Analisis Kejadian Corona Mass Ejection (CME) dan Solar Wind di Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang (KPG)

Transkripsi

1 Analisis Kejadian Corona Mass Ejection (CME) dan Solar Wind di Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang (KPG) 1. Rahmat Setyo Juliatmoko, M.Si (PMG Ahli Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) 2. Burchardus V.P. Man, S.Si (PMG Pelaksana Lanjutan Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) 3. Netrin Marianti Ndeo, SST (Staf Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) 4. Tri Umaryadi W, SE, M.Si (PMG Penyelia Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang) Sumber utama dari gangguan pada bumi khususnya medan geomagnet bumi yaitu Matahari. Matahari memancarkan elektromagnetik yang sangat kuat ke bumi yang dapat menghasilkan fenomena-fenomena seperti aurora, coronal holes, cme, badai matahari dan lainlain. Dampak badai geomagnetik memang tidak secara langsung berdampak ke manusia, tetapi berdampak pada teknologi yang digunakan oleh manusia. Dampak ini diantaranya yaitu terganggunya sinyal radio HF maupun terganggunya sinyal yang dipancarkan oleh satelit sehingga dapat berpengaruh terhadap komunikasi. Hal ini dirasakan pada pengguna handphone, BTS, Komunikasi Pesawat dan lain-lain. Dampak lainnya yang begitu fenomenal yaitu terbakarnya trafo pembangkit listrik yang pernah terjadi di daerah Quebec pada tahun Salah satu aktivitas matahari yang menghasilkan pancaran energi tinggi ke angkasa berupa partikel-partikel adalah Pelontaran massa korona (Corona Mass Ejection/CME). Pancaran partikel ini yang selanjutnya menjadi angin matahari (Solar Wind) yang dapat mencapai bumi dengan kecepatan kecepatan sekitar 900 km/s. Pada tanggal 19 April 2017, Solar Influences Data Analysis Center (SIDC), RWC Belgium memberikan peringatan akan terjadinya gangguan geomagnetik akibat fenomena Angin Matahari dalam 48 jam kedepan atau pada tanggal 21 April Peringatan ini diberikan terkait dengan terlihatnya sebagian CME halo pada 19:48 UTC pada tanggal 18 April CME ini tertangkap oleh Corograph milik NASA yaitu LASCO-C2. CME ini mengarah ke arah timur dengan kecepatan sekitar 900 km/s. Kemudian pada tanggal 21 April 2017, dilaporkan terjadi badai magnet kecil dengan nilai K = 5 dan indeks Kp = 5. Badai magnet kecil ini akibat dari kecepatan angin matahari yang mencapai 650 km/s dengan nilai mendekati 15 nt. Kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh CME yang terjadi pada tanggal 18 April 2017.

2 Gambar 1. CME Halo yang terjadi pada tanggal 18 April 2017 a) CME Halo mulai terlihat sebagian (Lasco-C2) b) Citra CME Halo pada pukul 20:48 UTC yang terlihat pada Lasco-C2 c) Citra CME Halo pada pukul 21:32 UTC yang terlihat pada Lasco-C3 Fenomena CME dan angin matahari yang terdeteksi oleh corograph LASCO-C2 ini diamati pengaruhnya pada Pos Pengamatan Magnetbumi, Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang di Baumata (UTC+8). Pengamatan ini menggunakan data MAGDAS dengan hasil yang di peroleh yaitu nilai Indeks DST yang mencapai -63 pada tanggal 19 April 2017 (07.00 WITA/UTC+8) dan -73 pada tanggal 20 April Kemudian dilanjut dengan -102 pada tanggal 22 April, -97 pada tanggal 23 April, dan -83 pada tanggal 24 April Maka, dapat disimpulkan bahwa Indeks DST dengan nilai yang mencapai -63 merupakan gangguan akibat aktivitas CME halo dan -102 merupakan gangguan akibat dari angin matahari. Sehingga, CME halo yang terlihat pada tanggal 18 April 2017 mencapai bumi, khususnya di Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang (KPG), dalam waktu 3 jam. Gambar 2. Angin Matahari yang terlihat pada LASCO-C2 pada tanggal 20 April 2017 pukul 23:36 UTC

3 Gambar 3. DST Indeks pada Pos Pengamatan Magnet Bumi - Baumata (KPG) Hal serupa juga ditunjukan oleh perhitungan a-indeks di Stasiun KPG dimana pada tanggal 23 Arpil 2017 berada di nilai Nilai tersebut mengindikasikan telah terjadi badai magnet pada tanggal 23 April Hal ini tampak dari hasil pengolahan data yang menunjukan bahwa nilai k-indeks pada tanggal 23 April 2017 berada pada kisaran 5 pada jam 6-12 yang artinya terjadi badai magnet dengan skala kecil. Tabel 1. K-indeks tanggal April 2017 Tabel 2. A-indeks tanggal April 2017

4 Pada tanggal Mei 2017, Solar Influences Data Analysis Center (SIDC), RWC Belgium memberikan peringatan akan terjadinya gangguan geomagnetik akibat Solar wind dengan kecepatan 303 Km/s kerapatan anginnya meningkat dari 2.6 sampai 24 partikel per cm 3 dari indeks Dst yang di keluarkan oleh World Data Center for Geomagnetism, Kyoto terdapat gangguan/anomali pada tanggal Mei Peralatan sensor geomagnet yang terpasang di stasiun Pengamatan Magnet bumi juga merekam adanya gangguan/anomali medan magnet bumi tersebut namun dengan kategori anomali skala kecil, hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisa Kindeks dari tanggal Mei Sedangkan dari analisis Dst Indeks data peralatan Magdash yang terpasang di Staiun Pengamatan Magnet Bumi Kupang menunjukan adanya anomali medan magnet bumi pada tanggal Mei 2017 dengan skala sedang, hal ini dapat dilihat dari grafik Dst Indeks peralatan Magdash. Gambar 4. Berikut hasil analisa data dst indeks magnet bumi. (Sumber : Hasil dst indeks magent bumi kyoto pada tanggal 27 Mei terjadi lonjakan nilai magnet bumi yang disebabkan oleh solar wind sebesar 110 nt

5 Gambar 5. Hasil Analisa Kindeks Peralatan Magnet Bumi Kupang Untuk hasil analisa K indeks magnet bumi di Kupang seperti terlihat pada gambar di atas pada tanggal 27 sampai dengan tanggal 29 Mei terjadi lonjakan yang di tandai dengan gambar bar warna merah. Gambar 6. Hasil Analisa Dst Indeks dari peralatan Magdash Yang Terpasang Di Stasiun Pengamatan Magnet Bumi Kupang 250 Dst Indeks Magdash, KPG May 29-May 27-May 25-May 23-May 21-May 19-May 17-May 15-May 13-May 11-May 9-May 7-May 5-May 3-May 1-May Sedangakan pada Magdash lonjakan Dst sampai dengan 160 nt.

6 Gambar 7. Solar Wind Halo yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2017 a) Solar Wind Halo mulai terlihat sebagian (Lasco-C2) b) Citra Solar wind Halo pada pukul 14:48 UTC yang terlihat pada Lasco-C2 c) Citra Solar wind Halo pada pukul 19:18 UTC yang terlihat pada Lasco-C3