Sumber : Data Hasil Olahan 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sumber : Data Hasil Olahan 2017"

Transkripsi

1 jalan. Jadi harga satuan pada variabel Y atau biaya total dan variabel X atau komponen item pekerjaan menjadi harga satuan per panjang jalan. Berikut ini adalah tabulasi perhitungan harga satuan per km panjang, yaitu pada Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan Harga Satuan per km Panjang inflasi yang berlaku pada tahun itu. Tabel 3 berikut merupakan data inflasi yang diperoleh dai Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara. Perhitungan time value diperlukan karena tahun anggaran dari data proyek yang digunakan berbeda. Data proyek yang dimulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 akan diproyeksi pada tahun Berikut ini merupakan persamaan untuk menghitung time value Sumber : Data Hasil Olahan 2017 Data dalam jutaan Tabel 3. Inflasi Umum di Maluku Utara Dimana : F : nilai harga pada proyek yang ditentukan; P : total biaya proyek belum diproyeksi; i : faktor inflasi; n : tahun proyeksi. Proyeksi ke tahun 2016 akan disesuaikan dengan Sumber : BPS Maluku Utara Berikut ini adalah contoh perhitungan pengaruh time value untuk biaya total proyek (Y) tahun 2012 sampai dengan tahun A. Time value untuk biaya total proyek tahun 2015 yang diproyeksikan pada tahun Biaya total proyek (Y) = JURNAL INFRASTRUKTUR 1-59

2 Rp ,38 ( 1 + 0,0934) 1 = Rp ,47 B. Time value untuk biaya proyek tahun 2014 yang diproyeksikan pada tahun Biaya total proyek (Y) = {Rp ,33 ( 1 + 0,0452 ) 1 } ( 1 + 0,0934 ) 1 = Rp ,14 C. Time value untuk biaya proyek tahun 2013 yang diproyeksikan pada tahun Biaya total proyek (Y) = [{Rp ,82 ( 1 + 0,0978 ) 1 (1 + 0,0452) 1 ] x ( 1 + 0,0934 ) 1 = Rp ,11 Penentuan Cost Significant Items dilakukan untuk mencari item atau komponen yang mempengaruhi biaya total proyek yang akan digunakan untuk mengestimasi. Item atau komponen yang digunakan untuk mengestimasi adalah kumulatif persentase komponen atau item yang memiliki nilai sama atau lebih besar dari 80% jumlah biaya. Tabel 5 berikut adalah deskripsi hasil penelitian berdasarkan data. D. Time value untuk biaya proyek tahun 2012 yang diproyeksikan pada tahun Biaya total proyek (Y) = [{Rp ,14 ( 1 + 0,0329 ) 1 } ( 1 + 0,0978 ) 1 ( 1 + 0,0452 ) 1 ] x ( 1 + 0,0934 ) 1 = Rp ,83 Penjelasan mengenai perhitungan time value pada point A adalah sebagai berikut: A. Rp ,38 adalah total biaya proyek pelebaran jalan (Y) pada tahun 2015, dengan simbol (P) 2015 B. (1+0,0934) 1 atau (1+i) n adalah nilai inflasi umum Maluku Utara pada tahun 2015 dan tahun proyeksi. Perhitungan secara keseluruhan data untuk kegiatan penanganan pelebaran jalan di Maluku Utara dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perhitungan Pengaruh Time Value Gambar 3. Proporsi Komponen Biaya Per M Panjang Jalan Gambar 3 merupakan proporsi dari komponen biaya yang mempegaruhi total biaya pelebaran jalan di Maluku Utara. Urutan komponen biaya dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi adalah biaya pengembalian kondisi dan pekerjaan minor (X8) sebesar 2,88%; biaya umum (X1) sebesar 3,14%; biaya pekerjaan struktur (X7) sebesar 4,62%; biaya perkerasan berbutir (X5) sebesar 5,68%; biaya drainase (X2) sebesar 10,91%; biaya pekerjaan tanah (X3) sebesar 13,48%; Sumber : Data Hasil Olahan 2017 Tabel 5. Deskripsi Hasil Penelitian Sumber : Hasil SPSS 1-60 JURNAL INFRASTRUKTUR

3 biaya perkerasan bahu (X4) sebesar 16,64%; dan biaya pekerjaan aspal (X6) sebesar 42,64%. Seperti yang dijelaskan diatas Cost Significant Items diperoleh dari komponen dengan jumlah persentase sama dengan atau lebih besar dari 80%. Tabel 6 merupakan komponen yang signifikan mempengaruhi total biaya pelebaran jalan di Maluku Utara. pekerjaan pelebaran jalan di Maluku Utara hasi dari Cost Signficant Items adalah pekerjaan drainase (X2) dengan persentase sebesar 10,91%, biaya pekerjaan tanah (X3) sebesar 13,48%, biaya perkerasan bahu (X4) sebesar 16,64% dan biaya pekerjaan aspal (X6) sebesar 42,64%. Biaya yang signifikan yang memiliki persentase tertinggi adalah pekerjaan aspal sebesar 42,64%. Dengan diperolehnya komponen yang signifikan, maka Tabel 6. Cost Significant Items Total biaya proyek (Y) untuk penanganan pelebaran jalan dipengaruhi oleh komponen biaya pekerjaan drainase (X2) dengan persentase sebesar 10,91%, biaya pekerjaan tanah (X3) sebesar 13,48%, biaya perkerasan bahu (X4) sebesar 16,64% dan biaya pekerjaan aspal (X6) sebesar 42,64%. Komponen biaya pekerjaan drainase mempengaruhi total biaya pekerjaan pelebaran jalan, disebabkan pekerjaan pelebaran jalan belum memiliki saluran atau drainase pada jalan eksisting. Pembangunan saluran atau drainase yang baru membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga biaya pekerjaan drainase signifikan terhadap total biaya pekerjaan pelebaran. Pembangunan drainase diperlukan untuk memitigasi kerusakan perkerasan jalan yang disebabkan adanya genangan air pada permukaan jalan. Komponen pekerjaan tanah juga mempengaruhi total biaya pekerjaan pelebaran jalan, ini dikarenakan pelebaran jalan memerlukan pembukaan lahan baru maka ada pekerjaan galian dan timbunan serta penyiapan badan jalan dengan volume cukup besar. Volume yang cukup besar akan mempengaruhi biaya pada komponen pekerjaan tanah. Komponen perkerasan bahu dan biaya pekerjaan aspal, merupakan biaya yang signifikan karena itu merupakan pekerjaan mayor untuk pekerjaan pelebaran jalan. Oleh karena itu biaya ini besar mempengaruhi total biaya pekerjaan pelebaran jalan. Ini dapat dilihat pada persentase tabel 6 dimana biaya perkerasan bahu sebesar 16,64% sementara biaya pekerjaan aspal sebesar 42,64%. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Komponen yang mempengaruhi total biaya akan mudah bagi owner dan pelaksana untuk fokus mengendalikan biaya pada komponen signifikan. Berdasarkan hasil Cost Significant Items diperoleh komponen yang mempengaruhi total biaya pelebaran jalan di Maluku Utara Saran Dari hasil ini dapat dikembangkan menjadi penelitian dengan membuat suatu model sehingga dapat memperoleh persamaan regresi untuk meramalkan estimasi total biaya proyek pelebaran jalan di Maluku Utara. DAFTAR PUSTAKA Dipohusodo, I. (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2. Kanisius, Yogyakarta. Fikri, R. M. dan Sekarsari, J. (2015). Analisis Estimasi Biaya Proyek Peningkatan Jalan Beton Di Kabupaten Tangerang Dengan Metode Cost Significant Model. Seminar Nasional Teknik Sipil V Tahun MK-338. Handayani, F. S., Sugiyarto., Panuwun, T. P. (2015). Komponen Biaya yang Mempengaruhi Estimasi Biaya Peningkatan Jalan Provinsi. e-jurnal Matriks Teknik Sipil. Hajek, V., G. (1994). Manajemen Proyek Perekayasaan. Erlangga, Jakarta. Indrawan G. S. (2011). Estimasi Biaya Pemeliharaan Jalan dengan Cost Significant Model Studi Kasus di Kabupaten Jembrana Bali. Tesis Universtias Udayana, Bali. Jennyvera. (2012). Estimasi Biaya Konseptual Pada Konstruksi Bangunan Gedung Perkantoran Dengan Menggunakan Metode Fuzzy Logic. Skripsi Universitas Indonesia, Jakarta. JURNAL INFRASTRUKTUR 1-61

4 Kementerian Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga. (2014). Surat Edaran No. 10/SE/Db/2014 tentang Penyampaian Standar Dokumen Pengadaan dan Spesifikasi Umum 2010 (Revisi 3) untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan, Jakarta. Kaming, P. F., Wulfram, I. E., Kushartini, MG. W. (2009). Pengembangan Cost Significant Modelling Untuk Estimasi Biaya Proyek Pengairan. Konferensi Nasional Teknik Sipil 3, Jakarta. Napitupulu R. I. R. (2011). Pengaruh Kualitas Estimasi Biaya Terhadap Kinerja Biaya Pada Pembangunan Proyek Taman Di Suku Dinas Pertamanan Jakarta Timur. Tesis Universitas Indonesia, Jakarta. Soeharto, I. (2005). Manajemen Proyek: dari Konseptual Sampai Operasional Jilid 1-2. Erlangga, Jakarta JURNAL INFRASTRUKTUR

5 PEMANFAATAN PASIR SUNGAI BARITO SEBAGAI BAHAN TAMBAH AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS) BASE Bambang Raharmadi Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Abstract Along with the increasing construction of road infrastructure, the increasing need for basic materials of construction. To overcome this we are required to seek other material resources, by utilizing natural resources available near the job site. By utilizing available materials such as Barito river sand as a fine aggregate additive material in a mixture of Hot Rolled Sheet (HRS) Base that has gradation gap, it is expected to overcome the availability of material and give advantages in terms of time and cost of implementation in the construction of Outer Ring Road Enhancement Package Muara Teweh by keeping referring to the technical specifications. The purpose of this research is to know the characteristic of HRS-Base blend using Barito river sand as a fine aggregate added material to obtain the composition of mixture of optimum asphalt content that meet the technical specification. The procedures undertaken in the implementation of this research are to test aggregate material, Barito river sand, asphalt and HRS-Base mixture in accordance with parameters required by technical specifications. The result of the test shows that the aggregate gradation aggregate is: crude aggregate 23%, medium aggregate 25%, 41% stone ash, 10% Barito river sand and 1% filler with variation of asphalt level 4,5%, 5.0%, 5,5 %, 6.0%, 6.5 and 7.0%. From the Marshall test the optimum asphalt content of 6.375%, 6% effective asphalt content, 0.424% asphalt absorption, 2,299 gr / cm3 density, 1,030 kg stability, 3.29 mm flows, asphalt filled cavity (Void Filled Bitumen) 73%, cavities in the mix (Void In Mix) 4.9%, cavities in aggregate (Void In Mineral Aggregate) 18.27%, Marshall Quotient (MQ) 316 Kg / mm still meet the requirements of technical specifications. These results show that Barito river sand qualifies as a fine aggregate-added ingredient for HRS-Base blends. Keywords: barito river sand, added materials, smooth aggregates, HRS-base Abstrak Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur jalan, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan bahan dasar konstruksi. Untuk mengatasi hal tersebut kita dituntut untuk mencari sumberdaya material lain, dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia didekat lokasi pekerjaan. Dengan memanfaatkan bahan material yang tersedia seperti pasir sungai Barito sebagai bahan tambah agregat halus pada campuran Hot Rolled Sheet (HRS) Base yang mempunyai gradasi senjang, diharapkan dapat mengatasi ketersediaan material dan memberi keuntungan dari segi waktu dan biaya pelaksanaan dalam pembangunan Paket Peningkatan Jalan Lingkar Luar Muara Teweh dengan tetap mengacu kepada spesifikasi teknis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik campuran HRS-Base menggunakan pasir sungai Barito sebagai bahan tambah agregat halus untuk memperoleh komposisi campuran kadar aspal optimum yang memenuhi syarat spesifikasi teknis. Prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan pengujian material agregat, pasir sungai Barito, aspal dan campuran HRS-Base sesuai dengan parameter yang disyaratkan spesifikasi teknis. Hasil pengujian didapat proporsi gradasi agregat gabungan adalah : agregat kasar 23%, agregat sedang 25%, abu batu 41%, pasir sungai Barito 10% dan filler 1% dengan variasi kadar aspal 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5 dan 7,0%. Dari pengujian Marshall di dapat kadar aspal optimum 6,375%, kadar aspal efektif 6%, penyerapan aspal 0,424%, kepadatan (Density) 2,299 gr/cm 3, stabilitas kg, kelelehan (Flow) 3,29 mm, rongga terisi aspal (Void Filled Bitumen) 73%, rongga di dalam campuran (Void In Mix) 4,9%, rongga dalam agregat (Void In Mineral Agregat) 18,27%, Marshall Quotient (MQ) 316 Kg/mm masih memenuhi persyaratan spesifikasi teknis. Hasil ini menunjukan pasir sungai Barito memenuhi syarat sebagai bahan tambah agregat halus untuk campuran HRS-Base. Kata Kunci: pasir sungai barito, bahan tambah, agregat halus, HRS-base JURNAL INFRASTRUKTUR 1-63

6 1. PENDAHULUAN Perkerasan (pavement) adalah lapis tambahan di atas tanah dasar dengan maksud untuk memperkuat daya dukung tanah dasar terhadap beban kendaraan. Sedangkan perkerasan yang digunakan untuk melayani lalulintas darat disebut perkerasan jalan. Jenis perkerasan jalan pada umumnya terdiri Konstruksi perkerasan lentur, perkerasan kaku dan perkerasan komposit. Konstruksi perkerasan lentur adalah konstruksi yang bahan susunnya menggunakan agregat dan aspal sebagai bahan pengikat. Konstruksi perkerasan ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu lapis permukaan (surface) yang terdiri dari 2 lapisan yaitu lapis non struktural (lapis aus) dan lapis struktural (lapis antara). Lapis pondasi dapat terdiri dari 2 lapisan yaitu lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah) seperti pada Gambar 1. gan menggunakan pasir, menurut Spesifikasi Umum 2010 revisi 3 (2015) agar diperoleh gradasi yang benar-benar senjang, maka dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecahan mesin. Perumusan masalah ini lebih di fokuskan untuk mengetahui karakteristik campuran HRS-Base menggunakan pasir sungai Barito sebagai bahan tambah agregat halus dan untuk memperoleh komposisi campuran kadar aspal optimum Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik campuran HRS-Base menggunakan pasir sungai Barito sebagai bahan tambah agregat halus dan untuk memperoleh komposisi campuran kadar aspal optimum di laboratorium yang memenuhi syarat Spesifikasi teknis. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Agregat Agregat Kasar Agregat kasar yang tertahan pada saringan no. 4 (4,75 mm) dapat terdiri atas batu pecah, kerikil pecah yang keras, awet dan bersih dan harus disiapkan dalam ukuran nominal. Material agregat kasar harus memenuhi persyaratan seperti pada Tabel Tabel 1. Persayaratan Agregat Kasar Gambar 1. Konstruksi Perkerasan Lentur Pada tahun anggaran 2015, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Tengah berperan penting menunjang mempercepat pembangunan infrastruktur terutama jalan dan jembatan secara merata di 14 Kabupaten/Kota. Salah satu yang menjadi perhatian adalah Paket Peningkatan Jalan Lingkar Luar Muara Teweh telah dilaksanakan berdasarkan kontrak nomor 620/BM-KTRK/II/2015/063 tanggal 10 Pebruari 2015 yang dilaksanakan oleh PT. Perkasa Pembangunan Jaya dengan sumber dana APBD Provinsi Kalimantan Tengah. Panjang efektif penanganan adalah 1,900 Km dengan konstruksi lapis permukaan Lataston Lapis Pondasi (Hot Rolled Sheet Base/HRS-Base). Seiring dengan meningkatnya pembangunan infrasturktur, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan bahan dasar konstruksi. Untuk mengatasi hal tersebut kita dituntut untuk dapat mencarai sumberdaya material lain, misalnya dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia didekat lokasi pekerjaan. Dengan memanfaatkan bahan material yang tersedia seperti pasir sungai Barito sebagai bahan tambah agregat halus pada campuran HRS- Base yang mempunyai gradasi senjang, diharapkan dapat mengatasi ketersediaan material dan memberi keuntungan dari segi waktu dan biaya pelaksanaan dalam pembangunan jalan tersebut dan tetap mengacu kepada spesifikasi teknis. Selain bisa menekan waktu dan biaya pelaksanaan den- Sumber: Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, Agregat Halus Agregat halus dari sumber manapun, harus terdiri atas penyaringan batu pecah dan lolos saringan No. 4 (4,75 mm) yang bersih, keras, bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Material agregat halus harus memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Persayaratan Agregat Halus Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, JURNAL INFRASTRUKTUR

7 Pasir Sungai Barito Pasir ini merupakan pasir yang berasal dari sungai Barito yang berasal dari material endapan yang terbawa oleh aliran air ketika banjir dengan defosit yang sangat banyak. Menurut Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, 2015, agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan N0. 4 (4,75 mm). Material pasir sungai Barito syarat sama dengan agregat halus seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Persyaratan Pasir Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, Material Aspal Aspal adalah material hasil penyaringan minyak mentah dan merupakan hasil industri perminyakan. Aspal juga merupakan material untuk perekat, yang berwarna coklat sampai gelap dengan unsur pokok yang dominan adalah bitumen. Dalam SNI , aspal keras didefinisikan sebagai suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, pada suhu normal dan tekanan asmofir berbentuk padat, sedangkan aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan asmofir berbentuk cair. Aspal keras yang digunakan Pen 60/70 yang harus memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 5. Tabel 5. Ketentuan-Ketentuan untuk Aspal Keras Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, Filler Bahan pengisi dapat terdiri atas debu batu kapur, debu dolomite, semen Portland, abu terbang, debu tanur tinggi pembuat semen atau bahan mineral tidak plastis lainnya. Bahan pengisi yang merupakan mikro agregat ini harus lolos saringan No. 200 (0,075 mm) Agregat Gabungan Agregat gabungan adalah material dari agregat kasar, agregat halus, pasir dan filler harus memenuhi persyaratan gradasi ukuran butiran untuk campuran HRS-Base gradasi senjang seperti pada Tabel 4. Sumber : Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, Campuran HRS-Base Jenis perkerasan Hot Rolled Sheet (HRS) Base mulai digunakan secara luas sejak pertengahan dekade HRS-Base adalah suatu campuran dari agregat bergradasi senjang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas, serta mempunyai tekstur cukup padat, rapat dan halus. Campuran HRS-Base lebih banyak mengandung material halus, Tabel 4. Persayaratan Gradasi Agregat Gabungan Campuran HRS-Base JURNAL INFRASTRUKTUR 1-65

8 sehingga memerlukan kadar aspal yang lebih banyak dibandingkan campuran aspal lain. Disini sudah jelas bahwa material halus khususnya filler sangat menentukan kekuatan dari campuran HRS-Base, sehingga pemakaian filler akan berpengaruh terhadap campuran. Persyaratan campuran yang dipakai HRS-Base beraspal panas seperti pada pada Tabel HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karateristik Material Agregat Pengujian Agregat Dari hasil pengujian beberapa parameter untuk material agregat untuk campuran HRS-Base memenuhi persyaratan yang di ijinkan (Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, 2015), dapat di lihat pada Tabel 7. Tabel 6. Ketentuan-Ketentuan Sifat-Sifat Campuran Lataston 3. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap material agregat kasar, agregat sedang, abu batu dari jalan Lingkar Luar Muara Teweh, pasir dari sungai Barito, filler menggunakan semen Tonasa dan aspal keras Pen 60/70 ex. Pertamina. Tahapan penelitian dilaksanakan sesuai dengan bagan alir seperti pada Gambar 2. Sumber: Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, 2015 Gambar 2. Diagram Alir Tahapan Penelitian 1-66 JURNAL INFRASTRUKTUR

9 Tabel 7. Hasil Pengujian Agregat Gradasi ukuran butir material agregat sangat penting dan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadapat kekuatan. Berdasarkan hasil analisis uji distribusi ukuran butir dapat di lihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengujian Gradasi Ukuran Butir Agregat Berdasarkan proporsi tersebut pencampuran agregat dan uji distribusi ukuran butir bisa dilaksanakan seperti dapat di lihat pada Tabel 9. Dari Tabel 8 dapat plot dalam satu grafik logaritmik terlihat tren persentasi dari ukuran butir masing masing material agregat seperti pada Gambar 3. Dari Tabel 9 dapat plot dalam satu grafik logaritmik terlihat tren persentasi dari ukuran butir masing masing material agregat seperti pada Gambar 4. Gambar 3. Hasil Uji Gradasi Ukuran Butiran Agregat Proporsi Gradasi Agregat Gabungan Pencampuran agregat berdasarkan proporsi yang diperoleh dari mengabungkan beberapa gradasi agregat dengan cara coba coba (trial and error). Dari hasil proporsi gradasi gabungan diperoleh : agregat kasar 23%, agregat sedang 25%, abu batu: 41%, pasir sungai Barito 10% dan filler 1%. Dari hasil pengujian distribusi ukuran butir agregat gabungan menunjukan material untuk pekerjaan HRS-Base bergradasi senjang memenuhi persyaratan yang di ijinkan (Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, 2015). Tabel 9. Hasil Pengujian Gradasi Ukuran Butir Agregat gabungan JURNAL INFRASTRUKTUR 1-67

10 Gambar 4. Hasil Uji Gradasi Ukuran Butiran Agregat Gabungan Berdasarkan Proporsi agregat gabungan di dapat berat jenis dan penyerapan total agregat seperti pada Tabel 10. Tabel 10. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Gabungan Untuk menghitung perkiraan kadar aspal optimum adalah kadar aspal efektif dari spesifikasi umum revisi 3 (2015) untuk HRS-Base 5,5% ditambah penyerapan aspal seperti persamaan berikut : K Aspal Optimum = K Efektif + Pba... (4.2) = 5,5 + 0,397 K Aspal Optimum = 5,898% 4.2. Karateristik Material Aspal Dari hasil pengujian beberapa parameter untuk aspal penetrasi 60/70 dari Pertamina memenuhi persyaratan yang di ijinkan (Spesifikasi Umum 2010 revisi 3, 2015), dapat di lihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengujian Aspal Diambil K 6,0 Aspal Optimum % (dibulatkan yang mendekati) B. Metode Japan Road Association (Gradasi Agregat Gabungan) Persamaan perkiraan kadar aspal optimum (P) adalah sebagai berikut : P = 0,023 A + 0,065 B + 0,13 C + 0,11 D + 1,13... (4.3) A = % berat agregat tertahan saringan # 8 = 53,26% B = % berat agregat lewat saringan # 8 dan tertahan saringan # 50 = 32,65% 4.3. Karakteristik Campuran HRS-Base Setelah proporsi agregat yang memenuhi syarat didapat, maka menentukan perkiraan kadar aspal optimum. Perkiraan kadar aspal optimum didapat dari berapa beberapa metode antara lain adalah sebagai berikut: A. Metode Bina Marga (Berat Jenis Agregat Gabungan) Persamaan penyerapan aspal (Pba) adalah sebagai berikut:...(4.1) C = % berat agregat yang lewat saringan # 50 dan tertahan saringan # 200 = 6,67% D = % berat agregat lolos saringan # 200 = 7,42% P = 0,023x53,26% + 0,065x32,65% + 0,13x6,67% + 0,11x7,52% + 1,13 P = 6,161% Diambil perkiraan kadar aspal optimum (P) 6,0 % (dibulatkan yang mendekati). Dari kedua persamaan tersebut dapat didapat perkiraan kadar aspal optimum adalah 6% di variasikan kadar aspal 2 diatas dan 3 di bawah K Aspal ± 0,5% yaitu, 4,5%, 5,0%, 5,5%, 6,0%, 6,5 dan 7,0%. Awal Pba = 0,397% Dari beberapan variasi kadar aspal yang sudah 1-68 JURNAL INFRASTRUKTUR

PEMANFAATAN PASIR SUNGAI BARITO SEBAGAI BAHAN TAMBAH AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS) BASE

PEMANFAATAN PASIR SUNGAI BARITO SEBAGAI BAHAN TAMBAH AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS) BASE PEMANFAATAN PASIR SUNGAI BARITO SEBAGAI BAHAN TAMBAH AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET (HRS) BASE Bambang Raharmadi Teknik Jalan dan Jembatan Ahli Muda, Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian

Lebih terperinci

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari campuran

Lebih terperinci

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT STUDI PENGGUNAAN PASIR PANTAI BAKAU SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON JENIS HOT ROLLED SHEET (HRS) AKHMAD BESTARI Dosen

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN: KAJIAN PERBEDAAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS ANTARA JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS (HRS-WC) BERGRADASI SENJANG DENGAN YANG BERGRADASI SEMI SENJANG Giavanny Hermanus Oscar H. Kaseke, Freddy

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN: PENGARUH JUMLAH KANDUNGAN FRAKSI BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON-LAPIS AUS BERGRADASI HALUS Windy J. Korua Oscar H. Kaseke, Lintong Elisabeth

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 153 PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER PADA CAMPURAN HOT ROLLED SHEET-BASE (HRS-BASE) Oleh: Hendri Agung 1), Supiyan 2),

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapis Aspal Beton Aspal beton adalah suatu lapisan pada konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari campuran aspal dan agregat yang mempunyai gradasi menerus yang dicampur,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hot Rolled Sheet (HRS) Menurut Kementerian Pekerjaan Umum (Bina Marga revisi 2010), lapis tipis aspal beton (lataston) adalah lapisan penutup yang terdiri dari dari campuran agregat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B Sabaruddin Fakultas Teknik Universitas Khairun Kampus Gambesi Kotak Pos 53 - Ternate 97719 Ternate Selatan Telp. (0921)

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG Fergianti Suawah O. H. Kaseke, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4 STUDI KOMPARASI PENGARUH VARIASI PENGGUNAAN NILAI KONSTANTA ASPAL RENCANA TERHADAP NILAI STABILITAS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (HRSWC) TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal,aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN: PENGARUH PERUBAHAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LATASTON JENIS LAPIS PONDASI DAN LAPIS AUS Tri Utami Wardahni Oscar H.

Lebih terperinci

PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON PERENCANAAN CAMPURAN HRS-WC MENGGUNAKAN AGREGAT DAUR ULANG DARI SAMPEL PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON Riza Mahendra Fakultas Teknik Universitas Palangka Raya Jl. Yos Sudarso, Palangka Raya Hp. +6282329640007

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN: PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON LAPIS AUS GRADASI SENJANG Risky Aynin Hamzah Oscar H. Kaseke, Mecky M. Manoppo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN: PENGARUH PERUBAHAN GRADASI DAN RATIO ANTARA PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO. #200 DENGAN BITUMEN EFEKTIF, TERHADAP BESARAN MARSHALL QUOTIENT PADA CAMPURAN ASPAL LATASTON Maria Rainy Lengkong Oscar H. Kaseke,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang sangat dibutuhkan untuk menunjang dan menggerakkan bidang bidang kehidupan lainnya, terutama bidang perekonomian.

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1 Windi Nugraening Pradana INTISARI Salah satu bidang industri yang

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall 98 JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 98-107, November 2012 Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall (Effect of Using

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang tinggi memberikan tantangan tersendiri bagi pelayanan fasilitas umum yang dapat mendukung mobilitas penduduk. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Aspal Beton Aspal Beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan pengikat pada

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC Januardi 1) Abstrak Dalam Ditjen (2011), khusus pada sifat-sifat campuran perkerasan hanya terdapat standar untuk

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS Prylita Rombot Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang sangat penting. Di Indonesia sendiri, transportasi merupakan sarana penunjang berbagai aspek

Lebih terperinci

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT Irwanto Sinaga NRP : 0221038 Pembimbing : Prof. Ir. Bambang Ismanto S, M.Sc, Ph.D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

PENGARUH AGREGAT GABUNGAN TERHADAP HASIL MARSHALL UNTUK HRS-WC DAN HRS-BASE

PENGARUH AGREGAT GABUNGAN TERHADAP HASIL MARSHALL UNTUK HRS-WC DAN HRS-BASE Jurnal GRADASI TEKNIK SIPIL Volume 1, No. 2, 201 ISSN 298-98 (Print) ISSN 298-881 (Online) PENGARUH AGREGAT GABUNGAN TERHADAP HASIL MARSHALL UNTUK HRS-WC DAN HRS-BASE Rifanie Gazalie 1, Muhammad Firdaus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel agregat, dan agregat

Lebih terperinci

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU Ahmad Basuki 1) Syahrul, ST., M.Eng 2) Hence Michael Wuaten, ST., M.Eng 3) Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC Oleh : Denny Setiawan 3113 040 501 PROGRAM STUDI DIV TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC Rizky Mamangkey O.H. Kaseke, F. Jansen, M.R.E. Manoppo Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T. ABSTRAK Hot rolled sheet Wearing Course (HRS WC) adalah campuran lapis tipis

Lebih terperinci

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 135 STUDI PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL) CAMPURAN ASPAL PANAS JENIS HRS-BASE (STUDI KASUS PAKET KEGIATAN PENINGKATAN JALAN HAMPALIT PETAK BAHANDANG STA. 26+500 s.d.

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW) Vonne Carla Pangemanan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS Steward Paulus Korompis Oscar H. Kaseke, Sompie Diantje Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2 PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/ dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan INTISARI Jalan merupakan sarana penghubung mobilisasi dari satu

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON)

PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Volume 13, Nomor 1, Januari 2017 : 31-44 PENGGUNAAN ABU BATUBARA HASIL PEMBAKARAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON (LASTON) The

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN AGREGAT SUNGAI DAN DEBU BATU SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS-WC

STUDI PEMANFAATAN AGREGAT SUNGAI DAN DEBU BATU SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS-WC STUDI PEMANFAATAN AGREGAT SUNGAI DAN DEBU BATU SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS-WC Ifan Alfian 1), Eti Sulandari 2), Siti Mayuni 2) Program Studi Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Aspal Beton Menurut Sukirman (1999) aspal beton merupakan salah satu jenis lapis perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran merata antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan infrastruktur dasar dan utama untuk menggerakkan roda perekonomian nasional, hal ini karena jalan memiliki peran penting dan strategis untuk mendorong

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Material Dasar 1. Agregat dan Filler Material agregat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari batu pecah yang berasal dari Tanjungan, Lampung Selatan. Sedangkan sebagian

Lebih terperinci

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI STUDI PERBANDINGAN NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN AGREGAT SUNGAI GRINDULU, SUNGAI LESTI, DAN BENGAWAN SOLO UNTUK LALULINTAS SEDANG Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Menurut Totomihardjo (1995), perkerasan adalah suatu lapis tambahan yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa adalah pembangunan jalan Daendles pada zaman Belanda, yang dibangun dari Anyer di Banten sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Jalan digunakan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. Jalan dapat digunakan untuk masyarakat umum dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEKUATAN CAMPURAN HRS-WC AKIBAT PERUBAHAN SUSUNAN SARINGAN

KARAKTERISTIK KEKUATAN CAMPURAN HRS-WC AKIBAT PERUBAHAN SUSUNAN SARINGAN KARAKTERISTIK KEKUATAN CAMPURAN HRS-WC AKIBAT PERUBAHAN SUSUNAN SARINGAN Sapuan 1), Komala Erwan 2), Eti Sulandari 2) Email: chokys9@gmail.com Abstract: This study aims to determine how much influence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspal sebagai salah satu bahan bitumen atau perekat untuk konstruksi jalan sudah lama digunakan secara luas dalam konstruksi jalan raya. Hal ini disebabkan aspal memiliki

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS Sumarni Hamid Aly Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar, 90445 Telp: (0411) 587636 marni_hamidaly@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Aspal Beton Lapis Aspal Beton adalah suatu lapisan pada konstuksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus, dicampur, dihampar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk sehingga muncul banyak kendaraan-kendaraan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN

PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ABSTRACT PENDAHULUAN PEMANFAATAN PASIR LAUT TANJUNG ALANG SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS (HOT ROLLED SHEET) ( 1) Laswar Gombilo Bitu; 2) Muhammad Kalman) (Fakultas Teknik Jurusan Sipil -Unidayan- Jln. Sultan Dayanu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU (BAGASSE ASH OF SUGAR CANE) SEBAGAI BAHAN PENGISI (FILLER) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS ATB (ASPHALT TREATD BASE) Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL.

PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL. Volume 12, Nomor 2 Versi online: 1 PENGGUNAAN ABU DASAR BATUBARA SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN LATASIR B TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL Basic Use of Coal Ash to Replace Some Fine

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 56 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan 1. Pengujian agregat Hasil Pengujian sifat fisik agregat dan aspal dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 5.1. Hasil Pengujian Agregat Kasar dan

Lebih terperinci

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK Lapis permukaan konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang paling besar menerima beban. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Persentase Lolos (%) GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT Nomor Saringan 00 30 8 3/8 / 3/4 90 80 70 60 50 40 30 0 0 0 No 00 No. 30 No.8 "3/8" /" 3/4" Grafik Pasir Grafik abu Batu Grafik kasar Garis Diagonal ANALISA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang berkembang seperti saat ini pembangunan sarana transportasi jalan raya memegang peranan yang sangat penting. Kondisi jalan raya yang baik sangat berpengaruh

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON Adrian Hartanto, Irawan Sugiharto 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK:

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS TUGAS AKHIR Oleh : Putu Anggi Wedayanti (0719151037) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) (Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal) LABORATORIUM INTI JALAN RAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS LAMPUNG Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Jurusan PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS

PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS PEMANFAATAN BONGKARAN LAPISAN PERMUKAAN PERKERASAN ASPAL SEBAGAI CAMPURAN HRS Ir. Nusa Sebayang, MT. Dosen Teknik Sipil ITN Malang Jl. Danau Ranau I G2 B/15 Malang Tel : o341-721142 Email :nusasebayang@yahoo.com.au

Lebih terperinci

NASKAH SEMINAR INTISARI

NASKAH SEMINAR INTISARI NASKAH SEMINAR PENGARUH VARIASI PEMADATAN PADA UJI MARSHALL TERHADAP ASPHALT TREATED BASE (ATB) MODIFIED MENURUT SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 (REV-2) 1 Angga Ramdhani K F 2, Anita Rahmawati 3, Anita Widianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan unsur penting pada pengembangan kehidupan dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Jalan dikembangkan melalui

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC)

PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC) PENGGUNAAN PASIR KUARSA GUNUNG BATU KECAMATAN BAULA KABUPATEN KOLAKA SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COURSE (HRS-WC) Nasrul Staf Pengajar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN PENGARUH PENAMBAHAN SEMEN PADA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN Kevin Chandra 1, Percy Tambran 2, Paravita Sri Wulandari 3, Harry Patmadjaja 4 ABSTRAK : Penggunaan Campuran Aspal Emulsi Dingin

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC DONNY SUGIHARTO NRP : 9321069 NIRM: 41077011930297 Pembimbing: TAN LIE ING, ST.,MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS Praesillia Christien Ator J. E. Waani, O. H. Kaseke Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas

Lebih terperinci

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE)

Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE) Journal INTEK, April 2016, Volume 3 (1): 8-14 8 Karakteristik Campuran AC-WC dengan Penambahan Limbah Plastik Low Density Polyethylene (LDPE) Bustamin Abd. Razak 1,a dan Andi Erdiansa 1,b 1 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT. Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 90 TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT Raden Hendra Ariyapijati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah Endang Kasiati, Rachmad Basuki, Denny Setiawan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA M. Aminsyah 1 ABSTRAK Penyediaan material konstruksi jalan yang sesuai dengan persyaratan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA Hendrik Arief Setiawan Mashuri KK Transportasi Universitas Tadulako Kampus Bumi Tadulako Tondo Jln. Soekarno-Hatta KM. 9 Palu-Sulawesi

Lebih terperinci

Rizki Sahfutra Armi 1, Leo Sentosa 2

Rizki Sahfutra Armi 1, Leo Sentosa 2 KARAKTERISTIK CAMPURAN BERASPAL JENIS (ASPHALT CONCRETE BINDER COARSE) AC/BC MENGGUNAKAN PASIR ALAM KAMPAR DENGAN PENGUJIAN MARSHALL BERDASARKAN SPESIFIKASI BINA MARGA 2010 Rizki Sahfutra Armi 1, Leo Sentosa

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) PENGARUH PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC) Kiftheo Sanjaya Panungkelan Oscar H. Kaseke, Mecky R. E. Manoppo Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalulintas. Agregat yang dipakai antara lain adalah batu pecah,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B

PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B Penggunaan Aspal Buton.. Campuran HRS-B PENGGUNAAN ASPAL BUTON TIPE RETONA BLEND 55 SEBAGAI BAHAN SUSUN CAMPURAN HRS-B Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS Miristika Amaria Pasiowan Oscar H. Kaseke, Elisabeth Lintong Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik - Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Hot Rolled Asphalt Menutut Coc,J.B, Hot rolled Asphalt (HRA) adalah bahan konstruksi lapis keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot Rolled

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR Heryanto dan Sondang Sylvia Manurung Fakultas Teknik Universitas Panca Bhakti Abstrak: Hot Rolled Sheet-Wearing

Lebih terperinci

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL

PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH TEPUNG KANJI SEBAGAI ZAT ADITIF TERHADAP NILAI STABILITAS DAN NILAI KELELEHAN PADA CAMPURAN ASPAL EFFECTS OF TAPIOCA AS ADDITIVE MATERIAL ON THE VALUE OF STABILITY

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Lebih terperinci

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC) TUGAS AKHIR Oleh : I WAYAN JUNIARTHA NIM : 1104105072 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2 3 ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu 3.452.390 jiwa pada sensus tahun 2010, belum lagi saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

Lebih terperinci

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji Abstract : Daerah Baturaja merupakan kawasan penghasil batu kapur yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkerasan jalan merupakan hal yang utama untuk menunjang dalam bertansportasi secara aman, nyaman dan mudah maka dari itu dibutuhkan perkerasan jalan yang memadai dan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) Michael Christianto Tanzil Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak

Lebih terperinci

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL Jurnal Teknik Sipil IT Vol. No. Januari 05 ISSN: 354-845 EFEK EMAKAIAN ASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS ADA CAMURAN ASAL ANAS (AC-BC) DENGAN ENGUJIAN MARSHALL Oleh : Ahmad Refi Dosen Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana transportasi sangat

Lebih terperinci