MAKNA FILOSOFIS ASESSOR PENILAIAN BEBAN KINERJA AKADEMIK DOSEN PENDIDIKAN AGAMA HINDU PADA PERGURUAN TINGGI

Transkripsi

1 MAKNA FILOSOFIS ASESSOR PENILAIAN BEBAN KINERJA AKADEMIK DOSEN PENDIDIKAN AGAMA HINDU PADA PERGURUAN TINGGI Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar iketutsudarsana@ihdn.ac.id Abstrak Penilaian dapat diartikan sebagai proses kegiatan evaluasi untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan dalam proses pendidikan, evaluasi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu perguruan tinggi. Penilaian pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada dosen-dosen pendidikan Agama Hindu pada perguruan tinggi, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada dosen harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar. Kata Kunci : Makna Filosofis, Supervisi Akademik, Dosen, Pendidikan Agama Hindu, Perguruan Tinggi 129

2 I. PENDAHULUAN Era globalisasi yang penuh dengan kompetisi menerpa dunia termasuk Indonesia dewasa ini tidak mungkin dihindari. Tingginya tingkat persaingan tersebut harus dihadapi dengan semangat yang tinggi dan penuh rasa percaya diri dari setiap insan Indonesia. Untuk memiliki rasa percaya diri yang tangguh, dituntut adanya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Secara nasional mutu pendidikan akademik masih bermasalah yang dapat dilihat dari perilaku dan sikap peserta didik dalam kehidupan sosial, baik saat berada di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Dari jumlah kasus yang ada, seperti perkelahian masal, perilaku kesopanan, dan tata kehidupan lainnya, belum mencerminkan nilai-nilai budaya dan norma-norma yang berlaku. Pendidikan atau dalam scope yang lebih sempit perkuliahan adalah sebuah sistem, dimana di dalamnya terlibat beberapa komponen yang saling terkait dan saling bekerjasama untuk pencapaian tujuan yang digariskan. Dalam hal peningkatan mutu pendidikan, penilaian beban kinerja akademik dosen merupakan salah satu motor penggerak. Lebih tegasnya asesor memiliki tugas pokok dan fungsi yang sangat menentukan dalam pengendalian mutu, kontrol proses dan evaluasi kinerja dosen. Untuk dapat mengemban tugas itu, maka diperlukan sosok asessor yang cerdas, cekatan, dan benar-benar awas sehingga standar mutu pendidikan menjadi benarbenar terkontrol. Karena di sini seorang assessor juga berperan sebagai quality control terhadap jalannya pendidikan secara langsung. Peran ini masih dirasakan sangat perlu untuk ditingkatkan karena dengan kontrol yang tepat sehingga membawa hasil yang maksimal. Asessor penilaian beban kinerja akademik dosen pendidikan Agama Hindu, merupakan bagian dari jajaran teknis pendidikan mempunyai kewajiban memberikan bimbingan dan bantuan untuk mendorong dosen melakukan kegiatan pemenuhan standar pendidikan. II. METODE Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini berarti bahwa pendekatan kualitatif bekerja dalam setting yang alami, yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya. Hal ini juga bermakna bahwa sumber data kualitatif bersifat alamiah, harus dipahami gejala emperik (kenyataan) secara langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. III. PEMBAHASAN Secara spesifik makna yang diinterprestasi dalam penilaian beban kinerja akademik dosen pendidikan Agama Hindu tiada lain untuk lebih mengembangkan dan mendorong kompetensi yang dimiliki asessor, diantaranya adalah sebagai berikut: 3.1 Menyadari akan tugas dan tanggung jawab Tanggung jawab merupakan kekuatan sosial yang mengikat kewajiban dan serangkaian tindakan yang dituntut oleh suatu kekuatan. Kekuatan sosial yang dimaksud adalah dapat berupa aturan atau tugas-tugas yang dibebankan kepada seseorang sebagai akibat dari suatu pekerjaan. Tanggung jawab merupakan suatu bentuk sifat yang dapat dipercaya, sifat dari seseorang yang dapat melakukan suatu tindakan yang bertanggung jawab. 130

3 3.2 Tanggung jawab sebagai salah satu aspek kepribadian Tanggung jawab merupakan suatu sikap yang melekat pada tugas dan fungsi yang sedang dijalankan oleh seseorang. Dengan tanggung jawab yang tinggi, seseorang akan mampu menampilkan kinerjanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntutan yang diharapkan. Selain itu, ia juga akan berusaha untuk mencapai kepuasan kerja yang dapat memenuhi kriteria secara formal dari aturan yang telah ditetapkan dan pihak pemberi tugas, serta memenuhi tuntutan moral dan agama sesuai dengan keyakinannya. Sebaliknya, apabila seseorang memiliki tanggung jawab yang rendah, kemungkinan besar akan bekerja dengan seenaknya, tidak mempedulikan tuntutan dan kewajiban yang semestinya sehingga dapat dipastikan kinerjanya tidak memenuhi kriteria atau kualitas yang diharapkan. Oleh karena itu, asessor sebagai salah satu bagian yang mengemban tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan, semestinya memiliki tanggung jawab yang tinggi. Tanggung jawab yang dimiliki oleh asessor bukan hanya ditujukan dengan cara mengupayakan dirinya sendiri agar dapat memenuhi tugas-tugasnya dengan baik, tetapi juga harus peduli terhadap pihak-pihak yang terkait dengan pekerjaannya dalam hal ini rektor dan dosen supaya dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian posisi asessor akan bekerja dalam suatu tim bersama dengan rektor dan dosen untuk peningkatan mutu pendidikan. 3.3 Aspek Perilaku Bertanggung Jawab a. Komitmen Kinerja seorang asessor ditentukan oleh banyak faktor. Di samping faktor-faktor pengatahuan dan keterampilan serta unsurunsur kondisional, unsur kualitas pribadi juga merupakan hal yang akan turut melandasi dan mempengaruhi kinerja asessor. Di antara sekian unsur kualitas pribadi, komitmen merupakan salah satu aspek fundamental yang harus dimiliki oleh seorang asessor. Dalam hal ini, komitmen diartikan sebagai suatu kesediaan dan kemauan asessor yang tulus untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan pendidikan perguruan tinggi yang dibinanya. Komitmen bukan merupakan suatu keterampilan, melainkan lebih suatu tekad, semangat, dan keikhlasan untuk mengabdikan diri terhadap profesi dan tugastugas keasessoran pendidikan. Secara garis besar, ada tiga aspek komitmen seyogyanya dimiliki oleh seorang asessor, yakni: memiliki sikap yang positif terhadap fungsi, peran, dan tujuan perguruan tinggi yang dibinanya; merasa ikut memiliki dan bertanggung jawab untuk mewujukan pencapaian tujuan perguruan tinggi yang dibinanya; dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap profesi dan tugas-tugas keasessoran dalam membina dan mengembangkan kinerja personil yang menjadi binaannya. Komponen lain dari komitmen adalah adanya rasa ikut memiliki terhadap sesuatu yang menjadi komitmennya tersebut. Jika seseorang benar-benar merasa memiliki rasa sesuatu, maka dengan sendirinya ia akan merasa bertanggung jawab untuk memelihara, memperbaiki, dan mengembangkan sesuatu. Begitu pula seorang asessor yang benar-benar merasa memiliki terhadap perguruan tinggiperguruan tinggi atau para dosen yang dibinanya, maka ia dengan sendirinya akan ikut merasa bertanggung jawab untuk membina dan mengembangkan perguruan tinggi atau para dosen itu sebaik yang ia dapat lakukan. Komponen ketiga dari komitmen adalah adanya dedikasi yang tinggi. Dedikasi yang tinggi adalah konsekuensi dari adanya rasa memiliki dan tanggung jawab. Dengan dedikasi yang tinggi, seorang asessor akan tabah dan ulet dalam menghadapi berbagai 131

4 hambatan dan rintangan dalam menjalankan tugas-tugas keasessoran. Ia bahkan mungkin rela mengorbankan banyak hal demi keberhasilan dalam menjalankan tugasnya tersebut. Dengan pengertian sebagaimana yang dimaksudkan di atas, komitmen akan berfungsi sebagai kekuatan moral dan psikis bagi seorang asessor dalam menjalankan tugas. Asessor yang memiliki komitmen pendidikan yang kuat secara instrinsik akan berupaya menggunakan segenap kemampuan dan keterampilannya untuk mendukung pencapaian keberhasilan pendidikan di perguruan tinggi yang dibinanya. Sebaliknya, asessor yang komitmen pendidikannya rendah akan cenderung melaksanakan tugasnya secara asal-asalan atau bahkan mungkin tidak menjalankannya. Di sinilah pentingnya komitmen yang kuat bagi seorang asessor yang akan sangat mendasari semangat kerja dan kinerja professional yang bersangkutan. b. Integritas Pribadi Integritas pribadi juga merupakan hal yang sangat esensial bagi seorang asessor. Integritas pribadi merupakan salah satu fondasi yang sangat sentral bagi seorang asessor untuk dapat menampilkan kinerja profesionalnya secara optimal. Integritas pribadi asessor terwujud dalam sosok pribadi yang utuh, kokoh dan mencerminkan ketauladanan. Utuh maksudnya tidak cacat mental atau terbebas dari kepemilikan perilaku-perilaku yang tidak sehat secara mental; kokoh artinya memiliki prinsip atau acuan-acuan perilaku yang kuat, tidak mudah terpengaruh oleh ajakan-ajakan atau dorongan-dorongan yang sifatnya sesaat dan bisa menyesatkan; sedangkan ketauladanan maksudnya bahwa perilaku asessor memenuhi tuntutan professional maupun etika moral sehingga dapat dijadikan rujukan oleh para personel binaannya. Secara substansif, integritas pribadi yang dimaksud sekurang-kurangnya mencakup karakteristik-karakteristik berikut: disiplin, konsekuen, dan konsisten dalam berbuat, mampu mengendalikan dan menjaga stabilitas emosi, serta menggunakan agama sebagai acuan moral. Untuk bisa memiliki kualitas integritas pribadi sebagaimana yang digambarkan di atas tentu saja bukan hal yang mudah, namun bukan berarti sesuatu yang mustahil. Kunci utamanya adalah adanya kesediaan dan kemauan pada diri asessor untuk mengubah diri, untuk mengintrospeksi diri, serta untuk mendengarkan secara ikhlas kritikan dan saran dari orang lain, serta kemauan yang kuat untuk membiasakan hal-hal yang positif dan menunjang berkembangnya kualitas pribadi yang diharapkan tersebut. IV. KESIMPULAN Asessor penilaian beban kinerja akademik dosen Pendidikan agama Hindu pada perguruan tinggi harus memiliki kompetensi dan kualifikasi dan mampu mengikuti perkembangan pendidikan sehingga pelaksanaan evaluasi kedepan khusunya pelaksanaan akademik dapat dilaksanakan dengan lebih profesional. DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakatra : Rineka Cipta. Dewi, N. P. S. R., & Sudarsana, I. K. (2017). EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). Jurnal Penelitian Agama Hindu, 1(2), Dimyati.Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta. 132

5 Herawan, K. D., & Sudarsana, I. K. (2017). RELEVANSI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM GEGURITAN SUDDHAMALA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Penjaminan Mutu, 3(2), Narvin E. Shaw/Philip R.Costanso, Xsecond Editor, (1985) Theoris of Social Psychology, Mc. Graw-Hill Inc. Pidarta, Made. (1992). Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wulandari, K., & Sudarsana, I. K. (2017). EKSISTENSI PURA RATU GEDE EMPU JAGAT D DESA SANGKARAGUNG KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 1(2),