BENTUK MAKNA SIMBOLIS DAN FUNGSI TRADISI NYADRAN DI DESA KEDUNGLO KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BENTUK MAKNA SIMBOLIS DAN FUNGSI TRADISI NYADRAN DI DESA KEDUNGLO KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO"

Transkripsi

1 BENTUK MAKNA SIMBOLIS DAN FUNGSI TRADISI NYADRAN DI DESA KEDUNGLO KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Juni Ariyanti PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2016 i

2

3

4 PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Juni Ariyanti NIM : Program Studi Fakultas Judul Skripsi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa : Keguruan dan Ilmu Pendidikan : Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benarbenar hasil karya sendiri, bukan jiplakan orang lain, bsik sebagian maupun seluruhnya, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai bahan acuan. Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil jiplakan, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, 16 Februari 2016 Yang Membuat pernyataan, Juni Ariyanti iv

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO 1. Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling taqwa (Q.S Al Hujarat : 13) 2. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S Al Baqoroh : 153) 3. Sikap dalam menerima cobaan adalah sabar dan meyakini bahwa segala milik Allah dan akan kembali kepada Allah cobaan akan ringan dengan sabar dan ridho (Q.S Al Baqoroh (2) : 156) 4. Seorang sahabat adalah sumber kebahagiaan dikala kita merasa tidak bahagia. PERSEMBAHAN: Karya sederhana ini saya persembahkan kepada : 1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Yatin Rohman dan Ibu Siti Poniah sebagai ungkapan rasa baktiku dan ungkapan terimakasih dalam ketulusan hati, doa, kesabaran, pengorbanan dan motivasi yang tidak pernah letih menuntun dengan kasih sayang dan tidak melewatkan satu haripun untuk mendoakanku. 2. Buah hatiku tersayang Panji Cipta Aryananda, yang selalu memberikan senyuman, dorongan dan semangat dalam menyusun skripsi ini. 3. Teman-teman PBSJ seperjuangan yang selalu bersamasama dalam suka dan duka di bangku perkuliahan. 4. Sahabat-sahabatku (Ananggadipa Amarendra, Iin Septi Anggraeni, Heri) yang selalu memberikan dukungan selama penyusunan skripsi. 5. Seluruh masyarakat Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo yang telah banyak memberikan informasi dalam penelitian ini. 6. Almamater Universitas Muhammadiyah Purworejo v

6 PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada: 1. Drs. H. Supriyono, M. Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Drs. H. Hartono, M. M., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Yuli Widiyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu selama peneliti menempuh studi. 4. Eko Santosa, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan Rochimansyah, M. Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dengan vi

7 penuh kesabaran dan ketulusan hati dalam membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberi petunjuk selama penyusunan skripsi. 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu kepada peneliti. 6. Kepala Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo yang telah bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian tradisi Nyadran. 7. Narasumber-narasumber yang telah memberikan informasi sebagai sumber data dalam penyusunan skripsi ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Peneliti hanya dapat berdoa semoga budi baik dan bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah Swt. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu peneliti mengharapkan doa, kritik, dan nasihat-nasihat yang membangun. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat, menambah ilmu pengetahuan pembaca dan berguna bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Purworejo, 16 Februari 2016 Peneliti, Juni Ariyanti vii

8 ABSTRAK Juni Ariyanti. Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) Prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo (2) Makna sesaji atau ubarampe yang digunakan dalam tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo (3) Fungsi tradisi Nyadran terhadap masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, datanya dikumpulkan, dideskripsikan, kemudian dianalisis prosesi, makna simbolis sesaji dan fungsi yang terdapat dalam tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Sumber data yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Mbah Gondo Sastro (juru kuci makam), Bapak Sariyo dan Bapak Rohman (sesepuh desa) desa Kedunglo, Tugino, Slamet, Wahyudi, Nuryanto, Sukamto,Agus Chirin dan Riyadi (panitia tradisi Nyadran dan masyarakat desa Kedunglo). Data yang diambil berupa data hasil wawancara dari narasumber. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Selanjutnya teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil dari penelitian prosesi pelaksanaan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo adalah, (1) prosesi meliputi: (a) pra pelaksanaan, yaitu persiapan, pemberangkatan ke makam, pembakaran kemenyan, penerimaan sesaji. (b) pelaksanaan tradisi Nyadran, yaitu penyerahan sesaji, dan berdoa (mujung). (c) pasca pelaksanaan, yaitu kenduri dan makan bersama. (2) makna simbolik sesaji atau ubarampe pelaksanaan tradisi Nyadran terdapat pada (a) nasi tumpeng, (b) ayam ingkung, (c) jenang abang putih, (d) sekar setaman, (e) gedhang raja, (f) degan, (g) wedang kopi, wedang teh, wedang susu, wedang putih, (h) jajan pasar, (i) wajik, (j) kue cucur, (k) rokok, (l) godhong tawa, (m) beras, kaca, sisir, bedak dan telur kampung, (n) nasi golong, (o) minyak telon, (p) gemblong, (q) daun dadap, dan (r) becer kambing. (3) fungsi tradisi Nyadran meliputi: (a) fungsi ditaktis (pendidikam), (b) fungsi sosial, (c) fungsi ekonomi, (d) fungsi sosial budaya, (e) fungsi psikologi dan agama. Kata kunci: Tradisi Nyadran viii

9 ABSTRAK Juni Ariyanti. Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purworejo Panaliten punika nggadhahi ancas inggih punika kangge ndungkap: (1) Prosesi upacara tradisi Nyadran wonten Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo (2) Makna sesaji utawi ubarampe ingkang cinakup wonten salebetipun tradisi Nyadran wonten Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, (3) Fungsi tradisi Nyadran dhateng masyarakat wonten Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Salebetipun panaliten punika, panyerat ngginakaken jenis panaliten deskriptif kualitatif datanipun dipunkempalaken, dipundeskripsikan, lajeng dipunanalisis prosesi, makna simbolis ubarampe ugi ginanipun ingkang cinakup wonten salebetipun tradisi Nyadran wonten Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Sumber data lan data ingkang dipunjinggengi wonten ing panaliten punika inggih punika Mbah Gondo Sastro (juru kuci makam), Bapak Sariyo dan Bapak Rohman (sesepuh desa) desa Kedunglo, Tugino, Slamet, Wahyudi, Nuryanto, Sukamto,Agus Chirin saha Riyadi (panitia tradisi Nyadran) lan masyarakat desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Data ingkang dipunpundhut awujud data wawancara. Teknik pangempalan datanipun ngginakaken teknik wawancara, observasi lan dokumentasi. Teknik analisis data ngginakaken analisis data kualitatif. Salajengipun teknik keabsahan data ngginakaken triangulasi. Asiling panaliten punika, Prosesi saking upacara tradisi Nyadran wonten Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo inggih menika (1) Prosesi kaperang dados: (a) Saderengipun palaksanan yaiku: nyamektakaken, tindak ing pasareyan, obong menyan, nampi ubarampe. (b) Palaksanan tradisi Nyadran, yaiku; ngaturake ubarampe, lan dedonga (c) Pungkasan lampahan, yaiku kenduri lajeng dhahar sesarengan. (2) Tegesnipun saking ubarampe palaksanan tradisi Nyadran punika wonten (a) sega tumpeng, (b) ayam rebus, (c) jenang abang putih, (d) sekar setaman, (e) gedhang raja, (f) degan, (g) wedang kopi, wedang teh, wedang susu, wedang putih, (h) jajan pasar, (i) wajik, (j) roti cucur, (k) rokok, (l) godhong tawa, (m) beras, kaca, sisir, wedur, lan tigan kampung, (n) sega golong, (o) minyak telon, (p) gemblong, (q) godhong dadap, lan (r) becer mendha. (3) Fungsinipun tradisi Nyadran inggih punika: (a) fungsi pendidikan, (b) fungsi sosial, (c) fungsi ekonomi, (d) fungsi sosial budaya, (e) fungsi psikologi saha agami. Kata kunci: Tradisi Nyadran ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN... v PRAKATA... vi ABSTRAK... viii ABSTRAK... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Batasan Masalah... 5 D. Rumusan Masalah... 5 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 6 TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 8 B. Kajian Teori BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian C. Sumber Data dan Data Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Teknik Keabsahan Data G. Teknik Analisis Data BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Prosesi Upacara Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Makna Simbolik Sesaji dalam Upacara Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo x

11 3. Fungsi Upacara Tradisi Nyadran Bagi Kehidupan Masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 51 B. Pembahasan Hasil Penelitian Prosesi Upacara Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo Makna Simbolis sesaji atau Ubarampe yang digunakan dalam Prosesi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Fungsi Upacara Tradisi Nyadran Bagi Kehidupan Masyarakat di Desa Kedunglo BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Prosesi Upacara Tradisi Nyadran Tabel 2. Makna Simbolik Sesaji dalam Upacara Tradisi Nyadran Tabel 3. Fungsi Upacara Tradisi Nyadran xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tempat yang akan digunakan dalam upacara Nyadran yaitu makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng Gambar 2. Persiapan warga masyarakat Desa Kedunglo dalam upacara Nyadran 56 Gambar 3. Pemangku adat dan beberapa warga desa sedang memotong daging kambing Gambar 4. Warga sedang memasak gulai becer kambing Gambar 5. Warga sedang memasak ayam ingkung Gambar 6. Mbah Gondo dan rombongan sedang berdoa Gambar 7. Persiapan sesaji Gambar 8. Gambar pembakaran kemenyan Gambar 9. Penderek beserta rombongan setelah sampai di makam Gambar 10. Penyerahan sesaji Gambar 11. Mbah Gondo dan penderek sedang memasrahkan sesaji Gambar 12. Pembakaran kemenyan Gambar 13. Sesaji Nyadran Gambar 14. Prosesi selamatan Kenduri Gambar 15. Sesaji Tampah/Tambir Gambar 16. Nasi Tumpeng Gambar 17. Ayam Ingkung Gambar 18. Jenang abang putih Gambar 19. Sekar Setaman (Bunga Setaman) Gambar 20. Gedhang raja (pisang raja) Gambar 21. Degan ijo (kelapa muda) Gambar 22. Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu Gambar 23. Jajan pasar Gambar 24. Wajik Gambar 25. Kue Cucur Gambar 26. Rokok Gambar 27. Godhong tawa Gambar 28. Beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung Gambar 29. Nasi golong Gambar 30. Minyak telon Gambar 31. Gemblong (jadah) Gambar 32. Daun Dadap Gambar 33. Becer xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Catatan Lapangan Lampiran 3 : Daftar Wawancara Lampiran 4 : Surat Pernyataan Lampiran 5 : Foto Kopi KTP Nara Sumber Penelitian Lampiran 6 : Peta Desa Kedunglo Lampiran 7 : Peta Kecamatan Kemiri Lampiran 8 : Surat Keterangan dari Kelurahan Lampiran 9 : Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 10 : Surat Keputusan Penetapan Dosen Penguji Skripsi Lampiran 11 : Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 12 : Kartu Bimbingan Skripsi xiv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa merupakan sebuah kumpulan dari berbagai daerah, dari berbagai daerah terdapat beraneka ragam suku, bahasa, adat-istiadat, dan lain sebagainya. Semua keanekaragaman itu memiliki ciri kekhasan yang bisa disebut budaya. Budaya merupakan suatu hasil kreativitas masyarakat yang mempunyai keragaman. Hasil kreativitas masyarakat ini yang setiap kali ada secara turun-temurun, sehingga manusia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Kebudayaan sebagai ciptaan atau warisan hidup bermasyarakat adalah hasil cipta atau kreativitas para pendukungnya. Kebudayaan diciptakan dalam rangka berinteraksi dengan ekologinya, yaitu untuk memenuhi keperluan biologi dan kelangsungan hidupnya sehingga kebudayaan mampu menghadapi segala tantangan yang yang ada dan tetap bertahan. Kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari yang namanya kebudayaan, karena manusia akan melihat dan mempergunakan hasil kebudayaan dalam aktivitasnya. Seperti halnya upacara tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, upacara tradisi Nyadran tetap dilaksanakan meskipun zaman sudah modern. Tradisi Nyadran di desa Kedunglo, Kecamatan kemiri, Kabupaten Purworejo yang masih dilaksanakan hingga sekarang oleh para pendukungnya. Tradisi Nyadran ini sudah dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat sekitar. 1

16 2 Tradisi Nyadran merupakan salah satu wujud kebudayaan yang sudah lama dan sudah menjadi warisan turun-temurun dilaksanakan oleh generasi ke generasi di desa Kedunglo karena tradisi ini mempunyai fungsi dan makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Dari informasi yang didapat dari masyarakat setempat pada saat melakukan pengamatan pada pelaksanaan acara tradisi Nyadran tahun sebelumnya menyebutkan bahwa masyarakat setempat masih percaya apabila tidak melaksanakan tradisi ini mereka akan mendapatkan bahaya (pageblug) atau kecelakaan bagi kehidupan mereka. Padahal untuk melakukan Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo ini memerlukan biaya yang tidak sedikit dan bisa dibilang merepotkan untuk memenuhi sesajen dan ubarampe yang digunakan selama prosesi berlangsung. Nyadran merupakan waktu berkunjung ke makam para leluhur atau kerabat yang telah meninggal dunia. Masyarakat masih tetap memegang teguh tradisi Nyadran, khususnya masyarakat di desa Kedunglo. Tradisi Nyadran banyak dilakukan di berbagai daerah dengan tata cara yang berbeda-beda. Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo dilaksanakan setiap tahun pada hari Jumat Kliwon di bulan Sura. Tradisi Nyadran dilakukan karena masyarakat Desa Kedunglo beranggapan bahwa tidak akan ada Desa Kedunglo apabila tanpa seseorang yang membuka desa ini yang disebut Punden atau pendiri desa. Petilasan yang dianggap sebagai seseorang yang dulu sempat tinggal di Desa Kedunglo, sehingga petilasan tersebut dijadikan tempat Nyadran setiap tahunnya. Tradisi

17 3 Nyadran di Desa Kedunglo memiliki keunikan dibandingkan dengan desadesa lain yang ada di Kabupaten Purworejo. Keunikannya terletak pada jumlah sesaji yang digunakan dalam prosesi tradisi, seperti jumlah ayam, kambing, bunga dan prosesi pemasakan ayam dan kambing yang dilakukan di makam Desa Kedunglo. Semua proses itu yang melakukan adalah seluruh masyarakat laki-laki Desa Kedunglo. Tradisi Nyadran dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon pada bulan Sura, karena lokasi petilasan makam berdekatan dengan jalan raya banyak masyarakat yang melewatinya ikut menonton acara Nyadran tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo. Melalui penelitian ini dapat dilihat bentuk makna simbolis dan fungsi tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, banyak sekali permasalahan yang timbul. Dalam identifikasi masalah, peneliti akan menampilkan masalah-masalah yang muncul dari latar belakang masalah seperti: 1. Bentuk dari kebudayaan Jawa sangat bervariasi, salah satunya yaitu tradisi Nyadran yang masih bertahan hingga sekarang ini di tengah-tengah menjamurnya dan masuknya kebudayaan yang datang dari luar.

18 4 2. Perkembangan kebudayaan di pulau Jawa sangat pesat. Dengan majunya teknologi kebudayaan-kebudayaan dari luar masuk tidak bisa terbendung. Sebagian tradisi yang mampu menghadapi tantangan akan bertahan dan apabila tidak akan hilang seiring perkembangan zaman. 3. Pengaruh modernisasi dalam perkembangan kebudayaan Jawa sangat besar. Kebudayaan yang mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman akan bertahan dan berkembang seperti tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 4. Prosesi pelaksanaan Tradisi Nyadran di era modern sekarang ini bisa dikatakan sangat merepotkan. Tradisi ini banyak memerlukan biaya serta perlengkapan dan sesaji-sesaji yang tidak mudah. Namun, bagi pendukungnya Nyadran adalah suatu kewajiban serta ucapan syukur kepada Sang Pencipta. 5. Makna dari sesaji (uborampe) yang digunakan saat prosesi Nyadran berlangsung bermacam-macam. Sesaji yang digunakan merupakan hasil bumi dari masyarakat sekitar yang sebagian besar berpencaharian sebagai petani. 6. Fungsi tradisi Nyadran terhadap masyarakat sekitar sangat bermanfaat. Selain sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan, juga mempererat rasa kekeluargaan bagi masyarakat pendukungnya. Dengan diprogram dan dipromosikan tradisi Nyadran sekarang menjadi agenda pariwisata daerah dan menambah pendapatan ekonomi masyarakat sekitar.

19 5 7. Eksistensi kebudayaan Jawa dari arus modernisasi yang melanda dunia apabila direncanakan dan diprogram akan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan pemerintah daerah. C. Batasan Masalah Peneliti membuat batasan masalah agar tidak menyimpang jauh dari yang telah dikehendaki dan bisa memberikan gambaran yang jelas. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prosesi pelaksanaan upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 2. Makna simbolis sesaji (uborampe) dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo 3. Fungsi tradisi Nyadran terhadap masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas tadi, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok penelitian, yaitu: 1. Bagaimanakah prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo? 2. Apa sajakah makna simbolis sesaji dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo? 3. Bagaimanakah fungsi tradisi Nyadran terhadap masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo?

20 6 E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran Di Desa Kedunglo Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 2. Mendeskripsikan makna simbolis sesaji dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 3. Mendeskripsikan fungsi tradisi Nyadran terhadap masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian pada Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran Di Desa Kedunglo Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo adalah sebagai berikut: 1. Segi teoretis a. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan nilai-nilai kajian budaya Jawa, memahami pranata masyarakat Jawa atau khususnya menyangkut tradisi Nyadran. b. Untuk menambah pengetahuan tentang penelitian terkait dengan teori budaya dan tentang bentuk makna simbolis dan fungsi tradisi Nyadran yang terdapat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.

21 7 2. Segi praktis a. Dengan adanya penelitian ini bisa menjadi salah satu sumber informasi masyarakat mengenai bentuk makna simbolis dan fungsi tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. b. Sebagai acuan dalam pembinaan tradisi yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Purworejo.

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang sudah ada biasanya dengan mencari penelitian yang relevan. Dalam penelitian data merupakan hal yang penting untuk menyimpulkan fakta-fakta atau meramal gejala-gejala yang sudah ada atau pernah terjadi. Penelitian tentang Tradisi Nyadran memang pernah ada yang menggunakan sebagai objek penelitian. Namun, tentang Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo belum ada yang menggunakan sebagai bahan objek penelitian mahasiswa. Peneliti tertarik untuk utuk mengangkat judul Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo ini karena mempunyai ciri khas sendiri dan sangat menarik untuk diteliti. Dalam penelitian terdahulu pasti ada persamaan dari kajian-kajian yang diambil, sehingga peneliti mengambil dua penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu: 1. Penelitian yang pertama adalah penelitian dari Siti Sholikhatun (2012: Fakultas Keguruan dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo). Siti Sholikhatun mengambil judul Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. 8

23 9 Dalam penelitian Siti Sholikhatun menemukan beberapa permasalahan yaitu (1) mendeskripsikan prosesi Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, (2) makna simbolik dari sesaji dalam Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, (3) fungsi folklor dari Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, (4) menjelaskan nilai-nilai yang terdapat dalam Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen. Hasil dari penelitian Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen adalah (1) prosesi meliputi: bersih makam cikal bakal desa Wirigaten yaitu makam mbah Wirogati, doa bersama, penyembelihan kerbau, pagelaran wayang kulit di halaman rumah kepala desa, (2) makna dalam proses penyembelihan dan semoga kerbau tersebut halal dimakan dan mendapat berkah dari Allah Swt. nasi golong mempunyai makna kebulatan tekad, tumpeng melambangkan cita-cita dan tujuan yang mulia, ingkung mempunyai arti permohonan ampun, nasi uduk dimaksudkan untuk mengirim doa kepada Nabi Muhammad Saw. (3) fungsi folklor meliputi: fungsi ritual, fungsi sosial, dan fungsi pelestarian tradisi, (4) nilai-nilai pendidikan yang tersirat adalah nilai agamadan nilai etika moral.

24 10 Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen tersebut merupakan wujud kebudayaan yang meliputi bersih makam, doa bersama, penyembelihan kerbau, kemudian Suraan dan pementasan wayang kulit. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti ambil adalah sama-sama mengkaji tentang tradisi. Peneliti meneliti tentang Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Perbedaannya adalah lokasi penelitian yang yang akan diambil peneliti dan waktu pelaksanaannya yang berbeda karena dilaksanakan pada bulan Sura pada hari Jumat. Dalam penelitian Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen tersebut mengkaji tentang diskripsi dari upacara dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, sedangkan dalam Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo meliputi kajian folklor, kebudayaan, prosesi, makna dan fungsi tradisi Nyadran tersebut. 2. Penelitian yang kedua berjudul Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang yang disusun oleh Muhammad Arif Susanto (2015) dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana prosesi Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten

25 11 Magelang, (2) apa makna sesaji yang digunakan dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, (3) bagaimana persepsi masyarakat terhadap Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) prosesi meliputi bersih makam Punden dan leluhur desa, doa bersama, penyembelihan kerbau, pagelaran wayang kulit di depan halaman kelurahan, (2) makna dalam penyembelihan wujud bersyukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan rizki berupa kesuburan sehingga dapat mencukupi kebutuhan ternak, tumpeng bermakna wujud kepasrahan warga terhadap ikatan takdir, nasi golong mempunyai arti kebulatan tekad, cengkir melambangkan keyakinan dalam berfikir, janur memiliki arti kebersihan hati, jajan pasar memiliki makna kesederhanaan dan kebersamaan warga, (3) persepsi masyarakat bagi golongan islam kurang setuju dengan adanya tradisi Nyadran karena tidak sesuai dengan ajaran Islam, bagi masyarakat pada umumnya merasa setuju karena selain wujud pelestarian tradisi juga sebagai tempat bersosialisasi masyarakat untuk mempererat kerukunan juga sebagai pemacu peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo adalah mengungkap tentang prosesi tradisi Nyadran dan makna yang ada pada sesaji tradisi tersebut.

26 12 Perbedaaan dari penelitian yang akan dilaksanakan di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo adalah tempat dilakukan penelitian. Dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang juga mengungkap persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan tradisi tersebut. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan karena peneliti berusaha untuk mengungkap fungsi tradisi Nyadran terhadap kehidupan masyarakat tersebut dan yang berada disekitarnya. B. Kajian Teori 1. Kebudayaan Kebudayaan adalah suatu hasil pikiran yang tidak berakar dari nalurinya dan hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah melalui proses belajar. Koentjaraningrat (dalam Sutardjo, 2010: 12) berpendapat bahwa budaya berasal dari buddhayah (Sanskerta) adalah bentuk jamak dari buddhi budi/akal. Jadi, kebudayaan berarti hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal yang tumbuh dari diri manusia untuk menghadapi permasalahan hidup yang dihadapinya melalui proses belajar. Dalam Depdiknas (2008: 215) dijelaskan bahwa kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat-istiadat. Antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalaman dan yang menjadi pedoman tingkah laku. Dengan demikian, kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan

27 13 pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalaman. Kebudayaan meliputi gagasan-gagasan, cara berfikir, ide-ide, yang menghasilkan norma-norma, adat istiadat, hukum dan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan pedoman bagi tingkah laku dalam masyarakat. Tingkat yang lebih tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat adalah sistem nilai budaya, karena sistem nilai budaya merupakan konsep yang hidup dalam alam pikiran (sebagian) masyarakat. Sistem nilai budaya tidak hanya berfungsi sebagai pedoman tetapi sebagai pendorong kelakuan manusia dalam hidupnya. Wujud kebudayaan mencakup tiga hal, yaitu (a) sesuatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai norma-norma dan peraturan-peraturan yang meliputi alam pikiran masyarakat yang berupa tulisan dan karangan, (b) aktivitas kelakuan berpola dalam masyarakat, meliputi sistem masyarakat, (c) hasil karya manusia, meliputi bentuk fisik (benda-benda, bangunan) ( Sutardjo, 2010: 13). Dengan demikian wujud dari kebudayaan memiliki berbagai bentuk sesuai dengan pola dan tingkah laku manusia dalam masyarakat. Perwujudan kegiatan tersebut dijadikan pedoman hidup manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari supaya kehidupan manusia kelak menjadi lebih baik dan lebih serasi dengan alam. Dijelaskan lebih lanjut Sutardjo, (2010: 14) bahwa Isi kebudayaan begitu kompleks dan mencakup berbagai keadaan dan kebudayaan masyarakat, baik masyarakat tradisional maupun modern, yang mencakup

28 14 masalah (a) sistem religi dan upacara keagamaan, (b) sistem organisasi dan kemasyarakatan, (c) sistem pengetahuan, (d) bahasa dan sastra, (e) kesenian, (f) sistem mata pencaharian hidup, (g) sistem teknologi dan peralatan. Jadi, kebudayaan merupakan sesuatu yang berguna atau kaitannya dengan setiap masyarakat itu. Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks yang didalamnya terdapat kepercayaan, agama, norma, adat istiadat, kesenian dan hukum yang didapat setiap seseorang yang menjadi anggota masyarakat. Dari berbagai pendapat yang ada di atas, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya akal dan budi manusia di dalam kehidupannya setelah mengalami proses belajar, dengan menciptakan segala sesuatu yang berguna bagi dirinya atau masyarakat. Kebudayaan juga merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan seharihari kebudayaan itu bersifat abstrak. 2. Folklor a. Pengertian Folklor Istilah folklor berasal dari bahasa Inggris folklore. Folklor berasal dari dua kata folk dan lore. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenalan fisik, sosial dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya. Ciri-ciri pengenal itu antara lain dapat berwujud: warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama, bahasa yang sama, taraf

29 15 pendidikan yang sama dan agama yang sama. Lore adalah tradisi folk, tradisi turun-temurun inilah yang disebut dengan lore (Dundes dalam Danandjaja, 1986: 1). Menurut Endraswara (2006: 58) menyebutkan bahwa folklor berasal dari kata folk dan lore. Folk sama artinya dengan kolektif. Folk dapat diartikan rakyat dan lore adalah tradisinya. Dengan demikian folklore adalah salah satu tradisi rakyat yang diwariskan secara turuntemurun dan dilestarikan oleh masyarakat yang memilikinya. Jadi, folklor biasanya tumbuh dan berkembang pada masyarakat yang masih tradisional. Danandjaja (1986: 2) dalam buku Folklor Indonesia menjelaskan lebih rinci bahwa folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Namun, hakikat folklor itu sendiri adalah sebuah identitas yang terdapat dalam masyarakat tradisional. Folklor dilestarikan oleh masyarakat pendukungnya dengan suka rela dan penuh semangat, tanpa ada paksaan. Jadi dengan semangat dan penuh suka rela tersebut, rasa akan memiliki tradisi dalam masyarakat akan mengakar dan menyebabkan emosi masingmasing warganya menjadi manunggal dan merasa memilikinya.

30 16 Endraswara (2010: 4-5) menjelaskan bahwa folklor Jawa adalah segala karya tradisi yang diwariskan dan berguna bagi pendukungnya. Folklor Jawa sebagai suatu karya milik kolektif besar orang Jawa. Orang Jawa mengakui secara sadar atau tidak bahwa dirinya memiliki folklor. Hal ini ditunjukkan oleh sikap memiliki (handarbeni) dan ingin memelihara folklor tersebut. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, folklor merupakan sebagian dari kebudayaan yang ada. Folklor diwariskan secara tradisional dan dimiliki kelompok atau kolektif yang dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakatnya sendiri. b. Ciri- ciri Folklor Menurut Endraswara (2006: 59) menyebutkan bahwa folklor mempunyai ciri-ciri yang berbeda dalam kajian penelitian kebudayaan yang spesifik, karena didalamnya mengandung nilai-nilai yang amat tinggi. Untuk mengetahui bahwa yang diteliti termasuk dalam folklor adalah dengan adanya: 1) Penyebaran dan pewarisannya secara lisan, yaitu dengan tutur kata dari mulut ke mulut. 2) Bersifat tradisional, artinya disebarkan dalam kurun waktu lama dan standar. 3) Ada dalam berbagai versi dan varian. 4) Bersifat anonim artinya penciptanya tidak diketahui. 5) Mempunyai bentuk, berumus dan berpola.

31 17 6) Mempunyai kegunaan dalam kehidupan kolektif. 7) Bersifat pralogis. 8) Bersifat polos dan lugu. Folklor harus memenuhi nilai-nilai yang ada, apabila kriteriakriteria tersebut tidak dipenuhi maka dapat dimungkinkan bahwa hal tersebut bukan bagian dari sebuah folklor. c. Folklor Jawa Folklor Jawa pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan Jawa. Folklor Jawa tersebar secara turun-temurun sejalan dengan adanya budaya Jawa yang adiluhung dan terus berkembang sejalan dengan kehidupan orang Jawa. Menurut Endraswara (2010: 4) mengungkapkan bahwa folklor Jawa adalah segala karya tradisi yang diwariskan dari nenek moyang mereka dan berguna bagi pendukungnya. Folklor disebarkan dalam bentuk lisan pada masyarakat Jawa sehingga berkesinambungan dari generasi ke generasi di dalam masyarakat Jawa sendiri. Dengan demikian, folklor Jawa bersifat tradisional dan dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat Jawa supaya terjaga keaslian dan kesakralannya. Dalam perkembangannya sekarang ini, kebudayaan telah mempengaruhi subkultur tersebut. Folklor Jawa sesungguhnya hasil dari akulturasi dari berbagai unsur. Pengaruh dari animismedinamisme, Hinduisme, Budhaisme, dan Islam membentuk sebuah

32 18 akulturasi kebudayaan (Purwadi, 2012: 3). Jadi, folklor Jawa terbentuk dari sebuah akulturasi budaya yang berkembang dari waktu ke waktu secara berkesinambungan. Di dalam masyarakat Jawa, folklor diwariskan secara turun temurun dan menjadi perpaduan antara folklor dan kebudayaan Jawa yang adiluhung. Folklor Jawa dapat diberikan ciri khas diantaranya: (1) disebarkan secara lisan, artinya dari mulut ke mulut, dari satu orang ke orang lain, dan secara ilmiah tanpa paksaan, (2) nilai-nilai tradisi Jawa sangat menonjol dalam folklor, (3) dapat bervariasi antara satu wilayah, namun hakikatnya sama, (4) pencipta dan pengarang folklor tidak jelas siapa dan darimana aslinya, (5) cenderung memiliki formula dan rumus yang tetap dan ada yang lentur, maksudnya ada rumus yang tak berubah-ubah sebagai pathokan dan ada yang berubah-ubah tergantung kepentingan, (6) mempunyai kegunaan bagi pendukung atau kolektiva Jawa, (7) kadang-kadang mencerminkankan hal-hal yang bersifat pronologis, (8) menjadi milik bersama dan tanggung jawab bersama, (9) mempunyai sifat polos dan spontan, (10) ada yang memiliki unsur humor dan wejangan (Endraswara, 2010: 6). Menurut Purwadi (2012: 1-2) ciri-ciri folklor Jawa yaitu (1) milik masyarakat tradisional secara kolektif, (2) mengutamakan jalur lisan, dan (3) bersifat inovatif atau jarang mengalami perubahan. Folklor bisa meliputi dongeng, cerita, hikayat, kesenian dan busana

33 19 daerah. Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki folklor yang beraneka ragam. Bertumpu dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa beberapa wujud tradisi yang ada di Jawa merupakan salah satu bentuk dari folklor yang diturunkan secara turun-temurun yang merupakan perpaduan antara folklor dan kebudayaan Jawa yang adiluhung. d. Bentuk- bentuk Folklor Menurut Endraswara (2010: 25-38) bentuk folklor Jawa ada lima bentuk yaitu (1) folklor Jawa esoterik dan eksoterik artinya sesuatu yang memiliki sifat yang hanya dapat dimengerti oleh sejumlah besar orang saja. Folklor eksoterik adalah sesuatu yang dapat dimengerti oleh umum, tidak terbatas oleh kolektif tertentu, (2) folklor Jawa populer dan sakral artinya folklor sederhana, tetapi banyak diminati, sedang folklor Jawa sakral merupakan folklor serius yang membutuhkan waktu dan pemaknaan mendalam, (3) folklor sebagai media komunikasi budaya merupakan suatu bidang budaya yang ditandai sesuatu pergumulan dalam arti pemberian pengertianpengertian yang telah dianggap baku dengan penciptaan baru, (4) metamorfosis folklor Jawa palsu yaitu dapat terjadi karena adanya migrasi, terutama yang timbul oleh kesenjangan dari seseorang untuk mengabadikan dan mendokumentasikan folklor, dan (5) folklor Jawa

34 20 politik merupakan wahana ekspresi, pencipta folklor sengaja membangkitkan gairah politik agar mendapat perhatian berbagai pihak. Menurut Brunvand (dalam Danandjaja, 1986: 21-22) menggolongkan folklor berdasarkan tipenya menjadi tiga kelompok besar yaitu (1) folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan di antaranya bahasa rakyat (logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsawanan), ungkapan tradisional (peribahasa dan pepatah) pertanyaan tradisional (teka-teki), puisi rakyat (pantun, gurindam, dan syair), (2) folklor sebagian lisan yaitu folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan di antaranya kepercayaan rakyat, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat, adat istiadat, upacara, dan pesta rakyat, dan (3) folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan diantaranya material (arsitek rakyat, kerajinan tangan rakyat, dan obat-obatan tradisonal), dan non material (gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat, dan musik rakyat). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk folklor Jawa ada lima macam di antaranya bentuk folklor Jawa esoterik dan eksoterik. Populer dan sakral, palsu, politik, dan sebagai media komunikasi budaya. Secara umum bentuk folklor dibagi menjadi tiga yaitu folklor lisan, sebagian lisan, dan foklor bukan lisan.

35 21 e. Fungsi Folklor Di dalam hidup bermasyarakat, folklor memiliki beberapa fungsi terutama yang lisan dan sebagian lisan. Folklor memiliki banyak fungsi yang menarik dan penting diteliti dalam rangka melaksanakan pembangunan bangsa ini. Menurut Boscom dalam Endraswara (2006: 59) folklor mempunyai fungsi-fungsi untuk masyarakat pendukungnya, yaitu : 1) Sebagai sistem proyeksi 2) Sebagai alat pengesahan kebudayaan 3) Sebagai alat pendidikan 4) Sebagai alat pemaksaan pemberlakuan norma-norma. Fungsi folklor disini adalah sebagai bagian dari kehidupan masyarakat yang berfungsi untuk mendukung berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat. Selain Boscom, Alan Dundesa dalam Endraswara (2006: 59) menyebutkan ada 4 fungsi folklor yang berbeda, seperti: 1) Untuk mempertebal perasaan solidaritas kolektif 2) Sebagai alat pembenaran suatu masyarakat 3) Memberikan arahan kepada masyarakat 4) Sebagai alat yang menyenangkan dan memberi hiburan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi folklor adalah sebagai pembentukan identitas lokal, jati diri, dan kerukunan. Pembentukan identitas dalam folklor sangat berpengaruh pada setiap

36 22 kebudayaan yang ada di dalam masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu, folklor mempunyai peranan penting dalam suatu kelompok masyarakat atau sekelompok orang. 3. Upacara Tradisional Upacara tradisional merupakan salah satu peninggalan kebudayaan yang ada di setiap tempat. Hal ini dimiliki warga dan mengikat masyarakatnya untuk mempelajari tentang apa yang terkandung di dalam upacara tersebut. Purwadi (2005: 1) mengungkapkan bahwa upacara tradisional merupakan warisan sosial yang dimiliki masyarakat dengan jalan mempelajarinya. Upacara tradisional juga berfungsi sebagai pembinaan warga masyarakat yang bersangkutan. Fungsi tersebut antara lain sebagai alat untuk memperkokoh norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku secara turun-temurun. Dengan demikian, upacara tradisonal mempunyai nilai filsafat yang tinggi dalam praktiknya, sehingga akan mempererat hubungan baik yang bersifat vertikal maupun horisontal. Upacara tradisional mempunyai bentuk dalam berbagai jenis. Bentuk-bentuk tersebut seperti upacara slametan, bancakan, kenduren dan sebagainya. Upacara slametan adalah upacara sedekah makanan dan doa bersama. Upacara tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan dan ketentraman untuk keluarga yang menyelenggarakan. Pada tradisi bancakan adalah upacara sedekah makanan yang berdasarkan hajat yang melaksanakan yang berkaitan dengan leluhur supaya terhindar dari suatu

37 23 permasalahan. Pada kegiatan kenduren adalah upacara sedekah makanan karena ungkapan rasa syukur memperoleh anugerah atau kesuksesan yang dicita-citakan ( Purwadi, 2005: 22-26). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upacara adat mempunyai keistimewaan tersendiri bagi masyarakat yang melaksanakan. Hal tersebut terlihat jelas bahwa dalam setiap acara yang berbeda maka acara yang dilakukan juga berbeda, sesuai dengan tujuan dan kepentingannya. 4. Persepsi Masyarakat a. Pengertian Persepsi Kata persepsi tergolong kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris perception yang mempunyai arti penglihatan, pemahaman, dan tanggapan. Depdiknas (2008: 1061) menjelaskan bahwa persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu yang diteliti. Dengan demikian, persepsi sendiri merupakan tanggapan orang maupun kelompok masyarakat menilai suatu yang mereka lihat. Menurut peneliti persepsi adalah sebuah tanggapan di mana seseorang mengetahui suatu hal atau gejala melalui panca indranya. Hal atau gejala tersebut kemudian dibuat menjadi sebuah tanggapan dan menjadi sebuah pernyataan. b. Pengertian Masyarakat Masyarakat adalah kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok.

38 24 Masyarakat Jawa adalah penduduk Jawa yang tinggal di bagian tengah dan timur pulau Jawa (Sutardjo, 2010: 33). Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang mengerti tentang apa yang dilakukan dan tidak perlu dilakukan. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan bermasyarakat mempunyai suatu aturan dan tatanan tersendiri. Dalam bukunya, Purwadi (2005: 3) memberikan contoh masyarakat yang baik adalah masyarakat lebah. Masyarakat lebah adalah masyarakat yang cara kerjanya mengikuti sebuah tatanan atau mempunyai tata tertib yang wajib dilakukan. Hal yang dilakukan harus sesuai dengan aspek formal maupun material, baik batin dan lahirnya dn tata caranya. Bertumpu pada penjelasan di atas, persepsi masyarakat dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup bersama di daerah tertentu kemudian melihat dan menilai sesuatu yang mereka lihat dan kemudian mereka pahami. Dalam sebuah pandangan, terkadang masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Hal tersebut sesuai dengan sudut pandang masyarakat tersebut, sehingga tanggapan masyarakat tentang suatu hal kadang berbeda-beda pendapat. 5. Punden Punden atau pepunden berasal dari bahasa Jawa yaitu pundi. Depdiknas (2008: 1116) menjelaskan bahwa pundi berarti yang dimuliakan atau junjungan. Dengan demikian punden merupakan sesuatu yang dihormati atau dijunjung oleh masyarakat. Punden atau pepunden

39 25 pada umumnya tempat dimakamkannya cikal bakal desa atau orang yang dihormati di suatu daerah. Punden pada umumnya lebih dinilai wingit karena masyarakat percaya lebih menghormati dan memposisikan lebih daripada makam yang yang lainnya. Hal ini sesuai dengan Punden yang berada di desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Makam Punden tersebut memiliki tempat dan posisi yang berbeda dengan makam lainnya. Punden tersebut terletak di daerah sendiri dan mendapat perlakuan yang berbeda seperti diberi cungkup serta diberi kemenyan pada hari-hari tertentu. 6. Sesaji ( uborampe/ sajen ) Pada masyarakat Jawa, upacara adat, tradisi, dan ritual slametan adalah acara yang sudah diakrabi sejak lahir. Dalam setiap kegiatan tersebut pasti ada yang dinamakan ubo rampe atau sesaji (sajen). Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena Jawa merupakan pusat dari kerajaan-kerajaan terdahulunya yang sudah mempunyai kebiasaan dengan upacara-upacara adat Jawa. Nurhayati (2009: 132) mengungkapkan bahwa sajen berasal dari kata saji dan imbuhan an yang artinya disediakan. Sajen adalah rangkaian (makanan, benda-benda, alat-alat khusus dan sandang) yang dipersembahkan untuk roh para leluhur sebagai tanda hormat dan syukur, serta permohonan perlindungan keselamatan dalam hidupnya. Dengan demikian, sajen tidak selalu sama bentuknya tetapi diselaraskan dengan kebutuhan atau hajatnya.

40 26 Purwadi (2005: 103) menjelaskan bahwa sajian adalah makanan kecil, benda-benda kecil, bunga-bunga serta barang hiasan yang disusun menurut konsepsi kegiatan sehingga memiliki simbol atau arti tersendiri. Selain makanan yang disusun, setiap makanan dan sajian yang dihidangkan terpisah juga mempunyai arti sendiri-sendiri. Dari penjelasan di atas, sesaji menurut peneliti adalah perlengkapan yang digunakan selama prosesi adat berlangsung. Pada umumnya sesaji yang digunakan dalam setiap acara berbeda-beda, karena sesaji yang digunakan sesuai dengan kebutuhan. 7. Tradisi Nyadran a. Pengertian Tradisi Dalam Depdiknas (2008: 1483) dijelaskan bahwa tradisi merupakan adat atau kebiasaan dari turun temurun atau dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam masyarakat. Dengan kata lain, tradisi adalah penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang ada merupakan cara yang paling baik dan benar. Menurut Kayam dalam Sutarjo (2010: 63), tradisi adalah gugusan nilai-nilai budaya yang mapan dalam kurun waktu bergenerasi. Jadi, tradisi diwariskan secara turun-temurun dan masih berlangsung hingga sekarang. Koentjaraningrat dalam Herusatoto (2008:164) menjelaskan bahwa tradisi atau adat-istiadat dapat dibagi dalam empat tingkatan

41 27 yaitu: 1) tingkat nilai budaya, 2) tingkat norma-norma, 3) tingkat hukum dan, 4) tingkat aturan khusus. Berdasarkan pengertian tradisi di atas, dapat dikatakan bahwa tradisi adalah segala sesuatu yang berupa nilai, norma sosial, pola kelakuan, dan kebiasaan tertentu yang merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan serta diwariskan secara turun-temurun dan masih berlangsung hingga sekarang. b. Pengertian Nyadran Nyadran atau sadrana berasal dari bahasa Sanskerta, Sraddha yang artinya keyakinan. Secara sederhana Nyadran adalah kegiatan bersih makam yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat Jawa yang umumnya tinggal di pedesaan. Tradisi ini sudah berlangsung sejak jaman Hindu-Budha sebelum masuknya ajaran Islam ke tanah Jawa. Sejak abad ke-15 para Sunan yang dikenal dengan sebutan Wali Songo menggabungkan tradisi tersebut dalam dakwahnya untuk menyebarkan agama Islam supaya mudah diterima. Nyadran bisa dipahami sebagai sebuah simbolisasi hubungan antara seseorang dengan leluhurnya, antara sesama dan hubungan dengan Tuhan. Bentuk kegiatannya adalah berupa acara massal membersihkan makam dan mendoakan para pendahulunya supaya mendapat ampunan dan keselamatan dari Tuhan.

42 28 Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi Nyadran merupakan kebiasaan dari masa lalu yang ditrasformasikan hingga masa kini. Tradisi Nyadran yang sudah ada sejak dahulu ini merupakan wujud dari hubungan antara manusia dengan leluhur-leluhurnya yang telah tiada dan dianggap mampu melindungi dari gangguan dunia. Tradisi Nyadran memiliki makna dan simbol-simbol yang bermanfaat dalam kehidupan sosiokultural masyarakat desa. Pada hakikatnya tradisi ini memiliki makna yang luhur karena berhubungan dengan nilai gotong-royong dan solidaritas sosial. Tradisi Nyadran memberikan pengaruh multi fungsi dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Dengan melaksanakan tradisi ini, menambah intensitas masyarakat dalam berinteraksi serta dapat menjaga kelestarian akan budaya yang dimiliki oleh masyarakat di desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.

43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian Bentuk Makna Simbol dan Fungsi Upacara Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo menggunakan metode penelitian Kualitatif, di mana penelitian ini lebih cenderung pada data. Penelitian data kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dalam penelitian dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248). Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2011:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, para penulis masih tetap mempersoalkan latar alamiah dengan maksud agar hasilnya dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk peneliti kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian. Dalam metode penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, catatan lapangan, dan pemanfaatan dokumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dimana dalam penelitian peneliti lebih cenderung pada pemaparan 29

44 30 hasil. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dalam bentuk tertulis maupun lisan. Dalam mengumpulkan data, peneliti dapat mendapatkan informasi yang mendalam terkait dengan bentuk makna simbolis dan fungsi upacara Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Dengan metode kualitatif ini peneliti juga akan mendapatkan informasi yang akurat sehingga akan memudahkan dalam memaparkan hasil penelitiannya. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo yang berjarak 35 km dari Kota Purworejo. 2. Waktu Penelitian ini dilakukan selama enam bulan, yakni sejak awal penelitian. Dari pembuatan proposal sampai dengan laporan hasil penelitian. No. Kegiatan 1. Pembuatan proposal 2. Pengolahan data 3. Pemilihan data 4. Analisis 5. Pembuatan laporan 6. Hasil laporan Waktu Penelitian Mar Aprl Mei Jun Jul Agst

45 31 C. Sumber Data dan Data Penelitian 1. Sumber Data Menurut Arikunto (2010: 172) sumber data yaitu subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah informan atau nara sumber. Bungin (2011: 116) menjelaskan dalam wawancara perlu menyeleksi informan sehingga akan terhindar dari kesulitan dilapangan. Syarat-syarat informan yang baik adalah: a. Memiliki idealisme dalam dunia ilmu pendidikan Dalam menentukan informan atau narasumber sedapat mungkin memilih yang memiliki pendidikan. Di daerah pedesaan kadang pendidikan kurang diperhatikan. Dengan memilih narasumber berpendidikan diharapkan akan mendapatkandata informasi yang lebih baik dan akurat mengenai penelitian. b. Memahami makna dan maksud wawancara Informan atau narasumber yang memahami maksud dan tujuan wawancara otomatis akan memberikan data informasi yang jelas dan tepat. Dengan begitu tidak ada data informasi yang dibuat-buat dan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. c. Memahami permasalahan yang diwawancarai Dalam hal tersebut peneliti dalam mencari informan atau nara sumber diharapkan mencari orang yang benar-benar memahami mengenai hal-hal yang diteliti. Dengan ini peneliti akan mendapatkan

46 32 data yang benar. Hal penelitian ini dapat dicek dengan melihat KTP/identitas warga yang akan diwawancarai atau dimintai informasi. d. Mampu berkomunikasi dengan baik Informan atau narasumber yang mampu berkomunikasi dengan baik akan memudahkan peneliti dalam proses wawancara. Dengan bahasa dan komunikasi yang baik dan mudah dimengerti akan memudahkan peneliti dalam mengolah data yang didapat ketika proses wawancara. Informan atau nara sumber yang dimaksud adalah yang dianggap menguasai dan dapat dipercaya untuk sumber data yang valid seperti sesepuh desa, kepala desa, perangkat desa, tokoh masyarakat yang masih aktif dalam menyelenggarakan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Informan dalam penelitian ini adalah: a. Bapak Purwidianto S.Kom selaku Kepala Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, sebagai pihak yang berperan dalam menyelenggarakan ritual upacara Nyadran. b. Mbah Gondho Sastra selaku juru kunci makam, merupakan informan yang dapat menjelaskan tentang bagaimana bentuk makna simbolis dan fungsi dalam upacara Nyadran. c. Sesepuh Desa (nama), orang yang dituakan atau dianggap tua di mana pendapatnya dihormati oleh masyarakat.

47 33 d. Masyarakat Desa Kedunglo, dalam penelitian ini masyarakat sedikit banyak mengetahui bentuk makna simbolis dan fungsi dalam tradisi Nyadran, karena semua masyarakat ikut terlibat dalam prosesi tradisi Nyadran. 2. Data Data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata atau tindakan dan selebihnya adalah dokumentasi. Lofland dan lofland (dalam Moleong, 2011: 157) mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jadi, data utama dalam penelitian ini adalah berupa kata-kata hasil dari observasi di lapangan dan yang lainnya berupa data tambahan. Jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer dan data sekunder: a. Data primer yaitu data yang langsung digunakan dikumpulkan oleh peneliti (organisasi atau petugas-petugas) dari objeknya atau sumber pertamannya (Heriyanto dan Hamid, 2008: 4). Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara, catatan hasil observasi proses tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Data primer dikumpulkan secara langsung dari lapangan melalui wawancara dan catatan hasil observasi terhadap informan perwakilan instansi maupun perorangan yang dianggap menguasai dan dapat

48 34 dipercaya untuk mendapatkan data yang valid. Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data primer dari hasil wawancara, b. Disamping data primer terdapat data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain sehingga biasanya data dicatat dalam bentuk publikasi-publikasi (Heriyanto dan hamid, 2008: 4). Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, dokumen pribadi, dokumen resmi. Data sekunder misalnya data mengenai keadaan demografi suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai persediaan pangan di suatu daerah, dan sebagainya. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu berasal dari dokumen tentang apa saja yang berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan ritual tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam penelitian ini. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya dan mengaitkannya dengan panca indra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (bungin, 2011: 118). Dalam penelitian ini, peneliti meninjau langsung ke lokasi di mana upacara adat tersebut dilakukan. Dengan demikian peneliti dapat mengetahui secara langsung bagaimana

49 35 prosesi dari tradisi Nyadran berlangsung dan diharapkan memperoleh data yang selengkap-lengkapnya. Keterlibatan peneliti merupakan hal yang wajib dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data, agar peneliti melihat secara langsung hal-hal yang harus diteliti dan tidak diteliti. Dengan demikian, peneliti wajib untuk melakukan observasi ke lokasi langsung supaya hasil penelitian mendekati objektivitas, lebih lengkap dan mendalam. Dalam melakukan observasi peneliti mengamati berbagai hal yang akan menjadi faktor-faktor penentu hasil penelitian ini, hal tersebut meliputi: (a) letak geografis penelitian, (b) kondisi sosial yang ada dalam masyarakat setempat, (c) masyarakat setempat, (d) upacara adat yaitu tradisi Nyadran. Dalam observasi ini peneliti mencari informasi tentang segala data yang berkaitan dengan objek penelitian. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan berupa alat tulis, dan kamera. Alat tulis untuk mencatat hasil observasi di lapangan dan kamera sebagai sarana merekam dan mengambil gambar supaya peneliti mendapatkan gambaran yang lebih jelas sebelum acara tersebut berjalan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi pasif (observasi nonpartisipan). Sugiyono (2010: 204) menjelaskan bahwa dalam observasi pertisipasi pasif (observasi nonpartisipan), peneliti datang di tempat kegiatan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Jadi, peneliti berada di luar aktifitas tidak turut

50 36 membantu kegiatan yang diteliti. Dalam observasi ini peneliti mencatat hasil observasi dengan cermat, kritis, dan tidak tergesa-gesa supaya apa yang dicatat dalam observasi adalah benar-benar data yang dibutuhkan. 2. Teknik Wawancara Menurut Moleong (2011: 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jadi, secara garis besar wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan untuk mempermudah dalam mentranskrip hasil dari wawancara atau tanya jawab. Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2011: 186) menjelaskan lebih rinci maksud mengadakan wawancara antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan. Merekonstruksi kebulatankebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu. Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang. Memverifikasi, mengubah, memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi). Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai penecekan anggota. Secara umum wawancara dilakukan secara langsung bertatap muka dengan informan penelitian.

51 37 Adapun teknik wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur (semi structured) yaitu wawancara yang menggunakan pertanyaan terbuka, namun ada batasan tema dan alur pembicaraan yang terstruktur sebagai pedoman wawancara (guideline interview) yang digunakan sebagai kontrol dalam alur pembicaraan, kemudian diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2010: 270). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait dengan penelitian bentuk makna simbolis dan fungsi upacara nyadran. 3. Teknik Dokumentasi Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barangbarang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian (Arikunto, 2010: 201). Dokumen bisa berbentuk tulisan maupun gambar dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan wawancara dengan narasumber. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, peta desa, dan video. Dokumentasi ini sangat penting karena akan berguna untuk mengecek data yang telah terkumpul dan dapat dijadikan bukti otentik agar hasil penelitiannya terjaga validitasnya. Moleong (2011: ), menjelaskan lebih lanjut dokumen pribadi adalah dokumen dan kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti

52 38 berbagai faktor disekitar subjek penelitian. Jadi, sebuah dokumen dapat dijadikan sebagai sumber data karena banyak hal dalam dokumen yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan yang terjadi dalam suatu penelitian. Dokumen resmi terbagi atas internal dan eksternal yang berupa memo, anggaran, dasar, lembaga sosial, majalah, video, foto-foto, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan oleh media massa. Adapun data yang didokumentasikan yaitu berupa foto-foto dan video. Dokumentasi bertujuan untuk menambah kevaliditasan data yang ada seperti mendokumentasikan prosesi tradisi Nyadran dan juga uborampe yang digunakan dalam acara tersebut. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah, hasilnya lebih baik, dan sistematis sehingga akan lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Dengan demikian instrumen penelitian merupakan segala sesuatu yang digunakan peneliti untuk memudahkan pekerjaanya sehingga mendapatkan hasil yang baik. Moleong (2011: 9) menjelaskan dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri merupakan alat pengumpul data utama. Instrumen penelitian yang dimaksud di sini adalah peneliti itu sendiri. Jadi, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analis, penafsir data dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya.

53 39 Pengertian instrumen atau alat penelitian disini lebih tepat karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang valid dan objektif terhadap apa yang diteliti maka kehadiran peneliti dilapangan dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan. Kehadiran peneliti sebagai pengamat langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang akan diteliti sangat menentukan hasil penelitian, maka dengan cara riset lapangan sebagai pengamat penuh secara langsung pada lokasi peneliti dapat menemukan data secara langsung. Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian menggunakan instrumen dan alat penelitian sesuai metode penelitian yang dipilih. Adapun instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah 1. Pedoman wawancara digunakan sebagai fokus pencarian data, pertanyaan dalam wawancara dapat dikembangkan sesuai dengan pengetahuan informan penelitian dengan instrumen ini diharapkan peneliti mendapatkan data yang akurat. Wawancara ini ditujukan kepada narasumber antara lain pemangku adat, perangkat desa, dan warga masyarakat yang dianggap mengerti mengenai tradisi Nyadran. Pokok pertanyaan yang diajukan adalah tentang prosesi pelaksanaan upacara tradisi tersebut, makna simbolik sesaji dan fungsi tradisi Nyadran terhadap kehidupan masyarakat kedunglo. 2. Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat tetap terfokus dengan apa yang akan di teliti, pedoman observasi ini akan memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan yang akan atau harus diamati. Hal-hal yang

54 40 diamati dalam observasi ini adalah pelaksanaan prosesi tradisi Nyadran, tempat dan pelaku tradisi Nyadran, serta orang-orang yang dapat dijadikan informan sehingga dapat memudahkan peneliti dalam mendapatkan data. 3. Kamera foto untuk merekam gambar. Adanya kamera foto diharapkan dapat memberikan gambar yang berupa foto mengenai pra acara dan prosesi tradisi Nyadran beserta sesaji yang digunakan dalam tradisi Nyadran di Desa Kemiri, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 4. Alat perekam untuk merekam hasil wawancara. Adanya bantuan alat perekam diharapkan dapat diperoleh data yang akurat, karena dokumentasi berupa rekaman dapat dianalisis dengan teliti. 5. Buku catatan untuk mencatat hasil wawancara maupun hasil analisis data. Adapun buku catatan dimaksudkan untuk mencatat hasil keterangan dari penelitian, maupun sebagai catatan tambahan pada saat dilakukan analisis data atau pengecekan kembali data yang diperoleh. Hal-hal yang dicatat meliputi situasi yang terjadi selama persiapan dan pelaksanaan upacara, respon para pelaku yang terlibat langsung mapun tidak dalam upacara dan lain-lain yang relevan dengan masalah penelitian. F. Teknik Keabsahan Data Moleong (2011:321) mengungkapkan keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Menurut versi positivisme yang disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Jadi, suatu data dikatakan absah apabila

55 41 telah melewati tahap keabsahan data, sehingga akan didapatkan data penelitian yang valid dan credible (dapat dipercaya). Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah perlu dilaksanakan pemeriksaan keabsahan data. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2011: 330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut Bungin (2011:264) salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan triangulasi peneliti, metode, teori dan sumber data. Terdapat empat langkah dalam pengecekan data yaitu: 1. Triangulasi Kejujuran Peneliti Menurut Bungin (2011:264) triagulasi ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan. Peneliti sebagai manusia dengan sadar atau tanpa sadar melakukan kesalahan yang merusak kejujurannya ketika mengumpulkan data di lapangan. Dengan ini, peneliti memerlukan peneliti lain untuk mengecek kembali data-data yang didapatkan sehingga akan mendapatkan data yang sama. 2. Triangulasi dengan Sumber Data Menurut Patton dalam Bungin (2011: ) triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam

56 42 metode kualitatif. Dengan menggunakan triangulasi sumber ini, peneliti mengecek kembali data-data yang telah didapatkannya dengan melalui waktu dan cara yang berbeda. Pengecekan dilakukan sampai mendapatkan data-data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan derajat kepercayaannya. 3. Triangulasi dengan Metode Menurut Bungin (2011:265) triangulasi dengan metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi yang diberikan ketika di- interview. Triangulasi ini dilakukan untuk mengecek penggunaan metode pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama meskipun menggunakan metode yang berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus menjelaskan perbedaan itu, tujuannya untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. 4. Triangulasi dengan Teori Bungin (2011:265) berpendapat bahwa triangulasi dengan teori adalah dilakukan dengan menguraikan pola, hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan pembanding. Pendapat ini diperkuat oleh Patton dalam Bungin (2011:265) bahwa triangulasi dengan teori dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelas banding (rival explanation). Triangulasi ini digunakan peneliti untuk menjelaskan kembali informasi yang telah

57 43 diperoleh sebagai bukti bahwa derajat kepercayaan hasil penelitiannya sudah tinggi. Dalam penelitian Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber karena lebih sesuai dan tepat dalam penelitian ini. Alasan dengan menggunakan triangulasi sumber karena peneliti dalam usaha untuk memperoleh hasil data yang valid dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat pertanyaan yang berbeda. Peneliti mengoreksi setiap data dan informasi yang diterimanya dari informan atau sumber data sampai menemukan titik jenuh sehingga didapatkan data yang memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Penerapan triangulasi sumber dapat dicapai dengan cara: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. d. Membandingkan keadaan dan perspektif dengan berbagai pendapat dan pandangan rakyat biasa, orang berpendidikan menengah atau berpendidikan tinggi, orang berada dan orang pemerintahan. e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

58 44 G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, pelaksanaan analisis data dari tahap pengumpulan data sampai akhir. Penelitian dengan metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang bersifat kompleks di dalamnya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman) Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan cara proses pengumpulan data. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2010: 336) teknik analisis data telah dimulai sejak dirumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa tahap analisis data dimulai dengan penataan data-data yang dihasilkan dan kemudian melakukan pengelompokan data sesuai dengan jenis data dan fungsi data yang ada dan menyesuaikan data yang ada agar penelitian tentang Bentuk Makna dan Fungsi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo dapat menjadi penelitian yang relevan. Menurut Moleong (2011: 247) proses analisis data dimulai dengan menelaah data yang tersedia yaitu dari hasil wawancara, hasil catatan lapangan, dokumen yang bersangkutan, gambar maupun foto dan dari data yang lainnya. Jadi, proses analisis data dimuai dengan meneliti dan menelaah segala data yang telah didapatkan peneliti bisa berupa gambar, tulisan,dukomen dan yang lainnya.

59 45 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data yang dikemukakan oleh Seiddel dalam Moleong (2011: 248) yaitu melalui proses: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal ini diberi kode supaya sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mengintensitaskan, membuat ikhtisar dan indeksnya. 3. Berfikir dengan membuat kategori data, supaya data itu memepunyai makna. Mencari dan menemukan pola hubungan-hubungan antar data dan membuat temuan-temuan umum. Tahap analisis data dimulai dengan menata data-data yang didapat dari hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen-dokumen terkait dan sebagainya. Data tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan klasifikasinya masingmasing. Data tersebut mulai dikumpulkan sejak sebelum acara atau pra prosesi tradisi Nyadran serta segala peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan didalamnya. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan teknik deskriptif kulitatif tentang tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo dengan metode perbandingan tetap. Moleong (2011: 288) menjelaskan bahwa metode perbandingan tetap adalah dengan membandingkan data umum satu dengan data umum yang lainnya dan membandingkan kategori satu dengan kategori lainnya. Data umum disini dimaksudkan data temuan yang didapatkan peneliti. Dalam metode ini peneliti harus melewati beberapa tahap seperti:

60 46 1. Pengumpulan Data Kerlinger dalam Arikunto (2010: 265) mengungkapkan bahwa mengobservasi adalah istilah umum untuk semua bentuk penerimaan data. Penerimaan atau pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan mencatatnya. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar sehingga akan memperoleh data yang variabel atau baik. Dengan demikian, pengumpulan data adalah semua metode atau segala usaha yang mempunyai tujuan untuk memperoleh ukuran tentang variabel. Variabel disini adalah informasi yang berhubungan dengan penelitian. Pengumpulan data dilakukan secara sistematis dengan komponen yang lain selama kegiatan penelitian berlangsung dengan menggunakan satu atau lebih teknik pengumpulan data. 2. Reduksi Data Moleong (2011: 288) mengungkapkan bahwa reduksi data mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil data yang memiliki makna dengan fokus dan masalah penelitian. Dengan demikian peneliti harus menyesuaikan data yang ada dengan penelitian supaya penelitian berjalan baik dan tidak melebar. Data direduksi dengan melakukan pengkodean supaya data dapat ditelusuri satuannya. Reduksi data ini terlihat pada saat sebelum memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian dan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Tahap ini berlangsung sampai laporan akhir tersusun lengkap dan dilakukan selama meneliti.

61 47 3. Penyajian Data Penyajian data merupakan salah satu dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan supaya dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Arikunto (2010:53) menjelaskan untuk mendapatkan hasil yang baik peneliti harus dapat mengubah data mentah menjadi data yang bermakna yang mengarah pada kesimpulan sehingga mudah dipahami saat disajikan. Dengan demikian, penyajian data yang mudah dipahami adalah cara utama menganalisis data yang valid. Data diklasifikasi untuk membangun kategori, satuan data dan kategori dianalisis serta dicari hubungan untuk menemukan makna, arti, serta tujuan penelitian. Hasil dari analisis dideskripsikan dalam bentuk laporan penelitian sebagai mana umumnya dan disajikan sebagai laporan penelitian. 4. Penarikan Kesimpulan Dalam suatu penelitian, penarikan kesimpulan penelitian selalu harus berdasarkan data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian bukan atas dasar angan-angan atau keinginan peneliti (Arikunto, 2010: 385). Dalam pengolahan data, peneliti mencari makna dari data-data yang telah terkumpul. Peneliti selanjutnya mencari arti dan penjelasannya kemudian menyusun pola-pola hubungan tertentu yang mudah dipahami dan ditafsirkan. Data tersebut dihubungkan dan dibandingkan antara satu dengan yang lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban benar atas setiap permasalahan yang ada.

62 48 H. Teknik Penyajian Data Dalam teknik penyajian data laporan berbentuk informal dengan menggunakan metode tick deskription. Teknik informal adalah suatu penyajian analisis dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol (Sudaryanto, 1993: 145). Endraswara (2006: ) menjelaskan tick deskription atau deskripsi yang mendalam adalah penulisan laporan mengenai segala aspek kehidupan atau fenomena budaya yang relevan dengan menunjukkan buktibukti atau indikator yang tajam. Penelitian bukan sekedar menceritakan seperti pernyataan informan tetapi juga disertai dengan bukti yang ada di lapangan. Dengan demikian, penulis menyajikan data penelitian dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan rumus atau simbol dengan disertai buktibukti atau indikator mengenai bentuk makna, simbol dan fungsi upacara Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.

63 BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Penyajian data 1. Prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Tabel 1. Prosesi upacara tradisi Nyadran No Prosesi Keterangan 1 Tahap pra pelaksanaan meliputi: a. Persiapan b. Pemberangkatan ke makam c. Pembakaran kemenyan d. Penerimaan sesaji 2 Tahap pelaksanaan, yaitu upacara Nyadran a. Sebelum dilaksanakan upacara tradisi Nyadran, sesepuh desa dan masyarakat melaksanakan persiapan terlebih dahulu, sesuai dengan tugasnya masingmasing. Sesepuh desa dan warga yang berada di makam mempersiapkan tempat dan sesaji yang akan digunakan dalam pelaksanaan tradisi Nyadran. b. Sesepuh desa yang bertugas membawa sesaji berkumpul di rumah mbah Gondho untuk membawa sesaji yang ada di bokor. Sekitar jam 8.00 sesepuh desa yang bertugas membawa sesaji berangkat dari rumah mbah Gondo. c. Setelah sampai di makam dilakukan pembakaran kemenyan yang mempunyai maksud bahwa sesaji sudah datang. d. Setelah sesaji datang, kemudian mbah Gondo menerima sesaji tersebut. Sebelum jam 12.00, sesepuh desa dengan berjalan kaki menuju makam dengan membawa sesaji di tampah, 49

64 50 3 Tahap pasca pelaksanaan, yaitu selamatan Kenduri dilanjutkan dengan makan bersama warga desa. tambir, bokor untuk melaksanakan upacara Nyadran. Setelah acara Nyadran selesai, kemudian dilanjutkan dengan acara kenduri yaitu makan bersama dengan tujuan untuk meminta keselamatan. 2. Makna simbolik sesaji dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Tabel 2 Makna simbolik sesaji dalam upacara tradisi Nyadran No Perlengkapan Sesaji Makna Simbolis 1 Nasi Tumpeng Melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat. 2 Ayam Ingkung Simbol tuduk, bakti dan kepasrahan kepada Allah 3 Jenang Abang Putih Melambangkan sikap penghormatan dan harapan yang ditujukan kepada kedua orang tua (bapak dan ibu) 4 Sekar Setaman (Bunga Setaman) Kembang memiliki aroma harum yakni, keharuman diri manusia artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar hal-hal negatif. 5 Gedhang Raja (Pisang raja) Simbol manusia harus seperti raja yang adil dan bijaksana. 6 Degan (Kelapa Muda) melambangkan bahwa orang itu diharapkan bisa berdiri atau berhasil dalam mencari rezeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. 7 Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu Memiliki makna bahwa elemen air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadi lambang persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan. 8 Jajan pasar Simbol supaya manusia tercukupi segala kebutuhannya dan berhasil dalam hidup. 9 Wajik Memiliki makna agar hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup senantiasa lekat serta yang masih hidup diharapkan selalu

65 51 mengenang dan tidak melupakan arwah orang-orang yang sudah meninggal 10 Kue Cucur Memiliki makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat, yang pada intinya masyarakat supaya selalu bersatu dan bekerja sama. 11 Rokok melambangkan manusia supaya bisa menjalani hidupnya dengan sabar dalam hidup beranekaragam. 12 Godhong Tawa (Daun Tawa) 13 Beras, sisir, kaca, bedak dan telur kampung 14 Nasi Golong (sega golong) Mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik dan senantiasa selalu diberi kemurahan pintu rezeki. Melambangkan manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan Melambangkan kebulatan tekad yang manunggal atau golong gilig pada waktu menyelenggarakan acara. 15 Minyak Telon Melambangkan supaya manusia mengagungkan nama Tuhan YME yang telah memberikan kehidupan menjadi tentram dan damai 16 Gemblong (jadah) Memiliki makna supaya semua warga bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu tercapainya tujuan bersama dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. 17 Daun Dadap Mempunyai makna supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang menghadapi pikiran dalam sebuah permasalahan. 18 Becer Kambing Memiliki makna sebagai gambaran alam yang akan dijalani. 3. Fungsi Upacara Tradisi Nyadran Bagi Kehidupan Masyarakat di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Tabel 3 Fungsi Upacara Tradisi Nyadran No Jenis Fungsi Manfaat 1 Ditaktis (Pendidikan) a. Mendekatkan diri kepada Tuhan a. Tradisi Nyadran dapat digunakan untuk usaha mendekatkan diri kepada

66 52 b. Kebersamaan c. Ungkapan rasa syukur Tuhan. b. Tradisi Nyadran meningkatkan nilai-nilai yang mencerminkan cipta, rasa dan karsa dari masyarakat pendukung tradisi ini. c. Tradisi Nyadran sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. 2 Sosial Tradisi Nyadran bisa menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi, menciptakan suasana yang harmonis dalam kehidupan masyarakat. 3 Ekonomi Tradisi Nyadran dapat menjadi alat transaksi dan sarana promosi untuk perdagangan antar warga masyarakat sekaligus dapat menjadi objek pariwisata 4 Sosial Budaya Tradisi Nyadran terdapat nilainilai budaya tradisional sehingga tidak menutup kemungkinan apabila dikemas secara baik dan menarik akan menjadi aset wisata budaya. 5 Psikologi dan Agama Tradisi Nyadran sebagai sarana spiritual antara manusia dengan Tuhannya yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang melimpah. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Prosesi Upacara Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo Kabupaten Purworejo khususnya desa Kedunglo adalah sebuah desa yang memiliki bermacam-macam budaya salah satunya yaitu tradisi Nyadran. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun dan sampai sekarang tradisi ini masih dijalankan di desa Kedunglo. Tradisi ini dilakukan setiap bulan Sura tepat pada hari Jumat Kliwon. Tradisi Nyadran ini dilakukan di

67 53 makam punden, makam punden ini yang dipercaya sebagai pelindung atau mbaureksa desa Kedunglo. Selain mendapat sebutan Nyadran, ada juga sebutan nama Suran dalam acara Nyadran ini. Sebutan Suran ini karena upacara tradisi Nyadran ini dilaksanakan setiap bulan Sura pada hari Jumat Kliwon. Dalam upacara Tradisi Nyadran di desa Kedunglo terdiri dari beberapa prosesi. Jalannya prosesi upacara Nyadran yang masih digunakan dari dahulu sampai sekarang ini meliputi tahap pra pelaksanaan (persiapan, pemberangkatan ke makam, pembakaran kemenyan setelah sesaji sampai ke makam, penerimaan sesaji), tahap pelaksanaan upacara Nyadran, tahap pasca pelaksanaan yaitu selamatan kenduri. Upacara tradisi Nyadran dilaksanakan satu tahun sekali yang jatuh setiap bulan Sura pada hari Jumat Kliwon. Upacara tradisi Nyadran yang diteliti oleh peneliti dilaksanakan pada hari Jumat Kliwon, tanggal 7 November Untuk lebih jelasnya mengenai bentuk tradisi Nyadran diungkapkan oleh bapak Rohman, sebagai berikut: Ya cara berdasarkan masyarakat sini, sebelum hari Jumat Kliwon ya persiapan terlebih dahulu. Jumat Kliwon pagi berangkat ke rumah Mbah Gondo langsung menuju ke makam. Sesudah sampai di makam dilakukan pembakaran kemenyan di punden oleh salah satu sesepuh desa yang datang duluan, dengan maksud bahwa sesaji sudah datang. Kemudian penerimaan sesaji oleh mbah Gondo. Setelah itu, kira-kira kurang lebih jam 12 dilakukan upacara Nyadran dengan mantra-mantra. Sesudah dilakukan Nyadran kemudian diakhiri dengan selamatan kendurenan (makan bersama) yang tujuannya memohon keselamatan kepada Allah supaya warga desa sini selalu dilindungi dan terhindar dari bencana-bencana.

68 54 berikut. Begitu juga seperti yang diungkapkan oleh bapak Sariyo, sebagai Prosesinya itu pertama melakukan persiapan sebelum hari Jumat Kliwon. Kemudian pada hari Jumat Kliwon pagi harinya sekitar jam 9.00 pemberangkatan sesaji dari rumah mbah Gondo yang dilakukan oleh sesepuh desa. Setelah itu pembakaran kemenyan, penerimaan sesaji, membaca doa-doa dan mantra-mantra dan acara berakhir dengan kenduri dan makan bersama. Jadi jalannya prosesi tradisi Nyadran adalah sebagai berikut: a. Tahap Pra Pelaksanaan, meliputi: 1) Persiapan Sebelum acara tradisi Nyadran dilaksanakan, pemangku adat dan masyarakat pendukungnya melaksanakan persiapan terlebih dahulu. Beberapa persiapan yang dilakukan sebelum hari pelaksanaan Nyadran yaitu mengumpulkan masyarakat yang percaya pada tradisi Nyadran untuk membahas persiapan kegiatan tersebut diantaranya merencanakan membersihkan makam serta jalan yang akan digunakan untuk membawa sesaji, membahas anggaran yang akan digunakan dalam acara Nyadran tersebut. Setelah itu kemudian panitia dan pemangku adat membeli uborampe sesaji yang akan digunakan dalam upacara Nyadran, dalam membeli uborampe ada syarat yang harus dipenuhi yaitu tidak boleh menawar. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Slamet, sebagai berikut. Urutanipun, ingkang sepindah punika saderengipun acara Nyadran dilaksanakake ngempalaken sanak sederek ingkang pitados dhumateng kapercayaan Nyadran.

69 55 Antawasipun ngrembag kangge mempersiapkan kegiatan Nyadran antawisipun kebersihan makam ugi lingkungan ingkang badhe dipunlampahi para piyantun ingkang badhe nderek utawi tangga tepalih saha saking pihak Pemerintah Desa, Muspika, Muspida, kajengipun lancar anggenipun tindak wonten ing panggenan punika. Salajengipun ngrembag masalah anggaran biaya ingkang badhe dipunagem mbiayai prosesi Nyadran. Antawisipun wonten sesaji, werni-werni sesajenipun wonten panggangan banyak, tumpeng, lajeng jajan pasar. Ingkang sampun dados tradisi sedaya punika boten pareng ngenyang utawi nawar. Dados sak nyuwune bakul punika ingkang badhe tumbas ingkang dipunpitados kangge tumbas uborampe Nyadran punika boten dipunnyang ngaten punika. Terjemahan: Urutannya, yang pertama sebelum pelaksanaan Nyadran yaitu mengumpulkan saudara yang percaya terhadap Nyadran. Diantaranya membahas untuk mempersiapkan kegiatan Nyadran seperti merencanakan membersihkan makam dan jalan lingkungan yang akan dilewati warga masyarakat dan tetangga serta pemerintah desa, muspika, muspida supaya lancar sampai ke tempat itu. Selanjutnya membahas masalah anggaran yang akan digunakan untuk membiayai prosesi Nyadran. Diantaranya ada sesaji, bermacam-macam sesaji ada ayam ingkung, tumpeng kemudian ada jajan pasar yang sudah menjadi tradisi itu tidak boleh menawar. Jadi, semintanya penjual akan dibeli oleh orang yang dipercaya untuk membeli uborampe Nyadran tidak boleh menawat, seperti itu. Setelah tiba hari Jumat Kliwon dimana hari pelaksanaan Nyadran tersebut tiba, pemangku adat Nyadran dan masyarakat membantu mempersiapkan tempat dan beberapa sesaji yang akan digunakan dalam upacara Nyadran. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

70 56 Gambar 1. Tempat yang akan digunakan dalam upacara Nyadran yaitu makan Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng. Gambar di atas merupakan tempat yang akan digunakan untuk pelaksanaan upacara tradisi Nyadran. Di dalam bangunan (Cungkup) tersebut di dalamnya terdapat makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng yang diyakini para warga sebagai pepunden dan pendiri desa Kedunglo. Gambar 2. Persiapan warga masyarakat desa Kedunglo dalam upacara Nyadran Gambar di atas adalah tempat yang akan digunakan untuk berkumpul seluruh masyarakat yang akan mengikuti upacara

71 57 Nyadran. Selain itu juga terdapat gambar persiapan membuat sesaji yang akan digunakan dalam upacara Nyadran tersebut. Masyarakat mengumpulkan ayam pemberian masyarakat yang akan dibuat sesaji dan memotong kambing untuk sesaji pelaksanaan tradisi Nyadran. Seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini. Gambar 3. Pemangku adat dan beberapa warga desa sedang memotong daging kambing. Gambar di atas adalah gambar pemangku adat dan warga yang sedang memotong daging kambing. Dalam pemotongan kambing dilakukan oleh kaum/sesepuh desa yang memahami akan syarat sahnya dalam pemotongan hewan. Salah satu kewajiban dalam memotong hewan harus diawali dengan membaca Basmalah dan kambing atau ayam serta yang memotong harus menghadap kiblat ke arah timur. Daging kambing kemudian dimasak untuk membuat becer kambing. Seperti pada gambar di bawah ini.

72 58 Gambar 4. Warga sedang memasak gulai becer kambing. Gambar di atas adalah gambar pemangku adat dan warga yang sedang memasak gulai/becer kambing. Pada gambar di atas terlihat yang memasak adalah laki-laki karena laki-laki dianggap lebih bersih dan suci tidak mengalami menstruasi atau datang bulan. Para wanita biasanya tugasnya mempersiapkan perlengkapannya saja yang akan digunakan untuk membuat sesaji. Selain memasak gulai kambing ada juga pemangku adat yang mempersiapkan sesaji lainnya, seperti yang terdapat pada gambar di bawah ini. Gambar 5. Warga sedang memasak ayam ingkung.

73 59 Gambar di atas adalah pemangku adat dan warga yang sedang memasak ayam ingkung. Ayam ingkung tersebut adalah salah satu sesaji yang akan digunakan dalam Nyadran. Pada gambar di atas, terlihat yang memasak adalah laki-laki semua. Sebenarnya laki-laki atau perempuan boleh saja memasak, tetapi dalam pemotongan serta pembersihan daging kambing dan ayam dilakukan oleh laki-laki. Jadi yang memasak adalah laki-laki, sedangkan perempuan memasak sesaji selamatan yang lainnya. 2) Pemberangkatan ke Makam Mbah Gondo adalah salah satu anggota pemangku adat juga sesepuh desa yang ditunjuk sebagai ketua dalam acara Nyadran dan rumahnya dijadikan sebagai tempat untuk pemberangkatan sesaji. Pemangku adat yang bertugas membawa sesaji berkumpul di rumah mbah Gondo untuk membawa perlengkapan sesaji yang akan digunakan dalam upacara Nyadran tersebut. Rombongan pertama dipimpin mbah Gondo yang merupakan rombongan inti, sedangkan rombongan kedua dipimpin pemangku desa lainnya yang disebut penderek karena bertugas mengikuti dan dibelakang dari rombongan pertama. Pemangku adat tersebut berangkat dari rumah mbah Gondo sesuai perintah dari pengayom. Setelah tiba waktu yang ditentukan untuk berangkat ke makam. Pemangku adat serombongan kemudian menuju ke makam.

74 60 Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Nuryanto, sebagai berikut. Ya acara miturut masyarakat sini, saderengipun dinten Jumat Kliwon ya nyiapake rumiyin, dinten Jumat Kliwon dipunwiwiti budhal saking griyanipun mbah Gondo langsung wonten pasareyan. Terjemahan: Ya cara berdasarkan masyarakat sini, sebelum hari Jumat Kliwon ya persiapan terlebih dahulu. Dinten Jumat Kliwon berangkat dari rumah mbah Gondo langsung menuju makam. Begitu juga seperti yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut. Lan salajengipun sampun dimugi dinten Jumat Kliwon punika, enjang-enjang sami persiapan rawuh ing papan ingkang sampun dipunsiagakaken ing makam mrika, lajeng wonten tratagan, nggelar klasa kangge sami lenggah. Terjemahan: Dan selanjutnya setelah tiba hari Jumat Kliwon itu, pagipagi semua datang mempersiapkan di tempat yang sudah dipersiapkan di makam, kemudian ada tratagan, menggelar tikar untuk bersama-sama duduk. Lebih jelas diungkapkan oleh Tugino, sebagai berikut. Prosese ngenjang nalika dinten Jumat Kliwon. Aku metu griyo mbah Gondo dipunkengken jam 9.00 kirang langkung minangka anggota rombongan inti mbeto sajen gantian kaliyan sanesipun. Saderengipun jam 9.00 supados dedonga rumiyin supados pinaringan keslametan. Amanah mbah minangka mlampah boten pareng takon amarga bebanipun awrat. Menawi kaliyan kanca rombongan piyambak angsal ngendika namung nalika papasan kula mboten wantun njawab.

75 61 Terjemahan: Prosesnya dilaksanakan ketika hari Jumat Kliwon, saya keluar dari rumah mbah Gondo disuruh kurang lebihnya jam 9.00 sebagai rombongan inti membawa sesaji bergantian dengan yang lainnya. Sebelum jam 9.00 supaya berdoa terlebih dahulu supaya diberi keselamatan. Amanah mbah saya kalau dijalan tidak boleh bertanya jawab sebab bebannya berat. Kalau dengan teman serombongan sendiri boleh berbicara tetapi kalau sedang berpapasan saya tidak berani menjawab. Gambar 6. Mbah Gondo dan rombongan sedang berdoa. Di atas adalah gambar mbah Gondo dan rombongan. Rombongan ini adalah rombongan depan yang datangnya lebih awal dari pada rombongan pemangku adat yang datang bersama mbah Gondo. Sebelum menuju tempat yang telah disediakan untuk upacara Nyadran tersebut, mbah Gondo dan rombongannya berhenti terlebih dahulu untuk berdoa. Seperti yang terlihat pada gambar di atas yang menunjukkan bahwa mbah Gondo sedang berdoa supaya diberi keselamatan dan kelancaran sewaktu upacara Nyadran. Setelah berdoa selesai, kemudian mereka menuju ke

76 62 tempat yang telah disediakan untuk upacara Nyadran. Setelah selesai di tempat tersebut, kemudian mereka langsung mempersiapkan sesaji-sesaji seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Persiapan sesaji 3) Pembakaran Kemenyan Setelah mbah Gondo selesai mempersiapkan sesaji tersebut, kemudian mbah Gondo melanjutkan dengan pembakaran kemenyan dengan maksud memberitahu kepada penguasa (Pepunden/Mbureksa) bahwa rombongan yang membawa sesaji itu sudah datang. Setelah pembakaran kemenyan selesai kemudian mbah Gondo menyambut rombongan yang dibelakangnya (penderek) yang datang dan menerima sesaji yang dibawa oleh rombongan penderek tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut. Dugi makam kan dipapag kaliyan mbah Gondo, kados adatipun mbah Gondo rumiyin ngesangaken selo were (menyan) minangka pratanda sampun dugi. Kula dugi dipuntampi kaliyan mbah Gondo.

77 63 Terjemahan: Sesampainya di makam disambut oleh mbah Gondo, seperti biasanya mbah Gondo terlebih dahulu membakar kemenyan sebagai tanda kedatangan. Saya datang diterima oleh mbah Gondo. Gambar 8. Gambar pembakaran kemenyan Gambar di atas menunjukkan proses pembakaran kemenyan yang dilakukan mbah Gondo. Pembakaran kemenyan bagi orang yang fanatik terhadap agama dianggap musrik. Padahal pada kenyataannya pembakaran kemenyan ini hanya sebagai simbol saja, yaitu dalam membakar kemenyan disini mempunyai maksud sebagai tanda bahwa sesaji dan doa yang dipanjatkan dapat segera diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. 4) Penerimaan Sesaji Setelah pembakaran kemenyan selesai, kemudian dilanjutkan dengan penerimaan sesaji oleh mbah Gondo. Penerimaan sesaji tersebut dilaksanakan ketika penderek rombongan yang membawa sesaji untuk upacara Nyadran telah sampai di makam.

78 64 Gambar 9. Penderek beserta rombongan setelah sampai di makam. Gambar di atas menunjukkan bahwa penderek beserta rombongan yang membawa sesaji telah sampai di makam. Rombongan ini adalah rombongan ke dua yang datangnya setelah rombongannya mbah Gondo. Rombongan ini dipimpin pemangku adat yang berada di depan sendiri. Tugas pemangku adat dalam acara ini sebagai orang yang memimpin dalam pembawaan sesaji, memasrahkan sesaji dan mengisi sambutan dengan menyampaikan tambahan sesaji kepada warga masyarakat. Setelah samapi di pemakaman, kemudian rombongan ini berhenti sejenak dan melanjutkan ke tempat yang akan digunakan untuk upacara Nyadran setelah mendapat perintah dari mbah Gondo. Setelah rombongan tersebut sampai di tempat yang disediakan kemudian sesaji tersebut diterima oleh mbah Gondo, seperti gambar di bawah ini.

79 65 Gambar 10. Penyerahan sesaji Gambar di atas menunjukkan bahwa mbah Gondo sedang menerima sesaji yang dibawa oleh rombongan yang baru datang. Setelah diterimanya sesaji oleh mbah Gondo kemudian ditaruh dan selanjutnya dipasrahkan oleh mbah Gondo. Gambar. 11. Mbah Gondo dan penderek sedang memasrahkan sesaji Setelah mbah Gondo memasrahkan sesaji tersebut, kemudian yang menjadi penderek juga memasrahkan sesaji

80 66 tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Riyadi, sebagai berikut. Sasampunipun dugi kula pasrahaken, nengga ngantos tabuh sasampunipun tabuh sajen saha ubarampenipun kedah sampun dipasrahake. Terjemahan: Setelah sampai saya pasrahkan, nanti tinggal menunggu waktu jam setelah jam sesaji dan kelengkapannya sudah harus dipasrahkan. Setelah sesaji dipasrahkan oleh mbah Gondo dan penderek, kemudian pemangku adat lainnya secara bergantian melaksanakan mujung (berdoa). Doa yang dilakukan disini tentunya untuk meminta keselamatan dan berkah. Seperti yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut. Lah teng ngrika sami nyuwun kaliyan Gusti Allah ingkang sepindah nyuwun keslametan anak putunipun, ingkang kalihipun inggih punika nyuwun supados para petani, pedagang, para warga sedaya saged gangsar anggenipun pados pangupa jiwa kangge nyekapi kebutuhan keluarga, niku ngaten. Terjemahan: Di sana meminta kepada Tuhan yang pertama keselamatan anak cucunya, yang kedua yaitu meminta supaya para petani, pedagang dan warga semuanya lancar dalam mencari rejeki untuk mencukupi segala kebutuhan keluarganya, seperti itu. Dalam doa yang dilakukan tujuannya hanya meminta keselamatan kepada Allah agar anak cucu selalu sehat dan

81 67 diberikan kelancaran serta kemudahan mencari rejeki untuk memenuhi kehidupan keluarganya. 5) Upacara Nyadran Setelah tiba saatnya, kurang lebih pukul kemudian dilanjutkan dengan upacara Nyadran, yakni membaca doa dan mantra-mantra di makam punden desa yaitu makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng. Setelah sesaji siap semua dilakukan pembakaran kemenyan di makam kedua punden tersebut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sukamto, seperti berikut. Saderengipun jam 12 kirang 15 menit sajen lan kalengkapan kedah sampun sumedya. Salajengipun kirang langkung jam dipunbakar selo were kaliyan dedonga wonten pasareyanipun Sunan Kalijaga kaliyan Sunan Geseng. Terjemahan: Sebelum jam kurang 15 menit, sesaji dan kelengkapannya harus sudah siap. Selanjutnya kurang lebih jam membakar kemenyan serta berdoa di makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng. Begitu juga yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut. Lajeng prosesipun Nyadran kados punika, dipunsumedyakake sedaya sesaji ingkang werni-werni wonten ngajengipun pasareyanipun Sunan Kalijaga kaliyan Sunan Geseng. Tiyang-tiyang ingkang nderek ugi lenggah wonten ngiku ngagem klasa. Mbah Ganda minangka juru kunci mimpin dedonga wonten kekalih sesepuh punden desa punika dipunwiwiti mbakar selo were rumiyin.

82 68 kemenyan. Terjemahan: Kemudian prosesi Nyadran seperti ini, disediakan semua sesaji lengkap bermacam-macam di depan makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng. Orang-orang yang ikut upacara ini duduk di sekitar makam itu dengan tikar. Mbah Ganda sebagai juru kunci makam memimpin doa di depan kedua Punden tersebut yang diawali dengan membakar kemenyan terlebih dahulu. Berikut adalah gambar pada saat berdoa dan pembakaran Gambar 12. Pembakaran kemenyan. Gambar di atas terlihat sesaji disiapkan di depan makam. Sesaji-sesaji ditata di depan kedua makam pepunden desa. Para warga yang mengikuti duduk di sekitar makam dengan khusuk mengikuti jalannya upacara Nyadran. Sesaji di sajikan dengan alas tampah yang terbuat dari anyaman bambu dan dibungkus daun, apabila tidak dengan tampah atau tambir bambu juga dibungkus daun tersebut sesaji dan doanya bisa tidak diterima. Seperti yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut.

83 69 Kangge lemek sajen kedah ngangge tampah utawi tambir ugi dibuntel ujungan, menawi mboten ngangge tampah punika saged boten dipuntampi. Gampil-gampil ewet dhawuh leluhur boten saget dipungantos-gantos saremenipun piyambak, dawuhipun leluhur kedah dipunlampahi. Terjemahan: Untuk sebagai alas sesaji harus menggunakan tampah atau tambir juga dibungkus daun, kalau tidak menggunakan tampah bisa tidak diterima. Gampanggampang sulit perintah dari leluhur tidak bisa diganti-ganti semaunya sendiri, perintah leluhur harus dilaksanakan. Setelah mbah Gondo dan pemangku-pemangku adat berdoa dan membaca mantra-mantra. Sesaji dirapikan kembali. Seperti pada gambar di bawah ini. Gambar 13. Sesaji Nyadran Gambar di atas menunjukkan suasana di sekitar makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng yang ramai dan dipenuhi warga

84 70 desa. Sesaji di persembahkan di depan makam dan dikelilingi warga desa yang mengikuti. 6) Selamatan Kenduri Selamatan kenduri dilakukan setelah upacara Nyadran dilaksanakan. Setelah semua orang berkumpul dan duduk di tempat yang telah disediakan di sekitar makam, kemudian dilanjutkan doa bersama dengan tujuan meminta keselamatan kepada Gusti Allah. Bapak Gatot adalah pemangku adat yang bertugas memimpin doa dalam acara ini. Berdoa dengan menggunakan cara Islam meskipun ada bagian-bagian yang menggunakan kepercayaan Nyadran. Setelah selesai berdoa, dilanjutkan makan bersama dengan makanan yang telah disediakan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Slamet, sebagai berikut. Lah biasanipun sasampunipun Nyadran punika dipunwontenaken selametan, wonten doa nggih para piantun punika lenggah sareng-sareng lajeng teng ngriku wonten ingkang ngimami doa, wonten ingkang ngamini, tujuanipun sami nyuwun kalih Gusti Allah. Doa-doanipun kangge cara adat Islam mayoritas step-stepipun sisa wonten ing kepercayaan Nyadran ingkang baku agamamipun punika mayoritas utawi ingkang kathah punika nganut agama Islam. Sesampunipun punika sami dhahar ingkang sampun dipuncepakaken wonten ngriku, lajeng sami kondur dalemipun piyambak-piyambak. Terjemahan: Biasa setelah Nyadran itu diadakan selamatan, ada doa dan para peserta itu duduk bersama kemudian disitu ada yang mengimami doa, ada yang mengamini doa tujuannya sama meminta kepada Gusti Allah. Doa-doanya menggunakan cara adat Islam mayoritas bagian-bagiannya ada di kepercayaan Nyadran yang baku agamanya mayoritas atau

85 71 yang banyak itu menganut agama Islam. Setelah itu pada makam yang sudah didekatkan disitu, kemudian pada pulang ke rumah sendiri-sendiri. Pada dasarnya upacara selamatan merupakan suatu upacara keagamaan yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat di dunia. Selamatan itu biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada saat melaksanakan upacara tradisi, seperti krapyakan, sedhekah bumi, kehamilan dan upacara lainnya. Selamatan kenduri ini bertujuan untuk meminta keselamatan kepada Allah. sebagai berikut. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Agus Chirin, Nek slametan kenduri kuwi tujuane nggih namung nyuwun slamet marang Gusti Allah supados diparingi kewarasan. Terjemahan: Kalau selamatan kenduri itu tujuannya ya hanya meminta keselamatan kepada Gusti Allah supaya diberi kesehatan. Berikut adalah gambar pada saat prosesi selamatan kenduri yang dilaksakan oleh berbagai kalangan yang menghadiri acara Nyadran tersebut. Selamatan Nyadran dilaksanakan setelah acara Nyadran dilaksanakan.

86 72 Gambar 14. Prosesi selamatan Kenduri. Upacara selamatan ini diikuti oleh berbagai kalangan, seperti pemangku adat, perangkat desa, kepolisian serta warga sekitar. Pada selamatan ini yang membawa sesaji dengan menggunakan tenong, tenggok dan ada juga yang menggunakan tampah. Sesaji-sesaji tersebut dibawa oleh pemangku adat serta penganutnya. Sebelum pelaksanaan kenduri dimulai, terlebih dahulu dilaksanakan pembagian gulai/becer kambing. Setelah pembagian selesai, dilanjutkan dengan doa bersama. Kemudian setelah selesai berdoa, maka dimulailah acara kenduri (makan bersama) tersebut. Apabila semuanya sudah selesai, kemudian semua warga bersiap-siap untuk pulang. Acara selamatan kenduri merupakan bagian penutup dalam acara upacara tradisi Nyadran ini. 2. Makna Simbolis Sesaji atau Ubarampe yang digunakan dalam Prosesi Tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo Simbol atau ubarampe merupakan salah satu pelengkap di dalam pelaksanaan tradisi Nyadran. Dalam tradisi-tradisi yang dilakukan oleh

87 73 sebagian besar orang Jawa terdapat ungkapan-ungkapan simbolis sebagai ciri dari hasil karya manusia. Ungkapan-ungkapan simbolis tersebut tertuang dalam sesaji-sesaji yang digunakan. Seperti pada pelaksanaan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo terdapat sesaji yang mengandung ungkapan-ungkapan simbolis. Untuk mengetahui ungkapan-ungkapan simbolis sesaji dalam pelaksanaan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo diperlukan upaya pemaknaan. Dalam penelitian ini ada pemaknaan sesaji atau ubarampe diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang kemudian dilengkapi dengan hasil-hasil penelitian tentang makna sesaji dalam tradisi lainnya. Makna sesaji pada pelaksanaan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo dideskripsikan sebagai berikut: a. Sesaji atau ubarampe yang ada pada pelaksanaan tradisi Nyadran yaitu sesaji tampah/tambir. Yang dimaksud dengan sesaji tampah/tambir yaitu semacam tempat atau wadah yang terbuat dari anyaman bambu yang dibentuk melingkar dan sesaji (ubarampe) diletakan di atasnya dan di bawahnya diberi alas daun pisang, kertas atau koran. Sesaji-sesaji tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

88 Gambar 15. Sesaji Tampah/Tambir ) Nasi Tumpeng Nasi tumpeng, atau yang banyak dikenal sebagai tumpeng saja merupakan salah satu warisan kebudayaan yang sampai saat ini masih di percaya untuk dihadirkan dalam perayaan baik yang sifatnya simbolis maupun ritual. Nasi tumpeng dan lauk adalah nasi gunungan yang terbuat dari nasi putih dan dibentuk seperti kerucut hingga menyerupai gunung. Nasi tumpeng ini melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan, dan menggambarkan kemakmuran yang sejati bagi kehidupan manusia terutama di Desa Kedunglo.

89 75 Nasi tumpeng ini di letakan di dalam makam Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng dan di tempatkan di tengah-tengah orang yang akan mengikuti Nyadran, setelah upacara Nyadran selesai dan nasi tumpeng sudah di doakan oleh juru kunci barulah nasi tumpeng tersebut dimakan bersama-sama. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Wahyudi sebagai berikut : Kutipan: Nasi tumpeng ini mempunyai makna ketika manusia berdoa kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi tumpeng Menurut Bapak Nuryanto makna nasi tumpeng yaitu: Kutipan: Ketika manusia berdoa kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannaya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi tumpeng. Salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Menurut Bapak Sariyo nasi tumpeng maknanya sebagai berikut: Kutipan: Tumpeng kuwi nglambangaken keselametan, kesuburan, kesejahteraan lan nggambaraken kemakmuran kang sejati Terjemahan: Tumpeng ini melambangkan keselamatan, kesuburan, kesejahteraan dan menggambarkan kemakmuran yang sejati

90 76 Gambar 16. Nasi Tumpeng Dari pernyataan yang disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa nasi tumpeng mempunyai makna simbolik dari kehormatan serta orang yang mengikuti pelaksanaan tradisi Nyadran agar diberi berkah oleh Allah Yang Maha Esa. 2) Ayam Ingkung Ayam ingkung adalah ubarampe yang berupa ayam kampung yang dimasak dengan bentuk utuh dan diberi bumbu opor, kelapa, daun salam dan tidak merubah bentuk aslinya, kemudian direbus setengah matang dan dilumuri dengan bumbu rempah-rempah. Gambar 17. Ayam Ingkung

91 77 Ubarampe ayam ingkung ini memasaknya kakinya diikat dengan menggunakan tali bambu (welat). Hal ini dikatakan oleh orang Jawa dengan pengertian dibanda (diikat). Dari kata dibanda (diikat) selain bermakna kepasrahan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, juga mempunyai makna sebagai simbol permohonan ampun seluruh warga masyarakat dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan. Hal ini sejalan dengan yang dipaparkan oleh Bapak Nuryanto sebagai berikut: Kutipan: Ayam ingkung adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada Gusti Allah Menurut Bapak Wahyudi, ayam ingkung mempunyai makna sebagai berikut: Kutipan: Ayam ingkung mempunyai makna sebagai simbol permohonan ampun seluruh warga masyarakat Kedunglo dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ayam ingkung itu mempunyai arti agar manusia cepatlah bersujud dan cepatlah berzikir kepada Allah Yang Maha Esa. Agar segala dosa yang diperbuat oleh manusia diampuni dosa-dosanya. 3) Jenang Abang Putih Jenang abang adalah bubur yang dibuat dari beras dengan dibumbui sedikit garam dan dicampur dengan gula jawa sehingga

92 78 berubah warna menjadi merah. Jenang abang dimaksudkan sebagai penghormatan dan harapan seseorang yang ditunjukan kepada kedua orang tuanya khususnya kepada seorang ibu. Jenang abang ini dimaksudkan lambang bibit dari ibu (darah merah). Pada ritual sesaji, ubarampe jenang merah ini selalu disertai dengan jenang putih karena masing-masing memiliki makna tersendiri dan menjadi semacam makanan yang tidak bisa dipisahkan. Jenang putih adalah bubur yang dibuat dari tepung beras dan diberi sedikit garam. Sesuai dengan namanya, jenang putih berwarna putih. Jenang putih ini memiliki makna sebagai simbol penghormatan dan harapan seseorang yang ditunjukkan kepada kedua orang tua khususnya kepada seorang ayah. Jenang putih dimaksudkan sebagai lambang bibit ayah (sperma atau darah putih). 2 1 Keterangan gambar: 1. Jenang abang 2. Jenang putih Gambar 18. Jenang abang putih

93 79 Jenang abang putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari benih orang tuanya. Dalam hal ini bersatunya darah merah atau sel telur dengan darah putih atau sperma. Manusia lahir ke dunia pasti memiliki ayah dan ibu yang harus dihormati dan dihargai. Jenang abang putih inilah simbol yang menggambarkan bentuk asal mula dilahirkan manusia dari sperma ayah dan sel telur ibu. Sebagaimana yang dikutip dalam wawancara dengan Bapak Sariyo sebagai berikut ini: Kutipan: Jenang putih itu diibaratkan ayah, dan jenang merah diibaratkan ibu. Jadi, jenang merah putih itu maksudnya kejadian manusia yang tercipta dari air kehidupan ayah dan ibu, jadi sudah menjadi kewajiban seorang anak harus berbakti dan menghormati kepada kedua orang tuanya. Peryataan Bapak Nuryanto di atas dipertegas lagi oleh informan lainnya: Kutipan: Jenang merah putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupan orang tuanya (Informan: Bapak Nuryanto) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa jenang merah adalah lambang bibit dari ibu (darah merah), sedangkan jenang putih merupakan lambang bening dari ayah (sperma). Kedua jenang tersebut sebagai lambang penghormatan dan permohonan kepada kedua orang tua agar diberi doa restu selalu mendapatkan keselamatan di dunia maupun di akherat.

94 80 4) Sekar Setaman (bunga setaman) Sekar setaman (bunga setaman) yaitu terdiri atas rangkaian beberapa bunga, antara lain mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. Bunga setaman ini dimasukkan ke dalam satu tempat yang terbuat dari daun pisang yaitu dengan ujungan (daun pisang yang bagus), lalu kanan kirinya ditusuk menggunakan lidi supaya tidak lepas Gambar 19. Sekar Setaman (Bunga Setaman) Keterangan gambar: 1. Bunga mawar 2. Bunga kanthil 3. Bunga kenanga 4. Daun pisang (ujungan) Bunga mempunyai aroma yang harum, yakni keharuman diri manusia. Artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruhi oleh hal-hal yang negatif. Manusia melakukan sesuatu yang baik dan menjauhi perbuatan yang buruk agar namanya tidak tercemar dan harum sepanjang masa. Hal ini sesuai dengan pemaparan Bapak Wahyudi sebagai berikut:

95 81 Kutipan: Bunga setaman itu ada macam-macam yaitu mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. Bunga itu mempunyai aroma yang harum. Jadi, makna dari bunga setaman yaitu manusia menjaga harumnya, artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif. Dalam kepercayaan masyarakat bunga setaman merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan perantara para arwah leluhur. Mereka mempercayai bahwa para arwah menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan menggangu, bahkan sebaliknya akan membantu manusia. Sebagaimana sesuai wawancara dengan Bapak Sariyo sebagai berikut: Kutipan: Dalam kepercayaan masyarakat bunga setaman merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan YME dengan perantara arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah leluhur menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan menggangu manusia sebaliknya akan membantu manusia. Pernyataan Bapak Sariyo di atas dipertegas lagi oleh informan lainnya: Kutipan: Dalam kepercayaan masyarakat bunga merupakan perantara yang baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan dengan perantara para leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan mengganggunya (Informan: Bapak Rohman)

96 82 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bunga setaman memiliki makna bahwa manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negatif atau tidak baik. 5) Gedhang Raja (pisang raja) Gedhang raja (pisang raja) adalah salah satu ubarampe yang berupa satu lirang pisang raja. Pisang raja melambangkan kemuliaan seorang Raja yang dapat menjunjung tinggi seluruh rakyatnya. Filosofi dari pisang raja ini adalah agar manusia bisa memiliki sifat seperti raja yang adil bijaksana dan berbudi luhur. Gambar 20. Gedhang raja (pisang raja) Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil bijaksana, berbudi luhur, dan mampu mengayomi seluruh warganya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Wahyudi sebagai berikut:

97 83 Kutipan: Pisang yang di gunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja, yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja. Watak yang bijaksana dan budiluhur. Menurut Bapak Nuryanto pisang raja mempunyai makna sebagai berikut: Kutipan: Pemakaian piasang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil dan bijaksana Wawancara dengan Tugino sebagai berikut: Kutipan: Pisang raja dalam sesaji ini mempunyai makna agar manusia mempunyai sifat seperti Raja yang dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi manusia lainnya Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pemakaian pisang raja dalam sesaji ini mempunyai makna agar manusia mempunyai sifat seperti raja yang dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi manusia lainnya. Jadi, pisang raja mempunyai makna dari kesatuan antar sesama warga di Desa Kedunglo untuk saling menhormati selayaknya para pemimpin yang memberi contoh kepada sesama manusia.

98 84 6) Degan (Kelapa Muda) Gambar 21. Degan ijo (kelapa muda) Degan atau kelapa muda adalah salah satu sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran. Degan berasal dari kata adegan atau ngadeg yang berarti berdiri. Dengan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan bisa berdiri atau berhasil dalam mencari rezeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. Hal ini sejalan dengan peryataan Bapak Wahyudi sebagai berikut: Kutipan: Degan, adegan sosoknya seperti anda itu yang bisa berdiri dalam mencari uang atau rezeki, gemah ripah loh jinawi. Makna lain dari sesaji degan seperti yang dipaparkan oleh Bapak Sariyo sebagai berikut: Kutipan: Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses Pernyataan Bapak Wahyudi sependapat dengan Bapak Sariyo bahwa makna sesaji degan yaitu:

99 85 Kutipan: Degan, adegan sosoknya seperti anda itu harus bisa berdiri sendiri atau mandiri dalam mencari uang atau rezeki. Supaya kebutuhan hidupnya terpenuhi dan selalu bahagia sejahtera Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe degan ini dimaksudkan agar warga masyarakat desa Kedunglo diharapkan bisa berdiri atau berhasil dalam mencari rezeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. 7) Wedang kopi, wedang teh, wedang susu dan wedang putih Wedang atau minuman menjadi piranti vital dalam interaksi di semua belahan masyarakat. Wedang atau minuman merupakan simbol keakraban, keluwesan dan keharmonisan. Orang Jawa mengenal wedang yaitu minuman hangat sejenis kopi atau teh. Ketika orang Jawa kedatangan tamu yang pertama-tama disuguhi adalah wedang atau minuman. Menurut leluhur, istilah wedang merupakan kerata basa atau jarwa dhosok dari nggawe kadhang (membuat persaudaraan) Gambar 22. Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu

100 86 Keterangan gambar: 1. Wedang kopi 2. Wedang teh 3. Wedang putih 4. Wedang susu Wedang yang digunakan dalam sesaji ini adalah wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu. Wedang kopi memiliki rasa yang sedikit agak pahit, wedang teh memiliki rasa yang sedikit sepa, dan wedang susu memiliki rasa manis. Dari gambaran itu sesaji ini memiliki rasa yang berbeda-beda. Dari keempat jenis wedang yang digunakan dalam sesaji itu mempunyai makna bahwa elemen air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadi lambang persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Sariyo berikut ini: Kutipan: Istilah orang Jawa wedang sama dengan membuat persaudaraan (nggawe kadhang). Wedang bisa sebagai lambang persaudaraan apabila sedang ada perkumpulan. Sedangkan wedang kopi, wedang teh, wedang susu, dan wedang putih yang ada dalam sesaji tradisi Nyadran mempunyai makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan, dan keharmonisan. informan lain: Peryataan Bapak Nuryanto di atas dipertegas lagi oleh Kutipan: Wedang yaitu nggawe kadhang yang berarti membuat atau menjalin persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan (Informan: Bapak Nuryanto)

101 87 Sedang menurut Bapak Rohman makna wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu sebagai berikut: Kutipan: Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, lan wedang susu ana ing sajen pasren nglambangaken perseduluran, keakraban, keluwesan, lan keharmonisan Terjemahan: Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu yang ada dalam sesaji tampah/tambir mempunyai makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan, dan keharmonisan Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe minuman seperti minuman kopi, teh, susu, dan air putih mempunyai arti sebagai simbol rasa dalam kehidupan manusia. Bahkan kehidupan manusia itu ibarat cakra manggilinan laksana roda yang sedang berputar, terkadang kita di atas, terkadang juga merasakan di bawah. 8) Jajan Pasar Jajan pasar adalah semua barang yang dibeli di pasar, seperti krupuk, wajik, gethuk, kacang, tape dan lanthing. Maknanya adalah meminta supaya berkah, diberi rezeki tidak kekurangan dan dalam pelaksanaan Nyadran di beri keselamatan.

102 Gambar 23. Jajan pasar Keterangan gambar: 1. Kerupuk 2. Gethuk 3. Kacang tanah 4. Tape 5. Lanthing Sebagaimana yang telah di paparkan oleh Bapak Nuryanto sebagai berikut: Kutipan: Jajan pasar yaitu jajan yang semuanya di beli di pasar seperti krupuk, kacang tanah, lanthing. Maknanya yaitu sebagai ungkapan permohonan, harapan, doa-doa yang dipanjatkan. Pernyataan Bapak Nuryanto di atas dipertegas oleh informan lain yaitu Bapak Wahyudi. Berikut ini adalah penjelasan dari Bapak Wahyudi mengenai sesaji yang digunakan dalam tradisi Nyadran: Kutipan: Sesaji jajan pasar yaitu semuanya di beli di pasar, maknanya yaitu sebagai permohonan, harapan, doa yang dipanjatkan

103 89 Jajan pasar dalam tradisi Nyadran ini mempunyai fungsi sebagai simbol permohonan dan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar mendapatkan keselamatan dalam melaksanakan tradisi Nyadran dan diberi rezeki sehingga hidupnya tidak kekurangan. 9) Wajik Gambar 24. Wajik Wajik adalah makanan yang terbuat dari beras ketan dan diberi gula jawa, sehingga warnanya coklat dan rasanya manis. Makanan ini memiliki sifat lekat atau dalam bahasa Jawa disebut pliket. Memiliki makna kata wajik dan pliket (lengket) tersebut, maka ubarampe ini dimaksudkan agar hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup senantiasa lekat. Artinya yang masih hidup diharapkan selalu mengenang dan tidak melupakan arwah orang-orang yang sudah meninggal. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sariyo berikut ini.

104 90 berikut: Kutipan: Makna dari wajik adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dan dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah maninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisinya. Menurut Bapak Rohman makna wajik adalah sebagai Kutipan: Untuk menghormati dan selalu mengingat para leluhur yang sudah meninggal Pemaparan Bapak Rohman dan Bapak Sariyo bersependapat dengan Bapak Tugino bahwa wajik mempunyai makna hubungan yang masih terjalin dengan rekat seperti sifat wajik yang lengket (pliket). Kutipan: Wajik kuwi panganan kangasale saka ketan lan nduweni sifat pliket, saengga maknane wajik iki yaiku hubungan antarane wong sing wis tilar donya karo wong sing isih urip tetep kraket, tegese sing isih urip ora lali karo wong sing wis tilar donya, kejaba kuwi dongake supaya bisa katampa ing sisihe Gusti Allah Terjemahan: Wajik adalah makanan yang dibuat dari ketan dan mempunyai sifat pliket (lengket), sehingga makna dari wajik ini adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah meninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisinnya

105 91 Dengan kata lain bahwa ubarampe wajik ini disajikan untuk menghormati dan selalu mengingat para leluhur yang sudah meninggal. Wajik juga dimaksudkan agar kita selalu mendoakan arwah orang yang sudah meninggal terbebas dari cengkeraman setan dan mereka selalu berada dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa dan diterima disisi-nya. 10) Kue Cucur 1 Keterangan gambar: Gambar 25. Kue Cucur 1. Kue Cucur Kue cucur adalah makanan berbahan dasar dari tepung beras, tepung trigu dan gula merah yang di bungkus menggunakan plastik. Uberampe ini mempunyai makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat yang pada intinya masyarakat desa Kedunglo selalu bersatu, bekerja sama. Hal ini yang dipaparkan oleh Bapak Wahyudi sebagai berikut: Kutipan: Kue cucur itu mempunyai makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat yang pada intinya masyarakat desa Kedunglo selalu bersatu, bekerja sama.

106 92 Pernyataan Bapak Wahyudi di atas dipertegas lagi oleh informan lainnya: Kutipan: Sajen roti cucur iki nduweni lambang yen manungsa kuwi asale saka zat kang pada kanggo mbantu sapadane manungsa Terjemahan: Sesaji kue cucur ini mempunyai makna bahwa manusia berasal dari satu zat untuk saling bekerja sama sesama manusia (Informal: Bapak Sariyo) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Kedunglo yang akan melakukan pelaksanaan tradisi Nyadran ini membuat kue cucur dengan harapan dalam melakukan pelaksanaan tradisi Nyadran warga masyarakat bekerja sama dan saling membantu. 11) Rokok Ubarampe rokok ini adalah ubarampe untuk tradisi Nyadran yang dibungkus dengan plastik lalu diletakan di atas penampan yang diberi alas koran. Hal ini sesuai dengan pemaparan Bapak Nuryanto sebagai berikut: Kutipan: Bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka Pernyataan Bapak Nuryanto di atas dipertegas lagi oleh Bapak Sariyo sebagai berikut:

107 93 Kutipan: Sesaji rokok ini mempunyai makna, bahwa manusia harus bisa menjalani hidup beranekaragam dengan hati yang sabar Gambar 26. Rokok Keterangan gambar: 1. Rokok kretek (pabrikan) 2. Rokok tembakau tengwe (buatan sendiri) 3. Rokok klobot jagung (buatan sendiri dari bungkus kulit jagung) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe rokok adalah melambangkan manusia supaya bisa menjalani hidupnya dengan sabar dan hidup beranekaragam. Jadi, ubarampe rokok mempunyai makna bahwa manusia harus bisa menjalani hidupnya dengan sabar. 12) Godhong Tawa Ubarampe godhong tawa (daun tawa) adalah ubarampe berupa daun yang tiap batangnya terdapat tiga buah daun kemudian

108 94 dikasih air dan diletakan di dalam mangkok. Seperti yang di paparkan oleh bapak Tugino sebagai berikut: Kutipan: Daun tawa (godhong tawa) ini merupakan salah satu ubarampe yang ada di dalam sesaji. Maknanya yaitu daun tawa (godhong tawa) melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi sebuah permasalahan. Pernyataan Bapak Tugino di atas dipertegas lagi oleh informan lainnya: Kutipan: Sesaji daun tawa ini maknanya supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi cobaan (Informal: Bapak Rohman) Gambar 27. Godhong tawa Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe godhong tawa (daun tawa) melambangkan agar manusia senantiasa mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapi setiap permasalahan. Jadi ubarampe godhong tawa (daun tawa) mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik dan senantiasa selalu diberi kemurahan pintu rezeki.

109 95 13) Beras, sisir, kaca, bedak dan telur kampung Ubarampe beras, sisir, kaca, bedak dan telur kampung merupakan salah satu sesaji yang di sajikan dengan diletakkan di dalam mangkok kaca. Telur kampung, sisir, bedak, dan kaca disajikan di atas beras yang dimasukkan di dalam mangkok kaca. Seperti yang di paparkan oleh Bapak Sariyo makna sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung ini adalah sebagai berikut: Kutipan: Sesaji yang digunakan yaitu beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung. Telur yang digunakan untuk sesaji adalah telur ayam kampung yang melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan, siangmalam dll. Sedangkan beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup. Sisir, bedak, kaca yaitu melambangkan kebagusannya manusia Menurut Bapak Nuryanto makna sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung yaitu: Kutipan: Sajen beras, sisir, bedhak, kaca lan endhog pitik, kang di selehaken maring mangkok kaca kuwi mung kanggo pelengkap sajen ing tradisi Nyadran. Terjemahan: Sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung yang diletakan dalam mangkok kaca itu hanya untuk perlengkapan sesaji pada tradisi Nyadran.

110 96 Gambar 28. Beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung Keterangan gambar: 1. Beras 2. Sisir 3. Bedak 4. Kaca 5. Telur kampung Ubarampe beras, sisir, bedak, kaca dan telur ini berupa beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung yang diletakan dalam mangkok kaca. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang mempunyai makna sebagai simbol ketuntasan dan kesempurnaan. Sedangkan telur kampung mempunyai makna sebagai perlambangan asal mula kehidupan, yang berbeda seperti warna telur kuning dan putih, diantaranya ada laki-laki dan perempuan, siang dan malam dll, sedangkan sisir, bedak, dan kaca mempunyai makna sebagai manusia yang baik. Ubarampe beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung ini mempunyai makna bahwa seorang manusia terlahir di dunia ini dengan segala perbedaan yang ada. Dengan hal tersebut manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan

111 97 14) Nasi Golong (sega golong) Nasi golong adalah ubarampe yang berupa nasi putih yang dibentuk bulatan seukuran kepalan tangan. Oleh orang Jawa ubarampe ini dimaksudkan untuk melambangkan kebulatan tekad yang manunggal atau golong gilig. Kebulatan tekad ini dilakukan pada saat menggelar selamatan. Nasi golong melambangkan persatuan dan kesatuan kekuatan utama dari para warga. Dikatakan seperti itu karena nasi golong ini dibentuk bulatan dengan cara dikepal-kepal menjadi satu menggunakan tangan, sehingga nasi putih tersebut bersatu menjadi bulatan seukuran bola tenis. Diharapkan nasi golong ini mampu mempersatukan warga masyarakat untuk bersedia golong galih, setia sekata, bahu membahu, dan bergotong royong dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta kerja sama yang baik dalam masyarakat. Dengan ubarampe ini diharapkan agar orang yang membuat selametan dalam menapaki setiap perjalanan waktu untuk mengarungi kehidupan selalu selamat dan berhasil meraih apa yang dicita-citakan. Hal ini yang di ungkapkan oleh Bapak Sukamto sebagai berikut : Kutipan : Nasi golong (sega golong) ini mempunyai makna sebagai pemersatu warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari agar selalu tercipta kerja sama yang baik dalam bermasyarakat

112 98 Gambar 29. Nasi golong Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa nasi golong merupakan lambang kekuatan ikatan tali persaudaraan dan kebersamaan. Masyarakat Desa Kedunglo berharap dengan adanya nasi golong sebagai sesaji semoga ikatan tali persaudaraan dan persaudaraan antar warga sekitar akan selalu tetap terjaga. Masyarakat Desa Kedunglo meyakini bahwa adanya sesaji nasi golong ini untuk melambangkan seseorang supaya dalam menjalani hidup untuk selalu saling hormat menghormati. 15) Minyak Telon Minyak telon itu pada dasarnya terbuat dari bunga mawar dan bunga kenanga karena bunga itu memiliki aroma yang harum. Minyak telon ini termasuk yang ada di dalam sesaji tampah/tambir, makna yang terkandung di dalamnya adalah supaya manusia mengagungkan nama Tuhan YME yang telah memberikan kehidupan menjadi tentram dan damai. Selain itu juga sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Sariyo sebagai berikut:

113 99 Kutipan: Bunga itu memiliki aroma yang harum, bunga ini memiliki makna supaya manusia mengagungkan nama Tuhan. Selain itu bunga juga dapat bermakna sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur Pernyataan Bapak Sariyo di atas dipertegas lagi oleh informan lainya: Kutipan: Kembang kuwi nduweni aroma kang wangi mbak, dadi aroma sing wangi kuwi dewek ngagungaken jenenge Gusti Allah Terjemahan: Bunga itu mempunyai aroma yang harum mbak, dari aromanya yang harum itu kita untuk mengagungkan nama Tuhan (Informan: Bapak Rohman) Gambar 30. Minyak telon Kemenyan sebagai wujud permohonan masyarakat di Desa Kedunglo agar diberikan keselamatan dan kemakmuran. Adapun kemenyan yang mengepulkan asap mempunyai makna agar roh

114 100 membantu permohonan, dengan suatu harapan mereka tidak menggangu. Kemenyan merupakan santapan yang enak bagi roh halus. Dengan diberi santapan seperti itu maka mereka diharapkan turut membantu dan tidak menggangu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Nuryanto sebagai berikut: Kutipan: Kemenyan itu merupakan santapan yang enak bagi para roh halus, dengan diberi santapan seperti itu diharapkan mereka turut membantu dan tidak menggangu manusia. Kemenyan mempunyai maksud supaya masyarakat Desa Kedunglo ini diberi keselamatan dan kemakmuran Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sesaji atau ubarampe minyak telon merupakan aroma pengharum yang mempunyai makna untuk mengagungkan nama Tuhan, selain itu juga untuk mengharumkan nama leluhurnya. Sedangkan dari pernyataan di atas, kemenyan yang mengepulkan asapnya mempunyai makna agar roh-roh leluhur membantu permohonan mereka yang melaksanakan tradisi. Dengan disediakannya kemenyan diharapkan makhluk halus tidak mengganggu jalannya tradisi. 16) Gemblong (jadah) Gemblong (jadah) adalah makanan yang dibuat dari beras ketan dibumbui dengan garam dan santan kelapa kemudian ditanak, setelah masak menjadi seperti nasi lalu di taburi dengan serutan kelapa. Gemblong (jadah) ini di sajikan dengan dibungkus plastik.

115 101 Gambar 31. Gemblong (jadah) Gemblong (jadah) melambangkan pemersatu atau perekat, dikatakan seperti itu karena gemblong (jadah) ini lengket dan proses pembuatannya ditumbuk menjadi satu, jadi diharapkan pemakaian gemblong ini semua warganya bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu tercapainya tujuan bersama dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Rohman sebagai berikut: Kutipan: Gemblong (jadah) ini dibuat dari beras ketan, nah beras ketan itu kan lengket. Maksud sesaji gemblong (jadah) ini menciptakan tujuan bersama Pernyataan Bapak Rohman di atas dipertegas oleh informan lain: Kutipan: Sesaji gemblong yang ada di sesaji tampah/tambir ini mempunyai makna bahwa manusia itu mempunyai tujuan yang sama (Informan: Bapak Nuryanto)

116 102 17) Daun Dadap Ubarampe daun dadap adalah ubarampe yang berada di dalam sesaji tambir/tampah yang di bungkus dengan daun pisang lalu di tusuk dengan lidi supaya tidak lepas. Ubarampe daun dadap ini mempunyai makna supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang menghadapi pikiran dalam sebuah permasalahan. Hal ini seperti yang di paparkan oleh Bapak Sariyo sebagai berikut : lain: Kutipan: Daun dadap ini merupakan salah satu ubarampe yang ada di dalam sesaji tampah/tambir. Maknanya yaitu daun dadap melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi pikiran sebuah permasalahan. Pernyataan Bapak Sariyo di atas dipertegas oleh informan Kutipan: Godhong dadap kuwi nduweni lambang supaya kabeh wong nduweni pikiran sing anteng anggone ngadhepi perkara Terjemahan: Daun dadap itu mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik senantiasa selalu diberi kemudahan (Informan: Bapak Rohman)

117 103 1 Keteranan gambar: 1. Daun dadap Gambar 32. Daun Dadap Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa ubarampe daun dadap melambangkan agar manusia senantiasa mempunyai pikiran yang jernih dan tenang dalam menghadapi setiap permasalahan. 18) Becer Kambing Becer kambing adalah ubarampe yang terbuat dari daging kambing yang dalam pemasakannya diberi santan serta diberi rempah-rempah. Bumbu-bumbu yang digunakan dalam membuat becer kambing di antaranya garam, jahe, kunir, merica, tumbar, serai, bawang merah dan bawang putih yang dihaluskan menjadi satu. Cara memasak becer kambing yaitu santan yang telah diberi bumbu yang telah dihaluskan tersebut diberi daging kambing, setelah itu dimasak dengan cara direbus. Sesaji becek mempunyai makna untuk menggambarkan keadaan alam yang akan dijalani. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh informan Bapak Sariyo, sebagai berikut.

118 104 Begini mbak, kalau becer itu juga masuk dalam sesaji yang mempunyai makna untuk menggambarkan keadaan alam yang akan dijalani. Pernyataan di atas didukung oleh informan Bapak Rohman, sebagai berikut. Nek becer kui kanggo nggambarake alam kang arep dilakoni. Becek kui gambaran supaya akeh udan mundak gampang ngupaya banyu. Terjemahan: Kalau becek gulai itu menggambarkan alam yang akan dijalani. Becer basah menggambarkan supaya banyak hujan sehingga mudah dalam mendapatkan atau mencari air. Dari penyataan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam upacara Nyadran daging kambing dibecer berarti gambaran tentang alam yang akan dijalani masyarakat yang berharap akan banyak hujan yang mendatangkan berkah. Gambar 33 : Becek kambing

119 Fungsi Upacara Tradisi Nyadran Bagi Kehidupan Masyarakat di Desa Kedunglo Pengertian fungsi merujuk pada manfaat budaya bagi susuatu fungsionalisme akan terkait dengan sifat dasar budaya manusia. Sifat-sifat tersebut merupakan realitas budaya yang sulit diabaikan. Fungsi tradisional sangatlah berpengaruh pada masyarakat yang melakukan. Dari upacara tradisional dapat diketahui bahwa dalam upacara terdapat simbolsimbol yang bermakna positif dan mengandung nilai-nilai atau normanorma sosial. Nila-nilai atau norma-norma sosial yang terdapat dalam upacara tradisional seperti tradisi Nyadran ini mencerminkan asumsi apa yang baik dan apa yang tidak baik sehingga nilai-nilai itu dapat dipakai sebagai pengendali sosial. Tradisi Nyadran sebagai media sosial dapat dipakai sebagai sarana mengutarakan pikiran dan kepentingan yang menjadi hajat hidup orang banyak. Upacara Tradisional seperti Nyadran bisa dipakai sebagai alat yang memungkinkan anggota sutu komunitas melakukan hubungan sosial alam suatu masyarakat. Selain itu, tradisi juga dapat dipakai sebagai sarana yang efektif bagi pendukungnya untuk berinteraksi dan komunikasi sehingga menimbulkan kesatuan, solidaritas, dan kesetiakawanan sosial. Secara umum tradisi Nyadran memiliki fungsi dan makna bagi pendukungnya, termasuk simbol-simbol yang ada di dalamnya. Simbol tersebut dianggap mampu untuk mengantarkan pribadi manusia kepada totalitas kehidupan yang tidak hanya bergantung kepada kesadaran. Simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut bermakna positif dan

120 106 mengandung aturan-aturan yang mencerminkan nilai apa yang baik dan yang tidak baik. Hal ini dapat dipakai sebagai kontrol sosial dan pengendali sosial serta pedoman perilaku bagi masyarakat pendukung sosial. Tradisi Nyadran secara umum mempunyai fungsi sebagai media sosial. Tradisi Nyadran ini dipakai sebagai sarana mengutarakan pikiran dan kepentingan yang menjadi hajat hidup orang banyak. Hal tersebut dapat dipaparkan melalui wawancara sebagai berikut. fungsinya itu untuk mengingat apa yang telah dilakukan leluhur pada masa lampau. (informan: Bapak Riyadi) Lah wis tradisine mbak, ndak tahun kudu gawe slametan ora kena robah kanggo ngelingi mbah-mbah biyen truka kanggo desa iki..(informan: Bapak Slamet) Terjemahan: Lah sudah menjadi tradisi mbak, setiap tahun harus membuat selamatan tidak boleh dirubah untuk mengingat leluhur dahulu bersusah payah untuk desa ini. Pemaparan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi Nyadran ini secara umum mempunyai fungsi sebagai media sosial, maksudnya dipakai sebagai saranamengutarakan pikiran yang menjadi hajat hidup orang banyak. Biasanya upacara tersebut digunakan untuk mengingat apa yang telah dilakukan leluhurnya pada masa lampau samapai masa sekarang ini. Selain itu, tradisi ini juga menjadi media untuk melakukan kontak sosial di antara warga. Salah satu contoh dari kontak sosial tersebut adalah pada saat membuat peralatan atau perlengkapan

121 107 yang dilakukan bersama-sama, memberikan sumbangan seikhlasnya demi kelancaran acara tersebut dan melakukan ritual secara bersama-sama. Berdasarkan hasil observasi dan penelusuran penulis mengenai fungsi tradisi Nyadran bagi masyarakat pendukungnya didapatkan beberapa fungsi khusus yaitu: a. Fungsi Didaktis Mengenai fungsi didaktis yang terdapat dalam upacara Nyadran ini dapat terlihat dari kutipan wawancara sebagai berikut. Nyadran kuwi mbak, kanggo ngurmati kalian Gusti Pengeran, Sunan Kalijaga, Sunan Geseng ingkang dados punden desa ugi lelembut minangka rasa syukur saged gesang sesarengan. (Mbah Gondo) Terjemahan: Nyadran itu mbak untuk mengungkapkan rasa hormat kepada Tuhan, Sunan Kalijaga, Sunan Geseng yang menjadi penjaga desa juga makhluk halus sebagai rasa syukur dapat hidup dalam kebersamaan. Dari wawancara di atas upacara tradisi Nyadran di desa Kedunglo merupakan salah satu faktor yang mempunyai fungsi bagi masyarakat pendukungnya sehingga lestari sampai sekarang. Adapun fungsi didaktis (pendidikan) dalam upacara Nyadran di desa Kedunglo. Masyarakat desa Kedunglo dan masyarakat Jawa masih ada beberapa orang yang menjalankan dan melestarikan tradisi ini yang bersifat tradisional dengan mengadakan kontak batin, antara mereka dengan punden atau arwah leluhur. Mereka meyakini keberadaan

122 108 tentang punden atau arwah leluhur dengan mengadakan kontak batin dan ritual tertentu merupakan bentuk sarana penghormatan kepada para leluhur. Kutipan wawancara mengenai penghormatan terhadap arwah leluhur, juga didapat dari keterangan Bapak Sukamto sebagai berikut: Sesaji dan uborampe dipersembahkan untuk punden dan para leluhur yang telah menjaga desa ini.(bapak Sukamto) Dari hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan adanya upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo ini, membuktikan bahwa masyarakat desa Kedunglo masih mempercayai akan adanya roh-roh leluhur yang dapat memberikan berkah bagi kehidupan mereka. 1) Mendekatkan Diri kepada Tuhan Berdasarkan hasil wawancara dengan mbah Gondo dan Bapak Sukamto tentang mengenai fungsi ditaktif diri kepada Tuhan, ternyata sudah menjadi fitrah dalam penciptaan. Manusia merupakan mahluk yang selalu mencari jati diri dan pencari Tuhan yang menciptakan alam ini melalui mendekatkan diri kepada Tuhan. Walaupun Islam sudah menjadi agama mayoritas masyarakat Kedunglo, sebagian masyarakat Kedunglo masih ada yang percaya pada kekuatan makhluk halus atau roh-roh di sekitar manusia. Mereka menyebutnya dengan istilah sing mbaureksa, dayang atau punden dan lain sebagainya.

123 109 2) Kebersamaan Mengenai fungsi ditaktik kebersamaan dapat dilihat dalam kutipan wawancara dengan nara sumber Bapak Sukamto sebagai berikut. iya, walaupun tidak semua masyarakat melakukan kegiatan ini, tapi wujud kebersamaan dan saling membantu satu sama lain ada mbak, sehingga terjalin hubungan yang saling membutuhkan untuk kelancaran upacara ini dan juga rasa solidaritas, saling membantu dan kebersamaan (Bapak Sukamto). Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan upacara Nyadran di desa Kedunglo ini mengandung nilai-nilai yang mencermikan cipta, rasa dan karsa dari manusia pendukung tradisi tersebut juga merupakan pendidikan terhadap rasa solidaritas, saling tolong-menolong dan kebersamaan. Tradisi ini mengandung nilai pendidikan yaitu wujud kesatuan dimana dalam pelaksanaan melibatkan banyak orang sehingga terjalin hubungan yang saling membutuhkan untuk kelancaran upacara. 3) Ungkapan Rasa Syukur Fungsi didaktis ungkapan rasa syukur dapat dilihat dari kutipan pernyataan dengan informan Bapak Slamet sebagai berikut. Sedaya sajen ugi ubarampe ingkang wujud panganan ning upacara Nyadran niki minangka bukti rasa syukur. Terjemahan: Semua dari sesaji dan ubarampe yang berupa makanan dalam upacara Nyadran ini merupakan ungkapan rasa syukur.

124 110 Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa manusia yang mempunyai keimanan dan ketakwaan dalam beragama dapat dilihat dari cerminan perilaku budi pekerti dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam upacara Nyadran tersebut merupakan wujud ungkapan rasa syukur atas nikmat dan karunia yang diterima. b. Fungsi Sosial Fungsi sosial tradisi Nyadran dilihat sebagai sesuatu yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan. Tradisi Nyadran ini menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Dilihat dari aspek sosial, tradisi Nyadran bisa menimbulkan rasa solidarotas yang tinggi, menciptakan suasana yang harmonis dalam kehidupan bermasyarakat. Mengenai fungsi sosial yang terdapat dalam upacara Nyadran ini dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan nara sumber Bapak Wahyudi sebagai berikut. Fungsi sosial dalam upacara tradisi Nyadran antara lain interaksi sosial, pelestarian budaya, dan pewarisan norma sosial. (Bapak Wahyudi) Begitu juga dijelaskan lebih mendalam oleh Bapak Slamet. Adanya keteraturan hubungan sosial antar masyarakat pendukung tradisi dari seluruh golongan masyarakat bawah, menengah maupun atas yang membaur jadi satu. Di situlah proses interaksi sosial, pelestarian budaya dan pewarisan norma sosial terlaksana secara alamiyah.(bapak Slamet)

125 111 Berdasarkan dari kutipan wawancara di atas, adapn fungsi sosial dalam upacara tradisi Nyadran di desa Kedunglo yaitu interaksi sosial, pewarisan budaya, dan pewarisan sosial. Interaksi sosial dalam upacara Nyadran dapat dilihat dari keteraturan hubungan antar golongan dalam masyarakat. Fungsi sosial tradisi Nyadran dilihat dari sesuatu yang mempersatukan, mengikat dan melestarikan. Maksudnya tradisi ini menciptakan suatu ikatan bersama, baik antara anggota masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Dilihat dari aspek sosial, tradisi Nyadran bisa menimbulkan rasa solidaritas yang tinggi, menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat. Tradisi Nyadran juga berfungsi sebagai alat untuk mempererat silaturahim antar anggota masyarakat, keberadaannya dapat mempersatukan visi, misi dan gerak langkah seluruh anggota masyarakat yang mencitrakan tradisi Nyadran ini sebagai budaya yang adilihung dalam membentuk jati diri masyarakat. c. Fungsi Ekonomi Komunikasi antar lapisan masyarakat dalam perayaan tradisi Nyadran kemudian dapat menjadi alat transaksi dan sarana promosi untuk perdagangan anyar warga masyarakat yang sekaligus dapat menjadi objek pariwisata. Adanya penyelenggaraan tradisi Nyadran berdampak pada ekonomi masyarakat sekitar menjadi penggembira

126 112 pada saat upacara berlangsung. Fungsi ekonomi ini sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar pendukung tradisi Nyadran. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan Nyadran. Pada saat itu banyak masyarakat yang membuka warung-warung kecil dan berjualan di sana. Dalam fungsi ekonomi ini juga dapat dilihat saat upacara berlangsung yang bisa menambah pemasukan bagi pedagang kaki lima, pedagang makanan dan minuman, tukang parkir dan lain-lain. Demikian juga bagi pemerintah setempat dapat menambah pemasukan melalui penariak uang dari retribusi serta sarana promosi tempat-tempat wisata. Berdasarkan pengamatan di lapangan waktu kegiatan Nyadran, bahwa kegiatan ini dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kepada masyarakat seperti membuka area parkir, warung makan dal lain-lain. d. Fungsi Budaya Dalam lingkup masyarakat luas, nila-nilai budaya tradisional yang terdapat dalam tradisi Nyadran akan menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi lebih baik. Tradisi Nyadran ini tidak menutup kemungkinan apabila dikemas secara baik dan menarik akan menjadi aset wisata budaya di daerah Purworejo. Hal ini didukung oleh kecenderungan yang ada saat ini bahwa masyarakat global justru banyak yang menyukai wisata tradisional. Secara edukatif, pelaksanaan tradisi Nyadran menjadi ajang pendidikan langsung bagi masyarakat baik masyarakat pendukung

127 113 tradisi ini maupun yang tidak. Dengan adanya tradisi Nyadran ini, masyarakat sekitar akan memahami dan memikirkan segala potensi yang ada di daerah mereka sendiri. Selain itu juga untuk menggali nilai-nilai budaya lama yang sudah mulai ditinggalkan, padahal hal ini memiliki relevansi abadi bagi kehidupan sepanjang masa. e. Psikologi dan Agama Ditinjau dai aspek psikologi dan agama sebagian masyarakat ada yang mengatakan bahwa upacara tradisional seperti tradisi Nyadran merupakan sarana spiritualitas antara manusia dengan Tuhan yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas segala nikmat yang melimpah. Dilihat dari aspek psikologinya bagi mereka yang awam, terutama bagi golongan-golongan yang tua yang terlanjur percaya, hal ini sulit sekali untuk dihilangkan. Mereka menganggap hal ini sudah menjadi keharusan atau kewajiban sehingga mereka khawatir apabila tidak melaksanakannya sing Mbureksa akan marah. Upaca tradisi Nyadran tersebut tidak terlepas dari mitologi masyarakat yang sudah percaya sejak dulu. Hal ini disebabkan karena penyebaran Islam di Indonesia khususnya di Jawa yang bersifat toleran dan akomodatif, dengan menggunakan metode pendekatan kultural atau dakwah kultural yang sangat menghormati tradisi budaya lokal Jawa. Budaya yang sudah berkembang di masyarakat tidak dihapus begitu saja, namun dikembangkannya dengan budaya Islam. Oleh karena itu, tidak heran apabila sampai saat ini dalam kehidupan

128 114 masyarakat antara Islam dan kepercayaan lama dapat berjalan beriringan secara damai. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pendukungnya, fungsi agama dari tradisi ini adalah berdoa supaya mendapatkan berkah keselamatan dari Allah dan diberi kesejahteraan hidup. Pengalaman dan praktek-praktek keagamaan seperti ini dirasakan dapat memberikan kedamaian jiwa bagi pelakunya.

129 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan sesuai dengan rumusan masalah yang disajikan pada subbab di atas mengenai Bentuk Makna Simbolis dan Fungsi Upacara Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Prosesi pelaksanaan tradisi Nyadran di Desa Kedunglo meliputi: a. Tahap pra pelaksanaan meliputi persiapan, pemberangkatan ke makam, pembakaran kemenyan dan penerimaan sesaji. b. Tahap pelaksanaan yaitu upacara Nyadran meliputi pelaksanaan upacara nyadran, berdoa makam punden desa yaitu Sunan Kalijaga dan Sunan Geseng dan penyerahan sesaji. c. Tahap pasca pelaksanaan yaitu selamatan kenduri meliputi pelaksanaan kenduri, berdoa bersama dan diakhiri makan bersama warga. 2. Makna simbolik uborampe yang digunakan dalam tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, meliputi: a. Nasi Tumpeng mempunyai makna keselamatan, kesuburan, kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat. b. Ayam ingkung mempunyai makna tuduk, bakti dan kepasrahan kepada Allah. 115

130 116 c. Jenang Abang Putih mempunyai makna melambangkan sikap penghormatan dan harapan yang ditujukan kepada kedua orang tua (bapak dan ibu). d. Sekar Setaman mempunyai makna kembang memiliki aroma harum yakni, keharuman diri manusia artinya manusia harus menjaga keharuman namanya agar tidak tercemar hal-hal negatif. e. Gedhang Raja mempunyai makna manusia harus seperti raja yang adil dan bijaksana. f. Degan mempunyai makna bahwa orang itu diharapkan bisa berdiri atau berhasil dalam mencari rezeki sehingga bisa gemah ripah loh jinawi. g. Wedang kopi, wedang teh, wedang putih, dan wedang susu mempunyai makna bahwa elemen air merupakan salah satu kebutuhan manusia dan menjadi lambang persaudaraan bila ada perkumpulan atau pertemuan. h. Jajan Pasar mempunyai makna supaya manusia tercukupi segala kebutuhannya dan berhasil dalam hidup. i. Wajik memiliki makna agar hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup senantiasa lekat serta yang masih hidup diharapkan selalu mengenang dan tidak melupakan arwah orang-orang yang sudah meninggal. j. Kue Cucur memiliki makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat, yang pada intinya masyarakat supaya selalu bersatu dan bekerja sama.

131 117 k. Rokok mempunyai makna melambangkan manusia supaya bisa menjalani hidupnya dengan sabar dalam hidup beranekaragam. l. Godhong Tawa mempunyai makna apabila manusia selalu bersikap dan berfikiran dengan baik dan senantiasa selalu diberi kemurahan pintu rezeki. m. Beras, sisir, kaca, bedak dan telur kampung mempunyai makna manusia harus mampu menjalani segala rintangan hidup agar mencapai sebuah kesempurnaan. n. Nasi Golong memiliki makna kebulatan tekad yang manunggal atau golong gilig pada waktu menyelenggarakan acara. o. Minyak Telon mempunyai makna supaya manusia mengagungkan nama Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kehidupan menjadi tentram dan damai. p. Gemblong memiliki makna supaya semua warga bersatu untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu tercapainya tujuan bersama dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan masyarakat. q. Daun dadap mempunyai makna supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang menghadapi pikiran dalam sebuah permasalahan. r. Becek kambing mempunyai makna sebagai gambaran alam yang akan dijalani. 3. Fungsi pelaksanaan tradisi Nyadran secara umum mempunyai fungsi sebagai media sosial, maksudnya adalah tradisi digunakan sebagai sarana untuk mengutarakan pikiran dan kepentingan yang menjadi hajat hidup orang

132 118 banyak. Biasanya upacara tersebut digunakan untuk mengingat apa yang telah dilakukan oleh leluhur pada masa lampau hingga sekarang. Upacara tradisional seperti ini juga menjadi media untuk melakukan kontak sosial antar warga. Contoh dari kontak sosial tersebut adalah pada saat pembuatan peralatan dan perlengkapan upacara dilakukan bersama-sama, memberikan sumbangan seikhlasnya demi kelancaran acara tersebut dan melakukan ritual secara bersama-sama. B. Saran Dalam penelitian ini hanya membahas tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo saja, sebenarnya masih banyak sekali tradisi-tradisi di daerah ini, karena itu peneliti memberikan saran. 1. Bagi peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 2. Bagi pembaca diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam memahami kebudayaan, khususnya budaya Jawa. 3. Bagi peneliti lain diharapkan dapat sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya, yang masih berkaitan dengan objek penelitian ini. 4. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat umum, khususnya bagi generasi muda sebagai pewaris kebudayaan bangsa agar dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk menjaga dan melestarikan tradisi Nyadran.

133 Bagi Departemen pendidikan dan Kebudayaan diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi demi perkembangan dan kelestarian tradisi Nyadran.

134 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakara: Rineka Cipta. Bungin, Burhan Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Danandjaja, James Folklor Indonesia. Jakarta: PT Grafiti Pers. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. Endraswara, Suwardi Folklor Jawa: Macam, Bentuk, dan Nilainya. Yogyakarta: Penaku Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Herusatoto, Budiono Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak. Herryanto dan Hamid Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka. Moleong, Lexy. J Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurhayati, Endang Sosiolonguistik: Kajian Kode Tutur dalam Wayang. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Purwadi, Foklor Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka , 2005, Upacara Tradisional Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Susanto, Arif Muhammad Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Sutardjo, Imam Kajian Kebudayaan Jawa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 120

135 121 Sholikhatun, Siti Upacara Tradisional Suraan di Dusun Banjengan, Desa Wirogaten, Kecamatan Mirit, Kabupaten Purworejo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

136 LAMPIRAN

137 Lampiran Pedoman Wawancara 1. Tujuan Wawancara a. Untuk mengetahui prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. b. Untuk mengetahui makna simbolik sesaji dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. c. Untuk mengetahui fungsi tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. 2. Pembahasan Dalam pelaksanaan wawancara pada upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo peneliti membatasi pertanyaan antara lain: a. Prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. b. Makna simbolik sesaji dalam upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. c. Fungsi tradisi Nyadran di Desa Kedunglo, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.

138 123 Panduan Wawancara 1. Bagaimanakah asal-usul Desa Kedunglo? 2. Bagaimana prosesi upacara tradisi Nyadran di Desa Kedunglo? 3. Bagaimana upacara tradisi ini bermula? 4. Apa saja sesaji upacara tradisi Nyadran dan apa maknanya? 5. Mulai kapan diadakan upacara tradisi Nyadran? 6. Apa makna tradisi Nyadran bagi masyarakat Desa Kedunglo? 7. Biasanya tradisi Nyadran dilaksanakan pada bulan Suro, kenapa dilaksanakannya pada bulan itu? Tidak pada bulan lain? 8. Apa akibatnya bila tradisi ini tidak dilaksanakan? 9. Bagaimana pandangan masyarakat dengan adanya tradisi Nyadran ini? 10. Apa perbedaan upacara tradisi Nyadran dahulu dengan tradisi Nyadran sekarang? 11. Apa saja perubahan yang terjadi dalam upacara tradisi Nyadran di masa sekarang? 12. Apa fungsi tradisi Nyadran bagi masyarakat Desa Kedunglo?

139 Lampiran CATATAN LAPANGAN 1. Kamis, 3 Maret 2015 Hari ini peneliti berkunjung kerumah Bapak Gondo Sastra untuk mencari informasi kapan pelaksanaan upacara tradisi Nyadran dilaksanakan. Peneliti melihat, mengamati bagaimana tentang pelaksanaan tradisi Nyadran. 2. Rabu, 9 Maret 2015 Pada hari Jumat peneliti berkunjung kembali kerumah Bapak Ganda Sastra. Sampai disana peneliti bertemu dengan Bapak Ganda Sastra. Beliau bertanya maksud dan tujuan peneliti datang kerumah mereka. Pada saat itu beliau bercerita sekilas tentang tradisi Nyadran. 3. Jumat, 11 Maret 2015 Pada hari ini peneliti berkunjung kembali ke rumah Bapak Ganda Sastra menanyakan kepastian waktu pelaksanaan tradisi Nyadran. 4. Senin, 14 Maret 2015 Pada hari ini peneliti berkunjung lagi kerumah Bapak Ganda Sastra untuk menanyakan persiapan apa saja yang harus dilaksanakan sebelum mengadakan tradisi Nyadran. 5. Selasa, 15 Maret 2015 Pada hari ini peneliti berkunjung kembali kerumah Bapak Tarmin. Tujuan peneliti datang adalah untuk mencari informasi tradisi Nyadran. Jarak yang peneliti tempuh dari rumah menuju lokasi tradisi Nyadran kira-kira 9 kilometer dan untuk menuju ke sana dibutuhkan waktu kurang lebih 45 menit.

140 Senin, 21 Maret 2015 Pada hari ini peneliti wawancara kepada 4 orang warga, yaitu Bapak riyadi, Bapak Slamet, Bapak Wahyudi, Bapak Nuryanto. Kedatangan peneliti untuk mencari informasi yang terkait dengan penelitian yang peneliti ambil. 7. Kamis, 24 Maret 2015 Pagi harinya peneliti menyelesaikan informan yang belum lengkap.

141 Lampiran DAFTAR WAWANCARA Nama Informan : Manisa Ganda Sastra Hari / tanggal : 20 Maret 2015 Tempat : Rumah Waktu : WIB P : Kados Pundi asal muasal tradisi Nyadran punika, Pak? N : Asal tradisi Nyadran punika, kula terus terange nguri-nguri adat budaya Jawa. Budaya Jawa punika saking para leluhur utawi pujangga kita, teras nenek moyang kita teras terangipun ngawontenaken siweg ing 1 Sura. 1 sura punika warsa enggal ing tahun Jawa ugi dipunpitados katah pageblug ing wulan punika. Kagem para warga wulan punika dipitadhos wingit dados warga sami-sami ngawontenaken acara dedonga sareng-sareng supados saged slamet, raras, ugu gangsar anggenipun pados rejeki. Warga mriki ugi pitados punika dipitados para leluhur dados cikal bakal jumenengipun desa Kedunglo ingkang dipunpandegani kaliyan Sunan Kalijogo ugi Sunan Geseng. Amargi sebab punika menawi pas kaleresan tanggal 1 Sura dipunwontenaken Nyadran kagem dedonga nyuwun kaslametan ugi mengeti jumenengipun desa Kedunglo punika. Terjemaahan: P : Bagaimana asal diadakannya tradisi Nyadran ini, Pak? N : Asal tradisi Nyadran itu, terus terangnya saya melestarikan budaya Jawa. Budaya Jawa ini dari leluhur atau pujangga kita, kemudian nenek moyang kita melaksanakannya setiap tanggal 1 Sura. 1Sura ini sebagai awal tahun baru di tahun penanggalan Jawa. Awal tahun ini dipercaya masyarakat banyak bahaya dan malapetaka. Bulan ini oleh para warga merupakan bulan sakral sehingga warga bersama-sama mengadakan doa bersama supaya dapat selamat, sehat dan mudah dalam mencari rejeki. Warga di sini juga

142 127 mempercayai para leluhur yang menjadi asal berdirinya desa Kedunglo yang diprakarsai oleh Sunan Kalijogo dan Sunan Geseng. Oleh sebab itu, ketika tanggal 1 Sura diadakan acara Nyadra untuk berdoa supaya diberikan keselamatan uga memperingati berdirinya Desa Kedunglo. P : Sejarahipun kados pundi? N : Sejarahe kados punika, rumiyin nalika daerah mriki tasih alas gung liwang liwung. Daerah ngriki kasuwur wingit lan bebayani. Katah demit ingkang dipundi dipunsuwuni tetulungan ugi naminipun begal, bencoleng, asring damel reribet warga ingkang liwat. Naminipun maksiat sampun dados adat limrah kagem para warga. Namung, sawijinipun dinten wonten 2 ulama menika liwat ing desa menika, ningali kahanan punika Sunan Kalijogo ugi Sunan Geseng kalian dakwah nyebaraken agama Islam cobi ngubah kebiasaan warga ingkang tasih bodo babagan agami. Mila Sunan menika ngajak masyarakat ngaji sinau cara gesang ingkang sae lan memuji hamung dumateng Gusti. Amargi kalih sunan puniuka daerah punika dados langkung sae ugi tentrem kalian 2 sunan punika dipunparingui asma Kedunglo. Tetenger punika dipunpitados nalika tanggal 1 Sura. Mila saben tanggal 1 Sura dipunwontenaken Nyadran kagem ngurmati demateng kalih sunan punika ingkang sampun dados cikal bakal jumenengipun desa Kedunglo. Terjemahan: P : Sejarahnya bagaimana? N : Sejarahnya seperti ini, dahulu ketika daerah sini masih banyak hutan belantara. Tempat ini terkenal angker dan berbahaya. Banyak setan yang dipuja-puja warga juga banyak begal, penjahat yang sering jahat kepada orang yang melintas. Namanya maksiat sudah jamak untuk dilakukan oleh para warganya. Namun, pada suatu hari ada 2 ulama yang menintas di daerah tersebut. Melihat keadaan itu mencoba merubahnya dengan mengajarkan mengaji dan agama serta menyembah hanya kepada Tuhan.

143 128 Karena sunan tersebut daerah tersebut menjadi aman dan dari kedua sunan tersebut desa itu diberi nama Kedunglo. Pemberian nama tersebut ketika tanggal 1 Sura. Oleh karena itu setiap tanggal 1 Sura diadakan Nyadran untuk menghormati sunan tersebut yang telah mendirikan desa Kedunglo. P : Wujud acaranipun tradisi Nyadran punika kados pundi? N : Ya cara berdasarkan masyarakat sini, sebelum hari Jumat Kliwon ya persiapan terlebih dahulu. Jumat Kliwon pagi berangkat ke rumah Mbah Gondo langsung menuju ke makam. Sesudah sampai di makam dilakukan pembakaran kemenyan di punden oleh salah satu sesepuh desa yang datang duluan, dengan maksud bahwa sesaji sudah datang. Kemudian penerimaan sesaji oleh mbah Gondo. Setelah itu, kira-kira kurang lebih jam 12 dilakukan upacara Nyadran dengan mantra-mantra. Sesudah dilakukan Nyadran kemudian diakhiri dengan selamatan kendurenan (makan bersama) yang tujuannya memohon keselamatan kepada Allah supaya warga desa sini selalu dilindungi dan terhindar dari bencana-bencana. Terjemahan: P : bentuk acara tradisi Nyadran ini seperti apa? N : Prosesinya itu pertama melakukan persiapan sebelum hari Jumat Kliwon. Kemudian pada hari Jumat Kliwon pagi harinya sekitar jam 9.00 pemberangkatan sesaji dari rumah mbah Gondo yang dilakukan oleh sesepuh desa. Setelah itu pembakaran kemenyan, penerimaan sesaji, membaca doa-doa dan mantra-mantra dan acara berakhir dengan kenduri dan makan bersama. P : Kados pundi urut-urutanipun tradisi Nyadran punika? N : Urutanipun, ingkang sepindah punika saderengipun acara Nyadran dilaksanakake ngempalaken sanak sederek ingkang pitados dhumateng kapercayaan Nyadran. Antawasipun ngrembag kangge mempersiapkan kegiatan Nyadran antawisipun kebersihan makam ugi lingkungan ingkang

144 129 badhe dipunlampahi para piyantun ingkang badhe nderek utawi tangga tepalih saha saking pihak Pemerintah Desa, Muspika, Muspida, kajengipun lancar anggenipun tindak wonten ing panggenan punika. Salajengipun ngrembag masalah anggaran biaya ingkang badhe dipunagem mbiayai prosesi Nyadran. Antawisipun wonten sesaji, werni-werni sesajenipun wonten panggangan banyak, tumpeng, lajeng jajan pasar. Ingkang sampun dados tradisi sedaya punika boten pareng ngenyang utawi nawar. Dados sak nyuwune bakul punika ingkang badhe tumbas ingkang dipunpitados kangge tumbas uborampe Nyadran punika boten dipunnyang ngaten punika. Terjemahan: P : Bagaimana urutan tatalaksana tradisi Nyadran itu? N : Urutannya, yang pertama sebelum pelaksanaan Nyadran yaitu mengumpulkan saudara yang percaya terhadap Nyadran. Diantaranya membahas untuk mempersiapkan kegiatan Nyadran seperti merencanakan membersihkan makam dan jalan lingkungan yang akan dilewati warga masyarakat dan tetangga serta pemerintah desa, muspika, muspida supaya lancar sampai ke tempat itu. Selanjutnya membahas masalah anggaran yang akan digunakan untuk membiayai prosesi Nyadran. Diantaranya ada sesaji, bermacam-macam sesaji ada ayam ingkung, tumpeng kemudian ada jajan pasar yang sudah menjadi tradisi itu tidak boleh menawar. Jadi, semintanya penjual akan dibeli oleh orang yang dipercaya untuk membeli uborampe Nyadran tidak boleh menawat, seperti itu. P : Prosesi utawi lampahanipun kados pundi? N : Urutanipun, ingkang sepindah punika saderengipun acara Nyadran dilaksanakake ngempalaken sanak sederek ingkang pitados dhumateng kapercayaan Nyadran. Antawasipun ngrembag kangge mempersiapkan kegiatan Nyadran antawisipun kebersihan makam ugi lingkungan ingkang badhe dipunlampahi para piyantun ingkang badhe nderek utawi tangga tepalih saha saking pihak Pemerintah Desa, Muspika, Muspida, kajengipun

145 130 lancar anggenipun tindak wonten ing panggenan punika. Salajengipun ngrembag masalah anggaran biaya ingkang badhe dipunagem mbiayai prosesi Nyadran. Antawisipun wonten sesaji, werni-werni sesajenipun wonten panggangan banyak, tumpeng, lajeng jajan pasar. Ingkang sampun dados tradisi sedaya punika boten pareng ngenyang utawi nawar. Dados sak nyuwune bakul punika ingkang badhe tumbas ingkang dipunpitados kangge tumbas uborampe Nyadran punika boten dipunnyang ngaten punika. Terjemahan: P : Prosesi jalannya seperti apa? N : Urutannya, yang pertama sebelum pelaksanaan Nyadran yaitu mengumpulkan saudara yang percaya terhadap Nyadran. Diantaranya membahas untuk mempersiapkan kegiatan Nyadran seperti merencanakan membersihkan makam dan jalan lingkungan yang akan dilewati warga masyarakat dan tetangga serta pemerintah desa, muspika, muspida supaya lancar sampai ke tempat itu. Selanjutnya membahas masalah anggaran yang akan digunakan untuk membiayai prosesi Nyadran. Di antaranya ada sesaji, bermacam-macam sesaji ada ayam ingkung, tumpeng kemudian ada jajan pasar yang sudah menjadi tradisi itu tidak boleh menawar. Jadi, semintanya penjual akan dibeli oleh orang yang dipercaya untuk membeli uborampe Nyadran tidak boleh menawat, seperti itu

146 131 Nama Informan : Nuryanto Hari / tanggal : 21 Maret 2015 Tempat : Kedunglo, Kemiri Waktu : WIB P : Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai? N : Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan area pelaksanaan yaitu di sekitar area Pemakaman. Dari kegiatan kerja bakti itu tercermin sikap saling bergotong royong antar sesama manusia, yang membuktikan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain P : Sesaji atau ubarampe untuk tradisi Nyadran itu apa pak? N : Sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran yaitu sesaji Tambir P : Apa tujuanya slametan itu pak? N : Sebelum acara dimulai, diadakan slametan dahulu karena untuk mendoakan arwah leluhur dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam pelaksanaan Nyadran diberikan keselamatan dan kelancaran P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji yang ada di dalam makam di ambil, lalu dibagikan kepada orang yang ikut prosesi Nyadran dan sebagiannya lagi untuk masyarakat sekitarnya, karena hal ini bentuk syukur yang telah diberikan Tuhan P : Dalam pelaksanaan Nyadran apakah orang yang ikut tersebut dibatasi? N : Dalam pelaksanaan tradisi Nyadran ini orang yang ikut tidak di batasi hanya yang mau saja P : Apa yang dilakukan setelah pelaksanaan tradisi Nyadran ini selesai pak? N : Setelah pelaksanaan tradisi Nyadran selesai semuanya, orang-orang yang ikut pelaksanaan tradisi Nyadran lalu membaca doa bersama, makan bersama dan pulang kerumah masing-masing P : Apa makna nasi tumpeng?

147 132 N : Ketika manusia berdoa kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannaya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi tumpeng. Salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME P : Apa makna ayam ingkung? N : Ayam ingkung adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada Gusti Allah P : Jenang merah putih apa maknanya? N : Jenang putih itu diibaratkan ayah, dan jenang merah diibaratkan ibu. Jadi, jenang merah putih itu maksudnya kejadian manusia yang tercipta dari air kehidupan ayah dan ibu, jadi sudah menjadi kewajiban seorang anak harus berbakti dan menghormati kepada kedua orang tuanya P : Makna dari bunga setaman itu apa pak? N : Bunga setaman itu ada macam-macam yaitu mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. Bunga itu mempunyai aroma yang harum. Jadi, makna dari bunga setaman yaitu manusia menjaga harumnya, artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif P : Apa fungsi bunga setaman? N : Dalam kepercayaan masyarakat bunga setaman merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan YME dengan perantara arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah leluhur menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan menggangu manusia sebaliknya akan membantu manusia P : Makna pisang raja maknanya apa pak? N : Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil dan bijaksana P : Apa makna sesaji degan? N : Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses P : Sesaji jajan pasar maknanya apa?

148 133 N : Jajan pasar yaitu jajan yang semuanya di beli di pasar seperti krupuk, kacang, lanthing. Maknanya yaitu sebagai ungkapan permohonan, harapan, doa-doa yang di panjatkan P : Sesaji wajik maknanya apa? N : Makna dari wajik adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah maninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisi-nya P : Apa makna rokok itu pak? N : Maknanya bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka P : Makna sesaji daun tawa apa? N : Daun tawa (godhong tawa) ini merupakan salah satu ubarampe yang ada didalam sesaji. Maknanya yaitu daun tawa (godhong tawa) melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi sebuah permasalahan

149 134 Nama Informan : Riyadi Hari / tanggal : 22 Maret 2015 Tempat : Rumah Waktu : WIB P : Kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai pak? N : Kegiatan sebelum mulai yaitu membersihkan area pelaksanaan secara bersama-sama P : Apakah dalam obong menyan ini dilakukan pembacaan doa? N : Dalam obong menyan ini dilakukan pembacaan doa, maksud doa ini untuk meminta izin terhadap para leluhur P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam di ambil lalu di bagikan kepada yang mengikuti nyadran dan sebagianya lagi untuk masyarakat sekitarnya P : Apakah pisang yang digunakan dalam sesaji tradisi Nyadran dan apa maknanya? N : Pisang yang di gunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja, yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja. Watak yang bijaksana dan budiluhur P : Apa makna sesaji degan pak? N : Degan, adegan sosoknya seperti anda itu yang bisa berdiri dalam mencari uang atau rezeki, gemah ripah loh jinawi P : Apakah makna dari wedang kopi, wedang teh, wedang susu dan wedang putih? N : Istilah orang Jawa wedang sama dengan membuat persaudaraan (ngawe kadhang). Wedang bisa sebagai lambang persaudaraan apabila sedang ada perkumpulan. Sedangkan wedang kopi, wedang teh, wedang susu, dan wedang putih yang ada dalam sesaji tradisi menguras sumur mempunyai

150 135 makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan, dan keharmonisan P : Apakah makna dari kue cucur? N : Kue cucur itu mempunyai makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat yang pada intinya masyarakat Pemandian Krakal selalu bersatu, bekerja sama P : Dalam sesaji pasren ada sesaji rokok, apa makna dari sesaji rokokn? N : Sesaji rokok ini mempunyai makna, bahwa manusia harus bisa menjalani hidup beranekaragam dengan hati yang sabar P : Sesaji daun tawa itu maknanya apa? N : Sesaji daun tawa ini maknanya supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi cobaan P : Apa makna sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung? N : Sesaji yang digunakan yaitu beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung. Telur yang digunakan untuk sesaji adalah telur ayam kampung yang melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan, siang-malam dll. Sedangkan beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup. Sisir, bedak, kaca yaitu melambangkan kebagusannya manusia P : Apa maksud dari kemenyan? N : Kemenyan itu merupakan santapan yang enak bagi para roh halus, dengan diberi santapan seperti itu diharapkan mereka turut membantu dan tidak menggangu manusia. Kemenyan mempunyai maksud supaya masyarakat desa Kedunglo ini diberi keselamatan dan kemakmuran P : Makna dari sesaji gemblong itu apa pak? N : Sesaji gemblong yang ada di sesaji pasren ini mempunyai makna bahwa manusia itu mempunyai tujuan yang sama

151 136 Nama Informan : Agus Chirin Hari / tanggal : 23 Maret 2015 Tempat : Rumah Waktu : WIB P : Ubarampe atau sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran apa saja Pak? N : Sesajinya yaitu sesaji Tambir/Tampah P : Sesaji Tambir/Tampah itu apa saja pak? N : Isinya yaitu nasi tumpeng, ayam ingkung, jenang abang putih, sekar setaman, pisang raja, degan, wedang kopi,wedang teh, wedang susu dan wedang putih, jajan pasar, wajik, kue cucur, rokok, daun tawa, beras, kaca, sisir, bedak dan telur kampung, nasi golong, minyak telon, daun dadap. P : Makna nasi tumpeng itu apa pak? N : Nasi tumpeng ini mempunyai makna ketika manusia berdoa kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi tumpeng P : Apa makna dari ayam ingkung? N : Ayam ingkung mempunyai makna sebagai simbol permohonan ampun seluruh warga masyarakat Pemandian Krakal dan dijauhkan dari segala dosa dan kesalahan P : Jenang merah putih maknanya apa pak? N : Jenang merah putih ini dimaksudkan sebagai lambang kehidupan manusia yang tercipta dari air kehidupan orang tuanya P : Apa makna sesaji pisang raja? N : Pisang raja dalam sesaji ini mempunyai makna agar manusia mempunyai sifat seperti Raja yang dapat memberikan suri tauladan yang baik bagi manusia lainnya P : Degan itu maknanya apa? N : Degan, adegan sosoknya seperti anda itu harus bisa berdiri sendiri atau mandiri dalam mencari uang atau rezeki. Supaya kebutuhan hidupnya terpenuhi dan selalu bahagia sejahtera

152 137 P : makna dari sesaji jajan pasar itu apa bu? N : Sesaji jajan pasar yaitu semuanya di beli di pasar, maknanya yaitu sebagai permohonan, harapan, doa yang dipanjatkan P : Makna sesaji wajik itu apa? N : Untuk menghormati dan selalu mengingat para leluhur yang sudah meninggal P : Dalam sesaji tambir ada sesaji nasi golong, apa maknanya? N : Nasi golong (sega golong) ini mempunyai makna sebagai pemersatu warga masyarakat dalam kehidupan sehari-hari agar selalu tercipta kerja sama yang baik dalam bermasyarakat P : Apa makna bunga setaman pak? N : Bunga itu memiliki aroma yang harum, bunga ini memiliki makna supaya manusia mengagungkan nama Tuhan. Selain itu bunga juga dapat bermakna sebagai ungkapan rasa hormat kepada arwah leluhur P : Sesaji gemblong maknanya apa? N : Gemblong (jadah) ini dibuat dari beras ketan, nah beras ketan itu kan lengket. Maksud sesaji gemblong (jadah) ini menciptakan tujuan bersama P : Makna daun dadap itu apa pak? N : Daun dadap ini merupakan salah satu ubarampe yang ada di dalam sesaji tambir. Maknanya yaitu daun dadap melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi pikiran sebuah permasalahan

153 138 Nama Informan : Wahyudi Hari / tanggal : 24 Maret 2015 Tempat : Kedunglo, Kemiri Waktu : WIB P : Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai? N : Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan area pelaksanaan yaitu di sekitar area Pemakaman. Dari kegiatan kerja bakti itu tercermin sikap saling bergotong royong antar sesama manusia, yang membuktikan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain P : Sesaji atau ubarampe untuk tradisi Nyadran itu apa pak? N : Sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran yaitu sesaji Tambir P : Apa tujuanya slametan itu pak? N : Sebelum acara dimulai, diadakan slametan dahulu karena untuk mendoakan arwah leluhur dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam pelaksanaan Nyadran diberikan keselamatan dan kelancaran P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji yang ada di dalam makam di ambil, lalu dibagikan kepada orang yang ikut prosesi Nyadran dan sebagiannya lagi untuk masyarakat sekitarnya, karena hal ini bentuk syukur yang telah diberikan Tuhan P : Dalam pelaksanaan Nyadran apakah orang yang ikut tersebut dibatasi? N : Dalam pelaksanaan tradisi Nyadran ini orang yang ikut tidak di batasi hanya yang mau saja P : Apa yang dilakukan setelah pelaksanaan tradisi Nyadran ini selesai pak? N : Setelah pelaksanaan tradisi Nyadran selesai semuanya, orang-orang yang ikut pelaksanaan tradisi Nyadran lalu membaca doa bersama, makan bersama dan pulang kerumah masing-masing. P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam pak?

154 139 N : Sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam di ambil lalu di bagikan kepada yang mengikuti nyadran dan sebagianya lagi untuk masyarakat sekitarnya P : Apakah pisang yang digunakan dalam sesaji tradisi Nyadran dan apa maknanya? N : Pisang yang di gunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja, yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja. Watak yang bijaksana dan budiluhur P : Apa makna sesaji degan pak? N : Degan, adegan sosoknya seperti anda itu yang bisa berdiri dalam mencari uang atau rezeki, gemah ripah loh jinawi P : Apakah makna dari wedang kopi, wedang teh, wedang susu dan wedang putih? N : Istilah orang Jawa wedang sama dengan membuat persaudaraan (ngawe kadhang). Wedang bisa sebagai lambang persaudaraan apabila sedang ada perkumpulan. Sedangkan wedang kopi, wedang teh, wedang susu, dan wedang putih yang ada dalam sesaji tradisi menguras sumur mempunyai makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan, dan keharmonisan P : Apakah makna dari kue cucur? N : Kue cucur itu mempunyai makna bahwa masyarakat itu pada dasarnya berasal dari satu zat yang pada intinya masyarakat desa Kedunglo selalu bersatu, bekerja sama P : Dalam sesaji tambir ada sesaji rokok, apa makna dari sesaji rokok? N : Sesaji rokok ini mempunyai makna, bahwa manusia harus bisa menjalani hidup beranekaragam dengan hati yang sabar P : sesaji daun tawa itu maknanya apa? N : Sesaji daun tawa ini maknanya supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi cobaan P : Apa makna sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung?

155 140 N : Sesaji yang digunakan yaitu beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung. Telur yang digunakan untuk sesaji adalah telur ayam kampung yang melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan, siang-malam dll. Sedangkan beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup. Sisir, bedak, kaca yaitu melambangkan kebagusannya manusia P : Apa maksud dari kemenyan? N : Kemenyan itu merupakan santapan yang enak bagi para roh halus, dengan diberi santapan seperti itu diharapkan mereka turut membantu dan tidak menggangu manusia. Kemenyan mempunyai maksud supaya masyarakat desa Kedunglo ini diberi keselamatan dan kemakmuran P : Makna dari sesaji gemblong itu apa pak? N : Sesaji gemblong yang ada di sesaji pasren ini mempunyai makna bahwa manusia itu mempunyai tujuan yang sama

156 141 Nama Informan : Sukamto Hari / tanggal : 24 Maret 2015 Tempat : Rumah Waktu : WIB P : Kegiatan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai pak? N : Kegiatan sebelum mulai yaitu membersihkan area pelaksanaan secara bersama-sama P : Apakah dalam obong menyan ini dilakukan pembacaan doa? N : Dalam obong menyan ini dilakukan pembacaan doa, maksud doa ini untuk meminta izin terhadap para leluhur P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam di ambil lalu di bagikan kepada yang mengikuti nyadran dan sebagianya lagi untuk masyarakat sekitarnya P : Apakah pisang yang digunakan dalam sesaji tradisi Nyadran dan apa maknanya? N : Pisang yang di gunakan untuk sesaji adalah dengan menggunakan pisang raja, yang maknanya adalah supaya orang-orang bisa mempunyai watak seperti Raja. Watak yang bijaksana dan budiluhur P : Apa makna sesaji degan pak? N : Degan, adegan sosoknya seperti anda itu yang bisa berdiri dalam mencari uang atau rezeki, gemah ripah loh jinawi P : Apakah makna dari wedang kopi, wedang teh, wedang susu dan wedang putih? N : Istilah orang Jawa wedang sama dengan membuat persaudaraan (ngawe kadhang). Wedang bisa sebagai lambang persaudaraan apabila sedang ada perkumpulan. Sedangkan wedang kopi, wedang teh, wedang susu, dan wedang putih yang ada dalam sesaji tradisi menguras sumur mempunyai

157 142 makna sebagai lambang persaudaraan, keakraban, keluwesan, dan keharmonisan P : Apa yang dilakukan setelah pelaksanaan tradisi Nyadran ini selesai pak? N : Setelah pelaksanaan tradisi Nyadran selesai semuanya, orang-orang yang ikut pelaksanaan tradisi Nyadran lalu membaca doa bersama, makan bersama dan pulang kerumah masing-masing P : Apa makna nasi tumpeng? N : Ketika manusia berdoa kepada Tuhan, dengan cara merapatkan kedua tangannya sehingga kedua tangannaya berbentuk kerucut seperti halnya bentuk nasi tumpeng. Salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan YME P : Apa makna ayam ingkung? N : Ayam ingkung adalah untuk memohon kepada Gusti Allah supaya dijauhkan dari dosa dan kesalahan, serta menunjukkan sifat pasrah, berbakti dan tunduk kepada Gusti Allah P : Jenang merah putih apa maknanya? N : Jenang putih itu diibaratkan ayah, dan jenang merah diibaratkan ibu. Jadi, jenang merah putih itu maksudnya kejadian manusia yang tercipta dari air kehidupan ayah dan ibu, jadi sudah menjadi kewajiban seorang anak harus berbakti dan menghormati kepada kedua orang tuanya P : Makna dari bunga setaman itu apa pak? N : Bunga setaman itu ada macam-macam yaitu mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. Bunga itu mempunyai aroma yang harum. Jadi, makna dari bunga setaman yaitu manusia menjaga harumnya, artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif P : Apa fungsi bunga setaman? N : Dalam kepercayaan masyarakat bunga setaman merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan YME dengan perantara arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah leluhur menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan menggangu manusia sebaliknya akan membantu manusia P : Makna pisang raja maknanya apa pak?

158 143 N : Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil dan bijaksana P : Apa makna sesaji degan? N : Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses P : Sesaji jajan pasar maknanya apa? N : Jajan pasar yaitu jajan yang semuanya di beli di pasar seperti krupuk, kacang, lanthing. Maknanya yaitu sebagai ungkapan permohonan, harapan, doa-doa yang di panjatkan P : Sesaji wajik maknanya apa? N : Makna dari wajik adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah maninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisi-nya P : Apa makna rokok itu pak? N : Maknanya bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka P : Makna sesaji daun tawa apa? N : Daun tawa (godhong tawa) ini merupakan salah satu ubarampe yang ada didalam sesaji. Maknanya yaitu daun tawa (godhong tawa) melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi sebuah permasalahan

159 144 Nama Informan : Wahyudi Hari / tanggal : 24 Maret 2015 Tempat : Kedunglo, Kemiri Waktu : WIB P : Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai? N : Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan area pelaksanaan yaitu di sekitar area Pemakaman. Dari kegiatan kerja bakti itu tercermin sikap saling bergotong royong antar sesama manusia, yang membuktikan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain P : Sesaji atau ubarampe untuk tradisi Nyadran itu apa pak? N : Sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran yaitu sesaji Tambir P : Apa tujuanya slametan itu pak? N : Sebelum acara dimulai, diadakan slametan dahulu karena untuk mendoakan arwah leluhur dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam pelaksanaan Nyadran diberikan keselamatan dan kelancaran P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji yang ada di dalam makam di ambil, lalu dibagikan kepada orang yang ikut prosesi Nyadran dan sebagiannya lagi untuk masyarakat sekitarnya, karena hal ini bentuk syukur yang telah diberikan Tuhan P : Dalam pelaksanaan Nyadran apakah orang yang ikut tersebut dibatasi? N : Dalam pelaksanaan tradisi Nyadran ini orang yang ikut tidak di batasi hanya yang mau saja P : sesaji daun tawa itu maknanya apa? N : Sesaji daun tawa ini maknanya supaya manusia mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi cobaan P : Apa makna sesaji beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung? N : Sesaji yang digunakan yaitu beras, sisir, bedak, kaca dan telur kampung. Telur yang digunakan untuk sesaji adalah telur ayam kampung yang

160 145 melambangkan asal mula kehidupan, seperti adanya laki-laki-perempuan, siang-malam dll. Sedangkan beras melambangkan sebuah ketuntasan dan kesempurnaan hidup. Sisir, bedak, kaca yaitu melambangkan kebagusannya manusia P : Apa maksud dari kemenyan? N : Kemenyan itu merupakan santapan yang enak bagi para roh halus, dengan diberi santapan seperti itu diharapkan mereka turut membantu dan tidak menggangu manusia. Kemenyan mempunyai maksud supaya masyarakat desa Kedunglo ini diberi keselamatan dan kemakmuran P : Makna dari sesaji gemblong itu apa pak? N : Sesaji gemblong yang ada di sesaji tambir ini mempunyai makna bahwa manusia itu mempunyai tujuan yang sama

161 146 Nama Informan : Sariyo Hari / tanggal : 25 Maret 2015 Tempat : Kedunglo, Kemiri Waktu : WIB P : Makna dari bunga setaman itu apa pak? N : Bunga setaman itu ada macam-macam yaitu mawar, kenanga, kanthil, dan lain-lain. Bunga itu mempunyai aroma yang harum. Jadi, makna dari bunga setaman yaitu manusia menjaga harumnya, artinya harus bisa menjaga dirinya sendiri dari hal-hal yang bersifat negatif P : Apa fungsi bunga setaman? N : Dalam kepercayaan masyarakat bunga setaman merupakan perantara yang paling baik untuk mengantarkan doa-doa kepada Tuhan YME dengan perantara arwah leluhur. Mereka percaya bahwa para arwah leluhur menyukai hal-hal yang berbau harum. Dengan demikian arwah tidak akan menggangu manusia sebaliknya akan membantu manusia P : Makna pisang raja maknanya apa pak? N : Pemakaian pisang raja dalam sesaji ini dimaksudkan agar orang yang melakukan tradisi ini mampu mencontoh watak seorang Raja yang bersifat adil dan bijaksana P : Apa makna sesaji degan? N : Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses P : Sesaji jajan pasar maknanya apa? N : Jajan pasar yaitu jajan yang semuanya di beli di pasar seperti krupuk, kacang, lanthing. Maknanya yaitu sebagai ungkapan permohonan, harapan, doa-doa yang di panjatkan P : Sesaji wajik maknanya apa? N : Makna dari wajik adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih

162 147 hidup tidak melupakan orang yang sudah maninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisi-nya P : Apa makna rokok itu pak? N : Maknanya bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka

163 148 Nama Informan : Tugino Hari / tanggal : 25 Maret 2015 Tempat : Kedunglo, Kemiri Waktu : WIB P : Persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan tradisi Nyadran dimulai? N : Persiapan yang dilakukan antara lain adalah membersihkan area pelaksanaan yaitu di sekitar area Pemakaman. Dari kegiatan kerja bakti itu tercermin sikap saling bergotong royong antar sesama manusia, yang membuktikan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain P : Sesaji atau ubarampe untuk tradisi Nyadran itu apa pak? N : Sesaji yang digunakan untuk tradisi Nyadran yaitu sesaji Tambir P : Apa tujuanya slametan itu pak? N : Sebelum acara dimulai, diadakan slametan dahulu karena untuk mendoakan arwah leluhur dan meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya dalam pelaksanaan Nyadran diberikan keselamatan dan kelancaran P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji yang ada di dalam makam pak? N : Sesaji-sesaji yang ada di dalam makam di ambil, lalu dibagikan kepada orang yang ikut prosesi Nyadran dan sebagiannya lagi untuk masyarakat sekitarnya, karena hal ini bentuk syukur yang telah diberikan Tuhan P : Dalam pelaksanaan Nyadran apakah orang yang ikut tersebut dibatasi? N : Dalam pelaksanaan tradisi Nyadran ini orang yang ikut tidak di batasi hanya yang mau saja P : Apa yang dilakukan setelah pelaksanaan tradisi Nyadran ini selesai pak? N : Setelah pelaksanaan tradisi Nyadran selesai semuanya, orang-orang yang ikut pelaksanaan tradisi Nyadran lalu membaca doa bersama, makan bersama dan pulang kerumah masing-masing. P : Bagaimana dengan sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam pak?

164 149 N : Sesaji-sesaji atau jajanan pasar yang ada di dalam makam di ambil lalu di bagikan kepada yang mengikuti nyadran dan sebagianya lagi untuk masyarakat sekitarnya P : Apa makna sesaji degan? N : Degan itu melambangkan bahwa orang itu diharapkan dapat berhasil atau sukses P : Sesaji jajan pasar maknanya apa? N : Jajan pasar yaitu jajan yang semuanya di beli di pasar seperti krupuk, kacang, lanthing. Maknanya yaitu sebagai ungkapan permohonan, harapan, doa-doa yang di panjatkan P : Sesaji wajik maknanya apa? N : Makna dari wajik adalah hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup tetap lekat, artinya bahwa orang yang masih hidup tidak melupakan orang yang sudah maninggal, selain itu juga selalu mendoakan supaya orang yang sudah meninggal bisa diterima disisi-nya P : Apa makna rokok itu pak? N : Maknanya bahwa manusia harus bisa menjalani hidup yang beranekaragam dengan sabar baik dalam keadaan suka maupun duka P : Makna sesaji daun tawa apa? N : Daun tawa (godhong tawa) ini merupakan salah satu ubarampe yang ada didalam sesaji. Maknanya yaitu daun tawa (godhong tawa) melambangkan supaya orang-orang mempunyai pikiran yang tenang dalam menghadapi sebuah permasalahan

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang

Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen

Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Oleh : Ahmad Muhlasin program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa a_muhlasin@ymail.com

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Tanti Wahyuningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa wahyutanti546@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor)

Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor) Tradisi Pindah Rumah di Desa Sucen Jurutengah Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo (Kajian Folklor) Oleh : Dwi Cahya Ratnaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Ratna7faynz@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo

Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Oleh: Ade Ayu Mawarni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa adeayumawarni@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Oleh: Sutarmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sutarmiyasa@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH

RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH RITUAL MALEM MINGGU WAGE PAGUYUBAN TUNGGUL SABDO JATI DI GUNUNG SRANDIL, DESA GLEMPANG PASIR, KECAMATAN ADIPALA, KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si. Modul ke: Folklore Fakultas 03FDSK Penjelasan mengenai kontrak perkuliahan yang didalamnya dijelaskan mengenai tata tertib, teknis, serta bahan untuk perkuliahan di Universitas Mercu Buana Denta Mandra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda, 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Semiotik Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda, lambang, maupun simbol-simbol. Tanda, lambang, dan simbol-simbol tersebut dapat kita

Lebih terperinci

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) Oleh: Yuli Ernawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Yuli.erna13@yahoo.com Abstrak:Rumusan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen

Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Pola Perilaku Spiritual dalam Kelompok Kebatinan Santri Garing di Desa Kajoran Kecamatan Karanggayam Kabupaten Kebumen Oleh: Riana Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rianaanggraeni93@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI

MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI MITOS DI GUNUNG SLAMET DI DUSUN BAMBANGAN, DESA KUTABAWA, KECAMATAN KARANG REJA, KABUPATEN PURBALINGGA. SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo

Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Folklor Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata dasar, yaitu folk dan lore. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Dewi Kartikasari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi

Lebih terperinci

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE

LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE LAKU NENEPI DI MAKAM PANEMBAHAN SENOPATI KOTAGEDE SKRIPSI Di ajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinyahubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan tradisi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL TARI TOPENG GETAK KALIWUNGU DI KECAMATAN TEMPEH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN SKRIPSI

EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL TARI TOPENG GETAK KALIWUNGU DI KECAMATAN TEMPEH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN SKRIPSI EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL TARI TOPENG GETAK KALIWUNGU DI KECAMATAN TEMPEH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 1940-2013 SKRIPSI Oleh Fachmi Setya Istifarini NIM 100210302039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Lebih terperinci

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Oleh: Ratna Lestari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa FUNGSI TRADISI SRAKALAN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT PADA TAHUN 1980 DAN TAHUN 2013 DI DESA PIYONO KECAMATAN NGOMBOL KABUPATEN PURWOREJO (KAJIAN PERUBAHAN BUDAYA) Oleh: Ratna Lestari program studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta

BAB V PENUTUP. untuk mendeskripsikan setting, asal-usul, prosesi, sesaji, makna simbolik, serta BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian Ritual Malem Minggu Wage ini berlokasi di Gunung Srandil Desa Glempang Pasir, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap yang bertujuan untuk mendeskripsikan setting, asal-usul,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Oleh: Fransiskus Indra Udhi Prabowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Udi_fransiskus@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Yusi Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI. Oleh Aisa Nur Rohmah NIM

PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI. Oleh Aisa Nur Rohmah NIM PEMBERIAN NAMA DIRI ORANG JAWA DI DESA BENDUNGAN SKRIPSI Oleh Aisa Nur Rohmah NIM.060210402079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Sebagian dari Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Teluk Wondama merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, yang baru berdiri pada 12 April 2003. Jika dilihat di peta pulau Papua seperti seekor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.

Lebih terperinci

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception

BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN. Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception 88 BAB IV RESEPSI MASYARAKAT DESA ASEMDOYONG TERHADAP TRADISI BARITAN A. Analisis Resepsi 1. Pengertian Resepsi Secara definitif resepsi sastra berasal dari kata recipere (Latin), reception (Inggris),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

MANTRA PENYUCIAN BANYU WINDU PADA RITUAL SODORAN SUKU TENGGER. Oleh KINASIH DWIJAYANTI NIM

MANTRA PENYUCIAN BANYU WINDU PADA RITUAL SODORAN SUKU TENGGER. Oleh KINASIH DWIJAYANTI NIM MANTRA PENYUCIAN BANYU WINDU PADA RITUAL SODORAN SUKU TENGGER Oleh KINASIH DWIJAYANTI NIM. 040210402121 Dosen Pembimbing I : Drs. H. Hari Satrijono, M. Pd. Dosen Pembimbing II : Anita Widjajanti, S. S,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Modul ke: 03 Primi Fakultas FTPD ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA Vernakular dalam Arsitektur Tradisional Artiningrum Program Studi Teknik Arsitektur Tradisi berasal dari bahasa Latin: traditio, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

MUHAMAD WAHID FAUZI A

MUHAMAD WAHID FAUZI A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN METODE INKUIRI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 GEYER KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2011/2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL Nama : Heru Hermawan NPM : 13110283 Kelas : 1KA34 PROGRAM PASCA SARJANA : SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan kebudayaan tidak sama halnya dengan warisan, yang secara sengaja diwariskan dan jelas pula kepada siapa diwariskan. Kebudayaan merupakan suatu rekaman kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

WACANA LISAN DALAM TRADISI SELAMATAN KIRIM DOA MASYARAKAT JAWA SONGGON-BANYUWANGI

WACANA LISAN DALAM TRADISI SELAMATAN KIRIM DOA MASYARAKAT JAWA SONGGON-BANYUWANGI WACANA LISAN DALAM TRADISI SELAMATAN KIRIM DOA MASYARAKAT JAWA SONGGON-BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Dwi Styo Asmi NIM 060210402350 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

MITOS BUYUT CILI MASYARAKAT USING KEMIREN SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA SKRIPSI

MITOS BUYUT CILI MASYARAKAT USING KEMIREN SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA SKRIPSI MITOS BUYUT CILI MASYARAKAT USING KEMIREN SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA SKRIPSI Oleh : Rizki Nur Vita NIM 090210402081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA

SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA SENI TRADISI UJUNGAN PADA MASYARAKAT DESA GUMELEM WETAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh : Desy Dwijayanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Cahyo_desy@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN

PERKAWINAN. Diajukan. Sosial. Oleh: JURUSAN EKSISTENSI KESENIAN TRADISIONAL BEGALAN DALAM UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT DESA KEDONDONG KECAMATAN SOKARAJAA KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakartaa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN Syarif Firmansyah Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial IKIP PGRI

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci