KAJIAN TEKNO-EKONOMI INDUSTRI MDF (Medium Density Fiberboard)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TEKNO-EKONOMI INDUSTRI MDF (Medium Density Fiberboard)"

Transkripsi

1 I N F O S O S I A L E K O N O M I Vol. 2 No.2 (2001) pp KAJIAN TEKNO-EKONOMI INDUSTRI MDF (Medium Density Fiberboard) Oleh/By Rachman Effendi RINGKASAN Industri MDF mempunyai prospek pemasaran dalam negeri dan ekspor yang cerah. Hal ini karena MDF lebih fleksibel dalam penggunaannya dibandingkan kayu lapis dan papan partikel, sehingga MDF pada masa mendatang akan dapat menggantikan kedua panel tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis dan ekonomis industri MDF dari jenis kayu HTI. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kayu HTI Acacia mangium, Gmelina arborea, dan Eucalyptus urophylla baik digunakan sebagai bahan baku industri MDF. Sifat fisik dan mekanik produk MDF yang dihasilkan secara umum dapat memenuhi standar Euro MDF Board (EMB) yang diacu, kecuali pada sifat daya penyerapan air yang masih sering cukup tinggi. Biaya produksi rata-rata per m³ MDF adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari biaya produksi langsung dan tak langsung pada tingkat produksi sebesar m³ per tahun atau 70% dari total kapasitas industri. Kata kunci : Medium Density Fiberboard (MDF), HTI, sifat fisik dan mekanik, Euro I. PENDAHULUAN Sampai saat ini hutan alam merupakan bahan baku utama bagi industri perkayuan di Indonesia. Dalam kenyataannya produksi hutan alam Indonesia cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan kelestarian baik terhadap kawasannya maupun terhadap potensi hutannya. Selain itu penurunan kemampuan produksi hutan akan menyebabkan ketidakseimbangan atau ketimpangan antara penebangan dengan laju penanaman kembali hutan yang telah diekploitasi. Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Kehutanan telah merintis dan memprioritaskan program peningkatan potensi hutan produksi melalui pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan sumber pendapatan nasional ataupun penerimaan devisa dari sub sektor kehutanan. Salah satu bentuk pemanfaatan kayu sebagai bahan baku industri yang mempunyai prospek pemasaran dalam negeri dan ekspor yang cerah adalah industri papan serat kayu berkerapatan sedang yang dikenal dengan MDF (Medium Density Fiber board). Dalam 10 tahun terakhir ini konsumsi MDF berkembang pesat misalnya di Asia Pasifik berkisar 16-17% pertahun dan di Eropa 15% pertahun (Toha, 1994). 103

2 I N F O volume 2 no. 2 (2001) Salah satu industri MDF di Kalimantan Timur yang selesai di bangun pada akhir tahun 1995 adalah PT. Sumalindo yang merupakan industri pertama di Indonesia yang memproduksi MDF dengan bahan baku dari hutan tanaman industri (HTI). Produk MDF yang dihasilkan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (sebesar 40%) dari total produksi yang direncanakan sesuai dengan kapasitas produksinya yaitu m³ per tahun dan lainnya (sebesar 60%) akan diekspor ke negara-negara Asia dan Eropa. Selama ini kebutuhan MDF di dalam negeri masih harus diimpor dari Singapura, Taiwan dan Malaysia sebesar ribu m³ per tahun. Peningkatan konsumsi MDF ini dikarenakan pemanfaatannya yang serbaguna, terutama untuk berbagai keperluan interior. MDF lebih fleksibel dalam penggunaannya dibandingkan kayu lapis dan papan partikel, sehingga MDF pada masa mendatang akan dapat menggantikan kedua jenis panel tersebut. Selain itu MDF mempunyai kerapatan dan kekerasan yang seragam dibandingkan panel atau papan serat lainnya sehingga penggunaannya makin meluas antara lain untuk mebel (furniture), moulding, skirting, interior, window frame, door skins, kotak TV, radio, dan barang dekoratif lainnya. Kapasitas produksinya meningkat pesat terutama di Eropa dan pada tahun 2000 produksi MDF diproyeksikan mencapai jumlah 20 juta m³, negara-negara penghasil MDF tersebut antara lain adalah Italia, Jerman, Spanyol, Perancis, Portugal dan Inggris. Sehubungan dengan perkembangan industri papan serat baik di Indonesia maupun dunia, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek teknis dan ekonomis industri papan serat berkerapatan sedang (MDF) dari jenis kayu HTI. Keluaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah informasi tentang aspek teknis dan ekonomis industri MDF khususnya di Indonesia. Informasi tersebut diharapkan dapat memberi masukan bagi penentu kebijaksanaan khususnya Departemen Kehutanan dalam menentukan prioritas pembangunan industri hasil hutan dan dapat meningkatkan minat bagi investor dalam menanamkan modalnya bagi pembangunan industri khususnya yang berkaitan dengan industri MDF. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan bagi para pelaksana pembangunan industri MDF di Indonesia. II. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Daerah penelitian adalah propinsi Kalimantan Timur. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa industri MDF telah dibangun dan sudah berproduksi dengan kapasitas yang cukup besar dan bahan bakunya berasal dari hasil penjarangan hutan tanaman jenis cepat tumbuh. B. Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui pendekatan survey dan pengamatan pada salah satu industri MDF di Kalimantan Timur, responden adalah pengusaha MDF 104

3 Kajian tekno-ekonomi..(rachman Effendi) sebagai pelaksana produksi MDF ataupun pengusaha lainnya yang ikut dalam pembangunan industri MDF. Sifat fisik dan mekanik produk MDF tersebut dicatat/diuji dan dibandingkan dengan standar yang ada yaitu standar EURO MDF Board (EMB) (Asian Timber, 1996). Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan finansial baik bulanan maupun triwulan dari industri tersebut, instansi kehutanan terkait antara lain Kanwil Kehutanan Propinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim dan Cabang Dinas Kehutanan (Dinas Kehutanan Tingkat II). C. Analisis Data Data hasil pengumpulan dan pengamatan di lapangan ditabulasi untuk memperoleh gambaran tentang sifat fisik dan mekanik MDF serta komponen biaya industri MDF, kemudian dianalisis berdasarkan aspek teknis dan ekonomisnya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Berdasarkan fungsi dan peruntukannya luas kawasan hutan produksi untuk setiap Dinas Kehutanan Tingkat II (Cabang Dinas Kehutanan) di Propinsi Kalimantan Timur disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Kawasan Hutan Produksi Untuk Setiap Dinas Kehutanan Tingkat II Propinsi Kalimantan Timur. Table 1. Production Forest Area in each forest district in The Province of East Kalimantan. No. (No) Dinas Kehutanan TK II (CDK) (Forest District) Luas Kawasan Hutan Prod (ha) (Production Forest Area) Persentase (%) (Percentage) Jumlah (Total) BCDK 1 RPH 2 1Buhingan Utara , Buhingan Tengah , Buhingan Selatan , Berau , Sangkulirang , Mahakam Ilir , Mahakam Tengah , Mahakam Ulu , Balikpapan , Pasir , Jumlah (Total) , Sumber (Source) : Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Timur, 1995/1996 (Forest Services of East Kalimantan) Keterangan (Remarks) : BCDK 1 = Bagian Cabang Dinas Kehutanan (Forest District Division) RPH 2 = Rayon Pemangkuan Hutan (Forest Sub District) 105

4 I N F O volume 2 no. 2 (2001) Salah satu areal HTI untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri MDF yang disurvey terletak di Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku yang ditargetkan sebesar m³ per tahun untuk memproduksi m³ MDF pada tingkat kapasitas penuh maka perlu dipasok bahan baku dari beberapa HPHTI yaitu PT. X, PT. Y dan PT. Z, dimana ketiga HPHTI tersebut terletak di Kabupaten Kutai. PT. X mempunyai konsesi hutan sebesar ha yang terletak 100 km dari Samarinda dengan kapasitas persemaian sebanyak 14 juta tanaman per tahun. Ratarata luas penanaman sebesar ha sampai dengan ha per tahun dengan total areal penanaman sebesar ha. Tujuan penanaman tersebut dimaksudkan untuk memasok bahan baku industri MDF dan industri pulp kertas yang akan dibangun di Kalimantan Timur. PT. Y mempunyai konsesi hutan sebesar ha dimana ha sudah ditanam dengan jenis tanaman untuk bahan baku industri MDF, industri kayu lapis dan kayu pertukangan (wood working) dan terletak 300 km dari Samarinda. Ratarata pembibitan sebanyak 4 juta tanaman pertahun dengan rata-rata kapasitas penanaman 100 ha sampai dengan 150 ha per bulan. PT. Z mempunyai konsesi areal unit HTI sebesar ha di Batu Putih dan areal kedua sebesar ha di Muara Karangan yang berjarak 350 km dari Samarinda. Persemaian untuk setiap unit sebanyak 2 juta tanaman per tahun dan rata-rata total kapasitas penanaman sebesar 100 ha sampai 150 ha per bulan. Tujuan penanaman tersebut dimaksudkan untuk memasok bahan baku industri MDF, industri kayu lapis dan kayu pertukangan. Industri MDF yang diobservasi merupakan industri MDF pertama di Indonesia dan mulai beroperasi pada akhir tahun Investasi yang dikeluarkan dalam membangun industri tersebut sebesar US $ 150 juta dengan kapasitas produksi sebesar m³ per tahun. Pada tahun pertama produksi sebesar 70% dari total kapasitas dan meningkat 90% dari total kapasitas pada tahun kedua, dan pada tahun ketiga diharapkan dapat berproduksi pada kapasitas penuh. Bahan baku yang digunakan berasal dari hasil penjarangan HTI dari jenis cepat tumbuh yaitu Acacia mangium, Eucalyptus deglupta, Eucalyptus urophylla, dan Gmelina arborea dengan daur 6 tahun sampai dengan 7 tahun. Diamater kayu yang digunakan berkisar dari 7 cm sampai dengan 25 cm sehingga dapat menurunkan biaya produksi MDF dari industri tersebut. Hal ini dapat memberikan peluang bagi industri untuk bersaing dengan industri MDF lainnya. Pada industri tersebut MDF yang dihasilkan mengacu pada standar Euro MDF Board (EMB) dengan menggunakan teknologi dari Jerman dan Swedia dalam memproduksinya. Mesin-mesin yang digunakan dalam produksi tersebut terdiri dari satu mesin pengupas kulit (Fuji King debarker), mesin pembuat serpih (Fuji Kagyo Chipper), mesin pra-pengepresan (Sunds Defibrator pra-press), mesin pengepresan (Kusters continous press), mesin pengampelasan (Steinemann sander) dan mesin pemotong panel (panel sizer) yang pemasangannya dilakukan oleh Sunds Defibrator dari Singapura. Ukuran panel yang dihasilkan mengacu pada ukuran standar EMB yaitu 1,22 x 2,44 cm. Industri tersebut juga menerima pesanan sesuai ukuran yang diminta oleh konsumen dan juga memproduksi panel berukuran 1,22 x 1,83 cm dengan 106

5 Kajian tekno-ekonomi..(rachman Effendi) ketebalan berkisar dari 3 mm sampai 24 mm. Disamping itu, industri tersebut berusaha untuk memproduksi panel yang dilapisi dengan kertas dan vinir indah yang tergabung menjadi panel MDF. Pengembangan teknologi juga dilakukan oleh industri tersebut untuk memproduksi panel tahan air (moisture resistant) dengan emisi formaldehida rendah. Sistem produksi dengan menggunakan konsep produksi terpadu yang tergabung pada satu sistem pusat pengendalian pada satu monitor komputer, sehingga diharapkan industri tersebut dapat mencapai sistem pengoperasian yang optimum. Kualitas panel menjadi prioritas utama bagi industri tersebut, sehingga akhirnya industri ini dapat menguasai pasar baik dalam negeri maupun luar negeri dan industri tersebut berusaha untuk memberikan hal terbaik kepada konsumen sehingga tidak ada satu keluhanpun dari konsumen dalam masalah kualitas. Dalam dunia perdagangan dimana kualitas dan pengapalan menjadi hal yang semakin penting, industri ini melakukan hal yang terbaik untuk melayani konsumen, sehingga konsumen berkeyakinan bahwa pengiriman produk tersebut akan dilakukan tepat waktu. Untuk penyediaan fasilitas pengiriman, maka beberapa gudang panel dibangun di beberapa kota penting di Indonesia. B. Aspek Teknis MDF yang dihasilkan dari industri yang diobservasi berasal dari hasil penjarangan HTI jenis cepat tumbuh yaitu Acacia mangium, Gmelina arborea, dan Eucalyptus urophylla. Panel yang dihasilkan mengacu pada standar Euro MDF Board (EMB) dengan tingkat kerapatan berkisar 700 kg/m³ sampai dengan 800 kg/m³ dan berat jenis bahan baku sekitar 0,4 kg/m³. Untuk memproduksi 1 m³ MDF maka diperlukan 2,5 m³ bahan baku kayu. Jenis ketebalan panel yang dihasilkan berkisar 3 mm sampai dengan 24 mm dengan ukuran 122 x 244 cm dan 122 x 1834 cm. Perekat urea formaldehida digunakan sebagai binder dengan amonium sulfat digunakan sebagai pengeras (hardener). Tabel 2. Sifat Fisik MDF dan Standar Euro MDF Board (EMB) Table 2. Physical Properties of MDF and The Standard of Euro MDF Board (EMB). No. Uraian (Description) Satuan (Unit) Standar EMB MDF Industri (MDF Industry) (3-6 mm) (EMB Standard) 5,2mm 3,0mm 1. Kerapatan (Density) kg/m³ Toleransi Ketebalan (Thickness Tolerance) mm ± , Modulus of Repture (MOR) N/mm 2 min 38 34,5 min 34,0 4. Modulus of Elasticity (MOE) N/mm 2 min min Kekuatan perekat (Internal Bond) N/mm 2 min min Penyerapan air (Water Absorption) % -*) Kelengkungan (Thickness Swelling) % Max Kadar Air (Moisture Content) % Sumber (Source): Data perusahaan (diolah) (Data enterprise (calculated)) Keterangan (Remark) : *) = Tidak ada standar (No standard) 107

6 I N F O volume 2 no. 2 (2001) Aspek teknis yang diamati meliputi 1) sifat fisik, 2) sifat mekanik dan 3) stabilitas dimensi yang ditentukan sesuai dengan standar EMB. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa MDF yang dihasilkan dari ketiga jenis kayu tersebut menunjukkan keragaan (performance) yang baik, yaitu warna cerah, dengan permukaan yang halus. Sifat fisik lainnya meliputi kadar air, kerapatan, modulus of Rupture ( MOR), modulus of elasticity (MOE), daya penyerapan air (water absorption), Thickness swelling (TS), daya kerekatan (Internal Bond : IB), dan toleransi ketebalan (Thickness Tolerance). Hasil Pengamatan sifat fisik MDF yang diproduksi oleh industri dan standar Euro MDF (EMB) disajikan pada Tabel 2. Menurut Nelson (1973) dan Suchsland dan Woodson (1986), secara umum kerapatan yang tinggi dari jenis kayu berpengaruh negatif terhadap sifat kekuatan dari panel. Semakin tinggi berat jenis kayu (specific gravity) maka semakin besar kerapatan rongga dari fiber yang terjadi dan pada kerapatan yang sama dapat menghasilkan rasio kompresi (compression ratio) yang lebih rendah. Sifat mekanik panel secara langsung dipengaruhi oleh kerapatan dan jenis perekat yang digunakan. Jenis perekat yang digunakan pada industri ini hanya satu jenis yaitu urea formaldehida. Sifat mekanik panel meningkat sesuai dengan peningkatan kerapatan dari panel (Suchsland dan Woodson, 1986). Oleh karena itu semakin tinggi kerapatan maka semakin baik bidang kontak antar fiber dan penggunaan perekat akan lebih baik. Fiber akan mengikat kuat dengan fiber lain karena adanya perekat pada permukaan kayu. Dengan demikian semakin kompak serat maka semakin baik ikatan antar serat. MOR dan MOE pada kondisi panel kering meningkat sesuai dengan peningkatan kerapatan dan biasanya setiap jenis perekat memberikan nilai MOR dan MOE yang berbeda (Suchsland dan Woodson, 1986). Secara umum, semakin tinggi kerapatan pada ketebalan yang sama menghasilkan penel yang lebih kuat, karena semakin cukup bidang kontak antar serat. Hal ini menerangkan bahwa semakin tinggi nilai MOR dan MOE maka semakin tinggi kerapatan panel. C. Aspek Ekonomi Aspek ekonomi yang dianalisis meliputi aspek bahan baku, bahan pembantu dan penolong, fasilitas produksi, produksi dan pemasaran, komponen biaya produksi yang membentuk harga pokok produk MDF baik langsung maupun tak langsung. Harga bahan baku kayu yang digunakan untuk produksi MDF adalah Rp ,- (US $ 25, nilai tukar 1 US $ = Rp ,- tahun 1997 ) per m³ untuk setiap jenis kayu (Acacia mangium, Gmelina arborea, dan Eucalyptus urophylla) dengan diameter antara 7 cm sampai dengan 25 cm. Sampai saat ini jarak bahan baku ke industri berkisar antara 100 km sampai 350 km dengan angkutan darat dan sungai. Berdasarkan informasi yang diperoleh biaya angkut bahan baku kayu ke industri berkisar Rp ,- sampai dengan Rp ,- per m³. Harga bahan baku tersebut di atas sudah termasuk biaya angkut, sehingga harga tersebut merupakan harga kayu diterima di industri. Untuk memproduksi 1 m³ MDF diperlukan 2,5 m³ kayu, sedangkan rendemennya adalah 40 persen sehingga biaya bahan per m³ MDF adalah Rp ,-. Berdasarkan hal tersebut maka biaya bahan baku 108

7 Kajian tekno-ekonomi..(rachman Effendi) bukan merupakan biaya utama, lain halnya dengan kayu lapis yang penggunaan produknya hampir sama dengan MDF. Dengan menggunakan angkutan darat maupun sungai di Kalimantan ini, jarak bahan baku ke industri hingga mencapai 250 km masih memungkinkan untuk dibangun industri MDF. Kebutuhan bahan kimia sebagai bahan pembantu dan penolong meliputi perekat jenis urea formaldehida, asam sulfat sebagai pengeras (hardener) dan lilin (wax) sebagai pelindung terhadap penyerapan air. Untuk memperoleh 1 m³ MDF diperlukan 125 kg perekat (larutan), 7,5 kg wax dan 0,75 kg hardener dengan masing-masing biaya berturut-turut sebesar Rp ,-, Rp ,- dan Rp. 300,-. Dengan demikian maka total biaya bahan pembantu dan penolong sebesar Rp ,-. Luas bangunan industri MDF tersebut sebesar 20 ha yang terdiri dari bangunan pabrik, kantor dan mess (Gues House) dan dibangun di atas tanah seluas 120 ha dengan ukuran panjang pabrik 297 m dan lebar 47 m. Adapun mesin dan peralatan serta jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh industri tersebut disajikan masingmasing pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Mesin dan peralatan pada salah satu industri MDF di Kalimantan Timur tahun 1996 Table 3. Machine and Equipment at one MDF plant in 1996 No. Jenis Mesin dan Alat (Machine and Equipment) Banyaknya (Quantity) * ) Keterangan (Remarks) 1. Fuji King Debarker 1 unit Tahun Fuji Kogyo Chipper 1 unit Tahun Sunds Defribrator Pre-press 1 unit Tahun Kusters Continous Press 1 unit Tahun Steinemann Sander 1 unit Tahun Panel Sizer 1 unit Tahun Packing 1 unit Tahun 1995 Keterangan (Remarks) : * ) Data harga mesin dan alat tidak tersedia (Price data of machine and equipment is not available) Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja pada salah satu industri MDF di Kalimantan Timur Tahun 1996/1997 Table 4. Labour at One of MDF plants in East Kalimantan No. Uraian (Description) Jumlah Tenaga Kerja (orang) (Number of Labour) (persons)) 1. Plan Manager 1 2. Kepala Departemen 7 3. Supervisor Kepala seksi Tata usaha/administrasi 7 6. Operator/Teknisi Crew Tenaga borongan 4 Jumlah (Total)

8 I N F O volume 2 no. 2 (2001) Sumber energi listrik berasal dari 2 unit dengan total kapasitas KVA dengan biaya rata-rata Rp. 220 juta per bulan. Industri tersebut memiliki 5 unit genset berkapasitas KVA per unit dan satu unit genset berkapasitas KVA per unit, dimana dalam operasionalnya cukup dipakai 2 unit saja. Biaya tersebut dikeluarkan untuk kebutuhan bahan bakar dalam mengoperasikan genset tersebut antara lain liter solar, liter oli dan 15 kg oli gemuk (grease). Total produksi selama tahun 1996 sebanyak m³ yang terdiri dari penjualan lokal sebesar m³ (27,7%), ekspor sebanyak m³ (46,9%), dan sisanya sebanyak m³ (25,4%) diproses lebih lanjut untuk dilapisi dengan kertas dan vinir indah yang tergabung dalam panel MDF. Komponen biaya produksi sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya investasi, biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Besarnya biaya investasi yang dikelaurkan untuk membangun industri MDF tersebut sebesar Rp. 351 milyar (US $ 150 juta, nilai tukar 1 US $ = Rp ,- tahun 1997) dengan kapasitas produksi sebesar m³ per tahun. Besarnya biaya investasi disesuaikan berdasarkan beberapa faktor, salah satu faktor yang paling dominan adalah kapasitas produksi. Semakin tinggi kapasitas produksi maka semakin rendah biaya investasi per unit produksi. Besarnya tingkat investasi itu sendiri dapat dikatakan berbanding terbalik dengan biaya produksi per unit. Faktor lain yang dapat mempengaruhi biaya produksi per unit adalah seberapa besar industri MDF yang akan dibuat. Dengan kata lain produksi per tahun dapat mempengaruhi biaya penyusutan per satuan produksi. Untuk mengetahui biaya produksi langsung untuk memproduksi 1 (satu) m³ MDF diperlukan pendekatan biaya input seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Besarnya biaya produksi langsung untuk memproduksi 1 m³ MDF pada salah satu Industri MDF (Tahun 1996/1997). Tabel 5. Production cost to produce 1 m³ of MDF (1996/1997). U r a i a n (Description) Biaya input (Rp) (Input Cost) Persentase (%) (Percentage) Bahan baku kayu (Raw material) ,52 Bahan baku perekat (Glue) ,02 Bahan pengeras dan wax (Hardener) ,90 Tenaga kerja (Labour) ,56 Jumlah (Total) ,00 Pendekatan biaya satuan di atas didasarkan pada : a) Bahan baku kayu berasal dari hasil penjarangan HTI dengan harga Rp ,- per m³. b) Berat jenis produk MDF adalah 0,8 kg/m³ sehingga 1 ton produk ekivalen dengan 1,25 m³ MDF. c) Untuk memproduksi 1 m³ MDF diperlukan 2,5 m³ bahan baku kayu (rendemen 40%). d) Berat jenis bahan baku kayu 0,4 kg/m³ e) Nilai tukar US $ 1 = Rp ,- 110

9 Kajian tekno-ekonomi..(rachman Effendi) Biaya produksi tak langsung untuk memproduksi 1 (satu) m³ produk disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Biaya produksi tak langsung untuk memproduksi 1 m³ MDF Tahun 1996/1997. Table 6. Inderect production cost to produce 1 m³ of MDF (1996/1997). No. U r a i a n (Description) Biaya Produksi (Rp) (Production Cost) Persentase(%) (Percentage) 1. Biaya pemeliharaan dan administrasi ,38 (Maintenance and Administration) 2. Biaya penyusutan (Depreciation) ,96 3. Biaya penjualan/pemasaran (Marketing Cost) ,44 4. Biaya angkutan dan pengapalan (Transportation Cost) ,59 5. Biaya bunga (Interest) ,63 Jumlah (Total) ,00 Berdasarkan hasil analisis diperoleh total biaya produksi MDF per m³ adalah sebesar Rp ,-. Rugi laba perusahaan diperoleh dengan menghitung besarnya nilai penjualan produk MDF pada tingkat harga yang berlaku. Hasil penjualan yang diperoleh pada tahun 1996 adalah sebesar Rp ,4 milyar dengan tingkat harga rata-rata US $ 250 per m³ (nilai tukar 1 US $ = Rp ,-). IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Harga bahan baku kayu untuk memproduksi MDF adalah sebesar Rp ,- per m³ bagi setiap jenis kayu dengan diameter berkisar 7 cm sampai dengan 25 cm, dimana setiap m³ MDF diperlukan 2,5 m³ kayu dan jarak bahan baku ke industri dapat mencapai 250 km dengan angkutan sungai. 2. Komponen biaya produksi MDF sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya investasi, biaya produksi langsung dan biaya produksi tak langsung, dimana besarnya biaya investasi untuk membangun industri MDF dengan kapasitas m³ pertahun adalah sebesar Rp. 351 milyar ( US $ 150 juta). 3. Biaya rata-rata per m³ MDF adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari biaya produksi langsung sebesar Rp ,- dan biaya produksi tak langsung sebesar Rp ,- pada tingkat produksi MDF sebesar m³ per tahun. 4. Sifat mekanik panel yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kerapatan dan jenis perekat yang digunakan, dimana sifat mekanik panel meningkat sesuai dengan peningkatan kerapatan panel. 5. Sifat fisik lainnya meliputi kerapatan, toleransi ketebalan (thickness tolerance), MOR, MOE, daya kerekatan (internal bond), daya penyerapan air (water absorption), gelombang ketebalan (thickness swelling) dan kadar air pada produk MDF yang dihasilkan secara umum dapat memenuhi standar yang diacu 111

10 I N F O volume 2 no. 2 (2001) yaitu Euro MDF Board (EMB), kecuali pada sifat daya penyerapan air yang masih sering cukup tinggi. 6. Ketiga jenis kayu hasil penjarangan HTI yaitu jenis Acacia mangium, Gmelina arborea dan Eucalyptus urophylla cukup baik digunakan sebagai bahan baku industri MDF dengan hasil menunjukkan keragaan (performance) yang baik, warna cerah dan permukaan yang halus. 7. Industri MDF di Indonesia mempunyai prospek pemasaran yang cerah baik dalam negeri maupun ekspor, dimana saat ini produksi MDF dunia didominasi oleh negara-negara Eropa seperti : Italia, Jerman, Spanyol dan Perancis. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang analisis ekonomi industri MDF yang meliputi analisis finansial, analisis rugi laba, titik inpas (BEP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR) dan penyerapan tenaga kerja. 2. Perlu adanya pengujian sifat fisik, mekanik dan stabilitas dimensi yang diambil secara acak di industri MDF untuk setiap jenis ketebalan oleh Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan. DAFTAR PUSTAKA Asian Timber PT. Sumalindo, First in Indonesia to Produce MDF Using Plantation Timber. Asian Timber, Vol. 15 No. 12 : Badan Litbang Kehutanan, Proceeding Diskusi Industri Perkayuan. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta. Effendi, R, et.al Kajian Ekonomi Industri Papan Serat Berkerapatan Sedang (MDF) Dipterokarpa Vol 1. No.1 BPK Samarinda, Kalimantan Timur. Fakultas Perhutanan UPM, Catatan kuliah S2 Fakultas Perhutanan UPM, Malaysia. Fund Defribrator, Leflet MDF. Fund Defribrator, Singapura. ISA, Industri Penggergajian Kayu Terpadu di Indonesia Perhimpunan Pengusaha Kilang Kayu Terpadu (ISA), Jakarta. Nelson, N.D Effects of wood and pulp properties on medium density, dry formed hardboard. Forest Product Journal 23 (9) : Suchsland, O. and Woodson, G.E Fiberboard manufacturing practices in the United States, USDA Agric. Handbook No Washington DC. Toha, Moch, M.M Catatan Perjalanan, Menyimak Peluang Pasar Papan Serat Kayu (MDF). Duta Rimba No. 167/168/XIX/ Mei-Juni Perum Perhutani, Jakarta. Wahyuni, T Lingkaran Informasi No. 028, Mei Balai Penelitian Kehutanan Samarinda, Samarinda. 112

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN SISTEM DAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN Oleh : Rachman Effendi 1) ABSTRAK Jumlah Industri Pengolahan Kayu di Kalimantan Selatan tidak sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL 2.1.1 Definisi dan Pengertian Papan partikel adalah suatu produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan

Lebih terperinci

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh

Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh Adanya indikasi penurunan kayu bulat tersebut ternyata telah disadari oleh para produsen kayu yang menggunakan kayu bulat sebagai bahan bakunya. Untuk mencari barang substitusi dari kayu bulat tersebut,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika TINJAUAN PUSTAKA Oriented Strand Board (OSB) Awalnya produk OSB merupakan pengembangan dari papan wafer (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika pada tahun 1954. Limbah-limbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis terhadap output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam sub bab berikut ini. 5.1 ANALISIS

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL NATURE OF FISIS MECHANICAL PARTICLE BOARD FROM RIPSAW WASTE OF PURSUANT TO SIZE MEASURE PARTICLE Saibatul Hamdi

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir

BABI PENDAHULUAN merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu lapis merupakan salah satu prod uk dari industri pengolahan kayu hilir yang menggunakan bahan baku kayu log. Produk ini merupakan komoditi hasil pengembangan industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Salah satunya adalah kekayaan sumber daya alam berupa hutan. Sebagian dari hutan tropis

Lebih terperinci

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang I. PENDAHUL'CJAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, sumber daya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, yang memberi dampak positif terhadap peningkatan devisa, penyerapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN ANALISA JENIS LIMBAH KAYU PADA INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI KALIMANTAN SELATAN THE ANALYSIS OF VARIETY OF WOOD WASTE MATERIAL FROM WOOD INDUSTRY IN SOUTH BORNEO Djoko Purwanto *) *) Peneliti Baristand Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit telah berkembang dengan pesat di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun 2011-2012 seluas 8,91 juta Ha 9,27 juta

Lebih terperinci

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA

SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SKRIPSI MARIA YUNITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL

PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL PENGARUH RASIO SEMEN DAN PARTIKEL TERHADAP KUALITAS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH PARTIKEL INDUSTRI PENSIL SKRIPSI Oleh: RIZQI PUTRI WINANTI 111201013 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR PEREKAT TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL BAMBU ( Effect of resin portion on bamboo particleboard properties )

PENGARUH KADAR PEREKAT TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL BAMBU ( Effect of resin portion on bamboo particleboard properties ) PENGARUH KADAR PEREKAT TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL BAMBU ( Effect of resin portion on bamboo particleboard properties ) Oleh/By I.M. Sulastiningsih, Novitasari dan Agus Turoso ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni Kadar perekat urea formaldehida (UF) = 12% Ukuran sampel = 25 x

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan

Lebih terperinci

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE)

KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) KUALITAS FIBER PLASTIC COMPOSITE DARI KERTAS KARDUS DENGAN MATRIKS POLIETILENA (PE) SKRIPSI Oleh: Reymon Fernando Cibro 071203026/ Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN B. Tahapan Proses Pembuatan Papan Serat 1. Pembuatan Matras a. Pemotongan serat Serat kenaf memiliki ukuran panjang rata-rata 40-60 cm (Gambar 18), untuk mempermudah proses pembuatan

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN

PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KAYU: STUDY KASUS DI SUMATRA SELATAN Oleh: Nunung Parlinah dan Indartik Ringkasan Informasi tentang produksi dan peredaran kayu penting untuk diketahui dalam rangka memahami mekanisme

Lebih terperinci

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROFIL INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA UTARA IWAN RISNASARI, S. HUT PROGRAM ILMU KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA I. PENDAHULUAN Sumberdaya yang potensinya tinggi dan sudah diakui keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu atau bahan berkayu (hasil hutan atau hasil perkebunan, limbah pertanian dan lainnya) menjadi berbagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL BAMBU BETUNG HASIL PENELITIAN Oleh: Satria Muharis 071203013/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan. 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau komposisi

Lebih terperinci

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT

KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT KUALITAS PAPAN SERAT BERKERAPATAN SEDANG DARI AKASIA DAN ISOSIANAT HASIL PENELITIAN Oleh: Desi Haryani Tambunan 061203010/ Teknologi Hasil Hutan DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:

Lebih terperinci

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)

Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B) PENGARUH UKURAN.. (19) 1-19 PENGARUH SUSUNAN PARTIKEL TERHADAP SIFAT MEKANIK (MoE dan MoR) PAPAN SEMEN PARTIKEL KAYU ULIN (Eusidexylon zwageri T.Et.B) Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku. PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan semakin berkembangnya pembangunan di Indonesia. Fakta menunjukkan, besarnya laju kerusakan hutan di Indonesia menyebabkan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 % TINJAUAN PUSTAKA Limbah Penggergajian Eko (2007) menyatakan bahwa limbah utama dari industri kayu adalah potongan - potongan kecil dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dan serbuk gergaji.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia mulai memanfaatkan hutan secara ekonomis pada awal tahun 1970-an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 2013 dalam menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah 750 juta hektar (ha) dengan luas daratan sekitar 187.91 juta ha. Sebesar 70 persen dari daratan tersebut merupakan kawasan hutan. Berdasarkan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN

SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN Sifat fisik mekanik papan gypsum berbahan pengisi alternatif limbah serutan rotan....desi Mustika Amaliyah, Saibatul Hamdi SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN GYPSUM BERBAHAN PENGISI ALTERNATIF LIMBAH SERUTAN ROTAN

Lebih terperinci

PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU. (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties)

PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU. (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties) PENGARUH BESARAN KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN KAYU (The Effect of Pressing Rate on Wood Shaving Particleboard Properties) 1, Oleh /By : 1 M.I.Iskandar & Achmad Supriadi Email: 19supriadi1@gmail.com

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan partikel yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal. Sifat mekanis papan partikel yang diuji meliputi Modulus of Elasticity

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan hutan terutama pemanenan kayu sebagai bahan baku industri mengakibatkan perlunya pemanfaatan dan pengelolaan hutan yang lestari. Kurangnya pasokan bahan baku

Lebih terperinci

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI

VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI 1 VARIASI KADAR PEREKAT PHENOL FORMALDEHIDA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN PARTIKEL KELAPA SAWIT DAN SERUTAN MERANTI SKRIPSI ANDRIAN TELAUMBANUA 111201059/TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 054/10/15/Th.X, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 AGUSTUS Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 160,46 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 4,57 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan

Lebih terperinci

Sektor kehutanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi pang

Sektor kehutanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi pang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kehutanan merupakan sektor yang memberikan kontribusi pang cukup besar terhadap penerimaan devisa dari sektor non migas. Selama tahun 1998-1999 kontribusi rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bambu merupakan tanaman rumpun yang tumbuh hampir di seluruh belahan dunia, dan dari keseluruhan yang ada di dunia Asia Selatan dan Asia Tenggara menyediakan kira-kira

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur A. Perkembangan Ekspor Ekspor Jawa Timur Sebesar USD 1,73 Miliar, Turun 11,39 persen Nilai Ekspor Jawa Timur mencapai

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Andi Aulia Iswari Syam un 1, Muhammad Agung 2 Endang Ariyanti

Lebih terperinci

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract 21 KARAKTERISTIK FISIS PAPAN KOMPOSIT DARI SERAT BATANG PISANG (MUSA. SP) DENGAN PERLAKUAN ALKALI (PHYSICAL PROPERTIES OF COMPOSITE BOARD MADE FROM BANANA FIBER (MUSA SP.) WITH ALKALI TREATMENT) Luthfi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga buku Statistik Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 dapat kami susun dan sajikan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015 No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 No. 24/04/15/Th.IX, 15 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI MARET 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 10,95 Juta. Nilai

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH PLASTIK JENIS HDPE

SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH PLASTIK JENIS HDPE Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol., No.1, Juni 2011: 7 14 SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH PLASTIK JENIS HDPE (High Density Polyetylene) DAN RANTING/CABANG KARET (Hevea brasiliensis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT Oleh: Ridwan A. Pasaribu & Han Roliadi 1) ABSTRAK Departemen Kehutanan telah menetapkan salah satu kebijakan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand

Lebih terperinci

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA

NAMA : WIRO FANSURI PUTRA Peluang bisnis INDUSTRI SERAT SABUT KELAPA OLEH : NAMA : WIRO FANSURI PUTRA NIM : 11.12.6300 KELAS : 11-S1SI-13 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun 2011/2012 Industri Serat Sabut Kelapa PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL

SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL Sifat mekanik papan gypsum dari serbuk limbah kayu non komersial.saibatul Hamdi SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL Gypsum Board Mechanical Properties of Non Commercial Sawdust

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun belum sebanding dengan pasokan energi dalam negeri. Menurut Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat TINJAUAN PUSTAKA Bambu Tali Bambu sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu yang memiliki kandungan lignoselulosa melimpah di Indonesia dan berpotensi besar untuk dijadikan sebagai bahan pengganti kayu

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL

PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL i PENGARUH PERENDAMAN SERUTAN KAYU DURIAN (Durio zibethinus) DALAM LARUTAN ASAM ASETAT DAN ACETIC ANHYDRIDE TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL SKRIPSI OLEH : RIZKY FEBRIANA BR LUBIS 121201126 Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biomassa adalah segala material yang berasal dari tumbuhan atau hewan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan panas (Abimanyu dan Hendrana, 2014).

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,

Lebih terperinci

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017 REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017 Terget realisasi investasi tahun 2017 ditetapkan pencapaianya sebesar Rp 34,97 triliun. Dengan rincian Rp 12,24 triliun untuk PMDN dan

Lebih terperinci

ABUBAKAR M. LAHJIE ISMAIL

ABUBAKAR M. LAHJIE ISMAIL REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM USAHA PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Diajukan: ISMAIL ABUBAKAR M. LAHJIE 1 Latar Belakang Permasalahan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN PENDAHULUAN Pasokan kayu sebagai bahan mebel dan bangunan belum mencukupi kebutuhan yang ada Bambu (multiguna, cepat tumbuh, tersebar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS NATRIUM SILIKAT SKRIPSI Oleh Ance Trisnawati Gultom 061203040/Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id DAFTAR ISI 1. Pendahuluan.........

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak akar wangi merupakan salah satu ekspor

Lebih terperinci

PT. Nusantara Plywood untuk diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis

PT. Nusantara Plywood untuk diolah menjadi suatu produk yang bernilai ekonomis A. Latar Belakang. PT. Nusa Prima Pratama Industri adalah mempakan salah satu unit dari PT. Nusantara Plywood yang mempakan pe~sahaan yang bergerak di bidang pabrik pengolahan kayu terintegrasi. Pendirian

Lebih terperinci

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau

KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau KAYULAPIS Teknologi dan Sertifikasi sebagai Produk Hijau Penulis: : Prof. Ir. Tibertius Agus Prayitno, MFor., PhD. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA

KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA KARAKTERISTIK PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KERTAS KARDUS DENGAN PENAMBAHAN KATALIS KALSIUM KLORIDA HASIL PENELITIAN Oleh: Zul Rahman Arief 061203037 / Teknologi Hasil Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dibidang teknologi dan sains mendorong material komposit banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi produk. Secara global material komposit dikembangkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES

PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES Jurnal Riset Industri Vol. V, No. 1, 2011, Hal. 13-20 PEMBUATAN BALOK DAN PAPAN DARI LIMBAH INDUSTRI KAYU BOARD AND WOOD BLOCK MAKING FROM WASTE OF WOOD INDUSTRIES Djoko Purwanto Balai Riset dan Standardisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kayu merupakan hasil sumber daya yang berasal dari hutan yang dapat di jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat dijadikan bahan baku

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS Jamal Balfas LATAR BELAKANG Defisit kayu nasional, pabrik KL < 15%, WW < 30% Produksi HTI dan Hutan Rakyat tidak memadai Impor kayu

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 No. 19/04/16/Th.X, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 FEBRUARI Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 136,24 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 8,21 Juta. Nilai ekspor asal

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN CONTOH UJI TERHADAP BEBERAPA SIFAT PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN SERAT DEVINA ROFI AH PUTRI

PENGARUH UKURAN CONTOH UJI TERHADAP BEBERAPA SIFAT PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN SERAT DEVINA ROFI AH PUTRI PENGARUH UKURAN CONTOH UJI TERHADAP BEBERAPA SIFAT PAPAN PARTIKEL DAN PAPAN SERAT DEVINA ROFI AH PUTRI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PENGARUH UKURAN CONTOH

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 No. 07/02/16/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 172,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 16,62 Juta. Nilai ekspor

Lebih terperinci

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI *Norman Iskandar, Agung Eko Wicaksono, Moh Farid

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA The Characteristic of Particle Board Made From Pandan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI PROSIDING SEMINAR NASIONAL Masyarakat Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI) XIV PENGARUH KOMPOSISI BAHAN DAN WAKTU KEMPA TERHADAP SIFAT PAPAN PARTIKEL SERUTAN BAMBU PETUNG BERLAPIS MUKA PARTIKEL FESES SAPI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu

I. PENDAHULUAN. kayu juga merupakan komoditi ekspor, penghasil devisa, maka kualitas kayu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hasil kekayaan hutan adalah kayu. Kayu banyak dimanfaatkan di bidang properti, seperti rumah dan meubel. Disamping komoditi dalam negeri, kayu juga merupakan

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci