ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG AYAM BROILER (PEDAGING) DI PASAR BINA USAHA MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG AYAM BROILER (PEDAGING) DI PASAR BINA USAHA MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG AYAM BROILER (PEDAGING) DI PASAR BINA USAHA MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI HASYIMI 06C PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 3

2 ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG AYAM BROILER (PEDAGING) DI PASAR BINA USAHA MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI HASYIMI 06C Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 3

3 LEMBARAN PENGESAHAN Judul : Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Ayam Broiler ( Pedaging ) di Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Nama : HASYIMI NIM : 06C Program Studi : Agribisnis. Menyetujui; Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota Ir. Said Mahjali, MM NIDN Meiza Aulia, SP Mengetahui; Dekan, Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis Diswandi Nurba, S.TP,.M.Si NIDN Yoga Nugroho, SP,.MM Tanggal Kelulusan : 7 Oktober 3

4 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Selama 50 tahun lebih perkembangan ayam ras, terutama ayam ras pedaging di Indonesia telah terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, terutama ayam jenis pedaging/broiler (Abidin, 02 ). Ayam Broiler merupakan salah satu jenis komoditi dibidang peternakan yang menghasilkan gizi dan memiliki nilai ekonomi yang cukup potensial (Hartono, 0 ). Ayam Broiler yang dimaksud adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf, 04). Sebagian besar penduduk Indonesia adalah pengonsumsi daging ayam broiler, oleh karena itu kebutuhan akan daging harus terpenuhi dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu cara untuk pemenuhan daging ayam broiler adalah dengan pengembangan usaha ayam pedaging/broiler. Kecamatan Johan Pahlawan merupakan pusat kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yang memiliki luas wilayah sebesar 8. % dari total luas Kabupaten yaitu 60,00 m 2. Sebelum bencana alam Gelombang Tsunami yang terjadi pada Tanggal 26 Desember 04, kota Meulaboh termasuk kota yang cepat berkembang karena penduduknya yang padat sehingga sangat mempengaruhi pendapatan para pedagang khususnya pedagang ayam potong (Broiler).

5 2 Permintaan akan produk hasil ternak ayam broiler diperkirakan akan terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: () Pendapatan, konsumsi produk hasil ternak meningkat ketika pendapatan penduduk naik; (2) Harga, menurunnya harga akan meningkatkan konsumsi ( Anonymous 02). Demikian juga dengan daerah Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yang dikenal sebagai sentra pemasaran dan peternakan broiler. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk maka diiringi oleh peningkatan jumlah populasi broiler. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2, jumlah penduduk dan produksi ayam broiler di Kecamatan Johan Pahlawan seperti terlihat pada tabel dibawah ini : Tabel. Jumlah Penduduk dan Produksi Broiler di Kabupaten Aceh Barat Tahun 07 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Populasi Broiler (kg) Sumber : BPS Kabupaten Aceh Barat (07 ) Ternak Ayam Potong ( Broiler) merupakan hewan ternak yang mudah dipelihara dan paling ekonomis dibandingkan ternak yang lain. Karena usaha ternak unggas dapat dilakukan di perkarangan rumah penduduk yang merupakan usaha sampingan dan ada juga yang memeliharanya di lahan yang sangat luas tergantung skala usahanya sebagai usaha pokok. Usaha peternakan dan pedagang ayam potong sangat menjanjikan dari tahun ke tahun semakin menonjol peranannya dalam meningkatkan pendapatan usahatani dan pedagang serta semakin mempersempit kesenjangan terhadap peningaktan akan kebutuhan daging hewani.

6 3 Ayam Potong ( Broiler) adalah hewan yang tergolong dalam ternak unggas, antara lain; Ayam Buras, Ayam Ras, Itik, Puyuh dan lain-lain, sedangkan ternak unggas dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu ternak unggas darat dan ternak unggas air karena di antara kedua jenis itu memiliki persamaan dan perbedaannya sedangkan yang lebih banyak dipelihara dan diperdagangkan dalam Kecamatan Johan Pahlawan adalah Ayam Buras, Ayam Broiler dan Itik (Animous, 02). Populasi masing-masing jenis Ternak Unggas pada tahun 2 untuk jenis Ayam Buras ekor dan itik ekor, sedangkan jenis Ayam Ras dan Puyuh masih sedikit pertenak yang berusaha membudidayakannya. Jumlah pemasukan dan pengeluaran ternak unggas dalam Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jumlah Pemasukan dan Pengeluaran Ternak Unggas dalam Kabupaten Aceh Barat Tahun 0- Pemasukan Jenis Ternak (Ekor) Tahun Tahun 0. Ayam Ras Petelur Ayam Tas Pedaging (Broiler) Itik Sumber : Aceh Barat Dalam Angka Tahun Ternak unggas Ayam Ras Pedaging dan jumlah pemasarannya lebih tinggi dibandingkan Ayam Ras Petelur dan Itik. Ini disebabkan tingginya permintaan dari peternak itu sendiri berdasarkan banyaknya konsumen yang mengkonsumsi Ayam Ras Pedaging ( Broiler) dan juga karena masih minimnya produksi ternak dalam Kabupaten Aceh Barat. Rendahnya jumlah pemasukan ternak unggas pada Tahun 2 jika dibandingkan pada Tahun, disebabkan karena pada tahun 2 sudah banyak perternak yang berhasil memproduksi ternak dalam julah besar sehingga

7 dapat mencukupi permintaan konsumen dalam Kabupaten Aceh Barat khususnya Kecamatan Johan Pahlawan. Sedangkan pengeluaran ternak unggas pada Tahun dan 2 nihil, karena peternak unggas dalam Kabupaten Aceh Barat belum dapat menyaingi harga pasaran ternak unggas yang didatangkan dari luar Aceh terutama Sumatra Utara. Populasi dan penyebaran ternak ungas, melalui bantuan pemerintah menurut jenis ternak dalam Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat tabel 3 berikut: Tabel 3. Penyebaran Ternak Bantuan Pemerintah Menurut Jenis Ternak dalam Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Jenis Ternak Jumlah Jumlah Jenis Ternak Nasabah Bantuan (Ekor) ( orang ). Ayam Ras Petelur Demplot 2 APBD II APBD I 2. Ayam Ras Pedaging ((Broiler) Bibit Itik APBD I Sumber : Aceh Barat dalam Angka Tahun 2 Tabel 3, menjelaskan bahwa jumlah pemasukan ternak unggas pada tahun lebih besar dari tahun 2 dari jenis ternak unggas Ayam Ras pedaging (Broiler) dan jumlah pemasarannya lebih tinggi dibandingkan Ayam Ras petelur dan Bibit Itik. Ini disebabkan tingginya permintaan dari peternak itu sendiri berdasarkan banyaknya konsumen yang mengkonsumsi Ayam Ras Pedaging (Broiler) dan juga karena masih minimnya produksi ternak dalam Kabupaten Aceh Barat Tingginya jumlah pemasukan ternak unggas pada tahun 2 jika dibandingkan pada tahun, disebabkan karena pada tahun 2 sudah banyak peternak yang berhasil memproduksi ternak dalam jumlah besar sehingga dapat 4 mencukupi permintaan konsumen dalam Kabupaten Aceh Barat khususnya

8 Kecamatan Johan Pahlawan. Sedangkan pengeluaran ternak unggas pada tahun 0 dan nihil, karena peternak Unggas dalam Kabupaten Aceh Barat belum dapat menyaingi harga pemasaran ternak unggas dari luar. Tabel 3 menjelaskan bahwa penyebaran ternak unggas bantuan pemerintah bersumber dari dana APBD II dan APBD I.Untuk jenis ternak Unggas Ayam Petelur jumlah ternak bantuan sebesar 000 ekor dari jenis bantuan APBD II dengan dengan jumlah nasabah dalam bentuk Demplot dan 400 ekor dari jenis bantuan APBD I dengan jumlah nasabah 2 orang. Untuk jenis ternak Unggas Itik jumlah bantuan sebesar 500 ekor dari jenis bantuan APBD II dengan jumlah nasabah 30 orang, sedangkan untuk Ayam Ras Pedaging (Broiler) nihil. Jumlah pemotongan ternak Unggas menurut jenis ternak di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Jumlah Pemotongan Ternak Unggas Menurut Jenis Ternak dalam Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Kecamatan Ayam ras Ayam Buras Itik Petelur dan (ekor) (ekor) pedaging. Johan Pahlawan Samatiga Bubon Arongan lambalek Woyla Woyla Barat Woyla Timur Kaway XVI Meureubo Pante Ceureumen Sungai Mas Jumlah Jumlah Sumber : Aceh Barat Dalam Angka Tahun 2 Table 4. menjelaskan bahwa jumlah terbesar pemotongan ternak unggas dalam Kabupaten Aceh Barat terdapat pada Kecamatan Johan Pahlawan, 5

9 6 Kecamatan Samatiga, Kecamatan Bubon dan seterusnya dengan jenis ternak ayam buras lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan Ayam Ras Petelur /Pedaging dan Itik. Dalam program pembangunan jangka panjang yang telah tertuang dalam GBHN Tahun 993, menerangkan bahwa pembangunan diprioritaskan pada sektor peternakan yang bertujuan untuk menetapkan swasembada pangan dan juga meningkatkan hasil produksi pertanian lainnya, demi terwujudnya struktur ekonomi yang seimbang antara sektor industri pertanian dan peternakan, baik dari segi nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja. Sesuai dengan arah dan tujuan serta kebijakan dalam pembangunan pertanian dilaksanakan melalui berbagai program antara lain; perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Program ini tidak terlepas dengan program lainnya, seperti program penelitian dan pengembangan prasarana serta kebijakan harga pangan. Maka dengan berkembangnya prasarana fisik tentunya petani, peternak dan pedagang semakin tanggap terhadap perubahan harga pasar, kebijakan harga dan prasarana yang ditempuh dalam program pembangunan yang merupakan kebijakan terpenting di dalam mencapai dan memantapkan swasembada pangan. Adanya kebijakan ini telah terbukti dapat mendorongnya peningkatan produksi serta pendapatan petani dan pedagang ternak unggas dan menjamin daya beli masyarakat. Kebijakan ini sangat bermanfaat guna untuk peningkatan efisiensi serta ekonomi pertanian dan peternakan. Pasca terjadinya Tsunami 26 Desember 04, pusat perdagangan yaitu Pasar Bina Usaha Kecamatan Johan Pahlawan terhenti total, beberapa bulan kemudian kegiatan pasar mulai aktif kembali. Para pedagang mulai ramai

10 7 menempati lokasi usaha, termasuk pedagang Ternak Ayam Potong (Broiler) yang jumlahnya ± 40 orang dan ada juga yang lokasi usahanya dipinggiran kota Meulaboh..2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahannya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:. Apakah faktor harga pembelian ayam potong berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler). 2. Apakah faktor Tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam pedaging ( broiler). 3. Apakah faktor modal berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam pedaging ( broiler). 4. Apakah faktor Umur berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler). 5. Apakah faktor pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler)..3 Tujuan penelitian Berdasarkan indentitas masalah yang dikemukakan, maka tujuan penilitian ini adalah untuk :. Mengetahui apakah faktor harga berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler). 2. Mengetahui apakah faktor tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler).

11 8 3. Mengetahui apakah faktor modal berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler). 4. Mengetahui apakah faktor umur berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler). 5. Mengetahui apakah faktor pendidikan pedagang berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan pedagang ayam pedaging( broiler)..4 Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, adapun kegunaan penelitian ini antara lain :. Dapat memberi manfaat bagi pedagang terutama dalam menerima masukan-masukan yang diberikan oleh pihak-pihak lain berkenan dengan pentingnya faktor faktor tersebut diatas bagi kemudahan pedagang ayam dalam melakukan aktifitas perdagangannya. 2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti dalam upaya memperdalam pengetahuan sosial ekonomi pertanian, terutama masalah pemasaran dan pendapatan hasil pertanian. 3. Selain itu hasil penelitian itu diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan yang informatif bagi produsen dalam upaya memperlancar dan mengembangkan aktivitas usahanya..5 Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tujuan, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut : Faktor-faktor harga pembelian Ayam Potong, tenaga kerja, modal, umur dan pendidikan akan berpengaruh nyata

12 terhadap pendapatan pedagang Ayam Potong ( Broiler) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat 9

13 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja ( Purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Johan Pahlawan merupakan pusat kota, pusat pemerintahan dan pusat perdagangan di mana terdapat para pedagang ternak Ayam Potong (Broiler) berkumpul. Menurut Mantra dan Kasto (05 ) purposive sampling dapat dilakukan atas pertimbangan - pertimbangan tertentu yang didasarkan pada tujuan penelitian. Kecamatan Johan Pahlawan terdiri dari Kelurahan, yang mana diambil satu kelurahan yaitu Kelurahan Ujong Baroh secara sengaja (Purposive sampling) dengan mempertimbangkan bahwa pusat perdagangan (Pasar Bina Usaha) terletak di Kelurahan Ujong Baroh yang merupakan tempat para pedagang berkumpul. Adapun yang dijadikan objek penelitian ini adalah para pedagang Ayam Potong ( Broiler) yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada aspek harga pembelian ayam, tenaga kerja, modal, umar dan pendidikan pedagang serta pendapatan Ayam Potong (Broiler). 3.2 Populasi, Metode Pengambilan Sampel dan Pengambilan Data Populasi dalam penelitian ini adalah para pedagang ayam yang berada di Kecamatan Johan Pahlawan sebanyak 40 orang menurut pemantauan penulis di lapangan. Penentuan pedagang sampel dilakukan dengan cara acak sederhana 6

14 7 (Simple Random Sampling). Pedagang ternak unggas yang ditetapkan sebesar 50% dari 40% orang jumlah pedagang yang berada pada lokasi penelitian. Dengan demikian jumlah pedagang sampel adalah orang Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan literature serta laporan yang erat kaitannya dengan penelitian ini. 3.2 Batasan Varibel Variable-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Produksi yaitu rata-rata jumlah ternak unggas yang diperoleh dan dibeli dari peternak atau agen pengumpul yang dinyatakan dalam satuan Rp/ekor/bulan. b. Modal adalah seluruh biaya dalam bentuk uang tunai yang dikeluarkan dalam permasaran ternak unggas yang dinyatakan dalam satuan Rp/bulan. c. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pedagang unggas dalam proses produksi yang dinyatakan dalam satuan Rp/bulan d. Nilai produksi adalah penerimaan kotor yang diperoleh dari perkalian antara harga produksi dengan harga jual yang dinyatakan dalam satuan Rp/bulan. e. Pedapatan pedagang adalah selisih antara nilai produksi dengan biaya produksi yang dikeluarkan dinyatakan dalam satuan Rp/bulan.

15 8 f. Tenaga kerja adalah pencurahan tenaga yang diguanakan dalam usaha perdangan Unggas dengan satu hari kerja pria (HKP) dengan formula menurut Collier dan Sayogya dalam Mubyarto (02) L = fxhxj w Di mana : L = Indeks Tenaga Kerja (HKP) f = Jumlah Tenaga Kerja (orang) h = Jumlah Hari Kerja (hari) j = Jumlah Jam Kerja (jam) w = Jumlah rata-rata jam kerja, diasumsikan 8 jam/hari/orang g. Harga adalah nilai suatu barang/jasa yang diukur dengan sejumlah uang dengan satuan yang digunakan dalam rupiah. h. Umur pedagang adalah umur pedagang yang mengusahakan ternak unggas (ayam), dengan satuan yang digunakan dalam tahun. i. Pendidikan pedagang adalah tingkat pendidikan formal. Dengan satuan yang digunakan dalam tahun. 3.4 Model dan Metode Analisis Data yang telah diperoleh dari lapangan diolah dan ditabulasikan ke dalam bentuk tabulasi sesuai dengan kebutuhan analilsis. Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linear berganda dengan lima variable bebas dan satu variabel terikat, dengan persamaan : Y =Ayam Potong (Broiler) O + a + X + a 2 X 2 + a 3 + X 3 + a 4 X 4 + a 5 + e

16 9 Di mana : Y = Pendapatan (Rp/bulan) X = Harga Pembelian Ayam (Rp) X 2 = Tenaga Kerja (HKP) X 3 = Modal (Rp/bulan) X 4 = Umur Pedagang (thn) X 5 = Pendidikan Pedagang (thn) A 0 = Konstanta (Intercept) a, a 2, a 3, a 4, dan a 5 = Parameter yang dicari e = Faktor yang tidak terobservasi untuk Mengetahui besarnya variable bebas (X ) terhadap variable terikat (Y) secara serempak digunakan uji F yaitu : JK( reg) / k F...( Sudjana,99) JK( sisa) / n k Dengan kaedah keputusan : Jikar F -cari > F 0,05 maka terima H a tolak H 0 Jika F -cari < F 0,05 maka terima H 0 tolak H a Untuk variable melihat keeratan hubungan antara variable bebas dengan variable terikat dianalisis dengan koefisien korelasi. Perhitungan koefisien korelasi berdasarkan pada perhitungan koefisien determinasi (R 2 ) dengan Formula R 2 JK( reg) JKtotal Di mana : R 2 = Besarnya persentase penentuan variable terikat (Y) yang dipengaruihi variable bebas (X, X 2, X 3, X 4, dan X 5 ) R = Besarnya keeratan hubungan antara variable bebas (X, X 2, X 3, X 4, dan X 5 ) secara serempak dengan bvariabel terikat (Y)

17 Untuk mengetahui pengaruh secara parsial digunakan uji t dengan rumus : a t =...( Sudjana,99) Sa di mana : i t a S = Uji secara parsial = Parameter yang dicari = Standar deviasi dengan demikian kaedah keputusan : Jika t -cari > t tabel maka terima H a tolak H 0 Di mana : Jika t -cari < t tabel maka terima H 0 tolah H a H 0 : ai 0 : Besarnya harga pembelia ayam, tenaga kerja, modal, umur dan pendidikan pedagang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang Ayam Potong (Broiler) di Kecamatan Johan Pahlawan. H 0, ai # 0 : Besarnya harga pembelian ayam, tenaga kerja, modal, umur dan pendidikan pedagang berpengaruh nyata terhadap pendapatan pedagang Ayam Potong (Broiler) di Kecamatan Johan Pahlawan

18 BAB IV KEADAAN DAN POTENSI WILAYAH 4. Luas dan Letak Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan berada pada bagian barat Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 8,78350 km, yang terdiri dari 2 desa. Secara geografis daerah ini memiliki potensi ekonomi yang cukup stategis untuk dikembangkan karena daerah tersebut berada dipusat kota kabupaten. Sedangkan letak wilayah kecamatan Johan Pahlawan dibatasi dengan kecamatan-kecamatan sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Sama Tiga Sebelah selatan dengan Lautan Hindia Sebalah Timur dengan Kecamatan Kaway XVI Sebalah Barat dengan Kecamatan Meureubo Kecamatan Johan Pahlawan, dilihat dari segi administrasi terdiri dari 2 Gampoeng dengan luas seluruhya adalah 98 km 2 atau 8,persen dari luas wilayah Kabupaten Aceh Barat, yaitu 2,442 km Keadaan Tanah dan Topografi Kecamatan Johan Pahlawan memiliki jenis tanah Aluvial, Latosol dan Podsolid, merah kuning atau ( PMK), dengan keadaan topografi 46,25% datar dan 54,75% berbukit serta bergelombang.

19 2 4.3 Iklim Keadaan curah hujan di Kecamatan Johan Pahlawan tidak jauh berbeda yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat. Curah hujan rata-rata 486mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 22 hari hujan / bulan. Kecamatan Johan Pahlawan memiliki iklim tipe E ( agak basah ). Iklim tipe ini ditandai dengan lebih banyak bulan basah dalam setiap tahunnya dibandingkan dengan bulan kering. Suhu rata-rata tahunan di Kecamatan Johan Pahlawan berkisar antara C. 4.4 Keadaan Penduduk 3.4. Jumlah Penduduk Menurut data Statistik Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk pada tahun berjumlah jiwa dengan rincian sebagai berikut : Tabel. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Johan Pahlawan Umur ( Tahun) Jumlah ( Jiwa) Jumlah Sumber : Kantor BPS Johan Pahlawan, Mata Pencaharian Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan merupakan wilayah pusat ibukota Aceh Barat yang bermata pencaharian seperti pedagang, pegawai negeri dan lainnya. Sedangkan dibidang pertanian hanya sebagian kecil saja. Data lebih jelas ada pada tabel dibawah ini :

20 22 Tabel 2. Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Johan Pahlawan No Umur ( Tahun) Jumlah ( Jiwa) Pertanian.98 2 Pedagang Pegawai Negeri Perkebunan 75 5 Nelayan Peternak 263 Jumlah Sumber : Kantor BPS Johan Pahlawan, 08 Tabel diatas memperhatikan bahwa jenis mata pencaharian penduduk di sektor pertanian lebih sedikit dibandingkan dengan pedagang dan pegawai negeri dan lebih banyak dibandingkan dengan nelayan dan peternak Perkembangan Pertanian Pada sektor pertanian di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat terjadi peningkatan luas tanam dan produksi usaha tani dan mencapai puncaknya pada tahun 0, namun pada tahun berikutnya terjadi sedikit fluktuasi harga yang mengakibatkan kurangnya pendapatan petani dalam usaha pertanian sehingga menjadi penurunan produksi. Selanjutnya pada tahun 02 usaha tani sedikit demi sedikit mulai membaik walaupun tidak seperti yang diharapkan. Selain dari berusaha tani disawah para petani juga berusaha untuk meningkatkan produksi dibidang tanaman palawija dan hortikultura, hal ini dilakukan sebagai pemanfaatan lahan-lahan yang masih tersisa atau kosong selain lahan tanaman padi. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

21 Tabel 3. Luas Lahan menurut penggunaan Komoditi di Kecamatan Johan Pahlawan Komoditi Luas Tanam ( Ha) Padi 280 Kacang Tanah 25 Kedelai 8 Jagung 5 Kacang Panjang 4 Jumlah 332 Sumber : Kantor BPS Johan Pahlawan, 23

22 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Luas dan Letak Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan berada pada bagian barat Kabupaten Aceh Barat dengan luas wilayah 8,78350 km, yang terdiri dari 2 desa. Secara geografis daerah ini memiliki potensi ekonomi yang cukup stategis untuk dikembangkan karena daerah tersebut berada dipusat kota kabupaten. Sedangkan letak wilayah kecamatan Johan Pahlawan dibatasi dengan kecamatan-kecamatan sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Sama Tiga Sebelah selatan dengan Lautan Hindia Sebalah Timur dengan Kecamatan Kaway XVI Sebalah Barat dengan Kecamatan Meureubo Kecamatan Johan Pahlawan, dilihat dari segi administrasi terdiri dari 2 Gampoeng dengan luas seluruhya adalah 98 km 2 atau 8,persen dari luas wilayah Kabupaten Aceh Barat, yaitu 2,442 km Keadaan Tanah dan Topografi Kecamatan Johan Pahlawan memiliki jenis tanah Aluvial, Latosol dan Podsolid, merah kuning atau (PMK), dengan keadaan topografi 46,25% datar dan 54,75% berbukit serta bergelombang.

23 Iklim Keadaan curah hujan di Kecamatan Johan Pahlawan tidak jauh berbeda yang terdapat dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat. Curah hujan rata-rata 486mm pertahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 22 hari hujan / bulan. Kecamatan Johan Pahlawan memiliki iklim tipe E ( agak basah ). Iklim tipe ini ditandai dengan lebih banyak bulan basah dalam setiap tahunnya dibandingkan dengan bulan kering. Suhu rata-rata tahunan di Kecamatan Johan Pahlawan berkisar antara C. 4.4 Keadaan Penduduk Menurut data Statistik Johan Pahlawan memiliki jumlah penduduk pada tahun berjumlah jiwa dengan rincian sebagai berikut : Tabel. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur di Kecamatan Johan Pahlawan Umur ( Tahun) Jumlah ( Jiwa) Jumlah Sumber : Kantor BPS Johan Pahlawan, Mata Pencaharian Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan merupakan wilayah pusat ibukota Aceh Barat yang bermata pencaharian seperti pedagang, pegawai negeri dan lainnya. Sedangkan dibidang pertanian hanya sebagian kecil saja. Data lebih jelas ada pada tabel dibawah ini :

24 Tabel 2. Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Johan Pahlawan No Umur ( Tahun) Jumlah ( Jiwa) Pertanian.98 2 Pedagang Pegawai Negeri Perkebunan 75 5 Nelayan Peternak 263 Jumlah Sumber : Data Sekunder BPS Johan Pahlawan, 2 Tabel diatas memperhatikan bahwa jenis mata pencaharian penduduk di sektor pertanian lebih sedikit dibandingkan dengan pedagang dan pegawai negeri dan lebih banyak dibandingkan dengan nelayan dan peternak Karakteristik Pedagang Karakteristik pedagang merupakan satu unsur yang dapat mempengaruhi kemampuan pedagang dalam menjalankan suatu usaha perdagangan ternak unggas yang diusahakan. Unsur-unsur karakteristik pedagang ternak unggas yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman dalalm menjalankan usaha perdagangan ternak unggas. Keempat unsur karakteristik pedagang tersebut ada hubungannya dengan kemampuan mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki dan mempengaruhi pedagang dalam mengelola dan mengusahakan usahannya. Soeharjo dkk (0 3), mengatakan bahwa umur seseorang akan mepengaruhi kemampuan fisik bekerja dan cara berpikir. Orang yang lebih muda biasanya cenderung lebih agresif dan lebih dinamis dalam berusaha bila dibandingkan dengan yang lebih tua. Di samping itu, umur juga mempengaruhi

25 24 seseorang dalam mengelola usahanya. Pedagang dengan umur yang relatif muda akan mampu bekerja keras bila dibandingkan dengan pedangang yang lebih tua. Tingkat pendidikan merupakan faktor yang dapat menunjang proses penyerapan teknologi dan informasi ataupun torobosan dalam bidang perdagangan. Tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan daya serap pedangang terhadap informasi pasar dan segmen pasar yang dimasuki semakin lamban, sehingga usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak secara lamban pula. Pengalaman berusaha merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam menunjang kegiatan usahatani. Pengalaman berusahatani (berdagang) yang lebih lama akan lebih mudah mengantisipasi berbagai kendala yang dihadapi. Pedagang yang memiliki pengalaman kerja lebih lama akan lebih mudah mengambil keputusan yang terbaik pada saat paling tepat (Hermanto, 02) Jumlah tanggungan keluarga juga akan mempengaruhi tingkat produksi dan pendapatan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga. Namun hal ini dapat diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja yang lebih besar yang bersumber dari dalam keluarga. Apabila semua anggota masih berada di bawah umur angkatan kerja, maka beban biaya yang harus ditanggung oleh kepala keluarga semakin besar (Manullang, 02). Keadaan karakteristik pedagang sampel di lokasi penelitian dapat dilihat pada lampiran. Adapun rata-rata karakteristik pedagang sampel di daerah penelitian diperlihatkan pada tabel 8 berikut :

26 Tabel 8. Rata-rata Karakteristik Pedagang Ternak Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2 No. Karakteristik Satuan Rata-rata Umur Pendidikan Pengalaman usaha Jumlah tanggungan Tahun Tahun Tahun Tahun Tabel 8, menjelaskan bahwa umur pedagang Ayam rata-rata adalah tahun atau dibulatkan menjadi 37 tahun, ini merupakan usia yang masih dapat digolongkan ke dalam kelompok usia produktif untuk bekerja dan mengembangkan usahanya menjadi lebih besar dan maju. Pendidikan rata-rata pedagang ternak unggas adalah 0 tahun yang berarti pedagang telah menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Pertama, hal ini menunjukkan bahwa modal pendidikan dan sumberdaya yang cukup pada diri pedagang untuk menyerap berbagai informasi teknologi pada diri pedagang untuk menyerap berbagai informasi. Sementara pengalaman usaha rata-rata tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa pedagang ternak Ayam potong telah cukup berpengalaman dalam mengelola usahanya. Kemudian pada karakteristik jumlah tanggungan yang menjelaskan tanggung jawab pedagang secara sosial ekonomi terhadap anggota 25 keluarganya di mana rata-rata jumlah tanggungan keluarga adalah 3 jiwa menunjukkan bahwa beban tersebut relatif ringan dan karenanya secara teoritisnormatif pedagang akan dapat melakukan saving yang berguna dalam akumulasi modal untuk mengembangkan usahanya agar mencapai skala yang semakin produktif dan efisien.

27 Aspek Pasar Pada pemasaran ayam pedaging baik yang masih hidup maupun yang sudah dilakukan pencabutan bulu, tidak ada ketentuan resmi yang mengikat dan mengatur dalam pemasaran. Penyaluran pemasaran ayam pedaging dapat dilakukan secara bebas oleh peternak maupun pedagang baik skala kecil maupun skala besar. Cara pemasaran ayam pedaging ada 2 jalan yang ditempuh oleh peternak, yaitu :. Penjualan langsung Peternak menjual hasil ternaknya secara langsung kepada pedagang tanpa melalui perantara atau makelar. Pedagang itu sendiri dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu : a. Pedagang besar b. Pedagang kecil c. Pedagang eceran 2. Penjualan tidak langsung Peternak menjual hasil produksinya tidak secara langsung tetapi melalui seseorang perantara atau makelar. Menurut tanggung jawabnya seorang perantara atau komisioner dalam perdagangan/bisnis. (Hartono, 0). 4.8 Skala Usaha Skala usaha adalah besaran usaha yang secara linier menentukan tingkat hasil (yield) yang mungkin diperoleh pedagang ternak dari produksi fisik yang bakal dicapai dari usahanya tersebut. Skala usaha menjadi penting untuk diperhitungkan pada kegiatan usaha perdagangan ternak unggas dalam kaitannya

28 27 untuk mencapai apa yang diisitilahkan sebagai suatu econimic of scale atau skala usaha yang ekonomis dan menguntungkan pada usaha yang dimaksud (Soekartawi, 0). Skala usaha dalam kegiatan perdagangan ternak Ayam potong didefinisikan sebagai banyaknya populasi ternak Ayam potong yang dibeli pedagang pada peternak Ayam potong yang kemudian diperdagangkan pada perternak Ayam potong yang kemudian diperdagangkan di pasar. Beranjak secara khusus pada hasil penelitian ini, penulis mencatat bahwa di daerah penelitian yaitu di Kecamatan Johan Pahlawan, rata-rata jumlah ternak Ayam potong yang diperdagangkan oleh pedagang adalah sebesar 36 ekor per hari. 4.9 Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang cukup penting dalam suatu usaha. Penggunaan tenaga kerja dinyatakan sebagai besaran curahan kerja efektif dari jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam fase kegiatan usaha (Mosher, 03). Jenis-jenis pekerjaan yang membutuhkan pencurahan tenaga kerja dalam usaha perdagangan ternak unggas, adalah: pembelian ternak unggas, pemeliharaan dan penjualan unggas ayam. Di dalam perdagangan unggas ayam pada penelitian ini tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja yang bersumber dari dalam dan dari luar keluarga, yang dikonversikan ke dalam satuan hari kerja pria (HKP). Di mana rata-rata hari kerja pria dewasa pada saat penelitian rata-rata berkisar 8 jam per hari dengan upah rata-rata Rp..000,- per HKP. Adapun distribusi penggunaan tenaga kerja pada pedagang ternak unggas di daerah penelitian adalah seperti diperlihatkan pada tabel 9 berikut

29 28 Tabel 9. Rata- rata penggunaan Tenaga kerja Menurut Fase Kegiatan pada usaha perdagangan ternak unggas di Daerah Penelitian Tahun 2 Sumber Tenaga Kerja NO Fase kegiatan DK LK Jumlah Persentase (HKP) (HKP) (HKP) (%). Pembelian ayam 8,28-8,28 47,07 2. Pemeliharaan ayam,78 -,78 30,34 3. Penjual ayam 8,77-8,77 22,59 Jumlah 38,83-38, Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2 Tabel 9, menjelaskan bahwa rata-rata pencurahan tenaga kerja oleh pedagang ternak unggas sebesar 38,83 HKP dimana seluruhnya berasal dari dalam keluaga. Untuk pekerjaan pembelian unggas ayam pencurahan tenaga kerja berjumlah 8,77 HKP atau 22,59 % dari total penggunaan tenaga kerja. Kemudian untuk pekerjaan pemeliharaan unggas ayam rata-rata pencurahan tenaga kerja adalah sebesar,78 HKP yang seluruhnya berasal dari tenaga kerja dalam keluarga, atau 30,34 % dari total penggunaan tenaga kerja. Kegiatan penjualan-penjualan ternak unggas pencurahan tenaga kerja rata-rata sebesar 8,28 HKP, atau sebesar 47,07 % dari total pencurahan tenaga kerja. Dimana tenaga kerjanya berasal dari dalam keluarga. Untuk lebih jelas rincian penggunaan tenaga kerja menurut fase kegiatan pada usaha perdagangan ternak Ayam potong dapat dilihat pada lampiran Penggunaan Sarana dan Alat Produksi Sarana dan alat produksi dalam penelitian ini adalah kandang ayam, keranjang, pakan bensin yang digunakan untuk proses perdagangan Ayam Potong (Broiler) dapat dilihat pada tabel 0 berikut.

30 Tabel 0. Rata rata Penggunaan Sarana dan Alat produksi pada usaha Pedagang Ayam Potong di Kecamatan Johan Pahlawan 2 No Jenis sarana Penggunaan Satuan produksi Sarana produksi Kandang Keranjang Pakan Unit Unit Kg,30, 80,75 Besin Liter Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2 3,70 Tabel 0, menjelaskan bahwa dalam penggunaan sarana dan alat produksi pada usaha pedagang Ayam Potong meliputi kandang dengan rata rata penggunaan sebanyak,30 unit, keranjang sebesar, unit, pakan ayam sebesar 80,75 kg dan menghabiskan bensin untuk kendaraan dua sebesar 3,70 liter. 4. Pengunaan Biaya Produksi Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam Rangka pelaksanaan kegiatan usaha pedagang Ayam potong yang dinilai dengan rupiah, baik itu biaya tunai maupun biaya tidak tunai. Biaya produksi yang di perhitungkan meliputi biaya tenaga kerja, biaya sarana produksi dan biaya lainnya. Biaya tidak tunai adalah biaya tenaga kerja yang seluruhnya berasal dari dalam keluarga dan biaya bunga modal sebesar 2%, adapun biaya tunai yang dikeluarkan seperti pembelian ternak Ayam Potong (Broiler), dapat dilihat pada Tabel berikut. 29

31 Tabel. Rata rata Penggunaan Biaya Produksi Pedagang Ayam potong di Kacamatan Johan Pahlawan Tahun 2 Biaya Produksi NO Komponen Biaya Tunai (Rp) Tidak Tunai (Rp) Tenaga kerja Sarana produksi: - Kandang - Keranjang - Pakan - Bensin Lain lain : - Bunga Modal , ,-.875, ,- 58,426,- jumlah , ,- Sumber : Data primer (diolah ) tahun 2 Tabel, menjelaskan bahwa biaya produksi terbesar yang dikeluarkan dalam proses perdagangan Ayam potong adalah biaya sarana produksi, yaitu sebesar Rp perbulan yang terdiri dari biaya tunai sedangkan biaya produksi terkecil adalah biaya bunga modal yaitu sebesar Rp Produksi Produksi yang dimaksud dalam penlitian ini yaitu jumlah fisik Ayam Potong (Broiler). Tinggi rendahnya produksi Ayam potong yang diperoleh akan memberi pengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang dari usahanya. Rata rata produksi unggas yang dihasilkan oleh pedagang ternak Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah sebanyak 36 ekor ayam dengan harga rata rata pembelian sebesar Rp 2,950 per ekor. Perincian jumlah ternak Ayam potong yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5.

32 3 4.3 Nilai Produksi Nilai produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil kali total produksi dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian. Rata rata harga jual unggas ayam di daerah penelitian adalah Rp /ekor adapun ratarata nilai produksi Ayam potong oleh pedagang di daerah penelitian dapat Tabel 2 berikut. Tabel 2. Rata-Rata Nilai Produksi Ayam Potong (Broller) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 No. Uraian Satuan Rata-rata Produksi Harga produksi Nilai produksi Sumber : data primer (diolah) tahun 2 Ekor Rp. Rp. 360, Tabel 2, menjelaskan bahwa rata-rata nilai produksi usaha pedagang ternak unggas ayam adalah sebesar Rp ,- dimana harga per ekor ayam yang berlaku saat penelitian adalah Rp ,-. Perincian nilai produksi untuk usaha pedagang ternak Ayam potong dapat dilihat pada lampiran Analisis Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah selisih antara nilai hasil produksi total dengan seluruh biaya produksi, baik biaya produksi tunai maupun biaya produksi tidak tunai. Adapun perincian rata-rata pendapatan pedagang ternak Ayam potong di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

33 Tabel 3. Rata-rata Pendapatan Pedagang Ternak Ayam (Broiler) di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 No. Uraian Satuan Rata-rata Produksi Nilai produksi Biaya produksi Pendapatan Ekor Rp. Rp. Rp. Sumber : data primer (diolah) tahun Tabel 3. menjelaskan bahwa rata-rata pendapatan pedagang ternak Ayam potong adalah sebesar Rp Adapun perincian pendapatan pedagang Ayam Potong dapat dilihat pada lampiran Analisis Pendapatan Pedagang Ayam potong Peningkatan pendapatan merupakan salah satu usaha pedagang untuk menuju kearah peningkatan kesejahteraan keluarganya sekaligus meningkatkan pendapatan per kapita nasional. Dalam usaha peningkatan pendapatan di sektor pertanian khususnya pada pedagang unggas ayam berhubungan dengan banyak faktor terutama yang erat kaitannya dengan proses produksi. Besarnya pendapatan (Y) yang diperoleh pedagang ternak unggas pada penelitian ini, berhubungan dengan harga pembelian ayam (X ), tenaga kerja (X 2 ), modal (X 3 ), umur pedagang (X 4 ) dan pendidikan pedagang (X 5 ). Untuk membuktikan apakah faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pendapatan pedagang ternak unggas (demi asumsi faktor -faktor lain diluar variabel yang dianggap konstan atau tetap), digunakan model fungsi persamaan regresi linier berganda. Hasil analisis fungsi pendapatan pedagang Ayam Potong menjelaskan bahwa secara serempak uji F, variabel-variabel bebas X, X 2, X 3, X 4, dan X 5

34 33 mempunyai hubungan sangat nyata dengan variabel terikat (Y) pada tingkat kepercayaan 95% dimana F-cari = 23,853 dan F-tabel 2,958 yang berarti bahwa F-cari lebih besar dari pada (>) F-tabel, sehingga terima hipotesis alternatif dan tolak hipotesis nol. Artinya pendapatan pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat mempunyai hubungan sangat nyata dengan harga pembelian ayam (X ), tenaga kerja (X 2 ), Modal (X 3 ), umur pedagang (X 4 ) dan pendidikan pedagang (X 5 ). Analisis secara parsial atau hubungan dari masing-masing variabel yang diteliti terhadap pendapatan pedagang ayam (Broiler) dilakukan dengan uji t. hasil uji t, menunjukkan bahwa masing-masing nilai t-cari X = 0,692, X 2 =3,72, X3 = 6,54, X4 =,827 dan X5 = 0,527. Sedangkan nilai t-tabel (0,05) dengan df 4 pada tingkat kepercayaan 95% adalah 2,45. kesimpulan dari hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial harga pembelian ayam (X ), umur pedagang (X 4 ) dan pendidikan pedagang (X 5 ) mempunyai perbedaan yang tidak nyata terhadap pendapatan (Y) pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan. Sedangkan penggunaan tenaga kerja (X 2 ) dan modal (X 3 ) mempunyai hubungan sangat nyata terhadap pendapatan pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan uraian diatas, mengenai hubungan antara variabel bebas (X,X 2,X 3,X 4, dan X 5 ) dengan variabel terdekat yaitu pendapatan (Y) pedagang Ayam potong melalui uji F dan uji t, maka untuk mengetahui keeratan hubungan yang terjadi antara variabel bebas (X, X 2, X 3, X 4, dan X 5 ) dengan variabel terikat (Y) digunakan koefisien korelasi (R). Hasil perhitungan diperoleh R= 0,989, artinya bahwa 98,9 % variasi yang terjadi pada pendapatan pedagang

35 34 Ayam potong mampu dijelaskan oleh faktor-faktor harga pembelian ayam (X ), tenaga kerja ( X 2 ), modal (X 3 ), umur pedagang (X 4 ) dan pendidikan pedagang (X 5 ), sedangkan sisanya, % dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian ini. Persamaan fungsi pendapatan pedagang Ayam potong dalam bentuk regresi linier berganda yaitu sebagai berikut : Y = , ,28 X ,82 X X X X 5 R = Persamaan di atas, menunjukkan koefisien regresi harga pembelian ayam (X ) sebesar Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan atau kenaikan harga pembelian ayam akan meningkatkan pendapatan pedagang Ayam potong sebesar ,- rupiah Koefisien regresi penggunaan tenaga kerja (X 2) adalah sebesar 3,72. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan pencurahan tenaga kerja sebesar satu HKP akan menurunkan pendapatan pedagang Ayam potong sebesar ,- rupiah. Penurunan pendapatan disini disebabkan karena pencurahan tenaga kerja keseluruhan di daerah penelitian adalah 38 HKP untuk memproduksi Ayam Potong adalah 36 ekor per hari, sehingga masih kekurangan tenaga kerja. Koefisien (X 2 ) diperoleh nilai sebesar 4.79, hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan atau kenaikan modal sebesar satu rupiah akan menaikkan pendapatan pedagang Ayam potong sebesar 4.79,- rupiah. Untuk koefisien regresi umur pedagang (X 4) adalah sebesar Rp , hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan atau kenaikan umur pedagang sebesar satu tahun, maka akan

36 35 menurunkan pendapatan pedagang Ayam potong sebesar Rp Untuk koefisien pendidikan (X 5 ) diperoleh sebesar Rp hal ini menunjukkan bahwa setiap penambahan atau kenaikan pendidikan sebanyak satu tahun akan menurunkan pendapatan pedagang Ayam potong sebesar Rp Penurunan pendapatan di sini, karena tingkat pendidikan formal di daerah penelitian hanya sampai pada pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dan sumberdaya relatife masih kurang pada diri pedagang untuk menyerap berbagai informasi, teknologi dan inovasi di bidang peternakan ayam.

37 36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6. Kesimpulan. Pada umumya pedagang ternak Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat memiliki rata-rata produksi ternak Ayam Potong sebanyak 36 ekor per hari. 2. Rata-rata penggunaan biaya produksi untuk membeli Ayam potong adalah sebesar Rp per ekor dengan nilai produksinya adalah sebesar Rp dengan rata-rata pendapatan adalah sebesar Rp Secara serempak uji F menunjukkan F-cari = 23,853 dan F-tabel diperoleh sebesar yang berarti bahwa F-cari lebih besar daripada (>) F-tabel, s ehingga terima hipotesis alternative dan tolak hipotesis nol. Aritnya pendapatan pedagangan Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh barat mempunyai hubungan sangat nyata dengan harga pembelian ayam (X ), tenaga kerja (X 2), umur pedagang (X 4 ) pendidikan pedagan (X 5 ) 4. Secara parsial atau hubungan dari masing-masing variabel yang diteliti terhadap pendapatan pedagang Ayam potong dilakukan dengan uji t, menunjukkan bahwa masing masing nilai t-cari = 0.692m X 2 = X 3 =6.54, X 4 =.827 dan X 5 = 0.5. sedangkan nilai t-tabel (00.5) dengan df 4 pada tingkat kepercayaan 95% adalah Kesimpulan dari hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial harga pembelian ayam (X ) mempunyai hubungan yang tidak nyata terhadap pendapatan (Y) pedagang

38 Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan. Sedangkan penggunaan 37 tenaga kerja (X 2) dan modal (X 3 ) mempunyai hubungan sangat nyata terhadap pendapatan pedagangan Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 5. Koefisien korelasi di daerah penelitian adalah artinya bahwa 98.9% variasi yang terjadi pada pendapatan pedagangan Ayam potong mampu dijelaskan oleh faktor-faktor haraga pembelian ayam (X ), tenaga kerja (X 2 ), modal ( X 3 ), umur pedagang ayam (X 4 ) dan pendidikan pedagang (X 5 ), sedangkan sisanya. % dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian ini Saran-saran. Diharapkan kepada pedagang Ayam potong di daerah penelitian baik secara formal maupun secara informal perlu meningkatkan kemampuan dalam penguasaan informasi yang berkaitan dengan proses perdagangan ternak unggas, sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam penggunaan modal dan tenaga kerja. 2. Perlu diberikan penyuluhan dan informasi yang cukup dalam bidang perdagangan ternak unggas sehingga nantinya pedagang akan lebih mampu dan terampil dalam mengaplikasikan teknologi demi peningkatan produksi dan pendapatan. 3. Selain faktor-faktor harga beli ayam, tenaga kerja, modal, umur dan pendidikan pedagangang, penulis menganjurkan bagi penelitian lanjutan agar memasukkan faktor-faktor lainnya yang ada hubungannya dengan

39 38 pendapatan perdagangan ternak unggas, sehingga hasil penelitian yang didapat akan lebih baik. 4. Diharapkan kepada pihak perbankan lebih pro aktif menjaring nasabah dari pihak pedagang ayam potong, jangan menunggu pedagang ayam datang ke Bank karena hal tersebut merupakan hal yang sulit dilakukan oleh pedagang ayam. 5. Kepada pihak Pemda Aceh Barat terutama Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup diharapkan lebih memperhatikan tingkat kebersihan pasar agar aroma dari limbah-limbah yang dihasilkan pedagang tidak mengganggu kenyamanan pembeli.

40 39 DAFTAR PUSTAKA, 0 Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Adi Koesoemah, RS. 02. Biaya dan Harga Pokok. Bandung Ahyari, A Angkatan Kerja di Indonesia, Rajawali Press. Jakarta Anonimous. 02, Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat. 2. Aceh Barat dalam Angka Tahun 2. Aceh Barat. Badan Pusat Statistik Kecamatan Johan Pahlawan. 2. Aceh Barat dalam Angka Tahun 2. Aceh Barat Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat. 09. Aceh Barat dalam Angka Tahun 09. Aceh Barat Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat. 2. Aceh Barat dalam Angka Tahun 2. Aceh Barat Hermanto, F. 02. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta Karim. 0. Pengaturan Ilmu Pertanian. LP3S. Jakarta Mantra IB, Kasto. 05. Penentuan Sampel, dalam : Singarimbun, M. dan S. Effendi. 05. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta Mosher. A.T. 03. menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna. Jakarta Mubyarto Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Manullang, M. 02. pembangunan Pertanian Indonesia. Bina Usaha. Jakarta Natisemito. 04. Manajemen Produksi dan Operasi. Fakultas Ekonomi Universitas Indoenesia. Jakarta. Soeharjo, A dan Dahlan Patong. 03. Sendi-sendi Pokok Usahatani. IPB Bogor Soekartawi. 03. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Pers. Jakarta. Sudjana.0. teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Tarsito. Bandung

41 Sukirno, S. 05, Mikro Ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 40

42 4 Lampiran. Karakteristik Pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Nomor Sample Umur Pedagang (Tahun) Lama Pendidikan (Tahun) Pengalaman Pedagang (Tahun) Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer (diolah) Tahun

43 42 Lampiran 2. Pencurahan Tenaga Kerja pada Usaha Pedagang Ternak Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Nomor Sample Jumlah Unggas ayam (Ekor) Pembelian Ayam Potong (Broiler) Pemeliharaan Unggar Ayam Penjualan Unggar Ayam (HKP) (HKP) (HKP) Total Jumlah Rata-rata Sumber : Datar Primer (diolah) Tahun

44 43 Lampiran 3. Penggunaan Sarana dan Alat Produksi pada Pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Nomor Sample Jumlah Unggas Ayam (Ekor) Jumlah Kandang (Unit) Jumlah Keranjang (Unit) Jumlah Pakan (Kg) Jumlah Bensin (Liter) Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer (diolah) Tahun

45 44 Lampiran 4. Perincian Biaya Sarana dan Alat Produksi pada Pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Nomor Sample Jumlah Unggas Ayam (Ekor) Jumlah Kandang (Rp) Jumlah Keranjang (Rp) Jumlah Pakan (Rp) Jumlah Bensi (Rp) Total Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2

46 45 Lampiran 5. Perincian Biaya Produksi pada Pedagang Ayam potong di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2 Nomor Sample Jumlah Unggas Ayam (Ekor) Harga Pembelian Ayam (Rp) Tenaga Kerja (Rp) Sarana Produksi (Rp) Jumlah (Rp) Total Biaya Produksi (Rp) Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer (diolah) Tahun 2

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perternakan merupakan sektor yang memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha dimasa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk perternakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM TRIONO HERMANSYAH NPM. 0710 4830 0671 ABSTRAK Berbedanya kemampuan petani

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Kota Medan Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran rendah timur

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN DAGING KAMBING DI PASAR BERSEHATI DAN PASAR PINASUNGKULAN KOTA MANADO

ANALISIS PEMASARAN DAGING KAMBING DI PASAR BERSEHATI DAN PASAR PINASUNGKULAN KOTA MANADO ANALISIS PEMASARAN DAGING KAMBING DI PASAR BERSEHATI DAN PASAR PINASUNGKULAN KOTA MANADO Jeane C. Loing 1 B. Rorimpandey 2 1,2 Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi, ABSTRAK Tujuan penelitian adalah

Lebih terperinci

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong Tanrigiling Rasyid 1, Sofyan Nurdin Kasim 1, Muh. Erik Kurniawan 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA, 2006. Kajian Kelayakan dan Skala Ekonomi Usaha Peternakan Sapi Potong Dalam Rangka Pemberdayaan Peternak (Studi Kasus Di Kawasan Budidaya Pengembangan Sapi Potong Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV.1. Keadaan Geografis Watang Pulu adalah salah satu dari 11 kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Kecamatan Wattang Pulu terletak

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH ELSA THESSIA YENEVA 06114052 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI, KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI, (Studi Kasus di Desa Golago Kusuma, Kecamatan Jailolo Timur, Kabupaten Halmahera Barat) Arman Drakel Staf Pengajar FAPERTA UMMU-Ternate,

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI

PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN NGANCAR KABUPATEN KEDIRI Sapta Andaruisworo Email : saptaandaruisworo@gmail.com Nur Solikin Email : gatotkoco.80@gmail.com Abstrak : Tujuan penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Semakin bertambahnya tingkat pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya kesadaran untuk merubah pola pemeliharaan secara tradisional (digembalakan)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan) ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan) Dr. Aris Slamet Widodo, SP., MSc. Retno Wulandari, SP., MSc. Prodi Agribisnis,

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Widya Lestari 1, Syafril Hadi 2 dan Nahri Idris 2 Intisari Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Barat pada khususnya adalah untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT Oleh: Memed Gunawan dan Ikin Sadikin Abstrak Belakangan ini struktur perekonomian masyarakat pedesaan Jawa Barat telah

Lebih terperinci

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

FAKTOR PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP DAGING AYAM BROILER DI KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP DAGING AYAM BROILER DI KABUPATEN BIREUEN FAKTOR PERMINTAAN KONSUMEN TERHADAP DAGING AYAM BROILER DI KABUPATEN BIREUEN Rusli dan Sitti Zubaidah Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim Kabupaten Bireuen Propinsi Aceh dacha.aceh@gmail.com

Lebih terperinci

LAKIP Kabupaten Aceh Barat Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang

LAKIP Kabupaten Aceh Barat Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang 1. Latar Belakang 2. Maksud dan Tujuan 3. Batas Wilayah Administrasi 4. Luas Wilayah 5. Jumlah Penduduk 6. Penduduk

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS ABSTRAK ANALISIS PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP USAHA TANI IKAN LELE DI DESA PLIKEN KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS Indra Margiyanto, Sulistyani Budiningsih, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Fatati 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI

LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI LAPORAN KEGIATAN KINERJA PENYALURAN DAN PEMANFAATAN KREDIT PROGRAM PERTANIAN KKPE DI PROVINSI BALI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan mendasar bagi pengembangan usaha pertanian adalah lemahnya

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mengalami keterpurukan ekonomi sejak tahun 1997, setelah itu Indonesia mulai bangkit dari keterpurukan itu, namun begitu ekonomi riil Indonesia belum

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH Farwah Inal Abdi *), Hasman Hasyim **), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

Lisa Oktaviani 1, Azhar 1, Mustafa Usman 1*

Lisa Oktaviani 1, Azhar 1, Mustafa Usman 1* ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI TERHADAP USAHATANI PADI SAWAH KECAMATAN MEUREUBO KABUPATEN ACEH BARAT (Income Analysis And The Factors That Influence Farmer s Interest

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jagung antara lain produktifitas, luas panen, dan curah hujan. Pentingnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak ditanam di setiap Negara, termasuk Indonesia. Jagung adalah sumber pangan kedua setelah padi. Hampir 70% hasil

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar) Oleh: Alek Hermawan 1, Dini Rochdiani 2, Tito Hardiyanto 3 1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci