PERBAIKAN SIMULATOR PLANT ORDE SATU DAN ORDE DUA UNTUK MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN SISTEM KENDALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBAIKAN SIMULATOR PLANT ORDE SATU DAN ORDE DUA UNTUK MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN SISTEM KENDALI"

Transkripsi

1 PERBAIKAN SIMULATOR PLANT ORDE SATU DAN ORDE DUA UNTUK MODUL PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN SISTEM KENDALI IMPROVEMENT OF THE PLANT SIMULATOR ORDE ONE AND ORDE TWO FOR PRACTICUM INSTRUCTORS MODULE CONTROL SYSTEM AND INSTRUMENTATION * DIBYAGITA EFENDI ** DEDI NONO S, Ir., M.T ** SARJONO WAHYU J, S., M.Eng * Mahasiswa Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung ** Dosen Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung ABSTRAK Pada proyek akhir ini akan dibahas mengenai perbaikan simulator plant orde satu dan dua untuk modul praktikum instrumentasi dan sistem dimana dilakukan perbaikan simulator plant yang mengalami kerusakan menjadi simulator yang dapat digunakan kembali. Adapun dalam pengerjaan perbaikan simulator plant akan dilakukan beberapa langkah langkah perbaikan meliputi:. Pengujian simulator plant yang mengalami kerusakan dan dalam keadaan baik,. Dapat teridentifikasi kesalahan gelombang pada simulator plant dilakukan identifikasi pada komponen yang mengalami kerusakan. Pengecekan komponen. Dilakukan penggantian komponen yang mengalami kerusakan. setelah dilakukan perbaikan maka simulator plant akan dibandingkan karakteristik plant orde satu dan orde dua dengan menggunakan cassy pack dan matlab. Kata Kunci : Perbaikan Simulator Plant, Karateristik Plant Orde satu dan Orde dua, Cassy Pack, dan Matlab BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam sistem kendali, kita mengenal adanya plant Dalam sistem kendali, kita mengenal adanya plant pada suatu sistem pengendalian, atau suatu objek yang di kendalikan oleh sistem kendali PID. Simulator plant orde satu dan orde dua adalah salah satu simulasi dari plant plant yang ada pada suatu industri. Dari setiap plant plant di industri tersebut diambil beberapa karakteristik yang berbeda pada setiap orde sehingga muncul plant orde satu dan orde dua. Kebutuhan akan simulator plant orde satu dan orde dua pun berfungsi agar mempermudah dalam pengendalian simulator PID. Dari simulator plant orde satu dan orde dua tersebut dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik gelombang pada orde satu dan orde dua. Dan di laboratorium sistem kendali memiliki simulator plant orde satu dan orde dua dalam kerusakan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis tertarik menulis Proyek Akhir ini dengan judul Perbaikan Simulator Plant Orde satu dan Orde dua Untuk Modul Praktikum Instrumentasi Dan Sistem Kendali.. Tujuan Tujuan dari Proyek akhir ini :. Memperbaiki modul simulator plant orde satu dan orde dua agar dapat digunakan kembali. Agar memperoleh karkateristik yang diinginkan pada simulator plant dibandingkan pada cassy pack dan matlab. Rancang Bangun perangkat keras power supply ± V. Perumusan masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan suatu masalah yang relevan dengan judul yang ada yaitu:. Memperbaiki modul simulator plant orde satu dan orde dua agar dapat digunakan kembali. Bagaimana perancang perangkat keras power supply ± V. Batasan Masalah. Pengujian simulator plant terhadap gelombang keluar dari simulator tersebut. Agar memperoleh karkateristik yang diinginkan pada simulator plant dibandingkan pada cassy pack dan matlab. Rancang bangun power supply ±V

2 BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam suatu rangkuman harga (range) tertentu. Di dalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi untuk menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan waktu yang telah ditentukan. Otomatisasi sangat membantu dalam hal kelancaran operasional, keamanan (investasi, lingkungan), ekonomi (biaya produksi), mutu produk, dll.. Sistem Kontrol Otomatis Suatu sistem kontrol otomatis dalam suatu proses kerja berfungsi mengendalikan proses tanpa adanya campur tangan manusia (otomatis). Ada dua sistem kontrol pada sistem kendali/kontrol otomatis yaitu :.. Sistem Pengendalian Loop Terbuka Sistem pengendalian loop terbuka merupakan sistem pengendalian yang keluarannya tidak berpengaruh terhadap aksi selanjutnya ( aksi kontroler ). Atau dengan kata lain, sistem ini tidak memiliki umpan balik ( feed back ), sehingga keluarannya tidak bisa dijadikan perbandingan antara umpan balik dan masukan yang menentukan aksi berikutnya. Oleh karena itu, sistem pengendalian loop terbuka hanya bisa digunakan jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak ada gangguan eksternal dan internal. Diagram blok sistem pengendalian loop terbuka mirip dengan diagram blok sistem, yaitu lurus tanpa adanya umpan balik. Hanya saja, komponen penyusunnya berbeda. Pada sistem pengendalian loop terbuka komponennya hanya ada masukan kontroler, aktuator dan keluaran Kelebihan sistem ini diantaranya konstruksinya sederhana, tidak memerlukan banyak komponen sehingga lebih ekonomis, tidak memiliki persoalan stabilitas, dll. Sedangkan kelemahanya diantaranya adalah keluaran sistem kemungkinan besar berbeda dengan yang diinginkan, kalibrasi harus sering dilakukan, dll. R(s) Set- Point + Summator E(s) Error Controller Actuator PLANT Manipulated Variabel Disturbances C(s) Keluaran Gambar. Diagram Blok Sistem Kontrol Loop Terbuka.. Sistem Pengendalian Loop Tertutup Sistem pengendalian loop tertutup merupakan sistem pengendalian yang keluarannya berpengaruh terhadap aksi selanjutnya ( aksi kontroler ). Berbeda dengan loop terbuka, pada loop tertutup sistem memiliki feed back, sehingga keluarannya bisa dijadikan perbandingan umpan balik dan masukan untuk menentukan aksi berikutnya. Seperti pada pengertiannya, diagram blok sistem pengendalian loop tertutup memiliki feed back. Perhatikan gambar dibawah ini R(s) Set- Point Summator E(s) + - Error Controller Actuator PLANT Sensor Manipulated Variabel Disturbances C(s) Keluaran Gambar. Diagram Blok Sistem Kontrol Loop Tertutup Dari gambar di atas terlihat bahwa diagram blok sistem pengendalian loop tertutup memiliki komponen umpan balik. Pada referensi lain sinyal informasi dari kontroler dikirim dulu ke elemen kontrol akhir ( Final Control Element) sebelum dikirim ke plant, misal control valve. Sistem ini merupakan dasar sistem pengendalian yang ada di industri, hanya saja lebih komplek. Di industri bisa saja sistem pengendaliannya bertingkat dan saling berhubungan antara satu loop dengan loop lainnya. Dibandingkan dengan loop terbuka kelebihan dari sistem ini diantaranya adalah dapat mengatasi ketidakpastian karakteristik plant dan hubungan antara masukan dan keluaran dari plant, ketelitian dapat selalu terjaga dll. Disamping kelebihan itu, ada beberapa kekurangan dari sistem ini, yaitu perlengkapan lebih rumit jadi lebih mahal, instalasi sulit, respon cenderung berosilasi hingga mencapai keadaan steady state-nya. Masukan pada sistem pengendalian, baik loop terbuka maupun tertutup terdapat komponen set point, yaitu nilai keluaran yang diharapkan dari proses yang nantinya akan dibandingkan dengan umpan balik pada loop tertutup. Sehingga loop tertutup ada error yang menyebabkan aksi kontroler berbeda untuk tiap waktu bergantung pada error yang ada. Error merupakan selisih antara set point dan umpan balik dari keluaran sebelumnya. Dengan adanya perbandingan ini ( error ) membuat sistem ini bisa mencapai nilai keluaran yang diinginkan tidak seperti pada loop terbuka.. Fungsi Alih Secara umum, ketika terdapat masukan dan keluaran sistem sebagai fungsi waktu, maka relasi antara keluaran dan masukan akan muncul dalam bentuk dalam bentuk diferensial. Jika terjadi sebuah sistem yang terbentuk dari dua buah elemen dalam hubungan seri di mana masing masing elemen memiliki relasi masukan

3 keluaran yang dideskripsikan oleh persamaan differensial, maka tidak akan mudah untuk melihat bagaimana keluaran sistem tersebut dapat secara keseluruhan direlasikan terhadap masukannya. Dalam teori kontrol, fungsi alih digunakan untuk mencirikan hubungan masukan dan keluaran dari komponen atau sistem yang dapat digambarkan dengan persamaan diferensial linear, invarian-waktu. Fungsi alih persamaan diferensial linear, invarian waktu suatu sistem didefinisikan sebagai perbandingan antara transformasi Laplace keluaran (fungsi tanggapan) terhadap transformasi Laplace masukan (fungsi penentu dengan anggapan bahwa semua syarat awal nol. Kegunaan konsep fungsi alih terbatas pada sistem linear persamaan diferensial, waktu tidak berubah. Namun pendekatan fungsi alih digunakan secara ekstensif dalam analisis dan desain sistem demikian. Berikut ini kita akan mendaftar komentar penting mengenai fungsi alih. (Perhatikan bahwa dalam daftar tersebut sebuah sistem adalah sistern linear yang dijelaskan oleh persamaan diferensial, waktu tidak berubah).. Fungsi alih dari sistem adalah model matematika yang merupakan metode operasional dari pernyataan persamaan diferensial yang menghubungkan variabel keluaran dengan variabel masukan.. Fungsi alih adalah sifat dari sistem tersebut sendiri, tidak tergantung dari besaran dan sifat dari masukan atau fungsi penggerak.. Fungsi alih termasuk unit yang diperlukan untuk menghubungkan masukan dengan keluaran; namun, ia tidak memberikan informasi apapun mengenai struktur fisik dari sistem tersebut. (Fungsi alih dari banyak sistem yang secara fisik berbeda dapat identik).. Jika fungsi alih dari sistem diketahui, keluaran atau tanggapan dapat ditelaah untuk berbagai macam bentuk masukan dengan pandangan terhadap pengertian akan sifat dari sistem tersebut.. Jika fungsi alih dari sistem tidak diketahui, ia mungkin dapat diadakan secara percobaan dengan menggunakan masukan yang diketahui dan menelaah keluaran dari sistem tersebut. Sekali diadakan, fungsi alih memberikan penjelasan penuh dan karakteristik dinamika dari sistem, yang berbeda dan penjelasan fisiknya. Istilah gain digunakan untuk menunjukkan relasi antara masukan dan keluaran sebuah sistem, dimana gain G = keluaran/masukan. Bila masukan dan keluaran sistem yang dinyatakan dalam bentuk fungai s, maka fungsi alih atau transfer function G(s) didefinisikan sebagai [ keluaran Y(s)/ masukan X(s) ] ketika semua kondisi mula sebelum masukan dikenakan adalah sama dengan nol. Fungsi alih = G(s) =... (.) Gambar. Blok Diagram Fungsi Alih Suatu fungsi alih dapat direpresentasikan sebagai sebuah blok diagram dengan X(s) sebagai masukan, Y(S) sebagai keluaran, dan fungsi alih G(S) sebagai operator di dalam kotak yang mengkonversikan masukan menjadi keluaran. Blok akan merepresentasikan perkalian masukan. Jadi, dengan menggunakan transformasi Laplace masukan dan keluaran, maka fungsi alih dapat digunakan sebagai sebuah faktor pengali sederhana.. Tanggapan Sistem Kendali secara Umum Ketelitian adalah menunjukkan deviasi keluaran sebenarnya terhadap nilai yang diinginkan. Umumnya ketelitian sistem pengaturan diperbaiki dengan menggunakan mode pengontrol seperti integrasi atau integrasi proporsional. Kestabilan adalah suatu sistem dikatakan stabil jika keluarannya tetap pada nilai tertentu dalam jangka waktu yang ditetapkan setelah diberi masukan. Keluaran suatu sistem tak stabil akan terus naik atau dan turun hingga kondisi break down. Kecepatan respon (response) adalah mengukur kecepatan keluaran dalam menanggapi perubahan nilai masukan. Pada sistem orde dua, tanggapan sistem kendali terbagi menjadi tiga berdasarkan konstanta peredamannya, yaitu sistem kurang teredam/under damped (ζ < ), teredam kritis/critical damped (ζ = ) dan teredam lebih/over damped (ζ > ). Gambar. Kurva Peredaman.. Tanggapan Transien Tanggapan transien adalah tanggapan sistem yang berlangsung dari awal dikenai perubahan masukan atau gangguan sampai keadaan akhir atau kondisi tunak (steady state).

4 Besaran fisis yang dihasilkan oleh plant, disebut keluaran (output ). Variable atau besaran yang memberikan suatu aksi/pengaruh terhadap plant,disebut masukan ( input ). Analisa Plant, yaitu analisa mengenai hubungan antara sinyal input dan output. Sinyal adalah besaran yang merupakan fungsi waktu. Gambar. Kurva Tanggapan Sistem Beberapa Parameter yang penting diketahui dalam tanggapan Transien, yaitu untuk Kesalahan keadaan tunak (Steady State Error), adalah perbedaan antara keluaran yang dicapai saat tunak dengan nilai yang diinginkan Tanggapan Tunak (Steady State).. `Tanggapan Tunak (Steady State) adalah kondisi sewaktu sifat-sifat suatu sistem tak berubah dengan berjalannya waktu atau dengan kata lain, konstan. Pada kebanyakan sistem, keadaan tunak baru akan dicapai beberapa waktu setelah sistem dimulai atau diinisiasi. Kondisi awal ini sering disebut sebagai keadaan transien, dibawah ini bentuk gambar tanggapan keadaan tunak (steady state) : Jaringan penunda orde satu digunakan pada sistem pengendalian otomatik dalam kapasitas yang berbeda beda. Sebagai contoh, jaringan ini dipakai sebagai simulator jaringan yang dikontrol dan juga digunakan sebagai cabang umpan balik dalam rangkaian pengendalian yang lainnya. Jaringan penunda orde dua dapat dipakai sebagai satu simulator dari jaringan yang akan dikontrol dengan pendekatan yang baik dan juga dapat digunakan sebagai penghubungan umpan balik... Plant Orde Satu Pada plant memiliki model matematik pendekatan sistem orde, jika uji sinyal step respon output sistem/plant menyerupai atau dapat didekati dengan respon sistem orde satu. Oleh karena itu model pendekatan atau model reduksi sistem/plant dapat dinyatakan sebegai berikut:... (.) a Tampak bahwa terdapat dua parameter ( ) yang perlu ditentukan berdasarkan spesifikasi respon. Apabila sistem orde satu dikenakan pada sinyal masukan maka transformasi keluaranya adalah : Y(s) = G(s) X(s) = Gambar. Tangapan Tunak (Steady State). Simulaotor Plant... (.) Karena terdapat transformasi yang berbentuk a/s(s+a), sehingga persamaanya seperti: Y = k(- Gambar. Plant Plant adalah bagian sistem fisis yang diatur/dikendalikan. Pada sistem pengaturan selalu ada sesuatu yang diatur. Dalam bidang teknik, sesuatu itu adalah suatu sistem fisis yang merupakan sekumpulan peralatan mekanis, elektris, pneumatic, hidraulics ( yang sering disebut : hardware ). = Pada gambar grafik diatas menunjukkan keluaran sistem berubah terhadap waktu, mula mula pada t=, keluaran akan sama dengan, selanjutnya nilai keluaran sistem naik sebesar, dan dalam keadaan tunak setelah τ. Kemudian nilai keluarannya akan mencapai,8 dari keadaan tunak setelah τ dan akan mencapai,9 dari nilai keadaan tunak setelah τ, setelah τ, keluaraan sistem secara efektif akan sama dengan dari nilai keadaan tunaknya, k. suku eksponesial pada persamaan di atas akan sama dengan nol jika waktu t menuju tak hingga

5 ... Menentukan Parameter (Gain) Jika sistem adalah linier, hubungan Y(s) dengan X(s) dapat dituliskan sebagai hubungan linier : Y(s) = KX(s) atau =... (.) Sedangkan jika pada sistem/plant non-linier, hubungkan dapat tersebut dapat dinyatakan dalam hubungan non-linier, yaitu : Y(s) = f (X(s)) sehingga K dapat dirumuskan : = f X(s))... (.) Algoritma menentukan nilai gain K (metode grafis). Memberikana beberapa masukan step pada sistem/plant, selanjutnya dilakukan pengukuran harga steady state output untuk tiap masukan.. Membuat kurva kerja dengan Yss sebagai ordinat dan Xss sebagai absis. Meletakkan titik kerja yang telah ditentukan pada kurva kerja. Menarik garis singgung kurva melalui titik kerja yang dipilih. Mengukur koefesien arah dari garis singgung. Nilai gain K adalah koefisien arah singgung.... Menetukan Parameter τ (Time Constant) Time constant τ ditentukan melalui pengukuran respon output sistem/plant untuk masukan step pada titik kerja yang dipilih. Algoritma menentukan nilai time constant ini dapat dituliskan sebagai berikut: Algoritma menentukan nilai Time constant τ (metoda grafis). Memberikan masukan step pada sistem/plant dengan sinyal step sesuai titik kerja yang dipilih. Mengamati respon output melalui plotter, selanjutnya membuat kurva respon transient dengan y(t) sebagai ordinat dan waktu t sebagai absis. Mengukur nilai steady state, selanjutnya mengukur waktu yang diperlukan untuk mencapai,% dari keadaan steady state.. Nilai Time constant adalah waktu yang diperlukan respon untuk mencapai,% dari keadaan steady state.. Waktu naik (td) adalah waktu yang dibutuhkan oleh keluaran sistem untuk mencapai % dari nilai keadaan tunaknya. Jadi karena k adalah nilai akhir maka waktu yang diperlukan untuk mencapai % dari nilai ini adalah dirumuskan sebagai berikut:. Waktu naik adalah waktu yang dibutuhkan oleh keluaran sistem untuk naik dari % nilai keadaan tunaknya hingga mencapaui 9% nilai keadaan tunaknya,.. Plant Orde Dua Pada plant memiliki model matematik pendekatan sistem orde dua, jika uji sinyal step respon output sistem/plant menyerupai atau dapat didekati dengan respon sistem orde dua. Oleh karena itu model pendekatan atau model reduksi sistem/plant dapat dinyatakan sebegai berikut:... (.) Tampak bahwa terdapat tiga parameter (K,ξ, dan ) yang perlu di tentukan berdasarkan spesifikasi respon.... Menentukana Parameter ξ (Koefisien Redaman) dan (Frekuensi Natural) Koefisien redaman ξ dan frekuensi natural dapat ditentukan melalui pengukuran respon output sistem/plant untuk masukan step pada titik kerja yang dipilih. Algoritma menentukan nilai koefisien redaman ξ dan frekuensi natural ini dapat dituliskan sebagai berikut: Algoritma menentukan nilai ξ dan (metode grafis). Memberikan masukan step pada sistem/plant dengan sinyal step sesuai titik kerja yang dipilih.. Mengamati respon output melalui plotter, selanjutnya membuat kurva respon transient dengan y(t) sebagai ordinat dan waktu t sebagai absis. Mengukur steady state Y(s) serta nilai peak overshoot Yp serta time peak Tp. Menghitung harga ξ dan dengan formulasi sebagai berikut. ξ =... (.) = ( )... (.8) BAB III PERENCANAAN PENGUJIAN. Pendahuluan Perencanaan adalah proses untuk mempersiapkan suatu ide dan gagasan berdasarkan teori teori yang mendukung untuk melakukan pengujian. Perencanaan dibuat sebgai dasar - dasar utama dalam melakukan langkah langkah pengujian alat yang sudah ada dan merupakan tahap awal dalam pengerjaan proyek akhir ini. Tahapan perancangan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengetahui hasil keluaran menggunakan program pada komputer,. Tujuan Perencanaan Tujuan dari perencanaan ini yaitu untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk

6 melakukan pengujian yang akan dicapai berdasarkan teori yang telah didapat dengan memperhatikan semua aspek yang berkaitan.. Dalam perencanaan suatu alat, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, baik aspek teknis maupun aspek non-teknis. Aspek teknis dalam arti alat dibuatkan berdasarkan kebutuhan untuk menunjang suatu fungsi kerja tertentu dan memenuhi persyaratan tertentu. Sedangkan aspek non-teknis diartikan sebagai aspek diluar teknis seperti segi ekonomi dan komersial.. Langkah Perancangan Langkah-langkah perancangan secara umum tergambarkan pada flowchart gambar.. Mulai Gambar. Flow Chart Perbaikan. Spesifikasi Alat Pada perencanaan perbaikan simulator plant orde satu dan orde dua pada Proyek Akhir ini, terdapat beberapa modul yang sudah ada dan modul yang di buat, modul yang di buat yaitu power supply ± V. Beberapa komponen pada simulator plant orde satu dan orde dua yang memiliki fungsi dan rangkaian yang berbeda beda. Tabel. Spesifikasi Alat Modul Power Supply Spesifikasi - ± V - Vout = ±V Penentuan Spesifikasi Studi Pustaka Perencanaan Perbaikan Modul Plant Orde satu dan Orde - Vin = ± V - Vstep = ~ V - τ = s ~ s - τ = s ~ s - α = ~ Pengujian Simulator Identifikasi Kerusakan Tabel. Spesifikasi Komponen Modul Komponen Spesifikasi - ± V v/a - Dioda µf/v - Kapasitor µf/v ` Penggantian Komponen Pengujian Simulator Benar Ya Analisis a Kesimpulan a Selesai Mudol Power Supply Modul Plant Orde satu dan Orde - IC Regulator - Transformator - Transistor - IC OP AMP - 8 Vi = V Vo =,-, V I = A - 9 Vi = -V Vo =,-, V I = A - CT Vi = V AC Vo= ± V DC ; A - TIP 9 dan TIP Vcb = v Vce = v Ic = A Ib = A - LM Vsupply = ±v Vcc = ±v

7 . Deskripsi Kerja A B C Gambar. Rangkaian Simulator Plant Deskripsi kerja : - LM 8 Vsupply = ±v Vcc = ±v - LF Vsupply = ±8v Vcc = ±v Pada proyek akhir ini akan dibahas mengenai simulator plant orde satu dan orde dua, pada power mengeluarkan tegangan ±V untuk membangkit rangkaian pada simulator plant karena IC Op - Amp membutuhkan tegangan sumber sebesar ±V, power supply ±V masukan ke step input dan dari step input di atur tegangan untuk diberikan ke simulator plant sebagai set point atau step input dan hasil keluaran dari plant orde satu dan orde dua masuk ke cassy pack untuk di tampilkan gelombangnya. Blok A adalah power supply DC (± Volt) yang digunakan untuk membangkitkan Op-Amp pada simulator plant dan sumator. Blok B adalah tegangan referensi, tegangan referensi digunakan sebagai set point yang diinginkan pada simulator plant orde satu dan orde dua. Beban pada blok b berupa tegangan Volt, step input yang digunakan adalah Volt. Blok C adalah Simulator Orde satu dan Orde dua. Metodologi Perencanaan Perbaikan Pada proyek ini dilakukan perencanaan perbaikan karena sebelum melakukan pengujian kita harus melakukan beberapa hal agar pengujian berjalan dengan lancar, karena simulator yang digunakan dalam keadaan tidak optimal sehingga harus dilakukan perbaikan. Dibawah ini beberapa tahapan Perbaikan:. Uji kerusakan pada modul simulator plant orde satu dan orde dua pada cassy pack. Bandingkan Simulator plant yang rusak dengan simulator plant baik Pada bagian ini simulator plant akan dibandingan simulator yang mengalami kerusakan dengan sampel simulator plant yang baik, dimana dengan menggunakan cassy pack akan dibandingkan. Dan akan terlihat bentuk gelombang yang mengalami kerusakan dengan bentuk gelombang yang baik.. Identifikasi kerusakan pada komponen Pada bagian ini dilakukan pengidentifikasian setiap komponen dengan cara mengetahui karakteristik setiap komponen. Dengan menggunakan multimeter lakukan pengecekan setiap komponen.. Perancangan Power Supply ±V Catu daya yang dipakai adalah catu daya DC untuk catu daya simulator plant orde satu dan orde dua adalah tegangan ±V. Sumber tegangan ±V berfungsi untuk mengaktifkan ic op amp yang berada pada simulator plant orde satu dan orde dua... Gambar Konfigurasi Rangkaian Gambar konfigurasi. merupakan gambar konfigurasi rangkaian DC supply ±V. Gambar. Konfigurasi Rangkaian DC Supply ±V Digunakan penyearah setengah gelombang. Berikut merupakan penentuan nilai sekunder trafo CT. Maka nilai sekunder trafo seharusnya lebih besar dari V. Penulis memilih sekunder trafo yang 8V hal ini disebabkan karena besar tegangan output setelah melewati penyearah menjadi naik, untuk mengatasi hal tersebut maka dipilihlah sekunder trafo 8V. DC supply

8 yang dibutuhkan adalah sebesar +V dan -V, maka digunakan LM 8 dan LM 9. Nilai dioda yang digunakan adalah V (karena setelah melihat Vm maka tegangan diode harus >Vm dan dicari yang mudah ditemukan dipasaran), A (I trafo adalah A, karena Id > It dan setelah melihat pasaran, maka yang digunakan adalah A). Nilai kapasitor yang dipasang harus diperhitungkan. Kapasitor ini digunakan untuk menghilangkan ripple. Berikut ini merupakan perhitungan nilai kapasitor. Nilai asumsi ripple yang digunakan adalah nilai ripple maksimum yang diperbolehkan untuk menghasilkan catu daya yang baik (±%)... Perancangan Modul Gambar.8 Realisasi Rangkaian Simulator Plant Pada rangkaian diatas power supply untuk tegangan Vcc dihubungkan kepada set point dan simulator plant untuk membangkitkan tegangan kerja pada op amp yang berada pada simulator plant, lalu step input di masukan ke simulator plant dan keluarannya dimasukan ke modul software cassy pack. Pada simulator plant orde satu dan orde dua ini memiliki rangkaian seperti ini Gambar. Rangkaian DC Supply ±V.8 Realisasi perangkat Keras Simulator Plant Orde Satu dan Orde Dua Pada sub bab ini penulis membahas tentang rangkaian simulator plant orde satu dan orde dua, dibawah ini rangakian simulator plant yang dihubungkan pada ke software cassy pack. Gambar.9 Realisasi Rangkaian Simulator Plant Menggunakan Program Proteus Dan Rangkaian Pada Simulatornya

9 .9 Simulator Plant Orde Satu Rangkaian orde satu terdiri dari dua buah OpAmp yaitu LM dan LM 8. Rangkaian Op-Amp nilai dari orde satu sedangkan pertama menunjukan rangkaian Op-Amp yang kedua merupakan rangkaian inverting yang bertujuan untuk menghasilkan nilai positif Vi R KΩ R Nilai R Nilai R,99 M KΩ KΩ,99 M KΩ M KΩ M KΩ V cc Persamaan Fungsi Alih µf µf V cc +v R KΩ LF - v R Vo µf LM 8 V cc Nilai C +v Nilai R C R R Tabel. Persamaan Dasar Plant Orde Satu - v V cc KΩ KΩ,9 M KΩ. Gambar. Rangkaian Simulator Plant Orde Rangkaian pada Op-Amp yang kedua (UA) merupakan rangkaian inverting, penambahan rangkaian inverting dimaksudkan agar output tegangan bernilai positif. Dengan mengatur nilai R dan C pada rangkaian Op-Amp pertama (U) maka dapat merubah nilai dari fungsi alih simulator plant orde satu, sehingga bisa mendapatkan nilai fungsi alih yang diinginkan. Di bawah ini merupakan tabel nilai R, R, dan C yang dipakai untuk menentukan nilai fungsi alih yang bermacam macam. µf µf Simulator Plant Orde Dua Rangkaian simulator orde dua merupakan gabungan antara dua buah rangkaian simulator plant orde satu yang dirangkai seri, di bawah ini merupakan gambar rangkaian simulator plant orde dua C C R V cc R + v R R V cc + v Vi R R L F L F Vo -v V cc -v V cc Gambar. Rangkaian Simulator Plant Orde Persamaan fungsi alih diatas digunakan pula untuk rangkaian Op-Amp kedua (UA), sehingga akan menghasilkan nilai fungsi alih berorde dua. Dibawah ini merupkan blok diagram untuk rangkaian simulator plant orde. Vi (s) Ts+ Ts+ Vo (s) Gambar. Blok Diagram Rangkaian Orde Dua

10 Tabel. Persamaan Dasar Plant Orde Dua keluaran karakteristik simulator plant orde satu yang masih dalam keadaan normal. Persamaan Dasar Rangkaian U Persamaan Dasar Rangkaian U Nilai R Nilai R Nilai C Fungsi Alih Nilai R Nilai R Nilai C Fungsi Alih Fungsi Alih xfungsi Alih KΩ KΩ µf KΩ KΩ µf KΩ KΩ µf KΩ KΩ µf KΩ, KΩ µf KΩ, KΩ µf KΩ, KΩ µf KΩ, KΩ µf KΩ KΩ µf KΩ KΩ µf BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. Tujuan Pengujian Pengujian alat bertujuan untuk mengetahui cara kerja alat yang dibuat dengan mengacu pada karakteristik teoritis dan spesifikasi yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang sudah dirancang sebelumnya. Membandingkan simulator yang sudah diperbaiki dengan simulator yang masih mengalami kerusakan. a Menguji karakteristik simulator plant orde satu dan plant orde dua. b Menganalisa kerusakan pada komponen yang terdapat pada plant orde satu dan orde dua c Menganalisa data hasil pengujian Step input = v, τ = ; R=KΩ; R=.99M; R= KΩ; R=KΩ;C=µF;. Tahapan Pengujian.. Pengujian Simulator Plant Orde Satu dan Plant Orde Dua Prosedur Pengujian Semikonverter ) Aktifkan program Cassy pack ) Masukan sumber DC ±, dan Volt ke simulator plant orde satu dan orde dua ) Beri tegangan input DC pada Vin simulator plant orde satu dari ( ) Volt ) Sambungkan set point, output, dan ground simulator ke hardware Cassy pack ) Atur nilai Ts yang diinginkan. ) Catat Tegangan output dengan menggunakan Cassy pack. Data Hasil Pengujian Karakterisitk Simulator Plant Orde Satu dan Orde Dua Setelah melakukan pengujian simulator plant orde satu dan orde dua di dapatkan hasil gelombang Gambar. Grafik Output Orde Dengan Fungsi Alih Dibawah ini adalah contoh gambar grafik simulator plant orde dua yang mangalami kerusakan. Pada saat percobaan dari simulator yang mengalami kerusakan karakteristik gelombang yang mengalami kerusakan menyerupai maka hanya beberapa gambar untuk simulator plant yang rusak di cantumkan pada laporan ini.

11 maupun dalam kondisi rusak, maka dilakukan perbaikan untuk simulator plant orde satu dan orde dua ini, dengan cara melakukan pengecekan pada setiap komponen komponen yang berada pada simulator plant tersebut.. Gambar. Grafik Output Orde Rusak Dengan Fungsi Alih Gambar. Grafik output orde yang rusak dengan fungsi alih Gambar.8 Grafik Output Orde Dengan Fungsi Alih Melakukan pengecekan pada diode yang berada pada simulator tersebut, dengan cara menggunakan avometer untuk mengecek kaki katoda dan anodanya. Melakukan pengecekan pada resistor tetap dan variable, dengan cara menyambungkan kaki kaki resistor kepada avometer. Pada resistor tetap akan muncul nilai tahanan pada resistor tersebut lalu bandingkan dengan pita warna yang tertera pada resistor tersebut. Untuk resistor variable dengan cara menghubungkan kaki resistor yang tetap dan variable lalu putar saklar untuk menentukan nilai resistor tersebut, bila berubah nilainya tahan berarti dalam keadaan baik, sedangkan bila tidak berubah maka resistor tersebut tidak rusak.. Melakukan pengecekan pada kapasitor dengan cara mengisi kapasitor tersebut dengan tegangan lalu cek dengan avometer bila nilai tegangan capasitor muncul dan bila diukur akan semakin kecil nilai tegangan maka kapasitor tersebut dalam keadaan baik.. Melakukan pengecekan pada IC Op Amp dengan cara mencobakannya langsung pada rangkaian, bila hasil dari rangkaian Vo tidak sesuai maka IC tersebut rusak. Pada simulator plant ini komponen yang mengalami kerusakan adalah diode zener dan ic LM. Pada contoh simulator yang mengalami kerusakan pada grafik pertama, komponen yang mengalami kerusakan ada diode zener, sehingga step input tetap di V sedangakan untuk gelombang karakteristik plant orde satu dan orde dua mencapai V, Lalu pada gambar grafik kerusakan plant orde satu dan orde dua pada grafik yang kedua, komponen yang mengalami kerusakan adalah IC LM, karena IC LM ada rangkaian pembangkit gelombang orde satu dan orde dua sehingga gambar grafik gelombang pada simulator tersebut tidak beraturan... Untuk kerusakan pada plant orde sama dengan kerusakan pada plant orde satu Sama seperti pada plant orde satu Dibawah ini adalah contoh gambar grafik simulator plant orde dua yang mangalami kerusakan. Pada saat percobaan dari simulator yang mengalami kerusakan karakteristik gelombang yang mengalami kerusakan menyerupai maka hanya beberapa gambar untuk simulator plant yang rusak di cantumkan pada laporan ini. Setelah mengetahui hasil keluaran gelombang plant orde satu dan orde dua dalam kondisi normal Perbandingan Pengujian Antara Cassy Pack Dengan Matlab Plant Orde Satu Selain diuji menggunakan Cassy pack, pengujian karakteristik plant orde satu dapat diuji dengan menggunakan matlab. Di bawah ini merupakan tabel perbandingan percobaan antara Cassy pack dan Matlab

12 Tabel. Perbandingan Percobaan Simulator Plant Orde satu Dengan Menggunakan Cassy pack Dan Simulasi Matlab Fungsi Alih Percobaan.. Percobaan Menggunakan Cassy Menggunakan Matlab Pack Perbandingan Pengujian Antara Cassy Pack Dengan Matlab Plant Orde dua Tabel. Perbandingan Percobaan Simulator Plant Orde Dua Dengan Menggunakan Cassy Pack Dan Simulasi Matlab Percobaan Percobaan Fungsi Alih Menggunakan Cassy Menggunakan Pack Matlab Time (second) Time (second) Time (second) Time (second) Time (second) Time (second) Analisa : Berdasarkan hasil pengujian simulator plant orde satu dengan menggunakan cassy pack menunjukkan bahwa output yang dihasilkan sebanding dengan output yang dihasilkan oleh simulasi software matlab Analisa : Berdasarkan hasil pengujian simulator plant orde dua dengan menggunakan cassy pack menunjukkan bahwa output yang dihasilkan sebanding dengan output yang dihasilkan oleh simulasi software matlab

13 .. Indetifikasi Grafik Plant Orde Satu Pada bagian ini akan membahas tentang menentukan τ gambar grafik yang di tampilkan di program cassy pack. TR,% dari keadaan tunak τ= Gambar. Grafik Plant Orde Satu τ = s =,% x v =, V Setelah menemukan tegangan yang mencapai,% lalu tarik garis dari tegang tersebut ke gelombang plant orde satu lalu dari gelombang tersebut tarik kebawah ke fungsi waktu sehingga dapat ditentukan time konstan-nya, seperti gambar di atas, sehingga dapat ditentukan τ =, dan persamaannya adalah = Rise Time (TR) : Ukuran waktu yang menyatakan keberadaan suatu respon, yang di ukur mulai respon % s/d 9% dari respon steady state dapat pula % s/d 9% TR = t Ln 9 (% 9%), atau TR = t Ln 9 (%-9%) Gambar. Grafik Plant Orde Satu τ = s Pertama tentukan dahulu K (Gain Over all) dimana rumus adalah input dari plan dibagi dengan output dari plan sehingga seperti ini : K= K= = Pada plan orde satu ini cara mengidentifikasi yaitu untuk mendapatkan τ (time konstan) adalah,% dari keadaan tunak (state steady) sehingga hasilnya yaitu : Τ =.% x Keadaan State steady Respon % Respon 9% = % x v = 9% x v =. v =. v TR = t Ln 9 (% 9%) = Ln 9 (.. ) =. s Settling Time (TS): Ukuran waktu yang menyatakan respon telah masuk ±% atau ±% atau ±,% dari respon steady state. Ts(± %) = t ; Ts(± %) = t atau Ts(±,%)=t

14 Delay Time (TD) : Ukuran waktu yang menyatakan factor keterlambatan respon output terhadap input, di ukur mulai t = s/d respon mencapai % dari respon steady state. TD = t Ln.. Indetifikasi Grafik Plant Orde Dua Pada bagian ini akan membahas tentang menentukan τ gambar grafik yang di tampilkan di program cassy pack Dibawah ini dibahas tentang perbandingan hasil pengaturan pada resistor yang diatur dengan dengan hasil tampilan pengukuran pada program cassy pack. Tabel. Perbandingan Pengukuran Dengan Simulator Plant Dengan Software Cassy Pack. Tabel. Perbandingan Pada Simulator Dengan Software Cassy Pack Simulator Plant Orde Satu Cassy Pack (τ) R(k Ω) R(MΩ) (τ) Gambar. Grafik Plant Orde Dua τ = s; τ = s.99.99, , Simulator Plant Orde Dua Cassy Pack (τ) (τ) R(k Ω) R(MΩ) R(k Ω) R(MΩ) (τ) , Gambar. Grafik Plant Orde Dua τ = s; τ = s Pada Plant orde dua cara mengidentifikasi gelombang orde dua berbeda dengan orde satu yaitu :. Tarik garis miring dari titik nol, menyinggung lengkungan gelombang orde dua hingga berhenti di step input. Lalu tarik garis dari singgungan antar garis miring dengan garis gelombang orde dua. Tarik garis ke bawah di tengah tengah garis singgungan tersebut sampai ke garis waktu. Setelah menemukan waktu yang tertera pada garis keterangan waktu bagi sehingga menemukan τ (time konstan) yang sesuai dengan persamaan matematisnya. Dari hasil pengujian yang dilakukan, masih adanya perbedaan dari pengaturan resistor pada simulator dengan hasil dikeluarkan pada software cassy pack, dan ada beberapa hasil pengaturan pada simulator yang sesuai dengan keluaran pada cassy pack.

15 BAB V PENUTUP Berbasis Plc. Bandung: Politeknik Negeri Bandung. Kesimpulan Berdasarkan hasil uraian dan pengujian proyek akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :. Perbandingan karakteristik gelombang plant orde satu dan orde dua melalui pengujian secara hardware menggunakan Cassy Pack dan menggunakan software Matlab terjadi perbedaan Time Konstan (τ) yang kurang karena penunjukan Time Konstan tidak presisi dengan simulator yang di uji. Pada time constan sama dengan pada cassy pack melebihan dari time constan yang sesuai simulator.. Pada saat pembeban pada power supply ±V terjadi drop tegangan di sisi positif maupun sisi negatif,. Saran Keseluruhan sistem yang dirancang dan direalisasikan oleh penulis memiliki beberapa kekurangan, oleh karena itu terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan saran untuk proses pengembangan selanjutnya, sebagai berikut:. Pada simulator plant orde satu dan orde dua range untuk konstan α = ~. Belum mencapai α>. Masih ada ketidak sesuaian pada simulator plant orde satu dan orde dua dengan software Cassy Pack. DAFTAR PUSTAKA []. Rahmat, Basuki.. Diktat Dasar Sistem Kontrol EE-. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Telekomunikasi. []. Surya, Hasan.. Elektronika Daya. Bandung:Politeknik Negeri Bandung []. Woollard, Barry Elektronika Praktis. Jakarta: PT Pertja. []. Bolton, W.. Sistem Instrumentasi dan Sistem Kontrol.Bandung: Pernerbit Erlangga. [].. Indentifikasi Plant orde satu dan orde dua identifikasi-plant/ [] Budiyanto, Eko Nugroho.. Rancang Bangun Simulator Plant Orde Dan Plant Orde Dengan Pengujian Menggunakan Kontroler Pi

16

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Kendali Sistem kendali adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS Analisa Respon Sistem

SISTEM KENDALI OTOMATIS Analisa Respon Sistem SISTEM KENDALI OTOMATIS Analisa Respon Sistem Analisa Respon Sistem Analisa Respon sistem digunakan untuk: Kestabilan sistem Respon Transient System Error Steady State System Respon sistem terbagi menjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID

PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR UNTUK PENGENDALIAN FREKUENSI MENGGUNAKAN KONTROLER PID Oleh: Mahsun Abdi / 2209106105 Dosen Pembimbing: 1. Dr.Ir. Mochammad Rameli 2. Ir. Rusdhianto Effendie, MT. Tugas Akhir PERANCANGAN REMOTE TERMINAL UNIT (RTU) PADA SIMULATOR PLANT TURBIN DAN GENERATOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari 2015. Perancangan dan pengerjaan perangkat keras (hardware) dan laporan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler...

Kendali Perancangan Kontroler PID dengan Metode Root Locus Mencari PD Kontroler Mencari PI dan PID kontroler... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii HALAMAN MOTTO... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DASAR RESPON WAKTU DAN RESPON FREKUENSI. Fatchul Arifin.

SISTEM KENDALI DASAR RESPON WAKTU DAN RESPON FREKUENSI. Fatchul Arifin. SISTEM KENDALI DASAR RESPON WAKTU DAN RESPON FREKUENSI Fatchul Arifin fatchul@uny.ac.id PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Terkait Perkembangan teknik pengendalian di dunia industri dewasa ini sangat pesat. Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam rangka menemukan teknik kendali baru

Lebih terperinci

yang dihasilkan sensor LM35 karena sangat kecil. Rangkaian ini adalah tipe noninverting

yang dihasilkan sensor LM35 karena sangat kecil. Rangkaian ini adalah tipe noninverting 61 BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian sistem pengendali kenaikan suhu udara dengan kendali PID menggunakan PLC LG MASTER-K120S dan modul ekspansi PLC

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID Joko Prasetyo, Purwanto, Rahmadwati. Abstrak Pompa air di dunia industri sudah umum digunakan sebagai aktuator

Lebih terperinci

5/12/2014. Plant PLANT

5/12/2014. Plant PLANT Matakuliah : Teknik Kendali Tahun : 2014 Versi : Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : menjelaskan gambaran umum dan aplikasi sistem pengaturan di industri menunjukkan kegunaan dasar-dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam I. Tujuan 1. Mampu melakukan analisis kinerja sistem pengaturan posisi motor arus searah.. Mampu menerangkan pengaruh kecepatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC

PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Presentasi Tugas Akhir 5 Juli 2011 PERANCANGAN KONTROLER PI ANTI-WINDUP BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 PADA KONTROL KECEPATAN MOTOR DC Pembimbing: Dr.Ir. Moch. Rameli Ir. Ali Fatoni, MT Dwitama Aryana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Blok diagram Dibawah ini adalah gambar blok diagram dari sistem audio wireless transmitter menggunakan laser yang akan di buat : Audio player Transmitter Speaker Receiver

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Keras (Hardware) Pengujian perangkat keras sangat penting dilakukan karena melalui pengujian ini rangkaian-rangkaian elektronika dapat diuji

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL 2.1 Pengenalan Sistem Kontrol Definisi dari sistem kontrol adalah, jalinan berbagai komponen yang menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan perancangan alat, yaitu perancangan perangkat keras dan perancangan perangkat lunak. Perancangan perangkat keras terdiri dari perangkat elektronik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR) Indar Chaerah Gunadin Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Hasanuddin Abstrak Perubahan daya reaktif yang disuplai ke beban

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) Tri Prasetya F. Ir. Yahya C A, MT. 2 Suhariningsih, S.ST MT. 3 Mahasiswa Jurusan Elektro Industri, Dosen Pembimbing 2 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

Kesalahan Tunak (Steady state error) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 6

Kesalahan Tunak (Steady state error) Dasar Sistem Kontrol, Kuliah 6 Kesalahan Tunak (Steady state error) Review Perancangan dan analisis sistem kontrol 1. Respons transien : orde 1 : konstanta waktu, rise time, setting time etc; orde 2: peak time, % overshoot etc 2. Stabilitas

Lebih terperinci

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

REZAN NURFADLI EDMUND NIM.

REZAN NURFADLI EDMUND NIM. MEKATRONIKA Disusun oleh : REZAN NURFADLI EDMUND NIM. 125060200111075 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK MALANG 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Respon berasal

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER Nursalim Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto-Penfui Kupang,

Lebih terperinci

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC Dwiana Hendrawati Prodi Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH.,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN

PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN PENERAPAN ALGORITMA KENDALI PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE PADA SISTEM REAL TIME UNTUK MEMPELAJARI TANGGAPAN TRANSIEN Isnan Nur Rifai 1, Panji Saka Gilab Asa 2 Diploma Elektronika Dan Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dalam perkembangannya penelitian CSTR telah banyak dilakukan. Dimulai dengan pengendalian CSTR menggunakan pengendali konvensional PID untuk mengendalikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah... 1 1.2. Permasalahan... 1 1.3. Batasan masalah... 2 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI. Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT SIMULASI 3.1 Perancangan Alat Simulasi Pesawat simulasi yang di gunakan dalam mendeskripsikan cara kerja simulasi otomasi lahan parkir berupa Programmable Logic Control

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara software dan hardware yang akan digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN 3.1 Diagram Blok Rangkaian Secara Detail Pada rangkaian yang penulis buat berdasarkan cara kerja rangkaian secara keseluruhan penulis membagi rangkaian menjadi

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC Afriadi Rahman #1, Agus Indra G, ST, M.Sc, #2, Dr. Rusminto Tjatur W, ST, #3, Legowo S, S.ST, M.Sc #4 # Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

Bab IV Pengujian dan Analisis

Bab IV Pengujian dan Analisis Bab IV Pengujian dan Analisis Setelah proses perancangan, dilakukan pengujian dan analisis untuk mengukur tingkat keberhasilan perancangan yang telah dilakukan. Pengujian dilakukan permodul, setelah modul-modul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri skala kecil hingga skala besar di berbagai negara di belahan dunia saat ini tidak terlepas dari pemanfaatan mesin-mesin industri sebagai alat

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG

SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG SISTEM PENGATURAN BERJARINGAN : DESAIN DAN IMPLEMENTASI SLIDING MODE CONTROL PADA PRESSURE PROCESS RIG 8-7 Chandra Choirulyanto 050006 Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60, e-mail : Chandrachoirulyanto@gmailcom

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Proporsional Integral Derivative (PID) Didalam suatu sistem kontrol kita mengenal adanya beberapa macam aksi kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral

Lebih terperinci

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis BAB 5 Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis 5.1. Aplikasi Display Controller Pengujian sistem kontrol dilakukan dengan menggunakan aplikasi program Visual C# untuk menampilkan grafik, dan mengambil data

Lebih terperinci

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM M. Rahmad Laoratorium Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UR e-mail: rahmadm10@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk merekayasa

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR 2105100166 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Control system : keluaran (output) dari sistem sesuai dengan referensi yang diinginkan Non linear

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan dan pembuatan sistem kontrol, baik secara software maupun hardware yang digunakan untuk mendukung keseluruhan sistem

Lebih terperinci

Oleh : Dia Putranto Harmay Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc

Oleh : Dia Putranto Harmay Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc Oleh : Dia Putranto Harmay 2105.100.145 Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc Latar Belakang Usman Awan dkk, 2001 Merancang dan membuat dynamometer jenis prony brake dengan menggunakan strain gauge

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM III PERNCNGN SISTEM Pada bab ini akan dibahas tentang diagram blok sistem yang menjelaskan tentang prinsip kerja alat dan program serta membahas perancangan sistem alat yang meliputi perangkat keras dan

Lebih terperinci

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi Ana Ningsih 1, Catherina Puspita 2 Program Studi Teknik Mekatronika, Politeknik ATMI Surakarta 1 ana_n@atmi.ac.id, 2 apriliacatarina@yahoo.com

Lebih terperinci

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting 27 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Blok dan Cara Kerja Diagram blok dan cara kerja dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram Prototipe Blood warmer Tegangan PLN diturunkan dan disearahkan

Lebih terperinci

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID Dian Sarita Widaringtyas. 1, Eka Maulana, ST., MT., M.Eng. 2, Nurussa adah, Ir. MT. 2 1 Mahasiswa Teknik Elektro Univ.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai Pengontrol Suhu Menggunakan Proportional Integral berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535 [3].

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA 50 BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA Pengukuran dan analisa dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan rangkaian yang telah dibuat bekerja sesuai dengan landasan teori yang ada dan sesuai dengan tujuan pembuatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, dan Laboratorium Instrumentasi Medis Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam

BAB III PERENCANAAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam BAB III PERENCANAAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam merencanakan alat yang dibuat. Adapun pelaksanaannya adalah dengan menentukan spesifikasi dan mengimplementasikan dari

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL IV MOSFET TUJUAN PERCOBAAN 1. Memahami prinsip kerja JFET dan MOSFET. 2. Mengamati dan memahami

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Penelitian Terkait Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengendalikan CSTR agar bekerja optimal. Perancangan sistem pengendalian level dan konsentrasi pada CSTR telah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 213 Universitas Sriwijaya Fakultas Ilmu Komputer Laboratorium LEMBAR PENGESAHAN MODUL PRAKTIKUM

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU

DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU DISAIN KOMPENSATOR UNTUK PLANT MOTOR DC ORDE SATU TUGAS PAPER ANALISA DISAIN SISTEM PENGATURAN Oleh: FAHMIZAL(2209 05 00) Teknik Sistem Pengaturan, Teknik Elektro ITS Surabaya Identifikasi plant Identifikasi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator

Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Laporan Praktikum Analisa Sistem Instrumentasi Rectifier & Voltage Regulator Ahmad Fauzi #1, Ahmad Khafid S *2, Prisma Megantoro #3 #Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup[1] Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER

JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER JOBSHEET PRAKTIKUM 8 HIGH PASS FILTER A. Tujuan Mahasiswa diharapkan dapat a. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik High Pass Filter. b. Merancang, merakit dan menguji rangkaian High

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL 3.1 Pendahuluan Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull konverter sebagai catu daya kontroler. Power supply switching akan mensupply

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini antara lain: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, menggali dan mengkaji

Lebih terperinci