BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif untuk menilai hubungan linear defisit basa arteri pada jam ke-0 dan jam ke-24.dengan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis berat UPI di RSHAM 3.2. Tempat dan Waktu Tempat Penelitian ini dikerjakan di Unit Perawatan Intensif Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Waktu Januari 2012 sampai dengan Maret Populasi dan sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien sepsisyang baru masuk ke Unit Perawatan Intensif (UPI) dewasa Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2012 sampai dengan Maret Sampel Seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi

2 3.4. Kriteria inklusi, ekslusi dan putus uji Kriteria inklusi Pasien yang memenuhi kriteria sepsis berat. Berumur >16 tahun Kriteria Eksklusi Pasien dengan penyakit hati kronis Pasien dengan penyakit ginjal kronis Pasien / keluarga pasien menolak Kriteria putus uji Pasien dirawat di UPI meninggal kurang dari 24 jam. Pasien dirujuk ke UPI rumah sakit luar kurang dari 24 jam 3.5 Perkiraan Besar Sampel (54) Besar sampel dihitung dengan rumus : 2 (zzzz + zzzz) nn = 0.5 ln[(1 + rr)/(1 rr)] ( ) nn = 0.5 ln[( )/(1 0.55)] Dengan : n = besar sampel Z = 1,96 (adalah deviat baku pada 0,05 ) = tingkat kemaknaan (0,05 ) Zββ = 0,842 (adalah deviat baku pada ββ 20% ) 1 ββ = power (80%) 30

3 r = perkiraan koefisien korelasi (0,55) (8) Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh besar sampel 24 orang. Dengan kemungkinan jumlah keluar (putus uji) sebesar 10%, maka besar sampel minimal adalah 27 orang. Sampel diambil dengan menggunakan tehnik consecutive sampling Alat dan Bahan Alat Mesin pemeriksa Analisa gas darah arteri (Cobalt 121) Jarum suntik 3 cc Potongan kecil karet gabus (1x1 cm) Kasa steril Plester Hypapix Handscoen steril Lembar penilaian skor APACHE II Lembar observasi pasien Alat tulis Bahan Heparin Sodium ( inviclot) Alkohol 70% 3.7 Cara Kerja 1. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat informed consent dan disetujui oleh komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data pasien sepsis berat yang dirawat UPI RSHAM tanggal Januari 2012 sampai dengan Maret 2012 dan diamatisecara prospektif. 31

4 3. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data pasien yangmerupakan variabel - variabel dalam sistim skorapache II dan nilai defisit basa arteri. a. Data untuk defisit basa arteri diambil pada saat pasien sepsis berat dirawat UPI pada jam ke-0 dan jam ke-24. b. Data untuk skorapache II diambil pada saat pasien sepsis berat dirawat di UPI dalam 24 jam pertama,yaitu : suhu tubuh, tekanan darah arteri rata-rata, laju nadi, laju nafas, oksigenasi, ph darah arteri,, natrium serum, kreatinin serum, hematokrit, lekosit, skala koma Glasgow (GCS), umur, dan nilai penyakit kronis. Nilai terburuk dicatat pada 24 jam pertama, untuk setiap variabel fisiolgis tersebut. 4. Seluruh pasien diikuti perkembangan selama 28 hari sejak masuk UPI ataupun pindah ke ruang rawat (bangsal) dan dilakukan evaluasi keadaan akhir pasien( hidup atau meninggal). 32

5 3.8.Kerangka kerja Populasi di Unit Perawatan Intensif Kriteria inklusi Kriteria ekslusi SAMPEL PENGUKURAN DEFISIT BASA ARTERI PENGUKURAN SKOR APACHE II Jam ke-0 Jam ke-24 Pindah dari UPI Tetap di UPI hidup meninggal hidup meninggal MORTALITAS Hari ke-28 ANALISA STATISTIK 33

6 3.9. Identifikasi Variabel Variabel bebas : Nilai Defisit Basaarteri jam ke-0 Nilai Defisit Basa arteri jam ke Varibel tergantung : Skor APACHE II Defenisi Operasional Defisit basa Defisit basa adalah jumlah basa dalam milimol yang dibutuhkan untuk mentitrasi 1 L darah menjadi ph 7,40 pada suhu 37 o C dan tekanan partial CO 2 40 mmhg. Defisit basaarteri jam ke-0: nilai defisit basa arteri diambil pada pengambilan analisa gas darah saat jam ke-0 di UPI ( pada saat diagnosis sepsis berat ditegakkan). Defisit basa arteri jam ke-24 : nilai defisit basa arteri diambil pada pengambilan analisa gas darah saat jam ke-24 di UPI (24 jam setelah defisit basa arteri jam ke-0 diambil). Skor APACHE II Skor APACHE II adalah hasil penjumlahan dari 12 variabel fisiologis (acute physiologic score ) (APS), umur dan riwayat penyakit kronik. Untuk setiap variabel fisiologis, nilainya dicatat pada 24 jam pertama. Variabel variabel yang masuk dalam sistim skorapache II dan bobot nilainya didefenisikan sebagai berikut: 34

7 A. Variabel fisiologis terdiri dari 12 bagian, yaitu : 1. Suhu tubuh ( C ): suhu tubuh perifer, pilih nilai terburuk ( rendah atau tinggi ) dalam 24 jam : 29 (4), 30-31,9 (3), 32-33,9 (2), 34-35,9(1), 36-38,4 (0), 38,5-38,9 (1), (3), 41(4). 2. Tekanan arteri rata-rata ( (2diastolik + sistolik ) / 3) : nilai terburuk (rendah atau tinggi) dalam 24 jam : 49 (4), (2), (0), (2), (3), 160 (4). 3. Laju nadi ( semenit ): dipilih nilai terburuk ( rendah atau tinggi ) dalam 24 jam: 39(4), 40-54(3), (2), (0), (2), (3), 180(4). 4. Laju nafas (semenit,dengan atau tanpa ventilasi mekanik): dipilih nilai terburuk (rendah atau tinggi ) dalam 24 jam: <5(4), 6-9(2), 10-11(1), 12-24(0), 25-34(1), 35-49(3), 50(4). 5. Oksigenasi (A-aDO 2 atau PaO 2 ) a) Bila FiO 2 >0.5 :A-aDO 2 : <200(0), (2), (3), 500 (4),dengan A-aDO 2 =((760-47) x FiO 2 PaCO 2 PaO 2 ) PaO 2 dan PaCO 2 dalam mmhg. b) Bila FiO 2 <0.5 : PaO 2 (mmhg): <55(4), 55-60(3),61-70(1), >70(0). c) Bila tidak ada analisis gas darah,nilai serum HCO 3 (vena) :> 52 (4), (3), 32-40,9(1),22-31,9(0), (2), (3), <15(4). 6. ph darah arteri : 7,15 (4), 7, (3), 7,25-7,32(2),7,33-7,49(0),7,5-7,59(1), 7,6-7.69(3), 7.7 (4). 7. Natrium serum (mmol/l ):pilih nilai terburuk, (tinggi atau rendah ) dalam 24 jam : 110 (4), (3), (2), (0), (1), (2), (3), 180 (4). 8. Kalium serum (mmol/l) : pilih nilai terburuk, (tinggi atauredah) dalam 24 jam: <2,5(4), 2,5-2,9 (2), 3,0-3,4 (1), 3,5-5,5 (0), 5,6-5,9 (1), 6,0-6,9(3), 7(4). 9. Kreatinin serum (mg/dl) : nilainya digandakan pada penderita gagal ginjal akut :<0,6 (2), 0,6-1,4 (0), 1,5-1,9(2), 2,0-3,4(3), 3,5(4). 10. Hematokrit (%):<20(4),20-29 (2), 30-45,9(0), (1), 50-59,9(2), 60(4). 35

8 11. Leukosit (per mm 3 ): pilih nilai terburuk baik tinggi maupun rendah : <1000 (1), (2), (0), (1), (2), 40000(4). 12. Skala koma Glasgow (GCS) : pilih nilai terendah selama 24 jam,tanpa sedasi ; nilainya adalah 15 GCS ( contoh :GCS 9 maka nilainya adalah 15-9=6). B. Umur pasien dalam tahun dibulatkan sampai ulang tahun terakhir :<40 (0), (2), (3), (5), 75 (6). C. Insufisiensi organ kronik : jika terdapat insufisiensi organ kronik maka diberikan tambahan 5 angka bagi pasien paska operasi gawat darurat dan medis non operasi. Yang termasuk insufisiensi organ kronis adalah : penyakit hati (sirosis dengan hipertensi portal atau ensefalopati), penyakit kardiovaskular ( dengan keterbatasan aktivitas fisik / FC 4 ), penyakit paru (hipoksemia atau hiperkarbia kronik atau polisitemia atau hipertensi pulmonal > 40 mmhg), insufisiensi ginjal ( pasien dengan dialisis kronis ), gangguan imunitas ( pasien dengan terapi atau penyakit depresi sistem imun). Mortalitas aktual Mortalitas aktual adalahjumlah kematian yang terjadi baik ruangrawat (bangsal). di UPImaupun di Systemic inflammatory responssyndrome(sirs) SIRS adalah suatu respon sindrom inflamasi sistemik yang terdiri dari dua atau lebih seperti yang tercantum di bawah ini : Suhu tubuh > 38.5 C atau < 36.0 C Laju nadi > 90 kali per menit Laju nafas > 20 kali per menit atau PaCO 2 < 32 mmhg atau membutuhkan ventilasi mekanik Jumlah sel darah putih > 12000/mm 3 or 4000/mm 3 atau bentuk immature> 10% 36

9 Sepsis Sepsis adalah SIRSdan ada infeksi (kultur atau gram stain of blood, sputum, urin atau cairan tubuh yang normalnya steril,positif terhadap mikroorganisme patogen ; atau fokus infeksi diidentifikasi dengan penglihatan spt: ruptured bowel dengan free air atau bowel contents didapati pada abdomen saat pembedahaan, luka dengan purulent discharge) Sepsis berat Sepsis berat adalah sepsis dengan minimal satu tanda dari hipoperfusi atau disfungsi organ : Areas of mottled skin Capillary refilling time 3detik Urin output < 0.5mL/kg dalam 1 jam atau renal replacementtherapy Laktat > 2mmol/L Perubahan kesadaran tiba-tiba atau electroencephalogram tidak normal Jumlah trombosit < /mL atau disseminated intravascular coagulation Acute lung injury - acute respiratory distress syndrome Cardiac disfunction ( echocardiography ) Consecutive sampling Consecutive sampling adalah tehnik penarikan sampel berdasarkan kriteriakriteria yang telah ditetapkan berdasarkan teori dan pertimbangan para ahli. Areas of mottled skin Areas of mottled skinadalah daerah kulit yang mengalami bercak-bercak merah atau ungu. Capillary refilling time Capillary refilling timeadalah waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kembali kapiler yang kosong.normalnya < 3 detik. Renal replacementtherapy Renal replacementtherapy adalahterapi pengganti ginjal digunakan untuk mendukung kehidupan pasien dengan gagal ginjal, termasuk di dalamnya adalah hemodialisa, peritoneal dialisa, hemofiltrasi, dan transplantasi ginjal. 37

10 Disseminated intravascular coagulation (DIC) DIC adalah suatu gangguan trombohemoragik sistemik yang kompleks termasuk pembentukan fibrin di intravaskular dan konsumsi dari prokoagulan dan platelet.kondisi klinis akhir ditandai dengan koagulasi intravaskular dan pendarahan. Acute lung injury - acute respiratory distress syndrome (ALI-ARDS) ALI- ARDS didefenisikan sebagai berikut: Onset akut Infiltrate bilateral pada RX dada Tidak ada bukti gagal jantung kongestif( Pulmonary Wedge Pressure <18 mmhg) PaO 2 /FiO 2 <300mmHg= ALI PaO 2 /FiO 2 <200mmHg= ARDS Cardiac disfunction Cardiac disfunction adalah gangguan disfungsi jantung yang didapati dari hasil ekokardiografi Rencana manajemen dan analisis data (56,57) 1. Setelah data yang diperlukan telah terkumpul, kemudian data tersebut diperiksa kembali tentang kelengkapannya sebelum ditabulasi dan diolah. Lalu data tersebut diolah dengan menggunakan SPSS 15,0. 2. Analisis Univariat,untuk mengetahui deskripsi karakteristik masingmasing variabel dan dinilai dengan frekuensi, rerata dengan standar deviasi.pada analisis univariat juga dilakukan uji normalitas data defisit basa arteri pada jam ke-0, jam ke-24 dan skor APACHE II menggunakan uji Shapiro-Wilk. 3. Analisis Bivariat untuk menentukan hubungan antara variabel prediktor nilai defisit basa arteripada jam ke-0,jam ke-24 dan skorapache II denganpasien yang hidup atau yang meninggal. Dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson bila data diatas berdistribusi normal.bila tidak normal digunakan uji korelasi Spearman.Untuk menganalisa hubungan linier antara defisit basa arteri pada jam ke-0 dan jam ke-24 dengan skor APACHE II digunakan regresi linier 38

11 4. Uji diskriminasi untuk menilai kemampuan nilai defisit basa arteri jam ke-0 dan jam ke-24 dan skor APACHEII untuk membedakan pasien mana yang akan hidup atau mati,dihitung nilai spesifisitas dan sensitifitas yang kemudian dinyatakan dengan receiver operatingcurve (ROC),luas daerah di bawah kurva merupakan indeks keseluruhan nilai estimasi.mendekati satu berarti kekuatan estimasi semakin baik, semakin mendekati 0.5berarti kekuatan estimasinya semakin buruk. 5. Interval kepercayaan 95% dengan nilai p <0,05 dianggap bermakna secara signifikan Masalah Etika Penelitian ini dilakukan setelah mendapat ijin dari komisi etik penelitian bidang kesehatan Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.Pasien ataupun keluarga pasien sebelumnya diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dari penelitian ini. Kemudian diminta mengisi formulir kesediaan subjek penelitian (informed consent). Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tindakan yang sudah lazim dan dikerjakan sesuai standar serta bersifat observasi. 39

12 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan selama 3 bulan mulai Januari 2012 sampai Maret 2012, dilakukan terhadap 42 pasien yang telah melalui proses inklusi dan eksklusi. Jumlah pasien yang menjadi sampel penelitian sebanyak 39 pasien ( 27 laki-laki, 12 perempuan ). Tiga pasien dikeluarkan dari penelitian dengan rincian 1 pasien meninggal kurang dari 24 jam perawatan dan 2 pasien pulang atas permintaan sendiri Karakteristik sampel penelitian Karakteristik sampel penelitian terlihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik Jumlah p Umur (tahun) 50,5±16,4 0,214 Jenis kelamin(%) 0,001 Laki-laki 27(69,2) Perempuan 12(30,8) Diagnosa(%) Bedah Digestif 19(48,7) Bedah saraf 4(10,3) Ortopedi 2(5,1) Obstetrik & Ginekologi 2(5,1) Interna 3(7,7) Kardiologi 2(5,1) Neurologi 2(5,1) Pulmologi 3(7,7) Kulit 1(2,6) THT 1(2,6) Defisit basa pada jam ke-0-6,8 ±2,0 0,275 Defisit basa pada jam ke-24-5,9 ±3,8 0,018 Skor APACHE II 21±7,0 0,110 Lama Rawat UPI (hari) 6,3±4,9 0,001 Lama Rawat Rumah Sakit (hari) 11,4±9,9 0,001 Meninggal (%) UPI 25(64,1) Ruangan 3(7,7) Keterangan : rata-rata ± SD 40 40

13 Hasil analisa statistik didapati rata-rata umur sampel penelitian adalah 50,5 tahun dengan standar deviasi 16,4 tahun. Dengan uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p = 0,214 berarti distribusi umur berbentuk normal. Defisit basa pada jam ke-0 didapatkan rata-rata -6,8 mmol/l dengan standar deviasi 2,0. Dengan uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p = 0,275 berarti distribusi defisit basa pada jam ke-0 berbentuk normal. Defisit basa pada jam ke-24 didapati rata-rata -5,9 mmol/l dengan standar deviasi 3,8. Dengan uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p = 0,018 berarti distribusi defisit basa pada jam ke-24 tidak normal. Skor APACHE II didapatkan rata-rata 21 dengan standar deviasi 7,0. Dengan uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p = 0,110 berarti distribusi skor APACHE II normal. Lama rawat di UPI didapatkan rata-rata 6,3 hari dengan standar deviasi 4,9 hari. Uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p = 0,001 berarti distribusi lama rawat di UPI tidak normal. Lama rawat di rumah sakit didapati rata-rata 11,4 hari dengan standar deviasi 9,9. Dengan uji kenormalan Shapiro-Wilk didapati nilai p= 0,001 berarti distribusi lama rawat di rumah sakit tidak normal. Kriteria diagnosa didapati kasus bedah digestif 19 pasien (48,7%), bedah saraf 4 pasien (10,3%), ortopedi 2 pasien (5,1%), obstetrik dan ginekologi 2 pasien (5,1%), intera 3 pasien (7,7%), kardiologi 2 pasien (5,1%) neurologi 2 pasien (5,1%), pulmonologi 3 pasien (7,7%), kulit 1 pasien (2,6%), dan THT 1 pasien (2,6%). Jumlah pasien meninggal 28 orang dengan rincian 25 orang meninggal di UPI dan 3 orang meninggal di ruangan.nilai mortalitas di UPI 64,1%. 41

14 4.2. Perbandingan kelompok hidup dan kelompok meninggal Perbandingan sampel penelitian pada kelompok hidup dan kelompok meninggal terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2. Perbandingan kelompok hidup dan kelompok meninggal Kelompok hidup (n=11) Kelompok meninggal (n=28) Umur (tahun) a 39,1 ±13,7 55±15,3 0,005 * Jenis kelamin (%) Laki-laki 8 (20,5) 19 (48,7) 1,000 a Perempuan 3 (7,7) 9 (23,1) Diagnosa Bedah Digestif 7(17,9) 12 (30,8) Bedah Saraf 1(2,6) 3 (7,7) Ortopedi 1(2,6) 1 (2,6) Obstetri & Ginekologi 2(5,1) 0 Interna 0 3 (7,7) Kardiologi 0 2 (5,1) Neurologi 0 2 (5,1) Pulmonologi 0 3 (7,7) Kulit 0 1 (2,6) THT 0 1 (2,6) Defisit basa pada jam ke-0-5,2 ±1,5-7,4±1,9 0,001 * Defisit basa pada jam ke-24-0,7 ±1,7-7,9±1,9 0,001 a Skor APACHE II 12,4±2,7 25,2±4,4 0,001 * Lama rawat UPI (hari) 4,6±4,0 6,4±4, a Lama rawat RS (hari) 21,4±11,4 7,4±5,6 0,001 a Data disajikan dalam bentuk rata-rata ± SD, a = uji Mann-Whitney. * = uji t, p< 0,05. p Hasil analisa statistik didapati rata-rata umur pada kelompok hidup 39,1 tahun dengan standar deviasi 13,7 tahun, sedangkan rata-rata umur pada kelompok meninggal 55 tahun dengan standar deviasi 15,3 tahun. Dengan nilai p = 0,005 berarti ada perbedaan bermakna antara rata-rata umur pada kelompok hidup dan meninggal. Jenis kelamin didapati pada kelompok meninggal laki-laki 19 (48,7%), perempuan 9(23,1%), sedangkan pada kelompok hidup laki-laki 8 (20,5%), perempuan 3 (7,7%). Dengan nilai p = 1,000 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi jenis kelamin kelompok hidup dan meninggal. 42

15 Kriteria diagnosa yang paling banyak adalah bedah digestif dimana pada kelompok meninggal 12 (30,8%), sedangkan pada kelompok hidup 7 (17,9%). Defisit basa pada jam ke-0 pada kelompok hidup rata-rata -5,2 mmol/l dengan standar deviasi 1,5 mmol/l, sedangkan kelompok meninggal rata-rata -7,4 mmol/l dengan standar deviasi 1,9 mmol//l. Dengan nilai p = 0,001 berarti ada perbedaan bermakna pada rata-rata defisit basa jam ke-0 kelompok hidup dan meninggal. Defisit basa pada jam ke-24 pada kelompok hidup rata-rata -0,7 mmol/l dengan standar deviasi 1,7 mmol/l, sedangkan kelompok meninggal rata-rata - 7,9mmol/L dengan standar deviasi 1,9 mmol/l. Dengan nilai p = 0,001 berarti ada perbedaan bermakna pada rata-rata defisit basa jam ke-24 kelompok hidup dan meninggal. Skor APACHE II pada kelompok hidup rata-rata 12,4 dengan standar deviasi 2,7, sedangkan kelompok meninggal rata-rata 25,2 dengan standar deviasi 4,4. Dengan nilai p = 0,001 berarti ada perbedaan bermakna pada rata-rata skor APACHE II kelompok hidup dan meninggal. Lama rawat di UPI pada kelompok hidup rata-rata 4,6 hari dengan standar deviasi 4,0 hari, sedangkan kelompok meninggal rata-rata 6,4hari dengan standar deviasi 4,7 hari. Dengan nilai p = 0,284 berarti tidakada perbedaan bermakna antara rata-rata lama rawat di UPI pada kelompok hidup dan meninggal. Lama rawat di rumah sakit pada kelompok hidup rata-rata 21,4 hari dengan standar deviasi 11,4 hari, sedangkan kelompok meninggal rata-rata 7,4 hari dengan standar deviasi 5,6 hari. Dengan nilai p = 0,001 berarti ada perbedaan bermakna antara rata-rata lama rawat di rumah sakit pada kelompok meninggal dan hidup Perbandingan rata-rata defisit basa jam ke-0 dan defisit basa jam ke-24 padakelompok hidup dan meninggal. Gambar 4.1 di bawah ini akan diperlihatkan tentang perbandingan rata-rata defisit basa jam ke-0 dan jam ke -24 pada kelompok hidup dan meninggal. 43

16 RATA-RATA DEFISIT BASA hidup meninggal defisit basa jam ke-0 defisit basa jam ke 24 Gambar 4.1. Grafik rata-rata defisit basa jam ke-0 pada kelompok hdup dan meninggal. Dari hasil statistik didapati bahwa pada kelompok hidup rata-rata defisit basa pada jam ke-0 adalah -5,2 mmol/l, sedangkan rata-rata defisit basa pada jam ke-24 adalah -0,7 mmol/l. Pada kelompok meninggal didapati rata-rata defisit basa jam ke-0 adalah -7,4mmol/L sedangkan rata-rata defisit basa jam ke-24 adalah - 7,9mmol/L(Gambar 4.1). Sementara itu dibawah ini diperlihatkan tentang perubahan defisit basa jam ke-0 dan ke-24 pada kelompok hidup (Gambar 4.2) dan kelompok meninggal (Gambar 4.3). 44

17 3 2 Defisit basa (mmol/l) Jam ke -0 Jam ke -24 Waktu Pengamatan Gambar 4.2. Perubahan defisit basa jam ke-0 dan jam ke-24 pada kelompok hidup 0-2 Defisit basa (mmol/l) Jam ke -0 Jam ke -24 Waktu Pengamatan Gambar 4.3. Perubahan defisit basa jam ke-0 dan jam ke-24 pada kelompok meninggal 45

18 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok hidup terjadi perbaikan rata-rata defisit basa jam ke-0 (-5,2 mmol/l) ke defisit basa jam ke-24 (- 0,7 mmol/l).sedangkan pada kelompok meninggal tidak terjadi perbaikan rata-rata defisit basa jam ke-0 (-7,4 mmol/l) ke defisit basa jam ke-24 (-7,9 mmol/l) Perbandinganrata-rata skor APACHE II pada kelompok hidup dan kelompok meninggal Rata-rata skor APACHE II pada kelompok hidup dan kelompok meninggal akan diperlihatkan pada gambar di bawah ini. 30 Rata-rata skor APACHE II hidup meninggal hidup meninggal Gambar 4.4.Grafik skor APACHE II pada kelompok hidup dan meninggal. Dari hasil statistik didapati bahwa pada kelompok hidup rata-rata skor APACHE II adalah 12,4, sedangkan kelompok meninggal rata-rata skor APACHE II adalah 25,2 (Gambar 4.4). 46

19 4.5. Hubungan defisit basa jam ke-0, jam ke-24, skor APACHE II dengan mortalitas Hubungan defisit basa jam ke-0, jam ke-24, skor APACHE II dengan mortalitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.3. Uji korelasi defisit basa jam ke-0, defisit basa jam ke-24, dan skor APACHE II dengan mortalitas Variabel R P Defisit basa jam ke-0 0,56 0,001 * Defisit basa jam ke-24 0,78 Skor APACHE II 0,83 0,001 * Keterangan : * = uji korelasi = uji Spearman Hasil uji korelasi Pearson didapati defisit basa jam ke-0 mempunyai hubungan bermakna yang bersifat lemah dengan mortalitas (r=0,56, p=0,001), sedangkan skor APACHE II memiliki hubungan bermakna yang bersifat kuat(r=0,83, p=0,001). Dengan uji korelasi Spearman didapati defisit basa jam ke-24 mempunyai hubungan sedang(r=0,78,p=0,001) (Tabel 4.3.) Korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II Tabel dibawah ini akan memperlihatkan tentang korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II. Tabel 4.4. Analisa korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II. Variabel R R 2 Persamaan garis P Defisit Basa jam ke-0 (DB- 0,438 0,192 APACHE II = 11,625 + (-1,523) x (DB-0) 0,004 0) Hasil analisa statistik dengan regresi linier didapati bahwa hubungan nilai defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II menunjukkan hubungan yang lemah (r = 47

20 0,438 ) dan berpola positif artinya semakin tinggi defisit basa semakin tinggi nilai skor APACHE II-nya. Nilai koefisien determinasi 0,192 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 19,2% variasi skor APACHE II sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan bermakna yang bersifat lemah antara nilai defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II(Tabel 4.4) Korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-24 dengan skor APACHE II. Tabel dibawah ini akan memperlihatkan tentang korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-24 dengan skor APACHE II. Tabel 4.5. Analisa korelasi dan regresi linier defisit basa jam ke-24dengan skor APACHE II. Variabel R R 2 Persamaan garis P Defisit Basa jam ke-24 0,834 0,696 APACHE II = 12,455 + (-1,550) x (DB-24) 0,001 (DB-24) Hasil analisa statistik dengan regresi linier didapati bahwa hubungan nilai defisit basa jam ke-24 dengan skor APACHE II menunjukkan hubungan yang kuat ( r = 0,834 ) dan berpola positif artinya semakin tinggi defisit basa semakin tinggi nilai skor APACHE II. Nilai koefisien determinasi 0,696 artinya persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 69,6% variasi skor APACHE II sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan bermakna yang bersifat kuat antara nilai defisit basa jam ke-24 dengan skor APACHE II(Tabel 4.5) Uji diskriminasi defisit basa jam ke-0,defisit basa jam ke-24, dan skor APACHE II Kemampuan sistem skor untuk membedakan pasien yang akan bertahan hidup dengan pasien yang akan meninggal dunia dikatakan sebagai uji diskriminasi. Dari hasil uji diskriminasi ini akan didapatkan cut-off point, sensitifitas dan 48

21 spesifisitas dari sistem skor. Hasilnya dinyatakan dalam bentuk kurva receiver operating curve (ROC). Dibawah ini akan diperlihatkan gambar ROC dan tabel luas daerah di bawah ROC sensitivity Sensitivity Specificity Specificity Gambar 4.5. Grafik ROC defisit basa jam ke-0 Gambar 4.6. Grafik ROC defisit basa jam ke Sensitivity Specificity Gambar 4.7. Grafik ROC skor APACHE II 49

22 Dari hasil analisa statistik didapati bahwa defisit basa jam ke-0memiliki luas area under curve(auc) sebesar 0,844.Cut off point untuk defisit basa jam ke-0 adalah -6,520 dengan sensitifitas 0,818 dan spesifisitas 0,750(Gambar 4.5,tabel 4.6). Defisit basa jam ke-24 memiliki luas area under curve(auc) sebesar 1,00.Cut off point untuk defisit basa jam ke-0 adalah -4,150 dengan sensitifitas 1,00 dan spesifisitas 1,000.(Gambar 4.6,tabel 4.6) Skor APACHE II memiliki luas area under curve (AUC) sebesar 1,00.Cut off point untuk skor APACHE II adalah 18,5 dengan sensitifitas 1,00 dan spesifisitas 1,00.(Gambar 4.7,tabel 4.6) Tabel 4.6. Luas daerah dibawah kurva ( Area Under Curve ) ROC Luas Daerah Standar Error P IK 95% Defisit basa jam ke , Defisit basa jam ke-24 1,000 0, ,00 1,00 Skor APCHE II 1,000 0, ,00 1,00 50

23 BAB V PEMBAHASAN Penentuan prognosis pasien yang dirawat di UPI merupakan hal yang penting untuk menentukan tindakan perawatan selanjutnya.banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari prediktor mortalitas yang baik terhadap pasien-pasien yang dirawat di UPI. Sistem skor APACHE II merupakan sistem skoring yang telah diakui kesasihannya dalam memprediksi mortalitas pasien di UPI. (52,53) Asidosis metabolik masih tetap menjadi salah satu gangguan metabolik pada pasien dengan sakit kritis seperti sepsis berat dan syok septik. Dimana asidosis metabolik mencerminkan suatu proses organ atau jaringan mengalami hipoperfusi dan cepat mengakibatkan gagal organ bahkan kematian jika tidak segera dikoreksi. Banyak tehnik untuk mengidentifikasi adanya asidosis atau hipoperfusi jaringan seperti defisit basa,anion gap, laktat, dan mix venous saturasi oksigen. (8,33,54) Defisit basa masih tetap menjadi salah satu marker di UPI untuk mendiagnosa adanya gangguan asidosis metabolik atau petunjuk resusitasi atau terapi. (15-17) Defisit basa adalah jumlah basa dalam milimol yang dibutuhkan untuk mentitrasi 1 L darah menjadi ph 7,40 pada suhu 37 0 C dan tekanan partial CO 2 40 mmhg. (44) Defisit basa dibagi atas beberapa kelompok antara lain normal(-2 ke 2 mmol/l), ringan(-5 ke -3 mmol/l), sedang(-9 ke -6 mmol/l), dan berat( -10 mmol/l ) (45). Defisit basa telah diketahui sebagai parameter fisiologis dimana berkaitan dengan perfusi jaringan pada pasien syok hipovolemi.defisit basa dikatakan sebagai indikator yang baik terhadap clearance dari laktat asidosis setelah syok dan menilai adekuatnya resusitasi dan optimal perfusi pada perfusi pada pasien trauma. Dune dkk. (26) menemukan bahwa defisit basa saat masuk menjadi prediktor keluaran dan mortalitas meningkat secara bermakna pada pasien dengan defisit basa <-6.mmol/L. Begitu juga dengan Rixen (28) dalam penelitiannya mendapatkan nilai defisit basa yang memburuk dari saat masuk rumah sakit sampai pada saat 51 51

24 masuk UPI terdapat peningkatan mortalitas. Berbeda dengan Husain dkk. (8) mendapatkan defisit basa awal tidak mempunyai perbedaan bermakna antara hidup dan meninggal (-6,0 mmol/l dan -6,6 mmol/l, p= 0,33 ), akan tetapi nilai defisit basa setelah 24 jam mempunyai perbedaan bermakna antara yang hidup dan meninggal (-3,8 mmol/l dan -6,6 mmol/l, p = 0,02). Dalam penelitian ini didapati perbedaan bermakna nilai defisit basa awal (jam ke-0) antara kelompok hidup dan meninggal (-5,2 mmol/l dan -7,4 mmol/l, p = 0,001) begitu juga dengan nilai defisit basa jam ke-24(-0,7 mmol/l dan -7,9 mmol/l, p = 0,005). Pada penelitian ini didapati bahwa rata-rata lama rawat di UPI tidak ada berbeda bermakna antara kelompok hidup dan meninggal yaitu pada kelompok meninggal (6,4 hari) sedangkan kelompok hidup (4,6 hari). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hugot P dkk. (29) dan Bennet - Guerrero dkk. (30) dimana didapatkan bahwa peningkatan defisit basa secara independen berhubungan dengan lama rawat di UPI. Pada pasien sepsis berat dan syok sepsis terjadi perubahan perfusi mikrosirkulasi sehingga terjadi gangguan distribusi oksigen.kondisi hipoperfusi dan hipoksia jaringan mengakibatkan oksigen deliveri berkurang sehingga terjadi metabolisme anaerob di jaringan yang akhirnya menimbulkan keadaan asidosis metabolik akibat dari meningkatnya laktat sebagai produk akhir.jam pertama setelah diagnosa sepsis berat dan syok sepsis ditegakkan,dikenal istilah golden hours. Pada periode ini, resusitasi hemodinamik yang agresif berkaitan dengan tingkat survival yang tinggi dan berkurangnya disfungsi organ. Setelah goldenhours, resusitasi hemodinamik yang agresif untuk mengurangi disfungsi organ dan penurunan mortalitas tidak efisien lagi. (54) Keadaan asidosis metabolik yang tetap tinggi dan tidak pernah normal berhubungan erat dengan tingkat kematian. (6,23,34) Perubahan nilai defisit basa dari jam ke-0 ke jam ke-24 adalah merupakan hasil resusitasi atau terapi yang dilakukan terhadap pasien-pasien dengan sakit kritis. Jika resusitasi atau terapi awal yang diberikan kurang baik, maka tidak ada perbaikan nilai defisit basa jam ke 0 dan ke-24, sedangkan bila resusitasi atau terapi awal yang diberikan baik, maka akan terdapat perbaikan dari nilai defisit basa jam ke-0 dan ke-24. Pada penelitian ini didapati bahwa pada kelompok hidup terdapat perbaikan nilai rata-rata defisit basa dari jam ke-0 ke jam ke-24 (rata-rata -5,2 dan -0,7 52

25 mmol/l), sedangkan pada kelompok meninggal tidak terdapat perbaikan nilai ratarata defisit basa dari jam ke-0 ke jam ke-24 (-7,4 dan -7,9 mmol/l). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Park M. dkk. (34) pada pasien sepsis berat dan septik syok dimana kelompok yang bertahan hidup didapati perubahan nilai SBE ( Standard Base Excess) yang cepat. Begitu juga dengan Kincaid EH dkk. (6) dimana dalam penelitiannya pada pasien-pasien terutama yang mempunyai kadar laktat normal, dengan kadar defisit basa yang tinggi dan menetap mempunyai resiko lebih besar untuk terjadinya MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) dan kematian dibandingkan pada pasien dengan defisit basa yang normal. Davis dkk, (23) juga menemukan bahwa perubahan nilai defisit basa dalam kurun waktu tertentu lebih dapat digunakan sebagai prediktor terhadap yang bertahan hidup dibandingkan dengan kadar ph. Randolph dkk dalam penelitianya pada pasien trauma anak, mendapatkan bahwa pasien dengan defisit basa awal masuk -5 mmol/l, angka kematian 37% dimana 13 dari yang meninggal, 8 tidak pernah mencapai nilai defisit basa normal dan meninggal 33 ± 18 jam. (33) Dari hasil penelitian ini didapati jumlah pasien meninggal 28 orang dengan mortalitas aktual 71,7%. Rata-rata umur pada kelompok meninggal 55 tahun sedangkan kelompok hidup 39,1 tahun. Hal ini sesuai dengan Pinheiro F dkk. (1) mengatakan tingakat kematian akibat sepsis sekitar 30-40% dan meningkat sampai 70% pada kelompok pasien seperti orang tua atau dengan adanya penyakit kronis menyertainya. Dengan uji korelasi didapatkan bahwa defisit basa jam ke-0 mempunyai hubungan bermakna bersifat lemah dengan mortalitas (r = 0,5p = 0,001) sedangkan defisit basa jam ke-24 dan skor APACHE II mempunyai hubungan bermakna bersifat sedang dan kuat dengan mortalitas (r = 0,78p= 0,001 dan r = 0,83p = 0,001).Dalam penelitian ini nilai defisit basa jam ke-0 dan jam ke-24 memiliki hubungan linier bermakna dengan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis berat di UPI. Defisit basa jam ke-0 dengan skor APACHE II mempunyai hubungan linier bermakna yang bersifat lemah (r = 0,438, p= 0,004), sedangkan defisit basa jam ke- 24 dengan skor APACHE II mempunyai hubungan linier bermakna yangbersifat kuat (r = 0,834, p = 0,000). Hal ini sesuai dengan penelitian Husain dkk dimana defisit basa inisial memiliki prediktor mortalitas yang kurang baik. (8) 53

26 Kemampuan sistem skoring untuk menjadi prediktor mortalitas yang akurat ditentukan dengan diskriminasi dan kalibrasi. Diskriminasi adalah kemampuan sistem skoring untuk membedakan pasien yang akan bertahan hidup dengan pasien yang akan meninggal dunia.nilai diskriminasi ditentukan oleh luas area under curve (AUC). (1 = sempurna, 0,9-0,99 = sangat baik, 0,8-0,89 = baik, 0,7-0,79 = baik, 0,6-0,69 = sedang,< 0,6 = buruk). Kalibrasi adalah membandingkan antara prediksi kematian dari sistem skor dengan kejadian kematian aktual pada populasi baru. (55) Pada penelitian ini didapati bahwa defisit basa jam ke-24 dan skor APACHE II mempunyai uji diskriminasi yang sempurna. Dari grafik ROC didapati defisit basa jam ke-24 dan skor APACHE II memiliki luas area under curve (AUC) 1,00, dengan sensitifitas 1,00 dan spesifisitas 1,00. Sementara defisit basa jam ke-0 mempunyai uji diskriminasi cukup baik.dari grafik ROC didapati luas area under curve (AUC) 0,844 dengan sensitifitas 0,818 dan spesifisitas 0,750. Hal ini berbeda dengan penelitian Pahala Herry Siregar 2006 dalam penelitiannya mendapatkan nilai defisit basa inisial mempunyai uji diskriminasi baik sebagai prediktor mortalitas pasien di UPI. Dari grafik ROC didapati luas area under curve (AUC) 0,711 dengan sensitifitas 0,70 dan spesifsitas 0,68. Penelitian prospektif ini bertujuan untuk mendapatkan prediktor lain yang bisa digunakan selain skor APACHE II untuk memprediksi kematian pasien sepsis berat di UPI. Defisit basa jam ke-0 dan jam ke-24 dapat digunakan sebagai prediktor mortalitas pada pasien sepsis berat di UPI, akan tetapi defisit basa jam ke-24 dipilih karena mempunyai hubungan linier yang kuat terhadap APACHE II skor sebagai prediktor pasien sepsis berat di UPI. Adapun formula prediksi skor APACHE II sebagai berikut, APACHE II = 12,455 + (-1,550) x (DB-24) Dengan : APACHE II = skor APACHE II konstanta = koefisien = -1,55 DB-24 = nilai defisit basa jam ke-24 54

27 Berdasarkan formula dapat dibuat tabel prediksi nilai APACHE II berdasarkan nilai defisit basa jam ke-24. Defisit basa jam ke-24 (mmol/l) Skor Apache II 1, ,9 11-0,3 12-1,6 15-2,9 17-3, , ,2 27-9, , ,

28 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Defisit basa jam ke-0 dan skor APACHE II mempunyai hubungan linier bermakna yang bersifat lemah. 2. Defisit basa jam ke-24 dan skor APACHE II mempunyai hubungan linier bermakna yang bersifat kuat. 3. Defisit basa jam ke-0 memiliki luas area under curve (AUC) 0,844 dengan sensitifitas 0,818 dan spesifisitas 0, Defisit basa jam ke-24 memiliki luas area under curve (AUC) 1,00 dengan sensitifitas 1,00 dan spesifisitas 1, Saran 1. Nilai defisit basa jam ke-24 dapat digunakan sebagai alternatif untuk memprediksi mortalitas pasien sepsis berat di UPI oleh karena lebih sederhana, mudah dan murah. 2. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor lain terhadap tidak adanya perbaikan defisit basa jam ke-0 dan jam ke-24 pada pasien sepsis berat yang telah mendapat terapi sama berpedoman pada Surviving Sepsis Campaign

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN Penelitian ini menggunakan desain cross sectional untuk menilai hubungan linear peningkatan MPV dengan skor APACHE II sebagai prediktor mortalitas pasien sepsis

Lebih terperinci

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENELITI

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENELITI LAMPIRAN Lampiran 1 RIWAYAT HIDUP PENELITI Nama : dr. Boyke Marthin Simbolon Tempat / Tgl Lahir : Medan, 6 Maret 1977 Agama : Katolik Alamat rumah : Jl. Kopi Raya 2 No.14 Perumnas Simalingkar Medan Nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sepsis dan Gagal Sistem Organ Multipel Sepsis adalah suatu kumpulan gejala inflamasi sistemik (Systemic Inflammatory Response Syndrome / SIRS) yang disebabkan oleh infeksi,

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur 56 BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini dijumpai 52 penderita cedera kepala tertutup derajat sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur penderita adalah 31,1 (SD 12,76)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Perinatologi dan Neurologi. 4.. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis yang merupakan suatu respon tubuh dengan adanya invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Intensive Cardiovascular Care Unit dan bangsal perawatan departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler RSUD Dr. Moewardi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian didapatkan subjek penelitian sebesar 37 penderita kritis yang mengalami hiperbilirubinemia terkonjugasi pada hari ketiga atau lebih (kasus) dan 37 penderita

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut yang dirawat di Instalasi Rawat Inap Bagian Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis double blind randomized controlled trial untuk melihat penurunan kadar interleukin-6 setelah pemberian cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 25 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Fraktur femur merupakan salah satu trauma mayor di bidang Orthopaedi. Dikatakan sebagai trauma mayor karena tulang femur merupakan tulang yang sangat kuat, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory response syndrome (SIRS) sebagai respons klinis terhadap adanya infeksi. SIRS akan melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia 43 BAB IV HASIL PENELITIAN IV. 1. Karakteristik subyek penelitian Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia yang dirawat di instalasi rawat inap bagian penyakit saraf, unit

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif. 4.2 Waktu dan tempat penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober 2005 sampai Mei

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya penyakit Infeksi dan Penyakit Tropik dan Bagian Mikrobiologi Klinik RSUP dr.kariadi

Lebih terperinci

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Analisa Gas Darah Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran ph (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peritonitis Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang SMF Kardiologi dan Kedokteran Vaskular serta SMF Rehabilitasi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis adalah SIRS (Systemic Inflamatory Respons Syndrome) ditambah tempat infeksi yang diketahui atau ditentukan dengan biakan positif dari organisme dari

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %. 51 Nilai cut-off-point kadar TNF- dan IL-6 pada serum dan jaringan antara wanita hamil dengan PE-E dan bukan PE-E diperoleh dari Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Karakteristik subyek penelitian Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin subyek terdiri atas 26 bayi (54,2%) laki-laki dan 22 bayi (45,8%)

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperglikemia sering terjadi pada pasien kritis dari semua usia, baik pada dewasa maupun anak, baik pada pasien diabetes maupun bukan diabetes. Faustino dan Apkon (2005)

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis dan syok sepsis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di intensive care unit (ICU), mengakibatkan kematian lebih dari 30% pada 28 hari pertama

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H.

HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H. HUBUNGAN TEKANAN DARAH SISTOLIK PADA PENDERITA INFARK MIOKARD AKUT SEGMEN ST ELEVASI ONSET < 12 JAM SAAT MASUK DENGAN MORTALITAS DI RSUP H. ADAM MALIK TESIS MAGISTER Oleh ARY AGUNG PERMANA NIM : 117115004

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut 44 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK SUBYEK PENELITIAN Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut nondiabetik yang menjalani rawat inap di bangsal Penyakit Saraf RS Dr.Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji double blind, randomized controlled clinical trial. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta dolar Amerika setiap tahunnya (Angus et al., 2001). Di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan satu dari sepuluh penyebab kematian di Amerika Serikat (AS). Diperkirakan terdapat 751.000 kasus sepsis berat setiap tahunnya di AS dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat 46 BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan study prognostik dengan desain kohort. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat yang dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh kompensasi anti-inflamasi atau fenotip imunosupresif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Trauma pembedahan menyebabkan perubahan hemodinamik, metabolisme, dan respon imun pada periode pasca operasi. Seperti respon fisiologis pada umumnya, respon

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan potong lintang, yaitu observasi dan pengukuran pada variabel bebas (faktor risiko)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi 5 BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Definisi ALI ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi yang luas dan parah dari parenkim paru. 10 ALI/ARDS merupakan kumpulan gejala akibat inflamasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Gizi khususnya bidang antropometri dan Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang respirologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam, khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian (Keilmuan) Penelitian ini dalam ruang lingkup keilmuan Obstetri Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang Lingkup Tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012, sepsis didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012, sepsis didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sepsis 2.1.1 Definisi Menurut Surviving Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock: 2012, sepsis didefinisikan sebagai munculnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: Kelompok I : chlorhexidine

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Patologi Anatomi. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Perinatologi dan Sub Bagian Neurologi. 4.2 Waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif B. Tempat dan Waku Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada pasien-pasien kritis di ruang perawatan intensif RSDK dilakukan penelitian

Lebih terperinci

B. Kriteria Sepsis ( ada 2 atau lebih ):

B. Kriteria Sepsis ( ada 2 atau lebih ): SEPSIS I. PENGERTIAN Deskripsi: Sepsis terjadi mikroorganisme memasuki tubuh dan menginisiasi respon sistem inflamasi, pada sepsis berat terjadi perfusi jaringan abnormal disertai disfungsi organ. Sepsis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan waktu yang paling rawan untuk kelangsungan hidup anak. Pada tahun 2015, 2,7 juta neonatus meninggal, merepresentasikan 45% dari kematian anak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Posyandu lansia desa Bibis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel untuk menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini teramasuk ke dalam jenis penelitian observasi korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana mengkaji hubungan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di sub bagian Pulmologi, bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan 79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat

Lebih terperinci

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Skor Pediatric Risk of Mortality III (Prism III) Sebagai Prediktor Mortalitas Pasien di Ruang Rawat Intensif Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta Pediatric Risk of mortality (PRISM III) Score as a Predictor

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan 43 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci