BAB II LANDASAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Transkripsi

1 25 BAB II LANDASAN TEORITIS A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISION MAKING) A.1. Definisi Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan menurut George R. Terry adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Sejalan dengan definisi diatas yaitu pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif, pengambilan keputusan menurut S.P. Siagian adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alernatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Sedangkan, menurut James A.F.Stoner Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah (dalam Hasan, 2004) Menurut Janis & Mann (1977) pengambilan keputusan merupakan pemecahan konflik dan perilaku menghindarberdasarkanpada faktor situasional: Decision making as a matter of conflict resolution and avoidance behaviors due to situational factors (Janis & Mann, 1977) Selanjutnya berdasarkan definisi diatas, de Heredia dan kawan kawan (2004) melakukan perkembangan terhadap teori pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann (1977) tersebut. Menurut hasil penelitian yang mereka lakukan, definisi pengambilan keputusan oleh Janis and Mann (1977) tersebut merupakan 25

2 26 model deskriptif dari proses pengambilan keputusan, dimana mereka mengedepankan ide bahwa kebutuhan untuk membuat suatu keputusan melibatkan konflik dari keadaan stress. Tidak adanya stress atau hadirnya stress yang berlebihan dapat menjadi penentu utama kegagalan subjek untuk membuat suatu keputusan, karena hal tersebut berhubungan dengan pencarian informasi yang tidak produktif, pengukuran serta pola dari pengambilan keputusan tersebut. Penelitian ini menggunakan definisi pengambilan keputusan menurut Janis dan Mann, yang dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan pemecahan masalah serta perilaku menghindari faktor faktor situasional. A.2. Tahapan Pengambilan Keputusan Gambaran unik proses pengambilan keputusan yang dilakukan seseorang dapat dilihat dari tahap-tahap yang dilaluinya sebelum sampai pada keputusan akhir. Hal ini berbeda-beda pada setiap individu dan tergantung pada pola seseorang dalam menghadapi masalahnya. Janis & Mann (1977) memperkenalkan lima tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yang terdiri atas: 1. Menilai Masalah Tahap pertama adalah menilai masalah. Tahap ini meliputi pengenalan terhadap masalah, mencari informasi atau kejadian yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif bagi tindakan yang akan dilakukan. Informasi yang didapatkan akan menghasilkan krisis sementara. Dengan kondisi tersebut, individu akan memilih untuk menghindari atau menyelesaikan masalah. Pada tahap ini individu mulai merasa tidak

3 27 nyaman berada dalam kondisi tertentu dan ia menyadari perubahan perlu dilakukan. Individu mulai memahami mengenai konflik yang dihadapi merupakan hal yang penting. Hal ini membantu individu agar terhindar dari asumsi asumsi yang salah atau sikap yang terlalu menggampangkan masalah yang kompleks (Janis & Mann, 1977). 2. Menilai alternatif-alternatif yang ada Setelah seseorang merasa yakin terhadap informasi yang berkaitan dengan masalahnya, dia mulai memusatkan perhatian pada berbagai alternatif pilihan atau tindakan yang ada. Seseorang juga berusaha mencari masukan dan informasi dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan masalahnya. Selain itu, ia juga akan semakin memberikan perhatian pada informasi yang relevan di media massa. Hal yang paling penting pada tahap ini adalah sikap terbuka dan fleksibilitas. Individu lebih menaruh perhatian pada rekomendasi berupa saran saran untuk menyelesaikan permasalahan, meskipun saran tersebut tidak sesuai dengan keyakinannya sekarang ini. 3. Menimbang Alternatif Pada tahap ini, seorang pengambil keputusan mulai mengevaluasi seluruh pilihan yang ada berdasarkan konsekuensi dan kemungkinan untuk dilakukan. Mengenai konsekuensi tindakannya, seseorang melihat kemungkinan manfaat dan kerugian yang harus ia terima serta kepraktisan dari tiap tiap alternatif yang menurutnya paling baik dalam upayanya

4 28 mencapai tujuan tertentu. Ketika seseorang menyadari bahwa terdapat kemungkinan terjadinya penyesalan di masa mendatang, ia pun menjadi semakin berhati-hati dalam menimbang alternatif-alternatif yang ada. Karakteristik seseorang yang berada pada tahap ini adalah munculnya ketidakpuasan atas tindakan yang mungkin telah dilakukan dan ketidakinginan untuk komitmen atas alternatif-alternatif, dapat menjadi stress dan kembali ke tahap dua. Meskipun seseorang mulai merasa yakin atas pilihan yang terbaik, biasanya ia akan menjadi responsif atas informasi baru yang penting. 4. Membuat Komitmen Tahap ini ditandai dengan penumpukan tegangan dalam mempertimbangkan banyaknya alternatif. Hal ini hanya dapat diatasi dengan membuat komitmen terhadap keputusan yang diambil. Setelah membuat komitmen, pengambil keputusan pun mulai mempertimbangkan untuk merealisasikan komitmennya dan memberitahu orang lain mengenai keputusan yang diambilnya. Pengambil keputusan menyadari bahwa cepat atau lambat, orang lain dalam jaringan sosialnya akan mengetahui mengenai keputusan yang diambilnya. Ia juga menyadari bahwa ketika ia merealisasikan dan mengungkapkan keputusannya, maka ia akan memiliki tanggung jawab atas keputusannya. Dengan demikian pada saat pengambilan keputusan, akan mulai mengantisipasi kemungkinan kehilangan harga diri jika ia gagal menjalankan keputusan yang sudah

5 29 dibuatnya. Seorang pengambil keputusanakan menjadi lebih termotivasi untuk mendukung dan mengkonsolidasi keputusannya. Individu akan melakukan cara-cara yang dapat membantunya merealisasikan keputusannya dengan konsekuensi yang paling kecilmengimplementasikan keputusannya dengan kekuatiran yang paling kecil. 5. Tetap Melakukan Komitmen Meskipun Ada Feedback Negatif Banyak keputusan memasuki periode honeymoon, dimana pengambil keputusan sangat bahagia dengan pilihan yang ia ambil dan menggunakannya tanpa rasa cemas. Tetapi setiap keputusan yang diambil seseorang mengandung risiko yang dapat membangun feedback negatif, menjadi penting untuk tidak bereaksi berlebihan terhadap kritik atau kekecewaan yang mungkin timbul. Dari tahapan-tahapan tersebut dapat dilihat bahwa seseorang akan sangat berhati-hati dan sangat mempertimbangkan segala keuntungan atau kerugian sebelum mengambil suatu keputusan yang akan menjadi sebuah komitmen dalam hidupnya. Komitmen tersebut haruslah dilakukan dengan serius dan sungguhsungguh meskipun akan memberikan efek yang negatif. Jika komitmen tidak dilakukan, maka itu bukanlah suatu keputusan, tapi hanya sebatas hasrat atau keinginan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Fand (2011) yang dilakukan berdasarkan teori yang dinyatakan Janis and Mann (1977),

6 30 dinyatakanbahwa dengan memeriksa prosedur yang digunakan oleh pengambil keputusan dalam memilih aksinya dapat membantu memprediksi kualitas dari keputusan atau aksinya tersebut. Mereka merumuskan kriteria prosedur yang dapat digunakan sebagai penutun proses evaluasi yang ideal yang dapat membantu untuk mengidentifikasi tahapan pengambilan keputusan yang telah dijabarkan diatas. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan memahami cakupan alternatif dari aksi. 2. Melakukan survei pada cakupan dari objektifitas dan nilai yang harus dipenuhi dari sebuah keputusan. 3. Secara hati hati menimbang resiko dari konsekuensi negatif dan positif yang dapat tercipta dari tiap alternatif yang ditemukan. 4. Secara intensif mencari informasi baru yang relevan bagi evaluasi yang akan datang dari alternatif dan secara tepat mengasimilasi informasi yang terpapar baginya, walaupun saat informasi tersebut tidak mendukung. 5. Memeriksa ulang konsekuensi yang mungkin dari seluruh alternative sebelum membuat keputusan akhir, termasuk pada yang dianggap tidak dapat diterima. 6. Membuat ketetapan yang detil untuk mengimplementasikan atau menghilangkan aksi yang telah dipilih, dengan perhatian yang khusus terhadap ketidaktentuan rencana yang diperlukan jika beberapa resiko yang diketahui terjadi.

7 31 A.3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Pengambilan keputusan Faktor Faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan oleh Janis dan Mann (1977) ini berbeda beda sesuai dengan tahapan yang dilalui. Faktor faktor tersebut mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang mulai dari tahapan pertama sampai pada tahapan keempat, yaitu membuat komitmen. Faktor faktor dalam setiap tahapan adalah sebagai berikut: a. Menilai Masalah Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penilaian masalah pada tahap ini yaitu, sumber masalah untuk dapat dipercaya, kejelasan masalah, dan kepribadian serta mood seseorang waktu menilai permasalahan yang ada. b. Menilai alternatif-alternatif yang ada Faktor yang mempengaruhi jalannya tahap kedua ini adalah mengumpulkan seluruh kemungkinan alternatif, dan efisiensi pencarian keterangan mengenai alternatif yang ada. c. Menimbang Alternatif Tahap ini dipengaruhi oleh adanya keahlian/keterampilan yang dimiliki seseorang sebelumnya yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk meperhitungkan seluruh kemungkinan secara akurat.

8 32 d. Membuat Komitmen Tahap ini sangat dipengaruhi oleh orang-orang atau kelompok yang dianggap penting oleh pengambil keputusan. Janis & Mann (1977) mengemukakan, pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting. Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghadapi resiko yang akan muncul. Konflikkonflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus dilakukan sesuai keputusan yang dibuat. Simptom yang dominan muncul adalah keragu-raguan, kebimbangan, ketidakpastian, dan tandatanda stres ketika keputusan ditetapkan. Sesuai dengan hal tersebut, metode yang efektif dalam pengambilan keputusan adalah metode yang menggunakan conflicttheory model, dapat melihat segala konsekuensi yang mungkin terjadi ketika mengambil satu keputusan tertentu. Hal ini tergantung dari jawaban individu yang mengambil keputusan tersebut terhadap empat pertanyaan dasar dalam metode ini. Metode ini mencakup tiga hal besar yang harus diperhatikan, yaitu antecendent conditions (kondisi-kondisi yang mendahului), mediating processes (prosesproses yang terjadi), dan consequences (akibat-akibatnya).

9 33 B. PERNIKAHAN B.1. Definisi Pernikahan Pernikahan merupakan persatuan yang terikat secara sosial, legal dan atau religius antara laki laki dan perempuan dengan harapan bahwa mereka akan melakukan peran secara mutual (menguntungkan) atau timbal balik, serta saling mendukung sebagai sepasang suami dan istri (dalam Crandell;Crandell, 2009). Pernikahan juga diartikan sebagai ikatan dari pasangan menikah yang tinggal bersama, dimana beberapa negara menetapkan bahwa pernikahan yang legal hanya dapat terjadi diantara wanita dan pria.tetapi negara lainnya telah membolehkan pernikahan antara sesama jenis, dan yang lainnya membuat suatu konstitusi untuk mencegah pernikahan sesama jenis terjadi. Hal ini menyebabkan definisi legal dari pernikahan akan tetap menjadi kontroversi untuk tahun tahun mendatang (dalam DeGenova, 2008). Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan salah satu bentuk hubungan antara laki laki dan wanita yang diakui oleh masyarakat, yang memiliki tugas masing masing sebagai suami istri dan membawa nilai nilai dari budaya mereka, yang pengakuan legalnya masih menjadi kontroversi sampai sekarang. B.2. Manfaat dari Pernikahan Orang yang memutuskan untuk menikah mungkin mempertimbangkan tentang manfaat dari pernikahan yang akan mereka jalani. Menurut Ferraro (2006) pada budaya di dunia, pernikahan menyediakan fungsi dasar sosial yang meliputi

10 34 unit yang stabil untuk regulasi reproduksi, menyediakan pembagian tugas, memiliki anak, dan menyediakan materi, kebutuhan psikologis serta emosi dari pasangan dan anak yang dimiliki kelak (dalam Crandell;Crandell, 2009). Hal tersebut juga sejalan dengan manfaat dari pernikahan menurut Olson dan Olson, 2000 (dalam Lestari, 2012), yaitu antara lain: 1. Orang yang menikah memiliki gaya hidup yang lebih sehat. Orang yang menikah cenderung menghindari perilaku yang berbahaya daripada lajang, bercerai, atau duda. Misalnya orang yang menikah lebih sedikit memiliki masalah minuman keras, yang sering kali terkait dengan masalah kecelakaan, konflik antarpribadi dan depresi. 2. Orang yang menikah hidup lebih lama. Hal ini dapat terjadi karena mereka memiliki dukungan emosi dari pasangan dan akses terhadap sumber daya ekonomi. 3. Orang yang menikah memiliki kepuasan relasi seksual yang lebih baik. Sekitar 54% dari laki laki yang menikah dan 43% dari perempuan yang menikah merasa sangat puas dengan relasi seksualnya. Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan pelaku kohabitasi, dengan angka 44% laki laki dan 35% perempuan. Angka angka tersebut merupakan temuan di Amerika, sayangnya angka angka yang berlaku di Indonesia belum terungkap.

11 35 4. Orang yang menikah lebih sejahtera secara ekonomi. Orang yang menikah dapat menggabungkan pendapatannya sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekonominya. 5. Anak anak pada umunya tumbuh lebih baik bila diasuh oleh orang tua lengkap. Anak anak dengan kedua orangtua yang tinggal serumah cenderung lebih baik secara emosi dan akademik. Sebagai remaja, mereka lebih sedikit mengalami hamil sebelum menikah. Anak anak dapat memperoleh perhatian yang lebih dari kedua orang tua, misalnya dalam hal pendampingan, bantuan untuk menyelesaikan tugas sekolah, dan kualitas kebersamaan. C. REMARRIAGE C.1. Definisi Remarriage Remarriage mungkin terjadi karena kematian salah satu dari pasangan tersebut atau perceraian (dalam Hurlock, 1999). Keluarga remarried dapat dikelompokkan ke dalam kategori menurut susunan keluarga. Pasangan dengan salah satu yang menikah kembali termasuk keluarga dengan 1) tidak memiliki anak 2) anak bawaan pernikahan sebelumnya dari pihak istri 3) anak bawaan pernikahan sebelumnya dari pihak suami 4) anak dari hasil pernikahan yang kedua 5) hasil dari pernikahan kedua ditambah anak dari pihak suami 6) hasil dari pernikahan kedua ditambah anak dari pihak istri 7) anak dari pihak istri dan suami. Selain itu juga merupakan pasangan dengan kedua pihak yang menikah

12 36 kembali termasuk keluarga dengan 1) tidak memiliki anak 2) anak bawaan pernikahan sebelumnya dari pihak istri 3) anak bawaan pernikahan sebelumnya dari pihak suami 4) anak dari hasil pernikahan yang kedua 5) hasil dari pernikahan kedua ditambah anak dari pihak suami 6) hasil dari pernikahan kedua ditambah anak dari pihak istri 7) anak dari pihak istri dan suami (dalam DeGenova, 2008). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa remarriage adalah pernikahan kembali yang dilakukan karena kematian salah satu pasangan maupun perceraian, termasuk kedalamnya keluarga dengan salah satu pasangan yang menikah kembali maupun kedua pasangan yang menikah kembali. C.2. Alasan Melakukan Remarriage Orang melakukan remarriage kebanyakan untuk cinta, practical matters seperti keamanan finansial, bantuan membesarkan anak, keluar dari kesepian dan penerimaan sosial (Berk, 2007). Berikut ini adalah beberapa alasan yang menyebabkan seorang individu memutuskan untuk melakukan remarriage (dalam Dariyo, 2004). Alasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan cinta dan persahabatan. Ada beberapa pernikahan kembali dikatakan menikah bukan untuk cinta, tetapi lebih untuk alasan finansial, untuk membantu membesarkan anak dan untuk mengurangi kesepian yang dirasakan seseorang (Santrock, 2009).

13 37 2. Pemenuhan kebutuhan biologis. Dari segi pemenuhan faktor biologis, menikah lagi dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyalurkan kebutuhan seksual secara sah dengan pasangan hidup yang baru tanpa melanggar norma sosial, apalagi untuk individu yang masih berada dalam usia reproduktif 3. Faktor kebutuhan ekonomi/keuangan. Seseorang juga memilih untuk menikah lagi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi untuk diri sendiri maupun untuk anak-anaknya. 4. Etika, moral, dan norma sosial. 5. Faktor pemeliharaan atau pendidikan anak. Selain itu, bagi individu yang memiliki anak dari pernikahan sebelumnya akan mendapatkan bantuan dalam mengurus, memelihara ataupun mendidik anak-anaknya dengan menikah lagi 6. Untuk memperoleh status sosial. D. WANITA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) D.1. Definisi ODHA ODHA merupakan singkatan dari orang dengan HIV/AIDS, dalam hal ini orang yang di dalam tubuhnya terdapat HIV (orang terinfeksi), setelah dilakukan pemeriksaan darahnya baik dengan test Elisa maupun Western Blot(Mudjahid,2000). ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) didefinisikan sebagai seseorang yang telah terinfeksi oleh virus HIV atau yang telah mulai menampakkan satu atau lebih gejala AIDS. Rentang waktu dari seseorang

14 38 terinfeksi sampai muncul gejala klinis bisa sangat bervariasi antara delapan sampai sepuluh tahun, yang disebut sebaga masa inkubasi, yang dalam terminologi penyakit HIV/AIDS biasa disebut sebagai window period (Klatt, 2006).ODHA adalah singkatan orang dengan HIV/AIDS, yaitu setiap orang yang di dalam tubuhnya telah beredar virus HIV, yang diketahui dengan pemeriksaan antibodi dalam darahnya(zein, 2006). Melihat definisi yang telah dijabarkan diatas, dapat disimpulkan bahwa ODHA adalah singkatan atau istilah yang dipakai bagi orang orang yang terinfeksi HIV yang diketahui melalui pemeriksaan darahnya. D.2. Penyakit HIV/AIDS Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dinyatakan oleh Blalock & Campos (2003), merupakan penyakit yang disebabkan kuman virus menyebar oleh darah yang terinfeksi, cairan sperma, atau sekresi cairan vagina; penyakit ini menghancurkan sistem imun normal tubuh. AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) yang memiliki potensi untuk menghancurkan bagian dari sistem imun. HIV menyerbu sel darah putih dan memproduksidirinya sendiri. HIV kemudian menghancurkan sel darah putih, sel yang mengatur kemampuan sistem imun untuk melawan penyakit infeksi (dalam Matlin, 2008). Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4.Fungsinya seperti sakelar yang menghidupkan dan memadamkan kegiatan sistem kekebalan tubuh, tergantung ada tidaknya kuman yang harus dilawan.hiv

15 39 yang masuk ke tubuh menularkan sel ini, membajak sel tersebut, dan kemudian menjadikannya pabrik yang membuat miliaran tiruan virus. Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk ke sel CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak atau mati.jika sel-sel ini hancur, maka sistem kekebalan tubuh kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh kita dari serangan penyakit. Keadaan ini membuat kita mudah terserang berbagai penyakit (dalam Spiritia, 2009) Siapapun yang terlibat dalam perilaku seksual beresiko dengan orang terinfeksi dapat mengidap AIDS. Berdasarkan survey, orang-orang percaya bahwa mereka dapat menilai teman seksual yang terlihat terinfeksi HIV. Sayangnya, bagaimanapun, mustahil untuk memberitahu apakah seseorang itu terinfeksi hanya dengan melihat saja (dalam Matlin, 2008). Individu-individu yang menderita HIV positif tidak mengalami simptomsimptom pada awalnya, bahkan beberapa orang tidak mengalami gejala-gejala infeksi hingga sepuluh tahun. Simptom-simptom yang selanjutnya akan berkembang, yakni kelenjar getah bening yang bengkak, kelelahan, rashes, demam yang tidak jelas, kehilangan berat badan, dan diare (L.L. Alexander et al., 2004; Kalichman, 2003). Pria dan wanita mengalami gejala-gejala tersebut jika menderita HIV positif (dalam Matlin, 2008). Individu yang menderita HIV positif, meskipun pada tahap awal, sangatlah bersifat menular. Infeksi HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam kurun waktu sepuluh tahun atau lebih. Diagnosa AIDS akan dibuat ketika tingkat

16 40 imunitas seseorang menurun hingga batas tertentu. HIV juga dapat merusak sistem saraf pusat yang dimana akan menimbulkan gangguan psikologis, seperti kehilangan memori, masalah kognitif, dan depresi. Drug therapies telah dikembangkan untuk memperpanjang hidup individu yang menderita HIV positif (dalam Matlin, 2008) D.3. Pencegahan Penularan HIV/AIDS HIV sepenuhnya adalah penyakit yang dapat dicegah. Cara pencegahannya secara langsung berkaitan dengan cara penularannya (dalam Gallant, 2010). Cara penularan yang pertama adalah penularan seksual. Tidak ada yang lebih aman dari tidak berhubungan seksual, tapi tidak semua orang dapat menerimanya. Alternatif yang terbaik adalah dengan membatasi jumlah pasangan seksual, melakukan aktivitas seksual kecuali di lubang anus atau vagina, menggunakan pengaman, serta tidak memasukkan air mani, cairan pra-semina, maupun cairan vagina ke dalam mulut atau mata. Alat konrasepsi dapat membantu membatasi penyebaran AIDS (dalam Matlin, 2008). Namun, survey menunjukkan kurang dari 40% wanita menyatakan bahwa mereka menggunakan alat kontrasepsi selama melakukan hubungan seksual. Suatu masalah yang penting dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah bahwa pria merupakan pihak yang sering mengontrol keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi atau tidak. Pria dan wanita dalam hubungan seksual kebanyakan tidak mendapatkan power yang setara. Akibatnya,

17 41 wanita merasa tidak aman untuk memaksa pasangan mereka menggunakan pengaman. Pada kenyataannya, penggunaan alat kontrasepsi secara teratur tidak menjamin proteksi terhadap AIDS karena pengaman dapat rusak. Seks yang sempurna aman tidaklah tersedia, hanya seks yang lebih aman yang tersedia. Maka, alat kontrasepsi pastilah lebih baik daripada tidak ada proteksi sama sekali (dalam Matlin, 2008). Cara pencegahan yang kedua menurut Gallant (2010) adalah melakukan pencegahan penularan dari pengguna narkoba adalah dengan mencari pengobatan dan berhenti menggunakan narkotika tersebut. Tetapi bila pemakaian tersebut tidak dihentikan, jangan menggunakan jarum suntik yang sama dengan orang lain. Bila penggunaan jarum suntik bersama sama tersebut tidak dapat dihindari, pastikan untuk membersihkan jarum suntik tersebut. Cara yang terakhir adalah mencegah lewat penularan kepada bayi.semua perempuan hamil lebih baik mengikuti tes untuk infeksi HIV.Pengobatan selama kehamilan hampir 100% efektif untuk mencegah penularan kepada bayi.perempuan yang positif tidak dianjurkan untuk menyusui bayinya (Gallant, 2010). D.4. Wanita dengan HIV/AIDS Wanita lebih mudah diserang oleh penyakit menular seksual daripada pria. Perkiraan saat ini, wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa alat pengaman dengan pria terinfeksi HIV adalah sekitar 2/8 lebih mungkin tertular

18 42 HIV.Mayoritas wanita terinfeksi HIV karena mereka menggunakan narkoba atau karena mereka berhubungan seksual dengan pria yang terinfeksi HIV. Observasi penting yang dilakukan adalah penularan HIV melalui hubungan heteroseksual, yaitu hubungan antara laki laki dan perempuan, ditemukan lebih banyak terjadi pada wanita yang ditularkan oleh pria daripada pria yang ditularkan oleh wanita (dalam Matlin, 2008). Estimasi terbaru memperlihatkan bahwa wanita yang tidak terproteksi saat sexual intercourse dengan laki laki yang terinfeksi HIV, 2 sampai 8 kali lebih beresiko tertular daripada saat seorang laki laki melakukan sexual intercourse dengan wanita yang terinfeksi HIV. Hal ini disebabkan karena konsentrasi HIV lebih tinggi pada cairan sperma daripada cairan vagina (dalam Matlin, 2008) Individu yang menderita HIV positif cenderung untuk mengalami depresi, kecemasan, kemarahan, dan ketakutan. Beberapa wanita mengalami perspektif hidup yang baru yang lebih penuh harapan. Orang-orang yang menderita AIDS sering menyatakan bahwa mereka terperangah dengan reaksi yang tidak sensitif dari orang lain bahkan anggota keluarga sendiri. Beberapa orang lainnya merasa terkejut dengan pesan-pesan yang penuh dengan dukungan. (dalam Matlin, 2008) Menurut Herbert & Bachnas (2002) wanita yang menderita HIV positif juga memiliki kemungkinan untuk mengalami infeksi vagina dan kanker serviks. Komunitas medis yang cenderung beroperasi atas norma pria, kedua simptom tersebut tidak tercantum dalam daftar diagnostik gejala-gejala AIDS. Akibatnya,

19 43 wanita sering menerima diagnosa yang salah dan tidak menerima treatment lebih awal (dalam Matlin, 2008). E. PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMARRIAGE PADA WANITA ODHA Menurut Janis& Mann (1977) pengambilan keputusan merupakan pemecahan konflik dan perilaku menghindarberdasarkanpada faktor situasional. Definisi pengambilan keputusan oleh Janis and Mann (1977) tersebut merupakan model deskriptif dari proses pengambilan keputusan, dimana mereka mengedepankan ide bahwa kebutuhan untuk membuat suatu keputusan melibatkan konflik dari keadaan stress (de Heredia, 2004). Pengambilan keputusan tersebut, menurut Janis dan Mann (1977) memiliki lima tahapan yaitu: Menilai masalah, menilai alternatif alternatif yang ada, menimbang alternatif, membuat komitmen, dan tetap melakukan komitmen walau ada umpan balik yang negatif. Seorang individu harus melakukan pengambilan keputusan pada setiap isu isu didalam kehidupannya.salah satu contoh keputusan yang harus diambil adalah Pengambilan keputusan untuk menikah kembali. Pengambilan keputusan untuk menikah kembali ini bukan hanya didasarkan pada keuntungan yang didapat dari pernikahan, seperti memiliki gaya hidup yang lebih sehat; hidup lebih lama; kepuasan relasi seksual yang lebih baik; lebih sejahtera secara ekonomi; anak anak pada umunya tumbuh lebih baik bila diasuh oleh orang tua lengkap, tetapi

20 44 juga konflik serta konsekuensi apa yang dapat ditimbulkan dari keputusan tersebut(dalam Lestari, 2012). Janis dan Mann (1977), menyatakan bahwa pada umumnya individu akan menghadapi konflik dalam mengambil suatu keputusan yang sangat penting. Munculnya konflik membuat pengambil keputusan akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menghadapi risiko yang akan muncul. Konflik-konflik tersebut juga akan mempengaruhi individu untuk menerima atau menolak tindakan yang harus dilakukan sesuai keputusan yang dibuat. Orang melakukan remarriage kebanyakan untuk cinta, practical matters seperti keamanan finansial, bantuan membesarkan anak, keluar dari kesepian dan penerimaan sosial, lebih ditemukan di pernikahan kedua daripada pertama (Berk, 2007). Berikut ini adalah beberapa alasan yang menyebabkan seorang individu memutuskan untuk melakukan remarriage, yaitu: Mendapatkan cinta dan persahabatan; pemenuhan kebutuhan biologis; faktor kebutuhan ekonomi/keuangan; etika, moral, dan norma sosial; faktor pemeliharaan atau pendidikan anak; serta untuk memperoleh status sosial (dalam Dariyo, 2004).Alasan tersebut juga dimiliki oleh wanita dengan HIV/AIDS tetapi mereka memiliki beberapa perbedaan dalam pengambilan keputusan untuk menikah karena resiko resiko dari penyakitnya yang dapat ditimbulkan dari pernikahannya seperti yang telah dijabarkan diatas. Hal inilah yang menjadi konflik bagi seseorang wanita ODHA dalam mempertimbangkan pernikahannya,

21 45 sehingga wanita ODHA akan lebih berhati hati saat akanmengambil keputusan melakukanremarriagetersebut. Wanita dikatakan lebih mudah terserang HIV/AIDS daripada pria. Perkiraan saat ini, wanita yang melakukan hubungan seksual tanpa alat pengaman dengan pria terinfeksi HIV adalah sekitar 2/8 lebih mungkin tertular HIV. Individu yang menderita HIV positif cenderung untuk mengalami depresi, kecemasan, kemarahan, dan ketakutan (dalam Matlin, 2008). Untuk pasangan kekasih dan menikah yang mengidap HIV/AIDS, pasti akan ada keputusan yang sulit untuk diambil yaitu apakah pasangan perlu di tes, seks seperti apa yang aman dilakukan, dan sebagainya. Untuk wanita khususnya, akan ada ketakutan kemungkinan menularkan pada bayi mereka bila mereka hamil. Beberapa wanita memutuskan punya anak, dan beberapa lainnya memutuskan untuk tidak punya anak, tapi keputusan manapun yang akan diambil akan menimbulkan kehilangan yang besar(aggleton, Kim, Ian, 1994). Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa wanita ODHA memiliki pertimbangan serta konsekuensi yang berbeda dengan wanita pada umumnya, yang harus dipikirkan sebelum memutuskan remarriage. Seperti yang dijabarkan diatas, wanita ODHA mungkin akan mengalami ketakutan akan resiko menularkan pada bayi mereka, harus memikirkan bagaimana seks yang aman dilakukan, serta harus memikirkan kemungkinan penularan terhadap suami mereka dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan keputusan untuk menikah kembali adalah keputusan yang penting bagi seorang wanita ODHA. Karena

22 46 alasan alasan tersebut menjadikan wanita ODHA harus melewati tahapan tahapan pengambilan keputusan yang lebih kompleks dan unik dibandingkan tahapan yang dilewati oleh seseorang normal yang akan memutuskan untuk menikah kembali. F. PARADIGMA PENELITIAN

23 47 Penyakit HIV/AIDS di Indonesia Alasan seserang menikah kembali: 1. Finansial 2. Kebutuhan akan cinta 3. Pengasuhan anak 4. Penerimaan Sosial Penularan melalui pasangan (dari suami ke istri) Wanita dengan HIV/AIDS Kematian Pasangan Keinginan untuk Menikah kembali (remarriage) konflik yang harus dihadapi Pengambilan keputusan untuk menikah kembali pada wanita ODHA Tahapan Pengambilan Keputusan Resiko yang dihadapi dari penyakit: 1. Penerimaan status 2. Penularan terhadap bayi 3. Pandangan dari lingkungan 4. Pandangan dari keluarga 1. Resiko dari Penyakit 2. Seks yang aman dengan pasangan 3. Pandangan dari lingkungan terhadap remarriage 4. Pandangan dari keluarga terhadap remarriage Menilai Masalah Menilai alternatif yang ada Menimbang altternatif Membuat Komitmen Tetap Melakukan komitmen meskipun ada feedback negatif Remarriage (Menikah Kembali)

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 1 PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015 TANGGAL 1 DESEMBER 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN

Lebih terperinci

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

JOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi

JOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi JOURNAL GAMBARAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MEMILIKI ANAK PADA WANITA DENGAN HIV POSITIF DI KOTA BOGOR. Yunita Anggraeni, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran, 2016 AIDS ( Acquired Immuno Deficiency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. Dengan sendirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih BAB II LANDASAN TEORI A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian pengambilan keputusan Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif-alternatif bagaimana cara bertindak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Bila hal itu berhasil 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebermaknaan Hidup 2.1.1. Pengertian Makna Hidup Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat

BAB I PENDAHULUAN. masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV dan AIDS (Odha) masih sering terjadi. Seorang perempuan bernama Mairinda yang kini menjabat sebagai manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS DAN ACQUIRED IMMUNO DEFICIENCY SYNDROME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu 100 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu kenyataan yang harus ditanggung oleh para ODHA. Terinfeksinya ODHA dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan tahapan di mana seseorang beralih dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan

Lebih terperinci

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya tidak akan terlepas dari sebuah interaksi. Interaksi yang berlangsung dapat mendorong para pelaku untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus). Kasus HIV dan AIDS pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Acquired Immunice Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunice

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu penyakit menular yang merupakan kumpulan gejala penyakit yang terjadi karena sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang: a. b. c. bahwa dalam upaya untuk memantau penularan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit tersebut muncul begitu saja. Seperti kata pepatah Tidak ada asap tanpa adanya api, tentu tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek kesehatan pada akhir abad ke-20 yang merupakan bencana bagi manusia adalah munculnya penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) menjadi agenda penting baik dikalangan kedokteran maupun dikalangan politisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Banyak orang mengatakan masa-masa sekolah adalah masa yang paling menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan pembahasan mengenai masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia menginginkan kesejahteraan hidup dimana kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia menginginkan kesejahteraan hidup dimana kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia menginginkan kesejahteraan hidup dimana kesejahteraan tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek kesehatan. Tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual atau sering dikenal dengan orientasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4

BAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu human immuno deficiency virus (HIV), yang telah di. identifikasi pada tahun 1983 (Depkes RI ). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang untuk pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna.

Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Berusaha Tenang Mampu mengendalikan emosi, jangan memojokan si-anak atau merasa tak berguna. Jangan Menunda Masalah Adakan dialog terbuka dengan anak, jangan menuduh anak pada saat dalam pengaruh narkoba

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci