nasabah kelompok LKM orang, anggota perempuan pesisir 240 orang, SPDN 425 orang dan Kedai Pesisir 130 orang. Capaian realisasi target pelaku usaha ini adalah 117,73% dari target yang telah ditetapkan. Sementara hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 terhadap satuan kelompok/unit adalah kelompook usaha yang mandiri di kawasan pesisir pulau

49 pulau kecil, atau bertambah 200 (tahun 2013 sebanyak kelompok/unit). Hasil tersebut meningkat Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel berikut: Tabel 20. Jumlah Pelaku Usaha Mikro yang Beroperasi di Kawasan Pesisir 2014 Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % Jumlah usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil kelompok/ orang kelompok/ orang SPDN 85 kelompok 425 orang 2. Kedai Pesisir 10 kelompok 30 orang 3. Perempuan Pesisir 17 kelompok 170 orang 4. LKM 100 kelompok 1000 orang 85 kelompok/ 425 orang 43 kelompok/ 130 orang 24 kelompok 240 orang 250 kelompok 2500 orang Dari tabel diatas jika target tersebut diakumulasikan bahwa target jumlah pelaku usaha mikro yang beroperasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil telah tercapai, bahkan telah melebihi dari target yang ditetapkan, yakni sebesar 106,05% untuk jumlah kelompok dan 117,73% untuk jumlah anggota. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat pesisir sangat antusias terhadap program-program yang diadakan oleh pemerintah pusat, salah satunya terlihat dari jumlah nasabah dari koperasi LEPP-M3 dan Grameen Bank yang cukup tinggi, serta SPDN yang sangat dibutuhkan nelayan. Sementara kelompok penerima PNPM mandiri tidak ada penambahan, karena tidak ada lagi program kegiatannya. Apabila dibandingkan dengan persentase capaian IKU ini dengan tahun sebelumnya, maka memang mengalami penurunan. Pada tahun 2013, capaian pelaku usaha adalah 268% untuk jumlah kelompok dan 592% untuk jumlah anggota/orang. Penurunan persentase capaian ini terjadi karena beberapa hal, yaitu: 1. Pemangkasan anggaran pada lewat tengah tahun, yang mengakibatkan tidak tuntasnya tahapan kegiatan yang berimplikasi pada capaian target. 2. Pembangunan SPDN yang sesuai standar Pertamina dan persyaratan lainnya serta bernilai ekonomis bagi pengelolanya telah mendekati titik jenuh, sehingga penambahan unit baru menjadi lebih lambat. 3. Kelompok/koperasi LKM yang belum mandiri pada awal 2014, adalah kelompok/koperasi LKM yang mempuyai kemampuan dasar manajerial dan sumberdaya lainnya lebih sedikit dibanding keadaan pada tahun Rendahnya kemampuan dasar tersebut berdampak pada kemudahan untuk memfasilitasinya menjadi kelompok yang mandiri. 37

50 Capaian target pada tahun ini ditolong dengan fasilitasi kegiatan yang berasal dari Proyek CCDP-IFAD. Pada tahun ini kegiatan pada proyek ini masih dalam tahap awal, sehingga belum bisa mencapai hasil yang maksimal. Diharapkan pada tahun 2015, capaian dari jumlah pelaku usaha akan meningkat tajam. Capaian selama RPJM terlihat pada tabel berikut Tabel 21. Perbandingan antara target kinerja Jumlah Pelaku usaha mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil serta capaian kinerja lima tahun terakhir ( ) Tahun Indikator T R T R T R T R T R Kelompok Orang % Dari tabel di atas terlihat pada target restra tercapai melebihi target, yaitu dari target kelompok, tercapai kelompok, dan jumlah orang dari 7760 tercapao 8903 orang. Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator kinerja ini adalah koordinasi yang baik antara pusat, dinas kelautan dan perikanan kabupaten, serta pihak pihak lain yaitu: PT Pertamina, PT AKR Corporindo, Bank Indonesia, LPDB, Kementerian/Dinas Pemberdayaan Perempuan, Kementerian Sosial, Kementerian/Dinas Koperasi dan UMKM, serta Perbankan (BRI, Bank Mandiri, Bukopin, dan Bank Pembangunan Daerah). Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas kabupaten, sehingga pembinaan tidak lepas dari peran dinas kabupaten yang besar. Pihak di luar lingkup kelautan dan perikanan juga berperan dalam memberikan pelatihan, informasi, maupun bantuan pendanaan. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja: 1. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM, atau pinjaman lunak seperti Grameen/KUR, berandil besar dalam pembinaan kelompok mikro mandiri. 2. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN, tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan 3. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah. Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin lainnya. 38

51 IK 7. Jumlah Sarana Usaha Mikro Yang Beroperasi Di Kawasan Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Tabel 22. Target dan Realisasi Indikator Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 7 Jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (unit) ,30 Indikator jumlah sarana usaha mikro yang beroperasi di kawasan pesisir dan pulaupulau kecil dihitung dari jumlah sarana usaha yang dibentuk/dibangun untuk mendukung keberdayaan dan kemandirian pelaku usaha di kawasan pesisir dan pulaupulau kecil. Sarana usaha mikro yang dimaksud adalah Lembaga Keuangan Mikro yang beroperasi dan mampu melayani pelaku usaha yang membutuhkan pinjaman pembiayaan untuk pengembangan usahanya, yang terdiri dari Solar Packed Dealer dan kedai pesisir. Target kinerja untuk indikator ii adalah 85 unit, namun realisasinya mencapai 128 unit (111,30%) Tabel 23.Target Indikator Jumlah sarana mikro yang mandiri di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Indikator Kinerja Utama Target Realisasi % - SPDN 75 unit 85 unit Kedai Pesisir 10 unit 43 unit 430 Jumlah 85 unit 128 unit 111,3 Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir tidak dapat dilakuka, karena mempunyai target yang berbeda. Kedai Pesisir tidak ditargetkan pada tahun sebelumnya, karena tidak dianggarkan. Sedangkan pada tahun 2014 ditargetkan karena ada dana pembangunannya yang berasal dari Proyek CCDP IFAD. Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan tahun sebelumnya maupun Renstra tidak dapat dijelaskan secara spesifik, karena dalam Renstra tidak disebutkan jumlah target untuk Kedai Pesisir. Sedangkan target SPDN juga adalah target terbangunnya SPDN, bukan SPDN yang mandiri. Beberapa faktor penting dalam pencapaian target jumlah sarana usaha mikro yang mandiri pada tahun ini adalah: 1. Pembinaan dan fasilitasi pendirian SPDN 2. Bantuan pemberian dana (Kedai Pesisir) dari dana IFAD. 39

52 3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal yang maksimal, seperti dalam hal pengurusan pembangunan dan perijinan SPDN, tanpa usaha keras dan berkelanjutan, akan susah untuk berhasil dikarenakan banyaknya proses persyaratan dan perijinan yang diperlukan 4. Kemudahan proses perijinan (untuk kasus pembangunan SPDN), karena jika diberlakukan normal, maka akan sulit dilengkapi, seperti banyaknya lokasi strategis untuk pembangunan SPDN tidak memiliki surat kepemilikan tanah yang sah. Akibatnya calon pengelola tidak bisa mengurus IMB, Ijin lingkungan, dan ijin lainnya. Terdapat beberapa hal penting dalam pencapaian target IKU ini penggunaan sumber daya yang ada dapat efisien, yaitu; 1. Anggaran pemerintah yang digunakan dalam pencapaian target ini cukup kecil (terutama SPDN yang rerata adalah dana swasta) jika dibandingkan dengan biaya pembangunan-pendirian secara keseluruhan. Sebagian besar pendanaan untuk mewujudkan sarana usaha yang mandiri adalah dari masyarakat/kelompok. 2. Setiap pembangunan sarana usaha ini akan dapat melayani kebutuhan banyak orang disekitar. Sebagai contoh, satu unit SPDN dapat memenuhi kebutuhan sampai 500 perahu/kapal yang diawaki lebih dari 3-30 orang. 3. Dalam realisasinya, sumber daya alam yang digunakan atau terkena imbasnya cukup kecil dan tidak terlalu merusak. Cukuip sepadan jika dinilai dari manfaat yang ada dari pendiriannya Dalam pelaksanaan kegiatannya, beberapa hal yang berpengaruh dalam pencapaian target tersebut adalah: 1. Menyempurnakan & meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan 2. Pemilihan lokasi dan penerima sasaran kegiatan 3. Fasilitasi yang terus menerus dan intensif baik dari pusat maupun instansi daerah 4. Meningkatkan harmonisasi antar pelaku & para pihak agar efektif dalam pelaksanaannya. IK 8. Jumlah Kelompok Yang Menerima Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat / PUGAR (Kelompok) Tabel 24. Target dan Realisasi Indikator Kinerja Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 8 Jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/pugar (kelompok) ,60 Target kinerja pada terhadap jumlah kelompok yang menerima bantuan pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) tahun 2014 adalah sebesar 4011 kelompok. Capaian 40

53 jumlah kelompok tahun ini adalah 4011 kelompok, terdiri dari kelompok baru penerima PUGAR tahun 2014 sebanyak 483 kelompok dan 3528 kelompok yang merupakan kelompok lama penerima BLM Pugar tahun 2014 serta kelompok yang menerima BLM tahun 2013 dan hanya mendapat pembinaan saja di tahun Target kinerja tahun ini tercapai 114,60%. Tingginya capaian kinerja tahun ini disebabkan karena dana BLM dicairkan dalam 2 tahap, akibat kebijakan pemotongan anggaran yang dibatalkan. BLM tahap II sebesar 50% oleh dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota diberikan kepada kelompok baru, sehigga jumlah kelompok menjadi melebihi target. Khusus kabupaten Cirebon karena desakan masyarakat, BLM diberikan kepada 687 kelompok dari 48 kelompok yang dtargetkan. Tabel 25. Realisasi Jumlah Kelompok dan Penyaluran BLM NO KABUPATEN/ KOTA Target Tahun 2014 Jumlah kelompok BLM (Rp,) REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014 Kelompok Penerima BLM KUGAR Jumlah % dari Target Petambak BLM Jumlah Tersalurkan (Rp,) % dari Target 1 Aceh Utara 12 2 Aceh Timur 12 3 Aceh Besar 23 4 Pidie 33 5 Cirebon 48 6 Indramayu 40 7 Karawang 10 8 Brebes 17 9 Jepara Demak Rembang , Pati

54 NO KABUPATEN/ KOTA Target Tahun 2014 Jumlah kelompok BLM (Rp,) REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014 Kelompok Penerima BLM KUGAR Jumlah % dari Target Petambak BLM Jumlah Tersalurkan (Rp,) % dari Target Tuban 4 14 Lamongan Pasuruan Gresik 5 17 Probolinggo Kota Surabaya ,19 19 Pamekasan Sampang Sumenep Kota Pasuruan 4 23 Bangkalan 8 24 Karangasem Buleleng Bima Sumbawa 7 28 Kota Bima 6 29 Lombok Timur Lombok Barat Lombok Tengah , , ,67 32 Nagekeo

55 NO KABUPATEN/ KOTA Target Tahun 2014 Jumlah kelompok BLM (Rp,) REALISASI S,D 31 DESEMBER 2014 Kelompok Penerima BLM KUGAR Jumlah % dari Target Petambak BLM Jumlah Tersalurkan (Rp,) % dari Target Ende Timur Tengah Utara Kupang 7 36 Alor Sumba Timur Manggarai Kota Palu Jeneponto Pangkep Takalar Selayar Total Sumber data: Tim Pokja PUGAR Dit PMPPU Tabel 26. Keragaan PUGAR N o Rincian Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 Jumlah kab/ kota 2 Jumlah * 4011 kelompok 3 Jumlah BLM (Rp. 000) 3 Jumlah petambak 4 Luas lahan produksi , ,67 43

56 (Ha) 5 Produksi garam (Ton) ** *Alokasi dana BLM turun secara signifikan **Anomali cuaca dengan masa produksi rata-rata 1,5 bulan (BMKG, 2013). *** Asumsi cuaca normal dengan masa produksi rata-rata 5-6 bulan *** Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Capaian realiasi target jumlah kelompok penerima dana PUGAR, maka jika disandingkan dengan target jangka menengah yang telah disusun dapat disimpulkan telah melampaui ekspektasi yang ada. Pada renstra, jumlah akumulasi penerima BLM PUGAR adalah kelompok atau sekira sampai orang. Sementara realisasi yang tercapai adalah sebanyak 4011kelompok atau orang. Keberhasilan pencapaian jumlah kelompok ini disebabkan karena kebijakan daerah setempat untuk menyalurkan BLM disesuaikan jumlah kelompok yang ada, karena memakai azas pemerataan untuk menghindari gejolak sosial. Contohnya, sesuai pedoman tenkis satu kelompok memperoleh Rp ,- (lima puluh juta rupiah), akan tetapi di lapangan ada kelompok yag menerima juta rupiah. Semua kelompok sasaran adalah rekomendasi dari dinas KP kabupaten/kota, sehingga penunujukan dan pembinaan kelompok sasaran tidak lepas dari peran dinas kabupaten yang besar. Jika Dinas KP kabupaten/kota salah mengidentifikasi kelompok sasaran, maka capaian produksi akan terganggu. Saat ini banyak pihak yang mengusulkan dan mengaku sebagai pihak yang layak menerima bantuan dari PUGAR. Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah penerima BLM PUGAR pada tahun ini adalah: 1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat dan tidaak terlalu banyak intervensi pihak luar 2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM. 3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal yang maksimal. SS.4. Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 4 (empat) Indikator kinerja, Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan, Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola, Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan, dan Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap 44

57 ancaman kerusakan. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 27. Target dan Realisasi Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) 10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau) 11 Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) 12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan) ,5 7,7 171, Penjelasan tentang capaian masing-masing indikator tersebut di atas adalah sebagai berikut: IK 9. Jumlah Jenis Ikan Yang Dikonservasi Secara Berkelanjutan Tabel 28. Target dan Realisasi Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 9 Jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan (jenis) Dalam rangka mencapai tujuan konservasi jenis ikan, Ditjen KP3K pada tahun 2014 telah melakukan upaya perlindungan dan pelestarian terhadap beberapa jenis ikan terancam punah, khususnya terhadap 15 spesies yang menjadi taget prioritas dalam pengelolaan. Ke 15 spesies tersebut meliputi : dugong, penyu, terubuk, Napoleon, BCF, Karang hias, hiu, arwana, labi labi, paus, kuda laut, bambu laut, pari manta, sidat, hiu (koboy dan martil). Indikator ini dihitung dari jumlah jenis ikan yang terancam punah, langka, endemik yang dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan guna menjamin ketersediaannya di masa sekarang dan masa yang akan datang pada tahun 2014 yaitu dari target 15 jenis, telah tercapai 15 jenis (100%). Capaian 15 jenis ini adalah kumulatif capaian dari tahun Sebagai perbandingan pada tahun 2013, Jumlah jenis ikan yang telah dikonservasi secara berkelanjutan adalah 12 jenis ikan (kumulatif). Sehingga pada tahun 2014 jumlah jenis ikan yang dikonservasi secara berkelanjutan telah mengalami penambahan 3 (tiga) jenis ikan. 45

58 Tabel 29. Perbandingan Capaian Konservasi Jenis Ikan Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Tabel di atas merupakan perbandingan antara pecapaian tahun ini dengan renstra atau RPJM, dapat dilihat target selalu tercapai, dan target dan capaian tahun 2014 merupakan akumulasi dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 ini ada sejumlah 10 jenis ikan yang dilakukan pengelolaan secara berkelanjutan yaitu : Napoleon (Cheilinus undulatus), Penyu, Terubuk (Tenualosa macrura), Sidat (Anguilla spp), Hiu Appendiks II CITES (hiu koboy dan martil), Hiu Paus (Rhincodon typus); BambuLaut (Isis hippuris), Paus (Cetacean), Dugong, dan Pari Manta (Manta spp). Konservasi jenis ikan adalah upaya melindungi, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Dalam pasal 22 PP No. 60 Tahun 2007 disebutkan bahwa Konservasi Jenis Ikan dilakukan melalui : (a) penggolongan jenis ikan; (b) penetapan status perlindungan jenis ikan; (c) pemeliharaan; (d) pengembangbiakan; dan (e) penelitian. Tahapan pengelolaan yang dilakukan meliputi : Penguatan data dan Informasi, Penyusunan Rencana Pengelolaan, Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan, Pelestarian, dan Pemanfaatan Berkelanjutan. Pepenyebab keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja ini antara lain adalah adanya koordinasi yang baik antara pihak pusat, kantor pelaksana teknis (UPT), dan dinas kelautan dan perikanan daerah. Sebagai contoh dalam kegiatan penanganan konsumsi telur penyu di Sumatera Barat, dan penangaan mamalia terdampar, sangat besar peran komunikasi dengan pihak dinas daerah dan masyarakat sekitar. Permasalahan yang dihadapi dalam melakukan konservasi jenis adalah, apabila jenis ikan yang dilindungi memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pendekatan yang paling tepat adalah sosialisasi-sosialisasi tentang status ikan yang dilindungi dan keuntungan apabila 46

59 spesies tersebut lestari. Pendekatan hukum adalah alternative terakhir dalam melindungi jenis ikan tertentu. Indikator kinerja ini sangat didukung oleh kegiatan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh semua pihak yang berwenang untuk melakukannya. Tabel 30. Capaian Pengelolaan Konservasi Jenis Ikan Tahun 2014 No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan 1 NAPOLEON Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Napoleon WEB SIG Napoleon BPSPL MAKASSAR BPSPL PONTIANAK LPSPL SORONG Kajian Status Populasi dan Pemanfaatan Ikan Napoleon di Sulawesi Selatan Survey Identifikasi Potensi dan Status Pemanfaatan Napoleon di Kabupaten Buton Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Napoleon); Monitoring Populasi Napoleon (Cheilinus undulatus)di Halmahera Selatan 2 PENYU Pusat Review Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu WEB SIG Penyu Draft Pedoman Pemanfaatan Non Ekstratif Penyu BPSPL PADANG Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk) Identifikasi potensi dan pemanfaatan jenis ikan dilindungi/tidak dilindungi di 7 kawasan konservasi perairan (Nias Utara, Kep. Mentawai, Pesisir Selatan, Batam, Lingga, Kep. Anambas, dan Natuna) BPSPL PONTIANAK Pembinaan pemanfaatan dan peredaran jenis ikan dilindungi (Penyu); LPSPL SORONG Fasilitasi Pengembangbiakan Penyu Berbasis Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Tambrauw 3 DUGONG Pusat Perancangan Program Perlindungan dan Konservasi Dugong (GEF Project) WEB SIG Dugong 4 TERUBUK Pusat Pengembangan Kelembagaan Pengelola Suaka Perikanan Terubuk WEB SIG Terubuk BPSPL PADANG Penguatan kelembagaan pelestarian jenis ikan yangdilindungi/tidak dilindungi/appendikcites (penyu dan terubuk) 5 KARANG HIAS Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi 47

60 No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan 6 LABI-LABI Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi Dekon Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi PONTIANAK Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Selatan (Labi-labi); 7 ARWANA Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi 8 CAPUNGAN BANGGAI Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi di Banggai Kep. - Sulteng 9 BAMBU LAUT Pusat Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Bambu Laut WEB SIG Bambu Laut BPSPL MAKASSAR LPSPL SORONG Survey Populasi dan Pemanfaatan Bambu Laut di Wilayah Banggai Kepulauan Dukungan COREMAP dalam Rangka Monitoring Bambu Laut 10 Hiu Paus Pusat Perancangan Model Pemanfaatan Hiu Paus Untuk Kegiatan Wisata Bahari Draft Pedoman Umum Monitoring Populasi Hiu Paus WEB SIG Hiu Paus BPSPL DENPASAR Penanganan mamalia laut dan hiu paus yang terdampar selama tahun 2014 didominasi oleh spesies Rhincodon typus atau dikenal dengan hiu paus sebanyak 40 %. 11 Kuda Laut Pusat Sosialisasi Regulasi dan Program Konservasi BPSPL MAKASSAR Survey Identifikasi Jenis, Populasi dan Status Pemanfaatan Kima dan Kuda Laut di Kabupaten Pangkep 12 Hiu Martil & Hiu Koboi Pusat BPSPL Denpasar Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES Formulasi kuota hiu appendiks II CITES Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES Bimtek Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu Appendiks II CITES Perancangan Permen KP Larangan Ekspor Hiu Appendiks II CITES Sinkronisasi Peredaran Permen KP 59 tahun 2014 tentang larangan ekspor hiu koboy dan martil Survei Monitoring Jenis Ikan Yang Terancam Punah(Hiu) 48

61 No. Target Jenis Satker Capaian/Kegiatan LPSPL SERANG Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten. Monitoring jenis ikan hiu di wilayah kerja Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Serang Banten BPSPL PADANG Pendataan ikan hiu dan upaya perlindungannya di Sibolga Sumatera Utara PONTIANAK Identifikasi Potensi Jenis Ikan yang dilindungi dan terancam punah di Kalimantan Timur (Hiu Paus). 13 Paus Pusat Koordinasi Penanganan Paus Terdampar WEB SIG Paus Terdampar Koordinasi Penanganan Paus Terdampar, WEB SIG Paus Terdampar Jakarta, Lembata - NTT, Kulonprogo DIY BPSPL Denpasar Survey Monitoring Jenis Ikan (Pari Manta), Melakukan monitoring terhadap spesies Pari Manta, dengan tujuan Tersedianya data yang akurat mengenai populasi pari manta 15 Sidat Pusat Draft Strategi dan Rencana Aksi Pengelolaan Konservasi Sidat BPSPL MAKASSAR Survey Populasi dan Pemanfaatan Sidat di Wilayah Perairan Poso Sumber data : Dit. KKJI Gambar 7. Penanganan Mamalia Laut Terdampar di Wilayah Kerja BPSPL Denpasar 49

62 Beberapa Kegiatan Penting Berkaitan dengan Konservasi Jenis Kepmen KP 04 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta (Manta spp) Pari manta merupakan spesies yang khas dengan nilai yang sangat tinggi bagi industri pariwisata, Berdasarkan data yang dikumpulkan dari empat lokasi Bali, Komodo, Raja Ampat dan Sangalaki, total pendapatan pariwisata parimanta diperkirakan mencapai 145,6 milyar rupiah (US$15 juta) per tahun. Namun, keberadaan pari manta di Indonesia sangat terancam oleh meningkatnya tekanan terhadap perikanan tangkap yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan tapis insang manta (gill plates). Populasi pari manta di Indonesia berdasarkan data dari berbagai sumber sudah menunjukkan penurunan yang sangat signifikan, di perairan Cilacap data pari manta yang didaratkan telah mengalami penurunan sekitar 31% pada periode tahun 2006 tahun 2011, sedangkan di wilayah NTB dan NTT laju penurunan hasil tangkapan sudah mencapai 57% selama periode 10 tahun terakhir. Melihat kondisi tersebut, untuk menghindari laju penurunan yang lebih tajam maka diperlukan regulasi yang cukup ekstrim, diantaranya dengan menetapkannya sebagai ikan yang dilindungi. Kepmen KP 46 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp) Bambu laut, merupakan biota penyusun terumbu karang kedua sesudah karang batu.tingginya permintaan pasar mengakibatkan bambu laut banyak diburu dan diperdagangkan oleh masyarakat. Eksploitasi bambu laut di beberapa tempat sudah berlebihan dan sudah membahayakan ekosistem.disebut merusak karena metode pengambilannya mencungkil untuk mengambil koloninya sehingga merusak karang keras di bawahnya. Hasil kajian dan survey status populasi bambu laut yang dilakukan Peneliti UNHAS dan BPSPL Makassar menunjukan bahwa populasinya sudah jarang ditemukan di perairan Sulawesi. Gubernur Sulawesi pun telah menindaklanjuti hasil kajian dari UNHAS dengan mengeluarkan SK Pelarangan Pemanfaatan Bambu Laut pada Tahun Mencegah terjadinya eksploitasi yang berlebihan dan meluasnya kerusakan ekosistem terumbu karang, KKP setelah mendapat rekomendasi ilmiah dari LIPI dan bedasarkan hasil analisis kebijakan akhirnya menetapkan spesies ini menjadi jenis yang dilindungi secara terbatas waktu, menutup sementara pemanfaatan bambu laut selama kurun waktu 5 tahun. Penutupan bertujuan untuk pemulihan dan perbaikan tata kelola (tata niaga) bambu laut. Sehingga diharapkan pasca 5 tahun pemanfaatan bambu laut dapat berkelanjutan dan memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding saat ini Selain Kepmen KP diatas, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 59 Tahun 2014 tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi (Charcharinus longimanus) dan Hiu Martil (Spyrna spp.) dari Wilayah Negara Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia. Saat ini juga tengah 50

63 dilakukan upaya inisiasi perlindungan jenis lobster (Panulirus spp.)dan kepiting (Scylla spp.). Pelestarian Jenis ikan Upaya pelestarian adalah serangkaian kegiatan konservasi yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah atau meningkatkan jumlah individu baru dalam populasi suatu jenis dan juga upaya untuk mempertahankan jumlah individu dalam suatu populasi. Berbagai upaya pelestarian jenis ikan yang telah dilakukan pada tahun 2014, sebagai berikut : Perancangan Program Konservasi Dugong dan Lamun (Pilot Project di Bintan). Proyek ini mendapat mendapat dukungan dan hibah dari Global Environmental Facility yang dikordinasikan oleh United Nations Environment Program.Proyek yang sekiranya akan diimplementasikan pada tahun ini belum bisa dipastikan pelaksanaannya, saat ini sedang proses persiapan project antara UNEP dengan The Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MbZSCF) selaku Executing Agency. Penyusunan Dokumen NDF (Non-Detrimental Findings) Hiu Appendiks II CITES Dokumen Non Detriment Findings (NDF) merupakan salah satu pertimbangan bagi Scientific Authority dalam memberikan rekomendasi kebijakan bagi Otoritas Pengelola (Management Authority) sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan perikanan hiu berkelanjutan yang lebih baik. Dokumen Non Detriment Findings (NDF) hiu ini berisikan informasi terkini mengenai kondisi perikanan hiu di Indonesia, mulai dari aspek bioekologis, aspek perikanan, aspek pemanfaatan, upaya-upaya pengelolaan dan rekomendasi yang didasarkan pada data-data terkini terkait perikanan hiu. Data-data yang disajikan di dalam dokumen ini bersumber dari berbagai literatur, data tangkapan dan data hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia. Pengumpulan data ini dilakukan oleh pemerintah pusatdan daerah, lembaga penelitian dalam dan luar negeri, perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat yang terkait. Formulasi Kuota Hiu Appendiks II CITES Spesies yang masuk dalam lampiran Appendik II CITES pada dasarnya belum terancam punah, namun apabila tidak dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang baik maka dikhawatirkan dapat mengalami ancaman kepunahan. Penangkapan / pengambilan spesies Appendik II dari habitat alam untuk tujuan perdagangan internasional masih diperbolehkan selama negara penangkap menerapkan prinsip-prinsip NDF (Non- Detrimental Findings), yaitu keyakinan yang didasarkan pada bukti ilmiah bahwa jumlah spesies yang ditangkap tidak akan menyebabkan kepunahan spesies tersebut di habitatnya.hiu umumnya tertangkap secara tidak sengaja (by-catch) pada pengoperasian berbagai alat tangkap, seperti gillnet, pancing, pukat dan lain-lain. Menyikapi permasalahan tersebut salah satu opsi yang mungkin untuk dilakukan pada saat ini untuk membatasi jumlah penangkapan ikan hiu yang ditujukan bagi 51

64 perdagangan internasional adalah dengan menerapkan pembatasan jumlah ekspor melalui penetapan kuota. Dokumen formulasi penetapan kuota ini pada dasarnya merupakan pertimbangan bagi pengambil kebijakan dalam melakukan pengontrolan perdagangan internasional hiu, terutama Sirip Hiu. Penanganan Mamalia Laut Terdampar Untuk kegiatan Bimtek penanganan mamalia laut terdampar yang sekiranya pada tahun 2014 akan dilaksanakan di sorong tidak jadi dilaksanakan karena adanya efesiensi anggaran. Sehingga kegiatan penangan mamalia laut terdampar hanya difokuskan pada koordinas penanganan terhadap kejadian mamalia laut terdampar. Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku Mobulida Dalam rangka meningkatkan upaya pengelolaan dan implementasi ketentuan CITES, khususnya dalam pendataan, pemantauan, dan pengawasan peredaran perdagangan hiu dan pari yang masuk dalam Appendiks CITES, SDM pengelola baik di pusat dan daerah perlu memahami dan mengenal jenis jenis hiu dan pari yang masuk Appendiks CITES dan mekanisme pemanfaatannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan pada tahun 2014 ini mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis Identifikasi dan Pengenalan Sirip Hiu App. II CITES dan Pari Suku Mobulida. Bimtek yang diadakan di Lombok, NTB ini dihadiri oleh peserta dari UPT B/LPSPL Ditjen KP3K, Karantina Ikan, PSDKP, Bea Cukai dan DKP Lombok Timur. Monitoring Populasi Pari Manta Pasca ditetapkannya status perlindungan pari manta, agar regulasi perlindungan dapat berjalan secara efektif di tingkat lapangan, Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan bekerjasama dengan CI Indonesia telah melakukan monitoring populasi di 2 lokasi habitat manta. Monitoring diilakukan dengan melakukan pemasangan tagging satellite pada pari manta yang terdapat di perairan Nusa Penida, Bali dan Raja Ampat. Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Sirip Hiu Appendiks II CITES Buku panduan ini disusun sebagai acuan bagi pihak-pihak terkait dalam melakukan identifikasi sirip hiu di lapangan. Metode identifikasi ataupengenalan sirip hiu yang digunakan dalam buku panduan ini dititikberatkan pada pengenalan bagian sirip punggung pertama dalam kondisi kering dan belum mengalami proses pengolahan lebih lanjut. Secara umum bentuk, ukuran dan warna tubuh antar spesies hiu lebih mudah untuk dibedakan dari pada membandingkan spesies hiu hanya berdasarkan siripnya. Buku pedoman pengenalan sirip hiu ini hanya memuat 4 spesies hiu yang masuk dalam daftar Appendiks II CITES yaitu: 3 spesies hiu martil (Sphyrna lewini, Sphyrna mokarran, Sphyrna zygaena) dan hiu koboi (Carcharhinus longimanus), termasuk sirip dari jenis hiu/pari yang mempunyai kesamaan bentuk dengan sirip hiu Appendik II CITES. 52

65 Penyusunan Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta Pemerintah Indonesia telah menetapkan Pari Manta sebagai jenis ikan yang dilindungi penuh berdasarkan Keputusan Menteri Kelautandan Perikanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Pari Manta. Implikasi dari adanya Kepmen tersebut yaitusegala jenis kegiatan yang berhubungan dengan ekploitasi sumberdaya ikan danperdagangan pari manta menjadi kegiatan yang dilarang.dalam rangka pengawalan kebijakan tersebut di tingkat lapangan dan untukmenghindari kesalahan dalam aspek pengawasan dan penegakan hukum makadiperlukan pedoman pelaksanaannya. Hal ini mengingat Pari manta mempunyai kemiripan denganbeberapa spesies pari jenis mobula atau pari setan, sehingga keberadaan buku Panduan Lapangan Identifikasi dan Pengenalan Pari Manta di Lapangan dipandang perlu, karena kurangnya pemahaman dalam melakukan identifikasi jenis Pari Manta di lapangan oleh pihak-pihak terkait dan masyarakat umum. Oleh karena itu pada tahun 2014, Dit. KKJI telah menyusun Pedoman Pengenalan dan Identifikasi Pari Manta. IK 10. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Termasuk Pulau Kecil Terluar Yang Dikelola Tabel 31. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 10 Jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola (pulau) Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola dihitung dari jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar yang dikelola pada tahun Adapun jenis pengelolaan pulau-pulau kecil termasuk pulau kecil terluar adalah: 1. Identifikasi potensi dan pemetaan pulau-pulau kecil; 2. Fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pulau-pulau kecil; 3. Fasilitasi perbaikan Lingkungan, Mitigasi dan Adaptasi Bencana di pulau-pulau Kecil; 4. Fasilitasi Kegiatan investasi di pulau-pulau kecil Indikator jumlah pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dikelola. Kriteria dikelola adalah Pulau-Pulau Kecil yang telah dilakukan salah satu atau lebih dari hal berikut: diidentifikasi & dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur, terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigas, dan difasilitasi pengelolaan pulau-pulau kecil melalui investasi oleh pihak swasta. Teknik menghitung menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang dipetakan potensinya, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang terfasilitasi penyediaan infrastruktur, Menginventarisir data pulau- 53

66 pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi, Menginventarisir data pulau-pulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang difasilitasi kegiatan investasi, Menginventarisir pulaupulau kecil termasuk pulau-pulau kecil terluar yang telah dilakukan salah satu atau lebih dari hal berikut: diidentifikasi dan dipetakan potensinya, terfasilitasi penyediaan infrastruktur, terfasilitasi perbaikan lingkungan dan adaptasi berbasis mitigasi. Kegiatan yang dihitung dalam indikator kinerja ini adalah kegiatan pemberian bantuan infrastruktur dasar pada suatu pulau. Infrastruktur dasar tersebut adalah Transportasi, Air Minum, Listrik/Penerangan dan Telekomunikasi. Inilah dasar pemikiran sehingga pemberian bantuan desalinasi air laut (penyediaan air bersih) sebagai capaian dalam indikator kinerja ini. Kegiatan tersebut adalah fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana dasar di Pulau-pulau kecil, termasuk di Pulau-pulau kecil terluar (PPKT). Untuk tahun 2014, penyediaan sarpras difokuskan pada penyediaan air berih siap minum di 30 Pulau. Tabel 32. Nama Pulau Lokasi penyediaan air bersih siap minum di 30 Pulau No Nama Pulau Kabupaten/Kota Provinsi 1 Giliyang Sumenep Jawa Timur 2 Mare Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara 3 Molana Maluku Tengah Maluku 4 Nusalaut Maluku Tengah Maluku 5 Karas Kota Batam Kepulauan Riau 6 MenjanganBesar Jepara Jawa Timur 7 Segara Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan 8 Serudung Kotabaru Kalimantan Selatan 9 Ambo Mamuju Sulawesi Barat 10 Bawa Nias Barat Sumatera Utara 11 Duyung Lingga Kepulauan Riau 12 Karoniki Kepulauan Mentawai Sumatera Barat 13 Kayuadi Selayar Kepulauan Riau 14 Romang Maluku Tenggara Barat Maluku 15 Talaga Buton Sulawesi Tenggara 16 Tuangku Aceh Singkil Aceh 17 Weh Kota Sabang Aceh 18 Subi Kecil Natuna Kepulauan Riau 19 Tenggel Bintan Kepulauan Riau 20 Seliuk Belitung Bangka Belitung 21 Maya Kayong Utara Kalimantan Barat 22 Giligede Lombok Barat Nusa Tenggara Barat 23 Medang Sumbawa Nusa Tenggara Barat 24 Ujung Betok Lombok Timur Nusa Tenggara Barat 25 Kanalo Sinjai Sulawesi Selatan 26 Marputi Donggala Sulawesi Tengah 27 Labengki Kecil Konawe Utara Sulawesi Tenggara 28 Matutuang Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara 29 Letti Maluku Barat Daya Maluku 30 Tayando Kota Tual Maluku Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K 54

67 Selama tahun 2011 hingga 2014 telah diupayakan pengembangan desalinasi air laut di 117 pulau. Pengembangan desalinasi air laut mampu merubah air payau atau air laut menjadi air yang langsung bisa dikonsumsi dengan tingkat kemurnian mencapai 98, kualitas air yang dihasilkan memenuhi standar kualitas air bersih yang dikeluarkan oleh United Nation World Health Organization (UN-WHO) yaitu Organisasi Kesehatan International dari PBB, tingkat efisiensinya cukup tinggi karena menggunakan energy recovery, cost effective, mengingat biaya operasional yang dikeluarkan cukup murah, ukuran dari mesih RO cukup mudah untuk dipindahkan (mobilisasi), membutuhkan perawatan yang cukup mudah, hemat energi. Daya listrik yang dibutuhkan hanya sekitar watt bahkan bisa menggunakan generator kecil, panel surya atau turbin angin, air minum yang dihasilkan bisa mencapai liter/hari. Secara ekonomi pengembangan desalinasi air laut sangat ekonomis untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, melalui alat desalinasi dalam satu hari mampu menghasilkan liter atau setara dengan 470 galon. Maka dapat dikatakan bahwa air bersih yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan 470 keluarga. Dengan pengelolaan dan pemasaran yang baik diharapkan dalam 1 (satu) hari dapat menjual 100 galon air, sehingga dalam 1 tahun dapat menjual galon. Apabila harga ditingkat konsumen sebesar Rp.5.000,-/galon, maka nilai penjualan sebesar Rp ,-. Biaya yang dikeluarkan untuk menggaji karyawan dan biaya pemeliharaan diperkirakan Rp ,-/bulan, sehingga dalam satu tahun biaya operasional pemeliharaan sebesar Rp ,-. Sementara itu biaya riil penjualan air di pulau-pulau kecil per galon diperkirakan Rp ,-, sehingga subsidi yang diberikan pemerintah sebesar Rp , - Rp ,- = Rp ,-. Apabila dijumlahkan dalam 1 tahun subsidi yang diberikan pemerintah terhadap harga air bersih sebesar Rp ,-. Dengan demikian keuntungan bersih penjualan air minum dalam satu tahun adalah : Rp ,-. Selama tahun banyak dilakukan kegiatan penyediaan sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil sebagaimana yang telah dituangkan dalam Indikator Kinerja Utama (IKU) khusus untuk pembangunan fasilitas air bersih dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 33. Capaian Fasilitasi Sarana dan Prasarana di PPK Tahun KEGIATAN TAHUN AIR BERSIH - 21 pulau - 66 pulau 30 pulau Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K Keberhasilan Ditjen KP3K dalam memenuhi target kinerja antara lain disebabkan adanya pendanaan yang cukup besar dari APBNP, sehingga dapat menambah jumlah pulau yang diberi bantuan, dari 20 pulau menjadi 30 puluh pulau. Proses lelang yang lancar tanpa menemui kendala yang berarti juga merupakan penyebab keberhasilan. 55

68 Hal-hal yang menghambat penyerahan bantuan adalah kondisi alam, terutama kondisi laut dari daratan utama menuju pulau tujuan. Apabila cuaca tidak mendukung dapat menghambat proses pengiriman dari bantuan, atau menghambat teknisi yang akan melakukan proses instalasi di sana. Keadaan alam merupakan force major yang sulit diatasi, Ditjen KP3K hanya dapat melakukan antisipasi guna memperkecil kerugian yang dialami. Antisipasi tersebut adalah perencanaan yang matang dengan memperkirakan waktu-waktu yang kondusif untuk melakukan pengiriman bantuan. Disamping itu koordinasi yang baik antara pihak Ditjen KP3K dan Dinas Kelautan Kabupaten penerima bantuan adalah hal yang penting untuk memperlancar pemberian bantuan ke lokasi yang dituju. Program yang mendukung pencapaian indikator ini adalah identifikasi pulau yang dilakukan baik oleh pihak Ditjen KP3K sendiri atau dari Kementerian atau Lembaga lain yang memberikan informasi tentang kodisi suatu pulau, apakah pulau tersebut layak diberi bantuan air bersih atau tidak. IK 11. Luas Kawasan Konservasi Perairan Yang Dikelola Secara Berkelanjutan Tabel 34. Capaian Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 11 Luas kawasan konservasi perairan (LKKP) yang dikelola secara berkelanjutan (juta Ha) 4,5 7,8 120 Dua indikator keberhasilan pencapaian target ini adalah luas kawasan dan hasil evaluasi perangkat E-KKP3K. Pertama, dalam konteks luas kawasan yang dikelola, secara kumulatif hampir 7,8 juta hektar kawasan telah terkelola efektif hingga akhir tahun Angka ini jauh melampaui target pengelolaan efektif yang telah ditentukan pada periode awal renstra seluas 4,5 juta hektar antara lain karena implementasi kebijakan blue economy di tiga lokasi kawasan konservasi yakni di Taman Wisata Perairan (TWP) Anambas, TWP Nusa Penida Klungkung dan TWP Lombok Timur. Tiga lokasi ini menyumbang hampir 1,3 juta luas kawasan pengelolaan efektif tambahan selama periode RPJM dan menggenapkan jumlah fokus lokasi pengelolaan efektif pada periode tersebut menjadi 24 lokasi. Selain itu, sejumlah kawasan juga telah mengubah (menambah dan mengurangi) area konservasinya seperti yang terjadi di Taman Pesisir (TP) Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TP Pangumbahan Sukabumi dan TWP Kepulauan Raja Ampat. Kedua, dalam konteks hasil evaluasi E-KKP3K, seluruh kawasan konservasi yang masuk dalam fokus pengelolaan efektif telah meningkat level pengelolaannya. 56

69 Tabel 35. Luas kawasan konservasi perairan yang dikelola secara berkelanjutan (juta ha) Efektivitas Pengelolaan Kawasan Tahun 2014 berdasarkan E-KKP3K Nama No KKP/Lokasi Luas terkini (Ha) Status Kawasa n (KKPN/ KKPD) STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K) 2014 MERAH KUNING HIJAU BIRU EMA S STATUS AKHIR TARGET YANG INGIN DICAPAI PADA TAHUN 2014 KET KKPD Indramay u 720 KKPD Merah 100 Kuning 55 Merah 100 Kuning 50 2 KKPD Alor 400,008 KKPD Merah 100 Kuning 91 Hijau 76 Biru 48 Merah 100 Kuning 50 3 KKPD Berau 285,000 KKPD Merah 100 Kuning 91 Hijau 29 Merah 100 Kuning 75 Hijau 25 4 KKPD Batang 4,015 KKPD Merah 100 Kuning 100 Hijau 38 Biru 18 Merah 100 Kuning 100 Hijau 35 Biru 15 5 KKPD Bone Bolango 6 KKPD Raja Ampat 2,460 KKPD 1,026,540 KKPD Merah 100 Kuning 82 Merah 100 Kuning 100 Hijau 81 Biru 75 Merah 100 Kuning 75 Merah 100 Kuning 100 Hijau 25 7 KKPD Bintan 8 KKPD Batam 472,905 KKPD Merah 100 Kuning ,867 KKPD Merah 100 Kuning 100 Merah 100 Kuning 100 Merah 100 Kuning

70 Nama No KKP/Lokasi Luas terkini (Ha) Status Kawasa n (KKPN/ KKPD) STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K) 2014 MERAH KUNING HIJAU BIRU EMA S STATUS AKHIR TARGET YANG INGIN DICAPAI PADA TAHUN 2014 KET KKPD Natuna 142,997 KKPD Merah 100 Kuning 82 Merah 100 Kuning 75 1 TP 0 Ngambur Lampung Barat 14, KKPD Merah 100 Kuning 55 Merah 100 Kuning 50 1 TP 1 Pangumb ahan Sukabumi 1 KKP 2 Daerah Pesisir Selatan 2,660 KKPD 733 KKPD Merah 100 Kuning 100 Hijau 52 Biru 15 Merah 100 Kuning 82 Merah 100 Kuning 100 Hijau 50 Biru 15 Merah 100 Kuning 75 1 TNP Laut 3 Sawu 1 SAP Raja 4 Ampat 1 SAP 5 Waigeo Barat 1 SAP Aru 6 Tenggara 1 TWP 7 Pulau Pieh 3,355,352 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 86 Biru 39 60,000 KKPN Merah 100 Kuning ,630 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau ,000 KKPN Merah 100 Kuning 91 Hijau 57 Biru 16 39,900 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 57 Biru 18 Merah 100 Kuning 100 Hijau 25 Merah 100 Kuning 100 Merah 100 Kuning 100 Hijau 35 Merah 100 Kuning 75 Merah 100 Kuning 100 Hijau 35 58

71 Nama No KKP/Lokasi Luas terkini (Ha) Status Kawasa n (KKPN/ KKPD) STATUS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN (berdasarkan EKKP3K) 2014 MERAH KUNING HIJAU BIRU EMA S STATUS AKHIR TARGET YANG INGIN DICAPAI PADA TAHUN 2014 KET TWP 8 Kapoposa ng 1 TWP Laut 9 Banda 2 TWP Gili 0 Matra 2 TWP 1 Padaido 50,000 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 38 2,500 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 38 Biru 20 2,954 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau ,000 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 29 Merah 100 Kuning 100 Hijau 35 Merah 100 Kuning 100 Hijau 25 Merah 100 Kuning 100 Hijau 35 Merah 100 Kuning 100 Hijau 25 2 TWP 2 Anambas 1,262,686 KKPN Merah 100 Kuning 100 Hijau 62 Biru 5 Merah 100 Kuning 50 2 KKPD 3 Lombok Timur (blue economy) 9,162 KKPD Merah 100 Kuning 73 Hijau 19 Merah 100 Kuning 50 Hijau 15 Blue Econ omy 2 KKPD 4 Klungkun g (blue economy) 20,057 KKPD "Merah 100 Kuning 100 Hijau 80 Biru 71 Emas 33 Merah 100 Kuning 75 Hijau 25 Blue Econ omy TOTAL 7,791,013 Sumber data: Direktorat KKJI - Ditjen KP3K Sembilan dari 24 kawasan konservasi yang menjadi fokus pengelolaan menunjukan level pengelolaan yang sangat menggembirakan karena telah berhasil menapaki level biru (lihat tabel di atas). Kawasan konservasi tersebut yakni: KKPD Alor, KKPD Batang, KKPD Raja Ampat, KKPD Sukabumi, KKPN Laut Sawu, KKPN Pulau Pieh, KKPN Laut 59

72 Banda, KKPN Aru Tenggara dan KKPN Anambas. Sementara itu, meski pembenahan pengelolaan masih perlu terus dilakukan, KKPD Klungkung selangkah lebih maju ketimbang lokasi lain lantaran telah berhasil menapaki level E-KKP3K tertinggi yakni level emas yang berarti bahwa upaya pokok pengelolaan telah mulai terasa manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat. Perbandingan capaian tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya seperti berikut; Tabel 36. Capaian pengelolan berkelanjutan kawasan konservasi perairan tahun (juta Ha) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi ,9 1,2 2,54 2,54 3,22 3,22 3, ,5 7,8 Pada tahun 2014 antara lain adalah telah disahkannya 10 dokumen rencana pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP Kapoposang, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru Tenggara dan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah ditetapkan melalui keputusan menteri. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah signifikan dalam pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi untuk menjamin masa depan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia. Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Pulau Pieh. Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut konsolidasi panitia tata batas pusat-daerah. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam mendukung konservasi perairan meliputi: 1. Pelatihan E-KKP3K yang telah dilaksanakan di Batam dan Makassar pada tahun 2014 menjadi langkah penting menuju tercapainya sasaran tersebut, pelatihan tersebut dilakukan di beberapa kesempatan pada World Parks Congress, November lalu di Sydney Australia, Economic Tool For Conservation di Palau, MPA Management and Networks -BOBLME di Penang dan Sustainable Fisheries di Rhode Island. 2. pilot project perlindungan dan pelestarian kawasan di beberapa lokasi seperti revitalisasi fungsi kawasan di TWP Gili Matra (font box), turtle watching dan 60

73 program adopsi penyu di TP Pangumbahan-Sukabumi disertai dialog peran para pihak dalam pengelolaan efektif kawasan konservasi juga telah dilakukan pada tahun Tabel berikut ini memperlihatkan upaya pengelolaan yang telah dilakukan oleh sejak tahun disahkannya 10 dokumen rencana pengelolaan dan zonasi seluruh kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni Taman Wisata Perairan (TWP) Pulau Pieh, TWP Anambas, TWP Padaido, TWP Laut Banda, TWP Gili Matra, TWP Kapoposang, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, SAP Waigeo Barat, SAP Aru Tenggara dan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu. 4. Dua KKPN yakni TWP Anambas dan TNP Laut Sawu telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan. Kedua kawasan yang dikelola KKP ini mencakup berturutturut perairan seluas 1,2 juta hektar dan 3,3 juta hektar. 5. Dua kawasan konservasi perairan daerah (KKPD), yakni TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Kepulauan Raja Ampat juga telah ditetapkan melalui keputusan menteri. TWP Nusa Penida meliputi wilayah perairan Kabupaten Klungkung seluas lebih kurang 20 ribu hektar sementara TWP Kepulauan Raja Ampat memiliki luas keseluruhan Ha yang terdiri atas lima area yakni Perairan Kepulauan Ayau-Asia seluas lebih kurang Ha, Teluk Mayalibit seluas lebih kurang Ha, Selat Dampier seluas lebih kurang Ha, Perairan Kepulauan Misool seluas lebih kurang Ha dan Perairan Kepulauan Kofiau dan Boo seluas lebih kurang Ha. 6. Penetapan oleh Menteri merupakan langkah signifikan dalam pengelolaan efektif sebuah kawasan konservasi untuk menjamin masa depan pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia. 7. Upaya inisiasi penataan batas kawasan juga telah dilakukan pada tahun 2014 di TP Ujungnegoro-Roban Kabupaten Batang, TWP Nusa Penida Kabupaten Klungkung dan TWP Pulau Pieh.Fokus kegiatan penataan batas ini terutama menyangkut konsolidasi panitia tata batas pusat-daerah. Untuk mendukung efektifitas implementasi perangkat E-KKP3K, pada tahun yang sama Direktorat KKJI juga telah mengembangkan Sembilan Suplemen Pedoman E-KKP3K meliputi : Panduan Penetapan Kawasan, Panduan Sarana dan Prasarana, Panduan Rencana Pengelolaan dan Zonasi, Panduan Sosial Ekonomi, Panduan Identifikasi, Panduan Kelembagaan, panduan Pendanaan Berkelanjutan, Panduan Biofisik dan Panduan Penataan Batas Kawasan. 8. Lahirnya Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan bagian penting dari upaya pokok pengelolaan kawasan konservasi di 61

74 Indonesia. Undang-Undang yang mengamanatkan harmonisasi pengelolaan kawasan konservasi pada pasal 78A ini telah ditindaklanjuti dengan penerbitan Keputusan Menteri Nomor 75/KEPMEN-KP/SJ/2014 tentang Tim Persiapan Pelimpahan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Dan Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dari Kementerian Kehutanan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan.Tindak lanjut peraturan ini juga telah disusun rancangan peraturan menteri tentang tata cara perubahan zona inti kawasan konservasi. Juga, penerbitan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 tentang Kelautan turut mendukung pengelolaan efektif kawasan konservasi lantaran memberikan payung hukum baru yang jelas bagi substansi upaya konservasi di laut lepas. IK 12. Jumlah Kawasan Pesisir Yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tabel 37. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 12 Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan (kawasan) Indikator jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim dihitung dari berapa banyak jumlah kawasan pesisir yang memperoleh fasilitasi kegiatan fisik dan non fisik terkait dengan mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim. Teknik menghitungnya yakni dengan metode scoring empat parameter ketahanan terhadap bencana, perubahan iklim meliputi kelembagaan, sosial budaya, lingkungan dan infrastruktur yang terlihat dari 5 bina yang dikembangkan pada program PDPT. Realisasi Tahun 2014 adalah sejumlah 26 kawasan yaitu 22 kawasan Pengembangan Desa Pesisir Tangguh (PDPT) dan 4 kawasan kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan pencemarannya. Capaian terealisasi sebesar 100% capaian. Tabel 38. Capaian Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan No Indikator Lokasi Keterangan 1 Jumlah kawasan di wilayah pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim (kawasan) Lokasi PDPT Asahan, Pesisir Selatan, Kaur, Tangerang, Sukabumi, Kendal, Kulon Progo, Pacitan, Pontianak (Mempawah), Kotawaringin Barat, Banjar, Parigi Moutong, Pinrang, Baubau, Seram Bagian Barat, Teluk Wondama, Lebak, Cirebon, Malang, Demak, Tanggamus, Sikka, 62

75 No Indikator Lokasi Keterangan Jumlah kawasan di wilayah pesisir dan laut yang terfasilitasi penanggulangan pencemarannya (kawasan) 4 1. Lokasi Cirebon, identifikasi kerusakan pesisir dan laut akibat kerusakan, output berupa album peta kerusakan akibat pencemaran 2. Peraturan Walikota Batam tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner 3. Peraturan Walikota Manado tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner 4. Pembangunan drainase di Kabupaten Pati,Jateng Apabila dibandingkan dengan target selama periode RPJMN , dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut: Tabel 39. Target dan Realisasi IKU Jumlah Kawasan Pesisir yang Terfasilitasi Ketahanannya Terhadap Ancaman Kerusakan Tahun Target Realisasi Gambar 8. Target dan Realisasi Jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan Tahun Pada tahun 2013 capaian yang diperolah jauh melebihi target yang ditetapkan, hal ini dikarenakan ada penambahan anggaran BA-99 yang direalisasikan menjadi kegiatan greenbelt untuk mitigasi tsunami menunjang indikator jumlah kawasan di wilayah 63

76 pesisir yang terfasilitasi peningkatan ketahanannya terhadap bencana dan perubahan iklim atau bila dicascadingkan ke lebel customer perspective, menunjang capaian indikator jumlah kawasan pesisir yang terfasilitasi ketahanannya terhadap ancaman kerusakan. Penyebab keberhasilan pencapaian indikator kinerja ini adalah adanya koordinasi yang baik antara Ditjen KP3K, Dinas Kelautan Kabupaten, dan Desa penerima bantuan. Perencanaan yang bersifat bottom up atau dari masyarakat sendiri, adalah faktor penting yang dapat membangkitkan rasa bertanggung jawab dan ikut memiliki dari masyarakat desa penerima bantuan, sehingga mereka ikut berperan serta aktif dalam kegiatan ini. Tenaga pendamping yang berkomitmen tinggi dalam membina masyarakat adalah faktor lain yang memperlancar kegiatan Program kegiatan yang mendukung pelaksanaan indikator kinerja ini adalah proses legalisasi melalui penetapan rencana Pengembangan Desa Pesisir yang ditetapkan dengan peraturan desa atau peraturan kelurahan PDPT Pencapaian kegiatan PDPT pada tahun 2014 didukung antara lain oleh: (i) Proses perencanaan partisipatif, (ii) Rencana jangka menengah berupa 66 dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir (RPDP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Desa (PerDes) atau Peraturan Kelurahan (PerKel), (iii) Tumbuhnya semangat kegotongroyongan dan swadaya masyarakat, (iv) Terbentuknya Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP), (v) Sinergi antar sektor, provinsi dan pusat di lokasi PDPT dan (vi) Tersalurkannya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) melalui pencairan ke rekening setiap KMP di 22 Kabupaten/Kota dengan total nilai Rp ,- 66 Dokumen Rencana Pengembangan Desa Pesisir/RPDP (Ditetapkan dengan Per Desa/Per Kelurahan) total dana BLM (dalam Rupiah) tersalurkan kepada masyarakat melalui KMP 403 Kelompok Masyarakat Pesisir (KMP) orang Laki-laki: Perempuan: 780 Gambar 9. Ilustrasi capaian PDPT Tahun Anggaran

77 Adapun pemanfaatan BLM PDPT Tahun Anggaran 2014 diwujudkan dengan terbangunnya prasarana dan sarana ekonomi, sosial, dan/atau lingkungan pada tingkat desa seperti tabel berikut: Tabel 40. Tabel Pemanfaatan BLM PDPT TA 2014 No. Pekerjaan Volume 1 Pembuatan dan/atau peningkatan Jalan meter 2 Sarana Air Bersih 12 Unit pompa, 7 titik bor, Pipa distribusi meter 3 MCK 188 unit 4 Rehab Rumah 17 unit 5 Penanaman vegetasi pantai dan pohon mangrove 6 Pengelolaan Sampah Tong sampah 38 unit, Motor pengangkut 9 unit 7 Shelter penampungan 18 Unit 8 Pembuatan Bronjong/pelindung pantai Panjang meter 9 Pondok Informasi Pesisir dan Pos Siaga Bencana 8 unit 10 Usaha dan pelatihan kewirausahaan 708 unit/kegiatan Gambar 10. Tangga evakuasi sekaligus sebagai akses jalan bagi masyarakat desa di Kotawaringin Barat Pengembangan Sarana Pengendalian Pencemaran Di Kawasan Pesisir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dalam rangka meningkatkan sarana prasarana penanggulangan pencemaran di pesisir, inisiasi pembangunan drainase dilakukan di Desa Tlogo Harum, Kab. Pati, Provinsi Jawa Tengah dengan tujuan menurunnya pencemaran akibat pengolahan hasil perikanan di kawasan tersebut. Kegiatan Pengembangan Sarana Penanggulangan Pencemaran di Kawasan Pesisir di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Kabupaten Pati adalah berupa pembangunan saluran drainase sepanjang ± 763 meter yang dibangun di kawasan pemukiman penduduk yang merupakan daerah pengolahan garam dan hasil perikanan 65

78 Identifikasi Kerusakan Wilayah Pesisir Dan Laut Akibat Pencemaran di Kabupaten Cirebon. Kegiatan ini bertujuan untuk menyusun peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran yang meliputi penentuan sepuluh titik sebagai basis pemindaian kerusakan kawasan pesisir dan pantai Kab. Cirebon, pemodelan sebaran arus dan gelombang, analisa potensi dan sumber pencemaran pesisir dan laut, analisa pencemaran terhadap kerusakan wilayah pesisir dan laut serta strategi pengendalian pencemarannya. Selain itu dilakukan penyusunan basis data spasial oseanografi, ekosisitem pesisir, dan pencemaran pesisir dan laut melalui pendekatan Sistem Informasi geographic (SIG) yang tertuang dalam peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran skala 1: Gambar 11. Model Sebaran Pencemaran Berdasarkan Pengaruh Kontur Gambar 12. Skoring Pencemaran di Kabupaten Cirebon Hasil dari kegiatan ini adalah peta kerusakan wilayah pesisir dan laut akibat pencemaran, dengan terlebih dahulu melalui tahapan perencanaan, proses lelang, pelaksanaan, dan pembahasan dengan prosentase yang baik. Hasil peta tersebut juga dilengkapi rekomendasi terkait penanggulangan pencemaran dan ruang lingkupnya diantaranya: 1) Menyusun standar pengendalian Kualitas Lingkungan Laut (marine environmental quality controls) daerah; 2) Memperbaiki manajemen pengelolaan DAS, yang lebih terintegrasi dengan dampaknya di pesisir; 3) Memperketat aturan dan pengawasan terhadap kajian AMDAL yang sudah ada dan akan disusun; 4) Memberdayakan pemuda dan kelompok masyarakat untuk mendukung program sadar kebersihan lingkungan; 5) Menyiapkan prasarana sarana pengelolaan limbah sesuai daya tampung dan proyeksi tingkat pencemaran; 66

79 6) Mensosialisasikan program Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. Pengelolaan Limbah Di Kawasan Wisata Kuliner Pantai Di Kota Batam dan Kota Manado Kegiatan dimaksud bertujuan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam menata kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, indah, menarik dan ramah lingkungan serta melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha wisata dan usaha kuliner pantai. Rangkaian kegiatan Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai di Kota Batam dan Manado pada tahun 2013 adalah melakukan kajian pengelolaan limbah dan pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk menyusun isu pengelolaan limbah di kawasan wisata kuliner pantai sekaligus penyusunan rencana aksi. Output dari kegiatan ini adalah: 1) peraturan Walikota Batam Nomor 42 tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Sumberdaya Ikan dan lingkungannya Akibat Aktivitas Wisata dan Usaha Kuliner; 2) peraturan Walikota Manado nomor tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran Dan Kerusakan Sumberdaya Ikan dan Lingkungannya Akibat Aktivitas Usaha Wisata Kuliner Pantai. Secara garis besar peraturan walikota tersebut mengatur tentang: (i) upaya pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya ikan dan lingkungannya akibat aktivitas wisata dan usaha kuliner oleh pelaku usaha wisata dan usaha kuliner baik skala besar, menengah, kecil maupun skala mikro termasuk PKL, pelaku wisata dan pemerintah; (ii) Pengawasan / monitoring dan; (iii) Sertifikasi dan labeling yaitu pengklasifikasian usaha kuliner menjadi 3 kelas (A,B dan C) dengan beberapa kriteria tertentu serta pemberian labeling. Pada tahun ini pula diberikan bantuan stimulant pengolah limbah di kedua kota tersebut yang selanjutnya akan diberikan kepada pengusaha kuliner yang mau berkomitmen untuk menjaga lingkungan. Stimulant tersebut berupa perangkap lemak. Perangkap lemak tersebut ditujukan untuk menangkap lemak/minyak sisa makanan dari proses kuliner dengan kemampuan mereduksi lemak ±80 dengan harapan pencegahan lemak masuk ke perairan bisa dilakukan. Selanjutnya dengan adanya pemberian stimulant pengolah limbah dan fasilitasi penyusunan peraturan walikota di kedua lokasi tersebut, diharapkan akan menjadi acuan bagi usaha wisata dan usaha kuliner dalam pengelolaan limbah wisata kuliner pantai dengan mempertimbangkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial kemasyarakatan, sehingga dapat mewujudkan kawasan wisata kuliner pantai yang bersih, sehat, menarik dan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 67

80 Sebagai rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sbb: 1. perlu dilakukan tindaklanjut dari implementasi perwako; 2. menetapkan lokasi wisata kuliner sebagai lokasi binaan; 3. perlu pembentukan kelompok usaha kuliner dan pendampingnya di lokasi binaan tersebut; dan 4. perlu dilakukan inisiasi Pengelolaan Limbah di Kawasan Wisata Kuliner Pantai ke lokasi lain. SS. 5 Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya Pengelolaan SDKP Yang Berkelanjutan, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan pada sebagai berikut: IK 13. Jumlah Tenaga Kerja (Baru) Di Bidang Pergaraman (Orang) Pada PUGAR Tabel 41. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 13 Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR ,45 Jumlah tenaga kerja baru (orang) di bidang pergaraman pada PUGAR tahun 2014 ditargetkan sebanyak orang, jumlah ini menurun dari target awal sebesar orang. Pada tahun 2014 ini, jumlah tenaga kerja baru bidang pergaram tersebut dihitung tidak lagi 8-10 orang, namun 7 orang perkelompok PUGAR, sedangkan jumlah kelompok penerima BLM PUGAR 2014 adalah kelompok. Tenaga kerja baru tersebut terdiri dari kuli tambak produksi, kuli angkut, dan pengepul. Sehingga capaian IKU ini adalah sebesar x 7 = orang. Jadi capaian IKU ini adalah sebesar 198,45% dari target. Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan beberapa tahun terakhir tidak dapat ditampilkan karena IKU ini baru mulai ditetapkan pada tahun Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 terhadap tenaga kerja baru di bidang pergaraman adalah orang. Namun, hingga tahun anggaran berjalan ternyata jumlah tenaga kerja di bidang pergaraman mengalami peningkatan yang cukup signifikan yakni sebesar orang, dimana setiap kelompok PUGAR terdiri dari 8-10 orang. Nilai tahun 2013 lebih besar dari tahun 2014, hal ini karena ada revisi metode penghitungan. Jika pada tahun 2013, babis data adalah seluruh kelompok 68

81 penerima BLM dari tahun 2011, sedangkan pada tahun 2014 basis perhitungannya adalah penerima BLM pada tahun 2014 saja serta asumsi setiap kelompok PUGAR hanya mempekerjakan 7 orang. Penurunan nilai asumsi tenaga kerja baru ini karena semakin modernnya parasaraana yang ada, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit. Tabel 42. Target dan Realisasi Jumlah tenaga kerja (baru) di bidang pergaraman (orang) pada PUGAR Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut; Dalam pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR), dampak ikutan yang diharapkan dari pemberian dana BLM adalah adanya tambahan tenaga kerja baru yang direkrut karena ada program ini. Tenaga yang diharapakan adalah pendukung produksi dan distribusi garam dari lokasi ke pemasar. Melalui komponen Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sesuai dengan Renstra maka dampak dari target ini merupakan hasil nyata dari peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Petambak Garam Rakyat dan Kemitraan dalam Usaha Garam Rakyat. Seperti dijelaskan pada awal, dalam renstra awal, IKU ini tidak dimasukan dalam target, dan baru ditetapkan pada tahun 2013, yang pada kenyataannya berhasil melampaui target. Analisis penyebab keberhasilan dan kegagalan atau peningkatan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan. Penyebab keberhasilan pencapaian di indikator kinerja ini adalah koordinasi yang baik antara pusat, dinas kelautan dan perikanan kabupaten, serta pihak pihak lain yaitu Kementerian Perindustrian, BMKG, Kementerian PU, dan Bakosurtanal. Kementerian Perindustrian pun berperan dalam membantu menjaga pemberian ijin suplai impor garam. Kementerian PU berkontribusi dalam membangun jalan produksi dan saluran air di pertambakan. Sementara BMKG sangat membantu dalam memberikan data prakiraaan cuaca dan musim bagi petaambak garam. Sedangkan Bakosurtanal berkontribusi dalam memberikan peta lahan yang berpotensi untuk dibuat tambak garam. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dari realisasi anggaran PUGAR yang hanya mencapai 92,23% untuk anggaran TP di daerah-daerah dan 90,43% di pusat, maka kegiatan PUGAR ini bisa dikatakan sangat efisien dalam merealisasikan target jumlah penerima bantuan, karena selain memberikan bantuan yang dapat meningktkan pendapatan penerima bantuan, juga bisa memberikan damapak ikutan 69

82 berupa tenaga kerja baru. Walaupun masih ada dana sisa namun sudah melewati target capaian. Tentu saja jika realisasi anggaran bisa dimaksimalkan, maka hasil yang didapat bisa dan sangat mungkin akan lebih baik. Sedangkan dalam hal efisiensi sumber daya, maka hasil ini sudah maksimal, karena keberhasilan realisasi IKU ini sangat bergantung pada kondisi cuaca yang pada tahun ini agak kurang bersahabat. Sementara untuk efisiensi sumber daya manusia masih dapat ditingkatkan lagi, jika petambak lebih serius untuk mengusahakan produksi garam dengan sistim ulir filtrasi. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja: Beberapa faktor yang berperan dalam pencapaian target jumlah tenaga kerja baru bidang pergaraman pada tahun ini adalah: 1. Identifikasi dan verifikasi petambak dan kelompok sasaran yang tepat 2. Pembinaan dan pemberian dana bantuan berupa BLM. 3. Kesungguhan kelompok sasaran dalam menjalankan usahanya untuk mencapai hal yang maksimal. SS6. Tersedianya Kebutuhan Inovasi Teknologi Hasil Litbang Untuk Sistem Produksi Garam Modernisasi Dalam rangka mencapai Sasaran Strategis Tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil litbang untuk modernisasi sistem produksi garam, Ditjen KP3K menjabarkannya dalam 1 (satu) Indikator kinerja, Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam. Target yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan indikator kinerja pada sasaran strategis ini, serta realisasi pada tahun 2014 ini dijelaskan sebagai berikut: IK 14. Jumlah Rekomendasi Inovasi Teknologi Yang Dibutuhkan Untuk Modernisasi Sistem Produksi Garam Tabel 43. Target dan Realisasi Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 14 Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam pada tahun 2014 berjumlah 3 jenis Teknologi yaitu : 1. Teknologi Ulir Filter untuk peningkatan produksi garam; 70

83 2. Penerapan Biofilter untuk peningkatan mutu garam dan diversifikasi usaha budidaya artemia; serta 3. Penggunaan Geomembran/Geo Isolator untuk peningkatan kualitas garam. Ketiga rekomendasi teknologi tersebut dapat direalisasikan penggunaannya sehingga target kinerja pada Dokumen Penetapan Kinerja pada tahun 2014 tercapai 100. Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran tersedianya kebutuhan inovasi teknologi hasil penelitian dan pengembangan untuk modernisasi sistem produksi garam terdiri atas indikator kinerja Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam. Indikator ini dihitung dari jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam. Terobosan PUGAR dengan teknologi yang dipilih diharapkan mampu meningkatkan produktivitas garam rakyat dengan dengan hasil garam yang lebih bersih, putih dan kandungan NaCl mencapai 97,4%. Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam pada tahun 2014 meskipun berjumlah 3 jenis teknologi, namun berbeda jenis teknologi yang diterapkan. Pada tahun 2013 jenis teknologi yang digunakan berupa TUF (Teknologi Ulir Filter), UPG (Unit Pengolah Garam) dan Packaging. Penggunaan teknologi yang berbeda, diharapkan dapat memproduksi garam dengan kualitas bagus dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Tabel 44. Perbandingan capaian Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Target Realisasi Target Realisasi Indikator Kinerja Jumlah rekomendasi inovasi teknologi yang dibutuhkan untuk modernisasi sistem produksi garam Indikator Kinerja Utama yang tertuang dalam renstra Ditjen KP3K dapat dicapai sesuai target jangka menengah yang telah direncanakan, meskipun mengalami kendala pada tahun sebelumnya dalam penerapan teknologi yang baru bagi petambak garam. Pencapaian Indikator Utama ini dapat dicapai apabila teknologi yang diterapkan dapat meningkatkan harga garam yang diproduksi dengan teknologi yang digunakan. Program kerjasama dengan Balitbang KP atau bahan riset lain, atau praktisi dalam rangka mencari teknologi yang tepat dalam pengolahan garam sangat membantu dalam mendapatkan teknologi baru yang dapat diterapkan 71

84 SS 7. Tersedianya Kebijakan Di Bidang KP3K Sesuai Kebutuhan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: Tabel 45. Tabel Target dan Realisasi Sasaran Strategis Tersedianya kebijakan di bidang KP3K sesuai kebutuhan No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) 16 Jumlah draft peraturan perundangundangan bidang (dokumen) KP3K IK 15. Jumlah Kebijakan Publik Bidang KP3K Tabel 46. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 15 Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) Indikator jumlah kebijakan publik bidang KP3K ini dihitung dari jumlah Kebijakan publik merupakan kebijakan di bidang KP3K yang dihasilkan berupa undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil yang melalui proses tahapan dalam penyusunannya. Dari target 20 kebijakan, telah tercapai 22 kebijakan (110%). Adapun rincian 22 kebijakan tersebut terdiri atas (i) 1 Undang-undang; (ii) 3 Peraturan Menteri KP; dan (iii) 18 Keputusan Menteri KP dengan rincian terlampir dalam data dukungnya. Pencapaian indikator kinerja pada tahun 2014 ini tidak lepas dari adanya pendelegasian kewenangan untuk membuat keputusan menteri KP tentang penghapusan BMN lingkup Eselon 1 yang dilimpahkan dari Sekretariat Jenderal ke masing-masing Eselon I sehingga dengan banyaknya satker terutama tugas pembantuan lingkup Ditjen KP3K menyebabkan terlampauinya capaian kinerja untuk indikator ini. Tabel 47. Rincian peraturan perundangan kebijakan publik bidang KP3K PERATURAN PUU JUDUL NOMOR Undang- Undang 1 Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang PWP3K 1 Tahun 2014 Telah ditetapkan dan diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 Peraturan Menteri 72 2 Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Nomor 34/PERMEN- Telah ditetapkan pada tanggal 14 Agustus 2014

85 PERATURAN PUU Keputusan Menteri JUDUL 3 Peran Serta dan PemberdayaaMasyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 4 Jejaring Kawasan Konservasi Perairan 5 KKPN Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT NOMOR KP/2014 Nomor 40/PERMEN- KP/2014 Nomor 13/PERMEN- KP/ /KEPMEN- KP/2014 Telah ditetapkan pada tanggal 17 September 2014 Telah ditetapkan pada tanggal 19 Maret 2014 Telah ditetapkan 27 Januari /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung di Provinsi Bali 7 Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat 8 KKPN Kepulauan Anambas dan Laut Sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau 9 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu dan Sekitarnya di Provinsi NTT Tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sumatera Barat Tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Anambas dan laut sekitarnya di Provinsi Kepulauan Riau Tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan di Provinsi NTB Tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Laut Banda di Provinsi Maluku Tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan tahun Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun Sekretariat Regional Interim Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI- CFF) 17 Perubahan kedua atas Keputusan MenKP Nomor KEP.31/MEN/2012 2/KEPMEN- KP/2014 3/KEPMEN- KP/2014 Telah ditetapkan 21 Maret 2014 Telah ditetapkan 15 Juli 2014 Telah ditetapkan 15 Juli 2014 Telah ditetapkan 27 Januari 2014 Telah ditetapkan 15 Juli 2014 Telah ditetapkan 2 Oktober 2014 Telah ditetapkan 6 Oktober 2014 Telah ditetapkan 6 Oktober 2014 Telah ditetapkan 6 Oktober 2014 Telah ditetapkan 6 Oktober 2014 Telah ditetapkan 10 Januari 2014 Telah ditetapkan 10 Januari

86 PERATURAN JUDUL PUU tentang Sekretariat Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reef, Fisheries and Food Security (CTI- CFF) Indonesia 18 Dewan Pengarah, Komite Teknis dan Pengelola Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Inisiatif Segitiga Karang (Coral Reef Rehabilitation and Management Program - Coral Triangle Initiative Project) 19 Panitia Antar Kementerian Penyusun Rancangan Peraturan Presiden tentang Komite Nasional Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) Indonesia 20 Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta 21 Penetapan Status Perlindungan Terbatas Bambu Laut (Isis spp.) 22 Organisasi Pengelola (Project Management Office) Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir Tahun 2014 Sumber data: Bagian Hukum Ditjen KP3K NOMOR 30/KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/ /KEPMEN- KP/2014 Telah ditetapkan 26 Juni 2014 Telah ditetapkan... Telah ditetapkan 27 Januari 2014 Telah ditetapkan 27 Agustus 2014 Telah ditetapkan 28 Februari 2014 IK 16. Jumlah Draft Peraturan Perundang-Undangan Bidang KP3K Tabel 48. Tabel Target dan Realisasi Jumlah kebijakan publik bidang KP3K (dokumen) No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian IK Akhir (%) 15 Jumlah draft peraturan perundangundangan bidang KP3K (dokumen) Indikator jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K dihitung dari jumlah draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K yang dihasilkan berupa undang-undang, peraturan presiden, keputusan presiden, peraturan dan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan, peraturan dan keputusan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Dari target pada tahun 2014 sebanyak 3 draft, telah tercapai 3 draft. Pencapaian kinerja ini tidak lepas dari peran direktorat teknis lingkup Ditjen KP3K yang turut aktif dalam mengajukan draft peraturan perundangan berdasarkan program legislasi Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 13/KepMen-KP/2014 tentang Program Legislasi Kementerian Kelautan dan Perikanan sehingga lebih banyak draft peraturan perundangan yang diselesaikan. 74

87 Tabel 49. Tabel draft peraturan perundang-undangan bidang KP3K (dokumen) Peraturan PUU Undang- Undang Peraturan Pemerintah 1. Kelautan Judul Status Keterangan 1. Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 2. Sanksi Administratif Pemanfaatan Sumber Daya Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 1 Setneg Menunggu paraf klarifikasi dari DPR yang disampaikan oleh Setneg 2 Dit.PL Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat Pesisir dan Lautan 3 Dit.PL Substansi teknis masih dirumuskan Direktorat Pesisir dan Lautan 1. Prolegkem 2014; 2. Amanat Pasal 19 ayat (3) dan Pasal 22 (c) Undang- Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 1. Prolegkem 2014; 2. Amanat Pasal 71 ayat (5) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. SS 8. Terkelolanya Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaranterkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutanterdiri atas empat indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: Tabel 50. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan N Realisasi Capaian Indikator kinerja Target o (%) IK 17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir ,03 122,75 rusak yang direhabilitasi (Ha) 18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan 19 Jumlah penambahan kawasan konservasi ,00 291,83 perairan(ha) 20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau) ,33 75

88 IK 17. Jumlah Luasan Kawasan Di Wilayah Pesisir Rusak Yang Direhabilitasi (Ha) Tabel 51. Target dan Realisasi Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) No Realisasi Capaian Indikator kinerja Target IK Akhir (%) 17 Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir ,03 122,75 rusak yang direhabilitasi (Ha) Indikator Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi dihitung dari jumlah luas wilayah yang direhabilitasi akibat kerusakan ekosistem pesisir. Dari target seluas 110 ha, telah tercapai 135,03 ha. Target ini dicapai dari kegiatan penanaman mangrove dan vegetasi pantai di sejumlah kabupaten/kota dengan pelaksana pusat dan melalui dana dekonsentrasi provinsi oleh daerah. Dengan demikian prosentase capaian diperoleh sebesar 122,75. Hasil penanaman mangrove dan vegetasi pantai pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 52. Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) No Pelaksana Lokasi Jumlah Tanaman (batang) 1 Pusat Aceh Besar, Pandeglang, Serang, Jakarta Utara, Bekasi, Indramayu, Karawang, Sukabumi, Brebes, Cilacap, Demak, Kalimantan Timur, Kutai Kartanegara 2. Dekonsentrasi Klungkung, Serang, Gunung Kidul, Kepulauan Seribu, Pahuwato, Tanjung Jabung Timur, Bekasi, Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Brebes, Demak, Pati, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Mempawah, Singkawang, Tanah Bumbu, Kutai Kartanegara, Bontang, Lombok Timur, Belu, Luwu, Kolaka Utara, Manado Total Mangrove batang (24,08 ha) Vegetasi pantai batang (5 ha) Mangrove batang (94,95 ha); Vegetasi batang (6 ha); Terumbu karang unit (5 ha) Luas (ha) ± 29,08 ha ± 105,95 ha 135,03 ha 76

89 Tabel 53. Rincian wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (Ha) N O Kegiatan Jumlah Bibit Mangrove (btg) Luas Tanam Mangrove (ha) Jumlah Vegetasi (btg) Luas Tanam Vegetasi (ha) Jumlah Terumbu Karang (unit) Luas Rehabilitasi Terumbu Karang (ha) Keterangan I DEKONSENTRASI , Bali, Kabupaten Klungkung Banten, Kabupaten Serang DI Yogyakarta, Kabupaten Gunung Kidul DKI Jakarta Kabupaten Kepulauan Seribu Gorontalo Kabupaten Pohuwato Jambi , unit terumbu karang buatan, masingmasing berupa 5 gentong bersusun (1 250 bibit). Bibit karang yang digunakan adalah 350 bibit acropora dan 150 bibit montipora base 4 bibit, total jumlah bibit karang adalah 1380 Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jawa Barat Kabupaten Bekasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Indramayu Kabupaten Sukabumi , , , ,60 77

90 N O Kegiatan Jumlah Bibit Mangrove (btg) Luas Tanam Mangrove (ha) Jumlah Vegetasi (btg) Luas Tanam Vegetasi (ha) Jumlah Terumbu Karang (unit) Luas Rehabilitasi Terumbu Karang (ha) Keterangan Jawa Tengah Kabupaten ,25 Brebes Kabupaten ,25 Demak Kabupaten ,25 Pati Jawa Timur Kabupaten Pasuruan Kabupaten Probolinggo Kabupaten Situbondo Kalimantan Barat Kabupaten ,20 Mempawah Kota ,50 Singkawang Kalimantan Selatan Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Timur Kabupaten Kutai Kertanegara Kota Bontang Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Timur Kabupaten Belu Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Sulawesi Tenggara Kabupaten Kolaka Utara meja substrat transplantas i 78

91 N O Kegiatan Jumlah Bibit Mangrove (btg) Luas Tanam Mangrove (ha) Jumlah Vegetasi (btg) Luas Tanam Vegetasi (ha) Jumlah Terumbu Karang (unit) Luas Rehabilitasi Terumbu Karang (ha) Keterangan Sulawesi Utara Kota Manado II PUSAT , Aceh - Kabupaten Aceh Besar Banten Kabupaten Pandeglang Kabupaten Serang DKI Jakarta Kota Jakarta Utara Jawa Barat Kabupaten Bekasi Kabupaten Indramayu Kabupaten Karawang Kabupaten Sukabumi Jawa Tengah , , , , , ,30 - Kabupaten ,50 - Brebes Kabupaten ,50 - Cilacap Kabupaten ,18 - Demak Kalimantan ,50 - Timur Kutai ,50 - Kartanegara Total , Luas Total Rehabilitasi Pesisir 135,03 ha unit terumbu karang buatan (rangkaian besi) dan 2 unit terumbu karang buatan beton 79

92 Beberapa dokumentasi penanaman mangrove: Gambar 13. Mangrove yang telah ditanam di pesisir Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi 80 Gambar 14. Penanaman Mangrove di Ladong, Aceh Besar Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perolehan target dan realisasi untuk indikator jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha) terlihat pada tabel dan grafik berikut. Tabel 54. Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun

93 NAMA IKU Jumlah luasan kawasan di wilayah pesisir rusak yang direhabilitasi (ha) T R T R T R T R T R 60 68, , ,55 135, , Target Realisasi Gambar 15. Grafik Target dan Realisasi Indikator Jumlah Luasan Kawasan di Wilayah Pesisir Rusak yang Direhabilitasi (ha) Tahun Beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja rehabilitasi antara lain: (i) Dukungan pemerintah daerah; (ii) Kerjasama dengan para stakeholder diantaranya dengan dunia usaha melalui program CSR dan dengan perguruan tinggi; (iii) Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem pesisir sehingga meningkatkan partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi. 81

94 IK 18. Jumlah Lokasi Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan Tabel 55. Target dan Realisasi Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan N Realisasi Capaian Indikator kinerja Target o Akhir (%) IK 18 Jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan Indikator jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan dihitung dari jumlah lokasi laut, pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki perencanaan pengelolaan berupa dokumen rencana strategis, rencana zonasi, rencana zonasi rinci kawasan dan rencana zonasi rinci kawasan yang telah diinisiasi legalitasnya. Dari target 60 lokasi/dokumen pada tahun 2014, telah tercapai 60 dokumen RZWP-3-K di 60 lokasi (100). Penataan ruang yang menerapkan prinsip-prinsip transparansi dan partisipasi publik merupakan salah satu instrumen dalam implementasi pembangunan berkelanjutan. Kawasan pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil merupakan kawasan yang rentan terhadap dampak aktivitas manusia. Kondisi ini semakin diperparah dengan pergeseran aktivitas ekonomi yang sebelumnya berpusat di darat ke arah laut, maka penataan ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, seperti amanat UU 27/2007, menjadi penting sebagai acuan dan referensi tata ruang serta sumberdaya yang ada untuk dimanfaatkan secara berkelanjutan serta optimal dalam mensejahterahkan masyarakat. Kegiatan penyusunan RZWP-3-K dilakukan dalam rangka: 1. Mengakselerasi pengelolaan WP-3-K secara terpadu dan berkelanjutan sesuai amanah UU 27/2007 Jo.UU 1/2014; 2. Menyiapkan dasar pemberian izin pemanfaatan ruang WP-3-K; 3. Mendukung kegiatan prioritas nasional (MP3EI, PPKT, KSN/KSNT), kegiatan prioritas KKP (Blue Economy, Industrialisasi Perikanan/Minapolitan dan PUGAR). Dalam kurun waktu Renstra , capaian kinerja indikator utama ini dapat dicapai bahkan selama tahun capaian kinerjanya telah melampaui target yang telah ditetapkan, hal ini tidak lepas dari perencanaan pembagian tugas penyusunan dokumen pada kegiatan baik Pusat, UPT maupun Dekonsentrasi. Rincian capaian kinerja untuk indikator dalam kurun waktu dapat dilihat pada gambar berikut: 82

95 Jumlah Lokasi LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K Tahun Target Realisasi Gambar 16. Grafik Jumlah Lokasi Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang Memiliki Perencanaan Pengelolaan tahun Rencana Zonasi WP3K di 29 Provinsi dimana 4 (empat) Provinsi telah melegalkan dokumen tersebut dalam bentuk Peraturan Daerah, yaitu; Sumatera Barat, Jawa Timur, D.I Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. Kabupaten/Kota yang telah dilegalkan menjadi Perda sebanyak 10 Kabupaten/Kota, yaitu; Kab. Sinjai, Kab. Pekalongan, Kab. Serang, Kota Pekalongan, Kota Ternate, Kab. Gresik, Kab. Berau, Kota Sorong, Kab. Serang, dan Kab. Pasaman Barat. Program atau kegiatan yang mendukung kegiatan tersebut, diselenggarakan pula kegiatan-kegiatan lainnya seperti bimbingan teknis penyusunan RZWP-3-K, rapat koordinasi RZWP-3-K, penyusunan NSPK RZWP-3K dan terlibat aktif dalam forum BKPRN. Hal-hal yang membantu keberhasilan capaian indikator kinerja ini adalah adanya Undang-Undang Nomor : 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka telah berimplikasi terhadap upaya Pemerintah untuk mengakselerasi Pemerintah Provinsi agar segera menyelesaikan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sebagai acuan penerbitan ijin kegiatan pembangunan di perairan laut yang telah diberikan kewenangan pengelolaannya kepada Pemerintah Provinsi. Sehingga perlu dilaksanakan revisi Norma Standar Prosedur dan Kriteria terkait dengan Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. IK 19. Jumlah Penambahan Kawasan Konservasi Perairan (Ha) Tabel 56. Target dan Realisasi Sasaran Terkelolanya wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan. No Realisasi Capaian Indikator kinerja Target IK Akhir (%) 19 Jumlah penambahan kawasan konservasi perairan(ha) ,00 291,83 83

96 Pada tahun 2014, penambahan luas kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulaupulau kecil ditargetkan seluas 300 ribu hektar. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi sebesar ,47 ha, yang artinya realisasi capaiannya mencapai 291,83 ha dari target yang telah ditetapkan. Hal-hal yang mendukung pencapaian indikator ini adalah pelibatan pemerintah daerah disejumlah lokasi potensial yang memiliki komitmen untuk mencadangkan sebagian wilayah perairannya sebagai kawasan konservasi. Lokasi penambahan luas kawasan pada Tahun 2014 terdapat di 14 kabupaten. Faktor penting tercapainya target penambahan kawasan konservasi ini adalah tambahan signifikan di Kabupaten Belitung sebesar 662,984 Ha. Tabel 57. Lokasi Penambahan Luas Kawasan Tahun 2014 No Provinsi Kabupaten Luas 1 Jawa Tengah Kab. Jepara Bali Kab. Jembrana 3, NTB Kab. Dompu 2, Sulawesi Utara Kota Bitung 9, DI Yogyakarta Bantul Bangka Belitung Belitung 662, Bangka Belitung Bangka Selatan Sulawesi Tengah Toli-toli 74, Jawa Timur Sidoarjo 3, Sulawesi Tenggara Kota Kendari, Kab. Konawe 10, dan Kab. Konawe Selatan 11 Sulawesi Selatan Barru Sulawesi Utara Minahasa Utara 32, JAWA TENGAH Pekalongan LAMPUNG Tanggamus 76, TOTAL ,47 Jika membandingkan antara realisasi penambahan luas kawasan konservasi tahun 2014 dengan realisasi tahun sebelumnya, maka pada Tabel berikut ini dapat dilihat bahwa realisasi penambahan luas kawasan pada tahun 2014 melebihi realisasi penambahan luas kawasan pada tahun Pada tahun 2014 realisasi capaian penambahan luas kawasan sebesar ,47 ha, sedangkan pada tahun 2013 realisasinya mencapai ha dan 2012 sebesar ha. Namun demikian realisasi capaian pada tahun 2014 ini masih kurang luas jika dibandingkan dengan realisasi capaian penambahan luas kawasan tahun Pada tahun 2011 realisasi capaian penambahan luasnya mencapai ha. Jika target utama renstra sebesar Ha maka target ini sudah tercapai di tahun

97 Tabel 58. Realisasi penambahan luas kawasan konservasi perairan tahun No Realisasi Target Realisasi Capaian % ha ha ha ha ha ha ha ha Selanjutnya apabila dihitung sejak kawasan konservasi dikelola oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka hingga tahun 2014 luas kawasan sudah mencapai 16,451, Ha untuk menuju target 20 juta hektar pada tahun 2019 sebagaimana yang dicanangkan presiden, lebih detil dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 59. Luas Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Indonesia Tahun 2014 No Kawasan Konservasi Jumlah Kawasan Luas (Ha) A Dikelola Kemenhut 32 4,694, Taman Nasional Laut 7 4,043, Taman Wisata Alam Laut , Suaka Margasatwa Laut 5 5, Cagar Alam Laut 6 154, B Dikelola KKP dan Pemda ,756, Taman Nasional Perairan 1 3,355, Suaka Alam Perairan 3 445, Taman Wisata Perairan 6 1,541, Kawasan Konservasi Perairan Daerah 103 6,414, Jumlah Total ,451, IK 20. Jumlah Pulau-Pulau Kecil Yang Dikelola Melalui Kerjasama (Pulau) Tabel 60. Target dan Realisasi Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau) No Realisasi Capaian Indikator kinerja Target IK Akhir (%) 20 Jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melaluikerjasama (pulau) ,33 Indikator jumlah pulau-pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama ini dihitung dari jumlah pulau kecil yang dikelola melalui kerjasama yang dihasilkan. Target adopsi pulau pada tahun 2014 adalah sebanyak 9 pulau kecil namun kerjasama pengelolaan pulau yang telah dihasilkan adalah sebanyak 12 pulau kecil atau telah melebihi target sebesar 133,33. 85

98 Tabel 61. Target dan Realisasi ljumlah Pulau-pulau Kecil yang Dikelola Melalui Kerjasama No Nama Pulau Kab/Kota, Provinsi Kerjasama 1 Pulau Sebatik Kab. Nunukan, Kalimantan DJKP3K dengan UNHAS Utara (Kaltara) 2 Pulau Kab. Cilacap, Jawa Tengah DJKP3K dengan IPB Nusakambanga n 3 Pulau Subi Kecil Kab. Natuna, Kepri DJKP3K dengan IPB 4 Pulau Larat Kab. Maluku Tenggara DJKP3K dengan UI Barat (MTB), Maluku 5 Pulau Alor Kab. Alor, NTT DJKP3K dengan UGM 6 Pulau Batu Kecil Kab. Lampung Barat, Lampung DJKP3K dengan Yayasan Kalpatma dan Kodam II Sriwijaya 7 Pulau Maratua Kab. Berau, Kaltim DJKP3K dengan ITS 8 Pulau Poteran Kab. Sumenep, Jawa Timur DJKP3K dengan ITS 9 Pulau Karimun Kecil Kab. Karimun, Kepulauan Riau (Kepri) 10 Pulau Mega Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu 11 Pulau Enggano Kab. Bengkulu Utara, Bengkulu 12 Pulau Lingian Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah Sumber data: Direktorat Pendayagunaan Pulau-pulau Kecil - Ditjen KP3K DJKP3K dengan UNDIP DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB) DJKP3K dengan Universitas Bengkulu (UNIB) DJKP3K dengan Universitas Halu Oleo Adopsi Pulau diprioritaskan pada Pulau-pulau Kecil Terluar dengan pertimbangan bahwa PPKT memiliki nilai strategis terkait kedaulatan NKRI serta upaya percepatan pembangunan PPKT yang umumnya tertinggal. Selain itu Undang-Undang memberikan mandat untuk pengelolaan PPKT melalui Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan PPKT dan melalui UU No.27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil beserta produk turunannya, yaitu Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan PPKT. Tabel 62. Perbandingan Capaian Adopsi Pulau Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis Sejak Tahun 2012 terjalin 9 (sembilan) kemitraan kerjasama pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk PPKT antara Direktorat Jenderal KP3K-KKP dengan 8 (delapan) Perguruan Tinggi dan 1 (satu) Lembaga Masyarakat. Melalui program adopsi pulau ini, 86

99 pihak perguruan tinggi dan Lembaga Masyarakat sebagai mitra kerjasama, berkesempatan langsung untuk mendiseminasikan dan mempraktekan ilmu dan teknologi yang dimilikinya sebagai wujud pengejawantahan tridharma perguruan tinggi. Masuknya keunggulan teknologi dan kompetensi perguruan tinggi, diharapkan dapat mengakselerasi pengembangan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan, yang diharapkan berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pulau-pulau kecil. Gambar 17 Peta Lokasi Adopsi Pulau 87

100 SS 9. Terselenggaranya Modernisasi Sistem Produksi KP, Pengolahan dan Pemasaran Produk KP Yang Optimal dan Bermutu Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu terdiri atas satu indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: IK 21. Persentase Jumlah Produksi Garam Rakyat Kualitas Produksi (KP1) Dibandingkan Total Produksi Tabel 63. Target dan Realisasi Terselenggaranya modernisasi sistem produksi KP, pengolahan dan pemasaran produk KP yang optimal dan bermutu NO Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 21 Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi (%) ,04 77,06 Indikator Persentase jumlah produksi garam rakyat Kualitas Produksi (KP1) dibandingkan total produksi dihitung dari Perbandingan Kualitas Produksi 1 (KP1) dan Kualitas Produksi 2 (KP2) garam rakyat yang dihasilkan dengan total produksi garam rakyat. Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2014 untuk persentase jumlah produksi garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 40% : 60%. Pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2014 baru tercapai sebesar 31,04% : 68,96% dengan rincian seperti terlihat pada tabel dibawah ini: Tabel 64. Rincian Produk Garam KP1 No Kab/Kota Luas Lahan Produksi Persentase (Ha) Data Validasi (ton) KP1 TOTAL KP 1 1 Aceh Utara 15, , ,00 100,00 2 Aceh Timur 27,79 661,17 661,17 100,00 3 Aceh Besar 68,00 442,48 442,48 100,00 4 Pidie 28, , ,25 100,00 5 Cirebon 3.858, , ,40 18,00 6 Indramayu 2.714, , ,35 29,00 7 Karawang 171, ,78 523,01 14,00 8 Brebes 307, , ,03 18,00 9 Jepara 732, , ,47 16,00 10 Demak 1.172, , ,00 63,50 11 Rembang 1.543, , ,66 34,00 12 Pati 2.828, , ,31 23,00 13 Tuban 267, , ,76 14,18 14 Lamongan 371, , ,00 29,59

101 No Kab/Kota Luas Lahan Produksi Persentase (Ha) Data Validasi (ton) KP1 TOTAL KP 1 15 Pasuruan 272, , ,17 16,30 16 Gresik 112, , ,66 18,00 17 Probolinggo 382, , ,25 21,00 18 Kota Surabaya 1.470, , ,72 42,00 19 Pamekasan 1.000, , ,60 40,02 20 Sampang 3.208, , ,22 23,00 21 Sumenep 2.386, , ,54 51,15 22 Kota Pasuruan 127, , ,20 47,00 23 Bangkalan 159, , ,73 15,70 24 Karangasem 10, , ,51 100,00 25 Buleleng 173, , ,06 46,00 26 Bima 1.733, , ,36 24,00 27 Sumbawa 355, ,00 Belum menerapkan teknologi 28 Kota Bima 40, ,40 476,59 15,80 29 Lombok Timur 244, , ,53 18,90 30 Lombok Barat 131, , ,65 90,34 31 Lombok Tengah 58, ,44 210,14 10,00 32 Nagekeo 96, ,73 186,57 10,00 33 Ende 28,00 720,40 Belum menerapkan teknologi 34 TTU 43,50 260,45 44,25 16,99 35 Kupang 53, ,45 345,30 10,97 36 Alor 17,00 261,10 15,30 5,86 37 Sumba Timur 70,00 622,38 131,49 21,13 38 Manggarai 15,32 329,20 16,46 5,00 39 Kota Palu 18, ,58 Belum menerapkan teknologi 40 Jeneponto 810, , ,80 10,00 41 Pangkep 580, , ,60 40,00 42 Takalar 181, , ,40 27,00 43 Selayar 12,00 762,00 36,58 4,80 Total , , ,56 31,04 Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K Pencapaian kinerja jika dibandingkan dengan tahun lalu lebih rendah karena tidak tercapainya target realisasi pada tahun 2014, yaitu hanya sekitar 31,04 dari target sebesar 40 produksi garam dengan kualitas KP1 atau mencapai 77,6 dari target seperti terlihat pada Gambar dibawah ini: 89

102 Prosentase KP1 LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 40% 30% 32% 31% Target Realisasi Indikator Kinerja Utama - Produksi Garam Kualitas KP1 Gambar 18. Grafik Capaian Prosentase Produksi Garam Kualitas KP1 pada Tahun 2013 dan 2014 Hasil penetapan target kinerja pada tahun 2013 untuk persentase jumlah produksi garam rakyat kualitas produksi (KP1) dibanding total produksi adalah 30%:70%. Sedangkan pada pelaksanaannya hingga akhir tahun 2013 telah tercapai sebesar 32%:68%. Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi tidak dapat dilakukan karena IKU ini adalah IKU capaian kinerja Direktorat PMPPU yang tidak masuk dalam Renstra, dana baru ditargetkan pada tahun Berdasarkan target, maka IKU ini tidak mencapai reaalisasi capaian yang diinginkan. Dari target 40 % kualitas garam KP1 baru tercapai 31,04 % atau 77,60% dari target. Beberapa penyebab kegagalan mencapai target produksi KP1 adalah: a. Perbedaan harga KP1 dan KP2 yang tidak signifikan, sementara untuk memproduksi KP1, petambak garam perlu lebih banyak waktu (hari) penjemuran (evaporasi) dan perlakuan yang memerlukan tenaga dan biaya lebih. b. Penurunan nilai anggaran yang berdampak pada besaran BLM yang diterima masyarakat. Penurunan BLM ini berdampak pada biaya yang dibutuhkan petambak untuk menerapkan teknologi yang dapat meningkatkan produksi garam c. Musim kering yang singkat menyebabkan petambak berupaya memproduksi garam sebesar mungkin mengejar waktu yang tersedia, serta riskannya menunggu lebih lama untuk menjemur air tua karena takut hujan. d. Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan belum banyaknya petambak garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara lain mahalnya biaya produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan yang diperoleh sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan usaha yang lebih untuk menggunakan TUF; 90

103 e. Rencana adopsi TUF melalui BLM PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM terbatas dan menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya jumlah kelompok PUGAR, sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai lahan yang mengadopsi TUF. Analisis atas efisiensi penggunaan sumberdaya; Dengan capaian IKU sebesar 77,6% maka anggaran yang ada belum cukup efisien. Pembengkakan jumlah penerima sasaran BLM yang menyebabkan jumlah nilai bantuan ke setiap penerima menjadi kecil. Akibat dari hal tersebut adalah penerima bantuan tidak mempunyai cukup dana untuk mengaplikasikan teknologi yang dapat memproduksi garam dengan kualitas yang diharapakan (KP1). Selain hal itu, fluktuasi harga garam yang belum memggembirakan dan dapat memotifasi petambak garam untuk memproduksi garam dengan kualitas KP1. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja. Program atau kegiatan yang menunjang pencapaian IKU ini adalah: Perbaikan saluran tambak oleh Kementerian PU, penetapan jumlah impor garam, penetapan harga jual garam, SS 10. Meningkatnya Pemanfaatan Ekonomi, Wilayah Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil Secara Terpadu Dan Berkelanjutan Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutanterdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: Tabel 65. Target dan Realisasi Meningkatnya pemanfaatan ekonomi, wilayah laut, pesisir dan pulau- pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar % 30 30,57 101,90 IK 22. Luasan Tambak Garam Yang Dikelola (Ha) Tabel 66. Target dan Realisasi Luasan tambak garam yang dikelola (Ha) No Indikator kinerja Target IK Realisasi Akhir Capaian (%) 22. Luasan tambak garam yang dikelola (Ha)

104 Indikator luasan tambak garam yang dikelola (Ha) dihitung dari luas lahan tambak garam yang difasilitasi oleh PUGAR. Dari target luasan tambak garam seluas Ha pada tahun 2014, telah tercapai luasan tambak garam seluas ,59 Ha atau mencapai 103,42 dari 43 kabupaten/kota penerima bantuan PUGAR. Luasan tambak garam yang dikelola pada Tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 67. Rincian Luas Lahan Garam No Kab/Kota Target Produksi 2014 Lahan Potensi (Ha) Produksi Luas Lahan (Ha) Data Validasi (ton) Produkti -vitas (Ton/Ha ) 1 Aceh Utara 806,92 177,00 15, , Aceh Timur 374,81 33,13 27,79 661,17 23,79 3 Aceh Besar 1,283,45 430,00 68,00 442,48 6,51 4 Pidie 2,090,18 2,00 28, ,25 142,06 5 Cirebon , , ,00 81,51 6 Indramayu , , , ,40 114,64 7 Karawang ,57 670,00 171,90 3,735,78 21,73 8 Brebes 60,912,04 703,00 307, ,30 82,72 9 Jepara , ,66 732, ,70 99,48 10 Demak , , , ,00 90,02 11 Rembang , , , ,13 91,98 12 Pati , , , ,00 101,81 13 Tuban ,58 393,35 267, ,38 93,40 14 Lamongan ,48 371,50 371, ,00 88,32 15 Pasuruan ,21 803,54 272, ,95 58,98 16 Gresik 9.418,80 0,00 112, ,75 77,34 17 Probolinggo ,20 750,00 382, ,82 65,79 18 Kota Surabaya , , , ,76 106,25 19 Pamekasan , , , ,50 89,28 20 Sampang , , , ,10 79,96 21 Sumenep ,99 982, , ,54 122,40 22 Kota Pasuruan ,93 150,00 127, ,00 84,72 23 Bangkalan 6,696,99 742,50 159, ,62 54,08 24 Karangasem 1.226,10 10,42 10, ,51 137,29 25 Buleleng 3,587,11 276,00 173, ,60 35,90 26 Bima , , , ,00 90,21 27 Sumbawa 7.153, ,00 355, ,00 12,84 28 Kota Bima 4.687,11 55,00 40, ,40 75,41

105 No Kab/Kota Target Produksi 2014 Lahan Potensi (Ha) Produksi Luas Lahan (Ha) Data Validasi (ton) Produkti -vitas (Ton/Ha ) 29 Lombok Timur 30 Lombok Barat 31 Lombok Tengah , ,13 244, ,10 93, ,00 354,19 131, ,23 70, ,49 369,40 58, ,44 36,21 32 Nagekeo 3.363, ,00 96, ,73 19,41 33 Ende 918, ,00 28,00 720,40 25,73 34 Timur Tengah Utara 4.265, ,00 43,50 260,45 5,99 35 Kupang 1.271, ,00 53, ,45 58,51 36 Alor 124,98 35,00 17,00 261,10 15,36 37 Sumba Timur 837, ,00 70,00 622,38 8,89 38 Manggarai 727,10-15,32 329,20 21,49 39 Kota Palu 1.417,50-18, ,58 62,42 40 Jeneponto ,32 979,10 810, ,95 30,31 41 Pangkep ,46 672,00 580, ,99 94,64 42 Takalar ,96 388,36 181, ,05 88,07 43 Selayar 1.155,06 22,00 12,00 762,00 63,50 Total , , , ,19 89,72 Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K Apabila dibandingkan luasan tambak garam yang dikelola dari tahun 2012 dan 2014, terjadi peningkatan luasan tambak garam yang dikelola sebagaimana dapat dilihat pada Gambar berikut: 93

106 Luasan Tambak Garam (Ha) LAPORAN KINERJA DITJEN KP3K Tahun Gambar 19. Grafik Jumlah Luasan Tambak Garam (Ha) pada Tahun IKU ini terkait dengan IKU 8 yaitu jumlah kelompok yang menerima pemberdayaan usaha garam rakyat/kugar. Pada IKU 8 tersebut telah dijelaskan mengenai keberhasilan penyaluran bantuan langsung masyarakat kepada kelompok usaha garam rakyat (KUGAR) sebanyak kelompok. IK 23. Persentase Luas Lahan Yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan Pugar Tabel 68. Target dan Realisasi Persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar % No Indikator kinerja Target Realisasi Capaia IK n (%) 23. Persentase luas lahan yang 30 30,57 101,90 menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar % Indikator persentase luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi dibanding total lahan pugar dihitung dari peningkatan luas lahan yang menerapkan ketiga rekomendasi teknologi seperti pada IKU 14. Capaian kinerja luas lahan yang menggunakan inovasi teknologi pada tahun 2014 mencapai 105,23 dengan jumlah luasan sebesar 8.589,94 Ha atau 31,57 dari target pada tahun 2014 sebanyak 30 dari total luas lahan PUGAR. Luasan lahan tersebut berada pada 19 Kabupaten/kota dengan rincian dapat dilihat pada Tabel berikut: 94

107 Tabel 69. Data Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi No Kab/Kota Luas Lahan (Ha) Luas Lahan yang Menggunakan Teknologi (Ha) 1 Aceh Utara 15,55 Teknologi Perebusan 2 Aceh Timur 27,79 Teknologi Perebusan 3 Aceh Besar 68,00 Teknologi Perebusan 4 Pidie 28,30 Teknologi Perebusan 5 Cirebon 3.858, ,11 6 Indramayu 2.714,46 459,90 7 Karawang 171,90 171,90 8 Brebes 307,80 110,55 9 Jepara 732,51 618,09 10 Demak 1.172,94 606,71 11 Rembang 1.543,22 463,06 12 Pati 2.828,90 363,30 13 Tuban 267,16 39,32 14 Lamongan 371,50 281,90 15 Pasuruan 272,77 53,80 16 Gresik 112,04 45,00 17 Probolinggo 382,24 65,56 18 Kota Surabaya 1.470,25 298,58 19 Pamekasan 1.000,00 524,18 20 Sampang 3.208,20 669,89 21 Sumenep 2.386,00 782,39 22 Kota Pasuruan 127,00 25,20 23 Bangkalan 159,80 35,90 24 Karangasem 10,42 10,42 25 Buleleng 173,91 33,49 26 Bima 1.733,00 243,18 27 Sumbawa 355,00 Belum memanfaatkan 28 Kota Bima 40,00 27,80 29 Lombok Timur 244,30 225,76 30 Lombok Barat 131,70 52,30 31 Lombok Tengah 58,04 55,36 32 Nagekeo 96,10 15,00 33 Ende 28,00 Belum memanfaatkan 34 Timur Tengah Utara 43,50 7,50 35 Kupang 53,78 35,00 95

108 No Kab/Kota Luas Lahan Luas Lahan yang Menggunakan 36 Alor (Ha) 17,00 Teknologi (Ha) 17,00 37 Sumba Timur 70,00 28,00 38 Manggarai 15,32 15,32 39 Kota Palu 18,00 Belum memanfaatkan 40 Jeneponto 810,00 97,90 41 Pangkep 580,00 32,00 42 Takalar 181,19 53,50 43 Selayar 12,00 12,00 Total , ,88 Sumber data: Direktorat PMPPU - Ditjen KP3K Keterangan: Persentase lahan yang menggunaan linovasi teknologi: 8.807,88 x 100 = 31, ,59 Pada tahun 2014 capaian kinerja ini dapat dicapai bahkan melampaui target yang direncanakan, jika dibandingkan dengan tahun lalu maka capaian ini lebih baik. hal ini dikarenakan cuaca yang tidak mendukung untuk pemanfaatan teknologi yang direkomendasikan. Sehingga banyak petambak yang tidak berani menggunakaan teknologi yang telah direkomendasikan untuk peningkatan produksi garam di lokasi tambaknya, dan tetap memilih menggunakan teknologi yang masih tradisional. 35% 30% 31,57% 30% 25% 20% 20% 15% 10% Target Realisasi 5% 0% 0% Tahun Gambar 20. Grafik Persentase Luas Lahan yang Menggunakan Inovasi Teknologi Dibanding Total Lahan PUGAR 96

109 Tidak seluruh kabupaten/kota penerima program PUGAR mangadopsi salah satu rekomendasi teknologi yang disarankan antara lain disebabkan oleh : (i) harga garam di petambak tidak membedakan kualitas atau tidak signifikan, sehingga petambak enggan memproduksi garam KP1; (ii) Di beberapa daerah seperti di Kabupaten Pamekasan belum banyaknya petambak garam yang mau mengadopsi TUF dengan alasan antara lain mahalnya biaya produksi dan sedikitnya garam yang dihasilkan namun keuntungan yang diperoleh sama saja dari segi jumlah pendapatan meskipun dengan biaya dan usaha yang lebih untuk menggunakan TUF; (iii) Rencana adopsi TUF melalui BLM PUGAR tidak berjalan karena nilai BLM menjadi lebih kecil disebabkan bertambahnya jumlah kelompok PUGAR, sehingga biaya awal yang direncakan tidak cukup membiayai lahan yang mengadopsi TUF. SS 11. Terselenggaranya Pengendalian Dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecilterdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: Tabel 70. Target dan Realisasi Terselenggaranya pengendalian dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil NO Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target IK Akhir (%) 24 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K 25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi IK 24. Jumlah Rekomendasi Izin Pemanfaatan Perairan di WP3K Indikator rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K dihitung dari Penerbitan rekomendasi izin pemanfaatan perairan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dari target 1 rekomendasi, telah tercapai 1 rekomendasi (100,00). Pada Tahun 2014, telah dikeluarkan 1 rekomendasi izin pemanfaatan perairan dengan fasilitasi Penyusunan Rencana Zonasi WP3K di Kabupaten Batubara. Tabel 71. Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K Indikator Kinerja Target 2013 Realisasi 2013 Target 2014 Jumlah rekomendasi izin pemanfaatan perairan di WP3K Realisasi

110 Pada Tahun 2013, telah disusun Detail Engineering Design Ekstensifikasi Lahan Garam dan Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi untuk konsep pengembangan usaha garam rakyat menuju industrialisasi dan Perencanaan Sarana Tambak Garam dalam rangka ekstensifikasi berbasis potensi, tujuan dan sasaran utamanya adalah untuk menghitung kebutuhan kapasitas dan jumlah gudang dan Unit Pengolah Garam (UPG) dalam mendukung ekstensifikasi lahan garam di lokasi terpilih Kabupaten Sampang, Sumenep, Bangkalan dan Pamekasan. Salah satu pendorong dalam pencapaian target ini adalah ketersediaan data yang diperluka dalam melakukan perencanaan IK 25. Jumlah Fasilitasi Izin Lokasi Reklamasi Tabel 72. Target dan Realisasi Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi No Indikator Kinerja Target Ik Realisasi Akhir Capaian (%) 25 Jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi dihitung dari Jumlah kawasan pesisir yang difasilitasi dalam melakukan kegiatan reklamasi dan penerbitan izin lokasi reklamasi agar memperhatikan kelestarian lingkungan serta keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Dari target 2 izin, telah tercapai 100, yaitu izin lokasi reklamasi di Tanjung Benoa, Bali dan fasilitasi izin lokasi reklamasi di Tanjung Carat, Sumatera Selatan. Sebagai penjabaran Pasal 34 UU 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil, setelah diterbitkan PERPRES 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau pulau Kecil yang mengatur tentang perencanaan dan pelaksanaan reklamasi, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013 tentang Perizinan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau pulau Kecil yang mengatur secara rinci persyaratan dan mekanisme perizinan reklamasi di WP3K. Seiring dengan telah diterbitkannya PERPRES 122 tahun 2012, dan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, tentunya terdapat wilayah wilayah yang mengajukan izin reklamasi di WP3K. Sebagai upaya pemeriksaan kualitas dan substansi dokumen dokumen yang diajukan oleh pemrakarsa reklamasi di WP3K dan kondisi eksisting di lapangan (termasuk seluruh aspek yang terkait), maka perlu dilakukan verifikasi dokumen dokumen reklamasi tersebut. 98

111 Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai fasilitator dan motivator pengelolaan reklamasi wilayah pesisir dan laut, dipandang perlu untuk berperan aktif dalam kegiatan reklamasi di WP3K. Pengamatan terhadap kondisi beberapa daerah rencana reklamasi maupun daerah reklamasi yang sudah selesai dibangun ialah munculnya manfaat sekaligus permasalahan. Beberapa issue mengenai kegiatan reklamasi diantaranya mengenai AMDAL, degradasi lingkungan, dan perubahan morfologi pantai, disamping manfaat utama yang diharapkan yaitu peningkatan nilai ekonomi pada wilayah reklamasi yang baru. Mengingat kompleksitas permasalahan di wilayah reklamasi, maka pada tahun 2014 Direktorat Pesisir dan Lautan - Ditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil melaksanakan kegiatan Verifikasi dan Fasilitasi Kegiatan Reklamasi Pesisir. A. Izin Lokasi Reklamasi Teluk Benoa Latar belakang rencana reklamasi Teluk Benoa ialah terjadinya pendangkalan yang meluas sehingga menyebabkan degradasi ekosistem pesisir dan terbentuknya lahan yang tidak produktif. Kondisi tersebut menyebabkan perlunya penanganan kawasan Teluk Benoa secara komprehensif dan terpadu. Potret kondisi eksisting Teluk Benoa dapat ditampilkan pada gambar-gambar berikut : Gambar 21 Kondisi eksisting Teluk Benoa (tahun 2013) Surat permohonan izin lokasi reklamasi dari pemrakarsa PT. Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) disampaikan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 11 Juni Rencana lokasi reklamasi Teluk Benoa sesuai dengan proposal yang diajukan dengan luas 810 ha, dan yang disetujui seluas 700 Ha sesuai dengan telaahan dan evaluasi terhadap domumen dan lokasi rencana reklamasi. Sesuai dengan PERMEN KP No. 17 tahun 2013, persyaratan untuk memperoleh izin lokasi yang harus dipenuhi pemrakarsa yaitu : (a). Surat permohonan Menteri Kelautan dan Perikanan, (b). Bukti kesesuaian lokasi reklamasi dengan RZWP3K dan/atau RTRW dari instansi yang berwenang, (c). Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material dengan skala 1:1.000 dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, dan (d). Proposal perencanaan reklamasi. 99

112 Menteri memberikan izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi, kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; kondisi ekosistem pesisir; akses publik; dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Berdasarkan aspek hukum, proposal yang disampaikan, dan hasil verifikasi lapangan, dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Lokasi reklamasi sudah sesuai arahan pemanfaatan ruang dalam PERPRES 51 tahun 2014 sesuai dengan alokasi ruang; b. Ekosistem pesisir di daerah rencana reklamasi didominasi oleh ekosistem mangrove dengan kondisi baik dengan jenis beragam. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan dengan reklamasi berbentuk pulau-pulau buatan; c. Pemrakarsa tetap mempertahankan akses nelayan dan pembudidaya ikan; d. Mempersiapkan beberapa alternatif seperti kompensasi atau pemindahan lokasi penangkapan ke tempat yang lain terdekat untuk keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sesuai hasil evaluasi, dalam pemberian Izin Lokasi tersebut direkomendasikan beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut: a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau pulau buatan yang dipisahkan oleh kanalkanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi reklamasi dan keberadaan taman hutan rakyat; b. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar memperhatikan aspek lingkungan; c. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi; d. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi. B. Rekomendasi Izin Lokasi Tanjung Carat Rencana lokasi reklamasi Tanjung Carat, Kabupaten Banyuasin merupakan satu kesatuan dengan Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api dengan rencana luas reklamasi ± Ha. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh Rekomendasi Izin Lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013 adalah sebagai berikut : Surat keterangan lokasi reklamasi dan lokasi sumber material dari gubernur, bupati/walikota; Peta lokasi reklamasi dan lokasi sumber material dengan skala 1 : dengan sistem koordinat lintang (longitute) dan bujur (latitute) pada lembar peta, Proposal perencanaan reklamasi Menteri memberikan rekomendasi izin lokasi sesuai dengan PerMenKP No. 17 tahun 2013 berdasarkan pada kesesuaian lokasi dengan RZWP-3-K atau RTRW provinsi, 100

113 kabupaten/kota yang sudah mengalokasikan ruang untuk reklamasi; Kondisi ekosistem pesisir; Akses publik; dan Keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat Berdasarkan proposal yang disampaikan dan hasil verifikasi lapangan, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Berdasarkan pola ruang pada Pasal 33 poin b Perda Kabupaten Banyuasin No. 28 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Banyuasin Tahun , calon lokasi reklamasi telah sesuai dengan alokasi ruang pada pola ruang; b. Terdapat ekosistem mangrove dengan kondisi baik dan jenis beragam, antara lain: Api-Api (Avicennia sp), Bakau-bakau (Rhizophora sp), Bruguiera sp, Kandelia sp dan Ceriops sp. Apabila reklamasi dilakukan di lokasi tersebut, ekosistem mangrove tidak akan terganggu karena reklamasi akan dilakukan dengan jarak minimal 300 meter dari daratan dan dipisahkan dengan kanal. Apabila dilaksanakan reklamasi, maka kemungkinan akan mengganggu akses nelayan dan pembudidaya ikan dalam kegiatan perikanan serta akses pelayaran rakyat. Akan tetapi hal ini sudah diantisipasi dalam proposal; c. Apabila kegiatan reklamasi dilaksanakan akan mengganggu wilayah penangkapan nelayan, dan telah ada perencanaan pada proposal dengan melakukan beberapa alternatif seperti kompensasi atau memindahkan lokasi penangkapan ke tempat yang lain terdekat sesuai dengan kesepakatan. Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemohon Izin Lokasi sebagai berikut: a. Lokasi reklamasi agar berbentuk pulau yang dipisahkan oleh kanal dengan jarak minimal 300 meter dari garis pantai agar tidak mengganggu keseimbangan dan keberadaan ekosistem pesisir (mangrove) di sekitar lokasi reklamasi dan keberadaan hutan lindung; b. Agar memperhatikan rencana pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api; c. Rencana sumber pengambilan material untuk keperluan reklamasi agar memperhatikan aspek lingkungan; d. Memperhatikan mata pencaharian nelayan sekitar lokasi reklamasi; e. Tetap memberikan akses kepada masyarakat/nelayan untuk memanfaatkan wilayah pesisir di sekitar lokasi reklamasi. 101

114 Lokasi Rencana Reklamasi Gambar 22. Kondisi eksisting daerah lokasi reklamasi Tanjung Carat Indikator jumlah fasilitasi izin lokasi reklamasi (izin) merupakan indikator yang baru ditetapkan menjadi indikator kinerja Direktorat Pesisir dan Lautan pada tahun 2013 dan 2014 (seiring diterapkannya sistem Balanced Score Card di Kementerian Kelautan dan Perikanan). Pada tahun 2013 target untuk indikator ini adalah sebanyak 1 izin yang terfasilitasi dengan capaian 1 izin, sedangkan tahun 2014 memiliki target 2 izin reklamasi yang terfasilitasi dengan capaian 2 izin yang terfasilitasi. Target indikator ini bersifat kumulatif, dengan capaian 100 untuk tahun 2013 dan SS 12. Tersedianya SDM Lingkup Ditjen KP3K Yang Kompeten Dan Profesional Indikator kinerja yang ditetapkan untuk mengukur keberhasilan sasaran Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional terdiri atas dua indikator kinerja, dengan capaian kinerja sebagai berikut: Tabel 73. Tersedianya SDM lingkup DItjen KP3K yang kompeten dan profesional No Realisasi Capaian Indikator Kinerja Target Ik Akhir (%) 26 Indeks kesenjangan kompetensi eselon II, 50% 13,73% 120 III, IV dan V DJ KP3K (%) 27 Service Level Agreement DJKP3K 75% 93,13%

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula

down mengandung makna bahwa perencanaan ini memperhatikan pula BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya agar efektif, efisien, dan akuntabel, Direktorat Penanganan Pelanggaran (Dit. PP) berpedoman pada dokumen perencanaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

2.1 Rencana Strategis

2.1 Rencana Strategis 2.1 Rencana Strategis Sekretariat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan () telah menyusun suatu Rencana Strategis (Renstra) dengan berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I I I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka LAPORAN KINERJA Sekretariat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III-

KATA PENGANTAR. LakilLToshiLaporan Kinerja Direktorat Jenderal PSDKP Tahun 2014 III- KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen. PSDKP) disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA

DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA Tuga Pokok Dan Fungsi : DIREKTORAT USAHA BUDIDAYA 1. Merumuskan kebijakan Direktorat Usaha berdasarkan rencana strategis dan program Direktorat Jenderal Perikanan 2. Merumuskan rencana kegiatan Direktorat

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 RENCANA STRATEGIK DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010 VISI - KKP Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN I 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan I Tahun 2014 ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015 BAB II. PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis atau yang disebut dengan RENSTRA merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu tertentu berisi visi,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n I I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus

Lebih terperinci

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR

LAKIP SEKRETARIAT DJPB TRIWULAN III 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Triwulan III Tahun ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja terhadap

Lebih terperinci

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan

1. Jumlah pegawai berdasarkan Jabatan : Jabatan Eselon II sebanyak 1 orang, Jabatan PORTOFOLIO DIREKTORAT PERBENIHAN Tugas pokok dan fungsi : Berdasarkan Peraturan Menteri No. Per. 5/MEN/200 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Perbenihan terdiri

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. Slamet Soebjakto

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Plt. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. Slamet Soebjakto KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (PRL) Tahun 2015 disusun sebagai wujud transparansi dan akuntabilitas Ditjen PRL dalam melaksanakan kewajiban pembangunan di bidang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat dan berguna sebagai informasi akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan adanya kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, maka Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

LAKIP BBPSEKP Tahun 2013

LAKIP BBPSEKP Tahun 2013 LAKIP BBPSEKP Tahun 2013 BALAI BESAR PENELITIAN SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTRIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 TIM PENYUSUN : Indra

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Sekretaris Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan. Abdur Rouf Syam KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga Laporan Kinerja (LKj) Sekretariat Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya

Lebih terperinci

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN

PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN PORTOFOLIO DIREKTORAT KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Tugas pokok Direktorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan adalah tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, norma, standar,

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA A. PERENCANAAN Rencana strategis sebagaimana yang tertuang dalam Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah merupakan suatu proses yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 217 MOR SP DIPA-32.7-/217 DS6553-7197-642-6176 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR

L A K I P D J P B T r i w u l a n I TAHUN 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya dan kerjasama dari semua pihak yang terkait di lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, sehingga Laporan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n I I D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM

KATA PENGANTAR. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 SEKRETARIAT BKIPM i Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-1 C.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Tujuan... 2 C. Tugas dan Fungsi...

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Bisnis (RSB) bagi suatu organisasi pemerintah merupakan suatu kewajiban sebagai upaya mewujudkan tata kelola system yang modern. RSB

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n , D J P B TAHUN 2014 L a k i p T r i w u l a n 1 D i r e k t o r a t P r o d u k s i T a h u n 2 0 1 4, D J P B KATA PENGANTAR Direktorat Produksi sebagai unsur teknis pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya terus mendorong

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN SATUAN KERJA LINGKUP PUSAT KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014

LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MEKANISASI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

Oleh. Direktur Konservasi dantaman Nasional Laut Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan

Oleh. Direktur Konservasi dantaman Nasional Laut Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Oleh Direktur Konservasi dantaman Nasional Laut Ditjen. Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan Dasar Hukum : UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN

VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN VOLUNTARY NATIONAL REVIEW (VNR) TPB/SDGs TAHUN 2017 TUJUAN 14 EKOSISTEM LAUTAN Voluntary National Review (VNR) untuk Tujuan 14 menyajikan indikator mengenai rencana tata ruang laut nasional, manajemen

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.

Lebih terperinci

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Gambaran Ilustrasi Organisasi 3.1.1 Sejarah Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Sejak era reformasi bergulir di tengah percaturan politik Indonesia,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) 2014 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2015 Direktur Produksi, Ir. Coco Kokarkin Soetrisno,M.Sc KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allahn Swt, karena atas berkah dan karunia-nya, Direktorat Produksi telah menyelesaikan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Produksi Tahun 2014. Laporan Kinerja ini

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAKIP 2015 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan disusun dengan mengacu pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan 2013-2018, Renstra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 1. Visi Menurut Salusu ( 1996 ), visi adalah menggambarkan masa depan yang lebih baik, memberi harapan dan mimpi, tetapi juga menggambarkan hasil-hasil yang memuaskan. Berkaitan

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP

RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN. Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP RETREAT ISU STRATEGIS DAN KEGIATAN PRIORITAS PENGAWASAN PENGELOLAAN DITJEN PSDKP SDKP TAHUN TA. 2018 2017 Kepala Subbagian Perencanaan dan Penganggaran Ditjen PSDKP OUTLINE 1. 2. 3. 4. ISU STRATEGIS IUU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA BAB.III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan suatu kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/pimpinan kolektif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO 1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/KEPMEN-KP/05 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 05 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 Halaman 1 dari 26 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PELAYANAN USAHA PENANGKAPAN IKAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci