STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG"

Transkripsi

1 STUDI RISIKO TSUNAMI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN MALANG Arwi Yudhi Koswaraa 1,*), Wahyudi 2), dan Kriyo Sambodho 3) 1) Program Magister Teknik dan Manajemen Pantai, Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, ,3) Jurusan Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berkembang menjadi sentra kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, perumahan, industri kecil dan kegiatan wisata ( Perda No. 10 Tahun 2014 RTRW Kabupaten Malang 2028). Di selatan wilayah ini memiliki riwayat gempa bumi di Samudra Hindia. Berkumpulnya penduduk di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berisiko mengalami bencana karena adanya ancaman gempadan tsunami. Berdasarkan keadaan di atas, pengembangan wilayah pesisir selatan di Kabupaten Malang memerlukan studi risiko tsunami karena lokasinya berada pada wilayah bahaya bencana. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui risiko tsunami di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang. Sasaran penelitian ini adalah identifikasi ancaman di wilayah penelitian (bahaya tsunami) dan kerentanan wilayah pesisir di wilayah penelitian,dan menghitung tingkat risiko tsunami. Alat analisis yang digunakan mengidentifikasi ancaman adalah hitungan probabilitas gempa bumi dan overlay peta risiko tsunami. Sedangkan untuk mengetahui tingkat kerentanan digunakan scala lingkert. Berdasarkan hasil perhitungan tinggi tsunami m=2,26m 14,8 + log D - 5,14 (Bambang Triadmojo, 2007) dapat diketahui tinggi tsunami (m) yang diakibatkan gempa bumi (M dalam skala richter) dan dengan kedalaman D tinggi tsunami mencapai 11 meter. Hitungan ini sesuai kejadian tsunami di Banyuwangi 25 juli 2006 dengan kepercayaan 87,2%. Tingkat kerentanan wilayah terhadap tsunami tsunami dihasilkan dari jumlah pendudk yang tinggal dipesisir, jumlah bangunan rumah penduduk dan jumlah fasilitas ekonomi seperti pasar. Dengan ketingggian tsunami 11 meter ini dibobot masing-masing kecamatan kerentanan sosial, fisik dan ekonominya. Berurutan dari yang paling rendah ke tinggi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang tingkat kerentanannya adalah Gedangan (7,6=rendah), (8,1 =sedang), Tirtoyudo (8,5 =sedang), Ampelgading (9 =tinggi), Bantur (11,3 =tinggi) dan Sumbermanjing Wetan (11,5% =tinggi). Tingkat risiko tsunami diketahui dengan perkalian adanya ancaman dengan kerentanan. Tingkat ancaman tinggi di Kecamatan, Bantur dan Sumbermanjing wetan. Tingkat ancaman sedang di Kecamatan Gedangan dan Ampelgading dan rendah di Keacamatan Tirtoyudo. Tiga Kecamatan di Kabupaten Malang masuk kategori risiko tinggi (ancaman tinggi dan kerentanan tinggi ) yaitu, Bantur dan Sumbermanjing Wetan, satu Kecamatan Tirtoyudo kategori risiko sedang dan dua di Kecamaan Gedangan dan Ampelgading kategori risiko rendah. Kata kunci: Wilayah Pesisir, Risiko Bencana, Tsunami PENDAHULUAN Pesisir Selatan Pulau Jawa termasuk dalam titik pertemuam lempeng Indo-Australia. Disisi lain wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang berkembang menjadi pusat kegiatan pertanian, perikanan tangkap, budidaya perikanan, perumahan, industri kecil, dan juga A-29-1

2 kegiatan wisata bahari (RTRW Kabupaten Malang 2028). Disekitar wilayah ini memiliki riwayat gempa bumi di Samudra Hindia. Berkumpulnya penduduk di wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Malang berisiko mengalami bencana karena adanya ancaman tsunami yang timbul setelah gempa. Kondisi ini diperlukan kajian yang memperhatikan tingginya risiko tsunami di wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Malang sebagai bahan pertimbangan pembangunan di wilayah selatan Kabupaten Malang. Pengembangan wilayah pesisir di Kabupaten Malang memerlukan kajian risiko tsunami karena adanya gempa bumi di Samudra Hindia yang menimbulkan tsunami. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang. Sedangkan sasaran penelitian ini: Analisis tinggi tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang, Analisis kerentanan di wilayah Pesisir Kabupaten Malang, Memetakan tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang. Dalam realisasi penelitian ini, wilayah penelitian difokuskan pada pantai yang berpenduduk paling padat untuk diteliti yaitu pantai Ngliyep, Balekambang, Bajulmati, Sendang Biru, Sipelot dan Licin. Sedangkan ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah membahas potensi wilayah pesisir di Kabupaten Malang, identifikasi gempa bumi yang menimbulkan tsunami di wilayah pesisir, dan substansi kebencanaan terkait konsep risiko (risk) yang meliputi bahaya ( hazard) dan kerentanan ( vulnerability). Dari hasil prakiraan tinggi tsunami dan kerentanan wilayah, kemudian dipetakan tingkat risiko tsunami di wilayah pesisir Kabupaten Malang. Wilayah penelitian secara detail bisa dilihat pada Gambar. METODE Gambar 1. Peta Wilayah Studi Pesisir Selatan Kabupaten Malang Tahapan analisis ini meliputi analisis ancaman, kerentanan dan hitungan risiko bencana studi ini hanya menggunakan ancaman dan kerentanan sebagai penentu risiko, sehingga penentuan indikator yang diambil dari sintesa tinjauan pustaka adalah ancaman (hazard) dan kerentanan ( vulnerability). Hubungan antara tingkat risiko dengan kerentanan dan ancaman ditampilkan pada matriks berikut. A-29-2

3 Gambar 2. Matriks Risiko Analisis Ancaman Untuk mengetahui ancaman tsunami didasarkan pada identifikasi sumber gempa yang menyebabkan tsunami. Selain itu juga data sejarah kejadian tsunami dan ketinggian tsunami yaitu dengan rekaman tsunami terbesar yang pernah terjadi. Secara umum cara ini dikelompokkan kedalam: 1. Deterministik Assesment yaitu dengan memasukan data tsunami terbesar yang terjadi pada suatu wilayah dan diprediksi akan menimbulkan kerusakan terbesar, hasilnya didapatkan risiko tertinggi. 2. Probabilitic Assesment yaitu dengan memasukan data kemungkinan yang menimbulkan tsunami disuatu wilayah, kemudian dianalisis kemungkinan suatu wilayah terkena tsunami dengan kekuatan tertentu. Kemungkinan terjadinya tsunami akibat gempa bumi dibawah laut secara sederhana dirumuskan: (1) dimana nilai m memperkirakan tinggi tsunami, sedangkan M menunjukan kekuatan gempa. Besaran m tsunami juga dipengaruhi kedalaman laut (d) di lokasi terbentuknya gempa. Persamaan tsunami berdasarkan kedalaman laut di lokasi gempa dirumuskan: (2) dimana m adalah tinggi tsunami sedangkan d adalah kedalaman laut di lokasi terbentuknya gempa (Triatmodjo, 1999). Analisis Kerentanan Analisis identifikasi kerentanan, dimulai dengan memberikan bobot pada masingmasing faktor kerentanan. Teknik Analisis yang digunakan pada tahapan ini adalah lingkert scale. Faktor kerentanan yang dibobotkan adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta kependudukan. Skala pengukuran likert dilakukan per kecamatan. Kerentanan yang diukur adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta sosial kependudukan. Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan fisik dan lingkungan akibat bencana yang dinyatakan oleh indikator tingkat kawasan terbangun dan bangunan fasilitas umum. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian kegiatan ekonomi (aktivitas ekonomi) bila terjadi bencana. Indikator kerentanan ekonomi adalah presentasi rumah tangga disektor kelautan/pesisir/nelayan, adanya sentra produksi sektoral, dan keberadaan pasar di wilayah penelitian. Kerentanan kepedudukan menggambarkan besarnya kerugian korban jiwa bila terjadi bencana. Indikator kerentanan sosial kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. A-29-3

4 Pelaksanaan pengambilan data di lapangan, merupakan kegiatan yang dilakukan di lokasi yang disarankan oleh Badan Penanggulangan Bencana daerah Kabupaten Madang untuk disurvey profil wilayahnya. Selain ke lingkungan panatai survey dilakukan ke instansi instansi yang relevan dengan studi ini. Hasil dari peta risiko tsunami dilanjutkan dengan analisis kerentanan tsunami, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan bencana tsunami. Analisis ini melihat apa saja yang rusak akibat tsunami. Di data kerentanan wilayah ditemukan adanya rumah penduduk, fasilitas, kegiatan ekonomi berupa penangkapan ikan, pariwisata, dan perdagangan. Selain itu juga ada jumlah dan kepadatan penduduk yang tinggi rentan terhadap tsunami. Disini didapatkan wilayah berisiko tsunami di Pesisir Selatan Kabupaten Malang Tabel 1. Kerentanan Per Kecamatan No. Kerentanan Sumber Manjing Wetan A Faktor Kerentanan Fisik 1 Kawasan terbangun 2 Bangunan fasilitas umum. Sub Total Kerentanan Fisik B Kerentanan Ekonomi 3 Sentra perikanan 4 Sentra wisata 5 Keberadaan pasar Sub Total Kerentanan Ekonomi C Kerentanan Kependudukan 6 Jumlah penduduk 7 Kepadatan penduduk SubTotal Kerentanan Kependudukan TOTAL BOBOT Bantur Ampelgading Gedangan Tirtoyudo Sumber: Koswara, 2014 HASIL DAN PEMBAHASAN Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara ,90 sampai dengan ,00 Bujur Timur dan ,11 sampaidengan ,45 Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Malang mencapai 3.534,86 km2. Batas wilayah Kabupaten Malang adalah di sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lumajang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Blitar, di sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, dan Mojokerto, sedangkan bagian tengah wilayah Kabupaten Malang dibatasi dengan Kota Malang dan Kota Batu. Hubungan tingkat risiko dengan kerentanan dan ancaman ditampilkan pada gambar 3. Gambar 3. Hubungan antara Tingkat Risiko dengan Kerentanan dan Ancaman A-29-4

5 Untuk mengetahui bahaya tingginya tsunami digunakan data deterministik dan data probabilitas. Data deterministik gelombang tinggi di pesisir malang diketahui mencapai 5 meter (BPBD Kab Malang, 2013). Data probabilitas didapatkan dengan menghitung timbulan tsunami akibat gempa bumi. Berdasarkan hasil perhitungan prakiraan (m = 2,26M 14,18), data terlampir, tinggi tsunami di pesisir selatan Kabupaten Malang didapatkan tinggi gelombang tsunami bisa 11 meter sepanjang 102,65 km yang berada di 6 (enam) wilayah kecamatan. Tsunami masuk ke wilayah dan - mencapai 2,314 Km. 1. Kecamatan memiliki garis pantai kurang lebih 17,6 Km sepanjang Pantai Mondangan, Ngebros, Menjangan, Jonggring saloko, Nglurung, dan Ngliyep. 2. Kecamatan Bantur memiliki garis panjang kurang lebih 17,4 Km sepanjang Pantai Konang Iwak, Kondang Merak, Balekambang, dan Wonogoro. 3. Kecamatan Gedangan memiliki garis pantai kurang lebih 16,7 Km di sebelah kanan dan kiri Pantai Bajulmati. 4. Kecamatan Sumbermanjing Wetan memiliki garis pantai kurang lebih 34,7 Km di sepanjang Pantai Sendangbiru, Tamban, dan Tambaksari. 5. Kecamatan Tirtoyudo memiliki garis pantai kurang lebih 14,45 Km di sepanjang Pantai Wediaawu dan Teluk Sipelot. 6. Kecamatan Ampelgading memiliki garis pantai kurang lebih 6,3 Km di Pantai Licin. Perbandingan luas sapuan tsunami di pesisir Malang digambarkan pada Gambar 4. Dari hasil tinggi probabilitas tsunami dapat diketahui tingkat bahayanya. 35 (Km) 34, ,6 17, ,7 14, Km 6,3 Kecamatan Bantur Gedangan Sumbermanjing Wetan Tirtoyudo Gambar 4. Perbandingan luas sapuan tsunami dan tingkat bahayanya Ampelgading Faktor kerentanan yang dibobotkan adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta kependudukan. Skala pengukuran likert dilakukan per kecamatan. Kerentanan yang diukur adalah kerentanan fisik, ekonomi, serta sosial kependudukan. 1. Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan fisik dan lingkungan akibat bencana yang dinyatakan oleh indikator tingkat kawasan terbangun, dan bangunan fasilitas umum. 2. Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian kegiatan ekonomi (aktivitas ekonomi) bila terjadi bencana. Indikator kerentanan ekonomi adalah presentasi rumah tangga disektor kelautan/pesisir/nelayan, adanya sentra produksi sektoral, dan keberadaan pasar di wilayah penelitian. 3. Kerentanan kepedudukan menggambarkan besarnya kerugian korban jiwa bila terjadi bencana. Indikator kerentanan sosial kependudukan adalah jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Kerentanan yang dianalisis meliputi kerentanan fisik yang menghitung kondisi terbangun dan banyaknya fasilitas, kerentanan ekonomi meliputi sentra perikanan, pariwisata, A-29-5

6 dan pasar. Sedangkan kerentanan kependudukan menghitung bobot jumlah penduduk dan kepadatan penduduk. Tabel 2. Analisis Kerentanan Wilayah No. Kerentanan Sumber manjing Wetan Tirto yudo Ampel gading A Faktor Kerentanan Fisik (1 s.d 5 ) (1s.d 5) (1 s.d 5 ) (1 s.d 5 ) (1 s.d 5) (1 s.d 5 ) 1 Kawasan Terbangun ,8 2 Bangunan Fasilitas Umum ,8 Sub Kerentanan Fisik 3 3,5 2 3,5 2,5 2,5 2,8 B Kerentanan Ekonomi Sumber manjing Wetan Tirto yudo Ampel gading 3 Sentra Perikanan ,8 4 Sentra Wisata ,6 5 Keberadaan Pasar ,8 Sub Total Kerentanan Ekonomi 1,6 3,3 1, ,4 C Kerentanan Kependudukan Bantur Gedangan Bantur Gedangan Bantur Gedangan Sumber manjing Wetan Tirto yudo Ampel gading 6 Jumlah Penduduk ,3 7 Kepadatan Penduduk ,8 Sub Total Kerentanan Kependudukan 3,5 4, ,5 4,05 Rata- 2,7 3,76 2,53 3,83 2,83 3 3,08 Total Bobot 8,1 11,3 7,6 11,5 8,5 9 Sumber: Koswara Dari paling rendah tingkat kerentanannya di pesisir Kab. Malang adalah Gedangan (7,6), (8,1) Tirtoyudo (8,5) Ampelgading (9) Bantur (11,3) dan Sumbermanjing wetan (11,5). Dari tabel 3, dapat diketahui tingkat kerentanan masing-masing kecamatan. Tabel 3. Tingkat Kerentanan Masing-masing Kecamatan 8,1 Bantur 11,3 Gedangan 7,6 Sumbermanjing Wetan 11,5 Tirtoyudo 8,5 Ampelgading 9 Kerentanan Tingkat risiko tsunami berdasarkan ancaman tsunami dan kerentanan didapatkan untuk Kecamatan Sumbermanjing Wetan; ancaman kategori tinggi dan kerentanan tinggi, Kecamatan Bantur ancaman kategori tinggi dan kerentanan tinggi. ancaman kategori tinggi dan kerentanan sedang. Sedangkan Kecamatan Kecamatan Tirtoyudo ancaman kategori sedang dan kerentanan sedang. Kecamatan Gedangan ancaman kategori sedang dan kerentanan rendah, kemudian Kecamatan Ampelgading ancaman kategori rendah dan kerentanan sedang, A-29-6

7 Tabel 4. Tingkat Risiko Tsunami Kerentanan tsunami tinggi - - Sumbermanjing Wetan dan Bantur Kerentanan tsunami sedang Ampelgading Tirtoyudo Kerentanan tsunami rendah - Gedangan - Ancaman tsunami Rendah Ancaman tsunami Sedang Ancaman tsunami Tinggi Tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan, Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi karena jumlah pendudukanya besar, kepadatan pendudukanya tinggi dan kawasan terbangunnya luas. Gambar 5. Risiko bencana tsunami di Kecamatan 11 meter Gambar 6. Risiko bencana tsunami di Kecamatan Bantur 11 meter A-29-7

8 Gambar 7. Risiko bencana tsunami di Kecamatan Sumbermanjing Wetan 11 meter KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas tinggi tsunami, dapat diketahui tinggi tsunami yang diakibatkan gempa bumi mencapai 11 meter. Ancaman terbesar akibat tsunami berurutan dari yang paling tinggi ke rendah adalah: Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Bantur,, Gedangan, Tirtoyudo, dan Ampelgading berdasaran luasan yang tergenang tsunami. 2. Tingkat kerentanan wilayah terhadap tsunami dengan ketingggian 11 meter ini berurutan dari yang paling rendah ke tinggi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Malang adalah Gedangan (7,6), (8,1), Tirtoyudo (8,5), Ampelgading (9), Bantur (11,3), dan Sumbermanjing Wetan (11,5%). Kecamatan, Bantur, dan Sumbermanjing Wetan memiliki tingkat risiko terhadap bencana tsunami tinggi. Kecamatan Bantur tinggi tsunami sama 11 meter, namun jumlah dan kepadatan penduduknya tinggi (jumlah penduduk jiwa dan kepadatan penduduk 454 jiwa/km2). Begitu juga dengan Kecamatan jumlah penduduknya besar yakni jiwa. Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi tsunami sama 11 meter, jumlah penduduknya mencapai jiwa dan merupakan lokasi sentra perikanan tangkap di TPI Sendang Biru dan kegiatan wisata di sekitar Pantai Sendang Biru. Kerentanan tsunami tinggi - - Sumbermanjing Wetan dan Bantur Kerentanan tsunami sedang Ampelgading Tirtoyudo Kerentanan tsunami rendah - Gedangan - Ancaman Rendah tsunami Ancaman Sedang tsunami Ancaman Tinggi tsunami A-29-8

9 3. Tingkat risiko bencana tsunami di Kecamatan, Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan tinggi karena jumlah pendudukanya besar, kepadatan pendudukanya tinggi dan kawasan terbangunnya luas. Peneliti menyarankan adanya penelitian lanjutan kebutuhan mitigasi, utamanya penelitian penentuan lokasi bangunan evakuasi di Kecamatan Bantur dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Selama ini telah dipasang Early Warning System (EWS) di pantai Tamban di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, karena telah diketahui bahwa Kecamatan dan Bantur juga masuk dalam wilayah dengan risiko tinggi terhadap bencana tsunami, peneliti menyarankan agar segera dipasang EWS tsunami oleh BPBD Kabupaten Malang. DAFTAR PUSTAKA Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang , Bappeda Kabupaten Malang Kabupaten Malang Dalam Angka Terbitan terbatas Bappeda Kabupaten Malang Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Permendagri No. 33 Tahun 2006 tentang Panduan Mitigasi Bencana. Binas, Rusty. Hazard Assesment. IIRR,2007 Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dahuri, R Keanekaragaman Hayati Laut. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tuwo, A Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brillian Internasional. Surabaya Fahmi, M Yusqi Prioritas Lokasi Mitigasi Bencana Banjir Di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Prodi PWK ITS. Surabaya Mukhtasor, Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita.Jakarta UN-HABITAT Planning For Climate Change: A Strategic, Values-Based Approach For Planner. Widodo, Amien Mitigasi Bencana Di Kawasan Pesisir. Proseeding Seminar Planopolis PWK ITS Surabaya Yustiarini, Dewi Mitigasi Bencana Dalam Penataan Ruang Kelas Untuk Meningkatkan Keamanan Sekolah Dasar Terhadap Bahaya Gempa. Proseding Seminar Nasional Implikasi Undang-Undang Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 Terhadap Konsep Pengembangan Kota dan Wilayah Berwawasan Lingkungan. Universitas Brawijaya. Malang Koswara, Arwi Yudhi Arahan Mitigasi Banjir di Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik. Proseeding Seminar Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia-ASPI. Universitas Diponegoro. Semarang. A-29-9

BAB1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki

BAB1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah Negara Kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.504 pulau dengan luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 dan panjang pantai 95,181 km merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

Alhuda Rohmatulloh

Alhuda Rohmatulloh Dosen Pembimbing: Dr. ing. Ir. Haryo Sulistyarso Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Alhuda Rohmatulloh 3608100061

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan dengan tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah penduduk lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng/kulit bumi aktif yaitu lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Pasifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Perairan barat Sumatera memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai merupakan salah satu kawasan hunian atau tempat tinggal paling penting di dunia bagi manusia dengan segala macam aktifitasnya. Awal tahun

Lebih terperinci

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5 C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis Amien Widodo 1, Dwa Desa Warnana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera bagian tengah. Provinsi ini memiliki dataran seluas

Lebih terperinci

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR Oleh: GRASIA DWI HANDAYANI L2D 306 009 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki wilayah yang luas dan terletak di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudera, berada dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan salah satu negara dengan kondisi geologis yang secara tektonik sangat labil karena dikelilingi oleh Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TANGGAPAN MASYARAKAT PANTAI LICIN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI DESA LEBAKHARJO KECAMATAN AMPELGADING, MALANG

TANGGAPAN MASYARAKAT PANTAI LICIN SEBAGAI DAERAH TUJUAN WISATA DI DESA LEBAKHARJO KECAMATAN AMPELGADING, MALANG TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal.um.ac.id/index.php/pendidika n-geografi/index JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 21, No. 2, Juni

Lebih terperinci

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN: 2301-9271 1 PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN Alhuda Rohmatulloh dan Haryo Sulistyarso Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana alam. Salah satu bencana paling fenomenal adalah terjadinya gempa dan tsunami pada tahun 2004 yang melanda

Lebih terperinci

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat risiko bencana tsunami di Kota Padang berdasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bencana

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ).

BAB I PEDAHULUAN. yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 ). 1 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG

PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG PETA MIKROZONASI PENGARUH TSUNAMI KOTA PADANG Nama : I Made Mahajana D. NRP : 00 21 128 Pembimbing : Ir. Theodore F. Najoan, M. Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG ABSTRAK Pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring of Fire), merupakan daerah berbentuk seperti tapal kuda yang mengelilingi Samudera Pasifik sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan : (a) latar belakang, (b) perumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) ruang lingkup penelitian dan (f) sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara astronomi berada pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis Indonesia terletak di antara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 232 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah data dan hasil analisis penelitian diperoleh kemudian di dukung oleh litelature penelitian yang relevan, maka tiba saatnya menberikan penafsiran dan pemaknaan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10 cm per tahun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Nomor 4 Tahun 2008, Indonesia adalah negara yang memiliki potensi bencana sangat tinggi dan bervariasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menurut letak geografisnya berada pada daerah khatulistiwa, diapit Benua Asia dan Australia dan juga terletak diantara

Lebih terperinci

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG Pada bahagian ini akan dilakukan perumusan indikator indikator dari setiap faktor faktor dan sub faktor risiko bencana yang sudah dirumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR BERBASIS GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS) MENGGUNAKAN METODE BAYES Studi Kasus : BPBD Kabupaten Malang R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso

Lebih terperinci

HAZARD POTENTIAL DISTRIBUTION OF AFFECTED BY THE TSUNAMI IN THE ALONG SOUTH COAST REGION OF MALANG, EAST JAVA

HAZARD POTENTIAL DISTRIBUTION OF AFFECTED BY THE TSUNAMI IN THE ALONG SOUTH COAST REGION OF MALANG, EAST JAVA HAZARD POTENTIAL DISTRIBUTION OF AFFECTED BY THE TSUNAMI IN THE ALONG SOUTH COAST REGION OF MALANG, EAST JAVA ABSTRACT Ajeng Mei Sheila, Sujito, Daeng Achmad Suaidi Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi yang labil. Lempeng bumi ini berpotensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari upaya responsif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai 13.466 pulau dan mempunyai panjang garis pantai sebesar 99.093 km. Luasan daratan di Indonesia sebesar 1,91 juta

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan & Sasaran... 3 1.3.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara

Lebih terperinci

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG merupakan wilayah dengan karateristik geologi dan geografis yang cukup beragam mulai dari kawasan pantai hingga pegunungan/dataran tinggi. Adanya perbedaan karateristik ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat merupakan daerah yang rawan bencana, karena letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di Samudra Hindia sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang memiliki ancaman bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten Bantul telah dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181

Lebih terperinci

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-58 Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso Bambang Budi Utomo dan Rima Dewi Supriharjo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah pusat memberikan kebijakan kepada pemerintah daerah untuk mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET

LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET LAPORAN KEMAJUAN INSENTIF RISET PENGURANGAN RISIKO BENCANA PADA DAERAH PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Peneliti Utama : Mone Iye Cornelia M., M.Sc. Produk Target: 9.03.04 Kajian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana Gempa bumi merupakan sebuah ancaman besar bagi penduduk pantai di kawasan Pasifik dan lautan-lautan lainnya di dunia. Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. C6 Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab. Lumajang) Zahra Rahma Larasati, Teguh Hariyanto, Akbar Kurniawan Departemen

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Wilayah pantai ini merupakan daerah yang cukup banyak

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (http://ramadhan90.wordpress.com/2011/03/17/lempeng-tektonik/)

Gambar 1.1. Indonesia terletak pada zona subduksi (http://ramadhan90.wordpress.com/2011/03/17/lempeng-tektonik/) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada batas pertemuan tiga lempeng tektonik bumi (triple junction plate convergence) yang sangat aktif sehingga Indonesia merupakan daerah yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI Oleh : Rahmat Triyono, ST, MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id (Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya membentang diantara benua Asia dan Australia serta diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara paling rentan di dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia,

Lebih terperinci

BAB IV. Kajian Analisis

BAB IV. Kajian Analisis 97 BAB IV KAJIAN BAB IV ANALISIS Kajian Analisis 4.1 Analisis Karakteristik Kawasan Pesisir 4.1.1 Karakteristik Kebijakan Kawasan Pesisir 4.1.1.1 Keterkaitan Kebijakan Pemanfaatan Ruang/Peraturan Zonasi,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 13 PERENCANAAN TATA RUANG BERBASIS MITIGASI BENCANA GEOLOGI 1. Pendahuluan Perencanaan tataguna lahan berbasis mitigasi bencana geologi dimaksudkan untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana Teuku Faisal Fathani, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 1. Pendahuluan Wilayah Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi terhadap kejadian bencana tsunami. Kondisi geologis Indonesia yang terletak pada tumbukan 3 lempeng

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Jika dilihat secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang berada pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP Lailla Uswatun Khasanah 1), Suwarsito 2), Esti Sarjanti 2) 1) Alumni Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan menentukan tingkat bahaya banjir yang kemudian dilanjutkan dengan menentukan tingkat kerentanan wilayah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis kepulauan Indonesia merupakan daerah yang rawan bencana karena termasuk dalam wilayah Pacific Ring of Fire (deretan gunung berapi Pasifik) yang bentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 141 BT merupakan zona pertemuan empat lempeng tektonik aktif dunia, yaitu:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Eks Karesidenan Madiun Karesidenan merupakan pembagian administratif menjadi kedalam sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI Pengenalan Tsunami APAKAH TSUNAMI ITU? Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang memiliki luas wilayah sekitar 3.250 Ha atau 32.5 km 2 atau 1,025% dari luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang mana dari penghasilan tersebut dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang mana dari penghasilan tersebut dapat digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak globalisasi pada saat ini mendorong seseorang untuk lebih berpikir kedepan dan melakukan bagaimana cara untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik di masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng tersebut menimbulkan patahan/tumbukan sehingga terjadinya gempa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng

Lebih terperinci

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG

URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG URAIAN SINGKAT PEMBANGUNAN PENGAMANAN PANTAI LASIANA DI KOTA KUPANG I. GAMBARAN UMUM. 1. Latar Belakang. Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan terdiri dari 566 pulau dimana 42 pulau berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dinamika bentuk dan struktur bumi dijabarkan dalam berbagai teori oleh para ilmuwan, salah satu teori yang berkembang yaitu teori tektonik lempeng. Teori ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini dirumuskan dengan menentukan tingkat bahaya banjir kemudian menentukan kerentanan wilayah terhadap bencana banjir. Penentuan kelas kerentanan

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN BIAYA

RENCANA ANGGARAN BIAYA RENCANA ANGGARAN BIAYA PEMBANGUNAN PENAHAN ABRASI Provinsi : Jawa Timur Lokasi : Dsn Tamban Kabupaten : Malang Program : PKPT Kecamatan : Sumbermanjing Wetan Jenis Kegiatan : PEMBANGUNAN P Desa : Tambakrejo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan kumpulan gugusan-gugusan pulau yang secara geografis terletak antara 6º LU 11º LS dan 95º BT 140º BT dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lahan serta kerusakan infrastruktur dan bangunan (Marfai, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar didunia dengan 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km. Hal ini semakin memperkuat eksistensi Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara dimana terdapat pertemuan 3 lempeng tektonik utama bumi. Lempeng tersebut meliputi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di. tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi bencana cukup besar. Hal ini dikarenakan kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 (tiga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia, lempeng Pasifik dan lempeng

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Siti Nidia Isnin Dosen Program Studi Geografi FKIP Universitas Almuslim ABSTRAK Tsunami yang terjadi di Aceh pada 26

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci