BERMAIN GITAR UNTUK KETERAMPILAN PRA VOKASIONAL PADA ANAK TUNANETRA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BERMAIN GITAR UNTUK KETERAMPILAN PRA VOKASIONAL PADA ANAK TUNANETRA"

Transkripsi

1 BERMAIN GITAR UNTUK KETERAMPILAN PRA VOKASIONAL PADA ANAK TUNANETRA Sri Widati & Deny Tri Saksono Abstract, The goals of this research increase pre vocational skill at blind children in SDLB-A YPAB Surabaya, add institute teaching material as ability of pre vocational skill for blind child and as future benefit and life of blind children in society.this research is pra experiment research which use research design is one group pre test and post test with technique analyze statistic non parametric with sign test ZH. This research use observation, interview, and test method in data collection.and the result of this research is obtained ZH value = 1,8 bigger than critical Z value 5% that is 1,64 so it refuses Ho, it can be concluded that give play guitar training can increase pre vocational at blind children in SDLB-A YPAB Surabaya.In this research, researcher give advice for parents to guide child s interest to special skill. By increasing the skill in non formal education (course); teachers should know through child s interest early and guide as a skill; and for blind children use their skill with play guitar continuously. Kata kunci: Bermain gitar, keterampilan pra vokasional dan tunanetra Pendidikan merupakan salah satu bentuk pelayanan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai perkembangan dan kemajuan zaman. Undang Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab IV pasal 5 ayat 1, Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 2 dikemukakan bahwa Warga negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Dengan demikian pendidikan tidak hanya untuk anak normal saja, tetapi juga untuk anak berkebutuhan khusus. Salah satu yang termasuk anak berkebutuhan khusus adalah anak tunanetra. Anak tunanetra mengalami gangguan pada indera penglihatannya, hal tersebut berdampak terhadap kehidupannya secara komplek, sehingga perkembangan intelegensi anak menjadi terhambat akibat dari ketunanetraannya. Padahal faktor penglihatan (visual) merupakan hal yang sangat penting dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan indra penglihatan seperti pada anak normal lainnya. widati_plb@yahoo.com & dani@yahoo.com. 57

2 JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1 Sebagai salah satu anggota masyarakat, anak tunanetra juga memiliki hak dan kewajiban untuk berperan aktif dalam lingkungan sosial, walaupun kecil peranannya mereka dapat diharapkan menyumbangkan tenaga atau pikiran untuk kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya sekalipun tidak selincah orang awas karena anak tunanetra merupakan bagian dari anggota masyarakat. Keikutsertaan anak tunanetra dalam kegiatan di masyarakat akan memudahkan bersosialisasi dengan lingkungan dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi untuk menyesuaikan diri di masyarakat. Diterimanya keadaan tunanetra di masyarakat, akan menghilangkan gangguan psikologi yang berupa rasa rendah diri, curiga pada orang lain dan mudah tersinggung, yang bisa menghambat perkembangan jiwanya. Dengan hilangnya penglihatan, anak tunanetra dalam memperoleh informasi menggantungkan pada indra lain yang masih berfungsi. Dengan demikian indra yang tersisa seperti indra peraba, pendengaran, penciuman dan pengecap. Menurut Irham Hosni (1996;113) dikatakan Peningkatan ketajaman indra sangat diperlukan oleh seseorang tunanetra karena untuk pengenalan lingkungan dia sangat tergantung dari ketajaman indra dalam menerima informasi dari sekitarnya. Untuk berperan aktif dan mampu menyumbang tenaga atau pekerjaan bagi anak diperlukan pengetahuan dan keterampilan khusus. Untuk itu diperlukan suatu keahlian khusussebagai bekal hidup dan kehidupan di tengah masyarakat. Bagi anak tunanetra indera peraba memegang peranan sangat penting disamping indra lainnya. Karena indra peraba anak tunanetra dapat mengenal dunia luar melalui tangan. Untuk mengembangkan keindraan anak tunanetra dapat dilakukan melalui berbagai macam latihan. Salah satu usaha untuk mengembangkan keinderaan anak tunanetra adalah melalui pelatihan khusus dan intensif. Gitar adalah alat musik petik berdawai senar. Gitar dapat menghasilkan melodi dan akor dalam jumlah dan variasi yang lebih banyak dibandingkan dengan alat musik lain (Asriadi, 2004:1). Bicara tentang keterampilan vokasional pada anak tunanetra, gitar merupakan salah satu alat musik yang relatif cukup mudah dapat dilakukan oleh anak tunanetra karena untuk memainkan alat musik gitar lebih diperlukan indra pendengaran dan perabaan. Dengan pelatihan bermain gitar dapat memberi bekal keterampilan pra vokasional dan bermanfaat bagi siswa untuk dapat hidup mandiri sesuai dengan kelainan yang disandang dan tingkat perkembangannya. Berdasarkan survey di SDLB-A YPAB Surabaya bulan Februari 2007, di lembaga tersebut pemberian keterampilan khusus (pra vokasional) belum diberikan secara kontinyu. Dengan demikian penulis berasumsi pemberian keterampilan yang mengarah kepada pembekalan keterampilan atau keahlian khusus dapat menambah wawasan dan kemampuan anak tunanetra untuk 58

3 mendapatkan kehidupan dan penghidupan di masyarakat. Diharapkan dengan latihan bermain gitar secara kontinyu dapat menjadi suatu keterampilan khusus bagi anak tunanetra dan nantinya dapat menjadi bekal hidup dan kehidupan di masyarakat. Dengan memiliki keahlian khusus bermain gitar nantinya bisa menjadi alternatif untuk mencari nafkah bagi anak tunanetra, misalnya dengan menjadi seorang pengamen, pengiring musik di suatu acara ataupun di kafe, guru musik privat, dan lain-lain. Sebagai warga masyarakat yang dianggap tidak normal, berkelainan atau menyimpang, maka anak berkebutuhan khusus termasuk tunanetra mempunyai beberapa permasalahan dalam aktivitas sehari-hari. Secara garis besar masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (a) Masalah keterampilan sosial; Penyandang tunanetra juga akan senantiasa menghadapi masalah dalam mobilitas sosial. Ini disebabkan karena setiap menghadapi lingkungan baru, mau tidak mau diperlukan bantuan orang lain untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai lingkungan tersebut. Dengan gambaran yang jelas mobilitasnya akan menjadi lancar; Penyandang tunanetra juga akan menghadapi masalah komunikasi sosial. Hal ini disebabkan karena manusia sepanjang hidupnya tidak akan lepas dari komunikasi sosial ini, sangat diperlukan peran lingkungan atau peran orang tua; Pengaruh dari keterbatasan mobilitas sosial dan komunikasi sosial adalah kemandirian sosial. Penyandang tunanetra tidak bisa sepenuhnya lepas dari orang lain dalam kehidupan sehari-hari, terutama hal-hal dalam kegiatan yang menuntut peran fungsi penglihatan. (b) Masalah pekerjaan dan karir; Anak tunanetra dalam hal pekerjaan sangatlah bermasalah. Jika tersedia pekerjaan, tingkat persaingan untuk mendapatkannya sangat tinggi, sehingga perasaan putus asa selalu menghantui dirinya. Kondisi ini diperburuk lagi dengan kenyataan bahwa masih banyak dunia kerja yang belum menerima tenaga tunanetra walaupun mereka mempunyai keterampilan untuk itu. Masalah yang dianggap penting adalah pilihan jurusan atau pengerjaan harus dilakukan dengan mantap. Hal ini untuk menghindari perubahan pilihan di kemudian hari. Bagaimanapun kalau pada akhir usia dewasa, seseorang muda mengalami perubahan pilihan karir, sebenarnya sudah termasuk terlambat. Sebab memasuki karir baru berarti memulai awal lagi. Karena itu stabilitas pekerjaan ini akan menjadi masalah tersendiri bagi seseorang pada masa dewasa ini. Bagi penyandang tunanetra yang harus bekerja dalam lingkungan normal, masalah penyesuaian diri dengan pekerjaan ini lebih sulit (Somantri,2006). Disini faktor lingkungan sangat menentukan, terutama sejauh mana tingkat penerimaan sosial dan kesediaan untuk bekerja sama dengan mereka yang mengalami tunanetra. Bagi para tunanetra, masalah yang dihadapi dalam bidang pendidikan meliputi (a) Masalah isi pendidikan; bagi penyandang tunanetra, isi pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khusus sesuai dengan perkembangannya. Disamping pendidikan yang bersifat umum, pendidikan yang spesifik perlu diperhatikan seperti pendidikan karier, pendidikan seks, pendidikan keluarga, dan sebagainya. (b) Masalah lokasi pendidikan, pendidikan bagi anak 59

4 JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1 tunanetra semestinya menganut system normalisasi pendidikan yaitu mereka belajar di sekolah- sekolah seperti orang normal belajar. Disini, banyak sekolahsekolah yang dekat dengan tempat tinggal anak tunanetra yang tidak mau menerima penyandang tunanetra, sehingga mereka harus sekolah di tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka. (c) Masalah sistem pengolahan proses belajar mengajar, sistem pengolahan proses belajar mengajar melalui pendidikan terpadu, memerlukan modifikasi dan kurikulum yang ada, sehingga dapat memenuhi kebutuhan individual penyandang tunanetra sesuai dengan karakteristik masingmasing peserta didik. (d) Masalah sarana dan prasarana, sarana dan prasarana pendidikan juga harus disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik anak didik jika sekolah menyelenggarakan program pendidikan terpadu. Sekolah-sekolah normal/formal masih banyak yang belum menyediakan sarana khusus bagi penyandang cacat yang kemungkinan belajar di sekolah tersebut. Kondisi seperti ini berarti kurang mendukung kelancaran program pendidikan terpadu, khususnya bagi penyandang tunanetra. (e) Masalah evaluasi pendidikan, karena sistem pendidikan yang dikembangkan di sekolah umum adalah sistem klasikal, cara demikian berarti tidak menunjang sistem klasikal. Cara demikian berarti tidak akan menunjang system pembelajaran yang menggunakan pendekatan individual (Astatiti,1995). Menurut Astatiti (1996:154) Pra vokasional adalah kegiatan yang dilakukan sebelum individu melakukan pekerjaan tertentu. Yang penting pada tahap ini adalah bagaimana individu memelihara alat, menggunakan alat, mengenal pekerjaannya, dan sebagainya. Keterampilan pra vokasional merupakan keterampilan yang berhubungan dengan suatu keahlian yang dapat mendatangkan imbalan atau penghasilan (Rochyadi, 2005:45). Adapun tujuan pelatihan keterampilan pra vokasional: (a) dapat menyumbangkan keterampilan dasar menjadi keterampilan kejuruan, (b) dapat menumbuhkan minat dan apresiasi terhadap semua keterampilan atau pekerjaan yang menggunakan tangan, disamping itu pendidikan keterampilan merupakan salah satu program penunjang dalam bidang orientasi dan rehabilitas di SLB-A, (c) dapat menjadi dasar pengembangan bakat dan kepercayaan kepada kemampuan diri sendiri, (d) dapat menjadi sarana untuk mencari nafkah setelah siswa lulus dari sekolah dan sebagai bekal hidup dan kehidupan di masyarakat. Pelajaran keterampilan sangat dibutuhkan oleh anak tunanetra. Hal yang sangat penting bagi tunanetra adalah trampil. Keterampilan yang dapat diberikan untuk anak tunanetra yaitu massage atau pijat, komputer dan bermain musik seperti piano, drum maupun gitar dan sebagainya. Jenis-jenis keterampilan ini yang masih memungkinkan dapat diberikan kepada anak tunanetra karena keterampilan tersebut dapat dilakukan oleh anak tunanetra tanpa harus mengandalkan fungsi indra penglihatan.kenyataan di lapangan, banyak dijumpai seorang tunanetra memiliki profesi sebagai tukang pijat (massager) atau pemusik yang dapat digunakan untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan di masyarakat. Untuk mempersiapkan anak tunanetra sebagai tenaga kerja yang siap pakai, 60

5 hendaknya diberikan keterampilan khusus sedini mungkin. Dengan keterampilan yang diperoleh sejak dini dapat digunakan oleh anak tunanetra sebagai bekal hidup dan kehidupan di masyarakat dan untuk mencari nafkah di masa yang akan datang. Anak tunanetra mempunyai keterbatasan menerima rangsang atau informasi melalui indra penglihatannya. Penerimaan rangsang hanya dapat dilakukan melalui pemanfaatan indra-indra lain di luar indra penglihatannya. Karena kebutuhan anak untuk tetap mengenal dunia sekitarnya, maka indra pendengaran dan perabaan merupakan saluran utama penerima informasi yang paling dominan bagi anak tunanetra. Dengan indra pendengaran, anak tunanetra dapat menerima informasi dari luar yang berupa suara. Berdasarkan suara, anak tunanetra mampu mendeteksi dan menggambarkan tentang arah, sumber, jarak tentang suatu obyek informasi, ukuran serta kualitas ruangan. Sedangkan dengan indra perabaan, anak tunanetra dapat mengenal dunia luar melalui tangan. Tunanetra dapat mengenal bentuk, posisi, ukuran, dan perbedaan permukaan melalui perabaan.dengan dimilikinya indra pendengaran maupun perabaan yang masih normal dan selama koordinasi fisik/biologis tidak mengalami gangguan, anak tunanetra dapat melakukan ketrampilan-ketrampilan khusus, diantaranya bermain gitar.melalui bermain gitar yang dilakukan secara rutin dan kontinyu serta terarah, maka indra pendengaran dan perabaan yang mereka miliki dapat berfungsi lebih dari orang awas yaitu lebih peka karena mereka dapat berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan. Konsentrasi ini terbentuk karena matanya tidak dapat melihat, maka seluruh perhatiannya dapat berpusat pada apa yang sedang dipelajarinya karena perhatiannya tidak terpecah kemana-kemana.dalam memainkan gitar anak tunanetra harus benar-benar terampil. Dengan mememiliki keterampilan bermain gitar, anak tunanetra mampu bersaing dengan masyarakat modern dalam mencari nafkah dan dapat menjadi lebih mandiri. Keterampilan bermain gitar tersebut dapat digunakan sebagai bekal hidup dan kehidupan di masyarakat. Banyak kita jumpai seorang tunanetra bisa hidup mandiri di masyarakat. Mereka dapat menghasilkan pendapatan sendiri meskipun indra penglihatannya tidak berfungsi. Ada yang menjadi penyanyi, tukang pijat, pemain musik bahkan bekerja dikantor sebagai operator telpon.begitu juga dengan bermain gitar. Dengan adanya keterampilan bermain gitar, seorang tunanetra bisa memperoleh nafkah dari hasil bermain gitar. Mereka bisa menjadi pengamnen, pemain musik atau pengiring lagu di sebuah kafe maupun suatu acara. Dan jika sudah terampil dalam memainkan gitar, maka bisa digunakan sebagai mata pencaharian untuk menambah penghasilan yaitu dengan membuka atau memberi kursus keterampilan bermain gitar. Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Apakah pemberian latihan dasar-dasar bermain gitar dapat meningkatkan keterampilan pra vokasional pada anak tunanetra di SDLB-A YPAB Surabaya? ; dengan tujuan pengkajian (1) Untuk meningkatkan keterampilan pra vokasional pada anak tunanetra di SDLB-A YPAB Surabaya, 61

6 JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1 (2) Untuk menambah materi ajar pada lembaga sebagai kemampuan keterampilan pra vokasional bagi anak tunanetra sebagai bekal hidup dan kehidupan anak tunanetra di masyarakat, (3) membuktikan apakah pemberian latihan dasar-dasar bermain gitar dapat meningkatkan keterampilan pra vokasional pada anak tunanetra di SDLB-A YPAB Surabaya. Sedangkan manfaat yang didapatkan adalah dapat melatih kemandirian anak tunanetra sejak dini melalui penanaman keterampilan gitar pada anak. METODE Penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen dengan desain one group pre test and post test design. Pada penelitian ini dilakukan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Desain penelitian ini menggunakan pola O1 x O2 dimana treatment yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Treatment sebelum eksperimen O1 disebut pre-test dan treatment setelah eksperimen O2 disebut post test.. Adapun sampel penelitiannya adalah anak tunanetra siswa kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya sebanyak 5 anak. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah (1) Metode observasi, yaitu digunakan sebagai metode pendukung dalam memperoleh informasi dan data. Tujuan menggunakan metode observasi dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data aktual interaksi interpersonal pada siswa tunanetra serta minat dalam keterampilan bermain gitar, (2) Metode wawancara, digunakan untuk mencari data tentang kondisi riil keterampilan khusus di SDLB- A YPAB Surabaya dan data tentang minat siswa tunanetra dalam keterampilan bermain gitar. (3) Metode test digunakan untuk emperoleh data tentang pengetahuan anak yang berhubungan dengan gitar. Data tersebut diperoleh dari hasil tes tulis sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Selain itu metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan anak dalam memainkan gitar. Data tersebut diperoleh dari hasil tes perbuatan sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data statistic non parametric karena datanya kuantitatif yaitu dalam bentuk bilangan. Sedangkan subyek penelitiannya kecil, kurang dari 10 orang. Hal ini diperkuat dengan pendapat Sutrisno Hadi (1993:332) bahwa suatu sampel yang n-nya lebih kecil dari 30, kita sebut sampel kecil. Maka rumus yang digunakan untuk menganalisis adalah rumus statistik non parametrik jenis uji tanda (Sign Test ZH) (Saleh,1996). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan di SDLB-A YPAB Surabaya dapat diketahui bahwa di lembaga tersebut awalnya sudah ada pemberian keterampilan pra vokasional, salah satunya bermain alat musik piano, keyboard, maupun drum.selama ini keterampilan bermain musik yang sudah diberikan di kelas 4 62

7 SDLB-A YPAB Surabaya adalah piano, keyboard dan drum. Sedangkan pelatihan keterampilan bermain gitar belum pernah diberikan di lembaga tersebut. Pertama kali dikenalkan alat musik gitar, siswa sangat senang meskipun hanya asal memetik senar gitar saja. Mereka senang bisa mendengarkan bunyi dari senar gitar yang mereka petik. Tetapi siswa tunanetra kelas 4 di SDLB- A YPAB Surabaya hanya bisa memetik senar gitar saja tetapi belum bisa memainkan akor dasar secara lengkap.berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa siswa tunanetra kelas 4 di SDLB-A YPAB Surabaya sangat menyukai keterampilan bermain musik. Dengan ditambahkannya pelatihan bermain gitar, siswa tunanetra kelas 4 di SDLB-A YPAB Surabaya menunjukkan keantusiiasan. Mereka sangat berminat untuk dapat bermain gitar. Pelatihan bermain gitar diberikan dengan kondisi siswa yang bermacam-macam dari tingkat ketajaman penglihatan ataupun dalam segi kemampuan menerima materi yang disampaikan.dalam pelatihan, pelatih memberikan teori-teori yang berhubungan dengan gitar dan mengajarkan akor dasar gitar. Pelatih memegang tangan masing-masing siswa tunanetra untuk menunjukkan posisi tangan pada gitar untuk masing-masing akor. Dari hasil wawancara dengan siswa kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya dapat diketahui bahwa anak sudah mendapat keterampilan-keterampilan dasar pada kelas kecil (kelas 1, 2 dan 3) seperti menyanyi, melipat, dan lain-lain.pada kelas besar yaitu mulai kelas 4, anak sudah menerima pelatihan-pelatihan yang lain seperti komputer dan bermain alat musik seperti piano, keyboard maupun drum. Pelatihan alat musik yang belum diberikan saat ini adalah bermain gitar. Sebenarnya anak ingin memainkan alat musik selain piano, keyboard maupun drum, yaitu ingin bermain gitar. Siswa tunanetra kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya sangat berminat bermain gitar. Semua sudah bisa memetik senar gitar tanpa menggunakan akor dasar. Mereka sangat ingin bermain gitar dengan menggunakan akor dasar dan mereka mempunyai keinginan suatu saat nanti bisa menyanyikan lagu dengan sebuah gitar. Berikut hasil wawancara dengan siswa kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya: (1) AA adalah siswa kelas 4 SDLB- A YPAB Surabaya yang tidak mempunyai sisa penglihatan sama sekali (tunanetra). Berdasarkan hasil wawancara, pada awalnya AA memang sudah menyukai keterampilan bermain musik. Dengan ditambahkannya pelatihan bermain musik yang baru, yaitu bermain gitar AA menunjukkan semangat dan keinginan untuk dapat bermain gitar. Selama ini minat AA terhadap bermain gitar mendapat kendala dengan tidak adanya seorang pelatih. (2) AW adalah siswa kelas 4 SDLB- A YPAB Surabaya yang mempunyai sedikit sisa penglihatan (low vision). Berdasarkan hasil wawancara, pada awalnya AW memang sudah menyukai keterampilan memainkan alat musik drum. Dengan ditambahkannya pelatihan bermain musik yang baru, yaitu bermain gitar AW menunjukkan semangat dan keinginan untuk dapat bermain gitar. Selama ini minat AW terhadap bermain gitar mendapat kendala karena belum dimilikinya sebuah gitar. (3) FA, sama seperti AA, FA adalah siswa kelas 4 SDLB- A YPAB Surabaya yang tidak mempunyai sisa penglihatan sama sekali (tunanetra). Berdasarkan 63

8 JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1 hasil wawancara, pada awalnya FA memang sudah menyukai keterampilan bermain alat musik keyboard. Dengan ditambahkannya pelatihan bermain musik yang baru, yaitu bermain gitar FA menunjukkan semangat dan keinginan untuk dapat bermain gitar. Selama ini minat FA terhadap bermain gitar mendapat kendala karena tidak adanya seseorang yang mengajarinya bermain gitar. (4) YD adalah siswa kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya yang mempunyai sedikit sisa penglihatan (low vision). Berdasarkan hasil wawancara, pada awalnya YD memang sudah menyukai keterampilan bermain piano. Dengan ditambahkannya pelatihan bermain musik yang baru, yaitu bermain gitar YD menunjukkan keantusiasan untuk dapat bermain gitar karena selama ini YD tidak dapat bermain akor dasar gitar. (6) SI adalah siswa kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya yang mempunyai sedikit sisa penglihatan (low vision). Berdasarkan hasil wawancara, pada awalnya SI menyukai keterampilan menyanyi.dengan ditambahkannya pelatihan bermain musik yang baru, yaitu bermain gitar SI menunjukkan ketertarikan untuk dapat bermain gitar karena selama ini SI tidak bisa bermain akor dasar gitar. SI berharap dengan latihan bermain gitar bisa menyanyi sambil mengiringi gitar sendiri. Hasil test pengetahuan dan bermain akor dasar gitar. Adapun hasil pre test dan post test seperti pada tabel 1 berikut: Tabel: 1 Rekapitulasi Nilai Pre Test dan Post Test Kelas 4 SDLB-A YPAB Surabaya No Sampel Nilai Pre Test Nilai Post Test Penge tahuan Main Gitar Main Gitar Ratarata Penge tahuan Main Gitar Main Gitar Ratarata Peru bahan A B A B 1 AA AW FA YD SI Analisis dengan menggunakan uji tanda (sign test) untuk mengadakan tentang nilai kritis suatu distribusi yang diambil secara terus menerus terhadap subyek penelitian pada pola uji pre test dan post test. Prosedur analisis: X - µ ZH = σ Adapun pengolahan data sebagai berikut: n = 5 µ = 5. p 64

9 = 5. 0,5 = 2,5 σ = npq = (5) (0,5) (0,5) = 1,25 = 1,11 ZH = = X - µ σ 4,5-2,5 1,11 = 1,8 Nilai kritis 5 % (untuk pengujian satu sisi) Z = 1,64. Suatu kenyataan bahwa nilai Z = 1,8, yang diperoleh dalam hitungan adalah Z lebih besar daripada nilai kritis Z 5 % yaitu 1,64. Hal ini berarti ada peningkatan yang signifikan penggunaan pelatihan bermain gitar dapat meningkatkan keterampilan pra vokasional di SDLB-A YPAB Surabaya. Menurut Somantri (2006:45) Pendidikan vokasional pada tingkat sekolah dasar masih bersifat pra vokasional seperti menempel, menggunting, mewarnai, dll. Sementara kecakapan vokasional pada jenjang lebih tinggi (SMLB) akan lebih diarahkan kepada suatu keterampilan yang bersifat fungsional seperti menjadi cleaning service, pelayan toko, mengampelas, kerajinan tangan seperti membuat sandal, membuat tempat pensil, merajut, dll. Di SDLB-A YPAB Surabaya latihan bermain gitar sebagai keterampilan khusus diajarkan sejak dini untuk meningkatkan kemampuan pra vokasional sehingga dapat menjadi bekal untuk jenjang yang lebih tinggi. Dalam pemberian latihan bermain gitar pada anak tunanetra di SDLB-A YPAB Surabaya mengalami peningkatan yang bagus pada pertemuan terakhir karena anak diberikan pelatihan secara berulang-ulang. Anak tunanetra SDLB-A YPAB Surabaya lebih menyukai keterampilan khusus memainkan alat-alat musik termasuk bermain gitar karena mereka dapat menggunakan indra selain penglihatan yaitu indra pendengaran maupun perabaan. Pada anak tunanetra, indra pendengaran maupun perabaan lebih peka karena mereka dapat berkonsentrasi pada apa yang sedang dikerjakan karena perhatiannnya tidak terpecah kemana-mana. Anak mulai mengenal dan senang dengan alat musik gitar. Pada awalnya anak mempunyai keinginan bermain gitar tetapi mereka mendapat kendala- 65

10 JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA, APRIL 2008, VOLUME 4,NOMOR 1 kendala diantaranya belum adanya pelatih yang memberi pelatihan gitar. Selain itu belum dimilikinya alat musik gitar oleh anak tunanetra SDLB-A YPAB Surabaya menjadi salah satu kendala juga dalam bermain gitar. Pemberian pelatihan bermain gitar di SDLB-A YPAB Surabaya dimulai dengan penjelasan hal-hal yang berhubungan dengan gitar seperti pengertian, bagian-bagian gitar, dan lain-lain. Kemudian diberikan pelatihan pelemasan tangan yaitu senam jari. Senam jari dengan menggunakan alat gitar yang dimulai dari atas ke bawah, dengan cara jari-jari mengikuti flet dan dengan nada solmisasi pada senar gitar. Setelah dilakukan senam jari tersebut, anak tunanetra SDLB-A YPAB Surabaya diberi pelatihan dengan meletakkan jari-jari sesuai akor dasar baik akor mayor maupun akor minor, kemudian membunyikannya. Dari pelatihan bermain gitar ini, anak tunanetra SDLB-A YPAB Surabaya mengerti akor dasar gitar dan mulai memainkan akor dasar mayor maupun minor. Jari-jari anak mulai lemas dalam memainkan akor dasar dan dapat membunyikannya. Dengan pelatihan gitar yang diberikan di SDLB-A YPAB Surabaya, anak tunanetra bisa mendapat keterampilan vokasional sejak dini sehingga dengan adanya pelatihan bermain gitar ini dapat meningkatkan keterampilan pra vokasional di SDLB-A YPAB Surabaya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diberikan dari keseluruhan hasil penelitian ini bahwa pemberian latihan dasar-dasar bermain gitar dapat meningkatkan keterampilan pra vokasional pada anak tunanetra di SDLB-A YPAB Surabaya. Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian, (a) Orang tua hendaknya membiasakan anak untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, memasak, merenda, origami, bermain gitar, piano, melukis, dan lain-lain. Serta orang tua hendaknya ikut andil dengan mengarahkan minat anak terhadap suatu keterampilan khusus dengan meningkatkan keterampilan tersebut malalui pendidikan di luar sekolah (kursus); (b) Bagi sekolah hendaknya memainkan gitar dapat dimasukkan sebagai salah satu pilihan dalam mata pelajaran bidang studi keterampilan atau kertakes. Keterampilan khusus salah satunya bermain gitar hendaknya diberikan sejak dini pada siswa tunanetra SD kelas besar (kelas 4, 5 maupun 6) sehingga untuk jenjang berikutnya siswa yang memiliki keterampilan khusus bisa lebih terampil. (c) Bagi anak hendaknya melakukan keterampilan secara serius dengan bermain gitar secara tekun dan kontinyu sebagai bekal untuk meningkatkan keterampilan pra vokasional. 66

11 DAFTAR ACUAN Asriadi, Derry Kiat Termudah Belajar Bermain Gitar. Jakarta: PT Kawan Pustaka. Asriadi, Derry Panduan Mengiringi Lagu dengan Gitar. Jakarta: PT Kawan Pustaka. Astati Terapi Okupasi, Bermain dan Musik untuk Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud. Astati Pendidikan dan Pembinaan Karier Penyandang Tunagrahita Dewasa. Bandung: Depdikbud. Hadi, S Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. Hosni, Irham Buku Ajar Orientasi dan Mobilitas. Jakarta: Depdikbud Saleh, S Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE. Somantri, Sutjihati Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama. Somantri, Sutjihati Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud. 67

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obyek Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup baik tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu menunjukkan

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Media Blokjes

Pengaruh Penggunaan Media Blokjes PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BLOKJES TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN UNTUK ANAK TUNANETRA DI SDLB-A YPAB TEGALSARI SURABAYA Anggi Dwi Kartikasari (Pendidikan Luar Biasa,Fakultas

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PELATIHAN MEMBUAT TELUR ASIN TERHADAP KETERAMPILAN PRAVOKASIONAL ANAK TUNANETRA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunarungu jenjang SMALB termasuk dalam masa dimana siswa dituntut untuk siap memasuki dunia kerja, kemasyarakatan serta melanjutkan pendidikan ke jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya suatu generasi baru, dimana anak menjadi generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa yang diharapkan mampu memikul

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS. Kegiatan Bermain Bola Untuk Meningkatkan Pengenalan Arah Gerak Siswa Tunagrahita Sedang

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS. Kegiatan Bermain Bola Untuk Meningkatkan Pengenalan Arah Gerak Siswa Tunagrahita Sedang JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS Kegiatan Bermain Bola Untuk Meningkatkan Pengenalan Arah Gerak Siswa Tunagrahita Sedang Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN ANAK TUNANETRA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN ANAK TUNANETRA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN ANAK TUNANETRA Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS TEKNIK UPPER HAND, LOWER HAND, DAN TRAILLING TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA DI SLBA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS TEKNIK UPPER HAND, LOWER HAND, DAN TRAILLING TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA DI SLBA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS TEKNIK UPPER HAND, LOWER HAND, DAN TRAILLING TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA DI SLBA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan. Pada dasarnya hakekat pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN VOKASIONALGARNISHING FOOD SISWA TUNARUNGU

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN VOKASIONALGARNISHING FOOD SISWA TUNARUNGU PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP KECAKAPAN VOKASIONALGARNISHING FOOD SISWA TUNARUNGU Neny Dwi Irawati *1 Henry Praherdhioono *2 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses pendidikan dapat berlangsung dalam berbagai lingkungan, baik lembaga formal maupun lembaga informal. Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar

Lebih terperinci

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO Lu lu il Mukaromah & Drs. Wagino, M.Pd 081044002 Abstract: This research had purpose to know

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA TUNAGRAHITA Raedix Desta Kusuma Abdul Huda Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam upaya mewujudkan tujuan nasional.

Lebih terperinci

Dra. Hj.Siti Mahmudah, M.Kes

Dra. Hj.Siti Mahmudah, M.Kes PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) TERHADAP KETERAMPILAN PEMBUATAN SIRUP BUAH ANAK TUNAGRAHITA RINGAN RIZKA DIANTI 091044021 Dra. Hj.Siti Mahmudah, M.Kes PLB/FIP Abstract Mild mental retardation

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PUZZLE HURUF BRAILLE TERHADAP PENGENALAN ABJAD PADA ANAK TUNANETRA KELAS TK DI YPAB TEGALSARI SURABAYA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PUZZLE HURUF BRAILLE TERHADAP PENGENALAN ABJAD PADA ANAK TUNANETRA KELAS TK DI YPAB TEGALSARI SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PUZZLE HURUF BRAILLE TERHADAP PENGENALAN ABJAD PADA ANAK TUNANETRA KELAS TK DI YPAB TEGALSARI SURABAYA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi

Lebih terperinci

MODIFIKASI MEDIA KOTAK SORTASI UNTUK KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN RUANG PADA ANAK TUNANETRA

MODIFIKASI MEDIA KOTAK SORTASI UNTUK KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN RUANG PADA ANAK TUNANETRA MODIFIKASI MEDIA KOTAK SORTASI UNTUK KEMAMPUAN MENGENAL BANGUN RUANG PADA ANAK TUNANETRA Ch. Sri Widati & Juliani Dwi Muji Astuti (Dosen PLB Unesa; e-mail:widati_plb@yahoo.co.id & Guru YPAB Tegalsari Surabaya;

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN MEDIA WAYANG BEBER TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

JURNAL PENDIDIKAN MEDIA WAYANG BEBER TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JURNAL PENDIDIKAN MEDIA WAYANG BEBER TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana

Lebih terperinci

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara yang sudah merdeka sudah sepatutnya negara tersebut mampu untuk membangun dan memperkuat kekuatan sendiri tanpa harus bergantung pada negara lain. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB A YPAB SURABAYA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB A YPAB SURABAYA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH BERMAIN BOLA SEPAK TERHADAP KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS SISWA TUNANETRA DI SMPLB A YPAB SURABAYA ZULFAKAR ALIZANUAR 10010044220 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah BAB I A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mendapatkan dukungan untuk menjalankan fungsi penyelenggaraannya bagi masyarakat dengan sebaik-baiknya. Fungsi pendidikan baik bersifat formal maupun non

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Yeni Arista 091044206 dan Siti Masitoh (PLB-FIP UNESA, e-mail: yeniarista26@yahoo.com) Problems

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh: GLYCINIA LUSTREE RIZKYPUTRI NIM: 11010044231 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN BICARA ANAK AUTIS DISERTAI GANGGUAN BAHASA DI SDLB SHANTI KOSALA NGANJUK

PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN BICARA ANAK AUTIS DISERTAI GANGGUAN BAHASA DI SDLB SHANTI KOSALA NGANJUK PENGARUH DONGENG TERHADAP KEMAMPUAN BICARA ANAK AUTIS DISERTAI GANGGUAN BAHASA DI SDLB SHANTI KOSALA NGANJUK Harita Candra Sari* 081 044 031 Abstak; The purpose of this research were;1) to know the autistic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Keterampilan Vokasional Pembuatan Telur Asin Bagi Anak Tunagrahita Ringan SMALB di SLB C YPLB Kota Bandung Indri Riyani, Maman Abdurahman SR, Iding Tarsidi, Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hana Haniefah Latiefah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial dituntut untuk dapat berinteraksi dan senantiasa berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia membutuhkan

Lebih terperinci

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang Adif Lazuardy Firdiansyah 1, Abraham M. Ridjal, ST., MT. 2, Ir. Ali Soekirno 2 ¹Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK

PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Jurnal Pendidikan Rokania Vol. I (No. 1/2016) 20-26 20 PERSIAPAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SISWA SDLB NEGERI 40 KABUPATEN SOLOK Oleh Nia Purnama Sari Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan rancangan kegiatan yang paling banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang dan masyarakat luas. Menurut UU Sisdiknas tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan salah satu karya seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, musik salah satu cabang kesenian yang merupakan sarana dalam menyampaikan

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP KEMAMPUAN BERCERITA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB-AC DHARMA WANITA SIDOARJO

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP KEMAMPUAN BERCERITA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB-AC DHARMA WANITA SIDOARJO JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MEDIA PANGGUNG BONEKA TERHADAP KEMAMPUAN BERCERITA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS II DI SLB-AC DHARMA WANITA SIDOARJO Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan juga menjadi hak setiap individu tanpa terkecuali seperti dijelaskan dalam

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS APLIKASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN BRAILLE ANAK TUNANETRA TKLB

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS APLIKASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN BRAILLE ANAK TUNANETRA TKLB JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS APLIKASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN BRAILLE ANAK TUNANETRA TKLB Oleh: LENY DIANITA NIM: 12010044231 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ditingkat sekolah dasar merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

Lebih terperinci

Dwi Arnia Ulfa a, Abdul Salim b, Sunardi c.

Dwi Arnia Ulfa a, Abdul Salim b, Sunardi c. INTERNATIONAL CONFERENCE ON SPECIAL EDUCATION IN SOUTHEAST ASIA REGION 7 TH SERIES 2017 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 UNTUK PEMBELAJARAN ANAK TUNANETRA DI SLB NURUL BAYAN LOMBOK UTARA (The Implementation

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A Indah Putri Murdhani Nurul Khotimah PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak bagi setiap warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana kebiasaan belajar peserta didik. Segala bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan.

Lebih terperinci

Oleh: Eni Musrifah SLB Setya Darma Surakarta ABSTRAK

Oleh: Eni Musrifah SLB Setya Darma Surakarta ABSTRAK JRR Tahun 24, Nomor 2, Desember 2015, hal 113-120 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR METEMATIKA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA HITUNG CAMPURAN BAGI SISWA TUNAGRAHITAKELAS IX DI

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN Pengertian Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan

Lebih terperinci

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan kemampuan menyimak dan kemampuan membaca dengan kemampuan berkomunikasi lisan pada pengajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita kelas D-5B di SLB-C Setya Darma Surakarta tahun ajaran 2006/2007

Lebih terperinci

Abstrak. Nurina Rahma

Abstrak.   Nurina Rahma PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GAYA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SEKOLAH BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAS KASIH SURABAYA Nurina Rahma E-mail: nurina_rahma@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang pada dasarnya merupakan suatu proses

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS V SLBA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS V SLBA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TUNANETRA KELAS V SLBA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yakni Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum Berbasis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah banyak melakukan usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya ialah dengan melakukan perubahan kurikulum yakni Cara Belajar

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya belajar merupakan salah satu usaha yang diciptakan manusia untuk mencapai tujuan dalam hidupnya. Dalam pendidikan, keberhasilan peserta didik dalam

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE BERCERITA TERHADAP PENINGKATAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA ANAK TUNAGRAHITA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE BERCERITA TERHADAP PENINGKATAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA ANAK TUNAGRAHITA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE BERCERITA TERHADAP PENINGKATAN KOSA KATA BAHASA INDONESIA ANAK TUNAGRAHITA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Progran Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya yang diberikan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup dan berkembang serta mampu meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para pendidik mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu siswa menjadi manusia yang berkembang secara utuh. Salah satu bantuan yang diberikan kepada mereka

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS OUTDOOR STUDY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAGIAN TUMBUHAN BESERTA FUNGSINYA UNTUK ANAK TUNANETRA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS OUTDOOR STUDY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAGIAN TUMBUHAN BESERTA FUNGSINYA UNTUK ANAK TUNANETRA JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS OUTDOOR STUDY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BAGIAN TUMBUHAN BESERTA FUNGSINYA UNTUK ANAK TUNANETRA Diajukan Kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah didapat di lapangan, dan sebagaimana yang sudah diuraikan dalam pembahasan BAB IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS. BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB ADI SANTOSO

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS. BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB ADI SANTOSO JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS BERMAIN TACTILE PLAY TERHADAP MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG di SDLB ADI SANTOSO 091 044 243 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR BIASA 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memenuhi dan melindungi hak asasi tersebut dengan memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Menjadi insan-insan yang terdidik merupakan salah

Lebih terperinci

Triyanto Pristiwaluyo, Tri Wahyuni. Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negerti Makassar

Triyanto Pristiwaluyo, Tri Wahyuni. Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negerti Makassar JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR BIASA, 4(2): 136-140 Application of Polamatika Techniques to Improve Operations Multiplication Tiled Capability in Low Vision Students Class VII in SLB-A

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH KETERAMPILAN MEMBENTUK ANGKA DARI KAIN FLANEL TERHADAP KECAKAPAN PRA VOKASIONAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS X DI SLB-AC DHARMA WANITA SIDOARJO Diajukan kepada Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB-C DEMAK MELALUI MEDIA GAME EDUKASI MATEMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB-C DEMAK MELALUI MEDIA GAME EDUKASI MATEMATIKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAH BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB-C DEMAK MELALUI MEDIA GAME EDUKASI MATEMATIKA Nur Indah Ariyani Universitas Dian Nuswantoro Email : nuriarya12@gmail.com ABSTRACT Tunagrahita

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE KARYAWISATA TERHADAP KETERAMPILAN BERCERITA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE KARYAWISATA TERHADAP KETERAMPILAN BERCERITA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS METODE KARYAWISATA TERHADAP KETERAMPILAN BERCERITA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang memiliki kemampuan untuk berfikir, berkreasi dan juga beragam serta beradaptasi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti bahwa musik menjadi salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu usaha yang memiliki tujuan, maka pelaksanaannya harus berada dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rika Saptaningrum, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada seluruh anak untuk memperoleh layanan pendidikan tanpa adanya diskriminasi, yaitu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat merubah suatu pola pikir ataupun tingkah laku manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga Negara anak-anak tunanetra memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam Undangundang RI Nomor 20 tahun 2003

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PADA ANAK TUNANETRA KELAS I

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PADA ANAK TUNANETRA KELAS I JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PADA ANAK TUNANETRA KELAS I Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa menyiapkan masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di tuntut memberikan

Lebih terperinci

THE USAGE OF ENVIRONMENT TO INCREASE THE STUDENTS ACHIEVEMENT IN NATURAL SCIENCE SUBJECT FOR THE

THE USAGE OF ENVIRONMENT TO INCREASE THE STUDENTS ACHIEVEMENT IN NATURAL SCIENCE SUBJECT FOR THE THE USAGE OF ENVIRONMENT TO INCREASE THE STUDENTS ACHIEVEMENT IN NATURAL SCIENCE SUBJECT FOR THE 5 th GRADE STUDENTS OF PEMBANGUNAN PRIVATE ELEMENTARY SCHOOL TANJUNG MORAWA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Nurhaty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang normal saja, tetapi juga untuk anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas deskripsi data, pengolahan data, pengujian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini akan membahas deskripsi data, pengolahan data, pengujian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas deskripsi data, pengolahan data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. A. Deskripsi Data Pengumpulan data dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan logis.pendidikan diharapkan dapat membentuk sumber daya manusia yang siap menghadapi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 72 tahun 1991 pemerintah telah mengatur khusus 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 INCREASE MOTIVATION TO LEARN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan secara sadar untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan menjadi sesuatu hal yang sangat

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI HASIL BELAJAR GERAK BENDA BAGI ANAK TUNANETRA

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI HASIL BELAJAR GERAK BENDA BAGI ANAK TUNANETRA Model Pembelajaran Inkuiri.. JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI HASIL BELAJAR GERAK BENDA BAGI ANAK TUNANETRA Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Di perjalanan kehidupan suatu Bangsa selalu terjadi proses regenerasi yang pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian. Dengan kata

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B Reinita Suwandi PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Email: reinita_suwandi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan agar mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihanpelatihan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi dan keterampilan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN SKRINING PERKEMBANGAN BALITA DENGAN KPSP TERHADAP KETRAMPILAN KADER KESEHATAN UNTUK DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA DI RW 06 KELURAHAN TANDANG Manuscript Oleh : Elisa Andreana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Pendidikan tidak hanya bertindak sebagai alat yang dapat meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN Desi Nurdianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan Pemerintah No. 72 (Amin, 1995: 11) menyebutkan bahwa anak tunagrahita adalah Anak-anak dalam kelompok dibawah normal dan atau lebih lamban daripada

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP KEMAMPUAN SAINS ANAK KELOMPOK B Eka Nita Octaria Rachma Hasibuan PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jalan Teratai No.4 Surabaya 60136 (Email:ekanita@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan paling dasar untuk membangun kehidupan suatu bangsa karena menjadi modal utama dalam pengembangan sumber daya manusia. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PENERAPAN MEDIA ABACUS DAN MEDIA BLOKJES TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMTIKA ANAK TUNANETRA KELAS V SLB-A

STUDI KOMPARASI PENERAPAN MEDIA ABACUS DAN MEDIA BLOKJES TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMTIKA ANAK TUNANETRA KELAS V SLB-A STUDI KOMPARASI PENERAPAN MEDIA ABACUS DAN MEDIA BLOKJES TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMTIKA ANAK TUNANETRA KELAS V SLB-A Nita Aprilia Sari E-mail: nita_aprilia@yahoo.com Abstrak Matematika sangat penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA 68 BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA A. Kualitas Soft Skill Mahasiswa Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang

Lebih terperinci

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS PENERAPAN MODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA TERHADAP KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengamanatkan negara menjamin hak dasar setiap warga negara terhadap pemenuhan kebutuhan pendidikan serta pengembangan diri dan memperoleh

Lebih terperinci

oleh: Eka Yuli Astuti & Ranti Novianti Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, Bandung

oleh: Eka Yuli Astuti & Ranti Novianti Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Nusantara, Bandung ASESMEN KESULITAS BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS 1 SDN SUKARASA KOTA BANDUNG oleh: Eka Yuli Astuti & Ranti Novianti Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam

Lebih terperinci