Asesmen Pembelajaran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Asesmen Pembelajaran"

Transkripsi

1 Asesmen Pembelajaran [Menggunakan PAN dan PAP dalam Pemberian Nilai] Disusun oleh: TIM AHLI 2 1. Tina Dwi Lestari ( ) 2. Venny Astriani ( ) 3. M. Imam Santoso ( ) 4. Rizqy Aafiyah Nafisa ( ) 5. Sutrisno ( ) 6. Nurul Fauziah ( ) Dosen Pengasuh: 1. Esti Susiloningsih, M.Pd. 2. Vina Amilia Suganda, M.Pd. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya 2016

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Menggunakan PAN dan PAP dalam Pemberian Nilai Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran, Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Sriwijaya. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami Ibu Esti Sulistianingsih, M.Pd. dan Ibu Vina Amilia Suganda, M.Pd. yang telah memberikan tugas dan bimbingan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Indralaya, Oktober 2016 Penyusun 1

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I...1 PENDAHULUAN...1 Acuan Penilaian...1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...1 C. Tujuan Makalah...1 BAB II...3 PEMBAHASAN...3 Acuan Penilaian...3 A. Penilaian Acuan Patokan (PAP)...3 B. Penilaian Acuan Norma...5 C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP...7 D. Perbandingan PAP dan PAN...9 E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP...10 F. Contoh Penerapan PAP dan PAN...11 BAB III...17 PENUTUP...17 A. Kesimpulan...17 DAFTAR PUSTAKA...18 A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 2

4 Dalam proses belajar mengajar pasti akan ada tahap evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar tersebut. Evaluasi merupakan sarana untuk mengetahui keberhasilan suatu proses pendidikan, juga dapat dijadikan pedoman untuk menciptakan kurikulum-kurikulum baru. Dalam proses evaluasi ada istilah yang disebut penilaian. Secara umum, proses penilaian merupakan proses untuk mengolah data atau angka-angka dari skor menjadi beberapa kriteria tertentu yang meliputi baik-buruk, tinggi-rendah, sempurnatidak sempurna, yang mana dari keseluruhan kriteria tersebut memiliki makna evaluatif. Hasil dari penilaian dalam evaluasi pembelajaran tersebut tertuang dalam nilai. Nilai dapat berupa angka dan huruf. Nilai angka atau huruf umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan guru kepada siswa setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Bagi para pendidik, masalah penilaian pendidikan adalah masalah yang selalu implisitdalam pekerjaan pendidikan, sehingga oleh karena itu sudah seharusnya menjadi salah satu bagian penting dalam kelengkapan keahlian seorang pendidik. Cara pendidik melakukan penilaian itu sangat bermacam-macam, ada yang berupa tes dan nontes. Dalam pengolahan nilai, ada kriteria atau acuan tertentu, baik itu penilaian acuan patokan (PAP) atau penilaian acuan norma (PAN). Penilaian acuan patokan (PAP) merupakan penilaian yang diacukan pada tujuan instruksional yang harus dikuasai oleh siswa, sedangkan penilaian acuan norma (PAN) merupakan penilaian yang digunakan untuk menentukan derajat prestasi seorang siswa dibanding nilai rata-rata perkelasnya. Kedua jenis acuan penilaian tersebut akan dibahas lebih lanjut di makalah ini. B. Rumusan masalah 1. Apa pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP)? 2. Apa pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN)? 3. Apa sajakah persamaan dan perbedaan PAN dan PAP? 4. Bagaimanakah perbandingan antara PAP dan PAN? 5. Apa kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)? 6. Bagaimanakah contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN)? C. Tujuan pembahasan 1. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Patokan (PAP) 2

5 2. Mengetahui pengertian Penilaian Acuan Norma (PAN) 3. Mengetahui persamaan dan perbedaan PAN dan PAP 4. Mengetahui perbandingan antara PAP dan PAN 5. Mengetahui kelebihan serta kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) 6. Mengetahui contoh penerapan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN) BAB II PEMBAHASAN Acuan Penilaian Di dalam setiap kegiatan belajar mengajar selalu dilakukan penilaian. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk nilai angka atau huruf. Dalam hal ini, ada lembaga pendidikan yang menggunakan nilai angka dengan skala 0 sampai 100, dan ada pula yang menggunakan nilai angka itu dengan skala 0 sampai 10. Di 3

6 perguruan tinggi umumnya dipergunakan nilai huruf, yaitu A, B, C, D, dan E atau TL. Nilai angka atau nilai huruf itu umumnya merupakan hasil tes atau ujian yang diberikan oleh guru atau dosen kepada para siswa atau mahasiswanya setelah mereka mengikuti pelajaran selama jangka waktu tertentu. Nilai-nilai tersebut dimasukkan ke dalam buku laporan pendidikan (buku raport), surat tanda tamat belajar (STTB), ijazah atau daftar nilai lainnya. Nilai-nilai yang dimasukkan ke dalam buku raport dan lain-lain itu merupakan hasil pengolahan dari skor mentah (raw-score) yang diperoleh dari pekerjaan siswa dalam tes, atau mungkin juga merupakan hasil pengolahan dari nilai-nilai sub sumatif, nilai tugas penyusunan makalah dan nilai ujian akhir semester. Pengolahan nilai-nilai menjadi nilai akhir seorang siswa dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria atau patokan tertentu. Dalam hal ini dikenal adanya dua patokan yang umum dipakai dalam penilaian itu, yaitu penilaian acuan patokan (criterion-referenced evaluation) dan penilaian acuan norma (norm-referenced evaluation). A. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Suatu penilaian disebut PAP jika dalam melakukan penilaian itu kita mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. Nilai-nilai yang diperoleh siswa dihubungkan dengan tingkat pencapaian penguasaan (mastery) siswa tentang materi pengajaran sesuai dengan tujuan (instruksional) yang telah ditetapkan. Sebagai contoh misalnya: untuk dapat diterima sebagai calon tenaga pengajar di perguruan tinggi adalah IP minimal 3,00 dan setiap calon harus lulus tes potensi akademik yang diadakan oleh lembaga yang bersangkutan. Berdasarkan kriteria di atas siapapun calon yang tidak memenuhi persyaratan di atas maka dinyatakan gagal dalam tes atau tidak diterima sebagai calon tenaga pengajar. Seperti uraian di atas tingkat kemampuan atau kelulusan seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan/ kompetensi bilamana ia telah menjawab dengan 4

7 benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan / kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil dan harus mengulang kembali. Muncul pertanyaan bahwa apakah siswa yang dapat menjawab benar 75% ke atas juga akan memperoleh nilai yang sama? Hal ini tergantung pada sistem penilaian yang digunakan. Jika hanya menggunakan kriteria lulus dan tidak lulus, berarti siswa yang menjawab benar 75% ke atas adalah lulus, demikian juga sebaliknya siswa yang menjawab benar kurang dari 75% tidak lulus. Apabila sistem penilaian yang digunakan menggunakan model A, B, C, D atau standar yang lain, kriteria ditetapkan berdasarkan rentangan skor atau skala interval. Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. Penilaian dengan PAP ini sudah seharusnya digunakan dalam pelaksanaa tes formatif, agar ketercapaian kompetensi minimal 75% dapat diketahui. Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP) Kelulusan seseorang ditentukan oleh satu patokan atau persyaratan tertentu, bukan ditentukan oleh ranking dalam kelompok tertentu; Satu bentuk penilaian berbabsis kompetensi; Digunakan dalam belajar tuntas, semua komponen standar/tujuan pembelajaran (learning objectives/outcomes)/tujuan instruksional dikuasai; siswa/mahasiswa dinilai dengan kriteria yang telah ditentukan; Seringkali dihubungkan dengan penguasaan pembelajaran, misalnya lulusgagal dalam test tertentu; Mengenali apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa/mahasiswa. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP): dapat meningkatkan kualitas pengajaran tepat untuk penilaian sumatif kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus tidak perlu menghitung rata-rata Langkah-langkah : 1. Menentukan terlebih dahulu persentase minimal pengusaan materi 2. Menentukan nilai-nilai berdasarkan standar nilai (A, B, C, D, dan E) yang digunakan sesuai dengan prestasi yang dicapai masing-masing siswa. Contoh : 5

8 Misalkan persentase minimalnya adalah 60%. Berarti kalau jumlah soal seluruhnya 100 item, maka siswa harus mencapai minimal 60 item yang benar sedangkan siswa yang mencapai dibawah 60 dinyatakan dengan nilai E atau F. Nilai-nilai A, B, C, D ditentukan sesuai dengan prestasi yang dicapai oleh masing-masing siswa, sebagai berikut: Pedoman Konversi Tabel Konversi (SMI = 100) 91% - 100%= A = A 81% - 90% = B = B 71% - 80% = C = C 60% - 70% = D = D < 60% = E < 60 = E B. Penilaian Acuan Norma (PAN) Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain PAN merupakan sistem penilaian yang didasarkan pada nilai sekelompok siswa dalam satu proses pembelajaran sesuai dengan tingkat penguasaan pada kelompok tersebut. Artinya pemberian nilai mengacu pada perolehan skor pada kelompok itu. Dalam hal ini norma berarti kapasistas atau prestasi kelompok, sedangkan kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut dapat kelompok siswa dalam satu kelas, sekolah, rayon, propinsi, dan lain-lain. PAN juga dapat dikatakan penilaian apa adanya dengan pengertian bahwa acuan pembandingnya semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh (rata-rata dan simpangan baku) pada saat penilaian dilakukan dan tidak dikaitkan dengan hasil pengukuran lain. Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari yang terendah sampai dengan tertinggi. Secara ideal, pendistribusian tingkat kemampuan dalam satu kelompok menggambarkan suatu kurva normal. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. Terdapat dua cara di dalam menentukan batas kelulusan antara lain: menetapkan terlebih dahulu jumlah yang diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah. Cara 6

9 kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang diluluskan. Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan pada penilaian acuan norma lebih banyak mendorong kompetisi daripada membangun semangat kerjasama. Lagi pula tidak menolong sebagian besar peserta didik yang mengalami kegagalan. Dengan kata lain, keberhasilan peserta didik hanya ditentukan oleh kelompoknya. Dalam Kurikulum pendidikan, prestasi peserta didik ditentukan oleh perbandingan antara pencapaian sebelum dan sesudah pembelajaran, serta kriteria penguasaan kompetensi yang ditentukan. Misalnya seorang peserta Diklat mendapat skor 75 (hanya 75% dari tujuan instruksional yang dicapai) dapat diberi nilai 9 dalam penilaian acuan kelompok. Atau peserta Diklat yang hanya mendapat skor 35 dapat diberi nilai 6, sehingga dapat lulus dalam tingkat penguasaan 35%. Tetapi dapat terjadi bahwa Peserta Diklat yang mendapat skor 75 tidak berhasil lulus karena peserta-peserta lain dalam kelompoknya mendapat nilai diatas 75 (75% dari tujuan tercapai). Contoh lain, Jika nilai rata-rata kelompok/kelasnya rendah, misalnya skor 40 dari 100, maka siswa yang memperoleh nilai 45 sudah dikatakan baik atau lulus, sebab berada diatas rata-rata kelas. Padahal skor 45 dari skor maksimum skor 100 termasuk rendah. Kelemahan sistem PAN dapat terlihat jelas bahwa tes apapun, dalam kelompok apapun, dengan kadar prestasi yang bagaimanapun pemberian nilai dengan model pendekan PAN selalu dapat dilakukan. Oleh karena itu penggunaan model pendekatan ini dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat antara lain: skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar. Ciri-ciri Penilaian Acuan Norma (PAN) Tidak untuk menentukan kelulusan seseorang, tetapi untuk menentukan ranking siswa/mahasiswa dalam kelompok tertentu; Untuk memetakan perbandingan siswa/mahasiswa: Siswa/mahasiswa dinilai dan diberi ranking antara satu dengan lainnya; 7

10 Menggaris bawahi perbedaan prestasi antarsiswa/mahasiswa; Hanya mengandalkan nilai tunggal dan peringkat tunggal; Penilaian didasarkan pada distribusi skor (kurva bel) dengan menggunakan satu rumus. C. Persamaan dan Perbedaan PAN dan PAP 1. Persamaan PAN dan PAP a. Kedua pengukuran PAN dan PAP memerlukan adanya tujun evaluasi spesifik sebagai menentukan focus item yang diperlukan b. Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan, digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan sasaran evaluasi c. Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes dengan menggunakan aturan dasar penulisan instrument d. Kedua pengukuran memerlukan persayartan pokok, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas yaitu apakah item yang disusun mengukur apa yang hendak diukur, sedangkan realibilitas yaitu apakah item tes memiliki hasil keajegan atau konsistensi e. Kedua pegukuran tersebut sama manfaatnya, yaitu alat pengumpul data siswa yang di evaluasi 2. Perbedaan PAN dan PAP: a. PAN 1) Merupakan tes yang mencakup domain tugas pembelajaran dengan item pengukuran yang spesifik 2) Menekankan perbedaan antara individual siswa satu dengan siswa lainnya dalam kelomok atau kelas 3) Item-item memiliki tingkat kesulitan tinggi dan cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat kesulitan rendah 4) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang memiliki kelompokkelompok dengan pembedaan siswa pandai, diatas rerata, dibawah rerata dan bodoh. 5) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya pengelompokan atas kelompokkelompok tertentu secara jelas b. PAP 1) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada penentuan domain tugas belajar dengan tingkat kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas pembelajaran 8

11 2) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah dipelajari oleh para siswa 3) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran, tanpa menghilangkan item atau soal yag memiliki tingkat kesulitan rendah 4) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau penguasaan materi belajar (mastery learnig) 5) Interpretasi memerlukan grup tertentu dengan memenuhi kriteria tertentu atau domain pencapaian belajar. D. Perbandingan PAP dan PAN No. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Normatif (PAN) 1. PAP digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap tujuan yang direncanakan PAN digunakan untuk menentukan status setiap peserta terhadap kemampuan peserta lain 2. Tidak memperdulikan perbedaan individual Perbedaan individual mendapat penekanan dalam PAN 3. Keragaman bukan menjadi faktor penentu dalam PAP, walaupun pada akhirnya testes akan membedakan peserta yang telah menguasai dan belum menguasai Pengembang PAN berupaya untuk menghasilkan tes-tes yang menghasilkan keragaman yang cukup berarti 4. PAP secara khusus menekankan pada ranah (kawasan) tertentu yang harus dipelajari peserta didik PAN mengukur kompetensi umum peserta didik 9

12 No. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penilaian Acuan Normatif (PAN) 5. Butir-butir soal ditulis berdasarkan pengelompokkan, setiap kelompok terpusat pada tujuan tertentu PAN menghasilkan penguasaan peserta didik secara umum dalam bidang pembelajaran tertentu 6. PAP memberikan indikator yang lebih meyakinkan bahwa tujuan telah tercapai PAN memberikan hasil pengukuran yang meyakinkan terhadap penguasaan secara umum mengenai pembelajaran 7. PAP memiliki standar penguasaan untuk semua peserta yaitu berhasil atau gagal PAN memiliki kecendrungan untuk menggunakan rentangan tingkat penguasaan seseorang terhadap kelompoknya, mulai dari yang sangat istimewa sampai dengan yang mengalami kesulitan yang serius 8. PAP memberikan penjelasan tentang penguasaan kelompok terhadap satu atau sejumlah tujuan PAN memberikan skor yang menggambarkan penguasaan kelompok 9. Mudah menentukan materi yang belum dikuasai peserta didik dan mudah memberikan bantuan untuk menguasainya Sukar menentukan dan memberi bantuan materi yang belum dikuasai peserta didik 10 Baik PAP maupun PAN diperlukan dalam pengukuran, karena keputusan yang tepat untuk memilih alat ukur yang digunakan akan sangat menentukan, misal alat ukur untuk UN berbeda dengan alat ukur untuk UMPT E. Kelebihan dan Kekurangan PAN dan PAP 10

13 Kelebihan PAN : 1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara maksimal 2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang pintar dan kurang pintar. membedakan kelompok atas dan bawah. 3. Fleksibel: dapat menyesuaikan dengan kondisi yang berbeda-beda 4. Mudah menilai karena tidak ada patokan 5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Kelebihan PAP : 1. Dapat membantu guru merancang program remidi 2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit 3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran 4. Nilainya bersifat tetap selama standar yang digunakan sama. 5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. 6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi pembelajaran berupa konsep. 7. Mudah menilai karena ada patokan Kekurangan Penilaian Acuan Patokan (PAP) 1. Relatif agak rumit, karena perlu waktu untuk menyetujui sebuah kriteria dan standar; 2. Beresiko mengembangkan daftar nama kriteria yang berlainan; 3. Lebih menekankan hasil daripada proses; 4. Peringkat dapat dinyatakan dengan tidak sebenarnya secara positif/negatif; 5. Kadang akademisi kurang kompeten dan percaya diri untuk membuat penilaian profesional; 6. Tidak mudah bagi akademisi untuk mengubah kebiasaan dari menilai berdasarkan referensi norma menjadi referensi kriteria; 7. Pikiran bahwa hanya persentase kecil yang memperoleh ranking rendah, dan sebaliknya, pasti mereka yang di pendidikan tinggi yang memperoleh ranking tinggi; 8. Siswa/mahasiswa dapat mempertanyakan nilai mereka. 11

14 Kekurangan Panilaian Acuan Norma (PAN) 1. Sedikit menyebutkan tujuan pembelajaran atau kompetensi siswa/mahasiswa: apa yang mereka ketahui atau dapat mereka lakukan; 2. Sedikit menyebutkan kualitas pembelajaran; 3. Tidak fair karena peringkat siswa/mahasiswa tidak hanya tergantung pada tingkat prestasi, tetapi juga atas prestasi siswa/mahasiswa lain; 4. Tidak dapat diandalkan: siswa/mahasiswa yang gagal sekarang mungkin dapat lulus pada tahun berikutnya; 5. Tidak fair, khususnya pada kelompok kecil. Referensi ini dapat menyebarkan peringkat, memperbesar-besarkan perbedaan dalam prestasi, dan menekan berbagai perbedaan; 6. Kurang transparan, karena hasil penilaian akhir tidak diketahui para mahasiswa. F. Contoh Penerapan PAP dan PAN 1. Contoh Penerapan PAP Contoh 1: Seorang guru merencanakan tes hasil belajar dalam bidang studi Bahasa Indonesia. Soal-soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut terdiri atas 75 butir soal tes obyektif dan 1 butir soal tes uraian dengan rincian sbb : Nomor Butir Soal Bentuk Tes/Model Soal Jumlah Butir Soal Bobot Jawaban Betul Skor Tes Obyektif bentuk True-False Tes Obyektif bentuk Matching Tes Obyektif bentuk Completion Tes Obyektif bentuk MCI model melengkapi lima pilihan Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1 ½ 15 melengkapi berganda Tes Obyektif bentuk MCI model 10 1 ½ 15 asosiasi dengan lima pilihan Tes Obyektif bentuk MCI model analisis hubungan antarhal Tes Obyektif bentuk MCI model

15 analisis kasus 76 Tes Uraian Skor Maksimum Ideal 120 Berdasarkan rincian butir-butir soal diatas tersebut dapat diketahui bahwa Skor Maksimum Ideal (SMI) dari tes hasil belajar tersebut adalah = 120. Kemudian Skor-skor mentah hasil THB bidang studi Bahasa Indonesia yang dicapai oleh 20 orang siswa setelah diubah (dikonversi) menjadi nilai standar dengan menggunakan standar mutlak (penilaian beracuan kriterium). Dengan menggunakan Rumus : Nilai = Skor Mentah/Skor Maksimum Ideal X 100 No. Skor Mentah Nilai /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = /120 X 100 = 36 Dari nilai-nilai yang telah diperoleh, maka jika diterjemahkan menjadi nilai huruf dengan patokan adalah : Rentang Skor Nilai Nilai 80 s.d. 100 = A Nilai 70 s.d. 79 = B 13

16 Nilai 60 s.d. 69 = C Nilai 45 s.d. 59 = D Nilai < 44 = E / Tidak lulus Maka dari 20 orang siswa yang mengikuti tes hasil belajar tersebut tidak ada seorang pun yang mendapat nilai A, yang mendapat nilai B hanya 1 orang (5%), Nilai C dicapai oleh 2 orang siswa (10 %), Nilai D ada 10 orang siswa (50%) dan siswa yang tidak lulus pada tes bidang studi Bahasa Indonesia ini ada 7 orang siswa (35%). 2. Contoh Penerapan PAN Contoh 1: 1. Suatu kelompok peserta didik (siswa) terdiri dari 9 orang mendapat skor (nilai mentah): 50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30 Dari skor mentah ini dapat dibaca bahwa perolehan tertinggi adalah 50 dan perolehan terendah adalah 30. Dengan demikian nilai tertinggi diberikan terhadap skor tertinggi, misalnya 10. Secara proporsional skor di atas dapat diberi nilai 10, 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6. Cara lain ialah dengan menghitung persentase jawaban benar yang dijawab oleh setiap siswa. Kemudian kepada siswa yang memperoleh persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi. Jika skor (nilai mentah) di atas didapat dari 60 butir pertanyaan atau skor maksimalnya 60, maka (perhatikan tabel di bawah ini)! Nilai mentah Persentase jawaban yang benar Nilai (1-10) Tabel. 1 Menghitung Nilai dari Skor (Nilai Mentah) ,3 75,0 75,0 66,7 66,7 66,7 58,5 58,5 50,

17 Untuk mengubah persentase menjadi nilai (1-10) dengan cara bahwa persentase tertinggi diberi nilai 10, ini berarti bahwa 83,3% dihargai 10, maka 75,0% harganya adalah (75,0% / 83,3%) x 10 = 9,0. Dapat juga dicari faktor pengali terlebih dahulu, yaitu: 83,3% adalah 10 atau (83,3/100) x n = 10 atau n = 12. Jadi faktor pengalinya adalah 12, sehingga 66,7% pada nilai (1-10) adalah 66,7% x 12 = 7,9 atau 8. Contoh 2: 2. Sekelompok siswa terdiri dari 40 orang dalam satu ujian memperoleh nilai mentah sebagai berikut: Penyebaran nilai mentah di atas dapat ditulis seperti tabel berikut: Tabel. 2 Pengolahan Nilai Mentah Menjadi (1-10) No. Nilai Mentah Jumlah Siswa Jika 55 diberi 10 maka Jika skor maks. 75 maka % yg benar Persentase diubah menjadi (1-10) 15

18 ,0 73,3 10, ,5 69,3 9, ,0 65,3 9, ,7 64,0 8, ,4 61,3 8, ,8 57,3 7, ,6 56,0 7, ,3 53,3 7, ,1 52,0 7, ,9 50,7 6, ,7 49,3 6, ,5 48,0 6, ,4 46,7 6, ,2 45,3 6,2 16

19 ,0 44,9 6, ,8 42,7 5, ,5 40,0 5, ,1 37,3 5, ,0 29,3 4, ,8 28,0 3,8 Jumlah siswa: 40 Jika nilai mentah yang paling tinggi 55, diberi nilai 10 maka nilai untuk: 52 adalah (52/55) x 10 = 9,5. Misalnya dalam ujian tersebut nilai maksimalnya 75, maka besar presentase dihitung sebagai berikut: (55/75) x 100% = 73,3%. Nilai akhir yang dihitung berdasarkan perubahan nilai mentah menjadi nilai (1-10) atau nilai mentah menjadi persentase kemudian menjadi nilai (1-10) hasilnya sama, sebagaimana terlihat pada kolom 4 dan kolom 6 pada tabel 2 di atas. Bilamana jumlah anggota kelompok tidak hanya satu kelas tetapi beberapa kelas sehingga banyaknya peserta didik (siswa) ratusan jumlahnya maka untuk memberi nilai kepada setiap anggota kelompok digunakan statistik sederhana dengan menentukan besarnya skor rata-rata kelompok dan simpangan baku kelompok. Jumlah anggota kelompok yang besar, distribusi (penyebaran) kemampuannya mulai dari yang paling pandai, pandai, sedang, kurang dan sangat kurang. 17

20 Dalam hal ini penyebaran kemampuan anggota kelompok biasanya digambarkan menurut kurva normal. Menurut distribusi kurva normal kalau sekelompok peserta didik (siswa) yang memiliki skor rata-rata 60, maka jumlah siswa yang mendapat skor 60 ke atas adalah: 60 sampai dengan ( SD) adalah 34,13% ( SD) sampai dengan ( SD) adalah 13,59% ( SD) sampai dengan ( SD) adalah 2,14% Begitu pula siswa yang mendapat skor 60 ke bawah adalah: 60 sampai dengan (60 1.SD) adalah 34,13% (60 1.SD) sampai dengan (60 2.SD) adalah 13,59% (60 2.SD) sampai dengan (60 3.SD) adalah 2,14% Dengan kata lain jumlah siswa yang memperoleh skor antara (+ 1.SD sampai dengan 1.SD) adalah 68,26%, yang memperoleh skor antara (+ 2.SD sampai dengan 2.SD) adalah 95,44%. Skor Mentah Skor Rata-rata + 2,25SD Tabel. 3 Konversi Skor Mentah ke dalam Nilai (1-10) Nilai Contoh (1-10) 10 Perhatikan tabel. 2, peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai: 37,4 + 6,8n = 49 ( n = besar penyimpangan antara + 2,25 sampai dengan 2,25, maka didapat n = 1, 71. Dengan demikian peserta dengan skor mentah 49 mendapat nilai 8,5. BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan 1. Penilaian Acuan Patokan (PAP) mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (instruksional) yang telah dirumuskan sebelumnya. 18

21 2. Patokan yang digunakan dalam PAP bersifat mutlak, artinya kriteria itu bersifat tetap untuk jangka waktu tertentu dan berlaku bagi semua siswa. 3. Karakteristik Penilaian Acuan Patokan (PAP): dapat meningkatkan kualitas pengajaran tepat untuk penilaian sumatif kemungkinan terjadi tidak ada siswa yang lulus tidak perlu menghitung rata-rata 4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut. 5. Dalam penerapan sistem PAN ada dua hal pokok yang harus ditetapkan yaitu: banyaknya siswa yang akan lulus dan penetapan batas lulus. 6. Penggunaan model pendekatan PAN dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat antara lain: a). skor nilai terpencar atau dapat dianggap terpencar sesuai dengan pencaran kurva normal; b). jumlah yang dinilai minimal 50 orang atau lebih dari 100 orang dalam arti sampel yang digunakan besar. DAFTAR PUSTAKA Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Oprasional, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012), Sofyan, Ahmad. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press

22 Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya %20vol%2027%20no%203%20sep%202003FV.%20Tjowanto.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul WIB WINNY_LILIAWATI PENILAIAN_ACUAN_(REFERENCE_EVALUATION)_ %5BCompatibility_Mode%5D.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul WIB %20S.Pd.,M.Pd./MATERI%20PAN-PAP.pdf Diakses pada 22 September 2015 pukul WIB Rahmadany Pohan.(2012). PAN dan PAP dalam Evaluasi Pembelajaran. Zurriyati, Ezy. (2015). jenis-jenis penilaian dalam assesment. Dapat diakses di : Diakses pada 19 Agustus Puspa, Septiani. (2013). Makalah Asesmen dan Evaluasi. Dapat diakses di : Diakes pada 19 Agustus Setiawati, Hesti. (2012). Pengertian Pengukuran Asesmen. Dapat diakses di : Diakses pada 19 Agustus

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN

MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATERI KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN A. Pendekatan Penilaian Hasil Belajar Sebelum melakukan proses evaluasi terlebih dahulu kita harus melakukan pengukuran dengan alat yang disebut tes. Hasil pengukuran

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI BAHAN AJAR (MINGGU KE 12) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA BIDANG STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI 2 1. Pengertian Bobot, Skor dan Nilai Bobot = bilangan yang dikenakan terhadap

Lebih terperinci

PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK)

PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK) PENILAIAN ACUAN KRITERIA (PAK) Tujuan penggunaan tes acuan berfokus pada kelompok perilaku siswa yang khusus. Joesmani menyebutnya dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF

PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF PENILAIAN ACUAN PATOKAN dan PENILAIAN ACUAN NORMATIF PENGOLAHAN DAN KONVERSI SKOR MENTAH MENJADI SKOR STANDAR (NILAI) 1. PENGOLAHAN DAN KONVERSI SKOR MENTAH MENJADI NILAI DILAKUKAN DENGAN MENGACU PADA

Lebih terperinci

Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai untuk menyatakan :

Sebagaimana ditunjukkan sebelumnya suatu tes hasil belajar dapat dipakai untuk menyatakan : A. Latar Belakang Masalah Seringkali pengembang intruksional termasuk pengajar menyusun tes setelah proses instruksional berakhir. Ia menyusunnya dalam waktu yang singkat berdasarkan isi pelajaran yang

Lebih terperinci

PRINSIP PENILAIAN. (Retno Wahyuningsih) Prinsip-prinsip Penilaian

PRINSIP PENILAIAN. (Retno Wahyuningsih) Prinsip-prinsip Penilaian PRINSIP PENILAIAN (Retno Wahyuningsih) 1 1. Valid Prinsip-prinsip Penilaian Valid berarti menilai apa yang seharusnya dinilai; dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. 2. Reliabel

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai

PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai PENDEKATAN PENILAIAN Grading Nilai CORRECTION FOR GUESSING Jawaban salah Skor = Jawaban benar - ----------------------- ( n 1 ) n = jumlah alternatif pilihan yang disediakan PENILAIAN dan PENDEKATAN PENILAIAN

Lebih terperinci

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Saudara-saudara mahasiswa PGSD S-1 PJJ, selamat bertemu kembali dalam kegiatan tutorial bersama saya Yuni Pantiwati sebagai tutor mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

PENILAIAN ACUAN NORMA

PENILAIAN ACUAN NORMA PENILAIAN ACUAN NORMA Dalam penilaian acuan norma, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil belajarnya dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam satu kelompok/kelas.

Lebih terperinci

Unit 6 TEKNIK PEMBERIAN SKOR DAN NILAI HASIL TES. Ainur Rofieq. Pendahuluan

Unit 6 TEKNIK PEMBERIAN SKOR DAN NILAI HASIL TES. Ainur Rofieq. Pendahuluan Unit 6 TEKNIK PEMBERIAN SKOR DAN NILAI HASIL TES Ainur Rofieq Pendahuluan P ada unit ini Anda akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) dan prosedur mengubah skor ke dalam nilai standar pada metode

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman

Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman Evaluasi Pembelajaran Bahasa Jerman JR501 Drs. Setiawan, M.Pd. Pepen Permana, S.Pd Pertemuan 2 Deutschabteilung UPI - 2007 Hubungan antara Pembelajaran & Evaluasi to teach without testing is unthinkable

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan. Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru BAB V PEMBAHASAN A. Kompetensi Guru Mata Pelajaran Qur an Hadits dalam Perencanaan Evaluasi Hasil Belajar Siswa di MTs Negeri Ngantru Dalam perencanaan evaluasi hasil belajar seorang guru harus menyesesuaikan

Lebih terperinci

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi II ASESMEN PEMBELJARAN SD (Mengembangkan Tes sebagai Instrumen Asesmen) Selamat bertemu kembali dengan saya Yuni Pantiwati sebagai tutor dalam mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD. Kali ini merupakan

Lebih terperinci

Modul ke: Psikometri NORMA 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Psikometri NORMA 2. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Psikometri NORMA 2 Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Norma dalam Psikometri Pengertian dan Jenis Norma Norma adalah penyebaran skorskor

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS JENIS EVALUASI BELAJAR

BAB I PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS JENIS EVALUASI BELAJAR BAB I PENGERTIAN, TUJUAN, ASAS JENIS EVALUASI BELAJAR A. Pengertian Evaluasi Belajar Kita sering ka1i melihat, ada seorang pembeli yang membanding-bandingkan untuk memilih suatu barang di supermarket,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2011:

Lebih terperinci

JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4

JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4 JENIS DAN PERENCANAAN EVALUASI P E R T E M U A N K E 4 JENIS EVALUASI 1. EVALUASI SUMATIF BERTUJUAN UNTUK: Mengetahui kecakapan atau keterampilan yang dikuasai siswa Meramalkan kecakapan siswa dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

ASSESSMENT LITERACY (ASESMEN LITERASI) MUTMAINNA EKAWATI

ASSESSMENT LITERACY (ASESMEN LITERASI) MUTMAINNA EKAWATI ASSESSMENT LITERACY (ASESMEN LITERASI) MUTMAINNA EKAWATI 1200979 ASESMEN LITERASI KRISIS DALAM PROFESI MENGAJAR The National Commision on Teaching and America s Future (NCTAF) 1. perlunya meningkatkan

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN)

PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) PERKULIAHAN 4: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI (LANJUTAN) 3. Pembuatan Alat Evaluasi Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu alat evaluasi buatan

Lebih terperinci

METODE PENILAIAN PEMBELAJARAN

METODE PENILAIAN PEMBELAJARAN METODE PENILAIAN PEMBELAJARAN Oleh: Indrawati Dosen P-Fisika PMIPA FKIP Universitas Jember Disampaikan pd Pelatihan Pedagogik Dasar/Pekerti di LP3 Universitas Jember Rabu, September 2016 Permenristek-dikti

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI. a) Buatlah suatu norma hasil tes dengan lima kategori nilai (A,B,C,D, dan E).

SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI. a) Buatlah suatu norma hasil tes dengan lima kategori nilai (A,B,C,D, dan E). SOAL UJIAN AKHIR EVALUASI PENDIDIKAN JASMANI 1. Bila dari hasil penghitungan terhadap 100 orang siswa tentang tingkat kebugaran jasmaninya, diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 60 dan simpangan bakunya

Lebih terperinci

Hakikat Tes, Pengukuran. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

Hakikat Tes, Pengukuran. Aris Fajar Pambudi FIK UNY Hakikat Tes, Pengukuran Aris Fajar Pambudi FIK UNY Kalau anda punya kegiatan dengan tujuan yang telah ditetapkan, bagaimana cara anda mengetahui bahwa tujuan telah tercapai? Kegiatan belajar? Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL BELAJAR

EVALUASI HASIL BELAJAR Slide psikolgi pendidikan 1 EVALUASI HASIL BELAJAR Psikologi Pendidikan Slide psikolgi pendidikan 2 Pengukuran & Penilaian Hasil Belajar Pengertian Pengukuran & Penilaian Suatu tindakan untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan. Metode Penelitian dan Pengembangan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Research

Lebih terperinci

WILUJEUNG SUMPING. EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin

WILUJEUNG SUMPING. EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin WILUJEUNG SUMPING EVALUASI PEMBELAJARAN By Zainal Arifin KURIKULUM SEBAGAI SUATU SISTEM : TUJUAN EVALUASI ISI/MATERI PROSES PEMBELAJARAN SEBAGAI SUATU SISTEM EVALUASI TUJUAN MATERI SUMBER BELAJAR KOMPONEN-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berfungsi untuk mendeskripsikan ragam kesulitan belajar Biologi yang dialami oleh siswa kelas X di MAN

Lebih terperinci

BUKU PEDOMAN PENILAIAN & PEMBUATAN SOAL PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

BUKU PEDOMAN PENILAIAN & PEMBUATAN SOAL PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BUKU PEDOMAN PENILAIAN & PEMBUATAN SOAL PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN 2015 I. PENDAHULUAN Jumlah pertemuan perkuliahan tatap muka di kelas pada pelaksanaan proses pembelajaran di UNISBA adalah 14 kali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). R&D merupakan metode

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Sub Pokok Bahasan dan rincian Materi Pengantar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Sub Pokok Bahasan dan rincian Materi Pengantar Pert ke Program Studi : Pendidikan Teknologi Agroindustri Fakultas : Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Kode Mata Kuliah : TG501 Nama Mata Kuliah : Evaluasi Pendidikan Kelompok Mata Kuliah : Semester/SKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Evaluasi merupakan hal yang sangat penting yang harus dilakukan karena hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai kualitas suatu sekolah maupun

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PENGUKURAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PENGUKURAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PENGUKURAN A. Teknik Pemberian Skor Pemberian Skor (Skoring) adalah proses pengubahan atau jawaban jawaban soal tes menjadi angkaangka yang pasti atau dengan kata lain pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian yang digunakan adalah hubungan sebab akibat yang didalamnya ada dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan meningkatkan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu. Tes DASAR. Modul: 1 6 PENILAIAN. menjelaskan hakikat. Suryanto, DALAM. penilaian, asesmen, Adi. (2009).

Mahasiswa mampu. Tes DASAR. Modul: 1 6 PENILAIAN. menjelaskan hakikat. Suryanto, DALAM. penilaian, asesmen, Adi. (2009). SILABUS Nama Mata Kuliah/Kode Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran di SD (PDGK 4301) Program : PGSD Nama Lengkap Penulis : Iding Tarsidi, Drs., M. Pd. Instansi Asal : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU PENILAIAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO. Ungaran, Februari 2015 LEMBAGA PENJAMIN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PROSEDUR MUTU PENILAIAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO. Ungaran, Februari 2015 LEMBAGA PENJAMIN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO PROSEDUR MUTU PENILAIAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO Ungaran, Februari 2015 LEMBAGA PENJAMIN MUTU UNIVERSITAS NGUDI WALUYO BAB I PENDAHULUAN Penilaian dalam hal ini merupakan salah satu maspek dalam proses

Lebih terperinci

MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN MENGUBAH SKOR MENJADI NILAI. Dosen Pengampu: Christina Kartika Sari Lina Dwi Khusnawati

MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN MENGUBAH SKOR MENJADI NILAI. Dosen Pengampu: Christina Kartika Sari Lina Dwi Khusnawati MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN MENGUBAH SKOR MENJADI NILAI Dosen Pengampu: Christina Kartika Sari Lina Dwi Khusnawati MENGUBAH SKOR MENJADI NILAI Statistik Pendidikan Selain penyusunan tes, pekerjaan

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI PENILAIAN DOSEN: SRI HAYATI ARTI PENTING MEMPELAJARI EVALUASI PEMBELAJARAN Penilaian pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENILAIAN PEMBELAJARAN (SMP / SMA) OLEH: DRS. TAUFIK RAHMAN, MPd. UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 1 KONSEP DASAR PENILAIAN PENILAIAN PENDIDIKAN: KEGIATAN MENILAI YG TERJADI DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN PENILAIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, Sampel, dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa Program Keahlian Kontrol Proses SMK Negeri 1 Kota Cimahi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian, Populasi, dan Sampel Penelitian yang akan dilaksanakan yaitu penelitian tindakan kelas, menurut Arikunto (2010, hlm. 39) menyatakan...perlu ditekankan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Karena pada penelitian ini dilakukan implementasi pembelajaran matematika dengan pendekatan metakognitif, kemudian ingin dilihat dampaknya terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan pendekatan yang menekankan analisisnya pada datadata

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan pendekatan yang menekankan analisisnya pada datadata 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menekankan analisisnya pada datadata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Kliningan No.6 Buah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitianyang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitianyang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitianyang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data obesrvasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran metode pemecahan masalah (problem

Lebih terperinci

3. PRINSIP DAN ALAT EVALUASI

3. PRINSIP DAN ALAT EVALUASI 3. PRINSIP DAN ALAT EVALUASI Tujuan : Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menerapkan alat-alat evaluasi untuk menilai hasil proses pembelajaran pada bidang teknik tenaga elektrik. Evaluasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini,maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arifin (011:68), metode eksperimen merupakan cara praktis untuk

Lebih terperinci

EVALUASI & REMEDIASI

EVALUASI & REMEDIASI EVALUASI & REMEDIASI TES Tes adalah suatu pertanyaan atau (seperangkat) tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development). Borg and Gall (1989) dalam

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung. dapat mengukur kemampuan anak secara tepat dan obyektif.

BAB V PEMBAHASAN. Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung. dapat mengukur kemampuan anak secara tepat dan obyektif. BAB V PEMBAHASAN A. Kompetensi Profesional Guru PAI Dalam Perencanaan Penggunaan Media Pembelajaran kelas VII di SMPN I Besuki Tulunagagung Dalam perencanaan penggunaan media pembelajaran seorang guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian yang digunakan adalah hubungan sebab akibat yang didalamnya ada dua unsur yang dimanipulasikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi BAB III METODE PENELITIAN Definisi Operasional Kemampuan komunikasi siswa yang diukur adalah kemampuan berkomunikasi tulisan dan kemampuan berkomunikasi lisan. Kemampuan berkomunikasi secara tulisan meliputi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Isna Riyanurani Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 KOMPTENSI (TIK) Dapat Merancang Sistem Penilaian Hasil Belajar INDIKATOR Menyusun perencanaan tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen (percobaan). Dimana penelitian akan dibagi kedalam dua kelas, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Uraian Materi 1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang digunakan adalah model pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode penelitian

Lebih terperinci

PESAN SEMOGA BERKESAN

PESAN SEMOGA BERKESAN PESAN SEMOGA BERKESAN Sungguh pendengaran, penglihatan, hati, dan semuanya bakal dievaluasi (Al Isro : 36) Sungguh kepada-ku mereka akan kembali, kemudian akan dievaluasi (Al Ghosiyah : 25-26) er s 03

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Secara khusus rancangan penelitian ini menggunakan hubungan 8 BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif asosiatif yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel.

Lebih terperinci

R O X 1 O R O X 2 O. : pengambilan sampel secara acak kelompok

R O X 1 O R O X 2 O. : pengambilan sampel secara acak kelompok 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini terdapat dua kelompok eksperimen yang diambil secara acak kelas, yaitu Kelompok siswa yang diberikan

Lebih terperinci

PRINSIP DAN ALAT EVALUASI

PRINSIP DAN ALAT EVALUASI PRINSIP DAN ALAT EVALUASI 1. Prinsip Evaluasi Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen, antara lain: (a) Tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2004, hlm. 1), metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian dapat diartikan sebagai suatu cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan buku pedoman penulisan karya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SDN Candirejo 02 Tuntang yang terletak di Jl.Mertokusuma 32, Kelurahan Candirejo, Kecamatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL EVALUASI BELAJAR TIPE PILIHAN GANDA BIASA DAN TIPE PILIHAN GANDA ASOSIASI

PERBANDINGAN HASIL EVALUASI BELAJAR TIPE PILIHAN GANDA BIASA DAN TIPE PILIHAN GANDA ASOSIASI PERBANDINGAN HASIL EVALUASI BELAJAR TIPE PILIHAN GANDA BIASA DAN TIPE PILIHAN GANDA ASOSIASI PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 02 TUNGGULREJO TAHUN AJARAN 2013 / 2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif ini memaparkan suatu fenomena dalam pembelajaran dengan ukuranukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan, BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Pada metode penelitian dan pengembangan terdapat beberapa jenis model. Model

Lebih terperinci

Untuk Guru-guru MTs-DEPAG

Untuk Guru-guru MTs-DEPAG Evaluasi Pembelajaran Fisika Untuk Guru-guru MTs-DEPAG I. Deskripsi Mata kuliah ini difokuskan untuk lebih memantapkan guru Fisika MTs agar lebih kompeten dalam merencanakan, membuat dan menganalisis asesmen.

Lebih terperinci

PANDUAN P2M STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PENGANTAR

PANDUAN P2M STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN PENGANTAR PENGANTAR Buku panduan standar penilaian pendidikan ini dibuat dengan maksud dan tujuan untuk mengatur kebutuhan sarana fisik dan pengelolaan keuangan untuk kegiatan proses pembelajaran dan belanja pegawai

Lebih terperinci

Dievaluasi. 1. Dilihat Dari Fungsinya. 2. Dilihat Dari Waktu. 3. Dilihat Dari Titik Berat Penilaian. 4. Dilihat Dari Alat Evaluasi

Dievaluasi. 1. Dilihat Dari Fungsinya. 2. Dilihat Dari Waktu. 3. Dilihat Dari Titik Berat Penilaian. 4. Dilihat Dari Alat Evaluasi 1. Dilihat Dari Fungsinya 2. Dilihat Dari Waktu 3. Dilihat Dari Titik Berat Penilaian 4. Dilihat Dari Alat Evaluasi 5. Dilihat Dari Cara Memilih Tujuan Yang Dievaluasi 6. Dilihat Dari Tingkat Kesulitan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab V ini akan disajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab V ini akan disajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab V ini akan disajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian berdasarkan masalah-masalah penelitian. Di samping itu, dikemukakan juga rekomendasi yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Menurut Suryabrata (2010 : 92) tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tuntang, Kabupaten Semarang. Pertimbangan yang mendasari memilih sekolah ini sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tahapan-tahapan atau cara dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian

KONSEP DASAR PENILAIAN. Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian KONSEP DASAR PENILAIAN Pengukuran-Penilaian-Tes-Evaluasi Tujuan, Fungsi, Prinsip, Cakupan, Jenis & Teknik Penilaian Indikator Membedakan pengertian pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi Menjelaskan tujuan,

Lebih terperinci

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning

Learning berbasis Moodle sebagai media pembelajaran. : Tes akhir (posttest) dilakukan setelah digunakannya E-Learning 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pre-experimental design yang merupakan salah satu bentuk desain eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 7 yang beralamat di Jalan Siliwangi km 15 Baleendah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Pengembangan praktikum Pengembangan berarti proses mengembangkan dari yang sederhana menjadi kompleks agar sesuai dengan tujuan, yaitu meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam melakukan penelitian ini guru sekaligus

Lebih terperinci

7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE.

7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE. 7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE. PENILAIAN PEMBELAJARAN BAHASA Berbasis Kompetensi Oleh Burhan Nurgiyantoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL. 1. Analisis Butir Soal 2. Analisis Perangkat Soal

ANALISIS SOAL. 1. Analisis Butir Soal 2. Analisis Perangkat Soal ANALISIS SOAL. Analisis Butir Soal 2. Analisis Perangkat Soal Analisis Butir Soal Butir soal akan di-analisis mutunya berdasarkan karakteristik butir soal yaitu : Tingkat kesukaran butir soal Daya beda

Lebih terperinci

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329)

Laporan Penelitian. Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Laporan Penelitian Analisis Kualitas Butir Soal Mata Kuliah Membaca 2 (PBIN4329) Oleh B. Esti Pramuki esti@ut.ac.id dan Nunung Supratmi nunung@ut.ac.id LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TERBUKA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperiment (eksperimen semu). Metode ini digunakan karena pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all., BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Desain penelitian yang akan digunakan untuk mengembangkan produk adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all., (1974:5) yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah di dalam judul skripsi. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendekati eksperimen. Desain yang digunakan adalah Nonequivalen Control

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendekati eksperimen. Desain yang digunakan adalah Nonequivalen Control BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Pengertian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang mendekati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam melaksanakan suatu penelitian, seorang peneliti harus menentukan metode apa yang akan dipakai karena menyangkut langkah-langkah yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul skripsi. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat

Lebih terperinci