IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA SKRIPSI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Lucky Astria Silalahi NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. (Matius 7:12) v

6 PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta. 2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Bangsa, dan Negara. vi

7 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA Oleh Lucky Astria Silalahi NIM ABSTRAK an ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Aspek yang diamati dalam implementasi pendidikan budi pekerti ini adalah strategi pengembangan pendidikan budi pekerti, metode pendidikan budi pekerti dan penanaman nilai-nilai budi pekerti. Subyek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pamong dan peserta didik tahun ajaran 2015/2016. Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan melalui implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa antara lain religius, sosial, sopan santun, kesetaraan gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, sportifitas, tanggungjawab, kerjasama, dan penghargaan terhadap lingkungan. Semua nilai tersebut diintegrasikan melalui strategi pengembangan pendidikan budi pekerti seperti keteladanan atau contoh, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan dan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh semua pihak baik kepala sekolah, pamong maupun peserta didik setiap harinya dengan menggunakan metode pendidikan budi pekerti seperti metode among, metode ngerti, metode ngrasa, dan metode nglakoni yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara. Kata kunci: pendidikan budi pekerti, sekolah dasar. vii

8 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul Implementsi Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa peran serta dari berbagai pihak baik secara moral maupun material. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta dalam mewujudkan masa depan. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memaparkan gagasan skripsi ini dan memberikan ijin penelitian viii

9 4. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu dan arahan secara tulus serta penuh kesabaran dalam membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Kepala SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, Nyi Anastasia Riatriasih, M.Pd, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 6. Para pamong SD Taman Muda Ibu Pawiyatan, yang turut serta memberikan informasi dan bantuan dalam memperlancar penulis dalam penelitian skripsi ini. 7. Seluruh staf dan peserta didik SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 8. Orangtua yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilan anak-anaknya. 9. Saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku, yang telah memberikan doa dan dukungannya. 10. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan karya ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak senantiasa diharapkan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan pemikiran baru bagi Pendidikan di Indonesia. Penulis memohon maaf apabila dalam penyusunan skripsi terdapat kesalahan ataupun kekeliruan. Yogyakarta, 24 Oktober 2016 Penulis ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 9 C. Pembatasan Masalah... 9 D. Rumusan Masalah... 9 E. Tujuan an F. Manfaat an BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti B. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti C. Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti D. Dasar Pendidikan Budi Pekerti E. Strategi Pengembangan Pendidikan Budi Pekerti F. Metode Pendidikan Budi Pekerti G. Kiprah Taman Siswa Dalam Membangun Budi Pekerti x

11 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan an B. Setting an Lokasi an Waktu an C. Sumber Data Sumber Data Utama (Primer) Sumber Data Tambahan (Sekunder) D. Subyek dan Objek an Subyek an Objek an E. Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Dokumentasi F. Instrumen an Pedoman Observasi Pedoman Wawancara G. Teknik Analisis Data Reduksi Data (Data Reduction) Penyajian Data (Data Display) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) H. Keabsahan Data Triangulasi Sumber Triangulasi Teknik 67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi an Lokasi Sekolah Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah B. Deskripsi Hasil an C. Pembahasan xi

12 D. Keterbatasan an BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen an Tabel 2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan xiii

14 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Model Interaktif hal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Pedoman Observasi Lampiran 2. Hasil Observasi Lampiran 3. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 4. Pedoman Wawancara Guru Kelas (Pamong) Lampiran 5. Pedoman Wawancara Siswa Lampiran 6. Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 7. Transkrip Wawancara dengan Guru Kelas (Pamong) Lampiran 8. Transkrip Wawancara dengan Peserta Didik Lampiran 9. Reduksi Hasil Observasi Lampiran 10. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah Lampiran 11. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Guru Kelas (Pamong) Lampiran 12. Reduksi, Penyajian Data, dan Kesimpulan Hasil Wawancara dengan Peserta Didik Lampiran 13. Dokumentasi Gambar Lampiran 14. Lampiran surat-surat hal xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis moral yang dialami bangsa Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Krisis moral ini bukan lagi menjadi sebuah permasalahan sederhana akan tetapi memiliki dampak serius di kalangan peserta didik. Perilaku-perilaku yang mencerminkan adanya krisis moral tersebut mengarah pada rendahnya perilaku kesopanan pada diri siswa, seperti keluar masuk kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada guru. Padahal untuk membangun suatu negara yang maju dibutuhkan generasi muda berprestasi yang memiliki budi pekerti yang luhur. Arus globalisasi mempunyai aspek positif dan aspek negatif. Aspek positif dari globalisasi yang terjadi saat ini adalah peserta didik diajak untuk meningkatkan kemampuan individu, mengetahui kemampuan dasar intelektual dan mampu bertanggung jawab memasuki dunia yang baru. Sebaliknya dampak negatif dari derasnya arus globalisasi yang didorong oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi adalah memicu timbulnya degradasi moral akibat hilangnya nilai luhur budaya yang ditandai dengan semakin terkikisnya nilai-nilai budaya lama Bangsa Indonesia seperti ramah tamah, gotong royong, kejujuran, kerendahan hati, saling menghormati dan nilai-nilai positif lainnya. Kondisi ini bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi terhadap kondisi tersebut. 1

17 Pendidikan dapat diartikan sebagai proses yang berkesinambungan, bahwa mendidik manusia adalah proses yang tidak akan pernah selesai. Pendidikan tidak berhenti ketika peserta didik menjadi dewasa, akan tetapi pendidikan akan terus menerus berkembang selama terdapat interaksi antara manusia dengan lingkungan sesama manusia serta dengan lingkungan alamnya. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh (fisik) anak. Ketiga hal tersebut, yaitu tumbuhnya budi pekerti, intelektual dan fisik anak tidak dapat dipisah-pisahkan agar supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak yang selaras dengan dunianya (Nurul Zuriah, 2007: 122). Dalam pandangannya yang lain Ki Hadjar Dewantara memberikan pengertian tentang maksud dan tujuan pendidikan sebagai tuntunan di dalam tumbuhnya anakanak, yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak, berarti bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu berada di luar kemampuan dan kehendak pendidik. Anak-anak sebagai makhluk hidup, sebagai manusia, sebagai benda hidup akan hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kodrat yang ada pada anak tiada lain adalah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak. Jadi yang ada adalah kekuasaan kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan-kekuatan 2

18 kodrat tersebut agar dapat memperbaiki lakunya hidup dan tumbuhnya (Bartolomeus, 2013: 75). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia. Hal ini dinyatakan di dalam tujuan pendidikan nasional yang ada di Indonesia yaitu dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut sebenarnya sudah sangat lengkap untuk mendidik anak didik kita menjadi pribadi yang utuh dan mandiri yang dilandasi akhlak dan budi pekerti yang luhur. Namun demikian, dalam kenyataannya tujuan yang mulia tersebut tidak diimbangi oleh kebijakan pemerintah, yang terbukti pada kurikulum sekolah pada tahun 1984 telah menghapuskan mata pelajaran budi pekerti dari daftar mata pelajaran di sekolah. Oleh karena itu aspek-aspek yang berkaitan dengan budi pekerti menjadi kurang disentuh, bahkan ada kecenderungan dilupakan sama sekali dalam dunia pendidikan. Penghapusan mata pelajaran budi pekerti tersebut karena dianggap telah cukup tercakup dalam mata pelajaran agama, padahal tidak demikian adanya. 3

19 Walaupun budi pekerti merupakan bagian dari mata pelajaran agama yang salah satu bahasannya adalah akhlak atau budi pekerti, pembahasannya tersebut hanya memperoleh porsi yang sangat kecil. Hal ini dikarenakan cukup banyak aspek yang dibahas dalam mata pelajaran agama dengan alokasi waktu yang sangat minim, yaitu hanya dua jam dalam seminggu. Oleh karena itu, sentuhan aspek budi pekerti menjadi sangat kurang. Padahal zaman terus berjalan, budaya dan teknologi terus berkembang sangat cepat, dan arus informasi global bagai tidak terbatas. Sebagai akibatnya adalah budaya luar yang negatif mudah terserap tanpa ada filter yang cukup kuat. Gaya hidup modern yang konsumeristik, kapitalistik dan hedonistik yang tidak didasari akhlak dan budi pekerti yang luhur dari bangsa ini cepat masuk dan mudah ditiru oleh generasi muda kita. Perilaku negatif, seperti tawuran, anarkis, dan premanisme ada di mana-mana. Kenyataan lain yang juga menunjukkan adanya indikator budi pekerti yang gersang adalah banyaknya terjadi kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak sekolah di bawah umur. Tindak kejahatan mencuri, menodong, bahkan membunuh terkadang pelakunya adalah pelajar sekolah. Hal ini sangat ironis dan memprihatinkan serta bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Melihat fenomena dan kenyataan seperti yang dipaparkan di atas maka pantaslah Bangsa Indonesia mengalami kemunduran moralitas. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Untuk memberantas dan mencegah berbagai macam perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat, baik bagi kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa maka perlu adanya usaha-usaha untuk 4

20 meningkatkan kesadaran dan pengalaman moral susila secara luas, yaitu salah satunya dengan meningkatkan pendidikan budi pekerti di sekolah. Pentingnya pendidikan budi pekerti yaitu untuk membentuk jati diri seseorang mempertahankan dan mengembangkan derajat dan martabat manusia dengan tingkah laku yang baik, mencegah berbagai macam kejahatan, dan mencapai tujuan hidup manusia yaitu kebahagian lahir dan batin. Menanamkan kembali pendidikan budi pekerti pada aktivitas pendidikan di sekolah, akan memberikan pegangan hidup yang kokoh kepada peserta didik dalam menghadapi perubahan sosial. Kematangan kepribadian peserta didik akan menjadikan peserta didik mampu memperjelas dan menentukan sikap dalam memilih budaya-budaya baru yang masuk. Dengan bekal pendidikan budi pekerti secara memadai, akan memperkuat konstruksi moralitas peserta didik sehingga mereka tidak mudah goyah dalam menghadapi berbagai macam godaan dan rayuan negatif di luar sekolah. Adapun nilai-nilai moralitas dan budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar menurut Paul Suparno, dkk (dalam Nurul Zuriah, 2007: 46-50) adalah sebagai berikut: religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggungjawab, dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Nilai-nilai tersebut terintegrasi pada seluruh kegiatan anak di sekolah. Ki Hadjar Dewantara (dalam Bartolomeus, 2013: 75), citra seseorang yang memiliki kecerdasan budi pekerti (watak atau pikiran) adalah orang yang senantiasa 5

21 memikir-mikirkan, merasa-rasakan dan selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap (dalam perkataan dan tindakannya) yang pantas dan terpuji terhadap sesama dan lingkungannya. Ketika budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) seseorang bersatu, maka bersatu jualah gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauannya, yang lalu menimbulkan tenaga padanya (untuk bertindak yang selaras dengan nilai-nilai dan menimbulkan relasi yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sosialnya). Jadi, budi pekerti itulah yang membuat tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka, yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri, menjadi manusia beradab. Namun, kemerdekaan yang dimaksudkan itu, kata Ki Hadjar Dewantara, bukan hanya menyangkut hidup seseorang yang tidak terperintah saja, tetapi seseorang juga harus menegakkan dirinya dan mengatur perikehidupannya dengan tertib (penguasaan diri), termasuk mengatur tertibnya relasi dengan kemerdekaan orang lain. Dengan demikian, pendidikan yang mencerdaskan budi pekerti itu berkuasa untuk mengalahkan dasar-dasar dari jiwa manusia, baik dalam arti melenyapkan dasar-dasar yang jahat dan memang dapat dilenyapkan, maupun dalam arti menutupi, mengurangi tabiat-tabiat jahat yang tak dapat dilenyapkan sama sekali (tabiat biologis) karena sudah bersatu dengan jiwanya (Bartolomeus, 2013: 75-76). Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa, Yogyakarta merupakan sekolah dasar pertama yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara seorang pahlawan nasional pada tahun Sekolah Dasar ini menerapkan pembelajaran 6

22 budi pekerti melalui olah rasa, dan seni budaya serta penerapan sistem among berupa keseimbangan berupa keseimbangan peran orang tua/keluarga, keguruan, dan masyarakat. Pendidikan yang digunakan Taman Siswa untuk mewujudkan cita-citanya dengan berdasar pada pengenalan pendidikan budi pekerti kepada anak didik di semua mata pelajaran di sekolah sehingga anak bisa menjadi manusia yang luhur dan berguna untuk masyarakat. Jadi, dalam pendidikan yang terpenting bukan masalah kecerdasan saja, tetapi justru humaniora atau budi pekertinya. Sekarang ini banyak manusia cerdas, tetapi jika tidak dibekali dengan budi pekerti yang baik maka mereka akan menggunakan kecerdasannya untuk merugikan orang lain. Pendidikan Budi Pekerti itu sendiri tidak hanya diberikan pada mata pelajaran sosial saja, tetapi juga pada mata pelajaran eksakta. Implementasi pendidikan budi pekerti di Taman Siswa, disatupadukan ke seluruh mata pelajaran. Pendidikan Budi Pekerti ditanamkan dengan membiasakan berdoa dan memberikan salam sebelum dan sesudah pelajaran. Pelaksanaannya dapat berjalan dengan kondusif jika para pamong atau guru yang ada bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan bersandarkan pada prinsip ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Sumber yang mendasari pendidikan budi pekerti adalah ajaran agama atau religiusitas, yaitu ajaran yang diberikan tokoh agama maupun tokoh masyarakat, termasuk teladannya. Di Taman Siswa semua pamong (guru) beragama, baik itu Islam, Nasrani, maupun agama yang lainnya. Para pamong selalu mengajak para 7

23 siswanya untuk berdoa terlebih dahulu atau mengucapkan salam sebelum pelajaran dimulai atau setelah pelajaran selesai. Hal itu merupakan pendidikan budi pekerti yang baik yang harus dibiasakan, keteadanan yang bersumber dari ajaran agama yang penting untuk dilaksanakan menjadi sebuah kebiasaan atau habit. Pendidikan tidak akan berjalan dengan baik, jika pamong tidak bisa menjadi teladan siswanya. Konsep pendidikan among yang diterapkan di Taman Siswa mendasarkan diri pada sistem pendidikan yang berasaskan kekeluargaan. Kekeluargaan intinya adalah kasih sayang dan cinta kasih sehingga hubungan guru dengan siswa seperti hubungan anak dengan orang tuanya. Pamong atau guru diharapkan memberikan bimbingan secara luwes, jangan sampai anak merasa tertekan, karena Taman Siswa mengedepankan pemberian kemerdekaan pada siswanya. Dalam implementasinya, sistem among disebut dengan tut wuri handayani. Tut Wuri berarti memberikan kemerdekaan. Jadi, selama anak itu mengerjakan dan berpikir positif atau tidak merugikan pribadi atau masyarakat, maka ia diberi kemerdekaan dan kebebasan sehingga anak menjadi aktif, kreatif, inovatif, produktif dan sebagainya. Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan budi pekerti dalam penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta 8

24 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka didapatkan identifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pendidikan belum sepenuhnya menghasilkan generasi yang berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur. 2. Penghapusan mata pelajaran budi pekerti dari daftar mata pelajaran di sekolah mengakibatkan degradasi moral pada peserta didik. 3. Belum diketahui implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan pada belum diketahui implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta? 9

25 E. Tujuan an Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta. F. Manfaat an an ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak yakni sebagai berikut: 1. Secara teoritis an ini diharapkan dapat membantu memberikan sumbangan ilmu dan pandangan terkait penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah dasar untuk dapat dijadikan masukan bagi solusi alternatif terhadap persoalan-persoalan pendidikan yang terjadi pada saat sekarang ini. Serta dapat memberikan kontribusi pemikiran dan memperkaya keilmuan di bidang pendidikan budi pekerti. 2. Secara praktis an ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bahan pertimbangan bagi pelaksanaan (praktik) pendidikan budi pekerti sekolah dasar dan dapat menjadi refleksi bagi penulis dan pembaca dalam mewujudkan tujuan pendidikan yaitu membentuk manusia yang berbudi pekerti yang baik. 10

26 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan Budi Pekerti Peranan pendidikan bagi manusia sangatlah penting karena manusia telah menyadari tentang arti sebuah kehidupan sehingga pendidikan menjadi perhatian tersendiri dalam rangka mencari eksistensi dirinya. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan definisi tentang pendidikan, yaitu sebagai berikut: Pendidikan menurut pengertian umum adalah: Menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. (Bartolomeus, 2013: 75). Lebih jelas lagi Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan pengertian pendidikan dalam konteks pengajaran budi pekerti adalah: Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak.komponenkomponen budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak itu tidak boleh dipisahpisahkan agar dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak. (Muchlas. S, 2011: 33). Definisi pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, menunjukkan bahwa Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai suatu proses yang dinamis dan berkesinambungan, pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan tuntunan kemajuan zaman. Keseimbangan unsur cipta, rasa dan karsa yang tidak dapat dipisah-pisahkan ini memperlihatkan bahwa Ki Hadjar Dewantara tidak memandang pendidikan hanya sebagai proses penularan atau transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja, tetapi menurutnya 11

27 pendidikan juga merupakan proses penularan nilai dan norma serta penularan keahlian dan keterampilan. Hal ini senada dengan pendapat Ki Buntarsono (dalam Nurul Zuriah, 2007: 123) yang mengatakan bahwa pendidikan seharusnya diarahkan agar tidak hanya mengejar intelektual saja.akan tetapi, moral anak didiknya juga harus diperkuat. Jika yang dikejar hanya intelektualnya saja maka dinamakan pengajaran, tetapi jika yang dikejar intelektual dan moralnya maka hal itu bisa dikatakan pendidikan. Budi pekerti terdiri dari dua kata yaitu Budi dan Pekerti. Budi yang berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran, pekerti berarti kelakuan. Secara etimologi Jawa budi berarti nalar, pikiran atau watak, sedangkan pekerti berarti penggawean, watak, tabiat atau akhlak. Dalam bahasa Sanskerta budi berasal dari kata Budh, yaitu kata kerja yang berarti sadar, bangun, bangkit (kejiwaan). Budi adalah penyadar, pembangun, pembangkit. Pekerti dari akar kata Kr yang berarti bekerja, berkarya, berlaku, bertindak (keragaan). Kata budi pekerti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) adalah tingkah laku, perangai, akhlak. Budi pekerti mengandung makna perilaku yang baik, bijaksana, serta manusiawi. Budi pekerti didorong oleh kekuatan rohani manusia yakni pemikiran, rasa, dan karsa yang akhirnya muncul menjadi perilaku yang dapat terukur dan menjadi kenyataan dalam kehidupan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti diletakkan sebagai jiwa atau ruh dari pengajarannya. Sebab, menurutnya pengajaran dan budi pekerti ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karenanya, pengajaran atau pendidikan 12

28 budi pekerti tidak lain artinya daripada menyokong perkembangan hidup anak-anak, lahir dan batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban dalam sifatnya yang umum (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 485). Upaya yang dimaksudkan itu berupa anjuran-anjuran, perintah-perintah kepada anak-anak untuk melakukan berbagai perilaku yang baik dengan cara disengaja. Syarat-syaratnya adalah mereka menyadari, menginsyafi dan melakukan anjuran atau perintah gurunya. Sementara pengajar atau pamong adalah penuntun yang menjadi teladan bagi para peserta didiknya dalam berperilaku baik agar mereka mencapai keluhuran budi atau kebijaksanaan (bersatunya lahir dan batin) dan mengalami keselamatan dan kebahagiaan (Bartolomeus, 2013: 75). Selain dikenal sebagai tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara juga mengembangkan pendidikan budi pekerti yang merupakan salah satu pendukung utama dalam melaksanakan tujuan pendidikan nasional. Menurut Ki Hadjar Dewantara (Hadiwinarto, 2010:44) pendidikan budi pekerti harus mempergunakan syarat-syarat yang selaras dengan jiwa kebangsaan menuju pada kesucian, ketertiban dan kedamaian lahir batin, tidak saja syarat-syarat yang sudah ada dan ternyata baik, melainkan juga syarat-syarat zaman baru yang berfaedah dan sesuai dengan maksud dan tujuan kita. Sejalan dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara, pengertian pendidikan budi pekerti menurut draft kurikulum berbasis kompetensi (2001) dapat ditinjau secara konsepsional dan operasional. (Nurul Zuriah, 2007: 20). Pendidikan budi pekerti secara konsepsional mencakup hal-hal sebagai berikut: 13

29 1) Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. 2) Upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi, seimbang (lahir batin, material spiritual, dan individu sosial). 3) Upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi seutuhnya yang berbudi pekerti luhur melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan serta keteladanan. Pendidikan budi pekerti secara operasional adalah upaya untuk membekali peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai bekal masa depannya, agar memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan sesama makhluk. Dengan demikian, terbentuklah pribadi seutuhnya yang tercermin pada perilaku berupa ucapan, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, kerja dan hasil karya berdasarkan nilai-nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan budi pekerti secara konsepsional adalah upaya untuk membentuk peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur. Sedangkan secara operasional, pengertian pendidikan budi pekerti adalah upaya untuk membekali peserta didik 14

30 baik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan sebagai bekal masa depan, sehingga terbentuklah pribadi seutuhnya yang bermoral dan berbudi pekerti luhur. B. Tujuan Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ramli Zakaria (dalam Hadiwinarto, 2010: 43), pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, sekaligus menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik. Persoalan nilai tidak hanya terkait dengan persoalan kepercayaan, tetapi juga dengan pemahaman, perasaan dan perilaku. Nilai-nilai pendidikan dapat diartikan dalam perasaan atau pengertian yang luas mencakup semua aspek proses guru dengan orang dewasa lainnya menanamkan nilai-nilai kepada anak. Tujuan pendidikan budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa untuk mewujudkan manusia susila atau makhluk yang berbudi dan beradab, mutlak membutuhkan tiga kesaktian atau kekuatan yang dikenal dengan istilah trisakti jiwa, 15

31 yakni: cipta, rasa, dan karsa. Cipta adalah daya berfikir yang bertugas mencari kebenaran sesuatu; rasa adalah segala gerak gerik hati kita, yang menyebabkan kita mau atau tidak mau, merasa senang atau susah, sedih atau gembira, malu atau bangga, puas atau kecewa, berani atau takut, marah atau belas kasihan, benci atau cinta; sedangkan karsa atau kemauan selalu timbul di samping dan seakan-akan sebagai hasil buah pikiran dari hawa-nafsu kodrati yang ada di dalam jiwa manusia, namun sudah dipertimbangkan oleh pikiran serta diperhalus oleh perasaan (Hadiwinarto, 2010: 45). Menurut Ki Hadjar Dewantara (Nurul Zuriah, 2007: 124) tujuan pemberian pengajaran budi pekerti seharusnya dihubungkan dengan tingkatan perkembangan jiwa yang ada di dalam hidup anak-anak, mulai kecilnya sampai dewasanya. Pengajaran budi pekerti tidak lain artinya daripada mendukung perkembangan hidup anak-anak, lahir dan batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban dari sifatnya yang umum. Menganjurkan dan kalau perlu memerintahkan anak-anak untuk duduk yang baik dan manis, jangan berteriak-teriak agar tidak mengganggu anak-anak yang lain, bersih badan dan pakaiannya, hormat terhadap ibu-bapak dan orang tua lainnya, menolong teman yang perlu ditolong, demikian seterusnya. Itu semua sudah merupakan pengajaran budi pekerti. Terhadap anak-anak kecil cukuplah kita membiasakan mereka untuk bertingkah laku yang baik, sedangkan bagi anak-anak yang sudah dapat berfikir, seyogianyalah diberikan keterangan, agar mereka mendapat pengertian serta keinsafan tentang kebaikan dan keburukan. 16

32 Dalam hal ini, anak-anak dewasa perlu juga diberikan anjuran untuk melakukan berbagai tingkah laku yang baik dengan cara disengaja. Menurut Ki Hadjar Dewantara, untuk bagian Taman-Muda, bagi anak umur antara 9-12 tahun: dalam periode hakikat ini hendaknya anak-anak diberi pengertian tentang segala tingkah laku kebaikan dalam hidupnya sehari-hari. Meskipun caranya masih occasional atau spontan, namun di kelas tertinggi bolehlah disediakan jam yang tertentu. Tidak cukup mereka hanya membiasakan saja apa yang dianjurkan atau diperintahkan oleh orang-orang tua di sekelilingnnya. Tidak cukup pula mereka hanya menginsyafi, namun perlulah mereka menyadari -nya.jangan sampai mereka terikat oleh syari at yang kosong. Terangkanlah sekedarnya maksud dan tujuan pengajaran budi-pekerti, yang pokoknya tidak lain daripada memelihara tata-tertib dalam hidupnya lahir, guna mencapai rasa damai hidup batinnya, baik yang mengenai hidup dirinya sendiri maupun hidup masyarakatnya (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 488). Ada dua aspek yang menjadi orientasi pendidikan budi pekerti. Pertama, membimbing hati nurani peserta didik agar berkembang lebih positif secara bertahap dan berkesinambungan. Hasil yang diharapkan, hati nurani pesera didik akan mengalami perubahan dari yang semula bercorak egosentris menjadi altruis. Kedua, memupuk, mengembangkan, mananamkan nilai-nilai dan sifat-sifat positif ke dalam pribadi peserta didik. Seiring dengan itu, pendidikan budi pekerti juga mengikis dan menjauhkan peserta didik dari sifat-sifat dan nilai-nilai yang buruk. Hasil yang diharapkan, ia akan mengalami proses transformasi nilai, transaksi nilai 17

33 dan transaksi internalisasi (proses pengorganisasian dan pembiasaan nilai-nilai kebaikan menjadi kepercayaan/keimanan yang mempribadi) (Zubaedi, 2005: 5). Atas dasar ini, dapat dipahami bahwa titik tekan pendidikan budi pekerti adalah untuk mengembangkan potensi-potensi kreatif subjek didik agar menjadi manusia baik, baik menurut pandangan manusia dan baik menurut pandangan Tuhan. Persoalan manusia baik merupakan persosalan nilai karena menyangkut penghayatan dan pemaknaan yang bersifat afektif ketimbang kognitif. Seseorang akan melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tergantung pada sistem nilai yang dipegangnya. Sistem nilai di sini menjadi preference (pilihan) dari perilaku seseorang yang menjadi ukuran kepatutan atau kepantasan (Zubaedi, 2005: 5). Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Bartolomeus, 2013: 75), citra seseorang yang memiliki kecerdasan budi pekerti (watak atau pikiran) adalah orang yang senantiasa memikir-mikirkan, merasa-rasakan dan selalu memakai ukuran, timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap (dalam perkataan dan tindakannya) yang pantas dan terpuji terhadap sesama lingkungannya. Ketika budi (pikiran) dan pekerti (tenaga) seseorang bersatu, maka bersatu jualah gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauannya, yang lalu menimbulkan tenaga padanya (untuk bertindak yang selaras dengan nilai-nilai dan menimbulkan relasi yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sosialnya). Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan dari pendidikan budi pekerti antara lain sebagai berikut: 18

34 1 Membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, sekaligus menjadi warga masyarakat dan warga negara yang baik. 2 Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 3 Membimbing hati nurani peserta didik agar berkembang lebih positif secara bertahap dan berkesinambungan. 4 Memupuk, mengembangkan, menanamkan nilai-nilai dan sifat-sifat positif ke dalam pribadi peserta didik. 5 Mengembangkan potensi-potensi kreatif subjek didik agar menjadi manusia baik. C. Nilai-nilai Pendidikan Budi Pekerti Secara umum, ruang lingkup pendidikan budi pekerti adalah penanaman dan pengembangan nilai, sikap, dan perilaku peserta didik sesuai nilai-nilai budi pekerti luhur. Di antara nilai-nilai yang perlu ditanamkan adalah sopan santun, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berkemauan keras, bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasakasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif, taat azas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka dan ulet. 19

35 Jika peserta didik telah memiliki karakter dengan seperangkat nilai-nilai budi pekerti di atas, diyakini ia telah menjadi manusia baik (Zubaedi, 2005: 4). Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Bartolomeus, 2013: 77), orang Indonesia adalah termasuk ke dalam bangsa timur. Bangsa yang hidup dalam khazanah nilai-nilai tradisional berupa kehalusan rasa, hidup dalam kasih sayang, cinta akan kedamaian, persaudaraan, ketertiban, kejujuran dan sopan dalam tutur kata dan tindakan, serta menghargai kesetaraan derajat kemanusiaan dengan sesama. Nilai- nilai itu disemai dalam dan melalui pendidikan sejak usia dini. Berangkat dari keyakinan akan nilai-nilai tradisional itu, Ki Hadjar Dewantara yakin bahwa, pendidikan yang khas Indonesia haruslah berdasarkan citra nilai kultural Indonesia juga. Adapun nilai-nilai budi pekerti yang perlu ditanamkan pada jenjang Sekolah Dasar menurut Paul Suparno (dalam Nurul Zuriah, 2007: 46), adalah sebagai berikut. 1) Religiusitas Dalam mananamkan nilai-nilai religiusitas pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, kebiasaan berdoa yang telah ditanamkan mulai TK harus tetap dijaga. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan dengan hari-hari besar agama, dan diajak untuk menjalankannya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing. Melalui kegiatan berdoa, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, anak-anak dibiasakan dan diperkenalkan akan 20

36 adanya kekuatan dan kekuasaan yang melebihi manusia dan ini semua ada pada Tuhan Yang Mahakuasa yaitu Allah SWT. Di samping itu juga perlu ditanamkan pada anak didik, keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya, karena segala sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup ada dalam alam semesta dan itu berasal dari Tuhan. Tersedianya segala kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan, tanah yang subur dan indah, kekayaan alam yang melimpah ruah, dan berguna bagi kehidupan ini harus selalu dijaga dengan baik, dan semua berasal dari Tuhan Yang Mahakuasa, Tuhan Yang Mahapengasih dan Tuhan Yang Mahapemurah. 2) Sosialitas Nilai sosialitas dapat ditanamkan pada anak-anak SD melalui kegiatan baris-berbaris untuk masuk kelas. Ada beberapa anak yang tidak tertib, tidak mau berbaris, dan tidak mau masuk sesuai urutan, tetapi nyelonong masuk begitu saja. Hal ini akan membuat suasana gaduh karena teman-teman lain yang terlewati berteriak dan berkomentar macam-macam. Begitu juga dalam kehidupan bersama ada aturan, tatanan yang perlu untuk diperhatikan dan ditaati bersama agar semua dapat berjalan dengan tertib dan baik. Melalui kegiatan ini, anak-anak sudah dibiasakan untuk hidup bersama secara benar, baik, dan tertib. Untuk membantu membiasakan hidup bersama dengan baik dapat dipilih berbagai macam kegiatan yang dapat dilaksanakan bersama. Misalnya dengan tugas kertakes bersama, olahraga bersama dan tugas-tugas kelompok yang 21

37 menjunjung tinggi nilai-nilai kerjasama dan sosialitas yang tinggi. Dengan aktivitas dan kegiatan kelompok semacam ini anak dapat diperkenalkan pada sikap saling menghargai, saling membantu, saling memerhatikan, dan saling menghormati satu sama lain. Melalui semangat kerja sama, komitmen yang dibutuhkan dalam hidup bersama dapat semakin ditingkatkan. 3) Gender Pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga di Sekolah Dasar, pada umumnya masih berupa olahraga dasar. Hal ini merupakan peluang dan kesempatan terbuka untuk memberi kesempatan kepada anak perempuan untuk mengikuti setiap kegiatan olahraga yang dilaksanakan di sekolah. Selain untuk membentuk fisik, olahraga dapat digunakan untuk membentuk gambaran bahwa perempuan pun dapat mengikuti berbagai macam kegiatan olahraga, termasuk kegiatan sepakbola sekalipun. Anak perempuan bermain sepakbola bukanlah sebuah pantangan atau kendala yang perlu ditabukan keberadaannya. Melaui olahraga anak perempuan dibentuk untuk tidak mengkristalkan pandangan bahwa perempuan adalah makhluk lemah, lembek, dan hanya bisa melakukan kegiatan yang ringanringan belaka. Pandangan yang berkembang dalam masyarakat dapat diubah dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender dengan baik dan benar sejak dini. Laki-laki dan perempuan memang beda dalam hal jenis kelamin (seks), tetapi dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan, yang membedakan satu sama lain adalah soal kemampuan saja. Oleh karena itu, semangat kesetaraan 22

38 gender harus dilakukan sejak dini dan dimulai dari lingkungan yang paling kecil, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat secara terus-menerus dan berkesinambungan. 4) Keadilan Pada kelas bawah (kelas 1, 2, dan 3) jenjang pendidikan dasar, pengertian keadilan sebaiknya lebih ditekankan pada hal-hal yang sifatnya fisik lahiriah dan kasat mata (konkret), belum pada konsep yang luas dan mendalam. Dorongan dan pemberian kesempatan untuk maju berpartisipasi di depan kelas, menjawab soal, dan menjalankan tugas merupakan bagian dari keadilan awal yang perlu ditanamkan pada diri siswa pada jenjang ini. Keadilan dalam konteks seperti ini perlu dipertegas dengan sikap guru yang menjauhkan diri dari sikap dan penilaian senang (like) dan tidak senang (dislike) atau pilih kasih terhadap seseorang atau sekelompok siswa. Pada kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6) jenjang pendidikan dasar, pengertian keadilan sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan. Budaya dan kebiasaan berpakaian dan berperilaku yang pantas dan baik bagi laki-laki dan perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik yang berbeda mulai ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci. Perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan yang menyebabkan perlakuan lahiriah yang berbeda dipahamkan pada anak didik di jenjang kelas ini. Namun demikian, juga perlu diimbangi pada sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap berlaku pada semua orang tanpa membedakan jenis kelamin. 23

39 Perlakuan dan pemberian kesempatan serta hak dan kewajiban yang sama bagi laki-laki dan perempuan secara wajar merupakan bagian dari pendidikan keadilan pada anak. Pada jenjang pendidikan dasar ini anak belum diajak untuk mengkaji konsep keadilan secara mendalam, namun lebih rinci dibanding konsep pada kelas rendah. 5) Demokrasi Melalui pendidikan IPS dan PKn, nilai-nilai demokrasi dapat ditanamkan secara tepat dan akurat. Melalui wahana bidang studi sosial tersebut penanaman jiwa dan nilai demokrasi dapat ditumbuhkan sejak dini pada anak didik. Sikap menghargai adanya perbedaan pendapat secara wajar, jujur, dan terbuka merupakan dasar sikap demokratis yang perlu ditanamkan pada anak didik di jenjang pendidikan dasar. Di samping itu, anak didik juga perlu diajak dan dididik untuk membuat kesepahaman dan kesepakatan bersama secara terbuka dan saling menghormati. Sikap demokratis berarti juga mengakui keberagaman dan perbedaan satu sama lain. Melalui sikap demokratis anak didik diajak untuk terbuka dan berani menerima dan mengakui bahwa pendapatnya belum tentu atau tidak dapat digunakan pada saat itu, atau dengan kata lain anak didik dalam forum demokrasi tidak dapat memaksakan kehendak satu sama lain. Masing-masing pihak harus menjalin komunikasi yang baik dan mencari win-win solution serta kesepakatan bersama demi tujuan bersama yang telah dicita-citakan. Kesepakatan dalam konteks ini bukan berarti jumlah yang besar (pihak 24

40 mayoritas) yang menang atau yang kuat bersuara menang, tetapi juga menghargai suara minoritas dan lebih menjunjung tinggi prinsip kebenaran dan keadilan serta kebaikan bersama. Prinsip-prinsip di atas dapat diterapkan pada saat pemilihan pengurus kelas, pemilihan regu pramuka, atau kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Pemilihan yang digelar bukan berdasar senang atau tidak senang, namun berdasar pada prinsip mana yang terbaik untuk perkembangan kelas dan kelompok-kelompok di masa depan. Dalam alam demokrasi berarti juga masyarakat mempunyai tujuan bersama, harapan bersama, dan keprihatinan bersama. Prinsip dari siswa perlu dijunjung tinggi dan ditegakkan dalam kelaskelas yang demokratis. 6) Kejujuran Nilai dan prinsip kejujuran dapat ditanamkan pada diri siswa di jenjang pendidikan dasar melalui kegiatan mengoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas. Dalam konteks ini peranan guru sangat penting dalam mencermati proses koreksi tersebut. Cara koreksi ini bukan semata-mata untuk meringankan tugas guru, melainkan bertujuan secara sungguh-sungguh untuk menanamkan kejujuran dan tanggung jawab pada diri siswa.setelah kegiatan koreksi yang dilakukan oleh siswa selesai, guru melakukan koreksi ulang pekerjaan siswa satu persatu. Berdasarkan coretan dan hasil tulisan yang tertera dalam lembar jawaban anak, akan terlihat kejujuran dari anak. Setelah itu berdasarkan hasil 25

41 pengamatannya guru dapat menyampaikan nilai kejujuran dan tanggung jawab pada anak dan dampaknya bagi kehidupan kelak. 7) Kemandirian Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana dan wadah yang tepat untuk melatih kemandirian siswa. Melalui kegiatan ini anak dilatih dan diberi kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan mengembangkannya seoptimal mungkin. Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu proses pengembangan ini. Untuk anak yang berbakat diberi kesempatan untuk mengembangkannya, baik dari sisi akademis maupun nonakademis. Kegiatan nonakademis yang cukup menarik dan dikenal secara universal adalah melalui kegiatan pramuka atau gerakan kepanduan lainnya seperti Hizbul Wathon. Kegiatan pramuka atau HW yang terencana akan membuat anak senang dan terlatih untuk dapat menyelesaikan persoalan, baik secara pribadi maupun kelompok. Anak juga diberi kesempatan yang luas untuk mengambil keputusan pribadi maupun bersama. Kemandirian bukan berarti tidak butuh orang lain, namun justru di dalam kebersamaan dengan orang lain. 8) Daya Juang Melalui kegiatan olahraga, nilai daya juang anak dapat ditumbuhkan secara konkret. Pertumbuhan fisik merupakan perkembangan proses tahapdemi tahap dan untuk mencapai perkembangan yang optimal dibutuhkan daya dan semangat juang. Selain menumbuhkan semangat dan daya juang yang tinggi, 26

42 kegiatan olahraga juga merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportivitas (kejujuran) yang tinggi pada anak. Berani bersaing secara wajar, namun juga berani untuk menerima kekalahan dan mengakui kemenangan orang lain dengan setulus hati. 9) Tanggung Jawab Pembagian tugas piket kelas secara bergiliran merupakan wahana penanaman nilai akan tanggung jawab di lingkungan kelas atau persekolahan. Kebersihan dan kenyamanan kelas bukan hanya tugas karyawan kebersihan sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Untuk keperluan kelas maka keterlibatan anggota kelas sangat penting. Dalam proses pengembangan tanggung jawab ini perhatian dan pendampingan guru sangat penting agar apabila anak yang tidak mau bertugas segera mendapat perhatian. Demikian juga apabila ada anak yang selalu menjadi korban kemalasan temannya dapat dilindungi sehingga tanggung jawab dan kebersamaan dalam kelas dapat terjalin dengan baik. 10) Penghargaan terhadap Lingkungan Alam Pelaksanaan tugas kerja bakti mengandung kegiatan proses pembelajaran yang sangat baik di lingkungan persekolahan. Melalui kegiatan kerja bakti terkandung proses penanaman nilai yang berkaitan dengan semangat kerjasama atau gotong royong dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Dalam kerja bakti tidak hanya berbicara tentang menyapu dan membersihkan halaman, tetapi juga menjaga tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan 27

43 sekolah agar tetap asri dan terjaga dengan baik. Lingkungan alam yang hijau dan asri sangat membantu kesehatan dan kenyamanan hidup manusia, membuat seluruh siswa kerasan dan nyaman berada dan belajar di sekolah. Pelaksanaan kerja bakti membutuhkan perencanaan yang baik karena ada unsur penanaman nilai yang akan disampaikan terutama berkaitan dengan tanggung jawab, kerja sama, gotong royong, kecintaan, serta penghargaan terhadap lingkungan alam. Selain perencanaan yang baik, juga dibutuhkan pengamatan dalam proses pelaksanaannya yang akan menjadi titik pijak pendampingan selanjutnya, baik secara personal, kelompok, maupun klasikal di lingkungan sekolah dasar. Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa nilai-nilai budi pekerti yang perlu ditanamkan di sekolah menurut Zubaedi dan Paul Suparno adalah sopan santun, berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertaqwa, berkemauan keras, bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, sportif, taat azas, takut bersalah, tawakal, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, daya juang, dan penghargaan terhadap lingkungan alam. 28

44 D. Dasar Pendidikan Budi Pekerti Dalam menjalankan konsep pendidikannya dalam memajukan tumbuhnya budi pekerti, Ki Hadjar Dewantara menggunakan azas atau dasar yang dicetuskan beliau pada Juli 1922 sebagai berikut: 1 Hak seseorang akan mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikkingsrecht) dengan mengikuti tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum (maatschappelijk saamhoorigheid), itulah azas kita yang pertama. Tertib dan damai (tata lan tentrem, orde en vrede) itulah tujuan kita yang setinggi-tingginya. Tidak adalah ketertiban terdapat, kalau tak bersandar pada perdamaian. Sebaliknya tak akan ada orang hidup damai, jika ia dirintangi dalam segala syarat kehidupannya. Bertumbuh menurut kodrat (natuurlijke groi) itulah perlu sekali untuk segala kemajuan (evolutie) dan harus dimerdekakan seluasnya. Maka dari itu pendidikan yang beralaskan syarat paksaan-hukuman-ketertiban ( regeringtucht en orde, ini perkataan dalam ilmu pendidikan) kita anggap memperkosa hidup kebatinan anak yang kita pakai sebagai alat pendidikan ialah pemeliharaan dengan sebesar perhatian untuk mendapat tumbuhnya hidup anak, lahir dan batin menurut kodratnya sedikit. Inilah kita namakan Among method. 2 Dalam sistem ini maka pengajaran berarti mendidik anak akan menjadi manusia merdeka batinnya, merdeka fikirannya dan merdeka tenaganya. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja, akan tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya 29

45 guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu yaitu yang manfaat untuk keperluan lahir dan batin dalam hidup bersama. 3 Tentang zaman yang akan datang, maka rakyat kita ada di dalam kebingungan. Seringkali kita tertipu oleh keadaan, yang kita pandang perlu dan harus untuk hidup kita, padahal itu adalah keperluan bangsa asing, yang sukar didapatnya dengan alat penghidupan kita sendiri. Demikianlah acapkali kita merusak sendiri kedamaian hidup kita. 4 Oleh karena pengajaran yang hanya terdapat oleh sebagian kecil dari pada rakyat kita itu tidak berfaedah untuk bangsa, maka haruslah golongan rakyat yang terbesar dapat pengajaran yang secukupnya. Kekuatan bangsa dan negeri itu jumlahnya kekuatan orang-orangnya. Maka dari itu lebih baik memajukan pengajaran untuk rakyat umum daripada mempertinggi pengajaran kalau usaha mempertinggi ini seolah-olah mengurangi tersebarnya pengajaran. 5 Untuk dapat berusaha menurut azas dengan bebas dan laluasa, maka kita harus bekerja menurut kekuatan sendiri. Walaupun kita tidak menolak bantuan dari orang lain, akan tetapi kalau bantuan itu akan mengurangi kemerdekaan kita lahir atau batin haruslah ditolak. Itulah jalannya orang yang tak mau terikat atau terperintah pada kekuasaan, karena berkehendak mengusahakan kekuatan diri sendiri. 6 Oleh karena kita bersandar pada kekuatan kita sendiri, maka haruslah segala belanja dari usaha kita itu dipikul sendiri dengan uang pendapatan biasa. Inilah 30

46 yang kita namakan zalfbedruipingsysteem, yang jadi alatnya semua perusahaan yang hendak hidup tetap dengan berdiri sendiri. 7 Dengan tidak terikat lahir atau batin, serta kesucian hati, berniatlah kita berdekatan dengan sang anak. Kita tidak meminta hak, akan tetapi menyerahkan diri untuk berhamba kepada sang anak. (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 48-49) Apa yang telah dirumuskan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang azas pendidikannya pada tahun 1977 diadakan perbaikan yang tidak jauh berbeda dari rumusan awal. Azas tersebut yang meliputi: 1. Kodrat Alam Dasar pendidikan budi pekerti yang pertama yaitu azas kodrat alam yaitu azas yang dimanfaatkan untuk dapat mengembangkan segenap bakat, potensi dan kemungkinan yang terdapat dalam diri manusia secara kodrati. Menurut azas kodrat alam manusia itu terlahir sama dan merdeka. Jadi, Ki Hadjar Dewantara selalu menganggap bahwa semua orang itu sama dan merdeka. Ki Hadjar Dewantara tidak setuju dan menentang sikap rasis dan foedalisme walaupun beliau adalah keturunan bangsawan. Sesuai dengan kodrat alam semua orang dilahirkan sama. Tidak ada yang tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. Menurut Ki Hadjar Dewantara harga atau nilai seseorang bukan karena bangsawan, bukan pula karena ia seorang yang kaya raya, nilai atau harga seseorang ditentukan oleh jasa dan perbuatannya terhadap masyarakat. Mulia tidaknya seseorang tergantung pada perbuatannya. Dengan azasnya kodrat alam, 31

47 dapat dipahami bahwa sesungguhnya Ki Hadjar Dewantara juga mengakui adanya kekuasaan Tuhan karena yang dimaksud kodrat alam adalah kekuasaan Tuhan. 2. Azas Kemerdekaan Kemerdekaan merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya, termasuk juga manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk merdeka dan bebas mengatur dirinya. Dalam mencapai kebahagiaan hidupnya, setiap orang mempunyai kebebasan untuk berpikir dan berbuat. Semua orang berhak hidup bahagia. Akan tetapi, kebebasan di sini bukan berarti kebebasan berbuat semaunya. Walaupun setiap orang bebas berpikir dan berbuat, namun ia harus memperhatikan ketertiban masyarakat. Kebebasan seseorang jangan sampai mengganggu dan merusak ketertiban masyarakat. Ki Hadjar Dewantara menjunjung tinggi kemerdekaan, beliau menolak penjajahan. Dari ketidaksetujuannya mengenai hal itu bahkan beliau menolak bantuan subsidi yang ditawarkan oleh pemerintah Hindia-Belanda kepada Taman Siswa. Dapat dikatakan azas kemerdekaan dapat dimaknai dengan independensi dari seseorang atau oraganisasi. Tidak adanya keterkaitan dengan apapun yang dapat mengurangi rasa kemerdekaan yang ada pada tiap-tiap individu maupun masyarakat, akan tetapi dalam kebebasan ada nilai-nilai yang mengatur. Di dalam prinsip sistem among yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, kemerdekaan merupakan syarat untuk menghidupkan dan 32

48 menggerakkan kekuatan lahir dan batin sehingga bisa hidup merdeka, tidak berada dalam kekuasaan golongan apapun. Hal tersebut merupakan cita-cita pendidikan Ki Hadjar Dewantara lewat Taman Siswanya yaitu dengan cara membina manusia yang merdeka lahir dan batin. Ki Hadjar Dewantara mendidik orang agar berpikir merdeka dan bertenaga merdeka. Dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara manusia merdeka ialah manusia yang tidak terikat lahir dan batinnya, orang yang merdeka ialah orang yang tidak tergantung pada orang lain (mandiri). Kemerdekaan manusia dibatasi oleh potensi yang ada pada dirinya. Kemerdekaan manusia ada 3 macam: berdiri sendiri (zelfstanding), tidak tergantung kepada orang lain (anafhankelijk) dan dapat mengatur dirinya sendiri (zelfbeschikking) (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 4). Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa kemerdekaan yang sejati tidak hanya dalam arti kebebasan, akan tetapi keharusan memelihara tertib damainya diri dan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama. 3. Azas Kebudayaan Azas kebudayaan merupakan landasan yang memiliki peran penting dalam kemajuan pendidikan budi pekerti. Azas ini digunakan untuk membimbing anak agar tetap menghargai serta mengembangkan kebudayaan sendiri. Hal ini bertujuan untuk menjaga keaslian budaya lokal, sehingga Ki Hadjar Dewantara mempunyai konsentrasi tersendiri dalam mengembangkan pendidikan nasional yang berlandaskan atas kebudayaan murni Indonesia. Perlunya memelihara, mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai dan bentuk kebudayaan nasional. 33

49 Menurut Ki Hadjar Dewantara kebudayaan Indonesia harus berpangkal pada kebudayaan sendiri. Namun, Ki Hadjar Dewantara selalu bersikap terbuka dan tidak menolak unsur-unsur kebudayaan dari luar yang dapat mengembangkan khazanah kebudayaan Indonesia. Menurut Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan Indonesia merupakan segala puncak dari sari kebudayaan bernilai di seluruh kepulauan Indonesia. Puncakpuncak kebudayaan dari suatu suku bangsa merupakan unsur-unsur budaya lokal yang dapat memperkuat solidaritas nasional (H.A.R Tilaar, 2007: 90). Jadi, menurut Ki Hadjar Dewantara kebudayaan nasional Indonesia didukung oleh kebudayaan-kebudayaan daerah yang tinggi mutunya, baik yang lama maupun yang ciptaan baru. Kebudayaan nasional Indonesia harus bersambung (kontuinitas) dengan kebudayaan lama. Kebudayaan nasioal Indonesia harus mengumpul menuju ke arah kebudayaan universal (konvergensi) dengan memiliki kepribadian nasional sendiri (konsentrisitas). Tujuan semua ini adalah untuk mengenal budaya dan jati diri tanpa harus meniru dan menjiplak budaya asing yang dapat merusak kebudayaan sendiri. 4. Azas Kebangsaan Azas kebangsaan merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara yang amat penting sebagai bagian dari wawasan kemanusiaan. Melalui azas ini Ki Hadjar Dewantara hendak menegaskan bahwa, seseorang harus merasa satu dengan bangsanya dan perasaan tersebut tidak boleh bertentangan dengan rasa kemanusiaan. Dalam konteks itu pula, azas ini diperjuangkan Ki Hadjar 34

50 Dewantara untuk mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi yang dapat tumbuh dan terjadi berdasarkan daerah, suku, keturunan ataupun keagamaan. Bagi Ki Hadjar Dewantara, kebangsaan tidaklah mempunyai konotasi, rasial biologis, status sosial ataupun keagamaan. Rasa kebangsaan adalah bagian dari rasa kebatinan kita manusia, yang hidup dan dihidupkan di dalam jiwa kita dengan disengaja. Asal mulanya rasa kebangsaan itu timbul dari rasa diri, yang terbawa dari keadaan perikehidupan pribadi, lalu menjalar menjadi rasa keluarga. Rasa diri ini terus memintal erat menjadi rasa hidup bersama (rasa sosial). Wujud rasa kebangsaan itu umumnya ialah dalam mempersatukan kepentingan bangsa dengan kepentingan diri sendiri; kehormatan bangsa ialah kehormatan diri, demikianlah seterusnya. Ideologi kebangsaan inilah yang diterapkan Ki Hadjar Dewantara secara konsekuen ketika ia bersama dengan Dr. Tjipto dan E.F.E. Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada tahun Bahkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa, yang juga merupakan ideologi nasional kita pada dasarnya adalah suatu formulasi dari ideologi kebangsaan itu, dari wawasan kebangsaan kita itu. Mencermati pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang azas kebangsaan ini kita semakin yakin bahwa Bapak Pendidikan Nasional Indonesia itu adalah sosok yang pluralis (Bartolomeus, 2013: 86-87). 35

51 5. Azas Kemanusiaan Azas ini pada dasarnya mengandung makna persahabatan antar bangsabangsa. Dalam konteks itu, ia menggarisbawahi pentingnya Bangsa Indonesia menjalin persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Manusia di Indonesia hendaknya menjadi sahabat bagi siapa pun juga dan tidak boleh bermusuhan dengan bangsa-bangsa lain. Dalam praksis berbangsa dan bernegara manusia di Indonesia memperlakukan sesamanya secara beradab dalam rasa cinta kasih yang mendalam. Dalam perspektif itu, azas kemanusiaan ini boleh dipandang sebagai azas yang radikal sebab konsep kemanusiaan itu merupakan akar dan sekaligus titik simpul bagi proses hidup yang manusiawi. Ia menjadi landasan kokoh untuk membangun kondisi hidup bermasyarakat yang cinta damai dan saling menghormati dalam konteks sosial yang dewasa ini menjadi sedemikian kompleks, mengglobal, dan sarat dengan persoalan kemanusiaan. Konsep manusia sebagai makhluk multidimensional, dinamis dan luhur mengisyaratkan panggilan kodratinya untuk senantiasa berevolusi dalam rangka menanggapi tantangan alam dan zaman yang tetap dalam kondisi berubah-ubah. Klimaks evolusi manusia itu adalah terbangunnya integrasi potensi-potensi diri dalam rupa kesadaran akan pentingnya menjaga eksistensi hidup yang manusiawi. Kesadaran demikian bermuara pada upaya optimalisasi daya akal budi sedemikian rupa untuk menghumanisasikan lingkungan hidupnya. Itulah yang telah melahirkan kebudayaan. Jadi, kebudayaan adalah ekspresi kesadaran mendalam manusia akan pentingnya menjalani hidup yang manusiawi. Dalam 36

52 konteks itu, perspektif kemanusiaan yang beradab mengacu pada pengertian bahwa segala hal yang diciptakan oleh manusia dalam berbagai aspek kehidupan harus selalu sesuai dengan kodrat kemanusiaannya. Hasil karya manusia idealnya menghantar dirinya pada kondisi hidup yang beradab. Dalam pengertian ini, perkembangan hidup manusia dari jaman ke jaman idealnya adalah peningkatan rasa hormat pada kemanusiaan yang mengkristal dalam apa yang kita sebut dengan kebudayaan. Kiranya dalam perspektif itulah Ki Hadjar Dewantara layak kita pandang sebagai seorang humanis. Ia mengabdikan hidupnya secara total dan radikal untuk membangun kesadaran tinggi akan pentingnya bertumbuh dalam rasa kemanusiaan. Gagasan ini dapat kita temukan juga dalam refleksi Ki Hadjar Dewantara tentang atau terhadap Pancasila yang ditulisnya pada tahun Baginya Pancasila mendeskripsikan keluhuran sifat hidup manusia. Kandungan makna Pancasila yang asasi adalah perikemanusiaan karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang mengajarkan kita perihal bagaimana seharusnya kita berpendirian, bersikap, dan bertindak, tidak saja sebagai warga negara yang setia, melainkan juga sebagai manusia yang jujur dan bijaksana. Kita bisa memahami pandangan ini dengan meyakini bahwa hormat kepada sesama manusia adalah suatu bentuk konkret penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Bartolomeus, 2013: 88-89). 37

53 E. Strategi Pengembangan Pendidikan Budi Pekerti Menurut Nurul Zuriah (2011: 86), penerapan pendidikan budi pekerti di lingkungan persekolahan dapat diartikan dengan berbagai strategi pengintegrasian, antara lain sebagai berikut: 1. Keteladanan atau contoh Suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, staf administrasi di sekolah yang dapat dijadikan sebagai model bagi peserta didik. Dalam hal ini guru berperan langsung bagi peserta didik. 2. Kegiatan spontan Kegiatan yang dilaksanakan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui adanya sikap atau perilaku peserta didik yang kurang baik, seperti meminta sesuatu dengan berteriak-teriak, mencoret-coret dinding dan sebagainya. 3. Teguran Guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilai-nilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. 4. Pengkondisian lingkungan Suasana di sekolah perlu dikondisikan sedemikian rupa, dengan penyediaan sarana fisik. Contohnya dengan penyediaan tempat sampah, jam dinding, slogan mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik. 38

54 5. Kegiatan rutin Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Contohnya berbaris memasuki kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan salam apabila bertemu orang lain. Sejalan dengan pendapat Nurul di atas, Ali Muhtadi (2010: 9) juga mengungkapkan bahwa berkaitan dengan implementasi pendidikan budi pekerti dalam kegiatan sehari-hari, secara teknis strategi yang dapat dilakukan adalah melalui: keteladanan, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, dan kegiatan rutin. Lebih lanjut dijelaskan oleh Ali Muhtadi (2010: 8) untuk strategi pengintegrasian pendidikan budi pekerti ke dalam kegiatan yang diprogramkan dapat direncanakan oleh guru melalui berbagai kegiatan seperti: bakti sosial, kegiatan cinta lingkungan, kunjungan sosial ke panti jompo atau yayasan yatim piatu atau yayasan anak cacat. Kegiatan ini penting dilakukan guna memberikan pengalaman langsung serta pemahaman dan penghayatan nyata atas prinsip-prinsip moral yang telah ditanamkan guru kepada peserta didik. Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapkan pendidikan budi pekerti tidak hanya berhenti pada aspek kognitif saja, melainkan juga dapat menyentuh aspek afektif, psikomotor peserta didik. Dalam realitasnya antara apa yang diajarkan guru kepada peserta didik di sekolah dengan apa yang diajarkan oleh orang tua di rumah, seringkali kontra produktif atau terjadi benturan nilai. Untuk itu agar proses pendidikan budi pekerti 39

55 di sekolah dapat berjalan secara optimal dan efektif, pihak sekolah perlu membangun komunikasi dan kerjasama dengan orang tua murid berkenaan dengan berbagai kegiatan dan program pendidikan budi pekerti yang telah dirumuskan atau direncanakan oleh sekolah. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi dalam implementasi pengembangan nilai-nilai budi pekerti perlu menerapkan prinsip yaitu: a) menggunakan prinsip keteladanan dari semua pihak, baik orang tua, guru, masyarakat, maupun pimpinannya, b) menggunakan prinsip kontinuitas/rutinitas (pembiasaan dalam segala aspek keidupan), c) menggunakan prinsip kesadaran untuk bertindak sesuai dengna nilai-nilai budi pekerti yang diajarkan. F. Metode Pendidikan Budi Pekerti Dalam pendidikan telah dikenal beberapa aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan dalam mewujudkan tujuan pendidikan, salah satunya adalah aspek metode pengajaran. Hal ini dikarenakan metode pengajaran terkait dengan proses interaksi dan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Bartolomeus, 2013: 78-79), metode pendidikan yang cocok untuk membentuk kepribadian generasi muda di Indonesia adalah yang sepadan dengan makna pendagogik, yakni Momong, Among dan Ngemong, yang berarti bahwa pendidikan itu bersifat mengasuh. Mendidik adalah mengasuh anak dalam nilai-nilai. Dalam sistem among ini, pengajaran berarti mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan 40

56 merdeka tenaganya. Mengemong anak berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong akan bertindak, kalau perlu dengan paksaan, apabila keinginan anak-anak berpotensi membahayakan keselamatannya. Sementara alat atau cara mendidik dalam metode among terdiri dari enam, yakni: 1. Memberi contoh: pamong memberi contoh atau teladan yang baik dan bermoral kepada peserta didiknya. 2. Pembiasaan: setiap peserta didik dibiasakan untuk melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar; sebagai anggota komunitas Taman Siswa, dan sebagai anggota masyarakat secara selaras dengan aturan hidup bersama. 3. Pengajaran: guru atau pamong memberikan pengajaran yang menambahkan pengetahuan peserta didik sehingga mereka menjadi generasi yang pintar, cerdas, benar dan bermoral baik. 4. Perintah, paksaan, dan hukuman: diberikan kepada peserta didik bila dipandang perlu atau manakala peserta didik menyalahgunakan kebebasannya yang dapat berakibat membahayakan kehidupannya. 5. Laku (perilaku): berkaitan dengan sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan yang terekspresi dalam perkataan dan tindakan. 6. Pengalaman lahir dan batin: pengalaman kehidupan sehari-hari yang diresapi dan direfleksikan sehingga mencapai tatanan rasa dan menjadi kekayaan serta sumber inspirasi untuk mencapai kehidupan yang membahagiakan diri dan sesama. 41

57 Dalam lingkup pendidikan budi pekerti, Ki Hadjar Dewantara memiliki metode pengajaran dan pendidikan tersendiri yang terdiri atas tiga macam metode yang didasarkan pada urutan pengambilan keputusan berbuat, yang artinya ketika kita bertindak haruslah melihat dan mencermati urutan-urutan yang benar sehingga tidak terdapat penyesalan di kemudian hari. Metode tersebut antara lain: ngerti (mengerti), ngrasa (merasakan) dan ngelakoni (melaksanakan) (Moch. Tauhid, 1963: 57). Dari tiga macam metode pengajaran budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Metode Ngerti Metode Ngerti dalam pendidikan budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara, mempunyai maksud memberikan pengertian yang sebanyakbanyaknya kepada anak. Di dalam pendidikan budi pekerti anak diberikan pengertian tentang baik dan buruk. Berkaitan dengan budi pekerti ini seorang pamong (guru) ataupun orang tua harus berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata karma yang baik kepada peserta didiknya. Dengan harapan peserta didiknya akan mengetahui tentang nilai-nilai kebaikan dan dapat memahami apa yang dimaksud dengan tingkah laku yang buruk yang dapat merugikan mereka dan membawa penyesalan pada akhirnya. Selain itu pamong juga memiliki tugas untuk mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama. Dengan tujuan akhir peserta didik diarahkan untuk mampu menjadi manusia yang merdeka dan 42

58 memahami pengetahuan tantang perilaku baik dan buruk serta memiliki budi pekerti (akhlak) yang luhur (mulia) 2. Metode Ngrasa Metode yang kedua adalah metode Ngrasa yang merupakan kelanjutan dari metode ngerti, metode pendidikan budi pekerti merupakan metode yang bertahap yang merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yang dimaksud dengan metode Ngrasa adalah berusaha semaksimal mungkin memahami dan merasakan tentang pengetahuan yang diperolehnya. Dalam hal ini peserta didik akan dididik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah. 3. Metode Nglakoni Metode Nglakoni merupakan tahapan terakhir dalam metode pengajaran budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara, yang dimaksud dengan metode Nglakoni adalah mengerjakan setiap tindakan, tanggung jawab telah dipikirkan akibatnya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Jika tindakan telah dirasakan mempunyai tanggung jawab, tidak mengganggu hak orang lain, tidak menyakiti orang lain maka dia harus melakukan tindakan tersebut. Menurut Ki Hadjar Dewantara (dalam Bartolomeus, 2013: 87), pendidikan bukan hanya masalah bagaimana membangun budi (pikiran, kognisi) namun juga pekerti (tenaga) anak-anak Indonesia, agar mereka kelak mampu menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang meng-indonesia (mencintai dan memiliki 43

59 kekhasan Indonesia). Praksis pendidikan berdasarkan metode Ki Hadjar Dewantara menempatkan guru sebagai pengasuh yang matang dalam penghayatan dan pelaksanaan nilai-nilai sosio-kultural dan religius yang khas Indonesia. Maka pendidikan pada dasarnya adalah proses mengasuh anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa (dalam intelektualitas, moralitas, sosialitas, spiritualitas). Dalam rangka itu, guru tidak menggunakan metode paksaan, tapi memberikan pemahaman sehingga anak mengerti dan memahami apa yang terbaik bagi dirinya dan lingkungan sosialnya; memberikan keteladanan sehingga peserta didik meniru yang baik; memberikan kepercayaan supaya peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam tugas-tugasnya kelak. Pamong (guru) boleh terlibat langsung dalam kehidupan anak tatkala anak itu dipandang berada pada jalan yang salah. Tapi pada prinsipnya tidak bersifat paksaan. Keterlibatan pada kehidupan anak tetap dalam konteks penyadaran dan atas dasar kepercayaan bahwa anak adalah pribadi yang tetap harus dihormati hak-haknya untuk dapat bertumbuh menurut kodratnya. Dalam rangka menerapkan metode among dan untuk menegaskan perbedaan metode pendidikannya dari pendidikan Belanda, Ki Hadjar Dewantara menyampaikan pentingnya tritunggal fatwa pendidikan untuk hidup mereka, yakni pertama, tetep, antep, dan mantep. Artinya, pendidikan adalah upaya terencana untuk membangun ketetapan pikiran dan batin subjek didik. Kondisi demikian penting agar subjek didik dalam semakin dewasa dan berkualitas atau 44

60 pasti mantep (kokoh). Kedua, pendidikan dimaksudkan untuk membentuk mentalitas ngandel, kandel, kendel, dan bandel dalam diri subjek didik. Artinya, pendidikan yang menekankan pengolahan kematangan batiniah menumbuhkan rasa percaya diri (ngandel) dan membentuk pendirian yang teguh (kandel) pada subjek didik sehingga mereka menjadi pribadi-pribadi yang berani (kendel) dan tawakal, tidak cepat menyerah (bandel). Ketiga, pendidikan itu dilaksanakan demi dan untuk membangun kondisi neng, ning, nung, dan nang dalam kesadaran diri peserta didik.artinya, upaya mendidik adalah upaya membentuk kesucian pikiran dan kebatinan subjek didik (neng). Bila kondisi ini mewarnai aktivitas pendidikan, peserta didik akan mengalami ketenangan hati (ning), yang lantas pula membuat mereka mampu menguasai diri untuk memiliki kekuasaan atas diri sendiri (nung). Manakala subjek didik sudah memiliki ketiga hal itu, mereka sesungguhnya mencapai kemenangan (nang) pada dirinya, yakni kemenangan atas ego diri yang cenderung pongah dan serakah (Bartolomeus, 2013: 81). G. Kiprah Taman Siswa Dalam Membangun Budi Pekerti Pada masa berdirinya Taman Siswa, keadaan pendidikan dan pangajaran pada waktu itu sangat kurang dan sangat mengecewakan. Seperti yang diketahui sesudah pemerintah kolonial melaksanakan politik etis, jumlah sekolah yang didirikan bertambah banyak. Akan tetapi walaupun demikian, jumlah sekolah dibandingkan dengan jumlah anak usia sekolah masih sangat jauh dari cukup. Lagipula sekolah- 45

61 sekolah tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan kolonial, baik kepentingan dalam bidang politik, ekonomi maupun administrasi. Jadi sama sekali tidak ada kepentingan rakyat Indonesia. Misi dari Taman Siswa sebagai lembaga pendidikan intinya adalah dengan sarana pendidikan yang ada di Taman Siswa akan mengenalkan kebudayaan sosial dan lain sebagainya kepada anak didik, bukan hanya ilmu pengetahuan saja. Semua itu tidak terlepas dari konsep yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri perguruan Taman Siswa. Bagaimanapun Ki Hadjar Dewantara berperan sebagai pionir pendidikan nasional.hal ini disebabkan karena pada waktu Ki Hadjar Dewantara mendirikan Taman Siswa, pendidikan yang digunakan adalah pendidikan dari Belanda yang bertentangan dengan kehendak Ki Hadjar Dewantara.Sedangkan Ki Hadjar Dewantara dengan kelompoknya merupakan pionir berdirinya pendidikan yang berbeda dengan Belanda, yaitu dengan membuka Taman Siswa, dimana arah sistem pendidikannya sangat jauh berbeda dengan sistem pendidikan Belanda. Perbedaan yang mendasar adalah jika pendidikan Belanda mengarahkan anak didiknya agar setelah lulus menjadi stave (budak) atau antek-anteknya Belanda, yaitu menjadi pegawai pemerintah Belanda. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara dengan membuka Taman Siswa, beliau menyebar benih untuk memberikan jiwa kemerdekaan pada rakyat Indonesia yang putra-putrinya disekolahkan di Taman Siswa. Risiko dan konsekuensi yang ditanggung cukup berat, termasuk ketika Ki Hadjar Dewantara harus berhadapan langsung dengan pemerintah Belanda dan 46

62 dikenai hukuman pengasingan akibat mendirikan sekolah yang melawan arus dengan sistem pendidikan Belanda.Dalam perkembangan selanjutnya, program pendidikan Taman Siswa dikembangkan melalui program SBII (Sifat, Bentuk, Isi, dan Irama). Artinya, konsep pendidikan di Taman Siswa selalu berkembang sesuai dengan sifat, bentuk, isi, dan irama zaman yang dialami saat itu.jadi tidak benar kalau Taman Siswa dikatakan tidak reformis. Namun demikian, konsep dasar yang dikembangkannya masih tetap sama, yaitu menumbuhkan jiwa merdeka pada setiap diri anak didik, yaitu merdeka lahir batin, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Dengan tujuan agar anak didik menjadi orang yang beriman, bertakwa, terampil, dan akhirnya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat (Nurul Zuriah, 2007: 132). Taman Siswa merupakan badan perjuangan yang berjiwa nasional suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri sebagai dasar perjuangannya.taman Siswa tidak hanya menghendaki pembentukan intelektual saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan latihan susila. Dengan menggunakan dasar kekeluargaan dengan sistem among dapatlah terwujud dengan baik pendidikan budi pekerti terhadap anak bangsa (Soeratman, 1982: 89). Selain berdasarkan kekeluargaan, pendidikan di Taman Siswa menggunakan Tri Pusat (Soeratman, 1982: 95-96). Pusat-pusat pendidikan ini masing-masing harus tahu kewajibannya sendiri-sendiri dan mengakui haknya pusat-pusat lainnya, yaitu: 1. Pusat keluarga: buat mendidik budi pekerti dan laku sosial. 47

63 2. Pusat perguruan: sebagai balai wiyata, yaitu untuk usaha mencari dan memberikan ilmu pengetahuan, di samping pendidikan intelek. 3. Pusat pergerakan pemuda: sebagai daerah merdekanya kaum pemuda atau Kerajaan Pemuda untuk melakukan penguasaan diri, yang amat penting untuk pembentukan watak. Dalam hal ini, perguruan berdiri sebagai titik pusat dari ketiga pusat tersebut dan menjadi perantara keluarga dan anak-anaknya dengan masyarakat. Antara orang tua, murid dengan guru yang menjadi penasihatnya. Di sini guru harus melaksanakan metode among. Eksistensi dan inti pendidikan di Taman Siswa sebenarnya adalah sebuah lembaga pendidikan yang tetap mempertahankan kebudayaan dan juga sosial untuk kemerdekaan anak bangsa. Jadi, dengan pendidikan tersebut diusahakan agar sebanyak mungkin anak bisa sekolah dan mempunyai jiwa merdeka. Oleh karena itu, pendidikan di Taman Siswa didasarkan atas prinsip atau slogan Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang artinya seorang pendidik selalu berada di depan untuk memberi teladan. Ia adalah pemimpin yang memberi contoh dalam perkataan dan perbuatannya sehingga pantas diteladani oleh para muridnya. Ing Madya Mangun Karsa, yang artinya seseorang pendidik selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus memprakarsai/ memotivasi peserta didiknya untuk berkarya, membangun niat, semangat, dan menumbuhkan ide-ide agar peserta didiknya produktif dalam berkarya. Tut Wuri Handayani, yang artinya seorang 48

64 pendidik selalu mendukung dan menopang (mendorong) para muridnya berkarya ke arah yang benar bagi hidup masyarakat (Bartolomeus, 2013: 78). Sebagai komunitas pendidikan, sikap dan hidup yang ditanamkan Ki Hadjar Dewantara ke dalam setiap anggota Taman Siswa sebagai dasar dan sikap perjuangan hidup mereka di tengah-tengah masyarakat adalah Trikon (kontinuitas, konsentrisitas, dan konvergensi) (Bartolomeus, 2013: 90-91). Kontinuitas (atau dasar kultural): terkait dengan kebudayaan yang selalu dinamis dan terbuka untuk nilai-nilai baru dari luar. Bagi Ki Hadjar Dewantara kebudayaan itu adalah garis kehidupan suatu bangsa yang terus berkembang tanpa terputus-putus. Dalam konteks itu, pengaruh dari kebudayaan lain berupa nilai-nilai baru dapat diterima dengan catatan bahwa kebudayaan bangsa sendiri tetap berjalan sebagai penuntun nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu, kebudayaan wajib dihidupkan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Kemajuan suatu bangsa adalah ketika bangsa itu tetap setia melajutkan garis hidup dari asal-usulnya yang ditarik terus dari sumber awalnya sembari terbuka menerima nilai-nilai baru, baik dari bangsa sendiri maupun dari bangsa lain. Konsentrisitas (dasar nasional): terkait dengan alam hidup manusia yang diyakini Ki Hadjar Dewantara sebagai alam hidup berbulatan (konsentris). Ki Hadjar Dewantara berupaya menginternalisasi kesadaran akan pentingnya menghormati fakta pluralitas kepada segenap anggota Taman Siswa. Ia menekankan bahwa, meskipun manusia itu berasal dari keluarga yang berbeda, daerah yang berbeda, agama yang berbeda, dan golongan yang berbeda, tetapi ia tetap diliputi 49

65 suatu lingkungan hidup yang luas cakupannya. Persatuan bangsa tidak akan rugi manakala perasaan cinta keluarga, cinta suku, cinta daerah, cinta agama dan cinta golongan disertai dengan kesadaran bahwa perasaan cinta itu berada dalam kondisi damai dan tertib dari lingkungan yang meliputinya, yakni bangsa. Kesadaran seorang bahwa keluarga, suku, agama, golongan dan daerahnya berada dalam lingkungan bangsa, dan tertib damainya kehidupan keluarganya hanya akan tercapai apabila ada ketertiban dan kedamaian nasional, menjadi jaminan tidak munculnya primordialisme sempit. Demikian juga manakala semangat kebangsaan kita atau nasionalisme mengakui bahwa suatu bangsa hanya bisa hidup tentram dan selamat manakala ada perdamaian dunia, maka luapan ekspresi nasionalisme tidak akan membahayakan kepentingan perdamaian dunia. Konvergensi (dasar kemasyarakatan): kehidupan di Taman Siswa selalu bertaut erat dengan kehidupan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan keyakinan seperti itu, Ki Hadjar Dewantara membiasakan bahkan mewajibkan setiap anggota Taman Siswa untuk hidup membaur dan menjalin relasi dengan masyarakat luas dalam prinsip saling menghormati perbedaan identitas. Setiap anggota Taman Siswa harus menghubungkan dirinya dengan masyarakat kalau ia ingin hidup mengabdi kepentingan masyarakat. Bagi Ki Hadjar Dewantara, semangat hidup yang memencil dan penyakit menjaga kemurni-murnian berdasarkan identitas primordial, dia akan membawa kepada kematian. Di sini semakin jelas bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah pemimpin yang berjiwa pluralis. Baginya, perbedaan bukanlah hal yang harus dipertentangkan, diperlawankan satu terhadap yang lain, 50

66 dan diperdebatkan, tetapi merupakan keniscayaan yang wajib diterima sebagai anugerah istimewa dari sang Pencipta. H. Pertanyaan an Pertanyaan penelitian dikembangkan berdasarkan rumusan masalah dan digunakan sebagai rambu-rambu untuk memperoleh data penelitian. Berikut ini adalah pertanyaan penelitian yang peneliti kemukakan sebelum diadakan penelitian di lapangan. 1. Bagaimana strategi pengembangan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta? 2. Bagaimana metode pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta? 3. Bagaimana penanaman nilai-nilai budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta? 51

67 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan an Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Andi Prastowo (2012: 24), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kulaitas) dari fenomena yang diamati. Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif deskriptif karena bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Dasar pendekatan yang peneliti pergunakan adalah pendapat dari Sugiyono (2010: 15), yang mendeskripsikan metode kualitatif adalah sebagai berikut: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposivedan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Jadi, fokus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti berusaha untuk mendeskripsikan secara mendalam implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Hal yang diteliti dalam penelitian ini 52

68 berkaitan dengan dasar dan bentuk pelaksanaan yang menggambarkan secara deskriptif implementasi pendidikan budi pekerti di SD tersebut. Pendekatan kualitatif deskriptif ini banyak menggunakan data yang diamati mendalam dari informan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. B. Setting an 1. Lokasi an an ini dilakukan baik di kelas maupun di luar kelas SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang beralamat di Jalan Tamansiswa nomor 25, Desa Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Madya Yogyakarta, Daerah Istimewa Yoyakarta. Alasan pemilihan lokasi ini adalah dari hasil observasi awal yang dilakukan, Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah sekolah dasar yang dalam pelaksanaan pendidikannya bertujuan untuk mewujudkan cita-cita dengan berdasarkan pada pengenalan pendidikan budi pekerti kepada anak didik di semua mata pelajaran di sekolah sehingga anak bisa menjadi manusia yang luhur dan berguna untuk masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari konsep yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai pendiri Perguruan Tamansiswa. Aplikasi pendidikan budi pekerti juga terlihat dalam kegiatan sehari-hari anak di sekolah, seperti salah satunya adanya pembiasaan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun. Hal ini terbukti dengan semua peserta didik dapat bergaul dan menghormati pendidik sesuai dengan aturan sekolah. 53

69 2. Waktu an an ini dilaksanakan bulan Mei-Juni 2016 setelah peneliti memperoleh izin penelitian. C. Sumber Data Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam mengumpulkan data, hal ini karena sumber data yang akan menentukan relevansi data yang telah dikumpulkan untuk diteliti. Menurut Lofland (dalam Lexy J. Moloeng, 2005: 157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Selain itu, menurut Bisri dalam (Andi Prastowo, 2012: 207), penentuan sumber data berdasarkan jenis data yang telah ditentukan, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Sejalan dengan pendapat Bisri, lebih jelasnya Sugiyono (2010: ) mengungkapkan bahwa, sumber data dalam penelitian berasal dari sumber data utama dan sumber data tambahan. Sumber data utama disebut juga dengan sumber data primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber data tambahan disebut sebagai sumber data sekunder, yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Oleh karenanya, sumber data dalam penelitian ini berasal dari sumber data utama yang langsung memberikan data penelitian (primer) dan sumber data tambahan yang tidak langsung memberikan data penelitian (sekunder). 54

70 1. Sumber data utama (primer) yaitu data yang berasal dari narasumber yang mengalami langsung pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Narasumber yang dimaksud adalah pendidik (pamong) yang menjadi pelaksana pendidikan budi pekerti itu sendiri. Agar mendapatkan hasil yang maksimal maka diperlukan narasumber lain yang terlibat dalam proses pendidikan budi pekerti, yakni Kepala Sekolah dan peserta didik SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang juga merupakan pelaksana pendidikan budi pekerti di SD tersebut. Tujuan sumber data primer dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana nilai-nilai luhur budi pekerti terintegrasi pada peserta didik dengan baik dalam pelaksanaannya melalui pengimplementasian pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 2. Sumber data tambahan (sekunder), yaitu berasal dari dokumentasi. Sumber foto inilah yang akan memberikan penguatan bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa setelah didapat data dari subjek penelitian. D. Subyek dan Objek an 1. Subyek an Moloeng (dalam Andi Prastowo, 2012: 195) mengungkapkan bahwa, subyek penelitian adalah informan. adalah orang-dalam pada latar penelitian. adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat) penelitian. Subyek 55

71 penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan pamong yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan budi pekerti. Kepala sekolah dan pamong dijadikan subjek penelitian karena dianggap lebih memahami bagaimana pengimplementasian pendidikan budi pekerti sesuai dengan aturan dan kebijakan di sekolah tersebut. Selain itu peserta didik yang menjalani pelaksanaan pendidikan budi pekerti juga dijadikan sebagai subjek penelitian untuk mendapatkan data yang bersifat holistik dan menyeluruh, akan tetapi hanya dipilih peserta didik yang sesuai kriteria dan seperlunya. 2. Objek an Objek penelitian adalah informasi yang didapat dari sumber penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut: a. Strategi pengembangan pendidikan budi pekerti b. Metode pendidikan budi pekerti c. Nilai-nilai budi pekerti yang ditanamkan E. Teknik Pengumpulan Data Menurut Poham (dalam Andi Prastowo, 2012: 208), teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan. Menurut Sugiyono (dalam Andi Prastowo, 2012: 208), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), sumber 56

72 data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi (Sugiyono, 2009: ). Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat bantu yang sangat canggih. Jonathan Sarwono (2006: 224) menjelaskan bahwa observasi meliputi melakukan pancatatan secara sistematika kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-hal yang perlu dilakukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Sukandarrumidi (2002: 71) menjelaskan dalam pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi nonpartisipan dalam pengumpulan data, yaitu peneliti berada di luar subyek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. mengamati bagaimana pelaksanaan pendidikan budi pekerti yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, kepala sekolah, serta peserta didik, baik di dalam kelas saat pembelajaran maupun saat kegiatan di luar kelas. Observasi ini digunakan untuk menemukan bagaimana bentuk strategi dan metode yang 57

73 digunakan dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti untuk menanamkan nilainilai luhur terhadap peserta didik di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, Yogyakarta. 2. Wawancara Menurut Sugiyono (2010: 317) berpendapat bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Esterberg (dalam Sugiyono, 2010: ) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, wawancara ini termasuk dalam kategori wawancara mendalam (in depht interview). Wawancara ini bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, peneliti dapat juga menambah pertanyaan di luar pedoman wawancara untuk mengungkapkan pendapat dan ideide responden. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan. menggunakan wali kelas sebagai informan utama dan melibatkan juga kepala sekolah dan beberapa siswa di sekolah tersebut. 58

74 3. Dokumentasi Suharsimi Arikunto (1993: 202) mengungkapkan bahwa, metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Irawan (dalam Sukandarrumidi, 2002: ), studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan segala dokumen yang menyangkut dengan pelaksanaan pendidikan budi pekerti, baik berupa foto-foto, lembar peraturan dan tata tertib, maupun audio (rekaman wawancara). F. Instrumen an Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri. Moloeng (2005: 168) mengemukakan bahwa, peneliti termasuk manusia yang nantinya akan menjadi instrumen dalam penelitian kualitatif. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi segalanya dari proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada penelitian kuantitatif. 59

75 Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka peneliti perlu membuat kisi-kisi instrumen (Sugiyono, 2009: 149). Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Instrumen penelitian sederhana ini digunakan untuk menunjang proses pengumpulan data (Sugiyono, 2009:305). Dalam proses pengumpulan data, alat bantu yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara yang disusun berdasarkan kisi-kisi umum instrumen. 1. Pedoman Observasi Pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk memberikan panduan selama proses observasi. melakukan pengamatan secara langsung proses pelaksanaan pendidikan budi pekerti, baik selama dalam proses pembelajaran maupun saat kegiatan lain di luar kelas. Pedoman observasi digunakan untuk menelaah lebih dalam tentang proses implementasi pendidikan budi pekerti. Pedoman observasi dalam penelitian ini bersifat fleksibel sehingga dapat dikembangkan. Pedoman ini digunakan untuk melakukan observasi pada semua hal yang berkaitan dengan implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 2. Pedoman Wawancara Wawancara ini bertujuan memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, guru dan siswa untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu 60

76 Pawiyatan Tamansiswa. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara guru kelas dan kepala sekolah tentang pemahaman pendidikan budi pekerti dan pelaksanaannya. Dalam penelitian ini dikembangkan kisi-kisi sebagai dasar acuan penyusunan alat bantu instrumen di lapangan berupa pedoman wawancara pada subjek penelitian. Pedoman wawancara ini digunakan agar dalam proses wawancara tidak menyimpang dari tujuan penelitian yang sebenarnya. berikut. Kisi-kisi pedoman observasi dan wawancara penelitian terdapat pada tabel Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen an No. Aspek Sub aspek Indikator Teknik 1. Strategi a. Keteladanan atau contoh Berpakaian dengan sopan dan rapi Bertutur kata dengan baik Mengucapkan salam apabila bertemu orang Tidak merokok di lingkungan sekolah b. Kegiatan spontan Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain Observasi Wawancara Dokumenta si Observasi Wawancara Dokumenta si 61

77 c. Teguran Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik d. Pengkondisian Penyediaan tempat lingkungan sampah Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis e. Kegiatan rutin Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas 2. Metode a. Metode among Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan b. Metode ngerti Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah Observasi Wawancara Observasi Wawancara Dokumenta si Observasi Wawancara Dokumenta si Observasi Wawancara Dokumenta si Observasi Wawancara 62

78 3. Pembelajaran a. Penanaman nilainilai budi pekerti laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama c. Metode ngrasa Peserta didik akan dididik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah d. Metode nglakoni Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan kayakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran Dokumenta si Observasi Wawancara Observasi Wawancara Dokumenta si Observasi Wawancara Dokumenta si 63

79 Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan palaksanaan tugas kerja bakti G. Teknik Analisis Data Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2010: ) menyatakan bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan- 64

80 bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinfornasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain. Dalam penelitian ini model analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah model Miles dan Huberman. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2010: 337). Teknik analisis tersebut digambarkan dalam skema seperti berikut. Gambar 1. Model Interaktif Sumber : Huberman dan Miles (Sugiyono, 2010: 338) 1. Reduksi Data (Data Reduction) Menurut Sugiyono (2010: ) mengemukakan bahwa mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal 65

81 yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dalam penelitian ini, data diperoleh setelah dilakukan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi terkait implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa untuk membatasi data-data yang tidak perlu. Kemudian dipilih data yang sesuai dengan pedoman pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. 2. Penyajian Data (Data Display) Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:341) mengungkapkan bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data dilakukan dengan teliti setelah data yang diperoleh tersebut melewati proses reduksi. Data dalam penelitian ini disajikan dalam secara deskriptif dalam bentuk uraian naratif dan diperkuat oleh catatan wawancara, observasi, dan dokumentasi. 3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification) Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data. Menurut Sugiyono (2010: 345), dalam penelitian kualitatif diharapkan kesimpulan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Dalam penelitian ini, penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang menjawab rumusan 66

82 masalah. Kesimpulan dari analisis data berupa deskripsi pengimplementasian pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. H. Keabsahan Data Menurut Sugiyono (dalam Andi Prastowo, 2012: 265), uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas (objektivitas). Dalam uji keabsahan data, peneliti menggunakan uji kredibilitas data. Dalam menguji kredibilitas data, peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan teknik. 1 Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2010: 373). an ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan sumber yang berbeda namun dalam satu fokus yang sama. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati tentang implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Sumber yang ditriangulasi adalah kepala sekolah, pamong dan peserta didik SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 2 Triangulasi Teknik Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2010: 373). 67

83 an dilakukan kepada satu sumber namun melalui proses yang berbeda. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi kepada satu sumber yaitu pendidik (pamong) yang melaksanakan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. 68

84 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi an 1. Lokasi Sekolah SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa terletak di Jl. Tamansiswa Nomor 25, Desa Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kotamadya Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah dasar swasta dari yayasan Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang telah berdiri sejak tahun 1922 dan mulai beroperasi pada tahun SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ini juga terdapat Museum Budaya Dewantara Kirti Griya dan Pendopo Agung Tamansiswa yang biasa digunakan masyarakat umum. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang dibangun langsung atas prakarsa Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia setelah pendidikan Taman Indria Ibu Pawiyatan Tamansiswa (TK). Taman Muda merupakan nama unik sekolah Tamansiswa yang pada tingkatan sekolah dasar. Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem among yaitu sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan bersendikan pada kodrat alam. Meskipun sekolah ini berstatus sebagai salah satu sekolah swasta yang memiliki akreditasi A sejak tahun 2009 yang memperhatikan kualitas peserta didiknya terutama dalam hal budi pekerti dan nilai-nilai budaya. 69

85 Dalam mencapai pembelajaran maksimal diperlukan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkompeten. Berikut ini data pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Tabel 2. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan No. Nama Status Mapel 1. Nyi AR, M.Pd PNS Kepala Sekolah 2. Nyi DI, S.Pd GTT Guru Kelas 1 3. Ki YA, S.Pd GTT Guru Kelas 2 4. Ki DF, S.Pd GTT Guru Kelas 3 5. Nyi ES, S.Pd PNS Guru Kelas 4 6. Ni AS, S.Pd GTT Guru Kelas 5 7. Nyi Lr, S.Pd GTT Guru Kelas 6 8. Nyi SA, S.Pd.B PNS Guru Agama Budha 9. Ni MC, S.PdK GTT Guru Agama Kristen Protestan 10. Ni CI, S.Pd GTT Guru Agama Katholik 11. Ki IM, S.Ag PNS Guru Agama Hindu 12. Ni DP, S.Pd.I GTT Guru Agama Islam 13. Nyi Dra. CM GTT Guru Ketamansiswaan 14. Ni HS, S.Pd GTT Guru SBK 15. Ki Sa, S.Sn GTT Guru Karawitan 16. Ni TH, S.Pd GTT Guru Penjas 17. Nyi AN, S.Pd GTT GPK 18. Nyi HW, S.I.P GTT GPK 19. Ni DN S.Pd GTT GPK 20. Nyi YS PTT Bendahara 21. Nyi AF PTT Administrasi 22. Ki SH PTT Administrasi 23. Ki Ka PTT Petugas Kebersihan 24. Ki HC PTT Petugas Kebersihan (Sumber: Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa tahun 2015/2016) 70

86 SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa memiliki tenaga pendidik yang mengampu berjumlah 19 orang yang terdiri dari 4 pendidik PNS, 2 pendidik yayasan, 12 pendidik honorer dan 1 pendidik tambahan. Dalam pelaksanaan tugasnya pendidik dibantu oleh tenaga kependidikan yaitu 3 karyawan serta 2 petugas kebersihan. Pendidik di sekolah ini kebanyakan merupakan tenaga tidak tetap atau honorer. Tapi meskipun demikian pendidik di sekolah ini memiliki kemampuan yang baik karena seluruh pendidik di sekolah ini sudah menempuh minimal jenjang pendidikan S1. Untuk beberapa program ekstra kurikuler sekolah ini mempercayakan kepada tenaga pendidik tambahan dari pihak luar sekolah seperti karawitan, pramuka, pencak silat, drum band, ensamble musik, komputer, vokal, dan seni lukis yang memang membutuhkan orang yang ahli di bidangnya. Jumlah total peserta didik SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 109 anak yang terbagi dalam 6 kelas. Jumlah masing-masing peserta didik pada tiap kelas adalah 10 anak di kelas I, 23 anak di kelas II, 26 anak di kelas III, 17 anak di kelas IV, 17 anak di kelas V, dan 16 anak di kelas VI. Masing-masing kelas hanya terdapat satu rombongan belajar. Sebagai sekolah inklusi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa memiliki cukup banyak peserta didik yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Jumlah peserta didik inklusi pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 49 anak. Jumlah peserta didik ABK ini mencapai 45 % dari jumlah total peserta didik SD 71

87 Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang didominasi jenis H atau lambat belajar, sisanya merupakan anak dengan kriteria tuna daksa, tuna rungu, tuna grahita ringan, tuna laras ringan, low vision, autis, gangguan pusat perhatian, dan gangguan perilaku. 2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah a. Visi Sekolah Visi dari SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta adalah Menjadi Sekolah Bermutu, Berbasis Seni Budaya dan Pendidikan Budi Pekerti Luhur. b. Misi Sekolah 1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efesien dan terukur untuk mewujudkan pendidikan bermutu. 2) Menyelenggarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai-nilai budaya untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya. 3) Menerapkan among system dengan tekanan keteladanan silih asah, silih asih dan silih asuh untuk implementasi pendidikan budi pekerti luhur. c. Tujuan Sekolah 1) Meningkatkan mutu pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan pamong, baik kompetensi akademik maupun profesionalismenya, yang diharapkan pada gilirannya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan secara bertahap, dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, tersedianya 72

88 dana operasional yang cukup, serta membuka peluang peran serta masyarakat secara proporsional. 3) Implementasi secara integral nilai-nilai budi pekerti luhur dan konsepkonsep ketamansiswaan dalam pembelajaran khususnya, dan pendidikan pada umumnya. 4) Menyiapkan peserta didik dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. B. Deskripsi Hasil an 1. Strategi Pengembangan Pendidikan Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta a. Keteladanan atau contoh 1) Berpakaian dengan sopan dan rapi Kepala sekolah dan pamong berusaha menjadi contoh atau model yang baik bagi siswa, salah satunya dalam hal berpakaian. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah dapat diketahui bahwa untuk mendisiplinkan anak berpakaian rapi harus berawal dari diri sendiri terlebih dahulu sebagai contoh bagi anak-anak di sekolah. Berikut pernyataan AR: Karena kalau budi pekerti itu harus dari diri kita sendiri dulu, jadi kita memberikan contoh dari diri kita sendiri dulu, baik dalam hal berpakaian, bersikap, maupun bertatakrama, kalau kita belum 73

89 sesuai kok kita ngajarin, ya tetap ga sempurna, mbak. Tapi kita juga harus tetap berproses, oh kemaren saya kurang ini kurang ini... Dan saya sendiri tidak mau mbak, kalau bawah sampai atas itu belum rapi saya tidak akan berangkat duluan, gitu. Itu cara kita ya dari kita dulu. (Rabu, 15 Juni 2016, Lampiran 6) Pernyataan kepala sekolah tersebut diperkuat dengan pernyataan yang disampaikan oleh pamong. Pada Selasa, 09 Juni 2016 AS mengatakan, Setiap hari Senin itu biasanya selalu dicek kerapian anakanak dalam berpakaian. Seperti yang saya bilang tadi, kita mencontohkan dulu, jadi saya harus berpakaian rapi dulu, karena tidak etis rasanya anakanak kita minta untuk berpakaian rapi dan sopan tetapi gurunya malah tidak rapi (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir). Wawancara dengan kepala sekolah dan pamong menunjukkan bahwa untuk membiasakan peserta didik agar berpakaian rapi dan sopan adalah dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu. Kepala sekolah dan pamong senantiasa berpakaian rapi dan sopan agar dapat menjadi contoh dan teladan bagi para peserta didiknya. Hal tersebut dilakukan pamong dan kepala sekolah sebagai salah satu bentuk pendidikan budi pekerti bagi peserta didik. Hasil wawancara yang disampaikan kepala sekolah dan pamong juga didukung dengan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik. Saat peneliti menanyakan pendapat mereka apakah bapak/ibu guru sudah 74

90 berpakaian rapi dan sopan, peserta didik menjawab sudah (wawancara dengan peserta didik terlampir). Hasil wawancara kepala sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa lembar tata tertib kelas yang dibuat oleh wali kelas dan disepakati bersama oleh peserta didik dan pamong. Lembar tata tertib kelas tersebut ditempel di mading dalam kelas. (Gambar 19 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan, terlihat bahwa kepala sekolah dan semua pamong berpakaian rapi, sopan dan sesuai aturan yaitu pada hari Senin memakai seragam coklat (keki), Selasa memakai seragam batik hijau, Rabu memakai seragam hijau pemkot, Kamis memakai batik biru tamansiswa, Jumat seragam biru dongker dan Sabtu memakai seragam batik hitam tamansiswa (Lampiran 2). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah dan semua pamong sudah berusaha memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik. Kepala sekolah dan pamong senantiasa berpakaian rapi, sopan dan sesuai dengan aturan berpakaian yang telah ditetapkan oleh sekolah. 75

91 2) Bertutur kata dengan baik Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan AS selaku pamong kelas pada Selasa, 09 Juni 2016 ia menyatakan bahwa jika ia berkata kasar maka anak-anak juga akan meniru. Berikut pernyataan AS: Saya di sekolah sering memberikan nasehat bagaimana berbicara yang sopan, dan terkadang jika ada yang berbicara tidak sopan saya tegur juga. Dan saya juga secara tidak langsung mengajarkan kepada mereka untuk berbicara sopan dengan mencontohkan, jadi di kelas saya tidak pernah berkata kasar pada anak-anak, karena kalau saya berkata kasar nanti anak-anak juga menirunya, seperti itu. Pernyataan di atas didukung oleh pengakuan peserta didik El bahwa pamong tidak pernah marah. El mengungkapkan...bu AS itu kalau di kelas tidak pernah marah... (Hasil wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Dari hasil wawancara kepala sekolah juga didapatkan data bahwa ketika kepala sekolah menegur hal-hal yang kurang sopan, ia mendahului kalimatnya dengan kata maaf, seperti yang diungkapkannya pada Rabu/15 Juni 2016:...sering kalo ada yang datang ke sini dan kurang sopan mohon maaf pakai celananya celana atau pakai baju?, dan saya langsung nengok dan mohon maaf pakai sepatu ya mbak, itu salah satu pembiasaan... Namun, dari pengakuan kepala sekolah masih ada satu dua orang pamong yang berbicaranya masih kurang keibuan yang mungkin dikarenakan faktor usia yang masih muda atau ingin merasa lebih akrab sehingga disesuaikan dengan jaman sekarang. Hasil wawancara kepala 76

92 sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa lembar tata tertib kelas yang dibuat oleh wali kelas dan disepakati bersama oleh peserta didik dan pamong (Gambar 19 terlampir). Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil observasi selama pengamatan baik di dalam maupun di luar kelas, terlihat bahwa pamong bertutur kata dengan baik, saat ada peserta didik yang berbicara tidak sopan pamong tidak langsung memarahi peserta didik, akan tetapi memberikan nasehat-nasehat yang baik. Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 ketika kegiatan pembelajaran di dalam kelas salah satu peserta didik yang tergolong cukup nakal di kelasnya berbicara tidak sopan dengan mengucapkan kata ngeyel kepada pamong, akan tetapi pamong tidak lantas memarahi peserta didik tersebut, pamong menghampiri peserta didik tersebut dan berkata, Rn, kata ngeyel itu tidak sopan, tidak boleh diucapkan kepada yang lebih besar dari kita..., kemudian peserta didik tersebut hanya tertunduk. Pamong juga kerapkali memberikan pengertian kepada semua peserta didik bagaimana berbicara dengan sopan dan bertingkah laku baik, baik di sela-sela pembelajaran maupun di luar kelas. Hal tersebut juga terlihat saat pamong mengajar di dalam kelas, pamong tidak pernah marah kepada peserta didik (Lampiran 9). 77

93 Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa pamong sudah memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Pamong senantiasa bertutur kata baik, tidak pernah memarahi ataupun membentak peserta didiknya. Selain itu pamong dan kepala sekolah juga sering memberikan nasehat ataupun pengertian kepada peserta didik. 3) Mengucapkan salam apabila bertemu orang Kegiatan mengucapkan salam sudah menjadi pembiasaan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016 AR mengatakan bahwa salah satu tugas piket pamong yaitu menyambut siswa dengan senyum, salam dan sapa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pamong AS yang menyatakan bahwa peserta didik tidak hanya dibiasakan bersalaman, akan tetapi juga menyapa. Bukan hanya salam tapi menyapa, jadi anak-anak itu dibiasakan untuk ramah. Sebenarnya membuat anak menjadi terbiasa itu dari kita. Karena biasanya anak-anak itu sukanya meniru, jadi kita memberikan contoh dari diri kita sendiri dulu, sebagai guru kita itu digugu dan ditiru, jadi dari ucapan dari perbuatan kita, kita harus memberikan contoh yang baik ke anak-anak, nanti sejalan dengan itu pasti mereka meniru apa yang kita lakukan. Jadi terkadang saya terlebih dahulu yang menyapa mereka, jadi nanti mereka terbiasa juga memberikan salam kepada orang lain. (Selasa, 09 Juni 2016) 78

94 Keterangan yang diberikan oleh AS didukung dengan pernyataan Lr yang menyatakan,...biasanya siswa bertemu pamong itu saling berjabat tangan... (Hasil wawancara terlampir). Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pamong menunjukkan bahwa kepala sekolah dan pamong senantiasa melaksanakan kegiatan 5S. Kepala sekolah dan pamong bertugas menyambut siswa dengan senyum, salam dan sapa. Hal tersebut dilakukan kepala sekolah dan pamong sebagai bentuk teladan dan contoh bagi para peserta didik agar mereka juga terbiasa untuk mengucapkan salam kepada orang lain. Selain itu panggilan untuk pamong di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan adalah Nyi, Ki, dan Ni. Ni untuk pamong perempuan yang belum memiliki suami, Nyi untuk pamong perempuan yang sudah memiliki suami dan Ki untuk pamong laki-laki. Pernyataan Lr didukung oleh penuturan peserta didik El saat ditanya apakah ia mengucapkan salam apabila bertemu dengan pamong. El menuturkan: Iya,Salam Bu.., misalnya ketemu Bu AS, Salam Bu AS, gitu. Kalau di sini itu guru perempuan kalau udah menikah dipanggil Nyi, kalau belum menikah dipanggil Ni, kalau guru laki-laki dipanggil Ki. Jadi kalo pagi-pagi itu kalo Bu AS masuk bilangnya Salam Ni AS... (Jumat, 09 Juni 2016). Hasil wawancara dengan pamong, kepala sekolah dan peserta didik di atas diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa slogan 5S (senyum, salam, sapa, sopan santun) yang ditempel di depan kantor pamong dan 79

95 setiap kelas, lembar daftar rincian tugas piket SD Taman Muda Ibu Pawiyatan yang ditempel di dinding kantor pamong, slogan pembiasaan SD Taman Muda Ibu Pawiatan Tamansiswa yang ditempel di dinding depan ruang kantor kepala sekolah dan pamong, serta foto dokumentasi pelaksaan kegiatan senyum salam sapa oleh kepala sekolah dan pamong (Gambar 7, 47, 43 dan 49 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi berkaitan dengan pembiasaan salam diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan. Baik kepala sekolah, pamong, karyawan dan peserta didik saling mengucapkan salam dan sesekali berjabat tangan ketika berpapasan (Lampiran 2). Dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi menunjukkan bahwa pembiasaan untuk mengucapkan salam dan berjabat tangan terlaksana setiap harinya, pamong dan kepala sekolah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik. 4) Tidak merokok di lingkungan sekolah Menurut hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah AR mengatakan bahwa baik ia sendiri, pamong, semua karyawan dan peserta didik tidak boleh ada yang merokok di lingkungan sekolah....baik saya, pamong, semua karyawan dan peserta didik tidak boleh ada yang merokok selagi berada di lingkungan sekolah, 80

96 karena dampaknya sangat tidak baik bagi seluruh warga sekolah. Merokok itu tidak baik bagi kesehatan, dan juga sangat tidak baik jika dilihat oleh peserta didik. Tidak etis rasanya jika kita melarang peserta didik untuk tidak boleh merokok sementara ada pamong atau karyawan sekolah yang merokok di lingkungan sekolah. (Rabu, 15 Juni 2016) Namun, keterangan yang diberikan AR tidak sejalan dengan keterangan yang diberikan oleh peserta didik Ft saat ditanya apakah pernah melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah, Ft mengatakan,...dulu pernah ada anak kelas 5 yang merokok di belakang sekolah. Kemudian saat peneliti bertanya lebih lanjut apakah pernah melihat bapak/ibu guru merokok di sekolah, Ft menjawab dengan lugas,...ga pernah. Kan ada peraturannya tidak boleh merokok. Kalau gurunya aja merokok gimana murid-muridnya (hasil wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Hasil wawancara diperkuat dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa slogan peringatan kawasan tanpa rokok yang ditempel di dinding depan kantor pamong (Gambar 44). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi yang peneliti dapatkan selama di lapangan. Hasil observasi menunjukkan bahwa baik pamong maupun seluruh karyawan tidak ada yang merokok selama berada di lingkungan sekolah (Lampiran 2). Dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi yang peneliti dapatkan menunjukkan bahwa kepala sekolah, pamong dan seluruh karyawan sekolah memberikan contoh dan teladan yang baik kepada 81

97 peserta didik dengan tidak adanya yang merokok di sekitar lingkungan sekolah. b. Kegiatan spontan Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 15 Juni 2016, diperoleh data bahwa kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah adalah memanggil secara pribadi pamong yang berbicara kurang sopan, kemudian diberi pengertian, kepala sekolah juga mencatat sebagai supervisi, namun hal tersebut dilakukan tergantung permasalahannya seperti yang diungkapkan AR:...masalahnya misalnya dalam perkataannya di depan umum, contohnya kalau pamong sering berkata Lu sih.., itu kan kata-kata yang tidak sesuai dengan kita, nah saya gantian Lah, Lu kok berani sama saya itu gimana?, nah itu kan pengembalian dari kata dan dia mengerti, oh berarti dia tidak senang dengan kata-kata seperti itu. Jadi itu tergantung masalahnya, tidak harus dia dipanggil secara pribadi itu tidak. Selain itu kegiatan spontan yang dilakukan oleh pamong dan kepala sekolah adalah memberikan penguatan berupa pujian. Hasil wawancara kepala sekolah mengatakan bahwa setelah peserta didik ditegur karena berbicara tidak sopan, ia diberi nasehat dan ketika peserta didik tersebut mulai berubah, kepala sekolah memberikan pujian kepada peserta didik tersebut, AR mengatakan,...kalau dia bersikap sopan terus saya bilang hebat saya puji, nah sekarang dia sudah jarang berkata-kata seperti itu. Hasil wawancara kepala sekolah didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan pamong pada Selasa, 09 Juni 2016, diperoleh data bahwa 82

98 pamong sesering mungkin memberikan pujian kepada anak-anak yang melakukan perbuatan baik, AS mengatakan, Saya sesering mungkin memberikan pujian kepada anak-anak dan biasanya kasih poin ke anaknya, jadi mereka termotivasi dan merasa saya dihargai... (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir). Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pamong menunjukkan bahwa kepala sekolah dan pamong sering memberikan pujian kepada peserta didik sebagai bentuk motivasi. Hal tersebut siperkuat dengan penuturan siswa Ft saat ditanya apakah bapak/ibu guru pernah memuji dia saat melakukan perbuatan baik, Ft mengatakan, Pernah, sering. Misalnya aku kan pernah disuruh siram tanaman pagi-pagi sama Bu AR (Kepala Sekolah), terus Bu AR bilang Terimakasih, anak baik.. seperti itu. (Hasil wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Hasil wawancara diperkuat dengan dokumentasi berupa papan perolehan poin yang ditempel di papan tulis depan kelas (Gambar 3). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi selama pengamatan. Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 pamong memberikan pengertian kepada peserta didik Rn yang melakukan perbuatan tidak baik, Rn berteriak-teriak di dalam kelas, pamong dengan spontan mengingatkan Rn untuk tidak berteriak-teriak dan memberikan pengertian bahwa berteriak itu tidak baik dan akan mengganggu teman yang lainnya. Kegiatan spontan lainnya yang pamong lakukan adalah 83

99 memberikan pujian terhadap perilaku peserta didik yang sudah baik dan memberikan poin. Hari Senin, 23 Mei 2016 salah satu peserta didik El selalu menghadap ke belakang berbicara dengan temannya saat pamong menjelaskan, kemudian pamong meminta El untuk mendengarkan dan duduk menghadap ke depan, El pun berbalik badan dan menghadap kedepan sesuai perintah pamong, dengan spontan pamong memberikan pujian kepada El dengan berkata, Nah, anak baik. Selain itu pamong juga memberikan poin sebagai bentuk pujian dan motivasi kepada peserta didik (Hasil observasi terlampir). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa kegiatan spontan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pamong adalah dengan memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku baik yang seharusnya ketika menjumpai pamong lain atau peserta didik yang melakukan hal yang kurang baik dan memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik seperti pujian dan pemberian poin sebagai bentuk motivasi. c. Teguran Teguran diberikan kepala sekolah dan pamong apabila peserta didik melakukan perbuatan yang kurang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan pamong, diperoleh data bahwa biasanya teguran diberikan apabila ada peserta didik yang sering meribut atau berbicara tidak sopan, akan tetapi terkadang ada anak yang tidak bisa ditegur. Saat peneliti menanyakan 84

100 apakah ibu memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah, AS menjawab: Iya, tapi kadang anak itu ada yang tidak bisa ditegur. Biasanya kalau sudah sering meribut atau berbicara tidak sopan saya menegur anak itu, minimal anak itu disuruh diam dulu. Kemudian diberi nasehat itu ketika memang anaknya itu kondisinya sudah tenang. (Selasa, 09 Juni 2016) Namun, untuk hal berpakaian guru jarang menegur peserta didik, hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa saat peneliti menanyakan apakah diberi teguran jika berpakaian tidak rapi, Ft mengaku,...ga pernah, karena kita rapi terus. Kecuali seragamnya beda, apa misalnya kalau Senin ga pake kaos kaki putih ga pake sapatu hitam (Lampiran 8). Hasil wawancara dengan peserta didik menunjukkan bahwa guru jarang memberikan teguran kepada peserta didik dalam hal berpakaian. Hal tersebut dikarenakan peserta didik senantiasa berpakaian rapi dan sopan. Selain memberikan teguran pamong dan kepala sekolah juga memberikan nasehat kepada peserta didik. Pernyataan kepala sekolah dan pamong didukung hasil wawancara dengan peserta didik saat peneliti bertanya apakah pernah dinasehati oleh pamong agar melakukan perbuatan baik, Ft menjawab, Pernah. Ya misalnya kamu ga boleh kayak gini itu perbuatan yang tidak baik... (Hasil wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Hasil wawancara kepala sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa 85

101 lembar penegakan tata tertib yang ditempel di dinding kantor pamong (Gambar 48). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil pengamatan selama peneliti melakukan observasi. Pamong memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan kurang baik dan memberikan nasehat. Pada hari Sabtu, 19 Mei 2016 sebelum ujian dimulai peserta didik agak ribut, kemudian pamong menegur peserta didik agar tidak ribut dan memberi peringatan apabila belum siap untuk melaksanakan ujian dipersilahkan keluar ruangan terlebih dahulu (Hasil observasi terlampir, Lampiran 2). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa pamong memberikan teguran dan nasehat kepada peserta didik yang melakukan perbuatan kurang baik. d. Pengkondisian lingkungan Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah diperoleh data bahwa ada beberapa kegiatan sekolah yang dilakukan dalam menjaga lingkungan sekolah agar tetap asri diantaranya lomba penghijauan dan kebersihan antar kelas. AR juga menyatakan bahwa sekolah juga sudah menyediakan fasilitas yang memadai seperti tempat sampah yang terdiri dari tiga jenis. Berikut pernyataan AR:...sudah disediakan fasilitas seperti tempat sampah itu sudah ada tiga jenisnya, kalau untuk membuang sampah sembarangan anakanak SD di sini sudah tahu ada peraturan didenda, jadi mereka 86

102 sudah saling mengingatkan. Ada lomba kebersihan antar kelas dan biasanya kita apresiasi dengan memberi hadiah. Ada lomba penghijauan, nanti di depan ada banyak tanaman-tanaman hijau... Pernyataan kepala sekolah diperkuat dengan pernyataan pamong Lr yang mengatakan...jadi kita setiap kelas ada 2 tempat sampah di depan kelas, satu untuk organik dan satu lagi untuk non organik. Kita juga ada reward, kalo misalkan nanti kelasnya terbersih, terkreatifitas itu tiap tahunnya pasti diumumin. Selain mengadakan kegiatan dan penyediaan fasilitas tempat sampah yang memadai, sekolah juga menempel beberapa slogan-slogan mengenai budi pekerti di dinding-dinding sekolah. Hal tersebut didukung hasil wawancara peneliti dengan siswa Ft saat ditanya pernah membaca slogan yang ditempel di dinding-dinging sekolah, Ft mengaku, Pernah. Senyum, sapa, salam, sopan, santun. Terus 6K. Senada dengan pengakuan Ft, El juga mengatakan, Pernah. Itu banyak di dalam kelas, ada tulisan bersih pangkal sehat, kebersihan sebagian dari iman. (Lampiran 12). Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong, dan peserta didik diperkuat dengan hasil pengamatan selama observasi. Dari hasil observasi didapatkan data bahwa di depan masing-masing kelas mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yang terdiri dari tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah juga tersedia tiga tempat sampah yaitu tempat sampah organik, non organik dan bahan beracun berbahaya (b3). Selain penyediaan fasilitas 87

103 tempat sampah yang memadai, sekolah juga menempel slogan mengenai budi pekerti di tempat yang strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik. Slogan-slogan tersebut ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik, diantaranya slogan 5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, tanggungjawab, dan lain-lain yang ditempel di setiap anak tangga. Selain slogan, di setiap kelas juga ditempel tata tertib kelas, visi, misi dan tujuan sekolah. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa foto-foto slogan dan lembar tata tertib kelas (Gambar 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21 dan 22). Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa pengkondisian lingkungan dilakukan dengan beberapa kegiatan seperti lomba kebersihan antar kelas, lomba penghijauan, penyediaan fasilitas tempat sampah yang memadai di depan setiap kelas juga kantor pamong dan kepala sekolah, menempelkan slogan budi pekerti 5S, 5T dan 6K di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah serta di dalam kelas, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, tanggungjawab dan lain-lain di setiap anak tangga, di kelas dan di mading, serta aturan tata tertib kelas, visi, misi dan tujuan sekolah di dinding depan kantor dan di setiap kelas yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. 88

104 e. Kegiatan rutin 1) Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Dari hasil wawancara dengan siswa saat ditanya apakah sebelum memasuki ruang kelas harus berbaris terlebih dahulu, siswa mengatakan bahwa dulu pernah dilaksanakan akan tetapi sekarang sudah tidak pernah lagi. Ft mengaku, Tidak. Kadang-kadang kalo cuma ujian. Langsung masuk, duduk, salam, berdoa, baru mulai., begitu juga dengan yang diungkapkan oleh El, Engga, sekarang udah ga pernah lagi, tapi dulu pernah waktu semester 1, soalnya Bu AS orangnya sibuk banget, kadang Bu AS masuknya telat, kita duluan yang masuk (Lampiran 8). Hasil wawancara dengan siswa didukung hasil wawancara peneliti dengan pamong. Pada Selasa, 09 Juni 2016 AS mengatakan bahwa kegiatan berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruang kelas rutin dilaksanakan pada semester 1 akan tetapi pada semester 2 sudah tidak pernah lagi. Berikut pengakuan AS: Semester 1 kita rutin berbaris sebelum masuk kelas, tetapi di semester 2 ini kita sudah tidak pernah lagi, karena kesibukan, jadi anak-anak biasanya sudah langsung masuk kelas. (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir, Lampirab 7) Pengakuan AS diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa lembar tata tertib kelas yang ditempel di mading kelas, slogan pembiasaan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan yang ditempel di dinding 89

105 depan kantor dan dokumentasi sekolah berupa foto kegiatan berbaris sebelum masuk kelas di pagi hari (Gambar 19, 43, dan 50 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi selama peneliti melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan, belum pernah terlihat peserta didik berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruang kelas. Saat lonceng tanda masuk berbunyi di pagi hari peserta didik langsung masuk ke kelas masing-masing. Setelah pamong masuk kemudian peserta didik berdoa sebelum memulai kegiatan di dalam kelas. Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi peneiti dapat mengambil kesimpulan bahwa kegiatan berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruangan sebenarnya rutin dilaksanakan setiap paginya. Namun, pelaksanaannya hanya rutin dilaksanakan pada semester awal atau semester satu saja, sedangkan semester dua kegiatan rutin tersebut tidak pernah dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan pamong mulai sibuk pada semester dua. 2) Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Berdoa merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan peserta didik beserta pamong setiap harinya seperti yang disampaikan pamong dalam wawancara. Pada hari Selasa, 17 Mei 2016 Lr mengatakan bahwa biasanya peserta didik masuk ke kelas, terus berdoa terlebih dahulu, kemudian bernyanyi. Ungkapan Lr tersebut sebagai berikut: 90

106 Biasanya anak-anak masuk ke kelas, terus berdoa dulu, terus nyanyi terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Ungkapan Lr diperkuat dengan pernyataan AS, saat peneliti menyanyakan apakah sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas peserta didik dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu, AS menjawab, Iya, itu selalu.... Hasil wawancara dengan pamong didukung dengan pernyataan peserta didik saat ditanyakan apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berdoa terlebih dahulu, Ft menjawab dengan tegas, Ya iya, jelas.... Hasil wawancara sejalan dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa lembar tugas piket kelas secara tertulis yang ditempel di mading kelas dan slogan yang ditempel di pintu kelas (Gambar 26 dan 45 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi tersebut diperkuat dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi, sebelum memulai ujian ataupun pembelajaran di pagi hari peserta didik bersama dengan pamong berdoa terlebih dahulu. Begitu juga setelah pembelajaran selesai atau hendak pulang sekolah, sebelum pulang peserta didik beserta pamong berdoa terlebih dahulu. Kegiatan berdoa tersebut dilakukan dengan salah satu peserta didik maju ke depan kelas memimpin berdoa peserta didik yang lainnya. Kegiatan ini adalah kegiatan wajib yang dilaksanakan di sekolah setiap harinya (Gambar 23 terlampir). 91

107 Jadi, berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa berdoa adalah salah satu kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap hari di sekolah baik sebelum maupun sesudah kegiatan sekolah berlangsung. 3) Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Berdasarkan hasil wawancara dengan pamong pada Selasa, 17 Mei 2016, diperoleh data bahwa tugas piket kelas sudah dijalankan dengan baik oleh peserta didik. Saat peneliti menanyakan apakah piket sudah berjalan dengan baik, Lr menjawab, Sudah. Berikut penjelasan Lr: Piket itu Senin sampai Jumat, saya Sabtu. kalau saya biasanya membagi piketnya untuk anak-anak yang rumahnya dekat saya buat jadwal piketnya Senin sampai Rabu, kalau yang jauh rumahnya saya buat jadwalnya di hari Kamis dan Jumat, karena Kamis dan Jumat masuknya lebih siang. Saya buat begitu karena anak itu ada yang dari Sleman. Dari pernyataan Lr menunjukkan bahwa piket tidak hanya dilakukan oleh peserta didik, akan tetapi pamong pun ikut turun tangan dalam pelaksaan piket yaitu hari Sabtu. Hal ini menunjukkan bahwa pamong memberikan contoh yang baik kepada peserta didik salah satunya dengan berperan serta melaksanakan piket kelas (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir). 92

108 Hasil wawancara dengan peserta didik diketahui bahwa peserta didik sudah mengerjakan tugas piket kelas dengan baik walaupun masih ada beberapa peserta didik yang terkadang tidak menjalankan tugas piketnya. Hal tersebut disampaikan oleh peserta didik ketika peneliti mengajukan pertanyaan apakah selalu melaksanakan tugas piket, Ft menjawab, Kadang iya, kadang tidak (Lampiran 8). Hasil wawancara diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa lembar tugas piket kelas dan jadwal piket kelas yang ditempel di mading kelas (Gambar 26 dan 27 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi yang peneliti lakukan. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi diperoleh data bahwa peserta didik selalu menjalankan piket setiap harinya setelah pulang sekolah. Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 peneliti melihat salah satu anak bernama Dv yang hampir setiap harinya ia ikut melaksanakan piket, saat peneliti bertanya kepada Dv mengapa ia hampir setiap hari ikut melaksanakan piket, Dv mengatakan bahwa ia ingin membantu temannya dikarenakan ada anak yang seharusnya bertugas piket pada hari tersebut namun tidak melaksanakan tugas piketnya. Piket yang dilaksanakan yaitu menaikkan kursi-kursi ke atas meja, menyapu lantai kelas, membersihkan papan tulis dan merapikan meja guru (Gambar 24). 93

109 Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa piket berjalan dengan baik setiap harinya. Ketika ada peserta didik yang tidak menjalankan tugas piketnya ada peserta didik lainnya yang membantu temannya melaksanakan piket. 2. Metode Pendidikan Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta a. Metode among Dalam pelaksanaannya di sekolah, metode among dilaksanakan dengan cara memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik seperti yang disampaikan kepala sekolah dan pamong pada saat wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016, AR mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti itu memberikan ajaran ke anak contoh-contoh yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro seperti sistem amongnya. Berikut penuturan AR:...pendidikan budi pekerti itu kita memberikan ajaran ke anak adalah contoh-contoh yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro, dari ajaran Ki Hajar Dewantoro di situ kan ada di sistem amongnya... Kita harus mencontohkan yang terbaik dari tingkah laku, dari perkataan, dari perbuatan, dari berpakaian, dari sikap kita menerima, dari kita memberikan contoh anak melakukan sesuatu, dari kita memberikan kehidupan sehari-hari, dalam pembiasaan, semuanya itu masuk ke dalam budi pekerti itu. 94

110 Dalam mengembangkan budi pekerti peserta didik, pamong beserta kepala sekolah juga bersikap rendah hati kepada peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada didapatkan data bahwa kepala sekolah dan pamong mengibaratkan peserta didik ada di tiga posisi, pertama sebagai teman, kedua sebagai bos, dan ketiga sebagai anak didik. Berikut pernyataan AR:...kalau ajaran Ki Hajar Dewantoro itu anak dengan pamong bagaikan dia dengan anak sendiri itu satu, yang kedua dia bagaikan teman kita sendiri, yang ketiga dia bagaikan bos kita. Bos itu kan harus kita ikutin apa perintahnya kan, maksudnya bos di sini sebagai orang yang paling kita hormati karena anak adalah titipan dari Tuhan untuk kita, sedangkan kita menganggap anak itu sebagai teman supaya anak itu akrab dengan kita, supaya dia bisa mengungkapkan segala isi hatinya, dan supaya pamong bisa tahu opo toh karepe anake dewe... Nah yang kita harus memberikan bimbingan saat anak itu berada di posisi sebagai anak didik. Pernyataan AR di atas didukung oleh pernyataan pamong Lr yang mengatakan,...semua pamong menyongsong anak didiknya itu bagaikan seperti teman... Namun, jika peserta didik menyalahgunakan kebebasannya maka kepala sekolah dan pamong akan memberikan teguran, nasehat, ataupun hukuman seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara, AR mengatakan,...kita merangkul dan memeluk anak, tapi kalo anak terus melunjak tangannya dan sebagainya, ya kita harus beritahu dan kita nasehati. Dari hasil wawancara peneliti dengan pamong Lr didapatkan data bahwa terkadang hukuman tidak mempan dan efektif diberikan kepada peserta didik, 95

111 jadi Lr biasanya mendiamkan peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik selama seminggu. Berikut pengakuan Lr:...dikasih hukuman juga kadang ga mempan. Jadi saya biasanya diamin anak itu, biasanya itu berlangsung selama seminggu. Nanti dia sadar sendiri, karena ga enak toh didiamin, dan dia juga jadi ga ada teman. Anak-anak yang lain juga saya suruh diamin dia, kalau ada anak yang ajak dia ngomong itu saya denda, jadi yang lainnya itu pada takut ngomong sama dia. (Selasa, 17 Mei 2016) Pernyataan di atas didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan peserta didik yang mengatakan bahwa mereka jarang diberi hukuman. Saat peneliti bertanya apakah pernah diberi hukuman, Ft menjawab, Kadang cuma ditegur dan dinasehati saja, ga dikasih hukuman. Dan El menjawab, Pertamanya dinasehati dulu tapi kalo udah berkali-kali baru dikasih hukuman sama Bu AS. (Lampiran 8).Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong dan peserta didik didukung dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa visi dan misi Taman Muda Ibu Pawiyatan yang dipajang di depan kantor pamong (Gambar 37 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi, pamong memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik. Ketika ada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau berbicara kurang sopan pamong tidak memarahi, akan tetapi pamong menegur dan 96

112 memberikan nasehat. Pamong dan kepala sekolah juga selalu senyum saat berinteraksi dengan peserta didik (Lampiran 2). Pada observasi ke-1 dan 3 yaitu pada tanggal 19 dan 21 Mei 2016, peneliti melakukan observasi saat ujian, ketika ada peserta didik yang mengganggu temannya saat ujian berlangsung, pamong yang pada saat menjadi pengawas ujian memerintahkan peserta didik tersebut untuk pindah ke salah satu meja yang kosong. Pada hari Rabu, 25 Mei 2016 saat jam pelajaran olahraga pamong memberi hukuman lari keliling lapangan kepada peserta didik yang tidak membawa seragam olahraga. Pada hari Jumat, 03 Juni 2016 pada saat jam istirahat pamong Dk masuk ke ruang kelas III yang berada di lantai 2, Ki Dk terlihat asik bercerita dengan beberapa peserta didik, Ki Dk mengajak peserta didik berbicara layaknya seperti teman. Beberapa saat kemudian Ki Dk beserta beberapa peserta didik tersebut bersama-sama membawa kantongan berisi beras menuju kantor pamong yang berada di lantai bawah (Lampiran 2). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa metode among dilaksanakan dengan cara pamong memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik. Ketika ada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau berbicara kurang sopan pamong tidak memarahi, akan tetapi pamong menegur dan memberikan nasehat. Kepala sekolah dan pamong juga bersikap rendah hati kepada peserta 97

113 didik, mengibaratkan peserta didik ada di tiga posisi yaitu sebagai teman, bos dan anak didik. Namun, pamong juga memberikan hukuman dan perintah kepada peserta didik jika melakukan hal yang tidak baik secara berulangulang. Cara-cara tersebut dilakukan oleh kepala sekolah beserta pamong guna membangun budi pekerti peserta didik sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara. b. Metode ngerti Dalam mengembangkan pendidikan budi pekerti pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku dan tata krama yang baik, sopan santun dan nilai-nilai kebaikan seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016 AR menyatakan bahwa kepala sekolah beserta para pamong berusaha menanamkan nilai-nilai budi pekerti sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara. AR mengatakan: Kami menanamkan semua. Apalagi contoh-contoh yang tua, sudah luar biasa, sudah sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Nilai kesopanan, nilai kedisiplinan, sopan santun, ramah tamah kepada orang dan nilai yang lainnya. Dan dalam setiap rapat, rasa cinta tanah air dan suku bangsa itu kita tanamkan dengan menyanyikan lagu Jawa sebelum memulai rapat. Pernyataan AR didukung hasil wawancara dengan pamong. Pada hari Selasa, 9 Juni 2016 AS mengatakan bahwa nilai-nilai yang dikembangkan seperti nilai kesopanan, menghormati guru, nilai-nilai kedisplinan dan lainlain. Saat peneliti menanyakan bagaimana menanamkan pengetahuan tingkah laku baik, sopan santun dan tata krama, AS menjawab, Biasanya anak-anak 98

114 sering saya beri nasehat, tapi terkadang anak itu malah bosan kalau dinasehati terus jadi kadang saya selipkan pada saat mata pelajaran tertentu seperti Pkn, Agama, mapel Ketamansiswaan dan budi pekerti.... Selain mengajarkan pengetahuan tingkah laku dan nilai-nilai yang baik, Lr juga bahwa ia sering mengajak anak berdiskusi dengan topik-topik yang membangun seperti peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Lr mengungkapkan: Biasanya saya sering ajak anak berdiskusi, saya bentuk kelompok dan saya beri topik, topiknya nanti tentang hal-hal yang membangun trus nanti bangsanya jadi seperti apa dan bagaimana, seperti itu. Saya juga kadang mengambil topik mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Terus anak-anak langsung mengutarakan pendapatnya masing-masing. Hasil wawancara dengan AS juga didapatkan data bahwa pengetahuan hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara diajarkan dalam mata pelajaran PKn, bagaimana hidup rukun, saling menghargai walaupun berbedabeda suku dan keyakinan. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pamong didukung dengan hasil wawancara peserta didik. Saat peneliti bertanya pernah diajarkan bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan tata krama yang baik, Ft menjawab, Pernah. Kan setiap seminggu sekali ada misalnya keakhlakan, trus diajarkan tidak boleh gini, terus diajarkan kalau sesama teman harus saling tolong menolong. Satu minggu sekali ada pelajaran ketamansiswaannya, ada budi pekertinya. (Hasil wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Hasil wawancara kepala sekolah, pamong dan 99

115 peserta didukung oleh hasil dokumentasi berupa lembar tujuan sekolah dan slogan yang di tempel di dinding-dinding sekolah (Gambar 2, 10, 11, 15). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Pada hari Senin, 23 Mei 2016 saat pembelajaran di dalam kelas, pamong mengajarkan peserta didik untuk bertingkah laku baik bertutur kata yang sopan, bagaimana sikap dan cara berbicara kepada sesama teman dan kepada orang yang lebih tua. Hari Selasa, 24 Mei 2016, pada saat pembelajaran pamong mengajarkan peserta didik tentang semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Pada hari Rabu, 25 Mei 2016 di sela-sela kegiatan pembelajaran pamong menyisipkan pengetahuan kepada peserta didik bahwa tangan tidak boleh berada di bawah akan tetapi di atas yang artinya tidak boleh meminta-minta tetapi harus lebih sering memberi (Lampiran 2). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi disimpulkan bahwa metode ngerti dilakukan dengan cara menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik dan sopan santun, tata krama yang baik, nilai-nilai budi pekerti sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara, dan hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. c. Metode ngrasa Metode ngrasa merupakan lanjutan dari metode ngerti, pada metode ini pamong berusaha mendidik peserta didik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah sesuai dengan yang 100

116 diungkapkan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016 kepala sekolah mengatakan bahwa untuk mendisiplinkan peserta didik agar berpakaian rapi, maka kepala sekolah meminta peserta didik untuk memilih sendiri mana cara berpakaian yang rapi dan yang tidak. Berikut pernyataan AR:...biasanya saya kasih disiplin, saya panggil si A dan anak yang tidak rapi itu di situ, coba nak, pilih salah satu, dari ini sama ini, manis yang mana, bagus yang mana, sesuai yang mana.., dia langsung jawab ini yang ini, nah itu sudah salah satu contoh, oh berarti kalau saya milih yang terbagus berarti saya juga harus seperti itu, dengan sendirinya nanti anak itu meniru, anak itu sebenarnya sudah tahu sendiri. Dan juga kalau ada pamong yang salah, juga kadang justru anak-anak yang langsung menegur, Pak, Bapak ni ga sopan.., nah saat itu anak berperan sebagai teman, karena apa dia berani untuk mengatakan bahwa bapak itu salah, karena dia diajarin seperti itu kok, yang mengajari dia justru seperti itu, anak akan beragumen terus. Hasil wawancara dengan pamong AS juga didapatkan data bahwa peserta didik biasanya diberi cerita dongeng maupun cerita rakyat yang berisi nilai-nilai kehidupan di dalamnya, dari cerita tersebut peserta didik akan membuat kesimpulan sendiri mana perbuatan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Melalui cara tersebut peserta didik diajarkan untuk membedakan mana yang baik dan tidak baik. Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan pamong diperkuat dengan hasil observasi. Pada hari Senin, 23 Mei 2016 pamong menceritakan sebuah cerita kepada peserta didik, peserta didik diminta untuk menyimak cerita yang disampaikan oleh pamong. Setelah cerita tersebut selesai pamong memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. 101

117 Dari hasil wawancara dan observasi di atas peneliti dapat simpulkan bahwa kepala sekolah pamong mendidik peserta didik untuk dapat membedakan antara yang benar dan yang salah dengan cara meminta peserta didik menilai mana yang benar dan salah dari contoh yang diberikan, dan juga melalui cerita dongeng maupun cerita rakyat peserta didik dapat membedakan mana hal yang baik dan yang tidak baik. Dan dari data yang didapatkan menunjukkan bahwa peserta didik sudah mengerti mana yang benar dan yang salah akan tetapi dalam pelaksanaanya sehari-hari belum sempurna. d. Metode nglakoni Metode nglakoni merupakan perwujudan dari metode sebelumnya. Pada metode ini peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat baik melalui pamong, kepala sekolah maupun orang-orang yang ada di sekitarnya secara bertanggungjawab. Hasil wawancara dengan pamong Lr mengatakan bahwa sebagian besar peserta didik sudah cukup bertanggungjawab misalnya dalam melaksanakan tugas, akan tetapi memang masih ada satu dua anak yang masih sulit untuk bertanggungjawab. Sebagian besar anak-anak sudah tahu mana hal-hal baik yang harus mereka lakukan, dan saya melihat anak-anak sudah cukup bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Saat diberikan tugas misalnya berupa latihan atau PR, mereka mengerjakan dan mengumpulkan tepat waktu, mereka juga bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, ketika melihat ada sampah di kelas mereka mengambilnya dan membuang, termasuk juga mereka 102

118 bertanggung jawab dalam pelaksanaan piket. Namun masih ada satu dua anak yang tidak bertanggungjawab. (Selasa, 17 Mei 2016) Wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 15 Juni 2016 juga mengatakan bahwa baik dari pakaian, dari bicara, dari tingkahlaku, dan dari cara belajar, ia dan semua pamong sudah berusaha membuat anak-anak bertanggungjawab. Hasil wawancara dengan pamong dan kepala sekolah didukung oleh pernyataan peserta didik yang mengatakan bahwa mereka selalu membuang sampah pada tempatnya seperti yang disampaikan peserta didik berdasarkan wawancara (hasil wawancara peserta didik terlampir). Peserta didik juga selalu berpakaian rapi dan sopan, hal ini sesuai dengan yang disampaikan peserta didik berdasarkan wawancara. Pada saat peneliti menanyakan apakah bapak/ibu guru menegur kamu jika berpakaian tidak rapi, Ft menjawab dengan percaya diri, Ga pernah, karena kita rapi terus. (wawancara dengan peserta didik lainnya terlampir). Selain itu peserta didik juga bertanggungjawab dalam hal menjalankan tugas piket dan mengerjakan PR yang diberikan oleh pamong (Gambar 28, 32 dan 33 terlampir). Hasil wawancara dengan pamong, kepala sekolah dan peserta didik diperkuat dengan hasil observasi. berdasarkan pengamatan selama melakukan observasi didapatkan data bahwa peserta didik sebagian besar sudah melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya, seperti peserta didik tidak ada yang mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad, peserta didik mengerjakan 103

119 setiap tugas yang diberikan oleh pamong dengan baik, peserta didik membuang sampah pada tempatnya, berpakaian sesuai aturan, dan menjalankan piket kelas (Lampiran 2). Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi yang didapat oleh peneliti berupa lembar tata tertib kelas dan slogan-slogan yang ditempel di dinding-dinding sekolah (Gambar 11, 12, 14 dan 19 terlampir). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik sudah melakukan tindakannya sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka dapatkan secara bertanggungjawab. 3. Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta a. Religius Hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah AR mendapatkan data bahwa penanaman nilai religiusitas salah satunya adalah melalui kegiatan pesantren kilat bagi yang beragama Islam....untuk religius itu pesantren kilat, tetapi untuk Katholik, Kristen dan Budha juga ada tetapi berbeda-beda namanya, untuk yang Muslim namanya pesantren kilat. Untuk tanggal 7 dan 18 besok itu adalah pesantren kilat dan budi pekerti. Pesantren kilatnya khusus untuk yang beragama Islam, tetapi budi pekertinya untuk semua... (Rabu, 15 Juni 2016) 104

120 AR juga menambahkan bahwa selain pesantren kilat juga ada kegiatan ziarah membawa bunga ke makam pahlawan dan juga perayaan hari besar agama (Hasil wawancara terlampir). Hasil wawancara dengan kepala sekolah didukung oleh pernyataan pamong Lr. Pada hari Selasa, 17 Mei 2016 Lr memberikan keterangan bahwa nilai religiusitas tidak hanya ditanamkan melalui pelajaran agama saja, nilai religiusitas peserta didik juga ditanamkan melalui kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar agama baik Islam, Kristen, Katholik, maupun Budha. Sekolah biasanya mengadakan acara dan merayakannya bersama-sama. Pamong lainnya yakni AS juga mengungkapkan bahwa nilai religiusitas ditanamkan tidak hanya melalui pembelajaran agama saja, akan tetapi juga dalam pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah. Hasil wawancara dengan pamong didukung dengan pernyataan siswa saat ditanya apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berdoa terlebih dahulu, Ft menjawab dengan tegas, Ya iya, jelas.. Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa lembar tugas piket kelas yang di tempel di dinding kelas dan dokumentasi sekolah berupa foto kegiatan peserta didik ziarah ke makam pahlawan (Gambar 26 dan 51 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi, penanaman nilai religiusitas peserta didik dimulai dari kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari yaitu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah, kegiatan 105

121 berdoa dipimpin oleh satu orang peserta didik yang bergantian setiap harinya (Gambar 20 dan 34 terlampir). Pada hari Jumat, 03 Juni 2016 saat pamong selesai mengadakan remedial, pamong keluar meninggalkan kelas dan peserta didik bersama-sama membaca al-quran tanpa diperintah oleh pamong. Mereka duduk berkelompok dan membaca al-quran secara bergantian (Gambar 25 terlampir). Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa nilai religiusitas yang merupakan salah satu dari nilai-nilai budi pekerti ditanamkan melalui kegiatan rutin berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah, kegiatan keagamaan seperti pesantren kilat untuk yang beragama Islam, perayaan hari besar baik agama Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Hindu, kegiatan ziarah ke makam pahlawan, dan juga melalui mata pelajaran agama. b. Sosial Berdasarkan hasil wawancara dengan pamong didapatkan data bahwa penanaman nilai sosialitas dilakukan dengan cara memberikan tugas secara berkelompok seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juli 2016 saat peneliti bertanya bagaimana menanamkan nilai sosialitas pada diri peserta didik, AR mengungkapkan: Kalo yang saya lihat itu banyak sekali mbak cara teman-teman pamong untuk menumbuhkan nilai sosial anak. Salah satunya misalnya dalam kegiatan kelompok pada saat olahraga contohnya dibentuk kelompok bermain. Begitu juga di dalam kelas mbak, 106

122 biasanya pamong memberikan tugas berkelompok. Dari situ ada nilai keadilan, nilai kerjasama, saling membantu dan lain-lain.. Hasil wawancara kepala sekolah didukung hasil wawancara dengan pamong. Lr memberikan keterangan bahwa ia biasanya membentuk kelompok ketika pembelajaran di dalam kelas, dalam satu kelompok dibagi ada peserta didik yang pintar dan yang kurang, jadi dalam kelompok tersebut peserta didik yang pintar mengajari temannya yang kurang pintar (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir). Pernyataan Lr dan AS di atas didukung oleh pernyataan siswa El saat peneliti menanyakan apakah Bapak/Ibu guru sering mengadakan kerja kelompok El menjawab, Sering. senada dengan Vn yang juga mengatakan, Sering (Lampiran 8). Hasil wawancara diperkuat dengan hasil observasi. berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pamong sering mengadakan kegiatan secara berkelompok, seperti mengadakan permainan game di dalam kelas, mengadakan permainan pada saat jam pelajaran olahraga (Gambar 38 dan 39 terlampir). Pada Kamis, 02 Juni 2016 saat peneliti melakukan observasi terlihat bahwa antara kakak kelas dan adik kelas tidak ada pembatas dalam artian kakak kelas dan adik kelas saling berteman baik satu sama lain, hal ini terlihat pada saat adik kelas Sb yang termasuk salah satu murid ABK kehilangan botol minumannya, kemudian kakak kelasnya El membantu Sb mencarikan botol minuman yang hilang tersebut. Hal tersebut menunjukkan 107

123 bahwa peserta didik di SD Taman Muda memiliki nilai sosialitas yang cukup tinggi, tidak ada pembatas antara kakak kelas dan adik kelas, saling berteman baik satu sama lain, saling membantu dalam kegiatan berkelompok, saling memerhatikan dan saling membantu (Lampiran 2). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa nilai sosialitas peserta didik ditanamkan melalui kegiatan kerja kelompok baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan olahraga di luar kelas, dan peserta didik di SD Taman Muda memiliki nilai sosialitas yang cukup tinggi, antara peserta didik satu dengan yang lainnya saling membantu, saling memerhatikan, dan dapat bekerjasama dengan baik. c. Gender Nilai kesetaraan gender dapat ditanamkan pada diri peserta didik salah satunya melalui permainan olahraga seperti yang disampaikan oleh pamong berdasarkan wawancara. Pada hari Selasa, 09 Juni 2016 AS memberikan keterangan bahwa peserta didik perempuan pernah ikut bermain saat bermain sepakbola dalam pelajaran olahraga, akan tetapi lebih sering bermain bulutangkis. AS mengungkapkan, Ya pernah, tapi jarang, karena kebanyakan siswa perempuan itu tidak suka permainan bola, mereka lebih sering bermain seperti bulutangkis. Begitu juga dengan Lr yang mengungkapkan, Iya. Sepakbola kita tetap campur. Tidak hanya melalui permainan olahraga saja, akan tetapi nilai kesetaraan gender juga ditanamkan melalui kegiatan swakarya, yaitu 108

124 memasak seperti yang diungkapkan oleh Lr berdasarkan wawancara. Lr mengatakan,...mereka senang sekali, yang laki-laki malah bawa mixer bawa open, mereka excited sekali. Saya itu malah bingung, yang perempuan malah biasa aja, tapi yang laki-laki semangat banget... Ungkapan AS dan Lr diperkuat dengan jawaban yang diberikan oleh peserta didik saat ditanyakan apakah dalam kegiatan olahraga peserta didik perempuan pernah bermain sepakbola, Ft menjawab, Pernah, tapi ga setiap jam olahraga.. Hasil wawancara di atas diperkuat dengan hasil observasi. Pada hari Rabu, 25 Mei 2016 didapatkan data bahwa saat jam pelajaran olahraga tidak ada pembedaan antara peserta didik perempuan dan laki-laki, peserta didik perempuan ikut bermain sepakbola. Pamong membentuk dua tim untuk bertanding sepakbola, dalam masing-masing tim terdapat dua orang peserta didik perempuan. Peserta didik perempuan juga bermain dengan antusias. Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi kegiatan olahraga permainan sepak bola (Gambar 26 terlampir). Dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dapat disimpulkkan bahwa nilai-nilai kesetaraan gender ditanamakan melalui pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan melalui kegiatan olahraga di Sekolah Dasar Taman Muda, yaitu salah satunya dengan kegiatan bermain sepakbola dimana peserta didik perempuan juga mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu juga melalui kegiatan SBK seperti memasak, peserta didik laki-laki juga ikut dalam kegiatan memasak tersebut. 109

125 d. Keadilan Nilai keadilan ditunjukkan melalui sikap pamong kepada peserta didik yang tidak pilih kasih terhadap peserta didik seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah berdasarkan hasil wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2015 saat peneliti menanyakan bagaimana cara kepala sekolah dan pamong menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik, AR mengungkapkan: Yang saya lihat setiap hari itu pamong tidak pernah membedabedakan anak. Pamong itu sudah luar biasa, mengerti setiap kebutuhan anak didiknya, baik anak yang normal maupun ABK, tidak ada pilih kasih. Yang saya lihat dari setiap paginya, kalo saya masuk kelas itu pamong memperlakukan semua anak didiknya sama, juga dalam pembagian kelompok. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan pamong pada wawancara hari Selasa, 17 Mei 2016 saat ditanya tentang nilai keadilan, Lr memberi keterangan bahwa tidak ada pembedaan kelas unggulan, rendah, ataupun kaya, semuanya diperlakukan sama dan untuk anak ABK ada penilaian khusus yang diberikan saat pemberian soal dan nilai, seperti keterangannya: Iya itu sesuai dengan porsinya masing-masing, juga di sini selalu menerapkan seperti itu. Jadi sebetulnya kita mengelompokkan secara tidak langsung, misalnya anak yang kurang pinter atau ABK itu kita cuma suruh menghitung 1 sampai 100 atau 200 dan anak yang pinter ngitung 1 sampai 1000, ya kita soalnya dibedakan. Nilai 7 anak A sama anak Y itu beda, sama-sama angka 7 tapi kondisinya berbeda. Orangtua pun dikasih tahu. Di sekolah ini kita juga tidak membedabedakan ada kelas unggulan, ada kelas rendahan, ada kelas setengahan, ada kelas kaya, itu engga. (Hasil wawancara dengan pamong lainnya terlampir). Hasil wawancara dengan pamong didukung oleh hasil wawancara dengan peserta didik. Saat peneliti bertanya apakah bapak/ibu guru pilih kasih, 110

126 Ft menjawab, Ga pernah, tapi kalo yang bandel ya dibilangin., Vn juga menjawab. Ga pernah. (Lampiran 8). Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong dan peserta didik diperkuat dengan hasil pengamatan selama peneliti melakukan observasi. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat pamong tidak pilih kasih terhadap peserta didik baik yang normal maupun ABK. Pamong memberikan kesempatan untuk memperoleh poin kepada seluruh peserta didik secara adil. Begitu juga dalam hal membentuk kelompok, pamong membagi-bagi peserta didik secara adil, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang pintar dan yang kurang (Lampiran 2). Hal ini dilakukan oleh pamong agar peserta didik yang pintar dapat mengajari temannya yang kurang. Pada hari Jumat, 03 Juni 2016 peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Pamong yang mengajar karawitan tidak pilih kasih kepada peserta didik, hal ini terlihat saat peserta didik ABK juga ikut serta dan tidak ada pembedaan perlakuan. Hasil wawancara dan observasi diperkuat dengan hasil dokumentasi kegiatan ekstrakurikuler karawitan (Gambar 30 dan 31 terlampir). Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa pamong sudah menanamkan nilai keadilan. Pamong tidak membeda-bedakan antara peserta didik yang pintar atau kurang dan peserta didik yang normal atau ABK baik dalam hal bekerja kelompok, kegiatan ekstrakurikuler dan perolehan poin. 111

127 e. Demokrasi Nilai demokrasi ditanamkan melalui pelajaran Pkn dan IPS. Nilai demokrasi pada diri peserta didik juga dapat dilihat dari sikap atau cara peserta didik saat memberikan pendapatnya ataupun saat mendengarkan temannya yang sedang memberikan pendapat seperti yang disampaikan kepala sekolah berdasarkan wawancara. Saat peneliti bertanya bagaimana cara menanamkan nilai demokrasi pada peserta didik, AR mengatakan: Yaaa misalnya melalui pelajaran Pkn, IPS itu sudah ada diajarkan nilai-nilai demokrasi, tertanam sekali. Trus demokrasi kita juga terlihat saat anak-anak mempunyai pendapat, bagaimana dia menyatakan pendapatnya, bagaimana sikapnya dan sebagainya. Itu sudah tertanam dalam diri anak. (Rabu, 15 Juni 2016) Dari hasil wawancara dengan pamong Lr didapatkan data bahwa apabila peserta didik ingin memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari pamong syaratnya terlebih dahulu harus mengacungkan tangan dan dilakukan secara berurutan. Dan ketika mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan peserta didik yang pintar itu tidak egois, ia mempersilahkan temannya yang lain terlebih dahulu. Berikut ungkapan Lr: Iya, syaratnya kalau mau bertanya mengacungkan tangan dan urut, jadi saya catet. Memang aturannya kan seperti itu dan belajar musyawarah atau menyatakan pendapat seperti itu urutannya. Dan anak-anak yang pinter itu tidak egois kok di sini, jadi anak yang pinter itu malah berkata Bu, dia dulu (Selasa, 17 Mei 2016). Hasil wawancara dengan pamong dan kepala sekolah diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa saat ditanya apakah mendengarkan 112

128 dengan baik ketika teman memberikan pendapat, Ft menjawab, Iya mendengarkan tapi kadang ada yang ribut. (Lampiran 8). Hasil wawancara diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa slogan yang ditempel di anak tangga sekolah dan pelajaran mengenai demokrasi di papan tulis pada saat pembelajaran PKn (Gambar 52 dan 54 terlampir). Namun, dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama 8 kali, peneliti belum menemukan kegiatan memberikan pendapat atau kegiatan berdiskusi di dalam kelas. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan observasi yang peneliti lakukan adalah pada saat minggu ujian untuk kelas 6 dan minggu berikutnya adalah minggu persiapan ujian untuk kelas lainnya. Minggu menjelang ujian pamong hanya memberikan sedikit materi-materi untuk pemantapan saat ujian, dan juga pemberian kisi-kisi menjelang ujian, selain itu pamong juga mengadakan refreshing melalui permainan game agar peserta didik tidak terbebani oleh materi-materi pelajaran dan siap untuk melaksanakan ujian minggu depannya. Minggu setelah diadakannya ujian, peneliti juga beberapa kali melakukan observasi dan pada minggu tersebut didapatkan data bahwa pamong hanya mengadakan pembahasan soal-soal ujian yang telah berlangsung pada minggu sebelumnya dan juga pelaksanaan remedial. Jadi, berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa nilai demokrasi sudah terlihat pada saat peserta didik 113

129 mengikuti aturan menyatakan pendapat yang dibuat oleh pamong, yaitu dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu, dan peserta didik juga memberikan kesempatan kepada temannya saat berpendapat maupun bertanya serta mendengarkan dengan baik. f. Kejujuran Dari hasil wawancara dengan pamong Lr pada hari Selasa, 17 Mei 2016 peneliti mendapatkan keterangan bahwa pamong sering mengadakan koreksi secara silang oleh peserta didik. Kegiatan ini adalah salah satu cara untuk menanamkan nilai kejujuran kepada peserta didik. Saat peneliti menanyakan apakah sering diadakan pengkoreksian silang, Lr mengatakan: Sering. Kalau saya buatnya acak, jadi acak ga ada yang boleh egois dan bertanya ku dikoreksi siapa ya? Jadi mereka apabila sudah menerima koreksi ya sudah diam. Tetapi hanya untuk soalnya pilihan ganda dan isian, kalau uraian itu 30 siswa bertanya semua, padahal kita sudah bilang yang menyangkut ini yang jawabannya mendekati tolong dibetulkan tapi tetap saja banyak yang bertanya. Keterangan yang diberikan oleh Lr dan AS sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh siswa. Saat wawancara peneliti menanyakan apakah sering diadakan koreksi hasil ulangan atau latihan secara silang Ft menjawab, Iya sering, setiap hari. (Wawancara denga peserta didik lainnya terlampir). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 15 Juni 2016 didapatkan data bahwa nilai kejujuran telah tertanam dalam diri peserta didik. Salah satu contohnya yaitu pada saat pemanggilan 114

130 anak-anak yang melanggar aturan setelah selesai upacara. Berikut keterangan yang diberikan AR:...misalnya saja saat upacara itu kita memanggil anak-anak yang melanggar peraturan, ada anak itu yang sebenarnya dia sudah betul memakai kaos kaki putih namun karena dia tidak memakai kaos kaki putih dari sekolah dia maju ke depan, saya kaget kemudian saat saya tanya dia melanggar apa dia menunjukkan kaos kaki putihnya yang tidak ada lambang seperti yang disediakan sekolah, padahal lambang itu sebenarnya tidak tampak ditutupi sama celananya. Tapi dia tetap maju dan mengakui kesalahannya. Begitu juga untuk yang terlambat, dia tidak ikut baris dalam upacara, kemudian setelah selesai upacara kita beri pengumuman bagi yang terlambat silahkan maju berbaris di depan, anak yang terlambat itu maju. Jadi nilai kejujuran pada anak itu sudah tertanam. Namun, dari hasil observasi yang peneliti lakukan selama 8 kali, peneliti belum menemukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan/latihan secara silang bersama-sama di dalam kelas ataupun kegiatan upacara. Hal ini dikarenakan waktu pelaksanaan observasi yang peneliti lakukan adalah pada saat minggu ujian untuk kelas 6 dan minggu berikutnya adalah minggu persiapan ujian untuk kelas lainnya. Jadi, tidak ada pembelajaran yang dilaksanakan seperti hari-hari biasanya. Minggu menjelang ujian pamong hanya memberikan sedikit materi-materi untuk pemantapan saat ujian, dan juga pemberian kisi-kisi menjelang ujian, selain itu pamong juga mengadakan refreshing melalui permainan game agar peserta didik tidak terbebani oleh materi-materi pelajaran dan siap untuk melaksanakan ujian minggu depannya. Minggu setelah diadakannya ujian, peneliti juga beberapa kali melakukan observasi dan pada minggu tersebut didapatkan data bahwa pamong hanya 115

131 mengadakan pembahasan soal-soal ujian yang telah berlangsung pada minggu sebelumnya dan juga pelaksanaan remedial. Oleh sebab itu, peneliti belum menemukan kegiatan mengoreksi ulangan/latihan secara silang ataupun kegiatan upacara selama peneliti melakukan observasi. Nilai kejujuran adalah salah satu nilai budi pekerti yang ditanamkan kepada peserta didik di SD Taman Muda. Hal ini diperkuat oleh hasil dokumentasi yang didapat berupa slogan nilai-nilai budi pekerti yang ditempel di setiap anak tangga yang salah satunya adalah jujur (Gambar 8). Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi disimpulkan bahwa nilai kejujuran ditanamkan pada peserta didik di SD Taman Muda salah satunya dengan pamong sering mengadakan kegiatan mengkoreksi ulangan atau latihan secara silang bersama-sama di dalam kelas dan nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri peserta didik. g. Kemandirian Hasil wawancara dengan pamong pada hari Selasa, 09 Juni 2016 peneliti mendapatkan data bahwa nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan pramuka, misalnya saat diadakan perkemahan, peserta didik dilatih untuk mandiri bagaimana mereka melakukan semuanya sendiri dan bertanggungjawab. Berikut pernyataan AS:...seperti contohnya pramuka itu kan sudah jelas, misalnya saat diadakan perkemahan, nah anak-anak itu dilatih untuk mandiri bagaimana mereka melakukan semuanya sendiri dan 116

132 bertanggunjawab. Pada saat kemah juga tidak ada pendampingan dari orangtua. Hasil wawancara dengan pamong didukung dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah. AR menuturkan,...misalnya dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka, melatih kemandirian anak, ekstrakurikuler itu terlaksana untuk kelas III sampai kelas VI. (Lampiran 7). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik saat ditanya kegiatan ekstrakurikuler apa yang mereka suka, ada yang menjawab pencaksilat, ada yang menjawab pramuka, dan ada juga yang menjawab pramuka dan pencaksilat. Kemudian pada saat peneliti bertanya tentang pelajaran apa yang mereka dapatkan dari kegiatan ekstrakurikuler yang mereka sukai, El menjawab, Tanggungjawab, disiplin, kebersamaan, mandiri. Dan Vn juga menjawab, Kebersamaan, kemandirian. (Lampiran 8). Namun, selama peneliti melakukan observasi, peneliti tidak bisa mengobservasi kegiatan ekstrakurikuler pramuka, hal ini dikarenakan waktu peneliti melakukan observasi adalah pada saat minggu ujian untuk kelas 6 dan minggu berikutnya adalah minggu persiapan ujian untuk kelas lainnya. Jadi ekstrakurikuler pun sudah tidak berjalan lagi. Namun, beberapa hari setelah ujian selesai peneliti tetap datang ke sekolah dan melakukan observasi, akan tetapi peneliti hanya sempat mengobservasi kegiatan ekstrakurikuler karawitan. 117

133 Nilai kemandirian adalah salah satu nilai budi pekerti yang ditanamkan kepada peserta didik di SD Taman Muda. Hal ini diperkuat oleh hasil dokumentasi yang didapat berupa slogan nilai-nilai budi pekerti yang ditempel di setiap anak tangga yang salah satunya adalah mandiri (Gambar 8 terlampir). Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa nilai kemandirian ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan ekstrakurikuler yaitu salah satunya pramuka. Melalui kegiatan pramuka peserta didik dilatih untuk mandiri bagaimana mereka melakukan semuanya sendiri dan bertanggungjawab. h. Daya juang Nilai daya juang ditanamkan pada diri peserta didik melalui kagiatan perlombaan olahraga yang diadakan sekolah. Hasil wawancara peneliti dengan pamong saat peneliti menanyakan apakah sering diadakan perlombaan dalam kegiatan olahraga, Lr menjawab, Sering, misalnya habis ujian dan selesai buat rapot biasanya diadakan perlombaan. Wawancara juga dilakukan terhadap peserta didik dengan pertanyaan yang sama yang, kemudian Ft menjawab, Pernah, lomba badminton, bulutangkis, voli. (Lampiran 8). Hasil wawancara diperkuat dengan hasil dokumentasi sekolah berupa foto kegiatan perlombaan olahraga pada saat tujuhbelasan (Gambar 53 terlampir). 118

134 Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil pengamatan saat peneliti melakukan observasi. Dari hasil observasi pada hari Rabu, 25 Mei 2016 diperoleh data bahwa nilai juang ditanamkan kepada peserta didik melalui kegiatan olahraga yaitu permainan sepakbola, dua kelompok yang dibentuk oleh pamong olahraga bersaing secara sportif. Dari kegiatan bermain sepakbola tersebut terlihat semangat dan daya juang dari peserta didik (Gambar 39 terlampir). Berdasarkan hasil dari wawancara, dokumentasi dan observasi yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan olahraga melalui perlombaan-perlombaan yang diadakan sekolah merupakan wahana untuk mengembangkan sikap sportifitas pada diri peserta didik dan menumbuhkan semangat serta daya juang. i. Tanggungjawab Pemberian tugas PR dan tugas sekolah merupakan salah satu cara pamong dalam menanamkan nilai tanggungjawab pada diri peserta didik seperti yang diungkapkan oleh kepala sekolah pada saat wawancara. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016 saat peneliti bertanya bagaimana menanamkan nilai tanggungjawab pada peserta didik, AR menjawab, Ada PR mbak, ada tugas di rumah, ada tugas di sekolah yang diberikan pamong. AR juga menambahkan jika ada anak yang tidak membuat PR maka kepala sekolah akan menitipkan anak tersebut ke kelas lain untuk mengerjakan PR nya. Berikut ungkapan AR: 119

135 Misalnya untuk tugas PR ada anak kelas V yang tidak membuat PR, saya bawa anak tersebut masuk ke kelas III Permisi bu, mau menitipkan anak-anak yang malas di sini saya suruh anak itu mengerjakan PR di kelas III sampai selesai dengan tenang dan tidak mengganggu anak-anak yang lainnya. Nanti adek-adek kelasnya itu ada yang ngomong yaahh mas kok malas?, nah dia malu sendiri. Besoknya lagi dia ga mau seperti itu. Begitu juga yang lain, yang kelas II nanti duduk di kelas VI, dan kelas VI duduk di kelas II, yang kelas II kan takut kalau duduk di kelas VI, seperti itu. Hasil wawancara dengan kepala sekolah didukung dengan hasil wawancara peneliti dengan pamong saat ditanya apakah sering memberikan tugas atau PR setiap harinya, Lr menyatakan sering akan tetapi tidak setiap hari, biasanya hari Jumat dan Sabtu, dan terkadang Lr juga memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencari artikel di google yang nantinya akan dibahas pada pembelajaran keesokan harinya. Pernyataan Lr dan AS dudukung dengan pengakuan peserta didik saat dilakukan wawancara. Ft mengatakan, Tidak setiap hari, jarang. Paling maksimal itu tiga kali seminggu. Selain pemberian tugas dan PR, nilai tanggungjawab peserta didik juga ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan piket yang sudah dijadwalkan setiap harinya seperti yang disampaikan oleh pamong berdasarkan wawancara. Pada saat peneliti bertanya apakah setiap harinya peserta didik menjalankan piket kelas, AS menjawab, Ya setiap hari, piketnya sudah dibagi-bagi, jadi sudah ada jadwal piketnya hari ini siapa, besok siapa, kadang-kadang yang tidak piket juga membantu. (wawancara pamong lainnya terlampir). 120

136 Hasil wawancara dengan pamong didukung dengan hasil wawancara dengan peserta didik yang mengatakan bahwa mereka selalu melaksanakan piket. Saat peneliti menanyakan apakah kamu selalu menjalankan tugas piket El menjawab, Iya, tapi kadang ada teman yang ga mau piket.. Hasil wawancara di atas diperkuat dengan hasil dokumentasi yang peneliti dapatkan berupa lembar tugas piket kelas yang ditempel di dinding kelas dan slogan yang ditempel di dinding dekat tangga (Gambar 26 dan 11 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama observasi, peserta didik setiap harinya menjalankan piket kelas setiap harinya setiap pulang sekolah sesuai jadwal yang telah dibuat. Pada hari Rabu, 25 Mei 2015 pamong memberikan PR kepada peserta didik. Hari Kamis, 02 Juni 2016 pamong memberikan tugas/latihan kepada peserta didik dan dikumpulkan pada hari itu juga, peserta didik mengerjakan tugasnya dan mengumpulkannya tepat waktu. Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa nilai tanggungjawab peserta didik ditanamkan oleh pamong melalui pemberian PR/latihan dan juga tugas piket. j. Penghargaan terhadap lingkungan Hasil wawancara dengan pamong AS pada hari Selasa, 09 Juni 2016 didapatkan data bahwa nilai penghargaan terhadap lingkungan ditanamkan kepada peserta didik melalu kegiatan kerja bakti di sekolah, AS memberikan 121

137 keterangan bahwa kerja bakti sering dilaksanakan di sekolah, akan tetapi beberapa minggu ini sudah tidak berjalan karena peserta didik sudah fokus ke persiapan ujian. AS mengatakan: Sering, tapi beberapa minggu kemaren sudah tidak jalan karena anakanak sudah fokus ke persiapan ujian, senamnya juga biasanya ada, tapi sudah tidak dilaksanakan. Tapi biasanya kerjabakti itu rutin dilaksanakan. Keterangan yang diberikan AS diperjelas lagi oleh hasil wawancara dengan Lr yang mengungkapkan, Iya, Jumat minggu ke 3 biasanya. Jumat minggu pertama itu semuanya jalan sehat, terus minggu kedua senam, terus Jumat minggu ketiga itu kerja bakti. Hasil wawancara tersebut senada dengan yang disampaikan kepala sekolah. Pada hari Rabu, 15 Juni 2016, AR mengatakan bahwa sekolah sering mengadakan lomba kebersihan, seperti lomba kebersihan antar kelas, lomba penghijauan dan biasanya setiap hari Jumat setelah senam ada semutlis (semenit lingkungan bersih), kepala sekolah mengajak anak-anak dan pamong secara bersama-sama menyapu dan membersihkan sampah-sampah yang ada di depan kelas, depan kantor, halaman sekolah dan di taman-taman. Begitu juga dengan hasil wawancara dengan beberapa peserta didik saat peneliti menanyakan apakah mereka pernah mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah Ft menjawab, Iya, setiap seminggu sekali, Sabtu biasanya, tapi Sabtu ini ga ada, baru ujian.. Hasil wawancara dengan kepala sekolah, pamong dan 122

138 peserta didik diperkuat dengan hasil dokumentasi berupa 6K, tagline yang ditempel di anak tangga sekolah dan slogan yang ditempel di dinding sekolah (Gambar 6, 8, 12, 14, 16 dan 28 terlampir). Hasil wawancara dan dokumentasi diperkuat dengan hasil observasi. Berdasarkan hasil pengamatan selama peneliti melakukan observasi didapatkan data bahwa baik pamong dan peserta didik selalu membuang sampah pada tempatnya. Namun selama observasi memang belum terlihat pelaksanaan kerja bakti dan kegiatan lomba kebersihan seperti yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara dikarenakan waktu peneliti melakukan observasi adalah di minggu-minggu pelaksanaan ujian, jadi kerja bakti sudah tidak dilaksanakan lagi sementara waktu, pamong dan peserta didik fokus dalam mempersiapkan pelaksanaan ujian. Berdasarkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi dapat disimpulkan bahwa sekolah rutin mengadakan kegiatan kerja bakti. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap hari Jumat pada minggu ketiga. Selain kegiatan kerja bakti juga sering diadakan lomba kebersihan. Selain menanamkan nilai penghargaan terhadap lingkungan, melalui kegiatankegiatan tersebut juga ditanamkan nilai tanggungjawab, kerja sama, gotong royong dan kecintaan terhadap lingkungan. 123

139 C. Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang telah peneliti sajikan sebelumnya untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa secara umum, akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut. Implementasi pendidikan budi pekerti yang telah teramati yaitu mengenai: (1) strategi pengembangan pendidikan budi pekerti, (2) metode pendidikan budi pekerti, dan (3) penanaman nilai-nilai budi pekerti. Berikut adalah pembahasan mengenai aspek implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa: 1. Strategi Pengembangan Pendidikan Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Usaha yang dilakukan sekolah dalam mengembangkan nilai-nilai budi pekerti, yaitu dengan menggunakan strategi-strategi pengembangan nilai-nilai budi pekerti. Strategi yang digunakan sekolah adalah strategi keteladanan atau contoh, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan, dan kegiatan rutin. Berikut pembahasan mengenai strategi pengembangan pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa: a. Keteladanan atau contoh Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa keteladanan atau contoh yang diberikan kepala sekolah dan pamong kepada peserta didik seperti kepala sekolah dan pamong selalu berpakaian rapi, sopan dan sesuai 124

140 dengan aturan yang berlaku, betutur kata dengan baik dan tidak pernah memarahi ataupun membentak peserta didik, menyambut siswa dengan senyum, salam dan sapa setiap pagi, mengucapkan salam dan berjabat tangan apabila bertemu dengan orang lain, serta baik kepala sekolah, pamong ataupun semua karyawan di sekolah tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Keteladanan dan contoh dari kepala sekolah dan pamong sangat penting dalam implementasi pendidikan budi pekerti di sekolah. Baik kepalas sekolah maupun guru harus senantiasa memberikan teladan atau contoh yang baik bagi peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Muchlas Samani, 2011: 145) yang mengatakan bahwa keteladanan adalah timbulnya sikap dan perilaku peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan di sekolah, misalnya kerapian pakaian yang dikenakan, kedisiplinan, tertib dan teratur, saling peduli dan kasih sayang, dan sebagainya. Keteladanan atau contoh yang diberikan kepala sekolah dan pamong di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sudah baik. Kepala sekolah dan pamong selalu memberikan contoh yang baik setiap harinya kepada peserta didik. b. Kegiatan spontan Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan pamong ketika menemukan perbuatan yang kurang baik adalah memanggil secara pribadi dan memberikan pengertian dan nasehat bahwa perbuatan tersebut tidak baik dan bagaimana sikap dan perilaku yang 125

141 seharusnya. Kegiatan spontan yang dilakukan kepala sekolah dan pamong saat menemukan perbuatan yang baik adalah memberikan penguatan berupa pujian dan pamong biasanya memberikan poin bagi peserta didik. Hal ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik dan memberikan semangat agar perbuatan tersebut dapat dipertahankan dan menjadi teladan buat peserta didik yang lainnya. Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah melaksanakan kegiatan spontan dalam implementasi pendidikan budi pekerti di sekolah. Hal ini sesuai dengan Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 16) yang menyebutkan bahwa kegiatan spontan yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada saat guru mengetahui adanya sikap atau perilaku peserta didik yang kurang baik. Kegiatan spontan ini diberikan tidak hanya kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik, akan tetapi juga diberikan kepada peserta didik yang melakukan perbuatan baik atau terpuji. Hal ini sudah di dilaksanakan dengan baik oleh kepala sekolah dan pamong untuk saling memotivasi dan saling memberikan masukan atau pengertian. c. Teguran Berdasarkan hasil penelitian, teguran diberikan oleh kepala sekolah dan pamong adalah pada saat peserta didik melakukan perbuatan tidak baik seperti ribut di kelas, tidak memperhatikan pamong saat menjelaskan 126

142 berbicara tidak sopan, mengganggu teman. Selain memberikan teguran pamong juga mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik berupa nasehat untuk bertingkah laku baik, bertutur kata yang baik, dan bersikap baik kepada semua orang. Teguran ini diberikan oleh pamong agar peserta didik mengetahui bahwa perbuatan tersebut tidak baik dan tidak boleh dilakukan karena akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dikatakan bahwa teguran juga merupakan suatu hal yang penting diberikan kepada peserta didik agar dapat mengamalkan nilai-nilai yang baik sebagai wujud implementasi pendidikan budi pekerti di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurul Zuriah (2011: 86) yang mengatakan bahwa guru perlu menegur peserta didik yang melakukan perilaku buruk dan mengingatkannya agar mengamalkan nilainilai yang baik sehingga guru dapat membantu mengubah tingkah laku mereka. d. Pengkondisian lingkungan Berdasarkan hasil penelitian, pengkondisian lingkungan yang dilakukan sekolah yaitu melalui beberapa kegiatan dan juga penyediaan sarana yang baik. Pengkondisian lingkungan yang dilakukan diantaranya adalah diadakannya lomba penghijauan dan kebersihan antar kelas yang membuat kondisi kelas baik di dalam maupun di luar kelas menjadi rapi dan bersih, dan juga sekolah sudah menyediakan tempat sampah yang memadai, namun peneliti terkadang masih menemukan sampah-sampah kecil di lantai 127

143 kelas dan di sekitar tempat sampah, hal ini dikarenakan beberapa peserta didik tidak membuang sampah dengan benar. Selain itu sekolah juga menempel slogan mengenai budi pekerti seperti 5S, 6K dan nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, tanggungjawab, dan lain-lain yang ditempel di tempat strategis seperti di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, si setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading, sehingga mudah dibaca oleh peserta didik. Begitu juga dengan aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah yang ditempel di dinding setiap kelas. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah melaksanakan pengkondisian lingkungan sedemikian rupa. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurul Zuriah yang menyebutkan bahwa suasana sekolah perli dikondisikan sedemikian rupa, dengan penyediaan sarana fisik. Pengkondisian ini dilakukan sebagai bentuk implementasi pendidikan budi pekerti kepada peserta didik secara tertulis. Jadi pendidikan budi pekerti tidak hanya diberikan melalui komunikasi secara lisan dan perbuatan saja oleh pamong dan kepala sekolah akan tetapi juga komunikasi secara tertulis. e. Kegiatan rutin Berdasarkan hasil penelitian, bentuk kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah sebagau wujud implementasi pendidikan budi pekerti adalah berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruang kelas, namun kegiatan ini hanya dilaksanakan rutin pada semester satu, dikarenakan pada semester dua 128

144 pamong sudah mulai sibuk. Kegiatan rutin lainnya yakni berdoa sebelum dan sesudah kegiatan sekolah, kegiatan ini adalah kegiatan wajib setiap harinya yang dilaksanakan oleh pamong beserta peserta didik. Selain itu piket kelas juga termasuk kegiatan rutin yang dilakukan oleh peserta didik setiap harinya. Biasanya kegiatan membersihkan kelas atau menjalankan piket kelas ini dilaksanakan setelah pulang sekolah. mendapatkan keterangan bahwa salah satu pamong ikut serta masuk dalam jadwal piket kelas yaitu pada hari sabtu. Jadi, pada hari senin sampai dengan Jumat yang bertugas menjalankan piket atau membersihkan kelas adalah peserta didik, namun pada hari Sabtu pamong yang bertugas menjalankan piket. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat dikatakan bahwa sekolah sudah melaksanakan kegiatan rutin sebagai wujud implementasi pendidikan budi pekerti di sekolah. Hal ini sesuai dengan Kementrian Pendidikan Nasional (2010: 15) yang menyatakan bahwa kegiatan rutin sekolah merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan melaksanakan kegiatan rutin ini setiap harinya. 2. Metode Pendidikan Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Dalam mengembangkan nilai-nilai budi pekerti salah satu aspek yang penting dan berpengaruh terhadap kesuksesan dalam mewujudkan tujuan 129

145 pendidikan budi pekerti adalah metode pendidikan budi pekerti. Metode yang digunakan sekolah adalah metode among, metode ngerti, metode ngrasa, dan metode nglakoni. Berikut pembahasan mengenai metode pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa: a. Metode among Berdasarkan hasil penelitian, metode among yang dilaksanakan di sekolah adalah dengan cara pamong memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, seperti pamong berpakaian rapi dan sopan, datang ke sekolah tepat waktu, berbicara sopan baik kepada sesama pamong maupun kepada peserta didik, membuang sampah pada tempatnya, bertutur kata lembut, tidak memarahi peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik akan tetapi pamong menegur dan memberikan nasehat. Akan tetapi pamong juga memberikan perintah atau hukuman kepada peserta didik apabila pamong menjumpai hal-hal yang tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik. Dalam pelaksanaan metode among, baik kepala sekolah maupun pamong juga bersikap rendah hati kepada peserta didik, pamong dan kepala sekolah mengibaratkan peserta didik ada di tiga posisi yaitu sebagai teman, sebagai bos, dan sebagai anak didik. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanakan metode among di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sudah dilaksanakan dengan baik sebagai wujud implementasi pendidikan budi pekerti. Hal ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara 130

146 (dalam Bartolomeus, 2013: 78) yang mengatakan bahwa mengemong anak berarti memberikan kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong akan bertindak, kalau perlu dengan paksaan, apabila keinginan anakanak berpotensi membahayakan keselamatannya. b. Metode ngerti Berdasarkan hasil penelitian, metode ngerti yang dilaksanakan di sekolah adalah dengan cara pamong menanamkan pengetahuan tingkah laku dan tata krama yang baik, sopan santun dan nilai-nilai budi pekerti sesuai ajaran Ki Hajar Dewantara. Pengetahuan-pengetahuan tersebut diberikan pamong kepada peserta didik hampir setiap harinya baik ketika pembelajaran di dalam kelas maupun pada saat kegiatan di luar kelas. Selain menanamkan pengetahuan tingkah laku dan nilai-nilai yang baik, pamong juga mengajarkan peserta didik tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yaitu bagaimana hidup rukun dan saling menghargai walaupun berbeda-beda suku dan keyakinan. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah beserta pamong senantiasa menanamkan pengetahuan tingkah laku dan nilai-nilai baik kepada peserta didik, hal ini merupakan wujud dari implementasi pendidikan budi pekerti yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Hasil temuan di atas sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (dalam Moch. Tauhid, 1963: 57) yang menjelaskan bahwa metode ngerti dalam pendidikan budi pekerti mempunyai 131

147 maksud memberikan pengertian sebanyak-banyaknya kepada anak, seorang pamong (guru) harus berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik kepada peserta didiknya, dengan harapan peserta didiknya akan mengetahui tentang nilai-nilai kebaikan dan dapat memahami apa yang dimaksud dengan tingkah laku yang buruk. c. Metode ngrasa Berdasarkan hasil penelitian, metode ngrasa yang dilaksanakan di sekolah adalah pamong memberikan pengertian kepada peserta didik, meminta peserta didik menilai sendiri mana hal yang benar dan mana yang salah dari contoh yang diberikan. Pengertian juga diberikan pamong melalui cerita dogeng maupun cerita rakyat. Dan dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa peserta didik sudah mengerti mana yang benar dan mana yang salah akan tetapi pelaksanaannya memang belum sempurna. Hasil temuan ini sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (dalam Moch. Tauhid, 1963: 57) yang menyatakan bahwa metode ngrasa adalah berusaha semaksimal mungkin memahami dan merasakan tentang pengetahuan yang diperolehnya, dalam hal ini peserta didik akan dididik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah. d. Metode nglakoni Berdasarkan hasil penelitian, metode nglakoni merupakan wujud dari metode ngerti dan metode ngrasa. Hal ini terlihat bahwa sebagian besar peserta didik sudah melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab. Mulai 132

148 dari hal-hal kecil seperti tidak mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad, mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh pamong dengan baik hingga selesai, peserta didik membuang sampah pada tempatnya, berpakaian sopan, rapi dan sesuai aturan yang berlaku, dan selalu menjalankan piket. Namun, memang pelaksanaannya tidak sempurna, masih ada beberapa murid yang belum bisa bertanggungjawab. Hasil temuan di atas sesuai dengan pendapat Ki Hajar Dewantara (Moch, 1963: 57) yang menerangkan bahwa metode nglakoni adalah mengerjakan setiap tindakan, tanggungjawab telah dipikirkan akibatnya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian peserta didik di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan sudah melakukan tindakannya sesuai dengan pengetahuan yang mereka dapatkan baik dari kepala sekolah maupun pamong secara bertanggungjawab. Namun, dari yang peneliti lihat di lapangan memang masih ada beberapa peserta didik yang belum bisa bertanggungjawab dalam bertingkahlaku. 3. Penanaman Nilai-nilai Budi Pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian, nilai-nilai karakter yang dikembangkan di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan antara lain: a) religiusitas, ditanamkan melalui kegiatan rutin berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah, membaca al-quran bersama, kegiatan pesantren kilat, ziarah ke makam 133

149 pahlawan, dan juga melalui pembelajaran agama; b) sosialitas, ditanamkan melalui kegiatan kerja kelompok baik dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun kegiatan olahraga di luar kelas; c) gender, ditanamkan melalui pendidikan jasmani dan kesehatan yang dilakukan dengan kegiatan olahraga seperti bermain sepakbola dimana peserta didik perempuan juga mengikuti kegiatan tersebut dan juga melalui kegiatan SBK seperti memasak dimana peserta didik laki-laki juga ikut memasak; d) keadilan, dengan pamong tidak membeda-bedakan antara peserta didik yang pintar dan yang kurang, serta peserta didik yang normal dan yang ABK baik dalam hal bekerja kelompok, kegiatan ekstrakurikuler maupun perolehan poin; e) demokrasi, melalui pelajaran PKn dan IPS, mengikuti aturan menyatakan pendapat yang dibuat pamong, dan memberikan kesempatan kepada teman saat berpendapat maupun bertanya serta mendengarkannya dengan baik; f) kejujuran, melalui kegiatan mengkoreksi ulangan atau latihan secara silang bersama-sama; g) kemandirian, melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka; h) daya juang, dengan kegiatan olahraga melalui perlombaan-perlombaan; i) tanggungjawab, melalui kegiatan tugas piket dan pemberian PR/latihan; dan j) penghargaan terhadap lingkungan, melalui kegiatan kerja bakti di sekolah. Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah mengimplementasikan pendidikan budi pekerti dengan cara menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pamong dan peserta didik dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Nilai- 134

150 nilai budi pekerti yang dikembangkan yaitu religiusitas, sosialitas, sopan santun, kesetaraan gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, sportifitas, tanggungjawab, kerjasama, dan penghargaan terhadap lingkungan. Nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan tersebut sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti yang dirumuskan oleh Paul Suparno (Nurul Zuriah, 2007: 46) yaitu religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggungjawab dan penghargaan terhadap lingkungan alam. Semua nilainilai budi pekerti tersebut dikembangkan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. D. Keterbatasan an Dalam penelitian yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan peneliti. Kekurangan tersebut yaitu waktu penelitian yang bersamaan dengan ujian nasional dan ujian akhir sekolah, serta libur sekolah yang menyebabkan waktu penelitian menjadi panjang dan juga peneliti tidak mengajak teman sejawat dalam melaksanakan penelitian sehingga peneliti tidak bisa mengamati proses implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta secara keseluruhan. juga tidak bisa mendapatkan beberapa data secara langsung selama kegiatan observasi seperti misalnya kegiatan kerja bakti, ekstrakurikuler pramuka dan beberapa kegiatan dalam proses pembelajaran, hal ini dikarenakan peneliti melakukan observasi pada 135

151 minggu-minggu persiapan ujian, jadi sudah tidak ada kegiatan pembelajaran seperti biasanya. Data yang tidak bisa didapatkan secara langsung tersebut peneliti dapatkan berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi. Selain itu, kekurangan dalam penelitian ini adalah pada saat pengumpulan data, beberapa aspek yang diamati tidak dapat dikumpulkan melalui teknik dokumentasi, jadi hanya dari hasil wawancara dan observasi saja. Oleh karena itu, peneliti masih terbatas untuk menyimpulkan secara luas mengenai implementasi pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta. 136

152 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa telah mengimplementasikan pendidikan budi pekerti sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara melalui kegiatan di sekolah. Implementasi pendidikan budi pekerti tersebut diamati dari segi aspek strategi pengembangan pendidikan budi pekerti, metode pendidikan budi pekerti, dan penanaman nilai-nilai budi pekerti yang terintegrasi melalui berbagai kegiatan sehari-hari di sekolah. Strategi pengembangan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta meliputi keteladanan atau contoh, kegiatan spontan, teguran, pengkondisian lingkungan dan kegiatan rutin. Strategi pendidikan budi tersebut sudah dilaksanakan oleh semua pihak baik kepala sekolah, pamong maupun peserta didik dan dilakukan secara kontinuitas atau rutin dalam pembiasaan sehari-hari. Strategi pengembangan pendidikan budi pekerti tersebut menggunakan metode among, metode ngerti, metode ngrasa, dan metode nglakoni. Metode yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan melalui strategi dan metode pengembangan pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa antara lain: religiusitas, sosialitas, sopan santun, kesetaraan gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, 137

153 kemandirian, daya juang, sportifitas, tanggungjawab, kerjasama, dan penghargaan terhadap lingkungan. Nilai-nilai tersebut sudah diintegrasikan melalui kegiatankegiatan setiap harinya di sekolah baik melalui pembelajaran di dalam dan luar kelas, kegiatan olahraga, kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lain. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut. 1. Sekolah hendaknya menerapkan pembiasaan berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruang kelas sebagai bentuk implementasi dari 5S dan penanaman nilai kesopanan pada diri peserta didik. Jadi, pembiasaan tersebut tidak hanya dilaksanakan pada semester satu saja akan tetapi juga harus dilaksanakan pada semester dua. 2. Kepala sekolah dan pamong hendaknya menerapkan semua aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah secara konsisten, serta terus mengajarkan sikap yang baik kepada peserta didik terutama dalam hal berbicara dengan teman atau orang yang lebih tua. 3. Sekolah hendaknya melakukan komunikasi yang lebih banyak kepada orang tua peserta didik dengan mengadakan pertemuan secara rutin ataupun komunikasi secara pribadi agar implementasi pendidikan budi pekerti yang sudah ditanamkan pamong kepada peserta didik di sekolah tetap dilanjutkan oleh orangtua di rumah. 138

154 DAFTAR PUSTAKA Samho, Bartolomeus. (2013). Visi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Tantangan dan Relevansi. Yogyakarta: Kanisius. Tauhid, Moch. (1963). Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara. MLPTS: Yogyakarta. Zuriah, Nurul. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platfom Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik. Jakarta: BumiAksara. Hadiwinarto. (2010). Penajaman Penilaian Karakter dan Budi Pekerti. Solo: PT Bahana Media Wirayuda. Zubaedi. (2005). Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta: PustakaPelajar. Ki Hajar Dewantara. (1977). Karya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa. H.A.H. Tilaar. (2007). Mengindonesia Etnitasdan Identitas Bangsa. Jakarta: Rineka Cipta. Soeratman, Darsiti. (1982). Ki Hajar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Endarswara, Suwardi. (2003). Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hadinata Graha Widya. Kamus Besar Bahasa Indonesia Yogyakarta: MLPTS. Prastowo, Andi. (2012). Metode an Kualitatif dalam Perspektif Rancangan an. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Sugiyono. (2010). Metode an Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.. (2009). Metode an Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Moloeng. (2005). Metodologi an Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 139

155 Sukandarrumidi. (2002). Metodologi an: Petunjuk Praktis Untuk Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur an: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Chlas Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Muchlas Samani dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 140

156 LAMPIRAN 141

157 Lampiran 1. PEDOMAN OBSERVASI Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Tempat : Waktu : No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi 2. Bertutur kata dengan baik 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik 140

158 D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata karma yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah 141

159 I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti 142

160 Lampiran 2. HASIL OBSERVASI Hasil Observasi 1 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Kamis/19 Mei 2016 Tempat Waktu : : Depan Ruang Ujian Kelas VI (Ruang Kelas IV) No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik biru tamansiswa. 2. Bertutur kata dengan baik Belum terlihat 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Belum terlihat 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Baik pamong, siswa, dan karyawan sekolah tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Belum terlihat 143

161 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain Belum terlihat C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik Sebelum ujian dimulai peserta didik agak ribut, kemudian pamong menegur peserta didik agar tidak ribut dan memberi peringatan apabila belum siap untuk melaksanakan ujian dipersilahkan keluar ruangan terlebih dahulu. Belum terlihat 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong beserta peserta didik berdoa sebelum dan sesudah ujian berlangsung. 3. Mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang lain Belum terlihat 144

162 4. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan berbicara sopan baik kepada sesama pamong maupun kepada peserta didik. Salah satu pamong (pengawas) memerintahkan salah satu peserta didik yang mengganggu temannya saat ujian berlangsung untuk pindah ke tempat duduk yang lain. Belum terlihat G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik tidak ada yang mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Belum terlihat 145

163 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik bertanggungjawab mengerjakan soal ujian hingga selesai. Belum terlihat 146

164 Hasil Observasi 2 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Jumat/20 Mei 2016 Tempat Waktu : : Depan Ruang Ujian Kelas VI (Ruang Kelas IV) No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam biru dongker. 2. Bertutur kata dengan baik Pamong bertutur kata dengan baik saat mengingatkan siswanya untuk percaya diri dan tidak perlu bertanya kepada teman. 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Salah satu peserta didik menghampiri mahasiswi yang sedang melakukan pengamatan di luar kelas, peserta didik tersebut menyapa dan bersalaman hendak berkenalan dengan mahasiswi tersebut. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Baik pamong maupun peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Belum terlihat 147

165 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik Belum terlihat Pada saat waktu ujian hampir selesai, pamong menegur salah satu siswa yang ramai dan mengajak berbicara temannya. Pamong (pengawas) mengingatkan peserta didik untuk percaya pada diri sendiri pada saat ujian dan tidak perlu bertanya kepada temannya. D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah ujian berlangsung. 3. Mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang lain Saat istirahat salah satu peserta didik mengucapkan salam kepada salah satu mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian. 4. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. 148

166 F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan. Pamong (pengawas) membuang sampah kertas di tempat sampah depan kelas. Pamong (pengawas) memerintahkan peserta didik untuk mengumpulkan hp di meja pengawas ssebelum ujian dimulai jika ada yang membawa. Belum terlihat G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik tidak ada yang mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Belum terlihat 149

167 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik bertanggungjawab mengerjakan soal ujian hingga selesai. Belum terlihat 150

168 Hasil Observasi 3 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Sabtu/21 Mei 2016 Tempat Waktu : : Depan Ruang Ujian Kelas VI (Ruang Kelas IV) No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam seragam batik hitam tamansiswa. 2. Bertutur kata dengan baik Pamong bertutur kata dengan baik ketika mengingatkan siswa sebelum ujian agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ujian. 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Belum terlihat 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran Belum terlihat Belum terlihat 151

169 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik Sebelum ujian dimulai peserta didik agak ribut, kemudian pamong menegur peserta didik agar tidak ribut dan diberi peringatan apabila belum siap untuk melaksanakan ujian dipersilahkan keluar ruang ujian. Setelah ujian selesai pamong memberikan nasehat agar peserta didik banyak berdoa untuk hasil UN yang telah dilaksanakan selama seminggu. D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa terlebih dahulu sebelum dan sesudah ujian selesai. 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik Pamong datang ke sekolah tepat waktu, senyum saat berinteraksi dengan peserta didik, berpakaian rapi dan bertutur kata bijak. 152

170 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan Pamong memberikan perintah kepada salah satu siswa untuk maju ke meja di depannya yang kosong dikarenakan siswa tersebut suka mengganggu temannya saat ujian berlangsung. Belum terlihat G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama Sebelum ujian dimulai pamong memberitahukan kepada peserta didik untuk tidak mencontek saat ujian berlangsung. Belum terlihat H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah Belum terlihat I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran Peserta didik melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat 153

171 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat 154

172 Hasil Observasi 4 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Senin/23 Mei 2016 Tempat : Ruang Kelas V Waktu : No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam coklat (keki). 2. Bertutur kata dengan baik Pamong bertutur kata dengan baik ketika memberikan pengertian kepada peserta didik saat guru berbicara anak-anak tidak boleh berbicara juga kepada temannya, harus mendengarkan guru, begitu juga kepada sesama teman. 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan saat bertemu dengan orang. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Belum terlihat 155

173 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 156 Peserta didik El selalu menghadap ke belakang berbicara dengan temannya saat pamong menjelaskan, kemudian pamong meminta El untuk mendengarkan dan duduk menghadap ke depan, El pun berbalik badan dan menghadap kedepan sesuai perintah pamong, dengan spontan pamong memberikan pujian kepada El dengan berkata, Nah, anak baik Pamong menegur salah satu anak bernama El yang suka berbicara kepada temannya di belakangnya saat pamong menjelaskan sesuatu. Belum terlihat 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat. 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di kelas selesai.

174 3. Mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang lain Beberapa peserta didik mengucapkan salam dan berjabat tangan saat bertemu guru di luar kelas. 4. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Dua orang peserta didik menjalankan piket sesuai jadwalnya setelah peserta didik lainnya meninggalkan kelas. F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, bertutur kata dengan lembut dan tidak pernah marah kepada peserta didik. Belum terlihat Pamong tidak pernah memarahi peserta didik akan tetapi pamong menegur siswanya dengan lembut. G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata karma yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab Saat pembelajaran di dalam kelas, pamong mengajarkan peserta didik untuk bertingkah laku baik bertutur kata yang sopan, bagaimana sikap dan cara berbicara kepada sesama teman dan kepada orang yang lebih tua. Belum terlihat Pamong menceritakan sebuah cerita kepada peserta didik, peserta didik diminta untuk menyimak cerita yang disampaikan oleh pamong. Setelah cerita tersebut selesai pamong memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Peserta didik menjalankan piket setelah pulang sekolah. 157

175 J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Pamong mengadakan permainan (game) victoria line di dalam kelas. Pamong membentuk 3 kelompok besar, masing-masing kelompok terlihat kompak saling membantu dan bekerjasama dengan baik secara berkelompok Belum terlihat Pamong memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mendapatkan poin tambahan tidak terkecuali peserta didik ABK. Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik yang bertugas piket menjalankan piket kelas setelah pulang sekolah. Belum terlihat 158

176 Hasil Observasi 5 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Selasa/24 Mei 2016 Tempat : Ruang Kelas V Waktu : No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik hijau. 2. Bertutur kata dengan baik Saat peserta didik Rn berbicara tidak sopan dengan mengucapkan kata ngeyel kepada pamong, akan tetapi pamong tidak lantas memarahi peserta didik tersebut, pamong menghampiri peserta didik tersebut dan berkata, Rn, kata ngeyel itu tidak sopan, tidak boleh diucapkan kepada yang lebih besar dari kita..., kemudian peserta didik tersebut hanya tertunduk. 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Pagi hari di sekolah terlihat pamong yang baru tiba di sekolah saling berjabat tangan dan mengucapkan salam saat bertemu dengan pamong lainnya dan kepala sekolah. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 159

177 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai yang baik Saat salah satu peserta didik bernama Rn berteriak-teriak, pamong mengingatkan Rn untuk tidak berteriak-teriak di dalam kelas, pamong memberi pengertian bahwa berteriak akan itu tidak baik dan akan mengganggu teman yang lainnya, jika ingin berteriakteriak itu biasanya di dalam hutan. Pamong membagi-bagikan kertas kecil kepada semua peserta didik, pamong meminta masing-masing peserta didik menulis satu nama teman kelasnya yang menurut mereka paling baik dan tidak boleh ada yang tahu, kemudian semua kertas dikumpulkan dan dihitung nama yang paling banyak secara bersama-sama, nama yang paling banyak diberi apresiasi berupa pujian dan pemberian poin, serta pamong memberi nasehat agar tidak menjadi sombong dan tetap rendah hati. pamong juga mengumumkan peserta didik yang memperoleh poin kepemimpinan, kreatifitas, kejujuran, kebersihan, kebersamaan beserta alasannya. Hal ini dilakukan pamong untuk memotivasi peserta didik lainnya agar terpacu dan semakin bersemangat. Pamong menegur dan memberikan nasehat kepada anak bernama Rn. Saat ia mengucapkan kata ngeyel, pamong mengingatkan bahwa kata ngeyel tersebut tidak sopan dan tidak pantas diucapkan kepada orang yang lebih tua dari kita. Di sela-sela kegiatan kelas, pamong memberikan nasehat kepada peserta didik untuk bertingkah laku baik, bertutur kata yang baik dan bersikap baik kepada semua orang. D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga 160

178 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di dalam kelas. Salah satu peserta didik maju ke depan kelas dan memimpin doa. 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Dua orang peserta didik menjalankan tugas piket setelah pulang sekolah dan anak-anak yang lainnya meninggalkan kelas. F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata karma yang baik kepada peserta didik Pamong berpakaian rapi dan pamong juga tidak pernah memarahi peserta didiknya akan tetapi menegur peserta didiknya dengan kasih sayang. Belum terlihat Pamong selalu senyum saat berinteraksi dengan anak. Pamong mengajarkan anak-anak tentang semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani 161

179 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama Belum terlihat H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah Belum terlihat I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka Peserta didik mengerjakan tugas membuat puisi yang diberikan oleh pamong dan membacakannya di depan kelas serta menjalankan piket setelah pulang sekolah. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Belum terlihat Belum terlihat Pamong memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat sebuah puisi, setelah selesai pamong memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan poin bagi yang mau maju ke depan kelas untuk membacakan puisinya, Rn yang merupakan peserta didik yang cukup nakal di kelasnya pun diberi kesempatan kepada peserta didik untuk membacakan puisinya di depan kelas walaupun ia tidak mengacungkan tangan, hal ini dilakukan peserta didik dikarenakan Rn memperoleh poin yang paling sedikit diantaranya peserta didik lainnya. Belum terlihat 162

180 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik mengerjakan tugas/latihan (membuat puisi) dan setelah pulang sekolah yang bertugas piket menjalankan tugas piket kelasnya. Belum terlihat 163

181 Hasil Observasi 6 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Rabu/25 Mei 2016 Tempat Waktu : : Lapangan Olahraga dan Ruang Kelas V No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam hijau pemkot. 2. Bertutur kata dengan baik Belum terlihat 3. Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan ketika bertemu orang lain. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran Belum terlihat Belum terlihat 164

182 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik Pamong menegur peserta didik yang mengganggu temannya saat bermain sepakbola di jam pelajaran olahraga. 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai Belum terlihat yang baik D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berlangsung. 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Tiga orang peserta didik melaksanakan piket kelas setelah pulang sekolah dan peserta didik yang lainnya sudah meninggalkan kelas. F. Metode among 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, bertutur kata dengan sopan, senyum saat berinteraksi dengan peserta didik. 165

183 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Pamong memberikan hukuman lari keliling lapangan karena tidak membawa seragam olahraga pada saat pelajaran olahraga. Belum terlihat Pamong memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa tangan tidak boleh berada dibawah akan tetapi di atas yang artinya tidak boleh meminta tetapi harus lebih sering memberi. Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik membuang sampah pada tempatnya, membersihkan meja belajarnya saat terlihat kotor dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Saat jam pelajaran olahraga tidak ada pembedaan antara peserta didik perempuan dan laki-laki, peserta didik perempuan ikut bermain sepakbola. Pamong membentuk dua tim untuk bertanding sepakbola, dalam masing-masing tim terdapat dua orang peserta didik perempuan. Peserta didik perempuan juga bermain dengan antusias. 166

184 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Tidak ada pembedaan antara peserta didik perempuan dan laki-laki saat permainan olahraga, peserta didik perempuan ikut bermain sepakbola. Pamong memberikan tugas kelompok, dan membagi-bagi peserta didik secara adil, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang pintar dan yang kurang. Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik bersaing secara sportif ketika bermain sepakbola saat pelajaran olahraga. Pamong memberikan PR kepada peserta didik. Belum terlihat 167

185 Hasil Observasi 7 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Kamis/02 Juni 2016 Tempat : Ruang Kelas V Waktu : No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik biru tamansiswa. 2. Bertutur kata dengan baik Pamong memberikan nasehat dengan baik setelah menegur salah satu murid yang berbicara tidak sopan kepada temannya. 3. Mengucapkan salam apabila bertemu orang Pamong memberi salam dan berjabat tangan saat bertemu dengan orang tua peserta didik yang hendak menjemput anaknya pulang sekolah, begitu juga sesama orang tua peserta didik saling berjabat tangan saat saling bertemu. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Belum terlihat 168

186 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain Belum terlihat C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai Pamong menegur murid bernama Rn saat berbicara tidak sopan kepada temannya. Belum terlihat. yang baik D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat. 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah. 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Dua orang peserta didik menjalankan piket kelas setelah pulang sekolah dan peserta didik yang lainnya meninggalkan kelas. F. Metode among 169

187 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Pamong bertutur kata dengan lembut, tidak memarahi peserta didik yang berbicara tidak sopan, akan tetapi peserta didik tersebut diberi teguran dan nasehat, dan juga berpakaian dengan sopan. Belum terlihat Pamong tidak pernah marah kepada murid. Cara pamong berbicara kepada peserta didik seperti teman. Saat ada perpustakaan keliling datang ke sekolah saat, banyak anakanak yang membaca di depan kantor, namun ada anak yang membaca sambil berdiri, pamong mengingatkan peserta didik tersebut untuk duduk saat membaca. Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik membuang sampah pada tempatnya, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik, dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Kakak kelas dan adik kelas saling membantu, terlihat saat salah satu adik kelas bernama Sb kehilangan botol minumnya, kemudian kakak kelas bernama El membantu Sb mencari botol minumannya. 170

188 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Pamong memberikan tugas/latihan kepada siswa dan dikumpulkan hari itu juga. Belum terlihat 171

189 Hasil Observasi 8 Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Hari/Tanggal : Jumat/03 Juni 2016 Tempat : Ruang Kelas V Waktu : No. Aspek yang diamati Keterlaksanaan Deskripsi Hasil Pengamatan Ya Tidak A. Keteladanan atau contoh 1. Berpakaian dengan sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai dengan aturan dengan memakai seragam biru dongker. 2. Bertutur kata dengan baik Saat anak-anak bertanya Ibu kenapa tidak pernah marah, pamong menjawab kita tidak boleh marah, kalo suka marah-marah nanti kita cepat tua, marah itu tidak baik Pamong mengucapkan salam apabila bertemu orang Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan saat bertemu dengan orang lain. 4. Tidak merokok di lingkungan sekolah Baik pamong maupun peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. B. Kegiatan spontan 1. Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Belum terlihat 172

190 2. Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain C. Teguran 1. Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik 2. Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilai-nilai Belum terlihat Pamong menegur Rn karena berbicara tidak sopan. Pamong memberikan nasehat kepada seluruh peserta didik bagaimana cara berbicara dan bersikap sopan kepada orang lain. yang baik D. Pengkondisian lingkungan 1. Penyediaan tempat sampah Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). 2. Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik 3. Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. E. Kegiatan rutin 1. Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Belum terlihat 2. Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah, namun hari ini peserta didik tidak berdoa saat pulang dikarenakan pamong sudah keluar terlebih dahulu dan peserta didik melakukan kegiatan bebas. 3. Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Dua orang anak melaksanakan piket setelah pulang sekolah dan peserta didik lain meninggalkan kelas. F. Metode among 173

191 1. Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik 2. Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya 3. Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan G. Metode ngerti 1. Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik 2. Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama H. Metode ngrasa 1. Peserta didik akan dididik untuk memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah I. Metode nglakoni 1. Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggung jawab J. Penanaman nilai-nilai budi pekerti 1. Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, menanamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya Pamong berbicara sopan kepada peserta didik. Pamong tidak pernah marah. Pamong juga berpakaian rapi dan sopan. Belum terlihat Pamong Dk masuk ke ruang kelas III yang berada di lantai 2, Ki Dk terlihat asik bercerita dengan beberapa peserta didik, Ki Dk mengajak peserta didik berbicara layaknya seperti teman. Beberapa saat kemudian Ki Dk beserta beberapa peserta didik tersebut bersama-sama membawa kantongan berisi beras menuju kantor pamong yang berada di lantai bawah. Saat salah satu peserta didik bernama Rn berbicara tidak sopan guru menegur dan memberikan nasehat bagaimana cara berbicara yang baik dan sopan. Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik selalu membuang sampah pada tempatnya, mengerjakan tugas yang diberikan oleh pamong dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. Saat pamong selesai mengadakan remedial, pamong keluar meninggalkan kelas dan peserta didik bersama-sama membaca alquran tanpa diperintah oleh pamong. Mereka duduk berkelompok dan membaca al-quran secara bergantian. 174

192 2. Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll 3. Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola 4. Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran 5. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka 6. Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang dalam kelas, dll 7. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll 8. Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar 9. Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian PR dan tugas, pembagian tugas piket, dll 10. Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Kakak kelas dan adik kelas bermain bersama di lapangan sekolah dan terlihat juga kakak kelas mengajak adik kelasnya yang termasuk ABK untuk bermain bersama. Belum terlihat Peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Pamong yang mengajar karawitan tidak pilih kasih kepada peserta didik, hal ini terlihat saat peserta didik ABK juga ikut serta dan tidak ada pembedaan perlakuan. Sesekali pamong mendatangi murid ABK dan mengajari bagaimana cara memukul yang benar, begitu juga dengan peserta didik normal yang lainnya, mereka juga diajarkan cara memukul yang benar saat bunyi yang dikeluarkan oleh alat yang dipegangnya tidak sesuai. Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Belum terlihat Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh pamong Belum terlihat 175

193 Lampiran 3. PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Narasumber : No. Pertanyaan Hasil wawancara 1. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? 2. Bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Pawiyatan? 3. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan kepada seluruh siswa melalui pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Pawiyatan? 4. Bentuk kegiatan apa yang dilaksanakan secara rutin oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi pekerti? 5. Bagaimana cara menanamkan kepada anak peserta didik supaya berpakaian dengan rapi dan sopan? 6. Apakah Ibu memberikan teguran kepada siswa yang berpakaian tidak rapi (kemeja dikeluarkan, siswa perempuan memakai rok pendek di atas lutut, dll)? 7. Bagaimana menanamkan nilai tanggungjawab pada diri peserta didik? 8. Bagaimana menanamkan nilai sosialitas pada diri peserta didik? 9. Bagaimana cara menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik? 10. Apakah nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri peserta didik? 11. Bagaimana menanamkan nilai demokrasi pada peserta didik? 12. Bagaimana nilai kemandirian ditanamkan dalam diri peserta didik? 13. Apakah di sekolah ini ada peraturan tidak boleh merokok? 14. Bagaimana ibu berkomunikasi dengan wali murid termasuk dengan siswa? 15. Hal apa yang spontan dilakukan oleh ibu ketika menjumpai siswa/pamong 177

194 lain yang melakukan hal yang tidak baik? 16. Apakah semua warga sekolah (kepala sekolah, pamong, tenaga kependidikan, peserta didik, dan staf lainnya) konsisten dengan taat terhadap peraturan sekolah (datang tepat waktu, keluar sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, menerima siswa dan mendidik dengan kasih sayang)? 17. Menurut Ibu, bagaimana peran seluruh warga sekolah dalam menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri? 18. Apa kesulitan yang Ibu hadapi ketika menerapkan peraturan sekolah? 19. Bagaimana bentuk dorongan dan motivasi Ibu sebagai kepala sekolah kepada pamong dan karyawan untuk menjadi model atau contoh yang baik dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti? 178

195 Lampiran 4. PEDOMAN WAWANCARA GURU KELAS (PAMONG) Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Narasumber : No. Pertanyaan Hasil wawancara 1. Menurut Bapak/Ibu guru, apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? 2. Apa saja nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan di SD Taman Muda Pawiyatan? 3. Apakah nilai-nilai budi pekerti hanya dikembangkan melalu pembelajaran di kelas? 4. Melalui kegiatan apa saja nilai-nilai budi pekerti tersebut dikembangkan? 5. Bagaimana Bapak/Ibu guru berkomunikasi dengan wali murid dan peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 6. Apakah Bapak/Ibu guru membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam apabila bertemu orang? Bagaimana caranya? 7. Bagaimana Bapak/Ibu guru menanamkan kepada peserta didik supaya berpakaian rapi dan sopan? 8. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru mengajarkan kepada peserta didik agar bertutur kata dengan baik, baik kepada sesame teman maupun kepada pamong dan karyawan lainnya yang berada di lingkungan sekolah? 9. Apakah peserta didik sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya? 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru dalam menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik kepada peserta didik? 11. Apakah Bapak/Ibu guru sudah memberikan penguatan terhadap perilaku peserta didik yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan 179

196 menjadi teladan bagi peserta didik yang lain? 12. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? 13. Bagaimana bentuk teguran yang Bapak/Ibu guru berikan kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? 14. Apakah sebelum memasuki ruang kelas peserta didik diwajibkan berbaris terlebih dahulu? Mengapa? 15. Apakah sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas peserta didik dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu? 16. Apakah setiap harinya peserta didik menjalankam piket kelas? 17. Menurut Bapak/Ibu apakah piket kelas sudah berjalan dengan baik? 18. Apakah Bapak/Ibu guru sering memberikan nasehat kepada peserta didik agar belajar secara rutin dan rajin baik di sekolah maupun di rumah masing-masing? 19. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai budi pekerti? 20. Bagaimana Bapak/Ibu guru menerapkan hukuman kepada peserta didik? 21. Bagaimana Bapak/Ibu guru dalam mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta beragama kepada peserta didik? 22. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru dalam memberikan pengertian kepada peserta didik dalam membedakan mana hal-hal yang benar dan yang salah? 23. Apakah menurut Bapak/Ibu guru peserta didik sudah mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang didapat secara bertanggungjawab? Bagaimana penerapannya? 180

197 24. Apakah menurut Bapak/Ibu nilai religiusitas telah ditanamkan pada diri peserta didik melalui mata pelajaran agama? Bagaimana penerapannya? 25. Apakah menurut Bapak/Ibu nilai sosialitas sudah ditanamkan pada diri peserta didik baik dalam kegiatan berkelompok atau kegiatan olahraga? Bagaimana penerapannya? 26. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengadakan kegiatan kerja kelompok baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 27. Apakah peserta didik sudah dapat bekerja sama dengan baik seperti apa yang Bapak/Ibu guru harapkan? 28. Apakah ada hambatan ketika peserta didik diberikan tugas secara berkelompok? 29. Apakah dalam kegiatan olahraga, peserta didik perempuan dapat bermain permainan laki-laki seperti sepakbola, dll? 30. Apakah sering diadakan perlombaan dalam kegiatan olahraga? 31. Apakah peserta didik sportif dalam mengikuti perlombaan tersebut? 32. Apakah Bapak/Ibu guru sudah menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik pada saat pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas? Bagaimana penerapannya? 33. Apakah saat pembelajaran terkhusus di dalam kelas, peserta didik saling menghargai saat ada yang memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari Bapak/Ibu guru? 34. Apakah pernah dilakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang oleh peserta didik di dalam kelas? 35. Ekstrakurikuler apa saja yang ada di SD Taman Muda Pawiyatan? 36. Apakah nilai kemandirian sudah ditanamkan melalui kegiatan ekstrakulikuler tersebut? Berikan contohnya! 37. Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan PR kepada peserta didik setiap harinya? 181

198 38. Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan tugas setelah materi disampaikan dalam pembelajaran di dalam kelas? 39. Apakah di SD Taman Muda sering diadakan kegiatan kerja bakti? 40. Nilai apa yang ditanamkan kepada seluruh warga sekolah dalam kegiatan kerja bakti tersebut? 182

199 Lampiran 5. PEDOMAN WAWANCARA SISWA Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Narasumber: No. Pertanyaan Hasil wawancara 1. Menurut kamu, apa itu perbuatan baik? Contohnya? 2. Apa itu perbuatan tidak baik? Contohnya? 3. Perbuatan baik apa yang pernah kamu lakukan di sekolah? 4. Apakah kamu diajarkan berpakaian dengan sopan dan rapi? 5. Apakah kamu pernah berkata kasar kepada temanmu? 6. Jika kamu ingin bertanya kepada guru apa yang kamu katakan? 7. Apakah kamu pernah makan sambil berjalan? Mengapa? 8. Apakah kamu selalu membuang sampah pada tempatnya? 9. Apakah kamu mengucapkan salam dan berjabat tangan jika bertemu Bapak/Ibu guru atau yang lebih tua? 10. Apakah kamu pernah melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah? 11. Bagaimana sikapmu ketika kamu meminta tolong kepada temanmu? 12. Apakah kamu pernah dipuji guru karena telah melakukan perbuatan baik? 13. Apakah Bapak/Ibu guru pernah menegur kamu jika kamu tidak berpakaian rapi? 14. Apakah kamu pernah dinasehati oleh Bapak/Ibu guru agar kamu melakukan perbuatan baik? 15. Jika kamu melakukan hal yang tidak baik apa yang dilakukan Bapak/Ibu guru kepadamu? 16. Apakah kamu pernah membaca slogan yang ditempel pada dindingdinding sekolah? Bagaimana bunyinya? 183

200 17. Apakah kamu pernah membaca aturan dan tata tertib yang ditempel di dinding-dinding sekolah? 18. Apakah sebelum memasuki ruang kelas harus berbaris terlebih dahulu? 19. Apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berdoa terlebih dahulu? 20. Apakah di kelasmu ada pembagian tugas piket kelas? 21. Apakah kamu selalu menjalankan tugas piket? 22. Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan PR setiap hari? 23. Apakah kamu selalu mengerjakan PR yang diberi guru dan mengumpulkannya tepat waktu? 24. Apakah Bapak/Ibu guru sering memberikan tugas/latihan di kelas saat pembelajaran? 25. Apakah kamu selalu belajar rutin di rumah? 26. Apakah kamu sungguh-sunguh mengerjakan tugas/latihan yang diberikan Bapak/Ibu guru di kelas? 27. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan contoh yang baik kepadamu? 28. Apakah kamu pernah melanggar peraturan? 29. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan hukuman kepadamu jika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan? Jika iya, apa saja hukumannya? 30. Apakah kamu pernah diajarkan Bapak/Ibu guru bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan bertata krama dengan baik? 31. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengadakan kerja kelompok saat pembelajaran di kelas? 32. Apakah dalam kegiatan olahraga, murid perempuan pernah bermain sepakbola? 33. Apakah Bapak/Ibu guru pernah pilih kasih saat kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 34. Apakah kamu mendengarkan dengan baik ketika ada temanmu yang sedang memberikan pendapat? 184

201 35. Apakah kamu selalu berkata jujur baik kepada temanmu maupun kepada Bapak/Ibu guru? 36. Apakah di kelasmu pernah melakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang? 37. Apakah kamu jujur ketika memeriksa hasil ulangan atau latihan temanmu? 38. Kegiatan ekstrakurikuler apa yang kamu sukai? Mengapa? 39. Dari kegiatan ekstrakurikuler yang kamu ikuti, pelajaran apa yang kamu dapat? 40. Pernahkah dalam kegiatan olahraga diadakan perlombaan? 41. Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah? 185

202 Lampiran 6. TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Hari/Tanggal : Rabu/15 Juni 2016 Tempat : Ruang Kepala Sekolah Sumber : Kepala Sekolah (AR) : Menurut ibu yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti itu seperti apa, Bu? : Budi itu kan dari kalbu, dari hati nurani ke dalam, pekerti itu kan hubungannya dengan pengertian yang di luar yaitu tingkah laku kita, kalo dihubungkan dari tingkah laku dan dari dalam berarti kan menjadi satu bahwa kita akan mencetuskan dari kelakuan yang terbaik, nah kelakuan yang terbaik dari pendidikan budi pekerti itu kita memberikan ajaran ke anak adalah contoh-contoh yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro, dari ajaran Ki Hajar Dewantoro di situ kan ada di sistem amongnya, kalo untuk contoh dari guru adalah yang tiga itu, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Kalo dalam budi pekertinya itu di situ sudah ada semuanya. Kita harus mencontohkan yang terbaik dari tingkah laku, dari perkataan, dari perbuatan, dari berpakaian, dari sikap kita menerima, dari kita memberikan contoh anak melakukan sesuatu, dari kita memberikan kehidupan sehari-hari, dalam pembiasaan, semuanya itu masuk ke dalam budi pekerti itu. : Menurut Ibu implementasi pendidikan Budi Pekerti di SD ini sudah seperti apa, Bu? : Yang saya lihat selama saya hampir dua belas tahun di sini ya, jadi saya juga belajar dari teman dari siswa dan juga dari atas-atasan juga dari orang-orang yang bantu di sini, dan implementasi yang saya lihat dari teman-teman semuanya dan terutama saya implementasikan dari ajaran Ki Hajar Dewantoro itu saya melihat dari yang sering saya dengarkan, yang sering saya ikut kumpulan, yang sering saya baca dan sebagainya itu, kita melihat di situ bahwa dari sini pamong-pamong sini luar biasa sudah menjalankannya setiap hari, hanya mungkin karena yang orang baru atau anak baru itu kadang dia sudah dikasih pelajaran itu, tapi untuk yang pamong itu mungkin kadang karena mengikuti jaman jadi belum mirip sekali dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro, contohnya kalau ajaran Ki Hajar Dewantoro itu anak dengan pamong itu bagaikan dia dengan anak sendiri itu satu, yang kedua dia bagaikan teman kita sendiri, yang ketiga dia bagaikan bos kita. Bos itu kan harus kita ikutin apa perintahnya kan, maksudnya bos di sini sebagai orang yang paling kita hormati karena anak adalah titipan dari Tuhan untuk kita, sedangkan kita menganggap anak itu sebagai teman supaya anak itu akrab dengan kita, supaya dia bisa mengungkapkan segala isi hatinya, dan supaya pamong bisa tahu opo toh karepe anake dewe. Nah itu memang kita membenahi itu, kita membiasakan dari teman-teman dan kita juga harus saling mengingatkan. Karena dari kebiasaan-kebiasaan itu jaman sekarang saya sering kalo ada yang datang ke sini dan kurang sopan mohon maaf pakai celananya celana atau pakai baju?, dan saya langsung nengok dan mohon maaf pakai sepatu ya, Mbak!, itu salah satu pembiasaan. Itu juga budi pekerti, bagaimana kita berpakaian itulah cerminan diri dari kita. Dari pamong-pamong itu semuanya sudah mbak, hanya saja mungkin dilihat masih ada satu dua yang berbicaranya masih kurang keibuan, atau mungkin masih kurang itu karena faktor usianya yang masih muda atau mungkin ingin merasa lebih akrab sehingga disesuaikan dengan jaman sekarang, tetapi kita harus ada batas-batas atau koridor-koridor tertentu. Kita kan menyapa, kita merangkul dan memeluk anak, tapi kalo anak terus melunjak tangannya dan sebagainya, ya kita harus beritahu dan kita nasehati. Nah yang kita harus memberikan bimbingan saat anak itu berada di posisi sebagai anak didik, anak kan ga ngerti sopan santun itu apa, ga ngerti itu 186

203 pakaiannya, ga ngerti itu omongannya dan sebagainya, kalau saya cuma saya balikan aja kalau kata-kata, saya juga pernah ada kata-kata dan budi pekerti anak itu yang tidak sopan, saya sering dengar dan saya kumpulkan dari data-data itu dan dia sering mengatakan kok guru tidak melawan ya kalau dibilang dengan kata-kata yang tidak pas?, nah saya juga langsung mengatakan seperti apa yang dia katakan, terus dia terkejut kok saya bisa ngomong juga seperti itu?, kasar contohnya kaki empat, atau bajingan pokoknya segala macam kata-kata yang di tidak pantas, saya langsung balikan ke anak itu, nah itu juga subterapi untuk budi pekerti anak itu. Karena anak itu juga terkejut, anak itu langsung ngomong Bu Anas kok ngomongnya kayak gitu, saya sakit hati, nah baru saya ulas itu itu juga sama seperti apa yang kamu katakan, coba Bu Anas cubit kamu, sakit kan? sama Bu Anas juga sakit kalau kamu cubit, dengan kata-kata dengan cubitan dan sebagainya, sama kita merasakan sakitnya, nah habis itu kalau dia bersikap sopan terus saya bilang hebat saya puji, nah sekarang dia sudah jarang berkata-kata seperti itu, walau dengan orang lain kadang masih sesekali berkata kasar, nah itu kita tidak bisa seratus persen langsung membalikkan sifat anak, tapi dalam keluarga dengan kasih sayang. Begitu cara kita ke anak. : Berarti kesimpulannya anak itu kita ibaratkan ada di tiga posisi ya, Bu? Sebagai teman, sebagai bos dan sebagai anak didik. : Iya. : Menurut Ibu nilai-nilai apa saja yang ditanamkan kepada seluruh warga sekolah tidak terkecuali siswa, guru, pamong dan semua karyawan di sini, nilai-nilai budi pekerti apa saja yang dikembangkan dan yang harus ditanamkan kepada seluruh warga sekolah? : Nilai-nilai budi pekerti tersebut semuanya sudah ditanamkan di sini, hanya saja yang menerima dan yang menanamkan mungkin ada kurang lebihnya, gitu. Kami menanamkannya semua, apalagi saya setiap hari. Apalagi contoh-contoh yang tua, itu menurut saya luar biasa, sudah sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Kadang kita tidak tahu pun kita tanyakan siapa jenengan, dan untuk apa ke sini dan sebagainya kadang yang lebih tua. Nah itu sebenarnya contoh dari nilai kesopanan, tapi anak sekarang atau pamong yang gaul itu kadang tidak peka akan itu, itu salah satu penanaman kedisiplinan, sopan santun, ramah tamah kepada orang dan nilai yang lainnya. Dan saya menanamkannya kepada teman-teman itu biasanya dalam setiap rapat, rasa cinta tanah air dan suku bangsa itu kita tanamkan dengan menyanyikan lagu Jawa sebelum memulai rapat. : Bentuk kegiatan apa saja, Bu yang dilaksanakan secara rutin oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi pekerti tersebut? : Senyum, salam, sapa itu setiap pagi ya. Itu merupakan salah satu tugas piket pamong yaitu manyambut siswa dengan senyum, salam dan sapa. Itu dilaksanakan setiap paginya. Terus pulang kita juga biasakan salam. Juga mau masuk kelas itu kita berbaris dulu, urut siapa yang paling disiplin barisnya boleh masuk duluan, masuk kelas itu juga salam dahulu, setelah itu masuk trus kita berdiri dulu menyanyikan lagi Indonesia Raya, setelah itu kita berdoa, setelah berdoa mengucapkan salam lagi. Untuk pulangnya juga begitu, sebelum pulang kita berdoa terlebih dahulu. Untuk religius itu ya pesantren kilat, tapi untuk Katholik juga ada, yang untuk Kristen juga ada, untuk yang Budha itu juga ada, tapi beda-beda namanya, hanya kalo yang Muslim namanya pesantren kilat. Di sekolah kita itu yang akan kita laksanakan besok untuk tanggal 17 dan 18 itu adalah pesantren kilat dan budi pekerti. Nah di situ nanti kalau yang pesantren kilatnya khusus untuk yang beragama Islam, tapi pas yang budi pekertinya itu keseluruhan, nah semua di situ dikelolalah untuk ajaran Ki Hajar Dewantoro yang berisi budi pekerti, itu tiap tahun. Ada lagi nanti tanggal 26 kita seluruhnya kerja bakti di taman mahkam pahlawan, setelah bersih besoknya kita ziarah ke sana membawa bunga, supaya anak-anak tahu bahwa kita masih berhubungan dengan yang sudah tidak ada, itu sudah ada agendanya mbak. Selain 187

204 itu kita di sini juga merayakan setiap hari besar Agama, di sini kita ada lima agama, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha. Kalo Hindu misalnya kita merayakannya ke kuil, saya biasanya ikut, kalo Kristen kita merayakan dan pergi ke Gereja seperti hari raya Paskah juga kita rayakan mbak di sekolah, kita ada lomba bungkus telur dan sebagainya. Dan untuk keolahragaan juga iya loh mbak, budi pekerti itu juga dimasukkan loh, kalau untuk mapel itu sudah setiap kali, di situ juga sudah dimasukkan ya, itu sebenarnya sudah masuk ke dalam indikator-indikator tertentu di situ. : Bagaimana cara ibu menanamkan kepada peserta didik supaya terbiasa berpakaian rapi? : Kita kan punya aturan, satu aturan di kelas, satu aturan di sekolah ya, begitu ada peserta didik yang baru datang ke sini, ini loh seragam yang kita pakai untuk hari ini dan sebagainya, terus saat hari pertama masuk itu juga kita sosialisasikan tentang aturan itu, terus kita setiap hari Senin saat upacara ada yang tidak berpakaian rapi dan tidak sesuai aturan, satu kali dua kali tidak papa, tapi tiga kali dan seterusnya kita kasih tahu, tapi nanti kalau sudah dikasih tahu anaknya tetap ga bisa baru kita kasih tahu ke orang tuanya. Nah biasanya di situ saya kasih disiplin, saya panggil si A dan anak yang tidak rapi itu di situ coba nak, pilih salah satu, dari ini sama ini, manis yang mana, bagus yang mana, sesuai yang mana..? dia langsung jawab ini yang ini.., nah itu sudah salah satu contoh oh berarti kalau saya milih yang terbagus berarti saya juga harus seperti itu.., dengan sendirinya nanti anak itu meniru, anak itu sebenarnya sudah tahu sendiri. Dan juga kalau ada pamong yang salah, juga kadang justru anak-anak yang langsung menegur Pak, Bapak ni ga sopan.., nah saat itu anak berperan sebagai teman, karena apa dia berani untuk mengatakan bahwa bapak itu salah, karena dia diajarin seperti itu kok, yang mengajari dia justru seperti itu, anak akan beragumen terus. Karena kalau budi pekerti itu harus dari diri kita sendiri dulu, jadi kita memberikan contoh dari diri kita sendiri dulu, baik dalam hal berpakaian, bersikap, maupun bertatakrama, kalau kita belum sesuai kok kita ngajarin, ya tetap ga sempurna, Mbak. Tapi kita juga harus tetap berproses oh kemaren saya kurang ini kurang ini... Dan saya sendiri tidak mau mbak, kalau bawah sampai atas itu belum rapi saya tidak akan berangkat duluan, gitu. Itu cara kita ya dari kita dulu. : Berarti secara tidak langsung teguran yang ibu berikan kepada siswa itu seperti itu ya, Bu? cari siswa lain sebagai contoh yang rapi dan siswa yang tidak rapi itu disuruh menilai sendiri. : Iya, Mbak. : Bagaimana cara menanamkan nilai tanggungjawab pada diri peserta didik? : Ada PR mbak, ada tugas di rumah, ada tugas di sekolah yang diberikan pamong. Misalnya untuk tugas PR ada anak kelas V yang tidak membuat PR, saya bawa anak tersebut masuk ke kelas III Permisi bu, mau menitipkan anak-anak yang malas di sini saya suruh anak itu mengerjakan PR di kelas III sampai selesai dengan tenang dan tidak mengganggu anak-anak yang lainnya. Nanti adek-adek kelasnya itu ada yang ngomong yaahh mas kok malas?, nah dia malu sendiri. Besoknya lagi dia ga mau seperti itu. Begitu juga yang lain, yang kelas II nanti duduk di kelas VI, dan kelas VI duduk di kelas II, yang kelas II kan takut kalau duduk di kelas VI, seperti itu. Abis itu lama-lama abis, dan saya udah ga pernah lihat lagi. Nah, itu disiplin untuk memberi tanggungjawab anak. Ada lagi anak yang nangis karena dia lupa membawa alat prakarya, hari itu dia sudah siapkan tapi dia lupa membawa, lalu dia menelfon ibunya minta dibawakan ke sekolah, padahal rumahnya itu kan jauh-jauh, itu dia nangis sampai ga mau masuk kelas karena dia merasa itu tanggungjawab dia. Semuanya, baik dari pakaian dari bicara dari tingkah laku, dari cara belajar pembelajaran itu kami juga untuk yang pamong-pamong ini sudah berusaha membuat anak-anak bertanggungjawab. 188

205 : Bagaimana cara menanamkan nilai sosialitas pada diri peserta didik, Bu? : Kalo yang saya lihat itu banyak sekali mbak cara teman-teman pamong untuk menumbuhkan nilai sosial anak. Salah satunya misalnya dalam kegiatan kelompok pada saat olahraga contohnya dibentuk kelompok bermain. Begitu juga di dalam kelas mbak, biasanya pamong memberikan tugas berkelompok. Dari situ ada nilai keadilan, nilai kerjasama, saling membantu dan lain-lain. : Untuk nilai keadilan itu seperti apa ya cara ibu dan pamong menanamkannya kepada peserta didik? : Yang saya lihat setiap hari itu pamong tidak pernah membeda-bedakan anak. Pamong itu sudah luar biasa, mengerti setiap kebutuhan anak didiknya, baik anak yang normal maupun ABK, tidak ada pilih kasih. Yang saya lihat dari setiap paginya, kalo saya masuk kelas itu pamong memperlakukan semua anak didiknya sama, juga dalam pembagian kelompok. : Menurut Ibu apakah nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri peserta didik? : Oh itu sudah terlihat mbak, misalnya saja saat upacara itu kita memanggil anak-anak yang melanggar peraturan, ada anak itu yang sebenarnya dia sudah betul memakai kaos kaki putih namun karena dia tidak memakai kaos kaki putih dari sekolah dia maju ke depan, saya kaget kemudian saat saya tanya dia melanggar apa dia menunjukkan kaos kaki putihnya yang tidak ada lambang seperti yang disediakan sekolah, padahal lambang itu sebenarnya tidak tampak ditutupi sama celananya. Tapi dia tetap maju dan mengakui kesalahannya. Begitu juga untuk yang terlambat, dia tidak ikut baris dalam upacara, kemudian setelah selesai upacara kita beri pengumuman bagi yang terlambat silahkan maju berbaris di depan, anak yang terlambat itu maju. Jadi nilai kejujuran pada anak itu sudah tertanam. : Menurut ibu bagaimana cara pamong menanamkan nilai demokrasi pada anak? : Yaaa misalnya melalui pelajaran Pkn, IPS itu sudah ada diajarkan nilai-nilai demokrasi, tertanam sekali. Trus demokrasi kita juga terlihat saat anak-anak mempunyai pendapat, bagaimana dia menyatakan pendapatnya, bagaimana sikapnya dan sebagainya. Itu sudah tertanam dalam diri anak. : Menurut ibu bagaimana nilai kemandirian dalam diri peserta didik? : Luar biasa, yang sering saya lihat itu pada saat tidak ada pamongnya. Pada saat tidak ada pamongnya, tugas apa yang diberikan pamong itu langsung dikerjakan, besoknya itu sudah siap dikumpulkan. Contohnya yang lain mbak, misalnya dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka, melatih kemandirian anak, ekstrakurikuler itu terlaksana untuk kelas III sampai kelas VI. : Bagaimana ibu berkomunikasi dengan wali murid dengan siswa dan semua warga yang ada di sekolah ini, Bu? : Iya, kami kan kalau pertama kali mahasiswa baru itu di ajaran baru, nah itu kan berkelanjutan, setelah berkelanjutan kita ada pertemuan paguyuban dari kelas 1 sampai kelas 6, itu sosialisasi dan ada lagi kalo misalnya ada keperluan atau butuh sesuatu itu kita biasanya setiap tahun semuanya dari kelas 1 sampai kelas 6 punya program semuanya, dan ada lagi pertemuan khusus dari paguyuban yang ABK nah saya yang mengelola, itu setiap kali ajaran baru. Setelah setengah tahun mid semester kita bertemu dengan pamong-pamong dan orang tua dengan memberikan hasil dari siswa-siswanya, tapi sebelum itu kita kalau ada orang tua dari siswanya yang membutuhkan sesuatu, kita biasanya memberikan bantuan, kalau tidak dari kumpulan komite itu tadi, komite itu biasanya ada perwakilan, nah itu berjalan selama semester satu sampe mid semester 2, itu selalu ada pertemuan, baik pertemuan antar pamong-pamong dan pamong-pamong 189

206 dengan wali murid. Terus sekarang lebih canggih lagi kan mbak, kalau pertemuan kita ada hp ya, masing-masing paguyuban dan GPK buat grup, GPK itu ada GPK pribadi dan GPK buat seluruhnya, nah biasanya kalau mau ada pertemuannya pertama saya share di grup, jadi untuk komunikasi lebih cepat dengan cara itu, baru kita susulkan dengan surat atau pemberitahuan secara lisan. : Apakah di sekolah ini ada peraturan tidak boleh merokok Bu? : Iya itu jelas sekali, baik saya, pamong, semua karyawan dan peserta didik tidak boleh ada yang merokok selagi berada di lingkungan sekolah, karena dampaknya sangat tidak baik bagi seluruh warga sekolah. Merokok itu tidak baik bagi kesehatan, dan juga sangat tidak baik jika dilihat oleh peserta didik. Tidak etis rasanya jika kita melarang peserta didik untuk tidak boleh merokok sementara ada pamong atau karyawan sekolah yang merokok di lingkungan sekolah. : Hal spontan apa yang pernah ibu lakukan ketika menjumpai siswa atau pamong lain yang melakukan hal yang tidak baik, Bu? : Biasanya kalau untuk siswa itu sudah diatur dulu oleh pamong, kalo pamongnya yang tidak baik saya bisa menutupi di depan umum, tapi setelah itu saya tarik ke ruangan saya, saya beri pengertian, saya tulis di situ, saya catat, itu masuk sebagai supervisi. Dan untuk hal seperti itu terkadang tergantung masalahnya. Masalahnya misalnya dalam perkataannya di depan umum, contohnya kalau pamong sering berkata Lu sih.., itu kan kata-kata yang tidak sesuai dengan kita, nah saya gantian Lah, Lu kok berani sama saya itu gimana?, nah itu kan pengembalian dari kata dan dia mengerti, oh berarti dia tidak senang dengan kata-kata seperti itu. Terus lagi kalau jaman modern sekarang kan sering menyapanya seperti Hai bro, hai.. itu kan tidak sesuai, seharusnya dengan Salam, selamat pagi.. dan sebagainya itu kan itu sudah sebagai suatu sapaan dan meresap ke dalam hati, salam adalah menyapa dari kita bahwa hari ini yang menyalam itu selamat, bahagia dan mendoakan, dan yang disalamin itu supaya dia selalu bahagia, itu sudah menjadi kebiasaan dan sudah saya tanamkan selama saya disini. Jadi itu tergantung masalahnya, tidak harus dia dipanggil secara pribadi itu tidak. Kalau untuk pakaian dan sebagainya itu saat kita bersama-sama, pada saat rapat itu kita bicarakan Teman-teman setuju tidak kalau... nah itu kita bahas tentang pakaian, dan untuk perkataan juga sering kita bahas dalam rapat, bagaimana supaya kita tidak jauh dari koridor-koridor yang telah kita musyawarahkan. : Menurut ibu apakah semua warga sekolah seperti pamong, kepala sekolah, siswa dan semua staf yang ada di sini sudah taat terhadap peraturan sekolah, Bu? : Belum semuanya, Mbak. Namanya kehidupan itu ada seninya, ada halangannya, ada kekurangan ada kelebihan, itu tidak akan sempurna, dan kita mencari yang mirip dengan sempurna. Yang mirip dengan sempurna itu satu, kita sebagai teman tadi kita mengingatkan, kalau sebagai atasan kita memerintah dengan memberi dorongan dan solusi, untuk yang sebagai teman itu kalau kita tidak jeli kadang suka sakit hati kalau ditegur, apalagi kalau langsung menegurnya di depan umum. Yang namanya disiplin itu biasanya kebiasaan dari dalam diri kita sendiri yang sudah ditanamkan oleh orangtua dari rumah. Saya itu mbak, misalnya untuk yang namanya berangkat ke sekolah, biasanya kalau sudah lewat dari setengah tujuh Mbak, rasanya sudah gemetaran, karena apa sudah kebiasaan, dan saya juga tidak pernah pulang kalau sebelum jam dua. Jadi namanya berangkat itu, kalau sudah waktunya biasanya saya sebelum jam itu sudah berangkat duluan, karena memang sudah jadi kebiasaan saya. Itu biasanya kalau kita terapkan ke orang lain tidak bisa kita paksakan, jadi harus dari dalam diri kita sendiri, atau biasanya kita beri contoh, tapi kalau dengan contoh tidak bisa ya dengan kesepakatan aturan dalam musyawarah bersama, kita kan punya dua aturan dari sekolah dan dari dinas, kalau dengan kesepakatan juga tidak bisa baru kita panggil. Kalau anak-anak malah lebih mudah mbak, dengan contoh anak-anak itu biasanya sudah mengerti, dan kadang saya 190

207 juga sering ajak anak ngobrol, kenapa dia bisa telat, kenapa dia melakukan ini itu, begitu, Mbak : Oh begitu ya, Bu. Bagaimana menurut ibu peran seluruh warga sekolah dalam menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri? : Di sini kita ada pembiasaan semutlis tiap Jumat pagi mbak. Semutlis itu semenit lingkungan bersih, itu begitu kita selesai dari olahraga, itu kita membersihkan sampahsampah yang ada di depan kelas, depan kantor, dan halaman sekoah secara bersamasama. Sebenarnya di lingkungan ini juga sudah di sediakan fasilitas seperti tempat sampah itu sudah ada tiga jenisnya Mbak, tapi dari lingkungan ini belum semuanya menjaga, di sini kita lingkungannya kan bergabung Mbak, TK, SD, SMP, nah kalo kantin itu kita juga bergabung, kalau membuang sampah anak-anak SD di sini sudah tahu ada peraturan di denda Mbak, jadi mereka sudah saling mengingatkan tapi terkadang siswa yang lain mungkin siswa SMP nya kan kadang tidak ketahuan. Terus juga ada lomba kebersihan, saya selalu menyarankan ketika besok ada acara agustusan misalnya, ada yang bertanya Bu, besok acara tujuh belasan mau apa..? terus saya jawab Lomba kebersihan nomor satu, yang lain-lain nomor dua boleh, saya selalu tekankan seperti itu.., biasanya itu lomba antar kelas dari kelas 1 sampai kelas 6, dan biasanya kita apresiasi dengan memberi hadiah. Terus nanti setiap hari jumat kan anak-anak ada senam, sebagian saya ajak Ayo yang ada taman-taman di depannya bersihkan sampah-sampah yang ada di taman-taman di depannya. Terus kita juga ada lomba penghijauan, nanti di depan kelas itu ada banyak tanaman-tanaman hijau. Saya juga sering kalo pagi-pagi itu ngajak anak-anak buat siram tanaman-tanaman yang ada di depan ini dan kadang-kadang saya dan semua pamong juga termasuk anak-anak ambil sapu nanti kita bersih-bersih bersama. Kadang saya bawa bunga dari rumah dan saya tanam di depan sekolah. : Bagaimana bentuk dorongan dan motivasi Ibu sebagai kepala sekolah kepada pamong dan karyawan untuk menjadi model atau contoh yang baik dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti, Bu? : Kita sering sharing misalnya pada saat jam istirahat, dan kadang saya memberitahukan pamong-pamong kalo hari ini kita mengadakan evaluasi, kita saling terbuka, Mbak. Misalnya ada guru yang belum mampu menghadapi tingkah anak, saya terus menerus memberikan semangat Ayo Bu ora popo, sesok mesti iso, lebih muda lebih berpengalaman, apalagi sarjana jaman saiki lebih apik-apik banget, kalah kok sarjana wong bien.. : Apa kesulitan yang Ibu hadapi ketika menerapkan peraturan sekolah? : Ya namanya peraturan itu ada yang patuh ada yang engga, pasti ada yang tidak suka ada yang mau menjalankannya, untuk yang tidak suka kita lebih sering memberikan contoh, misalnya ada anak yang tidak mau pakai baju yang sesuai dengan aturan, ya gak papa, kita contohkan aja, kita tetap pakai baju yang sesuai aturan, ketika kita bertemu dengan anak yang tidak sesuai aturan tadi Dek, bajunya sekarang untuk batik berarti satu malam ga tidur ya? loh kenapa?, Lah batiknya beda.. saya jawab begitu. Terus misalnya ada yang telat Wah pasti tadi malam tidurnya kemalaman ya..? Lah kenapa?, terus saya jawab Hari ini siang berangkatnya?. Tapi biasanya sebelum saya mengajukan aturan-aturan pasti saya musyawarahkan terlebih dahulu, misalnya Hari ini ada aturan begini, yang bisa kita terapkan mana, yang tidak kita sukai yang mana, yang suka dulu siapa silahkan tunjuk jari, dan kenapa suka? dan seterusnya, mereka memberikan masukan satu persatu, dan akhirnya terjadi suatu kesepakatan bersama. Seperti itu, Mbak. 191

208 Lampiran 7. TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GURU KELAS (PAMONG) Catatan Wawancara 1 Hari/Tanggal : Selasa/17 Mei 2016 Tempat : Ruang Kelas 1 Sumber : Wali Kelas 6 (Lr) : Menurut ibu, yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti itu seperti apa, Bu? : Pendidikan budi pekerti itu pendidikan yang mendasari sifat, sopan santun, dari adat kebiasaan, terus tingkah laku, pola asuh guru juga, jadi yang dinamakan dengan budi pekerti itu suatu tindakan untuk mengemas anak itu menjadi lebih berkarakter juga. : Seberapa penting menurut ibu pendidikan budi pekerti di Sekolah Dasar? : Oh penting sekali, karena kalau sekolah dasar kan nanti akarnya, dasarnya, bagaimana sifat seorang manusia untuk melanjutkan ke depannya, jadi untuk ke jenjang yang lebih tinggi atau berikutnya kalau misalkan akarnya itu kuat berarti nanti di SMP dan SMA nya pun kalau mendapat pembelajaran atau temen yang jelek itu dia sudah bisa menyaring. Tamansiswa itu yang lebih ciri khas nya itu yang pertama yaitu budi pekerti, khasnya itu adalah cium tangan, menundukkan kepala, itu selalu. : Walaupun mungkin posisinya sudah lebih tinggi, Bu? : Iya, anak didiknya udah jadi pejabat pun tetap harus rendah hati. : Menurut ibu nilai-nilai budi pekerti apa saja yang dikembangkan di SD ini, Bu? : Yang pertama adalah seperti norma lah, senyum sapa seperti itu, dan kalo pagi kita kan ada khusus berbahasa Jawa. : Apakah dalam satu kelas tersebut adalah orang Jawa semua, Bu? : Oh engga Mbak, ini malah banyak sekali setiap kelas pasti ada anak yang bukan orang Jawa. : Terus mereka belajar seperti apa, Bu? : Mereka tetap mencoba, walaupun dia menggunakan kromo lugu tetapi seorang guru wajib untuk misalkan Ini salah kosakatanya, yang benar itu seperti ini.. jadi ga langsung mengatakan Kamu salah..! tidak seperti itu. Dan jangan sekali-kali menunjuk anak, membentak anak, karena nanti kan itu namanya penilaian sampai besok, ketika anak didiknya tua pasti dia diingat Dulu aku pernah dibentak sama guru ini.., jangan sekali-kali. : Contohnya bu nilai-nilai dari budi pekerti itu seperti apa misalnya? : Sosial anak perorangan sama perorangan, perorangan sama kelompok, misalnya anak dengan anak itu contohnya membantu temennya yang kurang paham atau kurang mendengarkan, seperti itu. Iya kalau tutor sebaya itu kan sepertinya lebih berhasil, seperti ibaratnya ga mau diatur sama yang lebih besar, jadi anak itu jarang sekali yang mau, ya pengennya sebaya dengan dia. : Apa nilai-nilai budi pekerti itu hanya dikembangkan melalui pembelajaran saja, Bu? 192

209 : Tentu saja tidak, Mbak. Nilai budi pekerti itu juga dikembangkan pada saat kegiatan di luar kelas, banyak sekali sebenarnya, bisa dari kegiatan ekstrakurikuler juga, di sini ekstrakurikulernya banyak. Dan juga dari pembiasaan sehari-hari bagaimana mereka bergaul dengan teman saat bermain di luar kelas, bagaimana sikap mereka saat berbicara dengan pamong, saat bertemu pamong. : Menurut ibu melalui kegiatan apa saja nilai-nilai budi pekerti tersebut dikembangkan? : Ya seperti tadi dari kegiatan ekstrakurikuler. Terus biasanya kalau hari-hari besar agama kita saling menghargai, semua hari besar agama kita rayakan. Misalnya ada acara perayaan Natal, semua siswa berpartisipasi termasuk yang beragama Islam, jadi yang beragama Islam pun ikut mengisi acara. Kita juga ada antar kelas kita lomba kebersihan, lomba kreatifitas menghias kelas, itu sering sekali. : Kalau boleh tahu, bagaimana komunikasi ibu dengan wali murid dan peserta didik di dalam kelas? : Kita itu saling keterkaitan, jadi engga hanya orang tua murid tetapi tokoh-tokoh masyarakat sekitar juga iya, contohnya seperti kemaren doa bersama itu yang diundang RT/RW sekitar sini, Bu Lurah, Pak Lurah, Pak kepolisian. Pokoknya keterkaitan untuk ke depannya untuk saling komunikasi itu tetep diundang dan mereka juga alhamdulilah datang juga. Jadi, mudah sekali ada buku penghubung yang pertama. : Buku penghubung itu seperti apa, Bu? : Buku penghubung itu setiap anak wajib mempunyai, seandainya misalkan saya perlu tahu, oh anak ini kenapa melorot nilainya, turun nilainya karena apa, kita bisa konsultasi antar perorangan loh ini ya, terus kalau misalkan ada entah itu kesalahpahaman kelompok kita bisa kelompok mengundang nanti bisa menggunakan whatsaps, misalkan seperti itu. Jadi, tiap hari guru itu kalau ngajar di sini itu 24 jam. Minggu pun kayak kemaren salah satu orang tua siswa konsultasi lebih baik anak saya masuk di SMP mana, seperti itu. Jadi guru kelas 6 itu mengantarkan sampai mendapat SMP. : Tidak ada batas ya, Bu? : Iya guru itu seperti dokter. Jadi ketika dipanggil ya kita harus siap kapanpun. : Bagaimana ibu membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam apabila bertemu orang? : Biasanya kalau siswa bertemu dengan pamong itu saling berjabat tangan, semua pamong itu menyongsong anak didiknya itu bagaikan seperti teman. Jadi, untuk mengecilkan jarak antara pamong dengan siswa. Di sini itu pamong itu panggilannya Nyi sama Ki, Ni itu untuk kalo belum punya suami, kalo Nyi itu yang sudah, kalo yang Ki untuk yang laki-laki. Jadi ga ada yang namanya di sini panggilan ibu guru itu ga ada. Ibu guru rasanya kita juga asing. : Oh begitu ya, Bu. Lalu bagaimana cara ibu menanamkan kepada peserta didik supaya berpakaian rapi dan sopan? : Penentuan seragam itu sudah seperti gambar seperti contoh pada waktu awal, panjang pendeknya itu kan sudah ditentukan di awal. Setiap hari senin saat upacara itu kalau ada siswa yang melanggar biasanya ada barisannya sendiri untuk anak-anak yang tidak berpakaian sesuai aturan, biasanya anak-anak itu malu kalau masuk ke barisan itu. Saya biasanya kalau anak-anak besar kan udah bisa dikasih tugas take home, take home itu nanti tambahan buat dia, jadi yang seharusnya bisa main game dia harus mengerjakan tugas. Di sini biasanya kalau ada anak yang kurang mampu itu kita bantu belikan seragam baru, karena kita ada subsidi dari guru-guru. 193

210 : Jadi ada subsidi, Bu? : Iya ada subsidi silang. Itu dari guru-guru, misalkan anak saya bajunya sudah lecek, kita membelikan. Itu kita panggil anaknya sendiri, jangan langsung kasihkan di kelas ya malu lah. Di kelas saya ada siswa yang sering minta-minta makanan ke orang, tapi saya tidak langsung menjudgement orang tuanya tidak perhatian sama anaknya, kemungkinan dia tidak punya, mungkin ayah ibunya baru proses apa, cerai. Banyak banget seperti itu. : Bagaimana cara ibu mengajarkan kepada peserta didik agar bertutur kata dengan baik, baik kepada sesama teman maupun kepada pamong dan karyawan lainnya yang berada di lingkungan sekolah? : Biasanya saya beri nasehat kepada anak-anak. Ketika saya menemukan peserta didik yang berbicara tidak sopan, saya tidak langsung memarahi akan tetapi menegur dan memberikan nasehat atau pengertian kepada peserta didik tersebut. : Menurut ibu apa murid-murid di sini semuanya sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya, Bu? : Sudah, jadi kita setiap kelas ada 2 tempat sampah di depan kelas satu untuk organik dan satu lagi untuk non organik. Kita juga ada reward, kalo misalkan nanti kelasnya terbersih, terkreatifitas itu tiap tahunnya pasti diumumin. Jadi di sini itu untuk ucapan rasa terimakasihnya itu timbal baliknya pasti ada. : Bagaimana cara ibu dalam menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik kepada peserta didik? : Biasanya dengan nasehat dan aturan-aturan kelas yang sudah ditetapkan dari awal. Selain itu juga kita memberikan contoh bagaimana bertingkahlaku baik dan sopan. Saya juga sering mengajak anak-anak itu untuk menonton film-film yang tentunya mengandung makna dan nilai-nilai yang baik. : Apakah ibu sering memberi pujian sebagai bentuk penguatan jika siswa sudah berperilaku baik, Bu? : Sering sih. Biasanya kalau anak itu dipuji dia semakin termotivasi. Dan saya juga sering kasih semangat kepada anak-anak. : Apakah ibu memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah, Bu? : Kan kadang kan hukuman jeleh ya kan, mungkin kalau anak kayak gitu tu memang udah seperti itu. Biasanya anak-anak yang seperti itu, itu tu problem keluarga. Jadi saya ga langsung kamu nakal. Wooo ga seperti itu, jadi kita ya kayak tadi itu, nyari tahu keluarganya seperti apa. Trus nanti kalau kita udah kewalahan kita mengassesment ke psikolog, kesehatan. Kadang-kadang misalkan, makanan sekarang berpengaruh, misalkan kalau hiperaktif itu ga boleh kasih makanan yang berprotein tinggi. Jadi saya juga belajar, jadi dengan sendirinya saya jadi kayak guru PLB, jadi kayak psikologi, pinter jadinya. Bisa mempelajari karakter anak-anak mereka. Trus kalau ABK ada yang dikasih coklat ketawa terus, kalau inklusi itu seperti itu. Jadi ada diet, memang itu ada diet untuk kesehatannya itu juga. Nek tempat saya itu pada protein tinggi, wes nek keno gandum kayak gitu waaaahhh mereka wis ra polah nya itu, waduuuhh capek. Mendingan kita telfon ke orang tuanya jangan dikasih ini itu. Anak-anak udah tau kok. Saya sering bilang kamu kebanyakan protein tinggi ya, mereka ga akan marah kok, demi kebaikan dia. : Oh berarti ibu tidak langsung menegur ya, Bu? 194

211 : Iya. Pernah suatu hari hal yang masih saya eling-eling itu loh. Saya cuma suruh, mungkin anaknya baru badmood dan anaknya itu 17 tahun baru kelas 6. Nak, tempat kamu mejanya kotor banget banyak sobekan. Dia langsung Iya bu tapi dengan emosi Iya aku itu memang kumel, aku tu memang.... Terus saya tanya kepada anak-anak yang lain yang mendengar Apa tadi yang didenger saya bilang kayak gitu, untungya banyak temennya yang denger. Seperti itu, trus dia pulang toh. Saya kasih waktu untuk dia merenungi Apakah saya salah seperti itu nek salah saya nanti minta maaf seperti itu. Terus besok pagi dianya langsung minta maaf. Tapi jeleknya dia, dia itu orangnya suka diberi, jadi kalau orang mancing langsung dikasih umpannya, bukan dikasih pancingannya seperti itu. Saya seringkali menasehati mereka. Saya kasih masukan ke mereka, misalkan jual koran, itu halal saya bilang seperti itu, 1 koran seribu, lumayan. Kalau kalian jujur banyak orang yang bantu asalkan jangan tangan di bawah. Ya seperti itu, mereka diam sadar diam, kasihan lah orang tua. Mau jadi apa? saya sampe menceritakan Kalau kalian besok cuma jadi tukang apa ya istrimu ga bakalan dokter saya bilang kayak gitu, Jadi kalo misalkan kalian tukang ya istri kamu pembantu saya langsung kayak gitu. Jadi, Tuhan itu sudah memporsi-porsikan orang. Terus mereka langsung terdiam. : Apakah sebelum memasuki ruang kelas peserta didik diwajibkan berbaris terlebih dahulu, Bu? : Sebetulnya kalau dari peraturan kelas seperti itu, akan tetapi semester 2 ini sudah tidak pernah berbaris lagi karena sudah semakin sibuk, jadi itu hanya terlaksana saat semester 1 kemaren saja. : Apakah sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas peserta didik dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu? : Biasanya anak-anak saya masukin ke kelas, terus berdoa dulu, trus nyanyi terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. : Setiap harinya apa ada piket yang harus rutin dilaksanakan, Bu? : Ada, piket itu Senin sampe Jumat, saya Sabtu. : Oh berarti piketnya cuma Senin sampai Jumat ya, Bu? Gurunya Sabtu? : Iya, kalau saya biasanya membagi piketnya untuk anak-anak yang rumahnya dekat saya buat jadwal piketnya Senin sampai Rabu, kalau yang jauh rumahnya saya buat jadwalnya di hari Kamis dan Jumat, karena Kamis dan Jumat masuknya lebih siang. Saya buat begitu karena anak itu ada yang dari Sleman. : Apakah menurut ibu piketnya sudah berjalan dengan baik? : Sudah. : Menurut ibu apakah ibu sudah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai budi pekerti? : Kita sebagai pamong di sini tentunya menjadi orangtua kedua mereka, jadi kita memberikan contoh baik dari cara berpakaian, cara berbicara kita kepada anak-anak, cara kita mengajar di kelas dan lain sebagainya. : Apa ibu sering memberikan nasehat kepada peserta didik, Bu agar belajar secara rutin dan rajin baik di sekolah maupun di rumah? : Terus terang anak yang saya ajar itu ribet, Mbak. Jadi saya buat buku pantauan. Dari buku pantauan itu nantinya kita akan tahu bagaimana kegiatan anak belajar di rumah. Dalam buku pantauan itu berisi jam, mapel yang dipelajari, tanda tangan orangtua dan pendampingan jenis apa yang orangtua lakukan. Saya pernah bilang ke anak Tolong 195

212 kalau orang tuanya nonton tv, saya belajar ibunya nonton tv, tolong ditulis trus ibu suruh tanda tangan di bawah. Belajar jujur seperti itu. : Itu setiap hari, Bu buku pantauannya diberi? : Itu lembaran, satu lembar satu lembar. : Setiap hari, Bu? : Seminggu sekali langsung dikembalikan : Berarti itu kegiatan rutin selama seminggu yang dicatat, Bu? : Iya. Ada yang orangtuanya pergi arisan tetep ditulis. Ga urusan saya. : Itu memang semua kelas apa hanya ada di kelas ibu saja? : Harusnya semua kelas, tapi kalau saya sih memang udah tiga tahun ini saya membuat seperti itu karena saya kayaknya ga adil kalau cuma nyuruh anak Nak,belajar sudah seperti itu, sedangkan orang tuanya Ayo nak shopping. : Itu dari kebijakan ibu sendiri apa dari sekolah? : Iya, jadi kreativitas guru itu tu dituntut sih kalau di sini. Jadi berlomba-lomba untuk melakukan inovasi-inovasi agar anak-anak itu semakin baik belajarnya. : Apakah ibu sudah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai budi pekerti? : Sudah : Bagaimana ibu menerapkan hukuman kepada peserta didik? : Biang keladi rame, kan pasti satu kelas itu pasti ada, yang namaya pendiem, biang keladi, pinter banget, bodoh banget, waaa itu wes di kelas itu udah paketan seperti itu, kayak bakso itu ada mie nya ada baksonya yaa macem-macem seperti itu. Ya kita kalau bodoh sih ga masalah, kita bisa kasih pelajaran setelah selesai, tetapi kalau biang onar itu udah sifat dasar toh, mbok dikasih hukuman juga kadang ga mempan. Jadi saya biasanya diamin anak itu, biasanya itu berlangsung selama seminggu. Nanti dia sadar sendiri, karena ga enak toh didiamin, dan dia juga jadi ga ada teman. : Seminggu Bu? Termasuk teman-temannya juga mendiamkan dia juga? : Iya. Anak-anak yang lain juga saya suruh diamin dia, kalau ada anak yang ajak dia ngomong itu saya denda, jadi yang lainnya itu pada takut ngomong sama dia. : Ibu sebagai guru dalam mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta beragama kepada peserta didik itu seperti apa, Bu? : Biasanya saya sering ajak anak berdiskusi, saya bentuk kelompok dan saya beri topik, topiknya nanti tentang hal-hal yang membangun trus nanti bangsanya jadi seperti apa dan bagaimana, seperti itu. Saya juga kadang mengambil topik mengenai peristiwaperistiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Terus anak-anak langsung mengutarakan pendapatnya masing-masing. : Bagaimana cara ibu dalam memberikan pengertian kepada peserta didik dalam membedakan mana hal-hal yang benar dan yang salah? : Biasanya saya menjelaskan akibatnya dulu. Jadi seperti kalau kita juga sering membaca buku itu dari halaman belakang ke depan. Kalau ceritanya bagus baru tak baca, seperti itu. Jadi kesimpulannya dulu, kalau kesimpulannya jelek pasti isinya jelek. Saya selalu tujuannya seperti ini. Dulu pernah ada murid yang bapaknya mungkin mabuk-mabukan 196

213 ya, trus dianya bilang gini Tolong ibu jangan memandang saya seperti ayah saya, Saya tidak seperti itu nak saya bilang kayak gitu, dia takut sendiri, bapakku kayak ngono tatoan mbok menowo ngko guruku, aku pinter dadi guruku nilai bapakku dadi aku jelek, Oh saya tidak seperti itu nak, porsi orangtua biarkan sendiri, kamu jadi anaknya ya harus tetap berperilaku baik. Ibaratnya kebo nyusu gotel, jadi orang tua belajar ke anak kecil, kan kalau anaknya bagus kalau orangtuanya mau apa kan jadi malu. Saya bilang nek cuma atm isi terus itu namanya bukan kasih sayang, saya langsung kayak gitu. : Apakah menurut ibu peserta didik sudah mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang didapat secara bertanggungjawab? Bagaimana penerapannya? : Sudah, anak-anak sudah tahu mana hal yang baik mana yang tidak baik. Namun, memang sejauh ini masih ada beberapa anak yang masih kurang tanggunjawabnya, misalnya masih suka membuang sampah sembarangan, tidak membuat PR dan sebagainya. : Apakah menurut ibu nilai religiusitas telah ditanamkan pada diri peserta didik melalui mata pelajaran agama? Bagaimana penerapannya? : Sudah. Selain melalui pelajaran agama, nilai religiusitas peserta didik juga ditanamkan melalui kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar agama baik Islam, Kristen, Katholik, maupun Budha. Sekolah biasanya mengadakan acara, dan kita merayakannya secara bersama-sama. : Apakah menurut ibu nilai sosialitas sudah ditanamkan pada diri peserta didik misalnya dalam kegiatan berkelompok, kegiatan berolahraga, nah itu seperti apa penerapannya, Bu? : Biasanya saya bentuk kelompok dalam kelas, dalam kelompok itu saya gabung anakanak yang pinter dan yang kurang, jadi anak-anak yang pintar itu mengajari temennya yang kurang bisa. Mereka sudah mengerti sendiri tanpa saya suruh. : Kerja kelompok itu sendiri sering dilakukan tidak, Bu? baik di dalam kelas atau di luar kelas? : Iya. Saya juga sering membentuk kelompok itu saat pelajaran SBK. Nanti mereka membawa cat terus melukis pake arkilik, nah nanti bisa untuk tempat beras ibunya. Nanti ada pameran hasil karya anak-anak. Nanti yang beli para orangtua. Buat bros dan lainlain. Tapi saya seringnya buat makanan, saya ajarin buat kue cubit, kue kukus, cup cake, siomay, batagor, yang sederhana-sederhana, jadi orangtua sudah menyiapkan kompor yang kecil. Mereka senang sekali, yang laki-laki malah bawa mixer bawa open, mereka excited sekali. Saya itu malah bingung, yang perempuan malah biasa aja, tapi yang lakilaki semangat banget. Jadi biasanya anak-anak itu menabung misalnya seminggu sebelum SBK itu sudah kita diskusikan minggu depan kita akan membuat apa, nah dalam seminggu itu mereka menabung untuk dapat membeli bahan dan peralatannya. : Jadi yang nabung mereka sendiri, Bu? : Iya. : Lalu yang memegang uangnya siapa, Bu? : Ketuanya itu. Kadang-kadang ada yang udah punya peralatannya dibawa dari rumah, juga kadang bahan-bahannya yang udah ada di rumah dibawa, jadi ga semuanya beli. : Apakah ada hambatan ketika peserta didik diberikan tugas secara berkelompok, Bu? : Sejauh ini tidak ada. 197

214 : Berarti peserta didik sudah dapat bekerja sama dengan baik seperti yang Ibu harapkan? : Sudah mbak. : Apakah dalam kegiatan olahraga, peserta didik perempuan dapat bermain permainan laki-laki seperti sepakbola, dll? : Iya sepakbola kita tetap campur. : Apakah sering diadakan perlombaan dalam kegiatan olahraga, Bu? : Sering. Nanti kalo misalnya habis ujian dan habis kita selesai buat rapot kita biasanya mengadakan perlombaan. : Misalnya dilakukan perlombaan-perlombaan seperti itu apakah anak-anak sudah terbiasa dengan sikap sportif, Bu? : Itu sudah pasti. Tidak ada yang namanya karena temannya, kalau ada ya silahkan keluar dari perlombaan. Saya lucunya gini, misalkan satu kelas hanya dipilih satu kelompok, yang lainnya bertanya kenapa dia tidak dipilih, kemudian saya bilang larimu kamu terlalu gemuk mereka ya paham dan tertawa. : Apakah ibu sudah menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik pada saat pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, Bu? : Iya itu sesuai dengan porsinya masing-masing, juga di sini selalu menerapkan seperti itu. Jadi sebetulnya kita mengelompokkan secara tidak langsung, misalnya anak yang kurang pinter atau ABK itu kita cuma suruh menghitung 1 sampai 100 atau 200 dan anak yang pinter ngitung 1 sampai 1000, ya kita soalnya dibedakan. Nilai 7 anak A sama anak Y itu beda, sama-sama angka 7 tapi kondisinya berbeda. Orangtua pun dikasih tahu. Kita udah kayak gitu. Di sekolah ini kita juga tidak membeda-bedakan ada kelas unggulan, ada kelas rendahan, ada kelas setengahan, ada kelas kaya, itu engga. : Apakah saat pembelajran di dalam kelas anak-anak sudah saling menghargai, Bu? misalnya ada satu anak yang berpendapat, yang lain apakah menghargai temennya yang lagi berbicara, apakah itu sudah terjadi seperti itu, Bu? : Iya, syaratnya kalau mau bertanya mengacungkan tangan dan urut, jadi saya catet, anak kan seneng banget kalau misalkan Saya bu, saya bu, saya bu! biasanya saya langsung ketuk meja, mereka diam kemudian saya berkata Dari sebelah sini dulu kan pasti nanti usulan atau pendapatnya beda-beda toh, nek misalkan ntah nanti sama ya kamu bilang sama Bu Lara, nanti Bu Lara ga akan bilang wooo mandani ga akan karena kalian juga sudah mengacungkan tangan jadi otomatis punya etikat untuk bertanya, seperti itu. Memang aturannya kan seperti itu dan belajar musyawarah atau menyatakan pendapat seperti itu urutannya. Dan anak-anak yang pinter itu tidak egois kok di sini, jadi anak yang pinter itu malah berkata Bu, dia dulu saya seneng banget. : Saat di dalam kelas, apakah pernah dilakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang oleh peserta didik, Bu? : Sering. Kalau saya buatnya acak, jadi acak ga ada yang boleh egois dan bertanya Aku dikoreksi siapa ya? kalau sampai seperti itu keluar. Jadi mereka apabila sudah menerima koreksi ya sudah diam. Biasanya satu dua kali masih diperingatkan karena belum terbiasa dengan saya tapi kalau udah sebulan sudah mengerti karakter guru, guru seperti itu displinnya, PR ora nggarap diberi hukuman menulis di bawah pohon menghadap ke gedung SMP biar malu. Itu karena kalau sudah kelas besar kan tanggungjawabnya untuk lulus. Saya juga dikasih uang orangtua juga harus tanggungjawab timbal baliknya. : Berarti itu sering dilakukan, Bu? 198

215 : Iya tetapi hanya untuk soalnya pilihan ganda dan isian, kalau uraian itu 30 siswa bertanya semua, padahal kita sudah bilang yang menyangkut ini yang jawabannya mendekati tolong dibetulkan tapi tetap saja banyak yang bertanya. : Ekstrakurikuler apa saja yang ada di SD ini, Bu? : Banyak sekali, ada tari, terus drum band, ensambel musik, komputer, bahasa inggris, English Club, dan lain-lan. : Apakah semua ekstrakurikuler tersebut diperuntukkan untuk semua kelas mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, Bu? : Tidak, jadi dibagi-bagi, misalkan lukis itu untuk anak kelas 1 sampai 3 atau pianika, trus nanti kelas tinggi kan ada piano dan lain-lain. : Berarti setiap ektrakurikuler ada tutornya sendiri, Bu? : Ada. : Apakah nilai kemandirian sudah ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut, Bu? : Sudah, contohnya seperti pramuka jelas banget, terus pencak silat kalo kita lagi pengembangan diri kan kita ke pantai. Drum band itu juga ada nilai kemandiriannya untuk merias diri sendiri. : Apakah ibu selalu memberikan PR kepada peserta didik setiap harinya, Bu? : Tidak setiap hari. Saya seringnya itu memberi PR hari Jumat dan Sabtu. Karena hari itu pulangnya lebih cepat dari hari-hari biasanya. : Apakah ibu selalu memberikan tugas berupa latihan setelah materi disampaikan dalam pembelajaran di dalam kelas, Bu? : Tidak selalu tapi sering. Kalo gak gini, besok kita rencana mau belajar apa, hari ini sudah diutarakan sebelum mau pulang. Jadi anak-anak tolong ya cari di google tokoh ini apa sih keistimewaannya, saya selalu seperti itu. : Apakah di sekolah ini sering diadakan kerja bakti, Bu? : Iya, Jumat minggu ke 3 biasanya. Jumat minggu pertama itu semuanya jalan sehat, terus minggu kedua senam, terus Jumat minggu ketiga itu kerja bakti, Jumat minggu keempat itu ngapain ya, pokokmen ada. : Tapi apakah anak-anak tidak capek, Bu mengingat setelah itu mereka masih mengikuti pembelajaran di dalam kelas? : Tidak karena Jumat Sabtu itu pelajarannya ringan-ringan, ga boleh yang pokok-pokok itu yang diujikan engga, kalau Jumat Sabtu itu nyanyi, nembang, batik, gambar, lukis, terus karawitan, gamelan, nari, kayak gitu. : Nilai apa yang ditanamkan kepada seluruh warga sekolah dalam kegiatan kerja bakti tersebut, Bu? : Nilai kerjasamanya, nilai kebersamaannya, nilai kepeduliannya juga, misalnya ada yang haus juga nanti itu anak-anak ambilin minum seperti itu, pokoknya banyak sekali. 199

216 Catatan Wawancara 2 Hari/Tanggal : Selasa/09 Juni 2016 Tempat : Depan Ruang Kelas 1 Sumber : Wali Kelas 5 (AS) : Menurut ibu, apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? : Pendidikan budi pekerti itu kan tidak jauh beda sama pendidikan karakter ya mbak, pendidikan yang melatih bukan hanya pengetahuan tapi ke tingkah laku anak yang diterapkan dalam kehidupan. : Menurut ibu nilai-nilai budi pekerti apa saja yang dikembangkan di SD, Bu? : Nilai kesopanan, menghormati guru, terus nilai-nilai kedisplinan dan lain-lain. : Apakah nilai-nilai budi pekerti seperti yang ibu sebutkan tadi hanya dikembangkan melalui mata pembelajaran di kelas, Bu? : Mestinya tidak ya mbak, karena di rumah juga anak-anak sama orang tua diajarkan budi pekerti, kan pendidikan awal itu di rumah, jadi kan basic di rumahnya itu sudah diajarkan itu berarti nanti di sekolah tinggal melanjutkan lagi, gitu. Dasarnya itu kan pendidikan dari rumah itu penting, apa yang sudah dibentuk dari rumah, sekolah tinggal melanjutkan. : Melalui kegiatan apa saja nilai-nilai budi pekerti itu dikembangkan, Bu? : Misalnya nilai kesopanan itu kalo di sekolah itu seperti senyum, salam, sapa, ada juga 6K. Terus bisa melalui upacara setiap senin mbak, itu kan menumbuhkan semangat kebangsaan anak, kedisplinan dalam berpakaian juga kan dilihat saat upacara, seperti itu. Dan masih banyak yang lainnya juga. : Bagaimana ibu berkomunikasi dengan wali murid dan peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas? : ya seperti biasa mbak, saya kalau di kelas itu sebisa mungkin tidak pernah marah, karena mereka nantinya akan meniru kita, baik ke sesama temannya maupun ke orangtuanya. Kalau untuk komunikasi dengan wali murid kita itu biasanya ada pertemuan juga dengan para wali murid untuk membahas bagaimana perkembangan para anak-anak mereka di sekolah. Jadi kita tetap menjalin komunikasi yang baik dengan para wali murid. : Apakah ibu membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam apabila bertemu dengan orang? : Bukan hanya salam tapi menyapa, jadi anak-anak itu dibiasakan untuk ramah. Sebenarnya membuat anak menjadi terbiasa itu dari contoh sih, mbak. Karena biasanya anak-anak itu kan sukanya meniru, jadi kita memberikan contoh dari diri kita sendiri dulu, sebagai guru kita itu digugu dan ditiru, jadi dari ucapan dari perbuatan kita, kita harus memberikan contoh yang baik ke anak-anak, nanti sejalan dengan itu pasti mereka meniru apa yang kita lakukan. Jadi terkadang saya terlebih dahulu yang menyapa mereka, jadi nanti mereka terbiasa juga memberikan salam kepada orang lain. : Bagaimana cara ibu menanamkan kepada peserta didik supaya berpakaian rapi dan sopan? 200

217 : Setiap hari Senin itu biasanya selalu dicek kerapian anak-anak dalam berpakaian. Ya seperti yang saya bilang tadi, mbak kita mencontohkan dulu, jadi saya harus berpakaian rapi dulu, karena tidak etis rasanya anak-anak kita minta untuk berpakaian rapi dan sopan tetapi gurunya malah tidak rapi. Biasanya kalau ada anak yang bajunya keluar saya tegur, saya suruh masukan bajunya, ya seperti itu sih, mbak. : Bagaimana cara ibu mengajarkan kepada peserta didik agar bertutur kata dengan baik, baik kepada sesama teman maupun kepada pamong dan karyawan lainnya yang berada di lingkungan sekolah? : Kalau itu kan dasarnya dari rumah ya mbak, anak-anak itu dari kecilya sudah diajarkan oleh orangtua, jadi kalau kebiasaan mereka di rumah baik jadi dengan sendirinya di sekolah mereka pun sudah berbicara dengan sopan, namun memang masih ada anak yang suka berbicara tidak sopan mungkin faktor lingkungan dan keluarga juga, jadi saya di sekolah sering memberikan nasehat bagaimana berbicara yang sopan, dan terkadang jika ada yang berbicara tidak sopan saya tegur juga. Dan saya juga secara tidak langsung mengajarkan kepada mereka untuk berbicara sopan dengan mencontohkan, jadi di kelas saya tidak pernah berkata kasar pada anak-anak, karena kalau saya berkata kasar nanti anak-anak juga menirunya, seperti itu, mbak. : Apakah peserta didik sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya, Bu? : Sudah mbak, tapi terkadang masih ada anak yang suka meletakkan sampah-sampah kertasnya di laci mejanya, kadang saya sebelum pulang menyuruh anak-anak untuk memeriksa laci mereka, bagi yang ada sampah di dalamnya silahkan dibuang ke tempat sampah. : Bagaimana cara ibu dalam menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik kepada peserta didik, Bu? : Biasanya seperti tadi mbak, anak-anak sering saya beri nasehat, tapi terkadang anak itu malah bosan kalau dinasehati terus jadi kadang saya selipkan pada saat mata pelajaran tertentu seperti Pkn, Agama, mapel Ketamansiswaan. Selain itu juga kita memberikan contoh. : Misalnya ada siswa yang sudah melakukan perbuatan baik, apakah ibu memberi siswa tersebut penguatan agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi peserta didik yang lain? : Saya sesering mungkin memberikan pujian kepada ank-anak dan biasanya kasih poin ke anaknya, jadi mereka termotivasi dan merasa saya dihargai, kan ada anak-anak yang suka membantu itu kan termasuk perilaku yang baik, bahkan tiap piket itu ada anak yang suka membantu, jadi saya hargai itu dan yang tidak piket pun saya cek, ini kemaren tidak piket yang piket siapa, yang piket terus saya kasih poin, jadi anak-anaknya merasa dihargai, secara tidak langsung walaupun mengharapkan poinnya tapi secara tidak langsung meghargai tindakan itu. Jadi anak-anak yang lainnya termotivasi untuk melakukan perbuatan baik seperti temannya. : Apakah ibu memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? : Iya, tapi kadang anak itu ada yang tidak bisa ditegur. Biasanya kalau sudah sering meribut atau berbicara tidak sopan saya menegur anak itu, minimal anak itu disuruh diam dulu. Kemudian diberi nasehat itu ketika memang anaknya itu kondisinya sudah tenang. : Bagaimana bentuk teguran yang ibu berikan kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? 201

218 : Ya biasanya dalam bentuk nasehat tadi. Kita suruh diam dulu, terus setelah dia tenang saya beri nasehat. : Apakah sebelum memasuki ruang kelas peserta didik diwajibkan berbaris terlebih dahulu, Bu? : Semester 1 kita rutin berbaris sebelum masuk kelas, tetapi di semester 2 ini kita sudah tidak pernah lagi, karena kesibukan mbak, jadi anak-anak biasanya sudah langsung masuk kelas. : Apakah sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas peserta didik dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu, Bu? : Iya, mbak. Itu selalu. : Apakah setiap harinya peserta didik menjalankan piket kelas, Bu? : Ya setiap hari setiap pulang sekolah, piketnya sudah dibagi-bagi, jadi sudah ada jadwal piketnya hari ini siapa, besok siapa, kadang-kadang yang tidak piket juga ada yang membantu. : Menurut ibu apakah tugas piket sudah berjalan dengan baik? : Sudah, akan tetapi ada beberapa murid yang kadang dia tidak piket, terus besoknya saya tanya, kemudian dia ikut piket di hari lain. : Apakah ibu sering memberikan nasehat kepada peserta didik agar belajar secara rutin dan rajin baik di sekolah maupun di rumah masing-masing? : Sering mbak, hampir setiap hari. Saya menasehatkan mereka agar pelajaran yang sudah dipelajari tadi diulang kembali di rumah dan juga pelajaran kelas 4 dan 5 itu juga dipelajari ulang di rumah, saya sering mengingatkan mereka bahwa sebentar lagi mereka akan naik ke kelas 6, oleh karena itu harus lebih giat lagi belajar. : Apakah ibu sudah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik sebagai bentuk pegamalan nilai-nilai budi pekerti? : Minggu yang lalu saya meminta anak-anak untuk menuliskan kesan dan pesan bagaimana saya selama mengajar di kelas 5. Ya ada yang mengatakan ini itu, mengatakan sudah baik, ibu kurang tegas karena tidak pernah marah. Saya tertawa mbak, karena kan memang saya tidak pernah marah selama mengajar di kelas, karena saya juga mau memberikan contoh bahwa untuk tegas itu tidak perlu marah-marah. Paling kalau ada anak yang nakal saya tegur, kemudian saya diamkan dulu, setelah dia tenang baru saya kasih nasehat. Dengan saya tidak pernah marah-marah di kelas harapannya anak-anak dengan sendirinya mencontoh untuk tidak suka marah-marah kepada sesama temannya. : Bagaimana ibu menerapkan hukuman kepada peserta didik? : Saya sebenarnya dalam memberikan hukuman agak bingung kepada anak-anak, kadang misalnya ada yang tidak mengerjakan PR saya berikan hukuman suruh mengerjakan PR di luar kelas, nah justru cara itu tidak efektif, anak-anak itu malah seneng di luar. Saya juga biasanya punya dokumentasi sendiri mbak guna laporan, jadi anak-anak yang sering sekali tidak membuat PR itu saya foto saat mengerjakan PR di luar, jadi nanti saat penerimaan rapot saya ada laporan kepada orang tua siswa tersebut dengan bukti foto itu. : Bagaimana cara ibu dalam mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta beragama kepada peserta didik? : Biasanya itu sudah diajarkan dalam mata pelajaran ya mbak, seperti Pkn misalnya. Di sini kita sama-sama rukun, saling menghargai walaupun berbeda-beda suku dan 202

219 keyakinan, kan masih ada juga kalau di sekolah lain kan Ah kalau sama yang non islam ga mau, tapi kalo di sini engga mbak, malahan anak-anak yang non islam itu sering mengingatkan anak-anak yang islam pada saat waktunya sholat, ada anak yang berkata Kan kalau agama islam sholat, kamu kok ga sholat itu ada. Kalau misalnya ada perayaan Natal di sekolah, anak-anak yang Islam juga ikut berpartisipasi dalam mengisi acara mbak. Jadi di sini itu sudah terbentuk sendirinya seperti itu, sudah jadi suatu kebiasaan, jadi tidak ada pembedaan, baik agama, suku dan ras. Semuanya rukun dan saling menghargai. : Bagaimana cara ibu dalam memberikan pengertian kepada peserta didik dalam membedakan mana hal-hal yang benar dan yang salah? : Itu pembiasaan sih mbak, dan saya juga sering memberikan pengertian kepada anakanak itu melalui cerita, bisa cerita dongeng, bisa cerita rakyat. Nah dari cerita itu anakanak nantinya akan membuat kesimpulan sendiri, mana perbuatan yang harus saya lakukan mana yang tidak boleh saya lakukan. Biasanya cerita yang saya ceritakan itu adalah cerita yang berisi nilai-nilai yang baik di dalamnya. : Apakah menurut ibu peserta didik sudah mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang didapat secara bertanggungjawab? : Misalnya setelah swakarya, anak-anak sudah tahu bahwa tempat itu kotor dan mereka langsung membersihkan tanpa harus diperintah, tapi memang masih ada sebagian anak yang susah untuk bertanggungjawab. : Apakah menurut ibu nilai religiusitas telah ditanamkan pada diri peserta didik melalui mata pelajaran agama? : Sudah, mbak. Dan dalam pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah juga sebenarnya itu sudah membangun nilai religiusitas mereka. Jadi tidak hanya melalu mata pelajaran agama saja. : Apakah nilai sosialitas sudah ditanamkan pada diri peserta didik baik dalam kegiatan berkelompok atau kegiatan olahraga, Bu? Bagaimana penerapannya? : Sudah, jadi saya membentuk kelompok itu saya bagi anaknya, dalam satu kelompok itu ada anak yang pintar, ada anak yang biasa saja, dan ada yang kurang, nah nanti yang tidak mampu dibantu sama yang pintar, jadi mereka saling bekerjasama dan membantu temannya. Tapi ada satu anak yang memiliki gangguan emosi, namanya Rn itu di kelas kadang tidak mau bekerja dalam kelompok, tapi teman-temannya yang lain sudah mengerti dan memaklumi dia, jadi mereka hanya mendiamkan dia saja. Dengan kegiatan berkelompok anak-anak akan saling bekerjasama dan saling membantu satu sama lain. : Apakah ibu sering mengadakan kegiatan kerja kelompok baik di dalam kelas maupun di luar kelas? : Sering mbak, di luar kelas juga pernah tapi cuma sekedar mengamati, misalnya belajar IPA, saya suruh berkelompok mengamati tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan sekolah, hanya seperti itu mbak. Lebih sering berkelompok di dalam kelas, karena kadang susah juga mengaturnya saat di luar kelas, karena ada anak yang suka pergi ntah kemana, berpencar dari kelompoknya, oleh karena itu lebih sering saya buat kelompok di dalam kelas. : Apakah peserta didik dapat bekerjasama dengan baik seperti apa yang ibu harapkan? : Sudah mbak. Ya itu tadi yang pintar mengajari temannya dalam kelompok tersebut yang belum mengerti. : Apakah ada hambatan ketika peserta didik diberi tugas secara berkelompok, Bu? 203

220 : Tidak sih mbak. : Apakah dalam kegiatan olahraga peserta didik perempuan dapat bermain permainan laki-laki seperti sepakbola dan lain-lain, Bu? : Ya pernah, tapi jarang, karena kebanyakan siswa perempuan itu tidak suka permainan bola, mereka lebih sering bermain seperti bulutangkis. : Apakah sering diadakan perlombaan dalam kegiatan olahraga, Bu? : Sering mbak. : Apakah peserta didik sportif dalam mengikuti perlombaan tersebut? : Iya mbak. : Apakah ibu sudah menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik pada saat pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas? : Saya kepada anak-anak itu tidak membeda-bedakan mbak, yang pintar saya kasih poin banyak yang kurang pintar tidak saya kasih, tidak seperti itu mbak, jadi saya beri kesempatan kepada semua anak, jadi yang kurang pintar juga kadang saya kasih kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan walaupun dia tidak mengacungkan tangan. Dan saya juga memperlakukan semua anak itu sama, tidak terkecuali murid ABK di kelas saya, tapi memang murid ABK mendapat perlakuan khusus di banding anak-anak lainnya. Misalnya pada saat ujian, biasanya tempat duduk itu duduknya berdasarkan urutan nomor absen tapi saya sengaja meletakkan anak-anak yang ABK di depan semua, yang normal saya letakkan di belakang, tujuan saya itu agar nanti saat ujian berlangsung saya bisa lebih mudah membimbing mereka karena mereka tidak ada pendamping, sehingga tidak mengganggu temannya yang lain juga. Dan anakanak ABK juga sering saya beri kesempatan untuk mendapatkan poin. : Apakah saat pembelajaran di kelas ketika ada anak yang berpendapat atau menjawab pertanyaan sudah saling menghargai, Bu? : Sudah mbak, tapi terkadang masih ada anak yang suka ribut. : Apakah pernah dilakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang oleh peserta didik di dalam kelas, Bu? : Pernah, misalnya memeriksa tugas atau latihan itu saya kumpulkan dan saya bagi lagi ke siswanya secara acak untuk diperiksa bersama-sama, tapi itu biasanya hanya mengkoreksi yang pilihan ganda saja, karena kalau uraian itu susah mbak, biasanya saya yang mengkoreksi sendiri. : Ekstrakurikuler apa saja yang ada di SD ini, Bu? : Ada voli, ada futsal, ada komputer, ada bahasa inggris, karawitan, dan masih banyak lagi. : Apakah nilai kemandirian sudah ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut, Bu? : Sudah mbak. : Contohnya Bu? : Seperti contohnya pramuka itu kan sudah jelas, misalnya saat diadakan perkemahan, nah anak-anak itu dilatih untuk mandiri bagaimana mereka melakukan semuanya sendiri dan bertanggunjawab. Pada saat kemah juga tidak ada pendampingan dari orangtua. : Apakah ibu selalu memberikan PR kepada peserta didik setiap harinya? 204

221 : Tidak setiap hari sih mbak tetapi sering. : Apakah ibu selalu memberikan tugas setelah materi disampaikan dalam pembelajaran di dalam kelas? : Sering mbak, tapi tergantung materinya juga. : Apakah di SD ini sering diadakan kerja bakti, Bu? : Sering mbak, tapi beberapa minggu kemaren sudah tidak jalan karena anak-anak sudah fokus ke persiapan ujian, senamnya juga biasanya ada, tapi sudah tidak dilaksanakan. Tapi biasanya kerjabakti itu rutin dilaksanakan. : Menurut ibu nilai apa yang ditanamkan kepada seluruh warga sekolah dalam kegiatan kerja bakti tersebut? : Banyak mbak, nilai sosial, kerjasamanya, nilai cinta lingkungan, nilai kebersihan, seperti itu Mbak. 205

222 Lampiran 8. TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK Catatan Wawancara 1 Hari/Tanggal : Jumat/20 Mei 2016 Tempat : Ruang Agama Sumber : Siswa kelas VI (Ft) : Menurut kamu, apa itu perbuatan baik? : Perbuatan yang terpuji yang membuat kita itu masuk ke surga. : Contohnya perbuatan baik itu seperti apa? : Menolong orang yang terkena bencana alam, menolong orang yang membutuhkan bantuan, misalnya kasih sembako dan lain-lain. : Kamu pernah melakukannya tidak? : Pernah. : Kalo perbuatan tidak baik itu artinya apa? : Perbuatan jelek, perbuatan tercela yang dibenci Tuhan. : Contohnya seperti apa? : Mencuri, mengusili teman. : Apakah kalian pernah melakukan perbuatan tersebut? : Pernah tapi tidak terlalu sering, maksudnya cuma iseng, misalkan ada yang ulang tahun nah itu kita kerjain. : Perbuatan baik apa saja yang pernah kamu lakukan di sekolah? : Menjajani teman-teman, membantu teman yang kesusahan misalnya ga bawa sangu, trus dipinjemin uang kadang dikasih uang. : Kalo di sekolah apakah kalian diajarkan untuk berpakaian sopan? : Sangat. Berpakaian rapi berpakaian sopan berpakaian bersih. : Apakah menurutmu bapak ibu guru sudah berpakaian sopan dan rapi? : Sudah. : Apakah kamu sendiri setiap harinya berpakaian rapi, sopan dan bersih? : Iya. : Apakah kamu pernah berkata kasar kepada temanmu? : Ya ga sengaja, misalkan digodain trus kita langsung mangkel kak, emosi sesaat. Kalo ga itu kaget ga sengaja ngomong kotor. Trus misalnya deskrip saya diambil, waktu saya minta ga mau-mau, trus saya jadi emosi. : Jika kamu ingin bertanya kepada guru apa yang kamu katakan? 206

223 : Kalo misalnya yang ga bisa, bertanya itu maju ke depan, kecuali misalkan kalau dibacakan tunjuk tangan dulu. Misalnya ada soal dibacakan terus ada yang tidak mengerti, terus mengacungkan tangan. : Apakah kamu pernah makan sambil berjalan? : Pernah. : Apakah itu baik? : Tidak baik. Soalnya buru-buru kalau mau masuk. Beli habis itu langsung bel jadinya makanannya dimakan sambil jalan. : Apakah kamu selalu membuang sampah pada tempatnya? : Iya selalu. : Kalau ada yang buang sampah sembarangan itu bagaimana? : Di denda sepuluh ribu. : Tapi apakah kamu pernah melihat temanmu membuang sampah sembarangan? : Pernah. : Apakah kamu mengucapkan salam dan berjabat tangan jika bertemu dengan Bapak/Ibu guru atau yang lebih tua? : Tidak berjabat tangan tapi mengucapkan salam, selamat pagi salam, Bu : Apakah kamu pernah melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah? : Dulu pernah ada anak kelas 5 yang merokok di belakang sekolah. : Terus itu tidak ada yang tahu? : Ga ada, tapi ada adek kelas yang mau ke kamar mandi terus ga sengaja lihat terus melapor ke kepala sekolah, yaudah dihukum. : Apakah cuma siswanya saja yang kamu pernah kamu lihat merokok di lingkungan sekolah? : Iya. : Apakah Bapak/Ibu Guru pernah ada yang merokok di sekolah? : Ga pernah. Kan ada peraturannya tidak boleh merokok. Kalau gurunya aja merokok gimana murid-muridnya. : Misalnya kamu mau meminta tolong kepada temanmu, bagaimana sikapmu? : Ya biasa, misalnya Wi, minta tolong..., cuma kadang kalo teman yang berkebutuhan khusus agak keras ngomongnya, cuma kadang kalo keras dikira membentak. : Oh berarti di kelas kamu ada anak yang berkebutuhan khusus? : Banyak mbak, hampir setengah. : Pernah tidak kamu sudah melakukan perbuatan baik terus dipuji oleh guru? : Pernah, sering. Misalnya aku kan pernah disuruh siram tanaman pagi-pagi sama Bu AR (Kepala Sekolah), terus Bu AR bilang Terimakasih, anak baik.. seperti itu. : Apakah Bapak/Ibu guru pernah menegur kamu jika kamu berpakaian tidak rapi? 207

224 : Ga pernah, karena kita rapi terus. Kecuali misalnya seragamnya beda, apa misalnya kalau Senin ga pake kaos kaki putih ga pake sepatu hitam. : Bagaimana cara menegurnya? : Ya ditegur dinasehati sama dijemur. : Kalau dinasehatinya seperti apa? : Lain kali besok pake sabuk, pakai sepatu hitam, pakai kaos kaki, gitu. : Apakah kamu pernah dinasehati oleh Bapak/Ibu guru agar kamu melakukan perbuatan baik? : Pernah. : Jika kamu melakukan hal yang tidak baik, apa yang dilakukan Bapak/Ibu guru kepadamu? : Ya misalnya Kamu ga boleh kayak gini itu perbuatan yang tidak baik. Kadang disuruh berjanji, disuruh nulis Saya berjanji... sampai 100 halaman. : 100 halaman? Itu dikumpul kapan? : Ya hari itu juga. Hari ini misalnya dikerjain jam sepuluh, nanti kalo misalnya jam sebelas belum selesai ya nanti sampai jam tiga tetap ditungguin. : Tulisannya seperti apa? : Saya berjanji akan mengikuti latihan pramuka..., gitu terus banyak banget. : Apakah kamu pernah membaca slogan yang ditempel pada dinding-dinding sekolah? : Pernah. : Bagaimana bunyinya? : Senyum, sapa, salam, sopan, santun. Terus 6K. Peraturan sekolah, tata tertib sekolah, visi misi sekolah juga. : Apakah kamu pernah membaca aturan tata tertib sekolah itu? : Pernah. : Apakah sebelum memasuki ruang kelas harus berbaris terlebih dahulu? : Tidak. Kadang-kadang kalo cuma ujian. Langsung masuk, duduk, salam, berdoa, baru mulai. Tapi kelas satu sampai kelas empat ada. : Apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berdoa terlebih dahulu? : Ya iya mbak, jelas. : Apakah di kelasmu ada pembagian tugas piket kelas? : Ada. Misalnya muridnya ada 15 anak ya tinggal dibagi aja dari hari Senin sampai Sabtu. : Berarti tiap hari cuma ada 2 atau 3 anak yang piket kelas? : Iya, tapi kan nanti dibantu yang lain. : Apakah kamu selalu menjalankan tugas piket? : Kadang iya kadang tidak mbak. 208

225 : Kalo misalnya ada yang tidak malaksanakan piket itu gimana? Apakah kena hukuman atau ditegur? : Ya ga dihukum, cuma ditegur biasa, kadang besoknya diulangi lagi. : Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan PR setiap hari? : Ya tidak setiap hari, jarang. Paling maksimal itu tiga kali seminggu. : Apakah kamu selalu mengerjakan PR yang diberi guru dan mengumpulkannya tepat waktu? : Tepat waktu, tapi kadang ada yang tidak mengerjakan. : Apakah yang tidak mengerjakan diberi hukuman? : Iya disuruh tulis sampai 100 kali gitu, kalo agama loh mbak, kalau yang lain masih ada toleransi, cuma suruh ngerjain di luar, gitu. : Apakah Bapak/Ibu guru sering memberikan tugas/latihan di kelas saat pembelajaran? : Sering, kalau biasanya kan jarang ditulis di papan tulis itu loh mbak, biasanya pakai kertas, misalnya kayak kertas ulangan terus dikopi diklip terus nanti disuruh kerjain, 50 soal gitu. : Itu setelah ibunya menjelaskan? : Iya. : Apakah kamu selalu belajar rutin di rumah? : Kalo aku setiap hari kan les jadi ga belajar, tapi les itu kan sama aja belajar toh. : Berarti tidak ada jam belajar di rumah? : Ada, malam belajarnya habis maghrib, terus nanti kalau udah adzan sholat ke masjid bareng-bareng toh habis itu ya belajar, paling sampe habis ishak, paling sampai setengah delapan kepotong sholat juga paling satu jaman, tapi setiap hari kok. : Apakah kamu sungguh-sungguh mengerjakan tugas/latihan yang diberikan Bapak/Ibu guru di kelas? : Ya mesti tak kerjain, tapi kadang-kadang ada rame di kelas, jadinya keganggu. : Menurut kamu apakah Bapak/Ibu guru sudah memberikan contoh yang baik belum? : Sudah. : Kamu pernah tidak melanggar peraturan sekolah? : Pernah, misalnya ga pakai sabuk, terus misalnya sepatunya ga hitam. Sepatuku kan pernah hilang di sekolah. Tapi aku salahnya cuma itu, ga nakal. : Apakah Bapak/Ibu guru memberikan hukuman kepadamu jika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan? : Kadang cuma ditegur dan dinasehati saja, ga dikasih hukuman. : Apakah kamu pernah diajarkan Bapak/Ibu guru bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan bertata krama dengan baik? : Pernah. Kan setiap seminggu sekali ada misalnya keakhlakan gitu loh mbak, trus diajarkan tidak boleh gini, terus diajarkan kalau sesama teman harus saling tolong 209

226 menolong. Satu minggu sekali ada pelajaran ketamansiswaannya mbak, ada budi pekertinya. Penneliti : Apakah sering diadakan kerja kelompok saat pembelajaran di kelas? : Jarang mbak. : Apakah dalam kegiatan olahraga, murid perempuan pernah bermain sepakbola? : Pernah, tapi ga setiap jam olahraga. : Apakah Bapak/Ibu guru pernah pilih kasih saat kegiatan baik di dalam maupun di luar kelas? : Ga pernah, tapi kalo yang bandel ya dibilangin. : Apakah kamu mendengarkan dengan baik ketika ada temanmu yang sedang memberikan pendapat? : Iya mendengarkan tapi kadang ada yang ribut. : Apakah kamu selalu berkata jujur baik kepada temanmu maupun kepada Bapak/Ibu guru? : Aku kadang berkata jujur tapi kadang kalau ada temanku yang menjengkelkan aku malas. Tapi lebih sering jujur, kan katanya ayahku dosa kalau bohong, masuk neraka. : Apakah di kelasmu pernah melakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan atau latihan secara silang? : Ganti-ganti gitu toh? Iya sering, setiap hari. : Apakah kamu jujur ketika memeriksa hasil ulangan atau latihan temanmu? : Iya jujur, Mbak. : Ekstrakurikuler apa yang kamu sukai? : Kalau aku ikut pencaksilat. : Dari ekstrakurikuler itu pelajaran apa yang kamu dapat? : Ya kan katanya bagus badannya bisa kenceng kalau ikut pencaksilat, terus misalkan kalau diganggu orang bisa ngelawan. : Misalnya dalam kegiatan olahraga pernah tidak dilaksanakan perlombaanperlombaan? : Pernah, sini kan menang terus kalau ada lomba, pialanya kan banyak di bawah (kantor kepala sekolah) toh. : Contohnya lomba seperti apa? : Badminton, bulutangkis, voli, gitu. : Pernah tidak mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah? : Iya, setiap seminggu sekali, Sabtu biasanya, tapi Sabtu ini ga ada, baru ujian. 210

227 Catatan Wawancara 2 Hari/Tanggal : Jumat/09 Juni 2016 Tempat : Ruang Agama Sumber : Siswa Kelas V (El) : Menurut kamu, apa itu perbuatan baik? : Perbuatan yang disukai oleh semua orang. : Contohnya apa? : Membantu orang yang kesusahan, membantu orang yang sedang mengerjakan soal. : Kamu pernah melakukan perbuatan baik itu? : Oh pernah. : Contohnya seperti apa? : Saat pelajaran matematika cuma saya yang bisa, trus saya bantu teman-teman yang tidak bisa. : Nah kalau tadi kan perbuatan baik, kalau perbuatan tidak baik menurutmu apa? : Perbuatan yang tidak disukai sama semua orang. : Contohnya seperti apa? : Maling, nakal, melawan orang tua. : Pernah tidak kamu melakukan perbuatan itu? : Pernah, tapi tidak sering. : Perbuatan seperti apa contohnya yang pernah kamu lakukan? : Dulu pernah marah sama orangtua saat tidak dibelikan mainan. : Apakah kamu diajarkan guru untuk berpakaian dengan sopan dan rapi? : Iya. : Apakah menurutmu bapak ibu guru sudah berpakaian sopan dan rapi? : Sudah mbak. Kan kita juga diajarkan berpakaian sopan dan rapi. : Apakah kamu pernah berkata kasar kepada temanmu? : Kadang-kadang, nanti ndak dibilang Kamu itu ga tegas. Sebenarnya aku udah tegas tapi tetap saja dibilang kurang tegas. Tapi jarang kok, biar agak tegas aja mbak. : Jika kamu ingin bertanya kepada guru apa yang kamu katakan? : Bu, saya mau bertanya.. tapi aku mengacungkan tangan terlebih dahulu. : Apakah kamu pernah makan sambil berjalan? 211

228 : Jarang mbak, tapi pernah. : Kenapa? : Karena makanannya sedikit jadi kalo tunggu duduk dulu ke atas keburu habis makanannya. : Apakah kamu selalu membuang sampah pada tempatnya? : Oh pasti, selalu mbak. : Apakah kamu mengucapkan salam dan berjabat tangan jika bertemu Bapak/Ibu guru atau yang lebih tua? : Salam,Bu.., misalnya ketemu Bu AS, Salam Bu AS, gitu. Kalau di sini itu guru perempuan kalau udah menikah dipanggil Nyi, kalau belum menikah dipanggil Ni, kalau guru laki-laki dipanggil Ki. Jadi kalo pagi-pagi itu kalo Bu AS masuk bilangnya Salam Ni AS. : Apakah kamu pernah melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah? : Dulu pernah, anak kelas 6, kakak kelas mbak. Katanya alasannya ke toilet, ternyata merokok di belakang sekolah. : Lah kamu taunya darimana? : Dari orang. : Bagaimana sikapmu ketika kamu meminta tolong kepada temanmu? : Aku biasanya sering minta tolong temenku, ngomongnya gini Sat, tolongin aku ga bisa.. yaudah. : Apakah kamu pernah dipuji guru karena telah melakukan perbuatan baik? : Pernah mbak. Biasanya yang baik itu diberi poin sama Bu AS. Trus yang nilainya paling bagus juga dikasih poin sama Bu AS : Apakah Bapak/Ibu guru pernah menegur kamu jika kamu tidak berpakaian rapi? : Ga pernah mbak, jarang. Tapi aku pernah waktu main sepakbola, aku kan keluar bajunya trus Bu AS bilang El benerin bajunya, yaudah aku benerin. : Apakah kamu pernah dinasehati oleh Bapak/Ibu guru agar kamu melakukan perbuatan baik? : Pernah. : Jika kamu melakukan hal yang tidak baik apa yang dilakukan Bapak/Ibu guru kepadamu? : Ya Bu AS menasehati. Paling itu Rn mbak, sering ditegur sama Bu AS. : Apakah kamu pernah membaca slogan yang ditempel pada dinding-dinding sekolah? : Pernah. Itu banyak di dalam kelas, ada tulisan bersih pangkal sehat, kebersihan sebagian dari iman. : Apakah kamu pernah membaca aturan dan tata tertib yang ditempel di dinding-dinding sekolah? : Pernah, itu ada tata tertib sekolah di tempel di kelas, juga ada visi misi sekolah. : Apakah sebelum memasuki ruang kelas harus berbaris terlebih dahulu? 212

229 : Engga mbak, sekarang udah ga pernah lagi, tapi dulu pernah waktu semester 1, soalnya Bu AS orangnya sibuk banget, kadang Bu AS masuknya telat, kita duluan yang masuk. : Apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berdoa terlebih dahulu? : Iya mbak, pasti. Tapi kadang kalo ga ada Bu AS ga berdoa pulangnya. : Apakah di kelasmu ada pembagian tugas piket kelas? : Ada. : Apakah kamu selalu manjalankan tugas piket? : Iya, tapi kadang ada teman yang ga mau piket. : Apakah Bu AS selalu memberikan PR setiap hari? : Kadang-kadang mbak. Kadang ada latihan yang belum selesai terus disuruh lanjutin di rumah, dijadikan PR. : Apakah kamu selalu mengerjakan PR yang diberi Bu AS dan mengumpulkannya tepat waktu? : Selalu mbak. : Apakah Bu AS sering memberikan tugas atau latihan di kelas saat pembelajaran? : Sering, jadi kalo udah paham pelajarannya Bu AS kasih soal buat dikerjakan. : Apakah kamu selalu belajar rutin di rumah? : Iya, kalo aku itu jam 6 sampe jam 7 malam itu jam belajar di rumah. : Apakah kamu sungguh-sungguh mengerjakan tugas dan latihan yang diberikan Bu AS? : Sungguh-sungguh mbak, tapi kadang kalo ada PR yang aku ga ngerti aku biasanya mengerjakannya pada waktu les, jadi aku tanya guru lesnya. : Apakah Bapak/Ibu guru sudah memberikan contoh yang baik kepadamu? : Sudah, Bu AS itu kalo di kelas tidak pernah marah, tapi kadang kalo ada yang nakal kayak Rn itu cuma didiemin aja, kadang ditegur sama Bu AS. Tapi jadinya kurang tegas. : Apakah kamu pernah melanggar peraturan? : Pernah, aku pernah datang terlambat ke sekolah. : Apakah Bu AS pernah memberikan hukuman kepadamu jika melakukan kesalahan atau melanggar peraturan? : Pertamanya dinasehati dulu tapi kalo udah berkali-kali baru dikasih hukuman sama Bu AS. : Apakah kamu pernah diajarkan Bapak/Ibu guru bagaimana bertingkahlaku baik, sopan santun dan bertatakrama dengan baik? : Setiap hari. Misalnya nanti ada yang nakal trus nanti dinasehati, terus semua murid harus dengar, gitu loh. : Apakah Bu AS sering mengadakan kerja kelompok saat pembelajaran di kelas? 213

230 : Sering. : Apakah dalam kegiatan olahraga, murid perempuan pernah bermain bola? : Pernah mbak, kayak kemaren kan. : Apakah Bu AS pernah pilih kasih saat kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas? : Pernah, Bu AS itu memilih kasih sama orang yang pinter, itu si Vn. : Apakah kamu mendengarkan dengan baik ketika ada temanmu yang sedang memberikan pendapat? : Iya mbak. : Apakah kamu selalu berkata jujur baik kepada temanmu maupun kepada Bapak/Ibu guru? : Ya kadang-kadang, karena kalau kita bohong nanti kita dihukum. Misalnya gini mbak, kalau saya beli mainan di luar terus ditanya Bu AS, saya bilang ga ada apa-apa, mahal eg kak, nanti nek bilang bawa diambil sama Bu AS. : Apakah di kelasmu pernah melakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang? : Pernah, mengkoreksi latihan, soal-soal, tapi PR biasanya dikumpulkan. : Apakah kamu jujur dalam mengkoreksi hasil ulangan atau latihan temanmu? : Jujur mbak. : Kegiatan ekstrakurikuler apa yang kamu sukai? : Pramuka. : Kenapa? : Karena biasanya ada perkemahannya. : Dari kegiatan ekstrakurikuler yang kamu ikuti, pelajaran apa yang kamu dapat? : Tanggungjawab, disiplin, kebersamaan, mandiri. : Pernahkah dalam kegiatan olahraga diadakan perlombaan? : Pernah, biasanya saat tujuhbelasan, sepakbola. : Apakah kalian sportif dalam mengikuti perlombaan itu? : Sportif mbak. : Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah? : Pernah mbak. Catatan Wawancara 3 Hari/Tanggal : Selasa/14 Juni 2016 Tempat : Ruang Agama Sumber : Siswa Kelas VI (Vn) 214

231 : Menurut kamu apa itu perbuatan baik? : Perbuatan yang menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. : Contohnya seperti apa? : Membantu guru, meminjamkan sesuatu kepada teman. : Nah kalau tadi perbuatan baik, sekarang kebalikannya apa itu perbuatan tidak baik? : Perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. : Contohnya seperti apa? : Mencuri, menyontek. : Perbuatan baik apa yang kamu pernah lakukan? : Meminjamkan barang kepada teman, membantu orang tua. : Apakah kamu diajarkan oleh guru untuk berpakaian sopan dan rapi? : Iya, biasanya di suruh kemejanya dimasukan. : Apakah menurutmu bapak ibu guru sudah berpakaian sopan dan rapi? : Sudah. : Kamu pernah tidak berkata kasar kepada temanmu? : Engga. : Bagus. Jika kamu ingin bertanya kepada guru apa yang akan kamu katakan? : Langsung aja sih. : Apakah tidak mengacungkan tangan terlebih dahulu? : Iya, biasanya Bu... langsung tanya gitu. : Apakah kamu pernah makan sambil berjalan? : Pernah. : Itu sebenarnya bagus apa engga? : Engga. : Terus kenapa kamu melakukannya? : Kenapa ya...hmmm...ga tau.. : Apakah kamu selalu membuang sampah pada tempatnya? : Iya. : Kalo kamu bertemu dengan Bapak/Ibu guru atau yang lebih tua, apakah kamu berjabat tangan dan mengucapkan salam? : Mungkin Bapak/Ibu guru. : Oh, mengucapkan salam? : Iya. 215

232 : Salam saja atau berjabat tangan seperti itu? : Dua-duanya. : Pernah tidak kamu melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah? : Pernah. : Kapan? : Udah lama. : Itu yang merokok siswa atau guru atau karyawan sekolah? : Siswa, anak SMP. : Kamu lihatnya dimana? : Di dekat kamar mandi SMP, aku lewat terus liat. : Oh begitu. Bagaimana sikapmu ketika kamu meminta tolong kepada teman? : Biasanya ngomongnya yaa...tolong dong.. : Pernah tidak kamu dipuji guru karena telah melakukan perbuatan baik? : Pernah. : Contohnya seperti apa? : Dulu itu bantuin buat kreasi lagu waktu hari kartini itu, trus dikasih poin, Bu AS bilang Bagus.. gitu. : Apakah Ibu guru pernah menegur kamu jika kamu tidak berpakaian dengan rapi? : Ga pernah, aku rapi terus. : Apakah kamu pernah dinasehati Bapak/Ibu guru agar kamu melakukan perbuatan baik? : Pernah. : Jika kamu melakukan hal yang tidak baik apa yang dilakukan Bapak/Ibu guru kepadamu? : Ditegur, Bu AS bilang Jangan diulangi lagi.., nek diulangi lagi poinnya dikurangi, sampai titiknya tiga. : Titiknya tiga maksudnya? : Kan dititikin sebelum dilepas itu, nanti nek titiknya udah tiga atau berapa itu ntar dicopot satu. : Berarti sampe tiga kali kesalahan ya? : Kayaknya. : Apakah kamu pernah membaca slogan-slogan yang ditempel di dinding-dinding sekolah? : Pernah. : Yang pernah kamu baca apa saja? 216

233 : Bersih pangkal sehat, buanglah sampah pada tempatnya, kebersihan sebagian dari iman, buku jendela ilmu. : Pernah tidak kamu membaca aturan tata tertib yang ditempel di dinding sekolah? : Pernah. : Sebelum memasuki ruang kelas biasanya itu berbaris terlebih dahulu tidak? : Dulu iya sekarang engga. : Kenapa? : Ga tau. Kadang muridnya udah masuk dulu dari gurunya. : Apakah sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah biasanya berdoa terlebih dahulu tidak? : Iya. : Apakah di kelasmu ada pembagian tugas piket kelas? : Ada. : Cara pembagiannya seperti apa? : Ada lotre nama-nama hari, ntar masing-masing anak mengambil, ntar dibuka dapat hari apa, jadi piketnya hari itu. : Biasanya satu hari ada berapa orang yang piket? : Dua nek gak tiga. : Apakah kamu selalu menjalankan tugas piket? : Iya. : Apakah Ibu guru selalu memberikan PR setiap hari? : Engga. : Jadi kapan saja? : Biasanya nek ada ajaran yang kebanyakan bacanya, banyak ngafalinnya biasanya itu dikasih PR. : Apakah kamu selalu mengerjakan PR yang diberi oleh guru dan mengumpulkannya tepat waktu? : Iya, selalu. : Apakah Ibu guru sering memberikan tugas /latihan di kelas saat pembelajaran? : Sering. : Apakah kamu selalu belajar rutin di rumah? : Engga rutin sih. : Berarti di rumah itu setiap harinya tidak ada jam belajarnya ya? : Engga ada, tapi sore ada les. : Kamu setiap hari les? : Engga tiap hari tapi hari Senin. 217

234 : Kamu sungguh-sungguh tidak mengerjakan tugas/latihan yang diberikan Ibu guru di kelas? : Iya, sungguh-sungguh. : Menurut kamu apakah Ibu guru sudah memberikan contoh yang baik kepadamu? : Sudah, Bu AS ga pernah marah-marah. : Kamu pernah tidak melanggar peraturan sekolah? : Engga. : Apakah Ibu guru memberikan hukuman kepadamu jika kamu melakukan kesalahan atau melanggar peraturan? : Jarang sih, cuma copot poin. : Pernah tidak kamu diajarkan ibu guru bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan bertata krama dengan baik? : Pernah, kalau misalnya ada yang ngomongnya kasar, itu langsung ditegur, terus dinasehati. : Apakah ibu guru sering mengadakan kerja kelompok saat pembelajran di kelas? : Sering. : Kamu sendiri senang tidak kalau diadakan kerja kelompok? : Senang. : Kenapa? : Soalnya kan bisa kerja bareng-bareng. : Salam kegiatan olahraga pernah tidak murid perempuan bermain sepakbola? : Pernah. : Menurut kamu Ibu guru pernah tidak pilih kasih kepada murid-murid di kelas? : Nek menurutku ga permah. : Apakah kamu mendengarkan dengan baik ketika temanmu sedang memberikan pendapat? : Iya. : Apakah kamu selalu berkata jujur baik kepada temanmu maupun kepada Bapak/Ibu guru? : Iya. : Di kelasmu pernah tidak melakukan koreksi ulangan atau latihan itu secara silang misalnya ditukar? : Pernah. IPA IPS gitu tapi cuma yang silang-silang. : Oh maksudnya pilihan gandanya saja? : Iya, soalnya kalo yang isian kan banyak yang jawabannya berbeda-beda tapi intinya sama, nanti nek bingung. : Apakah kamu jujur ketika memeriksa hasil ulangan atau latihan temanmu? 218

235 : Jujur. : Kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang kamu sukai? : Pramuka, pianika terus pencak silat. : Dari ekstrakurikuler yang kamu ikuti itu nilai-nilai apa saja yang kamu dapatkan dari ekstrakurikuler itu? : Nilai kebersamaan, nilai kemandirian, udah. : Pernah tidak dalam kegiatan olahraga diadakan perlombaan? : Pernah. : Perlombaan apa saja? : Sepakbola, gerobak sodor, benteng-bentengan. : Kamu sportif tidak ketika mengikuti perlombaan tersebut? : Sportif, tapi ada sih curang dikit-dikit. : Pernah tidak kamu mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah? : Pernah. : Kerja bakti tersebut dilaksanakan kapan saja? : Biasanya Jumat apa habis libur panjang. 219

236 Lampiran 9. REDUKSI HASIL OBSERVASI Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta No. Aspek Sub Aspek Indikator Deskripsi Kesimpulan 1. Strategi Keteladanan Berpakaian dengan Kamis, 19 Mei 2016 Pamong memakai seragam atau contoh sopan dan rapi Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik biru tamansiswa. Jumat, 20 Mei 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam biru dongker. Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan rapi, sopan dan sesuai dengan aturan sekolah yaitu hari Senin memakai seragam coklat (keki), Selasa memakai seragam batik hijau, Rabu memakai seragam hijau pemkot, Kamis memakai batik dengan memakai seragam seragam batik hitam biru tamansiswa, Jumat tamansiswa. Senin, 23 Mei 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam coklat (keki). seragam biru dongker dan Sabtu memakai seragam batik hitam tamansiswa rapi setiap harinya. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik hijau. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam hijau pemkot. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai aturan dengan memakai seragam batik biru tamansiswa. Jumat, 03 Juni 2016 Pamong memakai seragam rapi, sopan dan sesuai Bertutur kata dengan baik dengan aturan dengan memakai seragam biru dongker. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei Pamong bertutur kata dengan baik saat mengingatkan peserta

237 Pamong bertutur kata dengan baik saat mengingatkan siswanya untuk percaya diri dan tidak perlu bertanya kepada teman. Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong bertutur kata dengan baik ketika mengingatkan siswa sebelum ujian agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ujian. Senin, 23 Mei 2016 Pamong bertutur kata dengan baik ketika memberikan pengertian kepada peserta didik saat guru berbicara anakanak tidak boleh berbicara juga kepada temannya, harus mendengarkan guru, begitu juga kepada sesama teman. Selasa, 24 Mei 2016 Saat peserta didik Rn berbicara tidak sopan dengan mengucapkan kata ngeyel kepada pamong, akan tetapi pamong tidak lantas memarahi peserta didik tersebut, pamong menghampiri peserta didik tersebut dan berkata, Rn, kata ngeyel itu tidak sopan, tidak boleh diucapkan kepada yang lebih besar dari kita..., kemudian peserta didik tersebut hanya tertunduk. Rabu, 25 Mei 2016 Belum terlihat Kamis, 02 Juni 2016 Pamong memberikan nasehat dengan baik setelah menegur salah satu murid yang berbicara tidak sopan kepada temannya. Jumat, 03 Juni 2016 Saat anak-anak bertanya Ibu kenapa tidak pernah marah, pamong menjawab kita tidak boleh marah, kalo suka marah-marah nanti kita cepat tua, marah itu tidak baik... didik, memberikan nasehat dan memberikan pengertian. 178

238 Mengucapkan salam apabila bertemu orang Tidak merokok di lingkungan sekolah Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Salah satu peserta didik menghampiri mahasiswi yang sedang melakukan pengamatan di luar kelas, peserta didik tersebut menyapa dan bersalaman hendak berkenalan dengan mahasiswi tersebut. Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Pamong mengucapkan salam dan berjabat tengan saat bertemu dengan orang. Selasa, 24 Mei 2016 Pagi hari di sekolah terlihat pamong yang baru tiba di sekolah saling berjabat tangan dan mengucapkan salam saat bertemu dengan pamong lainnya dan kepala sekolah. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan ketika bertemu orang lain. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong memberi salam dan berjabat tangan saat bertemu dengan orang tua peserta didik yang hendak menjemput anaknya pulang sekolah, begitu juga sesama orang tua peserta didik saling berjabat tangan saat saling bertemu. Jumat, 03 Juni 2016 Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan saat bertemu orang lain. Kamis, 19 Mei 2016 Baik pamong, siswa, dan karyawan sekolah tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Jumat, 20 Mei 2016 Baik pamong mauoun peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. 179 Pamong mengucapkan salam dan berjabat tangan saat bertemu pamong lainnya, kepala sekolah, orangtua peserta didik maupun orang lain. Kepala sekolah, pamong dan semua karyawan tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah.

239 Kegiatan spontan Memberikan pengertian bagaimana sikap atau perilaku yang baik, seperti meminta sesuatu dilakukan dengan sopan dan tidak berteriak-teriak Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Senin, 23 Mei 2016 Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong dan peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Jumat, 03 Juni 2016 Baik pamong maupun peserta didik tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Belum terlihat Selasa, 24 Mei 2016 Saat salah satu peserta didik bernama Rn berteriakteriak, pamong mengingatkan Rn untuk tidak berteriakteriak di dalam kelas, pamong memberi pengertian bahwa berteriak akan itu tidak baik dan akan mengganggu teman yang lainnya, jika ingin berteriakteriak itu biasanya di dalam hutan. Rabu, 25 Mei 2016 Belum terlihat 180 Pamong memberikan pengertian kepada peserta didik yang melakukkan perbuatan kurang baik.

240 Memberikan penguatan terhadap perilaku atau perbuatan yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi yang lain Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Peserta didik El selalu menghadap ke belakang berbicara dengan temannya saat pamong menjelaskan, kemudian pamong meminta El untuk mendengarkan dan duduk menghadap ke depan, El pun berbalik badan dan menghadap kedepan sesuai perintah pamong, dengan spontan pamong memberikan pujian kepada El dengan berkata, Nah, anak baik Selasa, 24 Mei 2016 Pamong membagi-bagikan kertas kecil kepada semua peserta didik, pamong meminta masingmasing peserta didik menulis satu nama teman kelasnya yang menurut mereka paling baik dan tidak boleh ada yang tahu, kemudian semua kertas dikumpulkan dan dihitung nama yang paling banyak secara bersama-sama, nama yang paling banyak diberi apresiasi berupa pujian dan pemberian poin, serta pamong memberi nasehat agar tidak menjadi sombong dan tetap rendah hati. pamong juga mengumumkan peserta didik yang memperoleh poin kepemimpinan, kreatifitas, kejujuran, kebersihan, kebersamaan beserta alasannya. Hal ini 181 Pamong memberikan penguatan kepada peserta didik yang melakukan perbuatan baik berupa pujian dan pemberian poin.

241 Teguran Menegur peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik dilakukan pamong untuk memotivasi peserta didik lainnya agar terpacu dan semakin bersemangat. Rabu, 25 Mei 2016 Belum terlihat Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Sebelum ujian dimulai peserta didik agak ribut, kemudian pamong menegur peserta didik agar tidak ribut dan memberi peringatan apabila belum siap untuk melaksanakan ujian dipersilahkan keluar ruangan terlebih dahulu. Jumat, 20 Mei 2016 Pada saat waktu ujian hampir selesai, pamong menegur salah satu siswa yang ramai dan mengajak berbicara temannya. Sabtu, 21 Mei 2016 Sebelum ujian dimulai peserta didik agak ribut, kemudian pamong menegur peserta didik agar tidak ribut dan diberi peringatan apabila belum siap untuk melaksanakan ujian dipersilahkan keluar ruang ujian. Senin, 23 Mei 2016 Pamong menegur salah satu anak bernama El yang suka berbicara kepada temannya di belakangnya saat pamong menjelaskan sesuatu. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong menegur dan memberikan nasehat kepada anak bernama Rn. Saat ia mengucapkan kata ngeyel, pamong mengingatkan bahwa kata ngeyel tersebut tidak sopan dan tidak pantas diucapkan kepada orang yang lebih tua dari kita. Rabu, 25 Mei Pamong memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik seperti suka mengganggu teman, ramai/ribut di kelas, dan berbicara tidak sopan.

242 Pengkondisian kelas Mengingatkan peserta didik agar mengamalkan nilainilai yang baik Penyediaan sampah tempat Pamong menegur peserta didik yang mengganggu temannya saat bermain sepakbola di jam pelajaran olahraga. Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat Jumat, 03 Juni 2016 Pamong menegur Rn karena berbicara tidak sopan. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Pamong (pengawas) mengingatkan peserta didik untuk percaya pada diri sendiri pada saat ujian dan tidak perlu bertanya kepada temannya. Sabtu, 21 Mei 2016 Setelah ujian selesai pamong memberikan nasehat agar peserta didik banyak berdoa untuk hasil UN yang telah dilaksanakan selama seminggu. Senin, 23 Mei 2016 Belum terlihat Selasa, 24 Mei 2016 Di sela-sela kegiatan kelas, pamong memberikan nasehat kepada peserta didik untuk bertingkah laku baik, bertutur kata yang baik dan bersikap baik kepada semua orang. Rabu, 25 Mei 2016 Belum terlihat Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat Jumat, 03 Juni 2016 Pamong memberikan nasehat kepada seluruh peserta didik begaimana cara berbicara dan bersikap sopan kepada orang lain. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni Pamong memberikan nasehat kepada peserta didik untuk mengamalkan nilai-nilai baik, seperti percaya diri, banyak berdoa, berbicara sopan, bertingkah laku baik, bertutur kata dan bersikap baik kepada semua orang. Penyediaan tempat sampah sudah memadai tersedia tempat sampah organik, non organik dan bahan beracun berbahaya.

243 Menempelkan slogan mengenai budi pekerti di tempat strategis yang mudah dibaca oleh peserta didik Menempel aturan dan tata tertib sekolah di tempat yang strategis Kegiatan rutin Berbaris sebelum memasuki ruang kelas Berdoa sebelum dan sesudah kegiatan Di depan masing-masing mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 terdapat dua tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan non organik. Di depan kantor pamong dan kepala sekolah tersedia tiga tempat sampah (organik, non organik, dan bahan beracun berbahaya). Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Slogan budi pekerti (5S, 5T, 6K, nilai-nilai budi pekerti seperti mandiri, kreatif, jujur, dll) ditempel di dinding depan kantor pamong dan kepala sekolah, di setiap anak tangga, di dinding dekat tangga, di kelas, dan di mading yang terlihat jelas dan mudah dibaca oleh peserta didik. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu,21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di dinding setiap kelas. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Pamong beserta peserta didik berdoa sebelum dan sesudah ujian berlangsung. Jumat, 20 Mei 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah ujian berlangsung. Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong dan peserta didik berdoa terlebih dahulu sebelum dan sesudah ujian selesai. 184 Slogan mengenai nilai-nilai budi pekerti diempel di tempattempat yang strategis dan mudah dibaca oleh peserta didik. Aturan dan tata tertib kelas maupun sekolah sudah ditempel di tempat yang strategis dan mudah dibaca oleh siswa. Tidak teramati Pamong berserta peserta didik selalu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan sekolah.

244 Membersihkan kelas/menjalankan piket kelas Senin, 23 Mei 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di kelas selesai. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di dalam kelas. Salah satu peserta didik maju ke depan kelas dan memimpin doa. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah berlangsung. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah. Jumat, 03 Juni 2016 Pamong dan peserta didik berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah, namun hari ini peserta didik tidak berdoa saat pulang dikarenakan pamong sudah keluar terlebih dahulu dan peserta didik melakukan kegiatan bebas. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat. Piket tidak berjalan karena ujian. Senin, 23 Mei 2016 Dua orang peserta didik menjalankan piket sesuai jadwalnya setelah peserta didik lainnya meninggalkan kelas. Selasa, 24 Mei 2016 Salah satu anak bernama Dv yang hampir setiap harinya ia ikut melaksanakan piket, saat peneliti bertanya kepada Dv mengapa ia hampir setiap hari ikut melaksanakan piket, Dv mengatakan bahwa ia ingin membantu temannya dikarenakan ada anak yang seharusnya 185 Peserta didik menjalankan tugas piket setiap harinya setelah pulang sekolah.

245 2. Metode Metode among Pamong memberi contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik bertugas piket pada hari tersebut namun tidak melaksanakan tugas piketnya. Rabu, 25 Mei 2016 Tiga orang peserta didik melaksanakan piket kelas setelah pulang sekolah dan peserta didik yang lainnya sudah meninggalkan kelas. Kamis, 02 Juni 2016 Dua orang peserta didik menjalankan piket kelas setelah pulang sekolah dan peserta didik yang lainnya meninggalkan kelas. Jumat, 03 Juni 2016 Dua orang anak melaksanakan piket setelah pulang sekolah dan peserta didik lain meninggalkan kelas. Kamis, 19 Mei 2016 Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan berbicara sopan baik kepada sesama pamong maupun kepada peserta didik. Jumat, 20 Mei 2016 Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan sopan. Pamong (pengawas) membuang sampah kertas di tempat sampah depan kelas. Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong datang ke sekolah tepat waktu, senyum saat berinteraksi dengan peserta didik, berpakaian rapi dan bertutur kata bijak. Senin, 23 Mei 2016 Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, bertutur kata dengan lembut dan tidak pernah marah kepada peserta didik. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi dan pamong juga tidak pernah memarahi peserta didiknya akan tetapi menegur peserta didiknya dengan kasih sayang. Rabu, 25 Mei Pamong memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik, seperti berpakaian sopan dan rapi, datang ke sekolah tepat waktu, berbicara sopan baik kepada sesama pamong maupun peserta didik, membuang sampah pada tempatnya, bertutur kata lembut, tidak pernah marah, dan selalu tersenyum saat berinteraksi dengan peserta didik.

246 Pamong memberikan perintah, paksaan, dan hukuman kepada peserta didik apabila menyalahgunakan kebebasannya yang berakibat membahayakan kehidupannya Pamong datang ke sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, bertutur kata dengan sopan, senyum saat berinteraksi dengan peserta didik. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong bertutur kata dengan lembut, tidak memarahi peserta didik yang berbicara tidak sopan, akan tetapi peserta didik tersebut diberi teguran dan nasehat, dan juga berpakaian dengan sopan. Jumat, 03 Juni 2016 Pamong berbicara sopan kepada peserta didik. Pamong tidak pernah marah. Pamong juga berpakaian rapi dan sopan. Kamis, 19 Mei 2016 Salah satu pamong (pengawas) memerintahkan salah satu peserta didik yang mengganggu temannya saat ujian berlangsung untuk pindah ke tempat duduk yang lain. Jumat, 20 Mei 2016 Pamong (pengawas) memerintahkan peserta didik untuk mengumpulkan hp di meja pengawas sebelum ujian dimulai jika ada yang membawa. Sabtu, 21 Mei 2016 Pamong memberikan perintah kepada salah satu siswa untuk maju ke meja di depannya yang kosong dikarenakan siswa tersebut suka mengganggu temannya saat ujian berlangsung. Senin, 23 Mei 2016 Belum terlihat Selasa, 24 Mei 2016 Belum terlihat Rabu, 25 Mei 2016 Pamong memberikan hukuman lari keliling lapangan karena tidak membawa seragam olahraga pada saat pelajaran olahraga. Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat 187 Pamong memberikan perintah dan hukuman kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik.

247 Sikap rendah hati, jujur, dan taat pada peraturan dalam perkataan dan tindakan Metode ngerti Pamong berusaha menanamkan pengetahuan tingkah laku baik, sopan santun, dan tata krama yang baik kepada peserta didik Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Pamong tidak pernah memarahi peserta didik akan tetapi pamong menegur siswanya dengan lembut. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong selalu senyum saat berinteraksi dengan anak. Rabu, 25 Mei 2016 Belum terlihat Kamis, 02 Juni 2016 Pamong tidak pernah marah kepada murid. Cara pamong berbicara kepada peserta didik seperti teman. Jumat, 03 Juni 2016 Pamong Dk masuk ke ruang kelas III yang berada di lantai 2, Ki Dk terlihat asik bercerita dengan beberapa peserta didik, Ki Dk mengajak peserta didik berbicara layaknya seperti teman. Beberapa saat kemudian Ki Dk beserta beberapa peserta didik tersebut bersama-sama membawa kantongan berisi beras menuju kantor pamong yang berada di lantai bawah. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Sebelum ujian dimulai pamong memberitahukan kepada peserta didik untuk tidak mencontek saat ujian berlangsung. Senin, 23 Mei Pamong tidak pernah memarahi peserta didik dan memperlakukan peserta didik seperti layaknya teman. Pamong menanamkan pengetahuan yang bernilai baik kepada peserta didik.

248 Metode ngrasa Pamong mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta beragama Peserta didik akan dididik untuk dapat memperhitungkan dan membedakan Saat pembelajaran di dalam kelas, pamong mengajarkan peserta didik untuk bertingkah laku baik bertutur kata yang sopan, bagaimana sikap dan cara berbicara kepada sesama teman dan kepada orang yang lebih tua. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong mengajarkan anak-anak tentang semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani Rabu, 25 Mei 2016 Pamong memberikan pengetahuan kepada peserta didik bahwa tangan tidak boleh berada dibawah akan tetapi di atas yang artinya tidak boleh meminta tetapi harus lebih sering memberi. Kamis, 02 Juni 2016 Saat ada perpustakaan keliling datang ke sekolah saat, banyak anak-anak yang membaca di depan kantor, namun ada anak yang membaca sambil berdiri, pamong mengingatkan peserta didik tersebut untuk duduk saat membaca. Jumat, 03 Juni 2016 Saat salah satu peserta didik bernama Rn berbicara tidak sopan guru menegur dan memberikan nasehat bagaimana cara berbicara yang baik dan sopan. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Tidak teramati Pamong mengajarkan kepada peserta didik tentang hal baik dan tidak baik melalui sebuah cerita. 189

249 Metode nglakoni antara yang benar dan yang salah Peserta didik mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang telah didapat secara bertanggungjawab Pamong menceritakan sebuah cerita kepada peserta didik, peserta didik diminta untuk menyimak cerita yang disampaikan oleh pamong. Setelah cerita tersebut selesai pamong memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Peserta didik tidak ada yang mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Jumat, 20 Mei 2016 Peserta didik tidak ada yang mencontek dan melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Sabtu, 21 Mei 2016 Peserta didik melaksanakan ujian dengan tertib dan hikmad. Senin, 23 Mei 2016 Peserta didik menjalankan piket setelah pulang sekolah. Selasa, 24 Mei 2016 Peserta didik mengerjakan tugas membuat puisi yang diberikan oleh pamong dan membacakannya di depan kelas serta menjalankan piket setelah pulang sekolah. Rabu, 25 Mei 2016 Peserta didik membuang sampah pada tempatnya, membersihkan meja belajarnya saat terlihat kotor dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. Kamis, 02 Juni 2016 Peserta didik membuang sampah pada tempatnya, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dengan baik, dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. Jumat, 03 Juni 2016 Peserta didik selalu membuang sampah pada tempatnya, mengerjakan tugas yang diberikan oleh pamong dan menjalankan piket setelah pulang sekolah. 190 Peserta didik sebagian besar sudah melaksanakan tugasnya secara bertanggungjawab seperti tidak mencontek saat ujian, tertib dan hikmad, membuang sampah pada tempatnya, berpakaian sesuai aturan, menjalankan piket, mengerjakan tugas yang diberikan pamong dan lain-lain.

250 3. Pembelajaran Penanaman nilai-nilai budi pekerti Nilai religiusitas melalui mata pelajaran agama, manamkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Tuhan adalah maha baik dan maha segalanya Nilai sosialitas melalui kerja kelompok, olahraga bersama, dll Kamis, 19 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Jumat, 20 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Sabtu, 21 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Senin, 23 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Selasa, 24 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Rabu, 25 Mei 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Kamis, 02 Juni 2016 Kegiatan berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan di sekolah Jumat, 03 Juni 2016 Saat pamong selesai mengadakan remedial, pamong keluar meninggalkan kelas dan peserta didik bersamasama membaca al-quran tanpa diperintah oleh pamong. Mereka duduk berkelompok dan membaca al-quran secara bergantian. Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei 2016 Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Nilai religiusitas ditanamkan melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah serta kegiatan membaca al-quran bersama. Nilai sosialitas ditanamkan melalui kegiatan berkelompok, olahraga bersama. Peserta didik memiliki nilai sosialitas yang cukup tinggi. 191

251 Nilai gender melalui kegiatan olahraga, perempuan dapat mengikuti berbagai macam olahraga, termasuk sepakbola Nilai keadilan ditanamkan melalui sikap guru yang tidak Pamong mengadakan permainan (game) victoria line di dalam kelas. Pamong membentuk 3 kelompok besar, masing-masing kelompok terlihat kompak saling membantu dan bekerjasama dengan baik secara berkelompok Selasa, 24 Mei 2016 Belum terlihat Rabu, 25 Mei 2016 Saat pelajaran olahraga peserta didik dibentuk menjadi dua kelompok untuk bermain sepakbola, peserta didik saling bekerjasama dengan baik. Kamis, 02 Juni 2016 Kakak kelas dan adik kelas saling membantu, terlihat saat salah satu adik kelas bernama Sb kehilangan botol minumnya, kemudian kakak kelas bernama El membantu Sb mencari botol minumannya. Jumat, 03 Juni 2016 Kakak kelas dan adik kelas bermain bersama di lapangan sekolah dan terlihat juga kakak kelas mengajak adik kelasnya yang termasuk ABK untuk bermain bersama. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016 Belum terlihat Rabu, 25 Mei 2016 Saat jam pelajaran olahraga tidak ada pembedaan antara peserta didik perempuan dan laki-laki, peserta didik perempuan ikut bermain sepakbola. Pamong membentuk dua tim untuk bertanding sepakbola, dalam masingmasing tim terdapat dua orang peserta didik perempuan. Peserta didik perempuan juga bermain dengan antusias. Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016 Belum terlihat Jumat, 20 Mei Nilai kesetaraan gender teramati saat peserta didik perempuan mengikuti permainan olahraga sepakbola. Pamong memperlakukan semua peserta didik secara adil termasuk ABK, baik dalam hal

252 pilih kasih pada peserta didik saat pembelajaran Belum terlihat Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Pamong bercerita di depan kelas dan peserta didik diminta untuk menyimak cerita tersebut, setelah pamong selesai bercerita, pamong memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh poin bagi yang dapat menjawab pertanyaan, banyak peserta didik yang mengacungkan tangan hendak menjawab pertanyaan dari pamong, namun beberapa murid ABK terlihat tidak ikut mengacungkan tangan, akan tetapi pamong tetap mememberikan kesempatan kepada peserta didik ABK tersebut untuk menjawab pertanyaan dari pamong. Selasa, 24 Mei 2016 Pamong memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat sebuah puisi, setelah selesai pamong memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan poin bagi yang mau maju ke depan kelas untuk membacakan puisinya, Rn yang merupakan peserta didik yang cukup nakal di kelasnya pun diberi kesempatan kepada peserta didik untuk membacakan puisinya di depan kelas walaupun ia tidak mengacungkan tangan, hal ini dilakukan peserta didik dikarenakan Rn memperoleh poin yang paling sedikit diantaranya peserta didik lainnya. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong memberikan tugas kelompok, dan membagibagi peserta didik secara adil, dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang pintar dan yang kurang. Kamis, 02 Juni 2016 Belum terlihat Jumat, 03 Juni 2016 Peserta didik mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan. Pamong yang mengajar karawitan tidak pilih 193 pemberian poin, pembagian tugas kelompok dan juga dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti karawitan.

253 Nilai demokrasi ditanamkan melalui pendidikan IPS dan PKn, menghargai perbedaan pendapat, jujur, dan terbuka Nilai kejujuran ditanamkan melalui kegiatan mengkoreksi hasil ulangan secara silang di dalam kelas, dll Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, dll Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan olahraga, sportifitas dalam bersaing secara wajar Nilai tanggung jawab ditanamkan melalui kasih kepada peserta didik, hal ini terlihat saat peserta didik ABK juga ikut serta dan tidak ada pembedaan perlakuan. Sesekali pamong mendatangi murid ABK dan mengajari bagaimana cara memukul yang benar, begitu juga dengan peserta didik normal yang lainnya, mereka juga diajarkan cara memukul yang benar saat bunyi yang dikeluarkan oleh alat yang dipegangnya tidak sesuai. Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu,, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016 Belum terlihat Rabu, 25 Mei 2016 Peserta didik bersaing secara sportif ketika bermain sepakbola saat pelajaran olahraga. Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat Tidak teramati Tidak teramati Tidak teramati Nilai daya juang ditanamkan melalui kegiatan permainan saat olahraga. Kamis, 19 Mei 2016 Nilai tanggungjawab ditanamkan melalui kegiatan 194

254 pemberian PR, tugas, pembagian tugas piket, dll Nilai penghargaan terhadap lingkungan alam ditanamkan melalui kegiatan pelaksanaan tugas kerja bakti Peserta didik bertanggungjawab mengerjakan soal ujian hingga selesai. Jumat, 20 Mei 2016 Peserta didik bertanggungjawab mengerjakan soal ujian hingga selesai. Sabtu, 21 Mei 2016 Belum terlihat Senin, 23 Mei 2016 Peserta didik yang bertugas piket menjalankan piket kelas setelah pulang sekolah. Selasa, 24 Mei 2016 Peserta didik mengerjakan tugas/latihan (membuat puisi) dan setelah pulang sekolah yang bertugas piket menjalankan tugas piket kelasnya. Rabu, 25 Mei 2016 Pamong memberikan PR kepada peserta didik. Kamis, 02 Juni 2016 Pamong memberikan tugas/latihan kepada siswa dan dikumpulkan hari itu juga. Jumat, 03 Juni 2016 Peserta didik mengerjakan tugas yang diberikan oleh pamong Kamis, 19 Mei 2016, Jumat, 20 Mei 2016, Sabtu, 21 Mei 2016, Senin, 23 Mei 2016, Selasa, 24 Mei 2016, Rabu, 25 Mei 2016, Kamis, 02 Juni 2016, Jumat, 03 Juni 2016 Belum terlihat piket kelas, pemberian tugas maupun PR kepada peserta didik. Tidak teramati 195

255 Lampiran 10. REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta No. Pertanyaan Hasil wawancara Kesimpulan 1. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? 2. Bagaimana implementasi pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Pawiyatan? 3. Nilai-nilai apa saja yang ditanamkan kepada seluruh siswa melalui pendidikan budi pekerti di SD Taman Muda Pawiyatan? 4. Bentuk kegiatan apa yang dilaksanakan secara rutin oleh sekolah dalam rangka menanamkan nilai-nilai budi pekerti? Budi itu dari kalbu, dari hati nurani, pekerti itu hubungannya dengan pengertian yang di luar yaitu tingkah laku kita. Pendidikan budi pekerti itu kita memberikan ajaran ke anak contoh-contoh yang sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro, sistem among, Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Pendidikan budi pekerti memberikan contoh terbaik dari tingkah laku, perkataan, perbuatan, berpakaian, sikap menerima, semua masuk dalam pembiasaan sehari-hari. Pamong di sini sudah menjalankan pendidikan budi pekerti itu, contoh dari ajaran Ki Hajar Dewantoro itu anak dengan pamong bagaikan dia dengan anak sendiri, yang kedua bagaikan teman kita sendiri, dan yang ketiga anak bagaikan bos kita. Pamong-pamong sudah memberikan contoh yang baik, hanya saja masih ada pamong yang berbicaranya kurang keibuan, karena faktor usia atau ingin merasa lebih akrab. Jika ada yang kurang sopan kita saling mengingatkan. Kami menanamkan semua. Apalagi contoh-contoh yang tua, sudah luar biasa, sudah sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantoro. Nilai kesopanan, nilai kedisiplinan, sopan santun, dan ramah tamah kepada orang. Dan dalam setiap rapat, rasa cinta tanah air dan suku bangsa itu kita tanamkan dengan menyanyikan lagu Jawa sebelum memulai rapat. Salah satunya yang untuk religius itu pesantren kilat, tetapi untuk Katholik, Kristen dan Budha juga ada tetapi berbeda-beda namanya, untuk yang Muslim namanya pesantren kilat. Untuk tanggal 7 dan 18 besok itu adalah pesantren kilat dan budi pekerti. Pesantren kilatnya khusus untuk yang beragama Islam, tetapi budi pekertinya untuk semua, dari kegiatan tersebut dimasukkan ajaran Ki Hajar Dewantoro yang berisi budi pekerti, itu setiap tahun. Tanggal 26 nanti kita seluruhnya kerja bakti di taman mahkam pahlawan, setelah bersih besoknya kita ziarah ke sana membawa bunga, supaya naak-anak tahu bahwa kita masih berhubungan dengan yang sudah tidak ada, itu sudah ada agendanya. Budi pekerti juga dimasukkan dalam keolahragaan dan dalam mata pelajaran setiap harinya. 196 Kepala sekolah telah memahami dengan baik pengertian dan konsep pendidikan budi pekerti. Sekolah sudah mengimplementasikan pendidikan budi pekerti kepada peserta didik sesuai dengan ajaran Ki Hajar Dewantara. Nilai yang ditanamkan melalui pendidikan budi pekerti diantaranya adalah nilai kesopanan, kedisiplinan, ramah tamah, cinta tanah air dan lain-lain. Kegiatan rutin yang dilaksanakan sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai budi pekerti diantaranya pesantren kilat dan budi pekerti.

256 5. Bagaimana cara menanamkan kepada anak peserta didik supaya berpakaian dengan rapi dan sopan? 6. Apakah Ibu memberikan teguran kepada siswa yang berpakaian tidak rapi (kemeja dikeluarkan, siswa perempuan memakai rok pendek di atas lutut, dll)? 7. Bagaimana cara menanamkan nilai tanggungjawab pada diri peserta didik? 8. Bagaimana cara menanamkan nilai sosialitas pada diri peserta didik? 9. Bagaimana cara menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik? Kita punya aturan, satu aturan di kelas, satu aturan sekolah, begitu ada peserta didik baru kita beri tahu seragamnya, dan saat hari pertama masuk itu juga kita sosialisasikan tentang aturan tersebut. Kalau budi pekerti itu harus dari diri kita sendiri dulu, jadi kita harus memberikan contoh dari diri kita sendiri dan harus tetap berproses jika ada kekurangan. Setiap Senin, saat upacara jika ada yang tidak berpakaian rapi dan tidak sesuai aturan diberi teguran, dan jika tetap tidak bisa diberi tahu ke orang tuanya. Biasanya saya panggil contoh anak yang rapi dan tidak rapi, saya suruh anak tersebut memilih mana yang bagus, dengan sendirinya nanti anak itu meniru. Misalnya untuk tugas PR ada anak kelas V yang tidak membuat PR, saya bawa anak tersebut masuk ke kelas III saya titipkan dan anak tersebut membuat PR di kelas tersebut, nah dia malu sendiri. Besoknya lagi dia ga mau seperti itu. Begitu juga yang lain, yang kelas II nanti duduk di kelas VI, dan kelas VI duduk di kelas II, yang kelas II kan takut kalau duduk di kelas VI, seperti itu. Itu disiplin untuk memberi tanggungjawab anak. Semuanya, baik dari pakaian dari bicara dari tingkah laku, dari cara belajar pembelajaran itu kami juga untuk yang pamongpamong ini sudah berusaha membuat anak-anak bertanggungjawab. Salah satunya misalnya dalam kegiatan kelompok pada saat olahraga contohnya dibentuk kelompok bermain. Begitu juga di dalam kelas, biasanya pamong memberikan tugas berkelompok. Dari situ ada nilai keadilan, nilai kerjasama, saling membantu dan lain-lain. Pamong tidak pernah membeda-bedakan anak. Pamong sudah luar biasa, mengerti setiap kebutuhan anak didiknya, baik anak yang normal maupun ABK, tidak ada pilih kasih, juga dalam pembagian kelompok Cara menanankam kepada peserta didik untuk berpakaian rapi dan sopan adalah dengan sosialisasi dan kepala sekolah juga memberikan contoh bagaimana berpakaian yang sopan dan rapi. Kepala sekolah memberikan teguran kepada peserta didik yang tidak memakai seragam sesuai aturan dan apabila tidak bisa kepala sekolah memberi tahukan langsung kepada orang tua peserta didik yang bersangkutan. Peserta didik yang tidak membuat PR disuruh oleh kepala sekolah untuk mengerjakan PR nya di kelas lain, sehingga peserta didik tersebut merasa malu dan tidak mengulangi kesalahannya lagi. Nilai sosial ditanamkan melalui kegiatan kelompok. Nilai keadilan ditanamkan dengan pamong tidak membeda-bedakan anak baik normal maupun ABK. 197

257 10. Apakah nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri peserta didik? 11. Bagaimana menanamkan nilai demokrasi pada peserta didik? 12. Bagaimana nilai kemandirian ditanamkan dalam diri peserta didik? 13. Apakah di sekolah ini ada peraturan tidak boleh merokok? 14. Bagaimana ibu berkomunikasi dengan wali murid termasuk dengan siswa? Sudah terlihat, misalnya saja saat upacara itu kita memanggil anak-anak yang melanggar peraturan, ada anak itu yang sebenarnya dia sudah betul memakai kaos kaki putih namun karena dia tidak memakai kaos kaki putih dari sekolah dia maju ke depan, saya kaget kemudian saat saya tanya dia melanggar apa dia menunjukkan kaos kaki putihnya yang tidak ada lambang seperti yang disediakan sekolah, padahal lambang itu sebenarnya tidak tampak ditutupi sama celananya. Tapi dia tetap maju dan mengakui kesalahannya. Begitu juga untuk yang terlambat, dia tidak ikut baris dalam upacara, kemudian setelah selesai upacara kita beri pengumuman bagi yang terlambat silahkan maju berbaris di depan, anak yang terlambat itu maju. Jadi nilai kejujuran pada anak itu sudah tertanam. Misalnya melalui pelajaran Pkn, IPS itu sudah ada diajarkan nilai-nilai demokrasi, tertanam sekali. Nilai demokrasi juga terlihat saat anak-anak mempunyai pendapat, bagaimana dia menyatakan pendapatnya, bagaimana sikapnya dan sebagainya. Itu sudah tertanam dalam diri anak. Pada saat tidak ada pamongnya, tugas apa yang diberikan pamong itu langsung dikerjakan, besoknya itu sudah siap dikumpulkan. Contoh lainnya, misalnya dari kegiatan ekstrakurikuler pramuka, melatih kemandirian anak, ekstrakurikuler itu terlaksana untuk kelas III sampai kelas VI. Iya itu jelas sekali, baik saya, pamong, semua karyawan dan peserta didik tidak boleh ada yang merokok selagi berada di lingkungan sekolah, karena dampaknya sangat tidak baik bagi seluruh warga sekolah. Merokok itu tidak baik bagi kesehatan, dan juga sangat tidak baik jika dilihat oleh peserta didik. Tidak etis rasanya jika kita melarang peserta didik untuk tidak boleh merokok sementara ada pamong atau karyawan sekolah yang merokok di lingkungan sekolah. Kita ada pertemuan paguyuban dari kelas 1 sampai kelas 6 jika ada keperluan atau butuh sesuatu dan program-program. Setelah setengah tahun mid semester kita bertemu dengan pamong-pamong dan orangtua dengan memberikan hasil dari siswa-siswa. Jika ada orangtua yang membutuhkan sesuatu biasanya kita beri bantuan, biasanya dari perwakilan komite. Selama semester 1 dan semester 2 itu selalu ada pertemuan, baik pertemuan antar pamong-pamong, dan pamong-pamong dengan wali murid. 198 Nilai kejujuran sudah tertanam dalam diri peserta didik. Nilai demokrasi ditanamkan melalui pelajaran PKn, IPS dan kegiatan menyatakan pendapat. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kepala sekolah melarang pamong, karyawan maupun peserta didik merokok di lingkungan sekolah. Untuk membangun komunikasi yang baik, kepala sekolah mengadakan pertemuan baik pertemuan antar pamong dan kepala sekolah, ataupun pamong

258 15. Hal apa yang spontan dilakukan oleh ibu ketika menjumpai siswa/pamong lain yang melakukan hal yang tidak baik? 16. Apakah semua warga sekolah (kepala sekolah, pamong, tenaga kependidikan, peserta didik, dan staf lainnya) konsisten dengan taat terhadap peraturan sekolah (datang tepat waktu, keluar sekolah tepat waktu, berpakaian rapi, menerima siswa dan mendidik dengan kasih sayang)? 17. Bagaimana cara Ibu memberikan contoh yang baik sebagai bentuk pembiasaan? 18. Menurut Ibu, bagaimana peran seluruh warga sekolah dalam menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih dan asri? Biasanya kalau untuk siswa itu sudah diatur oleh pamong, tetapi kalau pamongnya yang tidak baik biasanya ditarik ke ruangan saya, saya beri pengertian, saya catat dan itu masuk sebagai supervisi. Tetapi tergantung masalahnya, jika masalahnya misalnya dalam perkataan di depan umum tidak harus dipanggil secara pribadi. Kalau untuk pakaian dan sebagainya saat rapat dibicarakan bersama-sama, bagaimana supaya kita tidak jauh dari koridor-koridor yang telah dimusyawarahkan. Belum semua. Namanya kehidupan itu ada seninya, ada halangannya, ada kekurangan ada kelebihan, itu tidak akan sempurna, dan kita mencari yang mirip dengan sempurna, kita sebagai teman saling mengingatkan, kalau sebagai atasan kita memerintah dengan memberi dorongan dan solusi. Yang namanya disiplin itu biasanya kebiasaan dari dalam diri kita sendiri yang sudah ditanamkan oleh orangtua dari rumah. Misalnya untuk berangkat ke sekolah biasanya kalau sudah lewat dari setengah tujuh rasanya sudah gemetaran, karena sudah kebiasaan, dan saya juga tidak pernah pulang kalau sebelum jam dua. Jadi, yang namanya berangkat itu, kalau sudah waktunya biasanya sebelum jam itu sudah berangkat duluan, karena memang sudah jadi kebiasaan saya. Biasanya kalau kita terapkan ke orang lain tidak bisa kita paksakan, jadi harus dalam diri kita sendiri, biasanya kita beri contoh, tapi kalau dengan contoh tidak bisa ya dengan kesepakatan aturan dalam musyawarah bersama. Kalau anak-anak dengan contoh lebih mudah, biasanya sudah langsung mengerti. Sebenarnya sudah disediakan fasilitas seperti tempat sampah itu sudah ada tiga jenisnya, tetapi dari lingkungan ini belum semuanya menjaga karena di sini lingkungannya bergabung dengan TK, SD dan SMP, kalau untuk membuang sampah sembarangan anakanak SD di sini sudah tahu ada peraturan didenda, jadi mereka sudah saling mengingatkan tapi terkadang siswa yang lain mungkin siswa SMP nya kadang tidak ketahuan. Ada lomba kebersihan antar kelas dan biasanya kita apresiasi dengan memberi hadiah. Ada lomba penghijauan, nanti di depan ada banyak tanaman-tanaman hijau. Saya pagi hari sering mengajak anak-anak menyiram tanaman dan kadang saya membawa bunga dari rumah untuk di tanam di depan sekolah. 199 dengan orang tua peserta didik. Kepala sekolah secara spontan memanggil dan memberikan pengertian kepada pamong yang melakukan perbuatan kurang baik. Warga sekolah belum semua konsisten terhadap peraturanperaturan sekolah, akan tetapi tetap saling mengingatkan dan memberikan dorongan. Kepala sekolah selalu disiplin dalam hal waktu dan untuk menerapkannya kepada peserta didik adalah melalui contoh atau menerapkan aturan berdasarkan kesepakatan dan musyawarah bersama. Sekolah sudah menyediakan fasilitas seperti tempat sampah yang memadai, selain itu kepala sekolah juga mengadakan lomba kebersihan antar kelas dan lomba penghijauan. Kepala sekolah juga sering mengajak peserta didik untuk menyiram tanaman bersama.

259 19. Apa kesulitan yang Ibu hadapi ketika menerapkan peraturan sekolah? 15. Bagaimana bentuk dorongan dan motivasi Ibu sebagai kepala sekolah kepada pamong dan karyawan untuk menjadi model atau contoh yang baik dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti? Namanya peraturan itu ada yang patuh ada yang tidak, pasti ada yang tidak suka ada yang mau menjalankan, untuk yang tidak suka kita lebih sering memberikan contoh. Tapi biasanya sebelum saya mengajukan aturan-aturan pasti saya musyawarahkan terlebih dahulu, dan mereka memberikan masukan satu persatu dan akhirnya terjadi suatu kesepakatan bersama. Sering sharing misalnya di jam istirahat. Saya terus menerus memberikan semangat kepada para pamong. Dalam menerapkan peraturan, kepala sekolah terlebih dahulu mengadakan musyawarah hingga menghasilkan suatu kesepakatan bersama, sehingga peraturan dapat diterima oleh seluruh warga sekolah. Kepala sekolah selalu memberikan semangat kepada pamong sebagai bentuk motivasi kepada para pamong dan semua karyawan sekolah. 200

260 Lampiran 11. REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN GURU KELAS (PAMONG) Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta No. Pertanyaan Narasumber Hasil Wawancara Kesimpulan 1. Menurut Bapak/Ibu guru, apa yang dimaksud dengan pendidikan budi pekerti? Lr Pendidikan yang mendasari sifat, sopan santun, dari adat kebiasaan, tingkah laku, pola asuh guru juga, jadi yang dinamakan dengan budi pekerti itu suatu tindakan untuk mengemas anak itu menjadi lebih berkarakter. Pamong telah memahami dengan baik pengertian dan konsep pendidikan budi pekerti. AS Pendidikan yang melatih bukan hanya pengetahuan tapi ke tingkah laku 2. Apa saja nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan di SD Taman Muda Pawiyatan? 3. Apakah nilai-nilai budi pekerti hanya dikembangkan melalu pembelajaran di kelas? 4. Melalui kegiatan apa saja nilai-nilai budi pekerti tersebut dikembangkan? Lr AS Lr AS Lr AS anak yang diterapkan dalam kehidupan. Sosial anak perorangan sama perorangan, perorangan sama kelompok, misalnya anak dengan anak itu contohnya membantu temennya yang kurang paham atau kurang mendengarkan, seperti itu. Nilai kesopanan, menghormati guru, terus nilai-nilai kedisplinan dan lainlain. Tidak. Nilai budi pekerti itu juga dikembangkan pada saat kegiatan di luar kelas, bisa dari kegiatan ekstrakurikuler, pembiasaan sehari-hari bagaimana mereka bergaul dengan temannya saat bermain di luar kelas, bagaimana sikap mereka saat berbicara dengan pamong, saat bertemu pamong. Tidak, karena di rumah juga anak-anak sama orang tua diajarkan budi pekerti, karena pendidikan awal itu di rumah. Dasar pendidikan dari rumah itu penting, apa yang dibentuk dari rumah, sekolah tinggal melanjutkan. Seperti kegiatan ekstrakurikuler. Merayakan hari besar agama. Misalnya ada acara perayaan Natal, semua siswa berpartisipasi termasuk yang beragama Islam, jadi yang beragama Islam juga ikut mengisi acara. Juga ada lomba kebersihan antar kelas, lomba kreatifitas menghias kelas. Misalnya nilai kesopanan kalau di sekolah itu seperti senyum, salam, sapa, ada juga 6K. Terus bisa melalui upacara setiap senin, itu kan menumbuhkan semangat kebangsaan anak, kedisplinan dalam berpakaian juga kan dilihat saat upacara, seperti itu, dan masih banyak yang lainnya juga. 201 Nilai-nilai budi pekerti yang dikembangkan adalah nilai sosial, kesopanan, menghormati, kedisplinan, dan lain-lain. Nilai-nilai budi pekerti tidak hanya dikembangkan melalui pembelajran di kelas akan tetapi juga kegiatan di luar kelas seperti salah satunya kegiatan ekstrakurikuler. Dan juga nilai-nilai budi pekerti dikembangkan melalui didikan orang tua di rumah. Nilai-nilai budi pekerti di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dikembangkan melalui kegiatan seperti ekstrakurikuler, perayaan hari besar agama, lomba kebersihan, lomba kreatifitas menghiasn kelas, 5S, 6K,

261 5. Bagaimana Bapak/Ibu guru berkomunikasi dengan wali murid dan peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 6. Apakah Bapak/Ibu guru membiasakan peserta didik untuk mengucapkan salam apabila bertemu orang? Bagaimana caranya? Lr AS Lr AS Ada buku penghubung, setiap anak wajib mempunyainya, seandainya perlu tahu kenapa nilai anak menurun kita bisa konsultasi perorangan. Guru itu kalau ngajar di sini itu 24 jam. Minggu pun ada orang tua yang konsultasi mengenai anaknya lebih baik masuk SMP mana. Jadi, guru itu seperti dokter, ketika dipanggil harus siap kapanpun. Seperti biasa, saya kalau di kelas itu sebisa mungkin tidak pernah marah, karena mereka nantinya akan meniru kita, baik ke sesama temannya maupun ke orangtuanya. Kalau untuk komunikasi dengan wali murid kita itu biasanya ada pertemuan juga dengan para wali murid untuk membahas bagaimana perkembangan para anak-anak mereka di sekolah. Jadi kita tetap menjalin komunikasi yang baik dengan para wali murid. Biasanya siswa bertemu pamong itu saling berjabat tangan, semua pamong menyongsong anak didiknya itu bagaikan seperti teman. Di sini itu pamong itu panggilannya Nyi sama Ki, Ni itu untuk kalo belum punya suami, kalo Nyi itu yang sudah, kalo yang Ki untuk yang laki-laki. Bukan hanya salam tapi menyapa, jadi anak-anak itu dibiasakan untuk ramah. Sebenarnya membuat anak menjadi terbiasa itu dari kita. Karena biasanya anak-anak itu sukanya meniru, jadi kita memberikan contoh dari diri kita sendiri dulu, sebagai guru kita itu digugu dan ditiru, jadi dari ucapan dari perbuatan kita, kita harus memberikan contoh yang baik ke anak-anak, nanti sejalan dengan itu pasti mereka meniru apa yang kita lakukan. Jadi terkadang saya terlebih dahulu yang menyapa mereka, jadi nanti mereka terbiasa juga memberikan salam kepada orang lain. upacara setiap hari Senin, dan lain-lain. Pamong dengan orangtua peserta didik senantiasa membangun komunikasi yang baik, baik melalui pertemuan, konsultasi, maupun via telepon dan sms. Pamong menyongsong peserta didik bagaikan seperti teman, pamong tidak hanya membiasakan peserta didik mengucapkan salam akan tetapi juga berjabat tangan, pembiasaan itu dimulai dari pamong terlebih dahulu sebagai contoh bagi para peserta didiknya. 7. Bagaimana Bapak/Ibu guru menanamkan kepada peserta didik supaya berpakaian rapi dan sopan? Lr AS Penentuan seragam itu sudah seperti gambar seperti contoh pada waktu awal, panjang pendeknya itu sudah ditentukan di awal. Setiap hari senin saat upacara kalau ada siswa yang melanggar biasanya ada barisannya sendiri untuk anak-anak yang tidak berpakaian sesuai aturan, biasanya anak-anak itu malu kalau masuk ke barisan itu. Setiap hari Senin itu biasanya selalu dicek kerapian anak-anak dalam berpakaian. Seperti yang saya bilang tadi, kita mencontohkan dulu, jadi saya harus berpakaian rapi dulu, karena tidak etis rasanya anak-anak kita minta untuk berpakaian rapi dan sopan tetapi gurunya malah tidak rapi. Biasanya 202 Setiap hari Senin pamong melakukan pengecekkan kerapian dan kelengkapan seragam peserta didik. Selain cara tersebut, pamong juga memberikan contoh dengan berpakaian rapi dan sopan.

262 kalau ada anak yang bajunya keluar saya tegur, saya suruh masukan bajunya, seperti itu. 8. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru mengajarkan kepada peserta didik agar bertutur kata dengan baik, baik kepada sesama teman maupun kepada pamong dan karyawan lainnya yang berada di lingkungan sekolah? 9. Apakah peserta didik sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya? 10. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru dalam menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama yang baik kepada peserta didik? Lr AS Lr AS Lr AS Biasanya saya beri nasehat kepada anak-anak. Ketika saya menemukan peserta didik yang berbicara tidak sopan, saya tidak langsung memarahi akan tetapi menegur dan memberikan nasehat dan pengertian kepada peserta didik tersebut Kalau itu kan dasarnya dari rumah, anak-anak itu dari kecilnya sudah diajarkan oleh orangtua, jadi kalau kebiasaan mereka di rumah baik dengan sendirinya di sekolah mereka pun sudah berbicara dengan sopan, namun memang masih ada anak yang suka berbicara tidak sopan mungkin faktor lingkungan dan keluarga juga, jadi saya di sekolah sering memberikan nasehat bagaimana berbicara yang sopan, dan terkadang jika ada yang berbicara tidak sopan saya tegur juga. Dan saya juga secara tidak langsung mengajarkan kepada mereka untuk berbicara sopan dengan mencontohkan, jadi di kelas saya tidak pernah berkata kasar pada anak-anak, karena kalau saya berkata kasar nanti anak-anak juga menirunya, seperti itu. Sudah, jadi kita setiap kelas ada 2 tempat sampah di depan kelas, satu untuk organik dan satu lagi untuk non organik. Kita juga ada reward, kalo misalkan nanti kelasnya terbersih, terkreatifitas itu tiap tahunnya pasti diumumin. Jadi di sini itu untuk ucapan rasa terimakasihnya itu timbal baliknya pasti ada Sudah, tapi terkadang masih ada anak yang suka meletakkan sampahsampah kertasnya di laci mejanya, kadang saya sebelum pulang menyuruh anak-anak untuk memeriksa laci mereka, bagi yang ada sampah di dalamnya silahkan dibuang ke tempat sampah. Biasanya dengan nasehat dan aturan-aturan kelas yang sudah ditetapkan dari awal. Selain itu juga kita memberikan contoh bagaimana bertingkahlaku baik dan sopan. Saya juga sering mengajak anak-anak itu untuk menonton film-film yang tentunya mengandung makna dan nilai-nilai yang baik. Biasanya seperti tadi, anak-anak sering saya beri nasehat, tapi terkadang anak itu malah bosan kalau dinasehati terus jadi kadang saya selipkan pada saat mata pelajaran tertentu seperti Pkn, Agama, mapel Ketamansiswaan dan budi pekerti. Selain itu juga kita memberikan contoh. 203 Pamong memberikan teguran dan nasehat ketika menemukan peserta didik yang berbicara tidak sopan. Selain cara tersebut, untuk membiasakan peserta didik bertutur kata dengan baik, pamong biasanya memberikan contoh kepada peserta didik dengan berbicara sopan dan tidak pernah marah kepada peserta didik. Peserta didik sudah terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya, namun pamong masih menemukan beberapa peserta didik yang suka membuang sampah di laci meja. Pamong memberikan nasehat, contoh, menonton film-film yang mengandung nilai-nilai baik, dan juga pamong menyelipkan pengetahuan tersebut pada beberapa mata pelajaran seperti Pkn, Agama, Ketamansiswaan dan budi pekerti.

263 11. Apakah Bapak/Ibu guru sudah memberikan penguatan terhadap perilaku peserta didik yang sudah baik agar tetap dipertahankan dan menjadi teladan bagi peserta didik yang lain? 12. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan teguran kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? 13. Bagaimana bentuk teguran yang Bapak/Ibu guru berikan kepada peserta didik yang melakukan perbuatan tidak baik atau melanggar peraturan sekolah? 14. Apakah sebelum memasuki ruang kelas peserta didik diwajibkan berbaris terlebih dahulu? Mengapa? 15. Apakah sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas peserta didik Lr AS Sering. Biasanya kalau anak itu dipuji dia semakin termotivasi, dan saya juga sering kasih semangat kepada anak-anak. Saya sesering mungkin memberikan pujian kepada anak-anak dan biasanya kasih poin ke anaknya, jadi mereka termotivasi dan merasa saya dihargai, ada anak-anak yang suka membantu itu kan termasuk perilaku yang baik, bahkan tiap piket itu ada anak yang suka membantu, jadi saya hargai itu dan yang tidak piket pun saya cek, ini kemaren tidak piket yang piket siapa, yang piket terus saya kasih poin, jadi anak-anaknya merasa dihargai secara tidak langsung, walaupun mengharapkan poinnya tapi secara tidak langsung meghargai tindakan itu. Jadi anak-anak yang lainnya termotivasi untuk melakukan perbuatan baik seperti temannya. Pamong sering memberikan penguatan berupa pujian dan pemberian poin untuk memotivasi peserta didik. Lr Terkadang hukuman itu jeleh. Biasanya kalau ada anak nakal itu kadang Pamong memberikan teguran ada problem keluarga, jadi saya tidak langsung bilang kamu nakal, tidak kepada peserta didik yang seperti itu. Jadi kita cari tahu dahulu keluarganya seperti apa, kalau kita melakukan perbuatan kurang sudah kewalahan, kita mengassesment ke psikolog dan kesehatan. baik, seperti sering meribut di AS Iya, tapi kadang anak itu ada yang tidak bisa ditegur. Biasanya kalau sudah kelas dan berbicara tidak sering meribut atau berbicara tidak sopan saya menegur anak itu, minimal sopan. anak itu disuruh diam dulu. Kemudian diberi nasehat itu ketika memang anaknya itu kondisinya sudah tenang. Lr Saya kasih nasehat ke anaknya. Pamong memberikan teguran AS Biasanya dalam bentuk nasehat tadi. Kita suruh diam dulu, terus setelah dia dengan memberikan nasehat tenang saya beri nasehat. kepada peserta didik. Lr AS Lr AS Sebetulnya kalau dari peraturan kelas seperti itu, akan tetapi semester 2 ini sudah tidak pernah berbaris lagi karena sudah semakin sibuk, jadi itu hanya terlaksana saat semester 1 kemaren saja. Semester 1 kita rutin berbaris sebelum masuk kelas, tetapi di semester 2 ini kita sudah tidak pernah lagi, karena kesibukan, jadi anak-anak biasanya sudah langsung masuk kelas. Biasanya anak-anak masuk ke kelas, terus berdoa dulu, terus nyanyi terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Iya, itu selalu. 204 Kagiatan rutin berbaris di depan kelas sebelum memasuki ruang kelas hanya dilaksanakan pada semester satu, di semester dua kegiatan tersebut tidak berjalan. Pamong berserta peserta didik selalu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah.

264 dibiasakan untuk berdoa terlebih dahulu? 16. Apakah setiap harinya peserta didik menjalankam piket kelas? Lr Piket itu Senin sampai Jumat, saya Sabtu. kalau saya biasanya membagi piketnya untuk anak-anak yang rumahnya dekat saya buat jadwal piketnya Senin sampai Rabu, kalau yang jauh rumahnya saya buat jadwalnya di hari Kamis dan Jumat, karena Kamis dan Jumat masuknya lebih siang. Saya buat begitu karena anak itu ada yang dari Sleman. Tugas piket membersihkan kelas sudah berjalan setiap harinya sesuai jadwal piket yang telah ditentukan. AS Ya setiap hari, piketnya sudah dibagi-bagi, jadi sudah ada jadwal piketnya hari ini siapa, besok siapa, kadang-kadang yang tidak piket juga membantu. 17. Menurut Bapak/Ibu apakah piket kelas sudah berjalan dengan baik? 18. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan contoh atau teladan yang baik kepada peserta didik sebagai bentuk pengamalan nilai-nilai budi pekerti? 19. Bagaimana Bapak/Ibu guru menerapkan hukuman kepada peserta didik? Lr Sudah. Pelaksanaan tugas piket sudah AS Sudah, akan tetapi ada beberapa murid yang kadang dia tidak piket, terus berjalan dengan baik. besoknya saya tanya, kemudian dia ikut piket di hari lain. Lr Kita sebagai pamong di sini tentunya menjadi orangtua kedua mereka, jadi Pamong sudah memberikan kita memberikan contoh baik dari cara berpakaian, cara berbicara kita contoh yang baik kepada kepada anak-anak, cara kita mengajar di kelas dan lain sebagainya. peserta didik dengan AS Minggu yang lalu saya meminta anak-anak untuk menuliskan kesan dan memberikan contoh pesan bagaimana saya selama mengajar di kelas 5. Ya ada yang bagaimana berpakaian yang mengatakan ini itu, mengatakan sudah baik, ibu kurang tegas karena tidak rapi dan sopan, berbicara yang pernah marah. Saya tertawa, karena kan memang saya tidak pernah marah sopan, dan pamong tidak selama mengajar di kelas, karena saya juga mau memberikan contoh bahwa pernah membentak ataupun untuk tegas itu tidak perlu marah-marah. Paling kalau ada anak yang nakal memarahi peserta didik. saya tegur, kemudian saya diamkan dulu, setelah dia tenang baru saya kasih nasehat. Dengan saya tidak pernah marah-marah di kelas harapannya anak-anak dengan sendirinya mencontoh untuk tidak suka marah-marah kepada sesama temannya. Lr Biang keladi rame, kan pasti satu kelas itu pasti ada, yang namaya pendiem, Bentuk hukuman yang biang keladi, pinter banget, bodoh banget, di kelas itu udah paketan seperti diberikan pamong kepada itu, kayak bakso itu ada mie nya ada baksonya ya macem-macem seperti itu. peserta didik diantaranya Kalau bodoh tidak masalah, kita bisa kasih pelajaran setelah selesai, tetapi adalah pamong dan peserta kalau biang onar itu udah sifat dasar, dikasih hukuman juga kadang ga didik yang lain mendiamkan mempan. Jadi saya biasanya diamin anak itu, biasanya itu berlangsung peserta didik tersebut selama selama seminggu. Nanti dia sadar sendiri, karena ga enak toh didiamin, dan seminggu. Hukuman lainnya dia juga jadi ga ada teman. Anak-anak yang lain juga saya suruh diamin dia, seperti mengerjakan PR di luar 205

265 20. Bagaimana Bapak/Ibu guru dalam mengajarkan tentang hakikat hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta beragama kepada peserta didik? AS Lr AS kalau ada anak yang ajak dia ngomong itu saya denda, jadi yang lainnya itu pada takut ngomong sama dia. Saya sebenarnya dalam memberikan hukuman agak bingung kepada anakanak, kadang misalnya ada yang tidak mengerjakan PR saya berikan hukuman suruh mengerjakan PR di luar kelas, justru cara itu tidak efektif, anak-anak itu malah seneng di luar. Saya juga biasanya punya dokumentasi sendiri guna laporan, jadi anak-anak yang sering sekali tidak membuat PR itu saya foto saat mengerjakan PR di luar, jadi nanti saat penerimaan rapot saya ada laporan kepada orang tua siswa tersebut dengan bukti foto itu. Biasanya saya sering ajak anak berdiskusi, saya bentuk kelompok dan saya beri topik, topiknya nanti tentang hal-hal yang membangun trus nanti bangsanya jadi seperti apa dan bagaimana, seperti itu. Saya juga kadang mengambil topik mengenai peristiwa-peristiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Terus anak-anak langsung mengutarakan pendapatnya masingmasing. Biasanya itu sudah diajarkan dalam mata pelajaran, seperti PKn misalnya. Di sini kita sama-sama rukun, saling menghargai walaupun berbeda-beda suku dan keyakinan, malahan anak-anak yang non islam itu sering mengingatkan anak-anak yang islam pada saat waktunya sholat. Kalau misalnya ada perayaan Natal di sekolah, anak-anak yang Islam juga ikut berpartisipasi dalam mengisi acara. Jadi di sini itu sudah terbentuk sendirinya seperti itu, sudah jadi suatu kebiasaan, jadi tidak ada pembedaan, baik agama, suku dan ras. Semuanya rukun dan saling menghargai. kelas untuk peserta didik yang seringkali tidak membuat PR, namun hukuman ini dirasa tidak efektif, oleh karenanya pamong biasanya mengumpulkan dokumentasi berupa foto guna sebagai laporan kepada orangtua peserat didik saat penerimaan rapot. Pamong sering mengadakan diskusi dengan mengangkat topik tentang peristiwaperistiwa sosial yang terjadi di Indonesia. Selain itu melalui mata pelajaran PKn pamong mengajarkan bagaimana hidup rukun dan saling menghargai. 21. Bagaimana cara Bapak/Ibu guru dalam memberikan pengertian kepada peserta didik dalam membedakan mana hal-hal yang benar dan yang salah? Lr AS Biasanya saya menjelaskan akibatnya dulu. Jadi seperti kalau kita juga sering membaca buku itu dari halaman belakang ke depan. Kalau ceritanya bagus baru tak baca, seperti itu. Jadi kesimpulannya dulu, kalau kesimpulannya jelek pasti isinya jelek. Itu pembiasaan, dan saya juga sering memberikan pengertian kepada anakanak itu melalui cerita, bisa cerita dongeng, bisa cerita rakyat. Nah dari cerita itu anak-anak nantinya akan membuat kesimpulan sendiri, mana perbuatan yang harus saya lakukan mana yang tidak boleh saya lakukan. Biasanya cerita yang saya ceritakan itu adalah cerita yang berisi nilai-nilai yang baik di dalamnya. 206 Pamong memberikan pengertian kepada peserta didik melalui cerita dongeng maupun cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, dari cerita tersebut peserta didik dapat menyimpulkan sendiri mana hal yang baik dan yang tidak baik.

266 22. Apakah menurut Bapak/Ibu guru peserta didik sudah mengerjakan setiap tindakan berdasarkan pengetahuan yang didapat secara bertanggungjawab? Bagaimana penerapannya? 23. Apakah menurut Bapak/Ibu nilai religiusitas telah ditanamkan pada diri peserta didik melalui mata pelajaran agama? Bagaimana penerapannya? 24. Apakah menurut Bapak/Ibu nilai sosialitas sudah ditanamkan pada diri peserta didik baik dalam kegiatan berkelompok atau kegiatan olahraga? Bagaimana penerapannya? Lr AS Lr AS Lr AS Sebagian besar anak-anak sudah tahu mana hal-hal baik yang harus mereka lakukan, dan saya melihat anak-anak sudah cukup bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Saat diberikan tugas misalnya berupa latihan atau PR, mereka mengerjakan dan mengumpulkan tepat waktu, mereka juga bertanggungjawab dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan tidak membuang sampah di sembarang tempat, ketika melihat ada sampah di kelas mereka mengambilnya dan membuang, termasuk juga mereka bertanggung jawab dalam pelaksanaan piket. Namun masih ada satu dua anak yang tidak bertanggungjawab. Misalnya setelah swakarya, anak-anak sudah tahu bahwa tempat itu kotor dan mereka langsung membersihkan tanpa harus diperintah, tapi memang masih ada sebagian anak yang susah untuk bertanggungjawab. Sudah. Selain melalui pelajaran agama, nilai religiusitas peserta didik juga ditanamkan melalui kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar agama baik Islam, Kristen, Katholik, maupun Budha. Sekolah biasanya mengadakan acara, dan kita merayakannya secara bersama-sama. Sudah. Dan dalam pembiasaan berdoa sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah juga sebenarnya itu sudah membangun nilai religiusitas mereka. Jadi tidak hanya melalu mata pelajaran agama saja. Biasanya saya bentuk kelompok dalam kelas, dalam kelompok itu saya gabung anak-anak yang pinter dan yang kurang, jadi anak-anak yang pintar itu mengajari temennya yang kurang bisa. Mereka sudah mengerti sendiri tanpa saya suruh. Sudah, jadi saya membentuk kelompok itu saya bagi anaknya, dalam satu kelompok itu ada anak yang pintar, ada anak yang biasa saja, dan ada yang kurang, nah nanti yang tidak mampu dibantu sama yang pintar, jadi mereka saling bekerjasama dan membantu temannya. Tapi ada satu anak yang memiliki gangguan emosi, namanya Rn itu di kelas kadang tidak mau bekerja dalam kelompok, tapi teman-temannya yang lain sudah mengerti dan memaklumi dia, jadi mereka hanya mendiamkan dia saja. Dengan 207 Peserta didik sudah cukup bertanggung jawab seperti bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan pamong, menjaga kebersihan sekolah dengan tidak membuang sampah sembarangan, dan melaksanakan piket kelas setiap harinya. Nilai religiusitas ditanamkan melalui mata pelajaran agama, kegiatan keagamaan seperti perayaan hari besar agama baik Islam, Kristen, Katholik, maupun Budha, dan pembiasaan berdoa yang rutin setiap hari dilakukan sebelum dan sesudah kegiatan di sekolah. Nilai sosialitas ditanamkan melalui kegiatan berkelompok.

267 kegiatan berkelompok anak-anak akan saling bekerjasama dan saling membantu. 25. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengadakan kegiatan kerja kelompok baik di dalam kelas maupun di luar kelas? Lr Iya. Saya juga sering membentuk kelompok itu saat pelajaran SBK. Nanti mereka membawa cat terus melukis pake arkilik, nah nanti bisa untuk tempat beras ibunya. Nanti ada pameran hasil karya anak-anak. Nanti yang beli para orangtua. Buat bros dan lain-lain. Tapi saya seringnya buat makanan, saya ajarin buat kue cubit, kue kukus, cup cake, siomay, batagor, yang sederhanasederhana, jadi orangtua sudah menyiapkan kompor yang kecil. Mereka senang sekali, yang laki-laki malah bawa mixer bawa open, mereka excited sekali. Saya itu malah bingung, yang perempuan malah biasa aja, tapi yang laki-laki semangat banget. Jadi biasanya anak-anak itu menabung misalnya seminggu sebelum SBK itu sudah kita diskusikan minggu depan kita akan membuat apa, nah dalam seminggu itu mereka menabung untuk dapat membeli bahan dan peralatannya. Pamong sering memberikan tugas secara berkelompok kepada peserta didik. AS Sering, di luar kelas juga pernah tapi cuma sekedar mengamati, misalnya belajar IPA, saya suruh berkelompok mengamati tumbuh-tumbuhan di sekitar lingkungan sekolah. Lebih sering berkelompok di dalam kelas, karena kadang susah juga mengaturnya saat di luar kelas, karena ada anak yang suka pergi ntah kemana, berpencar dari kelompoknya, oleh karena itu lebih sering saya buat kelompok di dalam kelas. 26. Apakah peserta didik sudah dapat bekerja sama dengan baik seperti apa yang Bapak/Ibu guru harapkan? Lr Sudah. Peserta didik dapat AS Sudah, yang pintar mengajari temannya dalam kelompok tersebut yang bekerjasama dengan baik saat belum mengerti. kegiatan berkelompok. 27. Apakah ada hambatan ketika peserta didik diberikan tugas secara berkelompok? Lr Tidak ada. Tidak ada hambatan dalam AS Tidak ada. pelaksanaan kegiatan berkelompok. 28. Lr Iya. Sepakbola kita tetap campur. 208

268 Apakah dalam kegiatan olahraga, peserta didik perempuan dapat bermain permainan laki-laki seperti sepakbola, dll? 29. Apakah sering diadakan perlombaan dalam kegiatan olahraga? 30. Apakah peserta didik sportif dalam mengikuti perlombaan tersebut? 31. Apakah Bapak/Ibu guru sudah menanamkan nilai keadilan kepada peserta didik pada saat pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas? Bagaimana penerapannya? 32. Apakah saat pembelajaran terkhusus di dalam kelas, AS Lr AS Lr AS Lr AS Lr Ya pernah, tapi jarang, karena kebanyakan siswa perempuan itu tidak suka permainan bola, mereka lebih sering bermain seperti bulutangkis. Sering, misalnya habis ujian dan selesai buat rapot biasanya diadakan perlombaan. Sering. Sudah pasti, tidak ada yang namanya karena teman, jika ada silahkan keluar dari perlombaan. Iya. Iya itu sesuai dengan porsinya masing-masing, juga di sini selalu menerapkan seperti itu. Jadi sebetulnya kita mengelompokkan secara tidak langsung, misalnya anak yang kurang pinter atau ABK itu kita cuma suruh menghitung 1 sampai 100 atau 200 dan anak yang pinter ngitung 1 sampai 1000, ya kita soalnya dibedakan. Nilai 7 anak A sama anak Y itu beda, sama-sama angka 7 tapi kondisinya berbeda. Orangtua pun dikasih tahu. Di sekolah ini kita juga tidak membeda-bedakan ada kelas unggulan, ada kelas rendahan, ada kelas setengahan, ada kelas kaya, itu engga. Saya kepada anak-anak itu tidak membeda-bedakan, yang pintar saya kasih poin banyak yang kurang pintar tidak saya kasih, tidak seperti itu, jadi saya beri kesempatan kepada semua anak, jadi yang kurang pintar juga kadang saya kasih kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan walaupun dia tidak mengacungkan tangan. Dan saya juga memperlakukan semua anak itu sama, tidak terkecuali murid ABK di kelas saya, tapi memang murid ABK mendapat perlakuan khusus di banding anak-anak lainnya. Misalnya pada saat ujian, biasanya tempat duduk itu duduknya berdasarkan urutan nomor absen tapi saya sengaja meletakkan anak-anak yang ABK di depan semua, yang normal saya letakkan di belakang, tujuan saya itu agar nanti saat ujian berlangsung saya bisa lebih mudah membimbing mereka karena mereka tidak ada pendamping, sehingga tidak mengganggu temannya yang lain juga. Dan anak-anak ABK juga sering saya beri kesempatan untuk mendapatkan poin. Iya, syaratnya kalau mau bertanya mengacungkan tangan dan urut, jadi saya catet. Memang aturannya kan seperti itu dan belajar musyawarah atau 209 Nilai kesetaraan gender teramati saat peserta didik perempuan mengikuti permainan sepakbola dalam kegiatan olahraga. Pamong sering mengadakan perlombaan. Peserta didik sportif ketika mengikuti perlombaan. Pamong tidak membedabedakan peserta didik, semua diperlakukan sama termasuk kepada ABK, namun dalam hal pemberian nilai, penempatan duduk saat ujian dan beberapa hal lainnya pamong memperlakukan ABK secara khusus. Pamong membuat aturan dan syarat kepada peserta didik

269 peserta didik saling menghargai saat ada yang memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan dari Bapak/Ibu guru? 33. Apakah pernah dilakukan kegiatan mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang oleh peserta didik di dalam kelas? 34. Ekstrakurikuler apa saja yang ada di SD Taman Muda Pawiyatan? 35. Apakah nilai kemandirian sudah ditanamkan melalui kegiatan ekstrakulikuler tersebut? Berikan contohnya! AS Lr AS Lr AS Lr AS menyatakan pendapat seperti itu urutannya. Dan anak-anak yang pinter itu tidak egois kok di sini, jadi anak yang pinter itu malah berkata Bu, dia dulu Sudah, tapi terkadang masih ada anak yang suka ribut Sering. Kalau saya buatnya acak, jadi acak ga ada yang boleh egois dan bertanya Aku dikoreksi siapa ya? kalau sampai seperti itu keluar. Jadi mereka apabila sudah menerima koreksi ya sudah diam. Tetapi hanya untuk soalnya pilihan ganda dan isian, kalau uraian itu 30 siswa bertanya semua, padahal kita sudah bilang yang menyangkut ini yang jawabannya mendekati tolong dibetulkan tapi tetap saja banyak yang bertanya. Pernah, misalnya memeriksa tugas atau latihan itu saya kumpulkan dan saya bagi lagi ke siswanya secara acak untuk diperiksa bersama-sama, tapi itu biasanya hanya mengkoreksi yang pilihan ganda saja, karena kalau uraian itu susah, biasanya saya yang mengkoreksi sendiri. Banyak sekali, ada tari, terus drum band, ensambel musik, komputer, bahasa inggris, English Club, dan lain-lan. Ada voli, futsal, komputer, bahasa inggris, karawitan, dan masih banyak lagi. Sudah, contohnya seperti pramuka jelas banget, terus pencak silat kalo kita lagi pengembangan diri kan kita ke pantai. Drum band itu juga ada nilai kemandiriannya untuk merias diri sendiri. Sudah. Seperti contohnya pramuka itu kan sudah jelas, misalnya saat diadakan perkemahan, nah anak-anak itu dilatih untuk mandiri bagaimana mereka melakukan semuanya sendiri dan bertanggunjawab. Pada saat kemah juga tidak ada pendampingan dari orangtua. saat akan bertanya ataupun menyatakan pendapat. Peserta didik tidak egois dan menghargai temannya, namun masih ada beberapa peserta didik yang masih suka ribut dan tidak menghargai temannya pada saat bertanya atau menyatakan pendapat. Pamong sering mengadakan kegiatan mengkoreksi tugas dan latihan secara bersamasama. Pengkoreksian dilakukan dengan sistem silang atau acak. Ekstrakurikuler yang ada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diantaranya tari, drum band, ensambel musik, komputer, bahasa inggris, English Club, voli, futsal, karawitan, dan lainnya. Nilai kemandirian ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, pencak silat dan drum band. 210

270 36. Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan PR kepada peserta didik setiap harinya? 37. Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan tugas setelah materi disampaikan dalam pembelajaran di dalam kelas? 38. Apakah di SD Taman Muda sering diadakan kegiatan kerja bakti? Lr AS Lr AS Lr AS Tidak setiap hari. Saya seringnya itu memberi PR hari Jumat dan Sabtu. Karena hari itu pulangnya lebih cepat dari hari-hari biasanya. Tidak setiap hari tetapi sering. Tidak selalu tapi sering. Kalo tidak, besok kita rencana mau belajar apa, hari ini sudah diutarakan sebelum mau pulang. Jadi anak-anak mencari di google tokoh ini apa sih keistimewaannya, saya selalu seperti itu. Sering, tapi tergantung materinya. Iya, Jumat minggu ke 3 biasanya. Jumat minggu pertama itu semuanya jalan sehat, terus minggu kedua senam, terus Jumat minggu ketiga itu kerja bakti. Sering, tapi beberapa minggu kemaren sudah tidak jalan karena anak-anak sudah fokus ke persiapan ujian, senamnya juga biasanya ada, tapi sudah tidak dilaksanakan. Tapi biasanya kerjabakti itu rutin dilaksanakan. Pamong sering memberikan PR kepada peserta didik namun tidak setiap hari. Pamong sering memberikan tugas kepada peserta didik setelah materi pembelajaran disampaikan. Kegiatan kerja bakti rutin dilaksanakan oleh sekolah, biasanya setiap hari Jumat pada minggu ketiga. 39. Nilai apa yang ditanamkan kepada seluruh warga sekolah dalam kegiatan kerja bakti tersebut? Lr AS Nilai kerjasamanya, nilai kebersamaannya, nilai kesopanan, menghormati guru, terus nilai-nilai kedisplinan dan lain-lain. kepeduliannya juga, misalnya ada yang haus juga nanti itu anak-anak ambilin minum seperti itu, pokoknya banyak sekali. Banyak, nilai sosial, kerjasamanya, nilai cinta lingkungan, nilai kebersihan. Nilai yang ditanamkan melalui kerja bakti adalah nilai kerjasama, kebersamaan, kesopanan, menghormati guru, kedisplinan, kepedulian, kebersihan dan cinta lingkungan. 211

271 Lampiran 12. REDUKSI, PENYAJIAN DATA, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DENGAN PESERTA DIDIK Implementasi Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Dasar Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta No. Pertanyaan Narasumber Hasil wawancara Kesimpulan 1. Menurut kamu, apa itu Ft Perbuatan yang terpuji yang membuat kita itu masuk ke surga. Menolong Siswa memahami perbuatan perbuatan baik? Contohnya? orang yang terkena bencana alam, menolong orang yang membutuhkan bantuan, misalnya kasih sembako dan lain-lain. baik sebagai perbuatan yang bermanfaat bagi diri sendiri El Perbuatan yang disukai oleh semua orang. Membantu orang yang kesusahan, membantu orang yang sedang mengerjakan soal. dan orang lain. Vn Perbuatan yang menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. 2. Apa itu perbuatan tidak baik? Contohnya? 3. Perbuatan baik apa yang pernah kamu lakukan di sekolah? 4. Apakah kamu diajarkan berpakaian dengan sopan dan rapi? 5. Apakah kamu pernah berkata kasar kepada temanmu? Ft Membantu guru, meminjamkan sesuatu kepada teman. Perbuatan jelek, perbuatan tercela yang dibenci Tuhan. Mencuri, mengusili teman. Siswa memahami perbuatan tidak baik sebagai perbuatan tercela, yang tidak disukai semua orang dan merugikan diri sendiri serta orang lain. El Perbuatan yang tidak disukai sama semua orang. Maling, nakal, melawan orang tua. Vn Perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Mencuri, menyontek. Ft Menjajani teman-teman, membantu teman yang kesusahan misalnya ga Perbuatan baik yang pernah bawa sangu, trus dipinjemin uang kadang dikasih uang. dilakukan oleh siswa seperti El Saat pelajaran matematika cuma saya yang bisa, trus saya bantu temanteman membantu teman dan orang yang tidak bisa. tua. Vn Meminjamkan barang kepada teman, membantu orang tua. Ft Sangat. Berpakaian rapi berpakaian sopan berpakaian bersih. Peserta didik diajarkan untuk El Iya. berpakaian sopan dan bersih. Vn Iya, biasanya di suruh kemejanya dimasukan. Ft Ya ga sengaja, misalkan digodain trus kita langsung mangkel, emosi Peserta didik ada yang pernah sesaat. Kalo ga itu kaget ga sengaja ngomong kotor. Trus misalnya deskrip berkata kasar dan ada yang saya diambil, waktu saya minta ga mau-mau, trus saya jadi emosi. tidak pernah. 212

272 6. Jika kamu ingin bertanya kepada guru apa yang kamu katakan? 7. Apakah kamu pernah makan sambil berjalan? Mengapa? El Vn Ft El Vn Ft El Kadang-kadang, nanti ndak dibilang Kamu itu ga tegas. Sebenarnya aku udah tegas tapi tetap saja dibilang kurang tegas. Tapi jarang kok, biar agak tegas aja. Engga. Kalo misalnya yang ga bisa, bertanya itu maju ke depan, kecuali misalkan kalau dibacakan tunjuk tangan dulu. Misalnya ada soal dibacakan terus ada yang tidak mengerti, terus mengacungkan tangan. Bu, saya mau bertanya... tapi aku mengacungkan tangan terlebih dahulu. Iya, biasanya Bu... langsung tanya gitu. Pernah. Soalnya buru-buru kalau mau masuk. Beli habis itu langsung bel jadinya makanannya dimakan sambil jalan. Jarang, tapi pernah. Karena makanannya sedikit jadi kalo tunggu duduk dulu ke atas keburu habis makanannya. Saat peserta didik hendak bertanya kepada pamong, peserta didik mengacungkan tangan terlebih dahulu. Peserta didik pernah makan sambil berjalan. Vn Pernah. Kenapa ya, ga tau. 8. Apakah kamu selalu membuang sampah pada tempatnya? 9. Apakah kamu mengucapkan salam dan berjabat tangan jika bertemu Bapak/Ibu guru atau yang lebih tua? 10. Apakah kamu pernah melihat ada yang merokok di lingkungan sekolah? Ft Iya selalu. Peserta didik selalu El Pasti, selalu. membuang sampah pada Vn Iya. tempatnya. Ft Tidak berjabat tangan tapi mengucapkan salam Selamat pagi salam, Bu Peserta didik mengucapkan El Iya,Salam Bu.., misalnya ketemu Bu AS, Salam Bu AS, gitu. Kalau salam ketika bertemu dengan di sini itu guru perempuan kalau udah menikah dipanggil Nyi, kalau belum pamong. menikah dipanggil Ni, kalau guru laki-laki dipanggil Ki. Jadi kalo pagipagi itu kalo Bu AS masuk bilangnya Salam Ni AS. Vn Ft El Vn Iya. Dulu pernah ada anak kelas 5 yang merokok di belakang sekolah. Ada adek kelas yang mau ke kamar mandi terus ga sengaja lihat terus melapor ke kepala sekolah, yaudah dihukum. Dulu pernah, anak kelas 6, kakak kelas. Katanya alasannya ke toilet, ternyata merokok di belakang sekolah. Pernah. Udah lama, anak SMP, di dekat kamar mandi SMP aku lewat terus liat. Peserta didik pernah melihat peserta didik lainnya yang merokok di lingkungan sekolah. 213

273 11. Bagaimana sikapmu ketika kamu meminta tolong kepada temanmu? 12. Apakah kamu pernah dipuji guru karena telah melakukan perbuatan baik? Ft El Vn Ft El Vn Ya biasa, misalnya Wi, minta tolong..., cuma kadang kalo teman yang berkebutuhan khusus agak keras ngomongnya, cuma kadang kalo keras dikira membentak. Aku biasanya sering minta tolong temenku, ngomongnya gini Sat, tolongin aku ga bisa.. yaudah. Biasanya ngomongnya Tolong dong.. Pernah, sering. Misalnya aku kan pernah disuruh siram tanaman pagi-pagi sama Bu AR (Kepala Sekolah), terus Bu AR bilang Terimakasih, anak baik.. seperti itu. Pernah. Biasanya yang baik itu diberi poin sama Bu AS. Trus yang nilainya paling bagus juga dikasih poin sama Bu AS. Pernah. Dulu itu bantuin buat kreasi lagu waktu hari kartini itu, trus dikasih poin, Bu AS bilang Bagus. Peserta didik sudah menunjukkan sikap baik dengan berbiacara sopan ketika meminta tolong kepada temannya. Peserta didik sering diberi pujian oleh kepala sekolah dan pamong. 13. Apakah Bapak/Ibu guru pernah menegur kamu jika kamu tidak berpakaian rapi? 14. Apakah kamu pernah dinasehati oleh Bapak/Ibu guru agar kamu melakukan perbuatan baik? 15. Jika kamu melakukan hal yang tidak baik apa yang dilakukan Bapak/Ibu guru kepadamu? Ft Ga pernah, karena kita rapi terus. Kecuali misalnya seragamnya beda, apa misalnya kalau Senin ga pake kaos kaki putih ga pake sepatu hitam. Peserta didik tidak pernah ditegur dalam hal berpakaian, hal ini karena peserta didik sudah rapi dalam berpakaian. El Ga pernah, jarang. Tapi aku pernah waktu main sepakbola kan keluar bajunya trus Bu AS bilang El benerin bajunya, yaudah aku benerin. Vn Ga pernah, aku rapi terus. Ft Pernah. Peserta didik pernah El Pernah. dinasehati oleh pamong Vn Pernah. untuk melakukan perbuatan baik. Ft Ya misalnya Kamu ga boleh kayak gini itu perbuatan yang tidak baik. Saat peserta didik melakukan Kadang disuruh berjanji, disuruh nulis Saya berjanji... sampai 100 hal yang kurang baik, halaman. biasanya pamong El Ya Bu AS menasehati. memberikan nasehat atau Vn Ditegur, Bu AS bilang Jangan diulangi lagi.., nek diulangi lagi poinnya memberi hukuman menulis dikurangi, sampai titiknya tiga. Kan dititikin sebelum dilepas itu, nanti nek 100 halaman ataupun titiknya udah tiga atau berapa itu ntar dicopot satu. mengurangi poin yang telah didapat oleh peserta didik. 214

274 16. Apakah kamu pernah membaca slogan yang ditempel pada dindingdinding sekolah? Bagaimana bunyinya? Ft El Vn Pernah. Senyum, sapa, salam, sopan, santun. Terus 6K. Peraturan sekolah, tata tertib sekolah, visi misi sekolah juga. Pernah. Itu banyak di dalam kelas, ada tulisan bersih pangkal sehat, kebersihan sebagian dari iman. Pernah. Bersih pangkal sehat, buanglah sampah pada tempatnya, kebersihan sebagian dari iman, buku jendela ilmu. Peserta didik hafal beberapa slogan yang ditempel di dinding-dinding sekolah. 17. Apakah kamu pernah membaca aturan dan tata tertib yang ditempel di dinding-dinding sekolah? 18. Apakah sebelum memasuki ruang kelas harus berbaris terlebih dahulu? Ft Pernah. Peserta didik pernah El Pernah, itu ada tata tertib sekolah di tempel di kelas, juga ada visi misi sekolah. membaca aturan dan tata tertib kelas yang ditempel di setiap kelas. Vn Pernah. Ft Tidak. Kadang-kadang kalo cuma ujian. Langsung masuk, duduk, salam, berdoa, baru mulai. Tapi kelas satu sampai kelas empat ada. El Engga, sekarang udah ga pernah lagi, tapi dulu pernah waktu semester 1, soalnya Bu AS orangnya sibuk banget, kadang Bu AS masuknya telat, kita duluan yang masuk. Kegiatan berbaris di depan kelas sebelum masuk ruang kelas sudah tidak pernah lagi dilaksanakan. Vn Dulu iya sekarang engga. Kadang muridnya udah masuk dulu dari gurunya. 19. Apakah sebelum dan sesudah Ft Ya iya, jelas. Peserta didik selalu berdoa kegiatan di sekolah berdoa El Iya pasti. terlebih dahulu sebelum dan terlebih dahulu? sesudah kegiatan di sekolah. Vn Iya. 20. Apakah di kelasmu ada Ft Ada. Misalnya muridnya ada 15 anak ya tinggal dibagi aja dari hari Senin Sudah ada pembagian tugas pembagian tugas piket kelas? sampai Sabtu. piket kelas. El Ada. Vn Ada. Ada lotre nama-nama hari, ntar masing-masing anak mengambil, ntar dibuka dapat hari apa, jadi piketnya hari itu. 21. Apakah kamu selalu Ft Kadang iya kadang tidak. Peserta didik ada yang selalu menjalankan tugas piket? El Iya, tapi kadang ada teman yang ga mau piket. melaksanakn tugas piket dan Vn Iya. ada yang kadang tidak melaksanakan tugas piket. 22. Ft Tidak setiap hari, jarang. Paling maksimal itu tiga kali seminggu. 215

275 Apakah Bapak/Ibu guru selalu memberikan PR setiap hari? 23. Apakah kamu selalu mengerjakan PR yang diberi guru dan mengumpulkannya tepat waktu? 24. Apakah Bapak/Ibu guru sering memberikan tugas/latihan di kelas saat pembelajaran? 25. Apakah kamu sungguhsunguh mengerjakan tugas/latihan yang diberikan Bapak/Ibu guru di kelas? 27. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan contoh yang baik kepadamu? 28. Apakah kamu pernah melanggar peraturan? 29. Apakah Bapak/Ibu guru memberikan hukuman kepadamu jika melakukan kesalahan atau melanggar El Vn Kadang-kadang.. Kadang ada latihan yang belum selesai terus disuruh lanjutin di rumah, dijadikan PR. Engga. Biasanya nek ada ajaran yang kebanyakan bacanya, banyak ngafalinnya biasanya itu dikasih PR. Peserta didik tidak diberikan PR setiap hari akan tetapi hanya terkadang saja. Ft Tepat waktu, tapi kadang ada yang tidak mengerjakan. Peserta didik selalu El Selalu. mengerjakan PR yang Vn Iya, selalu. diberikan pamong dan mengumpulkannya tepat waktu. Ft Sering, biasanya jarang ditulis di papan tulis itu, biasanya pakai kertas, Peserta didik sering diberi misalnya kertas ulangan terus dikopi diklip terus nanti disuruh kerjain, 50 latihan oleh pamong. soal. El Sering, jadi kalo udah paham pelajarannya Bu AS kasih soal buat dikerjakan. Vn Ft El Sering. Ya mesti tak kerjain, tapi kadang-kadang ada rame di kelas, jadinya keganggu. Sungguh-sungguh, tapi kadang kalo ada PR yang aku ga ngerti aku biasanya mengerjakannya pada waktu les, jadi aku tanya guru lesnya. Peserta didik sungguhsungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh pamong. Vn Iya, sungguh-sungguh. Ft Sudah. Pamong sudah memberikan El Sudah, Bu AS itu kalo di kelas tidak pernah marah, tapi kadang kalo ada contoh yang baik kepada yang nakal kayak Rn itu cuma didiemin aja, kadang ditegur sama Bu peserta didik dengan tidak AS. Tapi jadinya kurang tegas. pernah marah. Vn Sudah, Bu AS ga pernah marah-marah. Ft Pernah, misalnya ga pakai sabuk, terus misalnya sepatunya ga hitam. Perserta didik masih ada yang El Pernah, aku pernah datang terlambat ke sekolah. pernah melanggar peraturan Vn Engga. sekolah. Ft Kadang cuma ditegur dan dinasehati saja, ga dikasih hukuman. Peserta didik jarang diberi El Pertamanya dinasehati dulu tapi kalo udah berkali-kali baru dikasih hukuman, biasanya diberi hukuman sama Bu AS. teguran dan nasehat, serta pencopotan poin. Vn Jarang, cuma copot poin. 216

276 peraturan? Jika iya, apa saja hukumannya? 30. Apakah kamu pernah diajarkan Bapak/Ibu guru bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan bertata krama dengan baik? 31. Apakah Bapak/Ibu guru sering mengadakan kerja kelompok saat pembelajaran di kelas? 32. Apakah dalam kegiatan olahraga, murid perempuan pernah bermain sepakbola? 33. Apakah Bapak/Ibu guru pernah pilih kasih saat kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas? 34. Apakah kamu mendengarkan dengan baik ketika ada temanmu yang sedang memberikan pendapat? 35. Apakah kamu selalu berkata jujur baik kepada temanmu maupun kepada Bapak/Ibu guru? 36. Apakah di kelasmu pernah melakukan kegiatan Ft Pernah. Kan setiap seminggu sekali ada misalnya keakhlakan, trus diajarkan tidak boleh gini, terus diajarkan kalau sesama teman harus saling tolong menolong. Satu minggu sekali ada pelajaran ketamansiswaannya, ada budi pekertinya. Peserta didik sering diajarkan bagaimana bertingkah laku baik, sopan santun dan tata krama oleh pamong diantaranya melalui pelajaran keakhlakan, ketamansiswaan, dan budi pekerti. El Setiap hari. Misalnya nanti ada yang nakal trus nanti dinasehati, terus semua murid harus dengar. Vn Pernah, kalau misalnya ada yang ngomongnya kasar, itu langsung ditegur, terus dinasehati. Ft Sering. Peserta didik sering El Sering. melaksanakan kegiatan Vn Sering. berkelompok. Ft Pernah, tapi ga setiap jam olahraga. Peserta didik perempuan El Pernah. pernah mengikuti permaianan Vn Pernah. sepakbola saat olahraga. Ft Ga pernah, tapi kalo yang bandel ya dibilangin. Menurut peserta didik ada El Pernah, Bu AS itu memilih kasih sama orang yang pinter, itu si Vn. pamong yang suka pilih kasih Vn Ga pernah. dan ada yang tidak. Ft Iya mendengarkan tapi kadang ada yang ribut. Peserta didik mendengarkan El Iya. dengan baik ketika temannya Vn Iya. memberikan pendapat. Ft Aku kadang berkata jujur tapi kadang kalau ada temanku yang menjengkelkan aku malas. Tapi lebih sering jujur, kan katanya ayahku dosa kalau bohong, masuk neraka. Peserta didik sering berkata jujur baik kepada sesama teman maupun kepada pamong. El Ya kadang-kadang, karena kalau kita bohong nanti kita dihukum. Vn Iya. Ft Iya sering, setiap hari. Peserta didik sering El Pernah, mengkoreksi latihan, soal-soal, tapi PR biasanya dikumpulkan. melakukan kegiatan 217

277 mengkoreksi hasil ulangan atau latihan secara silang? 37. Apakah kamu jujur ketika memeriksa hasil ulangan atau latihan temanmu? 38. Kegiatan ekstrakurikuler apa yang kamu sukai? Mengapa? 39. Dari kegiatan ekstrakurikuler yang kamu ikuti, pelajaran apa yang kamu dapat? 40. Pernahkah dalam kegiatan olahraga diadakan perlombaan? 41. Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan kerja bakti di sekolah? Vn Pernah, tapi cuma yang silang-silang, soalnya kalo yang isian kan banyak yang jawabannya berbeda-beda tapi intinya sama, nanti nek bingung. mengkoreksi latihan secara silang bersama-sama. Ft Iya jujur. Peserta didik jujur dalam El Jujur. melakukan kegiatan Vn Jujur. mengkoreksi latihan secara silang. Ft Pencaksilat. Peserta didik menyukai El Pramuka. ekstrakurikuler seperti Vn Pramuka, pianika terus pencak silat. pramuka dan pencaksilat. Ft Kalau diganggu orang bisa ngelawan. Nilai yang didapat dari El Tanggungjawab, disiplin, kebersamaan, mandiri. ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik adalah Vn kebersamaan, kemandirian. tanggungjawab, disiplin, kebersamaan, dan mandiri. Ft Pernah, lomba badminton, bulutangkis, voli. Dalam kegiatan olahraga El Pernah, biasanya saat tujuhbelasan, sepakbola. pernah diadakan perlombaanperlomban Vn Pernah, sepakbola, gerobak sodor, benteng-bentengan. seperti lomba badminton, bulutangkis, voli, sepakbola, gerobak sodor, dan benteng-bentengan. Ft Iya, setiap seminggu sekali, Sabtu biasanya, tapi Sabtu ini ga ada, baru Peserta didik mengikuti ujian. kegiatan kerja bakti yang El Pernah. rutin diadakan oleh sekolah. Vn Pernah. 218

278 Lampiran 13. DOKUMENTASI GAMBAR Gambar 1. Sekolah SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta Gambar 2. Visi, misi dan tujuan sekolah yang di tempel di papan tulis Gambar 3. Tempat sampah di depan kelas Gambar 4. Tempat sampah di depan kantor Gambar 5. Tabel perolehan poin ditempel di papan tulis Gambar 6. Slogan 6S yang ditempel di depan ruang kepsek dan pamong 177

279 Gambar 7. Nilai-nilai budi pekerti yang Ditempel di setiap anak tangga Gambar 8. Nilai-nilai budi pekerti yang ditempel di setiap anak tangga Gambar 9. Nilai-nilai budi pekerti yang ditempel di setiap anak tangga Gambar 10. Salah satu slogan budi pekerti Gambar 11. Slogan budi pekerti yang ditempel Gambar 12. Slogan budi pekerti yang di tempel 178

280 di dinding sekolah di dinding dekat tangga Gambar 13. Slogan budi pekerti yang ditempel ditempel di dinding dekat tangga lantai dua Gambar 14. Slogan budi pekerti yang di dinding dekat tangga lantai dua Gambar 15. Slogan budi pekerti yang ditempel ditempel di mading lantai dua Gambar 16. Slogan budi pekerti yang di dinding dekat tangga sekolah 179

281 Gambar 17. Slogan budi pekerti yang ditempel ditempel di dinding depan ruang perpustakaan Gambar 18. Slogan budi pekerti yang di dinding depan ruang perpustakaan Gambar 19. Tata tertib kelas yang ditempel dinding dalam kelas Gambar 20. Peserta didik bersama pamong di berdoa sebelum pulang Gambar 21. Peserta didik berdoa sebelum memulai kegiatan pembelajaran olahraga Gambar 22. Peserta didik menjalankan tugas piket setelah pulang sekolah 180

282 Gambar 23. Peserta didik membaca Al-Quran Gambar 24. Peserta didik perempuan mengikuti secara berkelompok tanpa perintah pamong permainan sepakbola dalam kegiatan olahraga Gambar 25. Slogan 5S dan 6K yang ditempel di mading dalam kelas Gambar 26. Aturan pelaksanaan tugas piket kelas yang ditempel di dinding kelas 181

283 Gambar 27. Jadwal pembagian tugas piket kelas Gambar 28. Peserta didik membuang sampah pada tempatnya Gambar 29. Peserta didik memakan makanan kegiatan mereka sambil duduk di dalam kelas Gambar 30. Peserta didik mengikuti ekstrakurikuler karawitan Gambar 31. Salah satu peserta didik ABK yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karawitan Gambar 32. Peserta didik berpakaian rapi 182

284 Gambar 33. Peserta didik berpakaian rapi Gambar 34. Peserta didik bersama pamong berdoa setelah kegiatan ekstrakurikuler karawitan Gambar 35. Pustaka berkeliling Gambar 36. Rak hasil karya peserta didik Gambar 37. Visi misi depan kantor pamong Gambar 38. Peserta didik bermain game victoria line 183

285 Gambar 39. Permainan sepakbola saat jam Pelajaran olahraga Gambar 40. Rn membaca puisi Gambar 41. Slogan budi pekerti Gambar 42. Peraturan tata tertib kelas III 184

286 Gambar 43. Pembiasaan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang ditempel di depan kantor kepala sekolah dan pamong Gambar 44. Slogan kawasan tanpa rokok yang ditempel di depan kantor pamong Gambar 45. Slogan yang ditempel di pintu kelas Gambar 46. Lembar tata tertib pamong yang ditempel di dinding kantor pamong 185

287 Gambar 47. Lembar daftar rincian tugas piket SD Taman Muda Ibu Pawiyatan yang ditempel di dinding kantor pamong Gambar 48. Lembar penegakan tata tertib yang ditempel di dinding kantor pamong Gambar 49. Kegiatan 5S oleh kepala sekolah dan pamong Gambar 50. Kegiatan berbaris di depan kelas pada pagi hari 186

288 Gambar 51. Kegiatan peserta didik ziarah ke makam pahlawan Gambar 52. Slogan budi pekerti demokrasi Gambar 53. Kegiatan lomba olahraga dan tujuhbelasan Gambar 54. Pelajaran demokrasi yang diberikan guru melalui mata pelajaran PKn 187

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kakuatan batin,

Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kakuatan batin, 146 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-6 2017 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA IMPLEMENTATION OF MORAL VALUE IN SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempunyai peranan pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk masa yang akan datang. Maka dari itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan 88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang yang berada dalam lingkungan kehidupan tertentu. 1 Tingkah laku seseorang yang menggambarkan baik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA

MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA MAKNA PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Manajemen Dosen Pengampu: Dr. A. Siswanto, M.SEM. Disusun Oleh: Sumini NIM. 2016081073 Swesti Intan Pramesti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian studi kasus yang telah dipaparkan pada bab-bab di atas, mengenai Pendidikan Kepribadian Dan Pembinaan Mental Spiritual Melalui Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial, seperti yang dikemukakan Aristoteles (Budiyanto, 2004: 3) Manusia adalah zoon piliticon atau makhluk yang pada dasarnya selalu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI.

MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI. MANAJEMEN, KEBIJAKAN OPERASIONAL, DAN KINERJA SEKOLAH BERWAWASAN BUDI PEKERTI 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI pada Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2015 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Di hari yang membahagiakan ini, ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusiayang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah tertuang dalam fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

ASTA CITRA ANAK INDONESIA Ide-ide atau konsep-konsep tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang ada pada saat ini tak bisa dilepaskan dari ide-ide atau konsep-konsep yang pernah muncul dan berkembang pada masa-masa sebelumnya,

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Penguatan Pendidikan Karakter, Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional Senin, 17 Juli 2017 Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan atau pendewasaan manusia, berawal dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dari tidak paham menjadi pahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Indri Cahyani 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS) PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS) Semester Gasal 2012/2013 suranto@uny.ac.id 1 A. Pendahuluan Selama ini pendidikan cenderung diartikan aktivitas mempersiapkan anak-anak dan pemuda untuk memasuki kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan manusia, pendidikan mempunyai peran penting dalam usaha membentuk manusia yang berkualitas. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 RASIONAL 1. Pendidikan diyakini sebagai wahana pembentukan karakter

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar BAB V PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (PAI) Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sebagaimana disebutkan di dalam penegasan istilah bahwa penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai Pendidikan Agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang semakin baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT

KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT KODE ETIK PENGAWAS PERIKANAN, PENYIDIK PERIKANAN DAN AWAK KAPAL PENGAWAS PERIKANAN TYPE SPEED BOAT PANGKALAN PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan 207 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pada hakikatnya aktivitas olahraga merupakan media pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci