BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yanti Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) Dalam satu dekade ini, konsumsi dan penghasil minyak kelapa sawit terbesar didominasi oleh Malaysia dan Indonesia. Pada tahun 2014, sebanyak 62,34 juta ton minyak kelapa sawit dihasilkan dan sekitar 80 persennya diproduksi oleh Indonesia (30.5 juta ton) dan Malaysia (19.9 juta ton) [8]. Sementara, dalam satu ton tandan buah segar kelapa sawit, dihasilkan sekitar 0,5 sampai dengan 0,75 ton limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) [9]. Industri minyak kelapa sawit menghasilkan LCPKS dalam jumlah yang sangat besar. Penggunaan air dalam jumlah yang sangat besar, yaitu sekitar 1,5 m 3 dikonsumsi dalam proses setiap ton tandan buah segar dan hampir sekitar setengahnya diubah menjadi LCPKS [10]. LCPKS merupakan kombinasi limbah cair yang dihasilkan dari tiga sumber utama, seperti limbah cair proses klarifikasi (60%), kondensat sterilize (36%), dan limbah cair hydrocyclone (4%) [11]. Kemudian, sekitar 0,9; 1,5; dan 0,1 m 3 dari LCPKS akan dihasilkan dari pengolahan satu ton Crude Palm Oil (CPO) [12].Gambar 2.1 merupakan diagram alir proses ekstraksi minyak sawit pada industri kelapa sawit, dilengkapi dengan limbah yang dihasilkan beserta sumber limbahnya. LCPKS segar merupakan senyawa koloid bewarna cokelat, kental, yang mengandung 95 96% air, 4 5% padatan total, termasuk 2 4% padatan tersuspensi, dan 0,6 0,7% minyak dan lemak,dengan suhu o C, serta bersifat asam [13]. LCPKS mengandung asam amino, dan senyawa anorganik (Na, K,Ca, Mg, Mn, Fe, Zn, Cu, Co, dan Cd), serat pendek, senyawa senyawa nitrogen, asam organik bebas, dan karbohidrat [14]. LCPKS juga mengandung senyawa organik seperti lignin (4700 ppm), phenolics (5800 ppm), pectin (3400 ppm), dan carotene (8 ppm) [15]. Meskipun tidak termasuk bahan beracun, LCPKS menghasilkan aroma yang tidak sedap, serta mengandung biological oxigen demand (BOD) dan chemical oxigen demand (COD) yang tinggi mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan. Tabel 2.1 menunjukkan karakteristik LCPKS segar secara umum. 7
2 Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pengolahan Minyak Sawit [9] Table 2.1 Karakteristik LCPKS Segar [9] Parameter Satuan Nilai ph 4,79 4,75 Suhu C Biochemical Oxygen Demand (BOD) mg/l Chemical Oxygen Demand (COD) mg/l Soluble Chemical Oxygen Demand mg/l (SCOD) Total Solids (TS) mg/l 51,560 52,180 Total Suspended Solids (TSS) mg/l 23,180 29,100 Volatile Solids (VS) mg/l 43,100 43,360 8
3 Minyak dan Lemak mg/l Total Kjeldahl nitrogen (TKN) mg/l Ammoniacal nitrogen(nh3 N) mg/l Total Volatile Fatty Acid / TVFA (CH3COOH) mg/l LCPKS merupakan limbah yang sangat polutan. Limbah cair yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan polusi berupa ancaman besar bagi daerah sekitar aliran sungai dan badan air serta menimbulkan bau busuk pada daerah sekitar pabrik, ditambah dengan nilai BOD yang tinggi dan ph yang rendah, menyebabkan LCPKS sangat sulit untuk diolah dengan metode konvensional [16]. Oleh karena itu, dibutuhkan pengolahan sebelum LCPKS dibuang ke lingkungan. Tabel 2.2 berikut merupakan baku mutu limbah cair industri minyak sawit yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Tabel 2.2 Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Minyak Sawit [17] Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran Maksimum (kg/ton) BOD ,5 COD 500 3,0 TSS 300 1,8 Minyak dan Lemak 30 0,18 Amonia Total (sebagai NH3-N) 20 0,12 ph 6,0 9,0 Debit Limbah Maksimum 6 m 3 ton bahan baku 2.2 PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) Pengolahan Konvensional Pengolahan yang paling umum digunakan adalah pengolahan menggunakan kolam terbuka (ponding system). Metode ini digunakan oleh sekitar 85% pabrik kelapa sawit. Pada umumnya, metode ini menggunakan beberapa kolam yang terdiri dari, kolam stabilisasi dan kolam oksidasi. Kolam oksidasi dapat juga dikategorikan sebagai kolam aerobik, fakultatif, dan kolam pematangan [16]. Namun metode ini tidak ramah lingkungan, memerlukan lahan luas, menimbulkan bau, dan juga melepaskan gas rumah kaca [18]. 9
4 Keuntungan dari sistem ini adalah perawatan yang sangat minim, sangat ekonomis, prosesnya begitu sedrhana, dan pengoperasiannya sangat sederhana. Akan tetapi, pengguanaan lahan yang begitu luas (1 ha 5 ha), dan memerlukan hidraulic retension time (HRT) yang sangat lama ( hari) [16] Pengolahan secara Anaerobik Pengolahan secara anaerobik merupakan proses yang rumit dimana melibatkan dekomposisi senyawa organik pada keadaan tanpa molekul oksigen untuk memproduksi gas metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Proses degradasi ini terjadi oleh karena kinerja dari bakteri anaerobik, yang meliputi proses hidrolisa, asidogenesis (termasuk asetogenesis), dan metanogenesis [19]. Digester anaerobik menyediakan pilihan sistem untuk menggantikan sistem pengolahan menggunakan sistem kolam anaerobik. Digester anaerobik memiliki banyak keuntungan, seperti membutuhkan energi yang sedikit untuk prosesnya, pembentukan sludge hanya sedikit, tidak terjadinya pencemaran udara karena bau dari gas hasil reaksi, membutuhkan luas area yang sedikit, serta menghasilkan gas metana sebagai hasil akhir dari proses [20]. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, digester aneorobik ini merupakan proses degradasi dari senyawa organik tanpa adanya oksigen, dengan aktivitas enzimatik dan bakterial memproduksi biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan, yang memiliki produk akhir konversi LCPKS berupa biogas, dengan komponen utama gas CH4 dan CO2 dengan rasio 65:35, dengan sisa gas berupa hidrogen sulphide (H2S), dan gas nitrogen (N2) dengan nilai begitu kecil sehingga dapat diabaikan sehingga hampir tidak terdeteksi. Dengan menggunakan proses digester anaerobik ini, sekitar 28 m 3 gas (campuran antara gas CH4 dan CO2) dihasilkan dari 1 ton POME. Volume keluaran gas CH4 mungkin berubah-ubah karena perlakuan awal terhadap POME bervariasi serta aktivitas penggilingan dan pemanenan musiman dari minyak kelapa sawit. Akan tetapi, konsentrasi CH4 dari digester anaerobik ditemukan lebih konsisten dalam campuran gas [19]. Untuk itulah, pengolah LCPKS menjadi biogas menjadi pilihan bagi penghasil energi terbarukan, sisa dari pengolahan ini yang berupa residu, menurut Lubis, dkk (2014) [22] residu ini dapat 10
5 digunakan sebagai bahan pembuat pupuk cair yang dapat mewujudkan proses yang zero waste dan zero emission PARAMETER YANG PENTING DALAM PROSES ANAEROBIK LCPKS Efisiensi dari reaksi secara anaerobik dipengaruhi oleh beberapa hal penting mengingat bahwa reaksi ini menggunakan mikroorganisme yang sangat rentan terhadap pengaruh keadaan lingkungannya, sehingga kondisi lingkungan reaksi ini harus sangat diperhatikan. Pertumbuhan mikroorganisme anaerobik sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti ketidakberadaannya oksigen, kestabiloan temperatur, ph, ketersediaan nutirsi, pengadukan, dan keberadaan inhibitor (misalnya amonia) [23] Temperatur Proses anaerobik memilki beberapa bagian perbedaan temperatur, yang dibagi menjadi psychrophilic (dibawah 25 o C), mesophilic (25 o C 45 o C), dan thermophilic (45 o C 70 o C). Gambar 2.2 Tingkat Pertumbuhan Relatif Mikroorganisme Metanogen Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa kondisi psikropilik sebagian besar terdapat di lingkungan, sementara kondisi mesofilik dan termofilik sebagian besar dalam sistem rekayasa. Dalam prakteknya, temperatur operasi dipilih dengan mempertimbangkan bahan baku yang digunakan dan temperatur proses yang diperlukan dapat disediakan oleh ruangan atau menggunakan sistem pemanas pada digester [23]. 11
6 Temperatur memilki pengaruh langsung terhadap waktu tinggal proses, yang ditunjukan oleh tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Temperatur Reaksi dan Waktu Tinggal Minimum [23] Thermal Stage Process Temperatures Minimum Retention Time Psychrophilic <20 o C 70 sampai 80 hari Mesophilic o C 30 sampai 40 hari Thermophilic o C 15 sampai 20 hari ph dan Interval Optimum Nilai ph adalah besaran yang menyatakan keasama/alkalinitas dari suatu campuran ( dalam kasus ini adalah substrat campuran reaksi anaerobik) dan dinyatakan dalam parts per million (ppm). ph dari substrat dalam reaksi anaerobik ini mempengaruhi pertumnuhan mikroorganisme metanogenesis dan mempengaruhi penguraian beberapa senyawa, yang penting dalam reaksi. Adapun interval ph optimum untuk reaksi mesophilic adalah antara 6,5 sampai 8,0. Sementara untuk reaksi thermophilic, ph yang dibutuhkan lebih tinggi dibandingakan dengan mesophilic [23] Volatile Fatty Acids (VFA) Kestabilan reaksi anaerobik dipengaruhi oleh konsentrasi dari produk intermediet, seperti VFA. VFA merupakan senyawa intermediet (asetat, propinoat, butirat, laktat), yang dihasilkan selama proses asidogenesis, dengan rantai karbon yang memilki enam atom. Pada umumnya, ketidakstabilan reaksi anaerobik akan menyebabkan penumpukan VFA yang secara langsung menyebabkan penurunan ph secara drastis. Akan tetapi, penumpukan VFA tidak selalu ditunjukan dengan penurunan ph, disebabkan oleh kapasitas buffer dari digester, melalui tipe biomassa yang ada di dalamnya. Biomassa yang terdiri dari bagian tubuh hewan, biasanya kaya akan senyawa alkalin, yang berarti akumulasi VFA harus mencapai level tertentu, sebelum dapat menunjukkan penuruna ph. Pada keadaan seperti itu, digester akan memiliki 12
7 kandungan VFA yang begitu tinggi, yang menyebabkan proses dari reaksi anaerobik akan terhambat. Untuk itulah, seperti pada kejadian ph, konsentrasi VFA tidak dapat direkomendasikan sebagai parameter pengawasan yang dapat diawasi tanpa mengabaikan yang lain [23] Amonia Amonia (NH3) adalah senyawa yang penting, dengan fungsi yang begitu penting bagi reaksi anaerobik. NH3 merupakan nutrisi yang penting, sebagai makanan bagi mikroba dan menyuburkan serta biasanya berupa gas dengan karakteristik memiliki aroma yang tidak sedap. Protein merupakan sumber utama penghasil amonia pada reaksi anaerobik. Terlalu tingginya konsentrasi amonia pada digster, terutama dalam bentuk amonia bebas, dapat menjadi inhibitor dalam proses anaerobik. Karena sifatnya yang sebagai inhibitor, amonia hanya boleh dijaga konsentrasinya dibawah 80mg/l. Bakteri metanogenesis sangat sensitif terahadap keberadaan amaonia. Konsentrasi amonia bebas juga dapat berpengaruh langsung terhadap temperatur di dalam digester. Ini berarti, dengan meningkatnya konsentrasi amonia dan temperatur, maka semakin tinggi kandungan inhibitor dalam digester anaerobik [23] Makro dan Mikronutrisi serta Senyawa Beracun Mikroelemen seperti besi, nikel, selenium, molybdenum, atau tungsten sama pentingnya dengan makroelemen seperti karbon, nitrogen, fosfor, dan sulfur bagi pertumbuhan dan keberlangsungan dari mikroorganisme anaerobik. Adapun perbandingan optimal untuk makronutrisi karbon, nitrogen, fosfor, and sulfur (C:N:P:S) adalah 600 : 15 : 5 :1. Faktor lain yang mempengaruhi aktivitas penguraian mikroorganisme anaerobik adalah keberadaan senyawa beracun. Senyawa ini bisa terbawa bersamaan dengan umpan masuk selama proses berjalan. Kesulitan dalam pemisahan senyawa ini, biasanya terjadi akibat senyawa ini sering terikut bersama dengan umpan masuk dan terikat dengan ikatan kimia. Selain itu, penghambatan reaksi ini terjadi karena kemampuan dari mikroorganisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya tidaklah 13
8 selalu seragam, apalagi jika ditambah dengan keberadaan senyawa beracun tersebut [23]. 2.4 MIKROKONTROLER Mikrokontroler adalah sebuah komputer di dalam sebuah chip. Kata mikro menekankan bahwa alat ini berukuran kecil, dan kata kontrol, menegaskan bahwa alat ini dapat digunakan untuk mengendalikan sebuah alat, benda, proses, atau sebuah kejadian. Dalam istilah lainnya, mikrokontrol disebut juga embedded controller, karena mikrokontroler adalah sebuah sirkuit yang ditanamkan di dalam alat yang akan dikendalikan [24]. Mikrokontroler sekarang dapat ditemukan diberbagai macam keperluan. Setiap alat pengukuran, penyimpanan data, perhitungan, ataupun sekerdar penyampaian informasi menggunakan mikrokontroler di dalamnya. Penggunaan terbersar mikrokontroler adalah pada bidang transportsi. Setiap mobil, paling tidak akan menggunakan satu mikrokontroler pada mesinnya, dan bahkan lebih sering pada bagian pelengkap mobil [24]. Bukan hanya di bagian otomotive, kita dapat menemukann mikrokontorler di mana saja, di dalam dekstop komputer, mouse, keyboard, modem, dan printer, di dalam produk yang dapat langsung digunakan lainnya, misalnya di kamera, perekam video, dan bahkan di peralatan masak seperti oven. Dan itu hanya sebagian contoh kecilnya. Di dalam mikrokontroler bukan sekedar terdapat gerbang pentusunan logika dan rangkaian memori, tetapi juga terdapat proses buatan yang dapat dengan mudah digunakan dan dihubungkan dengan sebuah chip[24], yang dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna Penerapan Mikrokontroler dalam Produksi Biogas dari LCPKS Biogas merupakan hasil utama yang diharapkan dari pengolahan LCPKS menggunakan proses anaerobik. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, reaksi anaerobik merupakan reaksi yang rumit dan tidak stabil [1]. Menurut Ward, et al (2009) ketidakstabilan ini dapat terjadi disebabkan oleh berbagai hal bahkan dari ketidakseragaman umpan masuk. 14
9 Sementara, pengawasan terhadap kondisi operasi masih dilakuakan secara manual akibat dari kurangnya pengembangan terhadap kontroler otomatis, serta kekurangan pengetahuan terhadap raksi anaerobik [2]. Penggunaan kontrol yang baik, dan optimasi produksi biogas dapat menawarkan solusi yang cocok dan layak secara ekonomi untuk meningkatkan produktivitas proses dan menjamin kestabilan kondisi operasi [2] Perangkat Keras (Hardware) Salah satu contoh peralatan untuk pengawasan kondisi operasi, terutama untuk pengumpulan data adalah National Instrument, khususnya tipe USB National Instruments USB adalah alat yang memilki kualitas tinggi dalam pengukuran dengan cara penggunaan yang sangat sederhana, dibangun dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang terbaru. National Instrument USB-6001 dapat diaplikasikan pada skala industri misalnyasebagai alat pengukuran. Analog Output yang bernilai 10 V, dengan arus output ke alat sebesar 5 ma membuat alat ini sangat sesuai dengan berbagai sensor [8]. National Instrument USB-6001, mampu menerima input program (programmable input) sehingga memungkinkan kita mengapilkasikannya ke berbagai keperluan, seperti untuk penelitan ini, akan kita gunakan sebagai pengolah data temperatur yang diterima melaui sensor termokopel. Termokopel adalah sensor temperatur yang sering digunakan karena rentang kemampuannya dalam membaca temperatur sangat tinggi. Termokopel memiliki berbaga macam jenis tergantung dari rentang suhu yang dapat dibacanya. Berikut merupakan grafik hubungan antara tipe termokopel dengan rentang suhu. 15
10 Gambar 2.3. Grafik Hubungan Tipe Termokopel dengan Rentang Suhu Perangkat Lunak (Software) Setiap mikrokontroler mampu mengolah program sesuai dengan kebutuhan penggunanya, dalam pembuatan program itu, diperlukan suatu perangkat lunak yang compatible (cocok) dengan perangkat lunaknya, salah satu perangkat lunak tersebut adalah LabVIEW. LabVIEW adalah produk dari National Instruments yang berupa software pengembangan program aplikasi dan hardware input-output untuk keperluan akusisi dan pengendalian. Sedangkan perangkat lunak atau software LabVIEW merupakan sebuah bahasa pemograman graphical yang menggunakan simbol (ikon) untuk membuat aplikasi. Sementara itu, Visual Instruments (VIs) adalah program LabVIEW yang menirukan instrumen sebenarnya dalam bentuk simbol-simbol. Selanjutnya untuk membuat tampilan program aplikasi LabVIEW, digunakan tools dan objek. Tampilan aplikasi ini kemudian dikenal dengan jendela front panel yang berisikan kode representasi dari simbol sebagai fungsi untuk mengatur objek. Adapun source code simbol tersebut ada dalam tampilan jendela block diagram. Jadi pada dasarnya software LabVIEW terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu front panel, block diagram dan tipe data [25]. Front panel merupakan penghubung (interface) antara pengguna (user) dengan program aplikasi. Block diagram merupakan jendela tempat menuliskan perintah dan fungsi, berisikan source code berupa simbol-simbol, node dan garis sebagai data flow untuk mengeksekusi program termasuk kode dari front panel. Sedangkan dalam membuat aplikasi VIs, harus diperhatikan tipe data tiap 16
11 simbol agar data flow dapat berjalan semestinya. Tipe data yang tersedia yaitu numerik, boolean dan string. Tipe data dari sebuah simbol dapat diketahui dari warna node atau warna kabel ketika dihubungkan ke simbol lainnya [25]. 17
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri kelapa sawit telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan menyumbang persentase terbesar produksi minyak dan lemak di dunia pada tahun 2011 [1].
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih menjadi pilar penting kehidupan dan perekonomian penduduknya, bukan hanya untuk menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari air kondensat pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Analisis bahan baku biogas dan analisis bahan campuran yang digunakan pada biogas meliputi P 90 A 10 (90% POME : 10% Aktivator), P 80 A 20
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Awal Bahan Baku Pembuatan Biogas Sebelum dilakukan pencampuran lebih lanjut dengan aktivator dari feses sapi potong, Palm Oil Mill Effluent (POME) terlebih dahulu dianalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu hasil perkebunan yang berkembang dengan sangat cepat di daerah-daerah tropis. Semenjak tahun awal tahun 1980 luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit pertama dunia. Namun demikian, industri pengolahan kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga Indonesia disebut sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar pada urutan ke-2 di kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT (LCPKS) Indonesia memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sebesar hampir 33 juta metrik ton sawit di 2014/2015 karena tambahan 300.000 hektar perkebunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bagian terbesar dari kebutuhan energi di dunia selama ini telah ditutupi oleh bahan bakar fosil. Konsumsi sumber energi fosil seperti minyak dan batu bara dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air limbah dari proses pengolahan kelapa sawit dapat mencemari perairan karena kandungan zat organiknya tinggi, tingkat keasaman yang rendah, dan mengandung unsur hara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak tahun 2006, Indonesia telah menggeser Malaysia sebagai negara terbesar penghasil kelapa sawit dunia [1]. Menurut Gabungan Asosiasi Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI)
Lebih terperinciLAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN
LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN A.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, (USU), Medan. A.2 BAHAN DAN PERALATAN A.2.1 Bahan-Bahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) adalah sumber minyak nabati terbesar di dunia. Menurut laporan oil world pada tahun 2011, minyak kelapa sawit memberikan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pabrik Kelapa Sawit dan Pencemarannya Proses Pengolahan Kelapa Sawit
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pabrik Kelapa Sawit dan Pencemarannya 2.1.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses produksi minyak sawit kasar dari tandan buah segar kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERKEMBANGAN KELAPA SAWIT DI INDONESIA Indonesia berada pada posisi terdepan industri kelapa sawit dunia. Panen rata-rata tahunan minyak sawit mentah Indonesia meningkat sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh
Lebih terperinciSEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS
SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS Oleh : Selly Meidiansari 3308.100.076 Dosen Pembimbing : Ir.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Organik Cair Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab pencemaran berupa zat atau bahan yang dianggap tidak memiliki manfaat bagi masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA
LAMPIRAN A DATA HASIL ANALISA L.A.1 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Tabel A.1 Hasil Analisis Karakteristik LCPKS dari PTPN IV PKS Adolina No. Parameter Satuan Hasil Uji Metode Uji 1. Ph -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap
Lebih terperinciMacam macam mikroba pada biogas
Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN BIOGAS
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN BIOGAS Biogas adalah campuran beberapa gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerobik, dengan gas yang dominan adalah gas metana (CH 4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang baik di bidang peternakan, seperti halnya peternakan sapi potong. Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Bahan Organik Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Bahan Organik Tanah Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, baik yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK BAHAN AWAL Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas jerami padi dan sludge. Pertimbangan atas penggunaan bahan tersebut yaitu jumlahnya yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat
TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah cair atau yang biasa disebut air limbah merupakan salah satu jenis limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat. Sifatnya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Bakteri Anaerob pada Proses Pembentukan Biogas dari Feses Sapi Potong dalam Tabung Hungate. Data pertumbuhan populasi bakteri anaerob pada proses pembentukan biogas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat menyebabkan adanya pertumbuhan minat terhadap sumber energi alternatif.
Lebih terperinciPENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS
PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS 2 PENDAHULUAN Kebijakan Perusahaan Melalui pengelolaan air limbah PMKS akan dipenuhi syarat buangan limbah yang sesuai dengan peraturan pemerintah dan terhindar dari dampak sosial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Peternakan Usaha peternakan sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia karena sebagai penghasil bahan makanan. Produk makanan dari hasil peternakan mempunyai
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN
J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian
Lebih terperinciKombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi
Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK BAHAN Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah jerami yang diambil dari persawahan di Desa Cikarawang, belakang Kampus IPB Darmaga. Jerami telah didiamkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biomassa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Biomassa meliputi semua bahan yang bersifat organik ( semua makhluk yang hidup atau mengalami pertumbuhan dan juga residunya ) (Elbassan dan Megard, 2004). Biomassa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia
8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi tinggi sebagai penghasil minyak sayur dan
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah
Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting
Lebih terperinciAdelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )
Adelia Zelika (1500020141) Lulu Mahmuda (1500020106) Biogas adalah gas yang terbentuk sebagai hasil samping dari penguraian atau digestion anaerobik dari biomasa atau limbah organik oleh bakteribakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk atau jasa. Melalui produktivitas, perusahaan dapat pula mengetahui. melakukan peningkatan produktivitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaanperusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan
TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit
Lebih terperinciPembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure
Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure Sariyati Program Studi DIII Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Surakarta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan limbah cair dalam jumlah yang besar, yaitu berkisar antara 600-700 liter/ton tandan buah segar (TBS) (Naibaho, 1999) atau
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini masalah sampah menjadi permasalahan yang sangat serius terutama bagi kota-kota besar seperti Kota Bandung salah satunya. Salah satu jenis sampah yaitu sampah
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)
Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Kakao sebagai salah satu komoditas andalan perkebunan Indonesia menempati urutan ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Pada tahun 2005, hasil ekspor produk primer
Lebih terperinciMODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN
MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Limbah keluaran dari sebuah pabrik kelapa sawit terdiri atas limbah padat, cair dan gas. Limbah padat terdiri atas tandan kosong dan cangkang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan ekosistem perairan darat yang merupakan bagian integral dari kehidupan organisme dan manusia di sekitarnya, serta dipengaruhi oleh berbagai
Lebih terperinciSektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medan diantaranya adalah pemotongan hewan, pengadaan, dan penyaluran daging
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan (PD RPH) Kota Medan secara administratif berada di wilayah Kota Medan Kecamatan Medan Deli tepatnya Kelurahan Mabar Hilir. PD
Lebih terperinciMAKALAH KIMIA ANALITIK
MAKALAH KIMIA ANALITIK Aplikasi COD dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Disusun oleh : Ulinnahiyatul Wachidah ( 412014003 ) Ayundhai Elantra ( 412014017 ) Rut Christine ( 4120140 ) Universitas Kristen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi proses produksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan agroindustri berbasis teknologi dimaksudkan untuk mewujudkan agroindustri yang memiliki daya saing secara berkesinambungan. Kesinambungan daya saing tersebut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Kandungan Limbah Lumpur (Sludge) Tahap awal penelitian adalah melakukan analisi kandungan lumpur. Berdasarkan hasil analisa oleh Laboratorium Pengujian, Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen
Lebih terperinciASIDOGENESIS LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PADA KONDISI AMBIENT
ASIDOGENESIS LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PADA KONDISI AMBIENT : PENGARUH VARIASI ph TERHADAP PEMBENTUKAN VOLATILE FATTY ACID (VFA) MENGGUNAKAN REAKTOR BATCH BERPENGADUK SKRIPSI Oleh YUDI RISWANTO 120405012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph Salah satu karakteristik limbah cair tapioka diantaranya adalah memiliki nilai ph yang kecil atau rendah. ph limbah tapioka
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebagai dasar penentuan kadar limbah tapioka yang akan dibuat secara sintetis, maka digunakan sumber pada penelitian terdahulu dimana limbah tapioka diambil dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Masyarakat di Indonesia Konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia sangat problematik, hal ini di karenakan konsumsi bahan bakar minyak ( BBM ) melebihi produksi dalam
Lebih terperinciBuku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,
Lebih terperinciBab IV Data dan Hasil Pembahasan
Bab IV Data dan Hasil Pembahasan IV.1. Seeding dan Aklimatisasi Pada tahap awal penelitian, dilakukan seeding mikroorganisme mix culture dengan tujuan untuk memperbanyak jumlahnya dan mengadaptasikan mikroorganisme
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni
Lebih terperinciBab V Hasil dan Pembahasan
biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KELAPA SAWIT DI INDONESIA Indonesia saat ini merupakan negara produsen minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil, CPO) terbesar di dunia. Luas areal perkebunan sawit di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Limbah Industri Minyak Kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent) Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah terbesar yang dihasilkan dari proses produksi minyak kelapa sawit
Lebih terperinciKARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK
KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK KARAKTERISTIK LIMBAH TERNAK Karakteristik limbah ternak dipengaruhi : a. unit produksi: padat, semipadat, cair b. Kandang : Lantai keras : terakumulasi diatas lantai kelembaban
Lebih terperinci