MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
|
|
- Hanifah Muthiah Iksan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemetaan untuk Megelompokkan Kota/Kabupaten dan SMP/MTs Berdasarkan Rata-Rata Nilai Ujian Nasional murni dan Nilai Sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Analisis Kuadran Hanifah Muthiah 1 Dr. RB. Fajriya Hakim, M.Si 2 1 Mahasiswa Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta Muthia.iksan@gmail.com 2 Dosen Program Studi Statistika, FMIPA UII Yogyakarta fajriyahakim@yahoo.com INTISARI Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan merupakan data sekunder. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengelompokan/pemetaan SMP/Mts di Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan nilai ujian. analisis yang digunakan antara lain statistik deskriptif dan analisis kuadran. Adapun hasil analisis tersebut yang didapatkan adalah empat kelompok kuadran untuk Kota/Kabupaten, dan empat kelompok kuadran untuk SMP/MTs di Kota Yogyakarta yang kemudian dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pihak terkait. Kata kunci : Nilai ujian nasional, Nilai sekolah, Analaisis deskriptif, Analisis kuadran Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, 1
2 kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang No 20 tahun 2003 SISDIKNAS). Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan pembukaan UUD itu, batang tubuh konstitusi itu di antaranya Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, juga mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Sistem pendidikan nasional tersebut harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk itu, perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Adapun penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Permasalahan khusus dalam dunia pendidikan adalah rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas dan kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya pendidikan (Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan). Pendidikan di Indonesia, khususnya tentang pendidikan di Yogyakarta sekarang ini sudah semakin bagus dan maju. Dapat dilihat dari banyaknya lembaga pendidikan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan banyaknya lembaga pendidikan terutama yang di bangun di daerah pelosok atau pedesaan makin banyak juga anak-anak bangsa yang mengenyam pendidikan, apalagi sekarang ada program pendidikan gratis (Rian Priyadi, 2013). 2
3 Untuk meningkatkan mutu pendidikan demi membangun sistem pendidikan yang baik, diperlukan evaluasi pada setiap tahapan pendidikan yang dilaksanakan, termasuk pada sistem pelaksanaan dan hasil ujian nasional (UN). Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didiksecara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XVI Evaluasi, Akreditasi, dan Sertifikasi, Pasal 57, 58, dan 59) Gambaran mutu sekolah dalam bidang akademik umumnya dilihat dari tinggi rendahnya mutu lulusan. Sedangkan indikator mutu lulusan yang sering digunakan ialah pencapaian rata-rata nilai Ujian Nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu jenis penilaian yang diselenggarakan pemerintah guna mengukur keberhasilan belajar siswa. Sejak tahun 2002, Ujian Nasional (UN) telah menetapkan standar kelulusan yang meningkat dari tahun ke tahun untuk 3 mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris). Untuk tahun 2003 standar kelulusan 3.01, tahun 2004 standar kelulusan 4.01, tahun 2005 standar kelulusan 4.26, tahun 2006 standar kelulusan 4.50, tahun 2007 standar kelulusan 5.01, tahun 2008 standar kelulusan 5.26, dan tahun 2009 standar kelulusan Kelulusan dalam UN ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual. 3
4 Dalam situs resmi Kementerian Pendidikan Nasional di disebutkan bahwa hasil Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah digunakan sebagai: 1. Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; 2. Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; 3. Penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan; dan 4. Dasar pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Program-program tersebut merupakan proses pembangunan mutu pendidikan sebagai bentuk tanggung jawab Negara dalam melaksanakan amanat yang tertuang dalam Pembangunan Pendidikan Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Agar terkontrol pelaksanaan program program pembangunan tersebut perlu adanya sistem monitoring dan evaluasi yang terukur dan dikelola dengan baik, maka Pemerintah dalam hal ini Kemendiknas melakukan analisis deskriptif berupa potret nilai Ujian Nasional (UN) murni dengan Nilai sekolah secara nasional, serta penelusuran sekolah dari Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Sekolah untuk melakukan intervensi terhadap sekolah-sekolah yang ada. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif berupa kuadran pemetaan sekolah-sekolah berdasarkan hasil UN murni dan nilai Sekolah. Pemetaan nilai UN kota/kabupaten ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran posisi prestasi nilai UN. Pemetaan ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam memperoleh gambaran keunggulan dan kekurangan dari setiap kota/kabupaten yang mempengaruhi prestasi sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan mutu pendidikan setiap kota/kabupaten. Ujian Nasional merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk pemetaan. Nilai Ujian Nasional (UN) sebenarnya dimaksudkan sebagai standar mutu seorang siswa. Tujuan 4
5 1. Untuk mengetahui kualitas/mutu SMP/Mts pada masing-masing Kabupaten/Kota di DIY berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai sekolah pada setiap sekolah. 2. Untuk mengetahui kualitas/mutu SMP/Mts pada masing-masing sekolah di Kota Yogyakarta berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai sekolah pada setiap sekolah. Metode Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah laporan data hasil nilai ujian naional murni dan sekolah SMP/MTs negeri maupun swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun Data yang digunakan untuk laporan ini adalah data sekunder yang ada di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY. Data yang diperoleh ini adalah data hasil nilai ujian nasional SMP/Mts negeri maupun swasta di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun Metode yang digunakan pada permasalahan ini adalah analisis deskriptif dan analisis kuadran. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kumpulan data yang diperoleh akan disajikan dengan ringkas dan rapi serta dapat memberikan informasi inti dari kumpulan data yang ada. Analisis kuadran, untuk pemetaan Kota/Kabupaten di DIY dan SMP/MTs negeri dan swasta berdasarkan nilai rata-rata UN murni dan nilai Sekolah sebagai informasi yang berguna untuk peningkatan mutu ditahun berikutnya. Hasil dan Pembahasan Analisis Deskriptif 5
6 Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta di kota/kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di DI. Yogyakarta Gambar 4.1 Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di DIY Grafik diatas menggambarkan jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di lima kabupaten/kota yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, Bantul dan Yogyakarta. Jumlah keseluruhan sekolah dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta adalah 513 seperti yang tercantum pada grafik di atas. Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta terbanyak di kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 134. Diurutan kedua adalah kabupaten Sleman dengan jumlah 129 sekolah. Urutan ketiga adalah kabupaten Bantul dengan jumlah 108 sekolah. Urutan keempat adalah Kulon Progo dengan jumlah 77 sekolah. Sedangkan Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah SMP/Mts negeri maupun swasta paling sedikit adalah Kota Yogyakarta dengan jumlah 65 sekolah. 6
7 Jumlah SMP/Mts Negeri dan Swasta di DI. Yogyakarta Gambar 4.2 Jumlah SMP/Mts Negeri dan Swasta di DIY Grafik di atas menggambarkan bahwa jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri di DI. Yogyakarta adalah sebanyak 247 sekolah. Sedangkan jumlah Swasta adalah sebanyak 266 sekolah. Rata-rata nilai UN murni Provinsi DIY Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata nilai UN Murni Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai UN murni untuk mata pelajaran IPA adalah 5,38, matematika adalah 5,42, bahasa Inggris adalah 7
8 5,21, dan bahasa Indonesia adalah 7,51. Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dari UN murni adalah 5,88. Rata-rata nilai Sekolah Provinsi DIY Gambar 4.4 Grafik nilai rata-rata nilai sekolah Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Sekolah untuk mata pelajaran IPA adalah 6,61, matematika adalah 7,91, bahasa Inggris adalah 6,61, dan bahasa Indonesia adalah 6,48. Sehingga diperoleh nilai rata-rata keseluruhan dari nilai Sekolah adalah 6,90. Nilai rata-rata UN murni untuk setiap Kabupaten/Kota di DIY Gambar 4.5 Grafik rata-rata UN murni setiap kabupaten/kota Dari gambar 5.5 diatas, diketahui Kota Yogyakarta memiliki nilai rata-rata UN murni tertinggi yaitu 6,32, kemudian disusul oleh Sleman sebesar 6,21, 8
9 Kabupaten Bantul 5,89, Kulon Progo sebesar 5,84, dan yang terkecil Kabupaten Gunungkidul sebesar 5,4. Nilai rata-rata Sekolah untuk setiap Kabupaten/Kota di DIY Gambar 4.6 Grafik rata-rata nilai Sekolah setiap kabupaten/kota Dari gambar 5.6 diatas, diketahui Kota Yogyakarta memiliki nilai rata-rata UN murni tertinggi yaitu 7,21, kemudian disusul oleh Sleman sebesar 7,04, Kabupaten Bantul 6,94, Kulon Progo sebesar 6,83, dan yang terkecil Kabupaten Gunungkidul sebesar 6,62. Analisis Kuadran Terdapat 5 Kabupaten/Kota di DIY sebagai peserta UN, untuk memilih Kota/Kabupaten yang akan dianalisis, maka terlebih dahulu dilakukan pemetaan untuk Kota/Kabupaten di Provinsi DIY, dan kemudian diambil salah satu kriteria yang paling bagus/baik untuk dilakukan pemetaan lanjutan. Tujuan Analisis Kuadran Pada penelitian ini, tujuan dilakukannya analisis kuadran adalah untuk pemetaan SMP/MTs berdasarkan nilai rata-rata setiap sekolah meliputi nilai UN murni dan sekolah masuk pada kategori kuadran berapa, sehingga kita dapat mengetahui kekurangan dan kelebihannyanya untuk kemudian dapat dijadikan pertimbangan untuk mempertahankan, bahkan memperbaiki. 9
10 Pengelompokkan Kabupaten/Kota menggunakan Diagram Kartesius (Kuadran 2) Nilai UN murni dibawah nilai rata-rata provinsi DIY, namun nilai Sekolah diatas nilai rata-rata provinsi DIY. (Kuadran 1) Nilai UN murni dan Sekolah diatas nilai rata-rata provinsi DIY. (Kuadran 3) Nilai UN murni dan Sekolah dibawah nilai rata-rata provinsi (Kuadran 4) Nilai UN murni diatas nilai rata-rata provinsi DIY, namun nilai Sekolah dibawah nilai rata-rata provinsi DIY. Gambar 4.7 Grafik kuadran Kabupaten di DIY berdasarkan nilai rata-rata UN Murni dan Sekolah Interpretasi grafik 4.7: Kelompok kuadran 1 antara lain sebagai berikut: 1) Kota Yogyakarta 2) Kabupaten Sleman Kelompok kuadran 2 antara lain sebagai berikut: 1) Kabupaten Bantul Kelompok kuadran 3 antara lain sebagai berikut: 1) Kabupaten Kulon Progo 2) Kabupaten Gunung Kidul Kelompok kuadran 4 antara lain sebagai berikut: - 10
11 Pengelompokkan SMP/MTS di Kota Yogyakarta Dari hasil pemetaan gambar 4.3, diperoleh informasi bahwa Yogyakarta yang merupakan jumlah SMP/MTS terkecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya masuk pada kelompok kuadran 1 yang memiliki kriteria paling baik yaitu nilai UN murni dan sekolah diatas nilai rata-rata Provinsi DIY. Dengan ini saya mengambil studi kasus SMP/MTS di Yogyakarta untuk dikelompokkan/dipetakan melalui analisis kuadran. (Kuadran 1) Nilai UN murni dan Sekolah diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta. (Kuadran 2) Nilai UN murni dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta, namun nilai Sekolah diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta. (Kuadran 4) (Kuadran 3) Nilai UN murni diatas nilai rata-rata Kota Yogyakarta, namun nilai Sekolah dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta Nilai UN murni dan Sekolah dibawah nilai rata-rata Kota Yogyakarta. Gambar 4.8 Grafik kuadran SMP/MTs Kota Yogyakarta Interpretasi grafik 4.8: Kelompok kuadran 1 antara lain sebagai berikut: 1) SMP Negeri 5 Yogyakarta 11
12 2) SMP Negeri 8 Yogyakarta 3) SMP Negeri 2 Yogyakarta 4) SMP Islam Terpadu Abu Bakar 5) SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta 6) SMP Negeri 1 Yogyakarta 7) SMP Negeri 6 Yogyakarta 8) SMP Negeri 16 Yogyakarta 9) SMP Negeri 4 Yogyakarta 10) SMP Negeri 12 Yogyakarta 11) SMP Negeri 7 Yogyakarta 12) SMP Negeri 14 Yogyakarta 13) SMP Negeri 3 Yogyakarta 14) SMP Negeri 9 Yogyakarta 15) SMP Negeri 10 Yogyakarta 16) SMP Negeri 11 Yogyakarta 17) SMP Negeri 15 Yogyakarta 18) SMP Kristen Kalam Kudus 19) SMP Joannes Bosco Yogyakarta 20) SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta 21) SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta 22) SMP Budya Wacana Yogyakarta 23) SMP Maria Immaculata Yogyakarta 24) SMP Stella Duce 1 Yogyakarta 25) SMP Islam Terpadu Bina Anak Sholeh 26) MTS Negeri 2 Yogyakarta 12
13 27) MTS Mu alimaat Muhammadiyah 28) MTS Mu alimin Muhammadiyah Yogyakarta Kelompok kuadran 2 antara lain sebagai berikut: - Kelompok kuadran 3 antara lain sebaagai berikut: 1) SMP Bopkri 3 Yogyakarta 2) SMP Kanisius Gayam 3) SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta 4) SMP Marsudi Luhur Yogyakarta 5) SMP Muhammadiyah 9 Yogyakarta 6) SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta 7) SMP Gotong Royong Yogyakarta 8) SMP Islam Yogyakarta 9) SMP 17 2 Yogyakarta 10) SMP Perak Yogyakarta 11) SMP Pembangunan Ma arif Yogyakarta 12) MTS Muhammadiyah Karangkajen Yogyakarta 13) SMP Budi Luhur Yogyakarta 14) MTS Muhammadiyah Gedongtengen Yogyakarta 15) SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta 16) SMP Piri 1 Yogyakarta 17) SMP Bopkri 1 Yogyakarta 18) SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta 19) MTS Nurul Ummah Yogyakarta 13
14 20) SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta 21) SMP Bopkri 2 Yogyakarta 22) MTS Yaketunis Yogyakarta 23) SMP Muhammadiyah 5 Yogyakarta 24) SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta 25) SMP Institut Indonesia Yogyakarta 26) SMP Bopkri 10 Yogyakarta 27) SMP 17 1 Yogyakarta 28) SMP Perintis Yogyakarta 29) SMP Muhammadiyan 8 Yogyakarta 30) SMP Bopkri 5 Yogyakarta 31) SMP Piri 2 Yogyakarta 32) SMP Bhineka Tunggal Ika Yogyakarta 33) SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta 34) SMP Taman Dewasa Kumendaman Yogyakarta Kelompok kuadran 4 antara lain sebagai berikut: 1) SMP Negeri 13 Yogyakarta 2) SMP Stella Duce 2 Yogyakarta 3) SMP Islam Terpadu Masjid Syuhada Uji Hipotesis: Pada sekolah (titik) yang berada dekat dengan garis kuadran, dilakukan pengujian untuk mengetahui apakah nilai tersebut identik/sama dengan nilai ratarata murni maupun sekolah (garis kuadran). Berikut pengambilan keputusan 14
15 hipotesis Uji T dilakukan dengan menggunakan kriteria Probabilitas atau nilai Sig. (signifikansi), yaitu: Nilai sekolah : One-Sample Test Test Value = t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper garis_sekolah Tabel 5.1 Tabel Output One Sample Test untuk nilai sekolah 1. Hipotesis: Ho : Nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Hı : Nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 tidak sama dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 2. Tingkat Signifikansi : α = 5% 3. Daerah Kritis : Tolak Ho, jika Sig. < α atau T hitung > T tabel 4. Statistik Uji : Dari tabel di atas, diketahui nilai Sig. sebesar T hitung = dan T tabel = Keputusan : Gagal tolak Ho, karena Sig. (0.720) > α (0.05) dan T hitung (-0.393) < T tabel (2.353) 6. Kesimpulan : Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata sekolah SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 15
16 Nilai UN Murni : One-Sample Test Test Value = t df Sig. (2-tailed) Mean Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper garis_murni Tabel 5.2 Tabel Output One Sample Test untuk nilai UN murni 1. Hipotesis: Ho : Nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Hı : Nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 tidak sama dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. 2. Tingkat Signifikansi : α = 5% 3. Daerah Kritis : Tolak Ho, jika Sig. < α atau T hitung > T tabel 4. Statistik Uji : Dari tabel di atas, diketahui nilai Sig. sebesar T hitung = dan T tabel = Keputusan : Gagal tolak Ho, karena Sig. (0.673) > α (0.05) dan T hitung (0.465) < T tabel (2.353) 6. Kesimpulan : Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0.05 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai rata-rata UN murni SMP Stella Duce 2 sama/identik dengan nilai garis/rata-rata keseluruhan sekolah. Kesimpulan 1) Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah di lima Kabupaten/Kota yaitu Gunung Kidul, Sleman, Kulon Progo, Bantul dan 16
17 Yogyakarta. Jumlah keseluruhan sekolah dari lima Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Sekolah Menegah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta adalah 513. Dapat diketahui bahwa Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah negeri maupun swasta terbanyak di kabupaten Gunung Kidul yaitu sebanyak 134, dan Kota Yogyakarta memiliki jumlah SMP/Mts negeri maupun swasta paling sedikit dengan jumlah 65 sekolah. 2) Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Negeri di DI. Yogyakarta adalah sebanyak 247 sekolah. Sedangkan jumlah Swasta adalah sebanyak 266 sekolah. 3) Untuk nilai rata-rata UN murni dan Sekolah, Kota Yogyakarta menduduki posisi paling tinggi dibandingkan dengan 4 Kabupaten lainnya, dan Kabupaten Gunungkidul yang menduduki posisi terendah. 4) Pada analisis kuadran untuk 5 Kabupaten/Kota di DIY, Kota Yogyakarta dan Sleman memiliki kriteria nilai rata-rata yang paling baik. 5) Dari 65 SMP/MTs di Kota Yogyakarta, pada kuadran 1 terdapat 28 sekolah, pada kuadran 2 tidak ada, pada kuadran 3 terdapat 34 sekolah, dan kuadran 4 terdapat 3 sekolah. Saran 1. Setelah diketahui kuadran Kota/Kabupaten di DIY yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi masyarakat umum di DIY guna untuk melihat Kota/Kabupaten mana saja yang mempunyai kriteria nilai rata-rata UN murni dan sekolah yang sudah bagus dan yang masih harus ditingkatkan lagi. 2. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi masyarakat umum di Yogyakarta guna untuk melihat sekolah mana saja yang mempunyai kriteria nilai rata-rata UN murni dan sekolah yang sudah bagus/baik dan yang masih harus ditingkatkan lagi. 3. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi instansi sendiri, guna untuk bahan evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP/MTs dibeberapa 17
18 Kabupaten/Kota yang kriteria nilainya masih kurang, dan dapat mempertahankan prestasi untuk Kabupaten/Kota yang kriteria nilainya sudah bagus/baik di DIY 4. Setelah diketahui kuadran SMP/Mts di Kota Yogyakarta yang terbentuk, maka dapat menjadi informasi berguna bagi instansi sendiri, guna untuk bahan evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP/MTs yang kriteria nilainya masih kurang, dan dapat mempertahankan prestasi untuk SMP/Mts yang kriteria nilainya sudah bagus/baik di Kota Yogyakarta. 5. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya lebih spesifik lagi dalam penelitian ini sebagai evaluasi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa SMP/Mts di Daerah Istimewa Yogyakarta. 18
PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPPMP) UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
LAPORAN PPL INDIVIDU ANALISIS NILAI HASIL UJIAN NASIONAL SMP TAHUN 2014 DI KOTA YOGYAKARTA Dosen Pembimbing Lapangan : Dr.Arif Rohman, M.Si Disusun Oleh : MEI SHINTA 11110244007 \ PUSAT PENGEMBANGAN PPL
Lebih terperinciD S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciANALISIS GAMBARAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2015 PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANALISIS GAMBARAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMP PADA UJIAN NASIONAL TAHUN 2015 PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN PPL UNY 2014 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ANALISIS HASIL UJIAN NASIONAL (UN) PROGRAM PENDALAMAN MATERI SMA/MA/SMK DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012/2013-2013/2014 Oleh: ROSPITA FAJAR UTAMI Dosen Pembimbing: Dr. Arif Rohman, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN Analisis Data Akreditasi Sekolah Tingkat SMP Di Kota Yogyakarta. Dosen Pembimbing Lapangan: Ariefa Efianingrum, M.Si.
LAPORAN PENELITIAN Analisis Data Akreditasi Sekolah Tingkat SMP Di Kota Yogyakarta Dosen Pembimbing Lapangan: Ariefa Efianingrum, M.Si. Disusun Oleh: Dwikita Ardiyanti 13110241019 KEBIJAKAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciPEMETAAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH ALIYAH DI KOTA SEMARANG
Pemetaan Hasil Ujian Nasional Tahun 2013... PEMETAAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 MATA PELAJARAN MATEMATIKA MADRASAH ALIYAH DI KOTA SEMARANG Lulu Choirun Nisa Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Tuntutan itu sangat wajar dan masuk akal serta bukan termasuk isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan dan perkembangan pendidikan di Indonesia pada masa yang akan datang semakin besar dan kompleks. Hal ini disebabkan adanya perubahan tuntutan masyarakat
Lebih terperinciSistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional Oleh : M.H.B. Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR :188/ADP/ 1550/2010
1 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR :188/ADP/ 1550/2010 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) MASUK SMP/MTs, SMA/MA DAN SMK DENGAN SISTEM REAL TIME ONLINE (RTO) DI
Lebih terperinciDAYA TAMPUNG SEKOLAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 /2011. (1) Daya tampung Peserta Didik Baru pada SMP di Kota Yogyakarta sebagai berikut :
DAYA TAMPUNG SEKOLAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010 /2011 (1) tampung Peserta Didik Baru pada SMP di Kota sebagai berikut : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SMP Negeri 1 SMP Negeri 2 SMP Negeri 3 SMP Negeri 4 SMP
Lebih terperinciii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan
Lebih terperinciUNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional
Lebih terperinciDAFTAR SEKOLAH SMA / MA BERDASARKAN JUMLAH NILAI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2016/2017
UJIAN NASIONAL SMA/MA TAH PELAJARAN 2016/2017 1 01-001 SMA NEGERI 3 YOGYAKARTA N 197 86.38 82.88 78.19 70.86 79.15 80.75 80.95 1 2 01-015 SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA N 248 86.78 82.39 79.31 70.51 77.36 77.26
Lebih terperincialam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG BACA TULIS AL QUR AN BAGI PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu agenda utama pemerintah Indonesia dalam pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS PENYELENGGARA
Lebih terperinciREVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
REVIEW UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP.19651216 198903 2 012 Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN MUTU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat permasalahan bangsa saat ini, menunjukkan bahwa belum optimalnya fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA UPTD SMA NEGERI 1 PARE Nomor : 420 /219/ / 2012
KEPUTUSAN KEPALA UPTD SMA NEGERI 1 PARE Nomor : 420 /219/ 418.47.0301 / 2012 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : bahwa dalam mewujudkan masyarakat Bantul
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap warga Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB), SEKOLAH MENENGAH
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG
1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lebih terperinciTANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL
1 2 D Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah gerbang bagi seseorang untuk menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB), SEKOLAH MENENGAH
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkan
Lebih terperinciUji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah
56 Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah kognitif masing-masing kelas yang telah dilakukan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis TIK Bahasa Indonesia
Lebih terperincie. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Lebih terperinciLandasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas
PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 (UUD 1945) yaitu :
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam konstitusi negara republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG
Page 1 BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 08 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara. Semakin baik pendidikan di suatu Negara, maka Negara tersebut semakin baik pula. Undang-Undang
Lebih terperinci2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
No.1660, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Sekolahrumah. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN
Lebih terperinci2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.
A. Rasional Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 2 ayat (2) tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan yang sesuai dengan Standar Nasional
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peralihan sistim pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah menjadikan perubahan paradigma berbagai unsur penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pendidikan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan tesis. Hal itu diuraikan
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bagian ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta berperan untuk meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan sangat penting
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA BARAT, PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
:: Sistem Pendidikan Nasional Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang-undang Dasar. dengan undang-undang. Untuk itu seluruh komponen bangsa wajib
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Untuk itu manusia sangat membutuhkan pendidikan dalam
Lebih terperinciWALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SISTIM ONLINE
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM SEKOLAH GRATIS DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional di samping
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG
LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciKTSP DAN IMPLEMENTASINYA
KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciLATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai salah satu negara yang menjunjung tinggi pendidikan telah melakukan pembaharuan-pembaharuan untuk memperlancar proses pembelajaran, baik secara
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang :
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA NOMOR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SISTEM REAL TIME ONLINE SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP), SEKOLAH MENENGAH
Lebih terperinciPertemuan Ke Pengujian hipotesis mengenai rata-rata Nilai Statistik Uji. Wilayah Kritik
Pertemuan Ke-12 6.4 Uji Hipotesis Langkah langkah pengujian hipotesis : 1. Nyatakan hipotesa nolnya H o bahwa θ = θ o. 2. Pilih hipotesis alternatif H 1 yang sesuai diantara θ < θ o, θ > θ o atau θ # θ
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013
PEDOMAN SISTEM PENERIMAAN DIDIK BARU SMA PLUS NEGERI 7 BENGKULU T.P. 2012/2013 A. LANDASAN HUKUM 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dilihat dari perspektif politik pendidikan bahwa Pendidikan dapat mempengaruhi politik dan politik dapat tersosialisasi melalui pendidikan. Hal ini dibuktikan dalam perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak kebangkitan nasional tahun 1908, para pemimpin pergerakan kemerdekaan Indonesia dan para pendiri negara ini sangat sadar akan pentingnya pendidikan. Jika sebelum
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN
Lebih terperinciOleh: WIDIHASTUTI, S.PD. (Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta)
REFLEKSI KRITIS TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN AKHIR NASIONAL (UAN) 2004 MENYONGSONG KBK MENUJU UJIAN SEKOLAH (Sebuah Analisis Sistem dan Mutu Pendidikan Kita) Oleh: WIDIHASTUTI, S.PD. (Dosen FT Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara di dunia internasional. Kecenderungan tersebut yang kemudian mendorong bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional di Indonesia dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.539,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN KRISTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data
50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), baik itu di dalam maupun di luar ruang kelas. Dalam KBM seorang pendidik akan selalu berusaha
Lebih terperinci