Referat PENDEKATAN DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Referat PENDEKATAN DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA ANAK"

Transkripsi

1 Referat PENDEKATAN DIAGNOSIS PERDARAHAN PADA ANAK Oleh : Karolin Trisnawelda Cut Mutiara Sabrina Ilham Rizka Putra Nur Afany Deasy Archika Alvares Yelvi Novita Roza Putra Pratamadinata Diynie Fadhilla Fahmi Pembimbing : Dr. Ismatul Amri Supervisor : Dr. Firman Arbi, Sp.A (K) Dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang 2015

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga referat yang berjudul Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak ini dapat kami selesaikan. Referat ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS. Dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan referat ini, khususnya kepada dr. Firman Arbi, SpA(K) dan dr. Amirah Zatil Izah, Sp.A sebagai preseptor dari Referat dan Dr. Ismatul Amri selaku pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan dan dukungan moril maupun materi dalam penyusunan referat ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan demi kesempurnaan referat ini. Akhir kata penulis berharap semoga referat ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman semua pihak tentang Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak Padang, September 2015 Penulis 2

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii Daftar Gambar...iii Daftar Tabel...iv Daftar Singkatan...v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan...3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Etiologi Epidemiologi Mekanisme Pembekuan Darah Patofisiologi Perdarahan Pada Anak Pendekatan Diagnosis Perdarahan Pada Anak...18 BAB 5 PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran...31 DAFTAR PUSTAKA

4 DAFTAR GAMBAR Gambra 2.1. Klasifikasi Penyebab Perdarahan...5 Gambar 2.2. Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik Pembekuan Darah...10 Gambar 2.3. Jalur Jalur Mekanisme Pembekuan Darah Normal...11 Gambar 2.4. Algoritma Pemeriksaan Skrining Laboratorium pada Perdarahan Gambar 2.5. Algoritma Pemeriksaan Perdarahan pada Anak 27 4

5 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Gangguan Fungsi Trombosit yang Diturunkan...16 Tabel 2.2. Diferensial Diagnosis Kelainan Perdarahan dan Memar...22 Tabel 2.3. Interpretasi Skrining Tes dan Tes Lanjutan yang Dianjurkan...25 Tabel 2.4. Trombositopenia yang Diturunkan...26 Tabel 2.5. Beberapa Diferensial Diagnosis Perdarahan pada Anak

6 DAFTAR SINGKATAN AD Autosomal Dominant AR Autosomal Resesif aptt Activated partial thromboplastin time CBC Complete blood count DIC Disseminated Intravascular Coagulation FII Factor II (prothrombin) FV Factor V FVII Factor VII FVIII Factor VIII FIX Factor IX FX Factor X FXI Factor XI FXII Factor XII FXIII Factor XIII HSP Henoch Schonlein Purpura ICH Intracranial hemorrhage INR International normalized ratio ITP Immune thrombocytopenia PAI-1 Plasminogen activator inhibitor type 1 PBQ Pediatric Bleeding Questionnaire PFA-100 Platelet function analyzer-100 PT Prothrombin time TT Thrombin time VKA Vitamin K antagonist VWD von Willebrand disease VWF von Willebrand factor VWF:Ag VWF antigen VWF:RCO VWF activity (ristocetin cofactor assay) 6

7 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem vaskular baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan hemostasis. 1 Ketika terjadi trauma, pembuluh darah yang terkena akan mengalami kerusakan dan menyebabkan terjadinya perdarahan. Pada kondisi fisiologis, tubuh berusaha mengkompensasi kehilangan darah dengan menutup kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga proses kehilangan darah dapat dikontrol atau dihentikan. 2 Proses demikian dapat berlangsung dengan baik apabila seluruh komponen hemostasis terlibat, diantaranya komponen vaskular, trombosit dan koagulasi. Apabila salah satu dari komponen tersebut mengalami defek atau kelainan, maka akan menimbulkan perdarahan meskipun dengan trauma minimal ataupun tanpa disertai riwayat trauma sebelumnya. 3 Gejala perdarahan tersebut dapat berupa ptekie, purpura, ekimosis, hemarthrosis, hematemesis, melena, dan yang lainnya. Penyebab perdarahan secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan hematologi atau non hematologi. Perdarahan yang disebabkan kelainan hematologi bisa berupa kelainan trombosit seperti ITP dan koagulasi berupa hemofili dan penyakit VWD, sementara yang termasuk penyebab non hematologi adalah trauma, kekerasan, ulkus, varises, telangiectasia dan angiodisplasia. 4 Pada anak- anak, perdarahan merupakan hal yang normal dan cukup sering dialami terutama yang disebabkan oleh trauma. 3 Namun pada beberapa kondisi, gejala perdarahan dapat merupakan tanda dari kelainan hemostasis. 5 Sebagai contoh, ptekie atau epistaksis dapat disebabkan oleh adanya defek primer pada trombosit atau 1

8 pembuluh darah. Sementara gejala perdarahan berupa memar bisa disebabkan oleh defek primer maupun sekunder akibat gangguan proses pembekuan darah. 6 Perlu diingat, perdarahan tidak hanya mengenai kulit dan mukosa tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya termasuk saluran cerna, jaringan ikat, otak, rongga sendi, dan seterusnya. Kelainan hemostasis dapat bersifat kongenital atau didapat. 5 Pada anak lakilaki, kelainan hemostasis herediter yang paling sering dialami adalah hemofilia karena terkait X-link. 4 Sementara menurut beberapa studi menyatakan penyebab tersering perdarahan pada anak yang bersifat herediter adalah penyakit Von Willebrand. Salah satunya berdasarkan penelitian yang dilakukan El Bustany, dkk dari National Research Center Kairo pada tahun 2008 didapatkan dari 43 anak yang diteliti, 27,9% menderita penyakit Von Willebrand, 25,5% hemofilia A, 7% dengan hemofilia B, 16,3% mengalami disfungsi trombosit, sedangkan sisanya tidak dapat ditentukan diagnosisnya. 7 Sementara pada tahun 2012 dilakukan penelitian bersifat single center di Kairo dengan total responden 667 pasien, ternyata didapatkan 27,2% menderita kelainan koagulasi dengan persentase terbesar hemofilia A 70,6% dan hemofilia B 13,9%, kemudian 72,7% mengalami gangguan trombosit dengan 74,8% menderita purpura trombositopenia imun, 11,2% dengan glanzman syndrome, 6,6% penyakit Von Willebrand dan sisanya tidak dapat diklasifikasikan. 8 Gambaran klinis perdarahan pada anak cukup luas spektrumya, mulai dari berupa perdarahan tersembunyi hingga perdarahan masif. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menentukan apakah anak tersebut membutuhkan pemeriksaan lanjutan atau tidak karena gejala klinisnya seringkali tidak terlalu menonjol di awal. Akhirnya kondisi tersebut sering luput dalam penegakan diagnosis. Evaluasi pasien melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik secara komprehensif dapat membantu untuk 2

9 menentukan apakah pasien perlu pemeriksaan laboratorium lanjutan atau tidak. Sehingga diagnosis secara spesifik dapat ditegakkan terutama terkait dengan pengobatan yang akan diberikan. 6 Kondisi perdarahan dapat mengancam nyawa terutama komplikasi perdarahan masif yang berakibat pada kondisi syok dan perdarahan pada organ vital seperti otak, paru, ginjal dan hepar. Selain itu, juga dapat terjadi anemia berkepanjangan akibat adanya perdarahan tersembunyi. Kondisi ini, secara tidak langsung dapat mengganggu proses tumbuh dan berkembangnya anak. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui dan memahami teknik pendekatan diagnosis yang tepat sehingga penegakan diagnosis dan penatalaksanaan perdarahan pada anak menjadi lebih baik guna menghindari risiko komplikasi yang lebih parah dikemudian hari Batasan Masalah Batasan penulisan refrat membahas tentang definisi, etiologi, epidemiologi, fisiologi, patofisiologi dan diagnosis perdarahan pada anak Tujuan Penulisan Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pengetahuan tentang pendekatan diagnosis perdarahan pada anak Metode Penulisan Penulisan referat ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur. 3

10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Perdarahan merupakan keluarnya darah dari pembuluh darah akibat kerusakan atau robekan pembuluh darah. Ada dua tipe perdarahan, yaitu perdarahan yang berasal dari pembuluh darah dan perdarahan yang karena kelainan komponen pembekuan darah. Perdarahan dari pembuluh darah pada umumnya bersifat lokal, sedangkan perdarahan karena faktor pembekuan pada umumnya bersifat sistemik. 9 Gangguan perdarahan adalah istilah umum untuk berbagai masalah medis yang mengarah ke pembekuan darah sehingga darah keluar terus-menerus. Ketika seseorang memiliki kelainan pendarahan mereka memiliki kecenderungan untuk berdarah lagi. Kelainan dapat disebabkan oleh cacat pada pembuluh darah atau dari kelainan dalam darah itu sendiri terutama kelainan pada faktor pembekuan darah atau platelet. 10 Pembekuan darah, atau koagulasi, adalah proses untuk mengendalikan perdarahan, mengubah darah dari cair ke padat. Proses ini bersifat kompleks yang melibatkan sebanyak 20 protein plasma berbeda, atau faktor pembekuan darah. Proses kimia kompleks ini menggunakan faktor pembekuan untuk membentuk suatu zat yang disebut fibrin. Ketika faktor-faktor koagulasi tertentu kurang atau hilang, maka proses ini tidak terjadi secara normal Etiologi Secara umum perdarahan dapat disebabkan karena kelainan hemostasis yang melibatkan seluruh komponen pembekuan darah, dan bukan kelainan hemostasis yang umumnya bersifat lokal. Perdarahan yang bukan karena kelainan hemostasis bisa disebabkan oleh trauma, infeksi virus, investasi cacing dan kelainan kongenital. Sedangkan perdarahan karena kelainan hemostasis disebabkan oleh kekurangan trombosit seperti pada ITP, kekurangan faktor pembekuan darah (hemofilia atau von willebrand disease), dan kelainan pada endotel (DIC dan HSP). 12 4

11 Abnormalitas trombosit Kualitatif Kuantitatif Sekuester konsumsi Hematologi Perdarahan signifikan secara klinis Abnormalitas faktor Defisiensi Inhibitor produksi Non Hematologi Abnormalitas vaskuler intrinsik atau abnormalitas vaskuler yang didapat Gambar 2.1. Klasifikasi Penyebab Perdarahan (Modifikasi dari Lindsay McRae; Easy Bleeding, 2012) Perdarahan yang dibiarkan akan selalu mengancam nyawa karena menimbulkan kondisi gawat seperti syok hipovolemik. Pasien yang memiliki kelainan dalam hemostasis, sedapat mungkin harus menghindari penyebab perdarahan non hemostasis. Apabila pasien dengan kelainan hemostasis mendapat trauma, maka penatalaksanaan harus segera diberikan secara adekuat untuk menghindari kematian Epidemiologi Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus trauma. Setiap kejadian yang menimbukan robekan pada pembuluh darah akan mengakibatkan perdarahan. 9 Perdarahan yang timbul karena kelainan hemostasis insidensnya bervariasi tergantung kepada jenis penyakitnya. Kelainan trombosit seperti idiopatik trombositopeni purpura (ITP) paling sering ditemukan pada anak antara umur 2 8 tahun, kejadian ini lebih sering ditemukan pada wanita. Sedangkan pada von willebrand disease, kejadian dapat mengenai 1 diantara 100 orang. Banyak dari penderita hanya mengalami perdarahan ringan, sehingga hanya sejumlah kecil yang tahu bahwa dirinya menderita pernyakit ini 12. Berdasarkan data populasi, prevalensi dari kelainan trombosit herediter tidak diketahui secara pasti. Sebuah survey pada pusat kesehatan anak di Jerman, Austria dan 5

12 Swiss mengestimasi kelainan trombosit ditemukan pada 2 anak per satu juta penduduk. Ras dan etnis mempengaruhi variasi frekuensi angka kejadian secara spesifik 13. Hemofilia ditemukan pada satu dari 5000 pria, 80% menderita hemofilia A (defisiensi faktor VIII) dan 20% hemofilia B (defisiensi faktor IX) 14. VWD dapat mengenai pria dan wanita. Namun, wanita dengan VWD lebih mudah dikenali karena umumnya mengalami perdarahan haid yang banyak dan perdarahan lama setelah melahirkan. 12 VWD adalah gangguan perdarahan herediter terbanyak dengan insiden antara 1:100 sampai 1:1000. Angka kejadian pada pria dan wanita sama, namun pada wanita lebih sering ditemukan setelah adanya menorragi yang sering. Menorragi yang sering dan signifikan sejak menarche sering di investigasi sebagai VWD. Defisiensi faktor XI adalah penyebab ketiga terbanyak kelainan hemostasis yang ditemukan pada populasi. Kebanyakan ditemukan pada ras Yahudi Ashkenazi Mekanisme Pembekuan Darah Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan sistem hemostatis dalam mempertahankan komponen darah tetap dalam keadaan cair sehingga tubuh dalam keadaan fisiologik mampu mempertahankan aliran darah dari/dalam pembuluh darah. bila terjadi kerusakkan pembuluh darah maka system hemostatis akan mengatur perdarahan melalui mekanisme (1) interaksi pembuluh darah dan jaringan penunjang, (2) interaksi trombosit dan pembuluh darah yang mengalami kerusakan, (3) pembentukan fibrin oleh sistim koagulasi, (4) regulasi dari bekuan darah oleh faktor inhibitor koagulasi dan sistim fibrinolitik, (5) remodeling dan reparasi dari pembuluh darah yang mengalami kerusakan. bila terdapat gangguan dalam regulasi hemostatis baik oleh karena kapasitas inhibitor yang tidak sempurna atau oleh karena adanya stimulus yang menekan 6

13 fungsi natural anticoagulant, maka akan terjadi thrombosis yaitu suatu proses terjadinya bekuan darah dalam pembuluh darah. 15 Hemostatis dan pembekuan merupakan serangkaian kompleks reaksi yang mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel.pada keadaan hemeostatis, hemostatis dan pembekuan melindungi individu dari perdarahan massif sekunder akibat trauma. Secara klinis proses terjadinya thrombosis melibatkan : 15 a Aliran darah dan pembuluh darah b Interaksi trombosit-pembuluh darah oleh karena adanya kerusakan c endotelium Sistem koagulasi baik natural antikoagulan dan sistem fibrinolitik Proses Pembekuan Darah melalui 3 fase : a. Proses Koagulasi Proses koagulasi diawali dengan pembentukan trombosiplastin, yaitu substansia yang cepat bertindak terhadap mekanisme pembekuan darah, misalnya saat jari tangan luka kena pisau. Selama darah mengalir dari pembuluh yang tersayat, permukaan dimana platelet cenderung untuk berkumpul dan dihancurkan dengan meninggalkan substansi yang dikenal sebagai faktor platelet atau pembeku darah. Dengan adanya ion kalium dan substansi tambahan faktor platelet bereaksi dengan faktor anti hemofilik membentuk tromboplastin. Sel-sel jaringan tetangganya yang luka kena pisau juga akan melepaskan substansi tromboplastin. 15 b. Perubahan protrombin menjadi thrombin 7

14 Fase ke dua dari pembekuan darah melibatkan perubahan protrombin menjadi trombin. Protrombin ialah salah satu protein plasma biasa, dibentuk di dalam hati membentuk vitamin K, kekurangan vitamin K ini dapat mengakibatkan pendarahan, suatu kecenderungan tidak cukup membentuk protrombin. Protrombin dibentuk di dalam fase untuk membantu memulai merubah protrombin. Tetapi dengan adanya ion kalsium dan faktor penghambat tertentu cukup untuk memperlengkap reaksi tersebut 15. c. Perubahan fibrinogen menjadi fibrin Fase ketiga proses pembekuan darah melibatkan aksi trombin di dalam merubah Fibrinogen yang dapat larut menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Fibrinogen adalah plasma lain yang dihasilkan oleh hati dan ditemukan di dalam sirkulasi plasma. Mula-mula fibrin keluar sebagai jaringan-jaringan dari benang yang cepat menjadi padat, membentuk bekuan eritrosit 16. Eritrosit terperangkap di dalam perangkap fibrin, tetapi sel-sel darah ini tidak tahu apa yang dilakukannya dengan pembekuan itu. Selama bekuan menyusut, tampak cairan berwarna kuning bening keluar, cairan ini disebut serum, sama dengan plasma kecuali tanpa fibrinogen dan unsur pembeku lainnya yang telah digunakan di dalam proses pembekuan darah. 15 Terdapat 2 lintasan utama yang menginduksi terjadinya proses koagulasi yaitu jalur intrinsik dan jalur ekstrinsik. 8

15 Jalur ekstrinsik Proses koagulasi dalam darah in vivo dimulai oleh jalur ekstrinsik yang melibatkan komponen dalam darah dan pembuluh darah 15. Komponen utama adalah tissue factor, suatu protein membran intrinsik yang berupa rangkaian polipeptide tunggal yang diperlukan sebagai kofaktor faktor VIII dalam jalur intrinsik dan faktor V dalam common pathway 16. Tissue factor ini akan disintesis oleh makrofag dan sel endotel bilamana mengalami induksi oleh endotoksin dan sitokin seperti interleukin dan-1 dan tumor necrosis factor. Komponen plasma utama dari jalur ekstrinsik adalah faktor VII yang merupakan vitamin K dependen protein (seperti halnya faktor IX, X, protrombin, dan protein C) 16. Jalur ekstrinsik akan diaktifasi apabila tissue factor yang berasal dari sel-sel yang mengalami kerusakan atau stimulasi kontak dengan faktor VII dalam peredaran darah dan akan membentuk suatu kompleks dengan bantuan ion Ca 15. Kompleks factor VIIa tissue factor ini akan menyebabkan aktifasi faktor X menjadi Xa disamping juga menyebabkan aktifasi faktor IX menjadi IXa (jalur intrinsik) 15, Jalur intrinsik Jalur intrinsik merupakan suatu proses koagulasi parallel dengan jalur ekstrinsik, dimulai oleh komponen darah yang sepenuhnya ada berada dalam sistem pembuluh darah. Proses koagulasi terjadi sebagai akibat dari aktifasi dari faktor IX menjadi 9

16 faktor IXa oleh faktor XIa. <lih figure 1-4 colman> Protein contact system (faktor XII, prekalikrein, high moleculer weight kininogen dan C1 inhibitor) disebutkan sebagai pencentus awal terjadinya aktivasi ataupun inhibisi faktor XI. Protein contact system ini akan berperan sebagai respon dari reaksi inflamasi, aktifasi komplemen, fibrinolisis dan angiogenesis 15. Faktor XI dikonversikan menjadi XIa melalui 2 mekanisme yang berbeda yaitu diaktifkan oleh kompleks faktor XIIa dan high molekuler weight kininogen(hmwk) atau sebagai regulasi negative feedback dari trombin,3 regulasi negative feedback ini juga terjadi pada faktor VIII dan faktor V, hal ini yang dapat menerangkan tidak terjadinya perdarahan pada penderita yang kekurangan faktor XII, prekalikrein dan HMWK. Faktor IXa akan membentuk suatu kompleks dengan faktor VIIIa dengan bantuan adanya fospolipid dan kalsium yang kemudian akan mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa. Faktor Xa akan mengikat faktor V bersama dengan kalsium dan fosfolipid membentuk suatu kompleks yang disebut protrombinase, suatu kompleks yang bekerja mengkonversi protrombin menjadi trombin. Faktor IX dapat juga diaktifkan oleh faktor XIa

17 Gambar 2.2. Jalur Intrinsik dan Ekstrinsik Pembekuan Darah 15 Gambar 2.3. Jalur Jalur Mekanisme Pembekuan Darah Normal (Sumber : Peri Kamalakar; Practical Approach to A Bleeding Child. 2008) Sistem Inhibisi 11

18 Merupakan mekanisme antikoagulan dalam sistem pembuluh darah yang akan membatasi dan melokalisasi pembentukan hemostatis plug atau trombus pada tempat terjadinya kerusakan pembuluh darah. Inhibitor utama dari unsur-unsur sistem kontak adalah C1 inhibitor, terutama berperan sebagai inhibitor faktor XIIa dan juga terhadap kalikrein. Antitrombin III merupakan suatu inhibitor utama terhadap faktor IXa, Xa, dan trombin. Di dalam peredaran darah, terdapat cukup antitrombin III sehingga mampu menetralisasi terjadinya trombin yang dalam darah. Akan tetapi bilamana terjadi penurunan sekitar 40 50% dari jumlah normal maka keadaan ini merupakan predisposisi terhadap terjadinya penyakit trombotik seperti pada kasus defisiensi anti trombin III kongenital yang mempunyai risiko tinggi terjadinya tromboembolism. Kemampuan inhibisi yang dihasilkan anti thrombin III akan diperkuat dengan adanya heparin, akan tetapi bila telah terbentuk trombin maka trombin ini akan menjadi resisten terhadap anti trombin demikian juga terhadap kompleks anti trombin dan heparin. 15 Heparin dalam tubuh dikenal sebagai heparin kofaktor II merupakan suatu serin protease inhibitor khususnya terhadap trombin tidak terhadap faktor Xa. Disamping itu juga dikenal á2- macroglobulin yang merupakan inhibitor terhadap beberapa faktor koagulasi dalam plasma dan terhadap enzim fibrinolitik seperti kalikrein, plasmin dan trombin. Alfa-2 antiplasmin merupakan inhibitor primer terhadap plasmin, bekerja mencegah terjadinya respon fibrinogenolitik terhadap stimulus dalam darah, membatasi 12

19 terjadinya respons fibrinolitik akibat stimulus dari trombus dan menyebabkan hemostatic plug tetap utuh sampai terjadi penyembuhan terjadi. Pada keadaan defisiensi á2-antiplasmin maka hemostatic plug akan melarut sebelum penyembuhan terjadi. 15, Pembentukan fibrin dan fibrinolisis Trombin bekerja pada berbagai bahan, termasuk fibrinogen, faktor XIII, V dan VII; membran trombosit; protein S dan protein C. Dapat dikatakan bahwa trombin memegang peran sentral dalam mengontrol proses pembentukan hemostatic plug melalui mekanisme positive dan negative feed back. Pembentukan fibrin merupakan suatu proses fase kedua (setelah fase pertama agregasi trombosit). Fibrinogen merupakan bahan dasar dari fibrin, suatu glikoprotein dengan BM dalton yang terdapat dalam konsentrasi yang tinggi dalam plasma dan granul trombosit. Trombin akan terikat pada fibrinogen dan akan membebaskan fibrinopeptida dan membentuk fibrin monomer dan selanjutnya membentuk fibrin polimer. Pengikatan fibrin dengan faktor XIIIa ini akan menjadikan fibrin resisten terhadap degragasi plasmin dan keadaan ini juga diperkuat oleh pengaruh á2- plasmin inhibitor yang melindungi dari fibrin terhadap efek fibrinolisis dari plasmin. Mekanisme terakhir untuk membatasi pembentukan bekuan darah adalah fibrinolisis. 15 Mekanisme ini diperlukan untuk reparasi pembuluh darah dan struktur jaringan lainnya bersamaan dengan pertumbuhan kembali sel endotel dan rekanalisasi pembuluh darah. Fibrinolisis merupakan 13

20 suatu rangkaian proses aktifasi faktor-faktor pembekuan yang meliputi konversi zimogen-enzim, mekanisme feedback potensiasi dan inhibisi, dan reparasi struktur pembuluh darah. Pada proses permulaan pembentuk hemostatic plug, trombosit dan sel endotel akan melepaskan plasminogen activator inhibitor untuk menfasilitasi pembentukan fibrin. Proses selanjut, melalui suatu proses yang belum diketahui dengan pasti danpada waktu yang tepat, sel endotel akan melepaskan plasminogen aktivator dan prourokinase yang akan mengkonversi plasminogen (terutama yang terikat pada fibrin) menjadi bentuk aktif yaitu plasmin, yang nantinya akan mencetuskan terjadinya fibrinolisis Patofisiologi Perdarahan pada Anak 1. Disfungsi Endotel Disfungsi endotel merupakan salah satu penyebab perdarahan pada anak,contohnya adalah Henoch Schonlein Purpura (HSP). 17 Ditemukan adanya deposit kompleks imun yang mengandung IgA dan adanya aktivasi komplemen jalur alternatif pada penyakit ini. Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan mediator inflamasi teraktivasi, yaitu prostaglandin vaskuler, sehingga terjadi inflamasi pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi, dan abdomen. 18 Jumlah trombosit pada HSP ditemukan normal atau meningkat, dapat ditemui eosinofilia, dan peningkatan laju endap darah. Pemeriksaan kadar IgA dalam darah mungkin meningkat. Dapat dilakukan biopsi kulit, menunjukkan adanya vaskulitis leukositoklastik. Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan imunofluoresensi, 14

21 menunjukkan adanya deposit IgA dan komplemen pada dinding pembuluh darah. Pemeriksan radiologi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan barium, dilakukan jika ditemui gejala gejala gastrointestinal, akan ditemukan penurunan motilitas usus yang ditandai dengan pelebaran lumen usus atau intususepsi Kelainan Fungsi Trombosit Fungsi utama trombosit secara fisiologis adalah melakukan hemostasis, membentuk sebuah gumpalan yang berperan sebagai sumbatan pada cedera vaskular untuk mencegah kehilangan darah. Normalnya, gumpalan dari trombosit beredar di dalam pembuluh darah tanpa perlekatan pada dinding endotel. Ketika suatu pembuluh darah robek, trombosit menempel pada lapisan subendotel, berikatan dengan kolagen subendotel via integrin α2β1 dan reseptor membran glikoprotein GPVI, serta faktor von willebrand 13. Kelainan trombosit herediter bisa berupa kelainan fungsi dan kekurangan jumlah. Gejala utama yang muncul pada setiap individu adalah perdarahan mukokutan seperti memar, epistaksis, perdarahan dari orofaring atau saluran cerna dan menorragi. Kelainan ini sering tidak terdeteksi pada usia muda kecuali memang diketahui bahwa di dalam keluarga terdapat penderita kelainan darah, atau anak mengalami suatu cedera yang menimbulkan perdarahan 13. didapat 19. Kelainan fungsi trombosit ada yang bersifat kongenital dan ada juga yang a) Kongenital a. Trombostenia (penyakit Glanzman), merupakan kelainan yang bersifat autosomal resesif. Kelainan ini dapat menyebabkan terjdinya kegagalan agregasi trombosit primer oleh karena terjadinya defesiensi glikoprotein 15

22 membran Iib dan III a. kelainan ini pada umumnya dijumpai pada neonatus. Pada penyakit ini, dikarakteristikkan dengan ; - Jumlah dan morfologi trombosit normal. - Pemanjangan waktu perdarahan atau bleeding time. - Berkurang arau tidak adanya retraksi pembekuan darah. - Kerusakan agregat trombosit. - Perdarahan mukokutaneus yang berulang. b. Sindrom Bernard-Soulier, merupakan suatu kelianan pada trombosit di mana trombosit berukuran jauh lebih besar dari ukuran normalnya. Selain dari ukuran yang tidak seperti normal, juga terjadi defisiensi glikoprotein Ib, gangguan pengikatan pada vwf, gangguan adhesi jaringan ikat sunendotel yang terbuka, serta tidak beragregasinya trombosit dengan resistein. Hasil lab pada kelainan ini jumlah trombosit menurun, ukuran trombosit jauh lebih besar dibanding yang normal., serta etraksi bekuan darah normal. Ukuran trombosit bias mencapai 2-8 mikrometer atau hamper setara dengan ukuran eritrosit atau inti sel limfosit kecil. c. Gray Platelets Syndrome, pada kelainan ini terjadi kekurangan atau defisiensi α-granule dalam trombosit yang akan terlihat berwarna abu-bau dengan penggunaan pewarnaan Wright. Kelaina ini sendiri jarang ditemukan. Pada pemeriksaan labor, didapatkan pemanjangan wahtu perdarahan, trombositopenia, dan dengan pengunaan mikroskop elektron tidak ditemukannya α-granule. 16

23 b) Didapat a. Pengaruh obat. Pengaruh obat yang dimaksud yaitu pemakaian obat yang bersifat anti trombosit, salah satu contohnya yaitu aspirin. Pada penggunaan aspirin akan menyebabkann masa perdarahan yang abnormal dan juga dapat menyebabkan terjadinya perdarahan saluran cerna. obat yang paling sering menyebabkan terjadinya gangguan pada fungsi trombosit yaitu aspirin ini. Penyebab defek pada aspirin yaitu adanya terjadi inhibisi siklo-oksigenase dengan ganggan sintesis tromboksan A2 yang mengakibatkan terjadinya gangguan dalam reaksi pelepaan dan agregasi dengan adrenalin dan adenosine difosfat. Defek yang ditimbulkan ini dapat bertahan selama 7-10 hari. Tabel 2.1. Gangguan Fungsi Trombosit yang Diturunkan (Sumber: Sara, Walter, Victor, et al. In Pediatric Blood Cancer. 2011) Abnormalitas Komplek GPIb-IX-V (sindrom Bernard-Souller, penyakit von willebrand ) protein untuk GPIIb (Glanzmann thrombasthenia) perlekatan GPIa-Iia α2β1 protein GPVI GPIV Abnormalitas reseptor platelet agonis Abnormalitas granula trombosit Abnormalitas sinyal transduksi Abnormalitas sitoskeleton Abnormalitas membran fosfolipid Tromboksan reseptor A 2 Reseptor P2Y 12 Reseptor α 2 -adrenergik Granula-δ (Sindrom Hermansky-Pudlak, sindrom Chediak-Higashi) Granula-α (sinrom platelet abu-abu, sindrom ARC, gangguan platelet Quebec, sindrom Paris-Trousseau-Jacobsen) Granula α dan δ (defisiensi α dan δ) Defek sekresi primer Abnormalitas asam arakidonat / jalur tromboksan A 2 Defisiensi Gαq Defisiensi parsial selektif PLC-β 2 Defek di pleckstrin fosforilasi Defek pada mobilisasi Ca 2+ Gangguan terkait MYH9 (anomali May-Hegglin, sindrom Sebastian, sindrom Fechtner, sindrom Epstein) Sindrom Wiskott-Aldrich X-linked trombositopenia Sindrom Scott 17

24 b. Gangguan Hati, terjadinya perdarahan pada pasien yang mengalami penyakit hati sangat kompleks penyebabnya, salah satu contohnya yaitu adanya penurunan atau berkurangnya semua faktor koagulasi dalam plasma. Pasien yang menderita penyakit hati bisanya akan mengalami proses fibrinolisis yang hebat, oleh karena itu akan menjadi penghambat dalam fungsi trombosit nantinya. Membran trombosit yang rusak akan menyebabkan adanya ganggguan pada fungsi adhesi trombosit. 3. Gangguan pembekuan darah (koagulasi) Kelainan Pembekuan Darah Fase I a) Hemofilia : defisiensi faktor VII dan IX Level faktor <0,01 IU/ml dikategorikan sebagai hemofilia parah, 0,01-0,05 IU/ml dikategorikan sebagai hemofilia moderat dan faktor >0,05 IU/ml dikategorikan sebagai hemofilia ringan. Memar/ perdarahan berkorelasi baik dengan level faktor VIII dan IX pada plasma. Tampilan klinis pada umumnya sama pada satu jenis kasus terutama yang berasal dari famili yang sama. Sepertiga dari pria yang didiagnosis dengan hemofilia tidak memiliki riwayat keluarga melainkan mutasi gen de novo terkait FVIII dan FIX 14. b) Von Willebrand Diseases : kekurangan faktor von Willebrand yang berfungsi membawa faktor VII dalam plasma 22 FVIII dan VWF adalah fase protein akut yang bisa timbul karena kondisi stress, infeksi, atau penyakit sistemik. Pada golongan darah O, jumlah FVIII dan VWF lebih rendah dari golongan darah lain 14. Kelainan Pembekuan Darah yang di dapat 21 : 18

25 a) Defisiensi vitamin K : Vitamin K berfungsi untuk mensintesis faktor II (protombin), faktor VII, IX dan X serta antikoagulan C dan S. 19

26 2.6. Pendekatan Diagnosis Perdarahan pada Anak Anak dengan penyakit perdarahan sering diketahui dari gejala klinis yang khas, hasil skiring labor yang abnormal dan riwayat keluarga 23. Gejala klinis yang sering muncul adalah mudah memar,perdarahan pada mukosa seperti, espitaksis, menorraghia, perdarahan mulut, saluran cerna dan saluran kemih. Perdarahan yang tidak terkendali saat operasi, perdarahan dalam pada otot atau sendi 24. Anamnesa yang lengkap termasuk riwayat keluarga, akan menghantarkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan fisik dapat menjadi petunjuk untuk diagnosis Riwayat medis a. Umur Kebanyakan kasus dengan kelainan hemostatik diturunkan yang berat, akan terdiagnosa pada masa bayi karena perdarahan mucocutaneus yang signifikan, perdarahan post sirkumsisi, dan perdarahan dari tali ujung pusat, perdarahan intrakranial 18. Kelainan hemostatik ringan-sedang yang diturunkan, mungkin tidak timbul dengan perdarahan klinis sampai usia yang lebih tua, atau ketika anak semakin aktif bergerak. Kelainan perdarahan yang didapat, dapat muncul pada semua usia. Sebagai contoh, walaupun ITP biasanya terjadi pada usia 2-10 tahun, kemunculan pada usia 3 bulan hingga remaja dapat terjadi 24. b. Jenis kelamin Riwayat keluarga dengan perdarahan yang terbatas pada laki-laki, mengarah kepada penyakit yang terikat dengan kromosom X. Beberapa penyakit hemostatic didapat dan diturunkan muncul pada kedua jenis kelamin, walaupun terdapat peningkatan angka kejadian pada wanita untuk vwd, defek trombosit dan defisiensi faktor XI karena menorrhagia 24. c. Riwayat pengobatan umum Riwayat kelemahan, demam, penurunan berat badan dll dapat mengarah pada keganasan. Penyakit hati mempengaruhi sintesis dari berbagai faktor 20

27 pembekuan. Kolestatis, malabsorpsi lemak atau penggunaan antibiotik dapat menyebabkan defisiensi vitamin K 19. Sepsis dikaitkan dengan koagulopati dan trombositopenia. Uremia juga dapat dikaitkan dengan disfungsi trombosit yang didapat Riwayat perdarahan Tipe dan pola perdarahan merupakan indikator penting untuk diagnosa. Perdarahan mucocutaneus seperti ptekie, memar, epistaksis, perdarahan saluran cerna dan/atau menorrhagia mengarah pada kelainan pada trombosit, vwd, atau pembuluh darah. Perdarahan spontan atau eksesif ke jaringan lunak, otot, dan sendi, atau perdarahan pasca operasi yang sukar berhenti mengarah pada gangguan faktor koagulasi. Perdarahan intrakranial, perdarahan post sirkumsisi atau perdarahan mukosa berat pada awal kehidupan membutuhkan investigasi segera untuk mencari defisiensi faktor pembekuan 24. Memar atau hematom yang besar pada ekstremitas distal bisa diindikasikan sebagai penyakit perdarahan. Hemarthomosis dengan efusi sendi, teraba hangat dan nyeri saat gerakan pasif biasanya merupakan gejala dari hemophilia. Menorragia yang muncul pada remaja perempuan yang memiliki penyakit perdarahan dan sering muncul pada siklus pertama menarche. Menoragia sering diiringi dengan anemia 23,24. Perdarahan berulang dari lokasi kecil sering diakibatkan oleh kelainan lokal seperti epistaksis atau diverticulum meckel. Perdarahan pada anak dengan riwayat operasi sebelumnya atau pencabutan gigi mensugestikan kelainan yang didapat daripada kelainan yang diturunkan. Kelainan yang didapat muncul kemudian di kehidupan dan riwayat perdarahan pada keluarga bisa tidak ada 23. Riwayat perdarahan pada anak sehat dengan infeksi sebelumnya dan rash purpura sering terlihat pada ITP (Idiopathic 21

28 Thrombocytopenic Purpura) atau rash yang dikaitkan dengan nyeri sendi mensugestikan HSP (Henoch Schonlein Purpura) 24. Rash purpura dengan icterus mensugestikan gagal hati, rash dengan diare dapat terlihat pada Hemolytic uremic syndrome. Memar yang mudah terjadi juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin C atau dengan riwayat pemakaian obat seperti analgesic, antikonvulsan atau steroid 23. Ptekie dan purpura dapat disebabkan oleh vaskulitis atau kelainan trombosit. Ptekie dan purpura sejak lahir dapat mensugestikan kelainan trombosit herediter seperti TAR atau BS syndrome 23. Perdarahan membran mukosa dapat disebabkan oleh kelainan trombosit atau vwd. Riwayat menorrhagia pada pasien perempuan mensugestikan vwd. Perdarahan pada otot atau sendi mensugestikan kekurangan faktor pembekuan 24. Kebutuhan tranfusi yang banyak saat operasi atau setelah operasi yang biasanya tidak menyebabkan perdarahan hebat bisa di curigai sebagai penyakit perdarahan. Perdarahan setelah tonsilektomi atau adenotonsiklektomi yang lebih dari 7-10 hari bisa juga dicurigai mempunyai penyakit perdarahan 23. Perdarahan mukosa seperti epistaksis, menoragia, mudah memar, ptekie dicurigai sebagai kelainan hemostasis primer. Dokter anak harus memikirkan tentang defek platelet, vwf dab kelainan pembuluh darah. Perdarahan dalam pada sendi dan otot dicurigai sebagai gangguan dari faktor koagulasi 24. Perdarahan dari umbilical cord atau cephalhematoma dengan riwayat persalinan sulit atau perdarahan dari gigi yang copot atau trauma minor, atau perdarahan pada sendi atau hematoma mensugestikan kelainan yang bersifat herediter 23. Perdarahan dari tali pusat pada hari pertama kehidupan mengarah pada defisiensi faktor XIII atau afibrinogenia 24.Memar karena cedera akibat kecelakaan disengaja sekitar umur 1 tahun sangat sering ketika anak-anak secara normal mulai berjalan dan terjatuh tapi terbatas pada ekstremitas bawah dan tidak disertai ptekie atau purpura, dimana memar yang 22

29 bukan akibat cedera karena kecelakaan biasanya pada kepala, wajah, dada atau ekstremitas bagian atas Riwayat keluarga Riwayat keluarga berperan penting pada penyakit perdarahan dengan potensi yang diturunkan. Kelainan perdarahan autosomal resesif lebih sering pada komunitas etnik yang terisolasi yang mempunyai gen yang sama. Riwayat keluarga yang lengkap harus ditanyakan termasuk sering/ tidaknya kematian neonatus pada generasi sebelumnya, perdarahan pasca pembedahan, sirkumsisi, pencabutan gigi, menorragi, dan perdarahan postpartum, semakin sering kejadian ini ditemukan semakin memungkinkan adanya gangguan perdarahan 14. Riwayat keluarga penting dan penting mengetahui pohon keluarga termasuk kelahiran, jenis kelamin yang dikenai dan detil perdarahan. Jika hanya laki- laki yang dikenai mensugestikan kelainan XR dimana kedua jenis kelamin dapat dikenai pada kelainan AR atau AD. Memar pada neonatus bisa disebabkan oleh sepsis atau defisiensi vitamin K atau kelainan trombosit

30 Tabel 2.2. Diferensial Diagnosis Kelainan Perdarahan dan Memar (Sumber: Michael Ballas dan Eric H.Kraut. American Family Physician. 2008:77(8).) Pemeriksaan Laboratorium Walaupun anamnesa dan pemeriksaan mengarah pada penyakit perdarahan, investigasi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan dapat dibagi atas tes skrining dan tes khusus 24. Pemeriksaan darah lengkap / Full Blood Count (FBC) dapat mengeliminasi penyebab hematologik memar dan perdarahan, seperti trombositopenia atau sindrom kegagalan sumsum tulang. Algoritma pertama dari diagnosis kelainan trombosit adalah 24

31 hitung trombosit. Jumlah platelet normal atau tidak sangat menentukan klasifikasi lanjut dari kelainan trombosit 13. Pemeriksaan lain dapat berupa pemeriksaan bentuk platelet yang dilanjutkan dengan PT dan APTT 14. PT digunakan untuk mengukur faktor pada jalur ekstrinsik dan common pathway. Defisiensi faktor ini (paling banyak faktor VII) akan menyebabkan pemanjangan PT. Vitamin K diperlukan untuk sintesis faktor yang penting dalam jalur ini, oleh karena itu pasien dengan kekurangan vitamin K dapat mengalami pemanjangan PT 23,24. PTT digunakan untuk mengukur faktor jalur intrinsic dan common pathway. Defisiensi faktor ini (termasuk faktor VIII dan faktor IX ) akan menyebabkan pemanjangan PTT. Faktor VII dapat ditemukan rendah pada pasien dengan penyakit von willebrand, karena itu dapat ditemukan pemanjangan PTT 23,24. Pada pasien trombositopenia, pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan dengan melihat ukuran trombosit. Klasifikasi ukuran kecil, normal dan besar berdasarkan MPV harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan blood-film. Trombositopenia seringkali ditemukan pada anak-anak. Walaupun trombositopenia herediter sering berhubungan dengan disfungsi platelet, pada sejumlah kasus abnormalitas yang ditemukan justru tidak spesifik

32 Gambar 2.4. Algoritma Pemeriksaan Skrining Laboratorium pada Perdarahan (Modifikasi dari Anjali and Steven. In Pediatrics in Review. 2010) Tujuan utama pemeriksaan laboratorium pada perdarahan pada anak adalah untuk menentukan penyebab perdarahan, apakah merupakan suatu penyebab primer atau sekunder. Pemeriksaan awal yang diperlukan antara lain darah lengkap (termasuk trombosit), gambaran darah tepi, prothrombin time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT) 22. Hitung darah lengkap, pemeriksaan darah tepi, hitung trombosit, PT, APTT merupakan tes skrining. Bila hasilnya normal, TT dan agregasi trombosit perlu dipertimbangkan untuk diperiksa. Pada individu dengan abnormalitas tes skrining, pemeriksaan faktor spesifik perlu dilakukan untuk diagnosis yang lebih tepat. Pada pasien dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, hasil tes skrining yang normal memerlukan evaulasi laboratorium yang lebih jauh

33 Tabel 2.3. Interpretasi Skrining Tes dan Tes Lanjutan yang Dianjurkan (Sumber: Budensab. In International Journal of Health Science and Research. 2012) Dahulu, pemeriksaan untuk fungsi platelet adalah dengan pemeriksaan bleeding time.namun, penggunaan bleeding time dalam memprediksi perdarahan operasi masih dipertanyakan. Dan penggunaannya telah ditinggalkan pada beberapa institusi. Platelet function analyzer (TFA 100), telah dibuktikan lebih akurat daripada bleeding time untuk mendeteksi penyakit von willebrand 23. TFA 100 menstimulasi pembentukan sumbatan trombosit secara in vivo dengan mengalirkan darah pasien melalui saluran yang dilapisi dengan kolagen atau epinefrin dan kolagen atau adenosis difosfat. Pada pasien dengan penyakit von willebrand dan kelainan fungsi trombosit, jumlah waktu yang diperlukan bagi trombosit untuk mengaggregasi baik dari kolagen/epinefrin dan kolagen/adp memanjang 23. Pemanjangan waktu untuk menggumpal dengan hanya kolagen/epinefrin biasanya menandakan efek obat seperti aspirin 24. Sensibilitas TFA-100 dalam mendiagnosa von willebrand dan kelainan fungsi trombosit adalah 88-90% dengan spesifisitas 86-94%. Studi menyimpulkan TFA-100 merupakan tes skrining yang sangat berguna, namun kesimpulan ini masih dalam perdebatan

34 Tabel 2.4. Trombositopenia yang Diturunkan (Modifikasi dari Sara, Walter, Victor et al. In Pediatric Blood Cancer. 2011) Platelet kecil Sindrom Wiskott-Aldrich X-linked trombositopenia Platelet Kongenital megakariositik trombositopenia normal Amegakariositik trombositopenia dengan sinostosi radio-ulnar Trombositopenia dengan absen radii Gangguan familial platelet dan predisposisi leukemia mieloid akut Trombositopenia autosom dominan Platelet besar sindrom Bernard-Souller DiGeorge / sindrom velokardiofasial Sindrom Von Willebrand Sindrom platelet abu-abu Sindrom ARC Gangguan terkait MYH9 X-linked trombositopenia dengan talasemia Sindrom Paris-Trousseau-Jacobsen Makrotrombositopenia mediteran jinak Anemia diseritropoietik dengan trombositopenia 28

35 Algoritma Pemeriksaan Perdarahan pada Anak (Sumber: SickKids Handbook of Pediatric Thrombosis and Hemostasis.2013) Tabel 2.5 Beberapa Diferential Diagnosis Perdarahan pada Anak Gambar

36 (Dirangkum dari Shosana, Margaret and Sara (An Approach to the Bleeding Child), Budensab (Approach to a Bleeding Child), Anjali (Bleeding Disorder), Kate Khair and Ri Liesner (Bruising and Bleeding in infants and children), Linsday (Easy Bleeding), Michael and Eric (Bleeding and Bruising: A Diagnostic Approach), dan James Shanon and Thomas (Evaluation for Bleeding Disorder in Suspected Child Abuse) Patofisiologi Etiologi Hemofilia Von Willebrand Defisiensi Vit K ITP PTS Kelainan fungsi trombosit penyakit perdarahan Kelainan pada fase herediter yang disebabkan Produksi abnormal Perdarahan akibat Trombositopenia yang fungsi trombosit oleh defisiensi faktor faktor von Defisiensi vitamin K penghancuran trombosit terjadi akibat pengaruh (adhesi, agregasi dan pembekuan darah VIII, IX Willebrand berlebihan. imun pelepasan) dan XI Faktor VII, IX, XI Faktor von Willebrand Defisiensi Vit K Trombositopenia Proses infeksi, obatobatan, pasca tranfusi, sindrom Evan, SLE, hipertiroidism, alergi, anafilaksis, kelainan limfoproliferatif Dapat diturunkan atau didapat Autoimun Riwayat infeksi sebelumnya Hampir selalu ada +/- +/- Riwayat Keluarga /- Riwayat Penggunaan Obat Manifestasi Klinis Pemeriksaan fisik Jumlah trombosit Gambaran darah tepi - - Riwayat ibu mengonsumsi antikoagulan pada HDN perlu ditanyakan +/- + bila etiologi obat + bila etiologi obat Bervariasi, mulai dari perdarahan ringan hingga berat ( memar ringan, epistaksis, hingga ekimosis generalisata, perdarahan kulit, GI, vagina hingga PIS) Purpura, ptekie, perdarahan konjungtiva, perdarahan mukokutaneus lain Ptekie, memar pada kulit, perdarahan mukosa hidung, vagina dan perdarahan luka memanjang Normal Normal Normal Menurun Menurun Normal/sedikit menurun Normal Normal Normal Normal Bentuk trombosit dapat normal, kecil 30

37 atau besar PT Normal Normal Memanjang PTT Memanjang Normal/sedikit memanjang Memanjang APTT Abnormal - Faktor II Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Faktor VII Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Faktor VIII Rendah Normal Normal Normal Normal Normal Faktor IX Rendah Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Faktor X Normal Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal BT Normal Normal - Memanjang vwf Normal Aktivitas rendah Normal Normal Normal Normal Tatalaksana Desmopressin, Kortikosteroid oral, Pemberian faktor VIII atau komponen darah Transfusi trombosit, Konsumsi vitamin K IVIG, immunoglobulin Tergantung etiologi IX (cryopresipitate), dll anti-d obat fibrinolitik 31

38 BAB 3 PENUTUP 3.1. Kesimpulan Perdarahan adalah keluarnya atau hilangnya sebagian darah dari sistem vaskular baik disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah akibat trauma atau kelainan hemostasis. Perdarahan dan memar sering terdapat pada anak. Penyebab perdarahan secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan kelainan hematologi (kelainan trombosit dan faktor pembekuan) atau non hematologi (trauma, kekerasan, ulkus, varises, telangiectasia dan angiodisplasia). Perdarahan terjadi pada hampir 75% kasus trauma. Pendekatan diagnosis dan tatalaksana yang tepat perlu dilakukan segera pada anak dengan perdarahan karena resiko yang ditimbulkannya. Perdarahan dapat mengancam nyawa dan dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Diagnosis banding antara penyakit perdarahan dan luka akibat kecelakaan dapat dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik yang baik. Perlu ditanyakan riwayat perdarahan, riwayat pengobatan dan riwayat keluarga. Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada perdarahan dibagi atas tes skrining dan tes khusus. Bila tes skrining normal, pemeriksaan TT dan agregasi trombosit perlu dipertimbangkan untuk diperiksa. Pada orang dengan kelainan pada tes skrining, pemeriksaan faktor spesifik dapat dilakukan untuk mencari diagnosis yang lebih tepat. Pada pasien dengan riwayat perdarahan abnormal dan adanya riwayat keluarga, tes skrining yang normal memerlukan evaulasi laboratorium yang lebih jauh Saran Pada anak anak dengan memar dan perdarahan, perlu dilakukan: 32

39 1. Anamnesa menyeluruh mulai dari riwayat pengobatan, trauma, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik menyeluruh yang merupakan alat penting dalam mengevaulasi penyakit perdarahan pada anak. 2. Pemeriksaan laboratorium, baik pemeriksaan tes skrining maupun pemeriksaan khusus. 3. Tatalaksana segera sesuai dengan etiologi untuk mencegah komplikasi mulai dari gangguan tumbuh kembang anak hingga komplikasi yang mengancam nyawa. 33

40 DAFTAR PUSTAKA 1. Morison M Manajemen Luka. EGC : Jakarta 2. Mantik MFJ Gangguan koagulasi. Sari Pediatri 6: Khair K, Liesner R Bruising and Bleeding in Infants and Children a Practical Approach. In British Journal of Hematology 133: Karen J, Robert M Hemostatic Disorder dalam : Nelson Essentials of Pediatric. Edisi 7. Philadelphia. Elsevier Suchitra S Rare Bleeding Disorders in Children : Identification and Primary Care Management. Pediatrics 132: Shoshana R, Margareth L, Sara J An Approach to the Bleeding Child. In Sick Kids Handbook of Pediatric Thrombosis and Hemostasis. Besel. Karger El-Bostany EA, Omar N, Salama EE, El-Ghuroury EA, Al-Jaouri SK The Spectrum of Inherited Bleeding Disorders in Pediatrics. Blood Coagul Fibrinolysis. 19(8): Mokhtar GM, Tantawy AA, Adly AA. Telbany MA, EL Arab SE A longitudinal Prospective Study of Bleeding Diathesis in Egyptian Pediatric Patients : single-center experience. Blood Coagul Fibrinolysis. 23(5): Permono B, Ugrasena IDG Buku ajar Hematologi-onkologi anak. BP-IDAI : Jakarta 10. Bleyer A. David G. Tubergen Nelson Textbook of Pediatrics. Elseiver : Philadelphia. 11. Lanzkowsky Manual of pediatric hematology and oncology. 4th ed.: Elsevier academic press: USA. 12. Sara J Israel, Walter A.H. Kahr, Victor, et al. Platelet disorders in children: A diagnostic approach. In Pediatric Blood Cancer. 2011:56:pp Kate Khair dan RI Liesner. Bruising and bleeding in infants and children a practical Approach. In British Journal of Haematology. 2006:133:pp MFJ Mantik Gangguan Koagulasi. Sari pediatric Vol 6, No 1.IDAI 34

41 15. Guzzetta A Nina MD, Miller E Bruce MD Principles of Hemostatis in Children :models and maturation. Review Article. Pediatric Anesthesia 16. Kliegman RM, Stanton BF, St Geme JW, dan Schor NF Nelson Textbook Of Pediatrics, 20th edition. Philadelphia : Elsevier, hal Akib A, Munasir Z, dan Kurniati N Buku Ajar Alergi-Imunologi Anak. Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit IDAI, hal Permono HB, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, dan Abdulsalam M Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. IDAI: Jakarta. 19. Corrigan JJ, Penyakit Perdarahan dan Trombosis dalam Behrman, Kligeman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed 15, vol 2. EGC, Jakarta 20. Janna M, George R. Coagulation Disorder in Pediatric Review Vol 4 No Hackner SG. Bleeding Disorder: Diagnostic Approach Simplified. Cornel University. New York 22. Lindsay McRae.Easy Bleeding Pp Hastings CA, Torkildson JC, dan Agrawal AK Handbook of Pediatric Hematology and Oncology, second edition. Inggris : John Wiley & Sons, hal Budensab A.H. Approach to a Bleeding Child. In International Journal of Health Sciences & Research. 2012:5:(2):pp

Mekanisme Pembekuan Darah

Mekanisme Pembekuan Darah Mekanisme Pembekuan Darah Pada pembuluh darah yang rusak, kaskade koagulasi secara cepat diaktifasi untuk menghasilkan trombin dan akhirnya untuk membentuk solid fibrin dari soluble fibrinogen, memperkuat

Lebih terperinci

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: MEKANISME HEMOSTASIS Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari pembuluh darah yang rusak itu menyebabkan

Lebih terperinci

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika

Lebih terperinci

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep Pengertian Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah atau pencegahan kehilangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara maupun zat buangan yang ada di dalam tubuh. Volume darah pada manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian darah Darah merupakan jaringan cair yang merupakan bagian terpenting dari sistem transportasi zat dalam tubuh. Darah berfungsi mengangkut semua nutrisi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Intensive Care Unit (ICU). Tingginya biaya perawatan,

Lebih terperinci

Tubuh manusia mempunyai kemampuan

Tubuh manusia mempunyai kemampuan Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 6, No. Vol. 16, (Supplement), No. 1 (Supplement), Juni 2004: Juni 60-67 2004 Gangguan Koagulasi Mantik MFJ Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan sistim

Lebih terperinci

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar : Kep. Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 11 Waktu : 50 menit Pokok bahasan : 1. Hemostasis (Lanjutan) Subpokok bahsan : a. Evaluasi hemostasis di laboratorium. b. Interpretasi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hemostasis adalah proses yang mempertahankan integritas sistem peredaran darah setelah terjadi kerusakan vaskular. Dalam keadaan normal, dinding pembuluh darah yang

Lebih terperinci

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test) I. Tujuan trombosit. Untuk mengetahui ketahanan /kerapuhan dinding pembuluh darah serta jumlah dan fungsi II. Prinsip Vena dibendung sehingga

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH (CLOTTING TIME) Oleh : KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015 PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN ( CLOTTING TIME ) A. Faal Hemostasis

Lebih terperinci

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya Abstrak Tindakan ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan yang sehari-hari kita lakukan sebagai dokter gigi. Walaupun demikian tidak jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam keadaan tidak mudah melekat (adhesi) terhadap endotel pembuluh darah atau menempel

Lebih terperinci

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hemofilia adalah gangguan koagulasi yang disebabkan defisiensi kongenital faktor koagulasi di dalam darah. Penyakit ini diturunkan secara X- linked recessive

Lebih terperinci

makalah pembekuan darah

makalah pembekuan darah makalah pembekuan darah A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari hari, selalu saja ada kemungkinan rusak kesinambungan dinding pembuluh darah. Kecelakaan seperti luka tertusuk benda runcing,

Lebih terperinci

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI HEMOSTASIS D SAEFUL HIDAYAT DEPARTEMEN FARMAKOLOGI & TERAPEUTIKA USU HEMOSTASIS SISTEM PENGHENTIAN PERDARAHAN, TERGANGGU KEMATIAN 1. PRIMER : PENGHENTIAN PERDARAHAN 2. SEKUNDER: PEMBEKUAN DARAH

Lebih terperinci

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64 14 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Frekuensi Karakteristik Trombosit, Perdarahan Kulit, Petechiae, Perdarahan Mukosa, Epistaxis, Perdarahan Gusi, Melena 60 Hasil Uji Statistik Trombosit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembentukan bekuan darah adalah proses fisiologis yang lambat tapi normal terjadi sebagai akibat dari aktivasi jalur pembekuan darah. Respon alamiah yang timbul untuk

Lebih terperinci

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH

HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH HEMOSTASIS SISTEM PEMBEKUAN DARAH D I S U S U N OLEH : KELOMPOK 1 ABDIANSYAH AGUSTY AYU VIRGITA ALAPTIA SURLA ANIS REFIANA APRETA HUSNUL HOTIMA AYU DWI HARYATI BILLY BETHA NAGARA BRENDA FELLICIA SUNDANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI.... iv ABSTRAK v ABSTRACT. vi RINGKASAN.. vii SUMMARY. ix

Lebih terperinci

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed. Author : Hirawati, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk Definisi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah % BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Darah Darah adalah bagian dari tubuh yang berbentuk cair dengan jumlah 60 80 % dari berat badan, viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mekanisme Hemostasis Hemostasis berasal dari kata haima (darah) dan stasis (berhenti), merupakan proses yang amat kompleks, berlangsung secara terus menerus dalam mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan utama di banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari berat badan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekelompok sel beta di kelenjar pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Diabetes Melitus Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kelainan metabolisme yang disebabkan karena kekurangan hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN X O-1 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan posttest only control group design. 23 R : X O-1 ( ) O-2 Dalam rancangan

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan infeksi bakteri sistemik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang dijumpai di berbagai negara berkembang terutama di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pencabutan gigi merupakan salah satu jenis perawatan gigi yang dilaksanakan di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas. 1 Pencabutan gigi merupakan suatu tindakan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem hemostasis dalam upaya menjaga homeostasis tubuh terhadap terjadinya perdarahan atau trombosis. 1 Trombosis

Lebih terperinci

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik.

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. LAPORAN KASUS RUMAH SAKIT UMUM YARSI II.1. Definisi Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik). II.2. Etiologi Epistaksis dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DBD (Demam Berdarah Dengue) DBD adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotype virus Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS ABSTRAK PERBEDAAN RERATA JUMLAH TROMBOSIT PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN MANIFESTASI PERDARAHAN NEGATIF-RINGAN DAN SEDANG-BERAT DI RSUP SANGLAH TAHUN 2015 Trombositopenia adalah salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi baik pada ibu maupun bayi. Hipertensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit 1. Asal Trombosit Trombosit dihasilkan di dalam sumsum tulang dengan cara melepaskan diri (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktoral dengan berbagai penyebab disertai manifestasi mayor, dan penyebab kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN ABSTRAK PREVALENSI KASUS ITP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE TAHUN 1997-2004 Eric Widjaja, 2006. Pembimbing utama : Dani Brataatmadja, dr, Sp.PK Pembimbing pendamping : Henki Pertamana, dr, Sp.PK ITP adalah

Lebih terperinci

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

CONTOH SOAL BIOLOGI S2LC 2018

CONTOH SOAL BIOLOGI S2LC 2018 CONTOH SOAL 1. Penyakit Tay-Sachs ditandai dengan akumulasi abnormal molekul kompleks yang seharusnya sudah dicerna oleh enzim organel di sel saraf. Nama organel yang mengandung enzim tersebut adalah..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.000 wanita didiagnosa dengan kanker ovarium di seluruh dunia dan 125.000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan pada lumen arteri koroner akibat arterosklerosis, atau spasme, atau gabungan

Lebih terperinci

Dr. Indra G. Munthe, SpOG

Dr. Indra G. Munthe, SpOG Dr. Indra G. Munthe, SpOG PENDAHULUAN Suatu kumpulan gejala berupa trombosis vena atau arteri disertai peninggian kadar antibodi anti post polipid (APA). SAF mengakibatkan kegagalan kehamilan yg berubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per 100.000 per tahun. 1 Sekitar 250.000 kejadian fraktur femur terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta penurunan volume aliran darah ke jantung.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO : Musim hujan, akan merupakan yangdiharaplkan nyamuk untuk berkembang biak dan siap mencari mangsa, terutama nyamuk Aedes Aegity penyebab DBD. Hati- hati... Dewasa ini penyakit DBD masih merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivasi koagulasi merupakan bagian dari proses hemostasis tubuh dalam hal mempertahankan keutuhan sistem sirkulasi darah setelah terjadinya kerusakan vaskular. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI Hipoposphatasia merupakan penyakit herediter yang pertama kali ditemukan oleh Rathbun pada tahun 1948. 1,2,3 Penyakit ini dikarakteristikkan oleh gen autosomal resesif pada bentuk

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep A. DEFENISI Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID/DIC) adalah suatu sindrom

Lebih terperinci

KELAINAN FUNGSI HEMOSTASIS Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Univ. Tarumanegara (Dr. Marina M. Ludong,SpPK)

KELAINAN FUNGSI HEMOSTASIS Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Univ. Tarumanegara (Dr. Marina M. Ludong,SpPK) KELAINAN FUNGSI HEMOSTASIS Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Univ. Tarumanegara (Dr. Marina M. Ludong,SpPK) Kelainan pada setiap faktor yang terlibat dalam proses hemostasis baik kelainan kwantitatif

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok

BAB III PEMBAHASAN. Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok BAB III PEMBAHASAN Dari 2 artikel tentang syok traumatik diatas membahas tentang syok traumatik yaitu syok karena trauma tidak dikatakan sebagai syok hipovolemik, selain itu juga dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan di ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 01. Sample penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat menjadi penyebab kematian peringkat ketiga dan penyebab utama kecacatan

Lebih terperinci

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah - - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dlp5darah Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Defenisi dan Diagnosis Sindrom Nefrotik Relaps Sering Sindrom nefrotik adalah kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berat, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis merupakan suatu penyakit hati kronis yang menggambarkan stadium akhir dari fibrosis hepatik, peradangan, nekrosis atau kematian sel-sel hati, dan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Arti tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang menjadi ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Dengue telah menjadi masalah kesehatan masyarakat tidak hanya di Indonesia namun juga di dunia internasional. Infeksi Dengue terutama Dengue Haemorrhagic

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Trombosit merupakan salah satu komponen sel darah yang tidak berinti dalam jumlah normal 150-450x10 9 sel/l. Ukuran sel ini bervariasi dengan rerata diameter 8-10 fl

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Artritis Reumatoid Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun dengan karakteristik adanya inflamasi kronik pada sendi disertai dengan manifestasi sistemik seperti

Lebih terperinci

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN Fakultas : Kedokteran Program Studi : Pendidikan Dokter Blok : Hematologi Bobot : 4 SKS Semester : II Standar Kompetensi : etiologi, patogenesis dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

166 Trombopati/Kelainan Fungsi Trombosit

166 Trombopati/Kelainan Fungsi Trombosit 166 Trombopati/Kelainan Fungsi Trombosit Waktu Pencapaian kompetensi Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 2 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Asam Asetilsalisilat (AAS) merupakan turunan dari asam salisilat yang ditemukan dari ekstraksi kulit pohon Willow Bark (Miller et al.,1978). AAS diperoleh dengan mereaksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekstraksi gigi dilakukan untuk sejumlah alasan, termasuk karies, trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan ortodontik. 1 Ekstraksi dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akhir Kasus Longitudinal MS-PPDS I IKA Fakultas Kedokteran UGM 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Henoch-Schonlein Purpura (HSP) merupakan suatu mikrovaskular vaskulitis sistemik dengan karakteristik adanya deposisi kompleks imun dan keterlibatan immunoglobulin A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Trombosit 2.1.1 Pengertian Trombosit Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini berbentuk bulat oval atau gepeng tidak berinti dan mempunyai struktur mirip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif.

BAB I PENDAHULUAN. Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis keganasan mieloproliferatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polisitemia Vera (PV) adalah salah satu jenis mieloproliferatif. Pada penderita PV, terdapat produksi berlebih sel-sel darah akibat hipersensitifitas proses hematopoesis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA 1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi

Lebih terperinci